Anda di halaman 1dari 187

Ikhwah Unesa

|1

Hak Cipta 2014 pada Penulis


Formusa & MY Club, Surabaya, 2014

Penulis

: Ikhwah Unesa

Editor

: Sirot Fajar
Anik Andri Asnanik

Desain Cover

: Rofii Nurdika
Taufiqurrahman

Diterbitkan oleh:

Forum Mahasiswa Muslim Unesa (FORMUSA) &


Muslim Youth Club (MY Club) Universitas Negeri
Surabaya
Alamat : Rumah Baca Yayasan Tunas Teladan,
Jl. Lidah Wetan X/6A Lakarsantri Surabaya
FB

: Klub Dawah Kampus Unesa

Twitter : @Muslim_Unesa

2|Ikhwah Unesa

Sepotong Hati
Untukmu Mahasiswa
Persembahan Untuk Sebuah Cita-cita

Oleh:

Ikhwah Unesa

Ikhwah Unesa

|3

Hai Anak Muda!


Bukan saatnya lagi
Jika kau sibuk mengurus diri
Sudah saatnya kini
Menebar manfaat ke penduduk bumi

4|Ikhwah Unesa

Suplemen Bagi Para Pejuang


Sepatah Kata dari Ustadz Shobikhul Qisom, M.Pd.
Dan dia termasuk orang-orang yang
beriman dan saling berpesan untuk bersabar
dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
(Al-Balad: 17)
Segala puji hanya milik Allah pemilik
segala sesuatu. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada Rasulullah Saw. yang telah memberikan kemudahan
dalam menyelesaikan segala urusan kita hingga kita mampu
untuk menyelesaikan buku Sepotong Hati ini.
Terima kasih saya sampaikan kepada kader dan seluruh
aktivis dakwah Unesa yang telah berperan serta dalam
penyelesaikan buku ini. Dengan segenap pikiran dan hati yang
selalu tercurah untuk dakwah di Bumi Unesa dengan ikhlas dan
tanpa menyerah. Insya Allah.
Karena dakwah akan terus berjalan dengan atau tidaknya
kita, begitu petikan kalimat di salah satu potongan bab dalam
buku ini. Dakwah tak pernah lepas dari orang yang memiliki jiwa
Ikhwah Unesa

|5

pejuang yang tak ingin berhenti karena lelah, senantiasa


menuangkan segenap pikiran dan hatinya untuk memikirkan
orang lain serta mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Meskipun disadari ataupun tidak, dakwah tak pernah meminta
kita, namun kitalah sesungguhnya membutuhkan untuk terus
berada dalam jalan dakwah.
Untuk tetap tegar di dalam barisan dakwah bukanlah hal
mudah. Perlu kesabaran, keikhlasan, tak jarang pula ia akan
meminta waktu, materi, bahkan orang-orang yang kita cintai.
Maka, tak jarang banyak pula yang dalam perjalanan panjang itu
banyak yang berguguran di jalan ini, jalan dakwah. Hingga pantas
pula gelar yang disematkan bagi mereka yang tetap tegar
sampai akhir yakni Pemenang Sejati.
Kebaikan dalam berjamaah merupakan sebuah anugerah
dan nikmat. Meski berjalan dalam berkelompok jauh lebih
lambat daripada berjalan sendiri, berjamaah akan melindungi
kita dari bahaya. Bahaya lisan, hati, pikiran, dan ilmu. Itulah
mengapa kita dalam hidup ini perlu untuk mengambil bagian dari
sebuah jamaah, tentunya berjamaah dalam barisan bersama
dengan orang-orang baik. Hingga kita saatnya kita dikumpulkan
bersama dalam jalan ini, jalan dakwah.

6|Ikhwah Unesa

Sebenarnya buku ini bertujuan untuk memberikan energy


dan suplemen bagi para pejuang dan calon pemenang sejati
dengan mengingat kembali saat berjuang dan berlelah-lelah
dalam barisan dakwah untuk terus bergerak. Di Majlis Iman
Kita Berhenti Sejenak, salah satu judul bab dalam buku ini
mengingatkan kita untuk tak pernah lupa beristirahat sejenak
dalam kesibukan dakwah kita, meski kita tahu sesungguhnya
istirahatnya para pejuang dakwah adalah tilawah dan sholat
malam.
Berbagai romantika dakwah yang dilalui pun tak pernah
mulus. Seperti kehidupan ini, tak pernah terlepas dari liku dan
ujian. Dalam buku ini menceritakan bagian dari liku dakwah yang
pernah hadir serta solusi yang dihadirkan sebagai muhasabah
dan spirit bagi kita yang tengah mengemban amanah ini hingga
akhir hayat.
Semoga kita akan dipertemukan dalam barisan jamaah ini,
yang akan tetap terus saling mengingatkan dan menasihati dalam
kebaikan dan kesabaran. Saatnya kita menjadi barisan yang
tetap teguh dalam barisan dakwah ini. Mari kita kokohkan
genggaman kita untuk saling berjalan dan suatu saat dapat
berkumpul di Surga bersama Rasulullah para kekasih-Nya.

Ikhwah Unesa

|7

Aamiin. Apabila ada kesalahan dalam seluruh aspek di buku ini,


kami mohon maaf.
Semoga bermanfaat!

Surabaya, 6 Syaban 1435 / 4 Juni 2014

Shobikhul Qisom, M.Pd.


(Direktur Kualita Pendidikan Indonesia)

8|Ikhwah Unesa

Sepotong Hati untuk Sebuah Cita-cita

Berawal dari kata, peristiwa besar bisa terjadi.


Berawal dari kata, perubahan-perubahan mengejutkan bisa
mengguncang hati.
Berawal dari kata pula, seorang yang keras bisa lunak hatinya.
Sebaliknya, orang baik-baik bisa berubah menjadi orang yang
rusak karena mendengar, mencerna atau membaca tulisan yang
merusak hati dan pikiran..
(Inspiring Words for Writers)

Yahudi,

mengapa

mereka

berprestasi?

Begitulah

pertanyaan yang diajukan KH. Toto Tasmara melalui judul


bukunya. Tentu buku itu tidak mengajak kita untuk mengagumi
dan mengikuti orang Yahudi. Tidak! Yang perlu kita contoh dari
Yahudi adalah semangatnya. Biarpun jumlahnya hanya sedikit
tapi mereka bisa mengendalikan dunia ini. Biarpun secara
kuantitas mereka sedikit, namun secara kualitas tidak ada lagi
yang meragukan mereka.

Ikhwah Unesa

|9

Seharusnya ini patut ditiru para aktivis dawah, dimana


jumlah mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
orang yang harusnya didakwahi. Di manapun itu, baik di kampus,
kampung, parlemen, pasar dan tempat lainnya, selalu saja jumlah
para penyeru kebaikan itu lebih sedikit. Namun biarpun
demikian, kita harus optimis bahwa kita juga bisa memenangkan
dakwah ini. Syaratnya hanya satu: sabar. Ya, sabar. Sebab
kesabaran itu lah yang akan menguatkan kita untuk terus
menapaki jalan dakwah ini.
Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah [2]: 249)
Ada satu hal yang mengejutkan ketika saya membaca buku
Inspiring Words for Writers yang ditulis Mohammad Fauzil
Adhim. Bahwa, Negara Yahudi Raya yang begitu kejam itu,
berdiri hanya karena sebuah buku tipis yang bertajuk Der
Judenstaat (The Jewish State) dan satu novel menggugah yang
berjudul Altneuland (Old New Land). Keduanya ditulis Benyamin
Seeb alias Theodore Herzl. Kedua buku itu mengharu biru
manusia-manusia Yahudi sehingga mereka menyatukan langkah
dalam meraih cita-cita yang sama: sebuah negara Yahudi yang
kelak bernama Israel.

10 | I k h w a h U n e s a

Cita-cita kami untuk memenangkan dakwah kampus pun


ingin kami mulai dengan kata. Sebab, sebagaimana kata pemikir
dan pemimpin pergerakan Islam di India, Abul Hasan Ali AlHasani An-Nadawi, bahwa Kata adalah sepotong hati. Maka
ketika syura evaluasi akhir tahun 2011, kami sepakat membuat
program Semangat Lima Halaman. Maksudnya, semua pengurus
wajib menulis essai, renungan, motivasi, kisah-hikmah, atau
apapun namanya yang penting tulisan sebanyak lima halaman.
Kriterianya sederhana: tulisan tersebut harus bisa menggugah
dan menggerakkan kader untuk terus berdakwah.
Ada beberapa pertimbangan kenapa kami memilih sepotong
hati untuk menjadi kenang-kenangan:
Pertama: sebagaimana kata Mark Levy, penulis Accidental
Genius, bahwa menulis bagaikan merekam jejak-jejak pikiran.
Dan bagi kami, semangat lima halaman ini bukan saja merekam
jejak-jejak pikiran para senior, namun juga merekam jejakjejak dakwah yang ada di kampus Unesa beberapa tahun
terakhir ini.
Kedua: untuk

menunjukkan identitas kami. Maraknya

gerakan yang ada di kampus, menjadikan mahasiswa sulit untuk


membedakan gerakan satu dengan yang lainnya. Dan ini adalah
upaya

kami

untuk

menunjukkan

identitas.

Seperti

Ikhwah Unesa

kata

| 11

Sindhunata, Menulis adalah pergulatan hidup dalam intinya yang


terdalam, semacam upaya untuk menemukan identitas kita yang
paling orisinal.
Terakhir, dan ini yang paling penting, adalah memberi
semangat para kader dakwah kampus Unesa pada khususnya,
dan seluruh ADK di Indonesia pada umumnya. Semangat untuk
apa? Tentunya semangat untuk terus berdakwah. Dan juga
semangat untuk mulai berkarya, sekecil apapun itu. Semoga yang
kecil itu diberi barakah oleh Allah.
O, ya. Karena jumlah tulisan pengurus masih sedikit, maka
kami juga meminta beberapa orang yang kami anggap bisa untuk
menulis. Kami haturkan Jazaakumullah khoiri jazaa kepada
teman-teman yang meluangkan waktunya untuk menulis. Semoga
mendapat balasan yang terbaik menurut Allah..
Alhamdulillah.. Mungkin kata itulah yang seharusnya kami
ucapkan pertama kali. Segala puji hanya untuk Allah. Tulisan
sederhana ini tidak akan pernah ada jika bukan karena rahmat
dan karunia-Nya. Dan shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw yang telah membimbing kita
sehingga berhasil menapaki jalan yang diridhoi Allah swt.
Sebagaimana diriwayatkan Imam Tirmidzi, Siapa yang
tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia,

12 | I k h w a h U n e s a

berarti ia belum bersyukur

kepada Allah.

Maka dalam

kesempatan kali ini pun kami ingin menyampaikan terima kasih


yang tak terhingga kepada para pembina kami: Ustadz Sobikh
dan Ustadz Nailul. Baarakallahu fiikum.
Jazaakumullah khoiro Jaza kepada para pengurus Formusa
& MY Club yang mau menerbitkan tulisan sederhana ini. Semoga
karya sederhana ini bisa menginspirasi sehingga bisa melahirkan
karya yang lebih besar lagi.
Dan kepada para aktivis dakwah kampus di berbagai
penjuru negeri ini, mari kita nyanyikan Lagu Sarasehan Nasional
ADK 1432:
Wahai kawan ADK Indonesia
Mari bersatu membangun nusantara
Satukan iman di dalam islam
Menjunjung ibu pertiwi
Akhirnya, sebagaimana judulnya, Sepotong Hati Untukmu
Mahasiswa, maka mungkin isi dari buku ini pun hanya potonganpotongan yang tidak utuh dan banyak kekurangan. Kami nantikan
tanggapan, saran dan kritik yang baik dari saudara untuk buku
ini di facebook Klub Dawah Kampus Unesa atau email di
ikhwahlidah@yahoo.com. Semoga Allah senantiasa memudahkan
semua upaya kita untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Ikhwah Unesa

| 13

Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan


menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad
[47]: 7)
Surabaya, 21 Mei 2014

Editor 1

14 | I k h w a h U n e s a

DAFTAR ISI

Sepatah Kata: Suplemen Bagi Para Pejuang ........5


Pengantar Editor: Sepotong Hati untuk Sebuah Cita-cita...9
Daftar isi....15
1.

Beginilah seharusnya pemuda......17

MY Me I......19

Pemuda Dewasa.26

Pemuda Berkarakter..........31

2. Saatnya Untuk Berdakwah....39

Mengukir Cerita Dakwah....41

Kita dan Anak Kecil Itu...46

Siapakah Hudzaifah Baru.....54

3. Menikmati Dakwah kampus..61

Menikmati Dakwah di Kampus...63

Say Yes to Dakwah...68

Terkadang Semua Itu Butuh Paksaan.....73

Nuansa Bening di Jingganya Langit-MU.....................81

4. Selalulah di Jalan Ini......89

Yang Tidak Terpengaruh....91


Ikhwah Unesa

| 15

Teruslah di Jalan Ini.......96

Antara Rekrutmen dan Dakwah......106

Give up? No Way!.......................................................116

Kuliah di Jalan Cahaya.....119

5. Menjalin Ukhuwah......129

Indahnya Ukhuwah.....131

Kakak, Ajak Aku Terbang....136

Tunjukkan Dirimu Saudaraku...143

6. Inilah Yang Akan Menguatkan Kita...153

Di Majlis Iman Kita Berhenti Sejenak..155

Setiap Momen Dari Hidup Kita Adalah.....164

Islam di Dadaku........167

7. Profil:

Profil MY Club...178

Profil Formusa........181

Profil Penulis...........................184

16 | I k h w a h U n e s a

BAB I

Beginilah
Seharusnya Pemuda

Ikhwah Unesa

| 17

Ketika orang berkata


Siapa dia pemuda itu?
Yang dimaksud itu adalah aku
Sebab aku tak pernah malas dan bersikap bodoh
(Tharfah bin al-Abd)

18 | I k h w a h U n e s a

MY Me I
Para pemuda yang bersifat Islam adalah suatu hal dan para
pemuda tanpa Islam adalah suatu hal yang lain dan tidak ada
apa-apa selain dari itu.
Para pemuda dengan Islam berarti pemberi kebaikan dan
pembinaan dan yang tanpa Islam ialah celaka dan bala'.
(Fathi Yakan, Generasi Muda dan Perubahan)

Awal abad XX, Mesir dan dunia islam lainnya -termasuk


Indonesia- banyak

yang

berada dalam keterjajahan dan

penindasan. Akibatnya, umat ini berada dalam kebodohan,


kemiskinan, keterbelakangan, dan kerusakan sosial. Umat ini
begitu jauh dari nilai-nilai islam.
Di tengah lingkungan seperti itulah Hasan Al-Banna
tumbuh. Ia risau. Ia ingin membangkitkan kejayaan islam
kembali. Maka ia melakukan pengamatan panjang terhadap
kondisi umat yang akhirnya sampai pada suatu kesimpulan
bahwa: "Umat harus kembali bangkit. Namun aset umat ini untuk

Ikhwah Unesa

| 19

kembali bangkit telah terkuras habis, kecuali satu: Itulah


pemuda!!!.
Yang muda Lebih Perkasa
Dengan berbagai alasan, sekitar 80-an orang munafik
menghindari mobilisasi perang tabuk. Menjelang kedatangan
Rasulullah dari perang yang disebut Al-Qur'an sebagai "sa'atul
'usrah" (saat-saat sulit), mereka telah menunggu Beliau di
masjid. Mereka menyampaikan berbagai dalih, alasan dan
argumen sebab-sebab ketidakikutsertaannya dalam perang
tersebut. Mereka memohon kepada Rasulullah agar beliau
memohonkan ampun kepada Allah. Maka sesuai dhohirnya
Rasulullah menerima alasan itu.
Tapi tidak dengan Ka'ab bin Malik. Kader yang ditarbiyah
oleh Rasulullah dan termasuk jajaran sahabat terhormat,
penulis

wahyu,

serta

tak

pernah

absen

dalam

setiap

pertempuran -kecuali perang badar- mengajukan kalimat terang


dan jujur. Ia mengaku tak memiliki alasan untuk tidak mengikuti
perang

tersebut.

Ia

mengalahkan

dirinya

sendiri

dan

memenangkan keimanan atas dusta dan kemunafikan. "Adapun


orang ini, maka ia telah berkata benar," begitu kata Rasul
mengenai Ka'ab. Kemudian Beliau SAW berkata kepada Ka'ab,
"Wahai Ka'ab, berdirilah, sampai Allah memutuskan sesuatu

20 | I k h w a h U n e s a

untukmu." Sejak saat itu pun Kaab beserta dua orang


sahabatnya, Murarah bin Rabiah dan Hilal bin Umayah,
mendapat hukuman pemboikotan sosial.
Dunia terasa sempit bagi mereka. Murarah dan Hilal terus
mengurung diri mereka. Dan Kaab, yang paling muda di antara
mereka, tetap pergi ke pasar, masjid, dan tetap bersosialisasi
dengan kaum muslimin lainnya. Biarpun sapaan diabaikan, senyum
dibalas keberpalingan, dan salam tidak dijawab, tapi Kaab tidak
mengikuti jejak kedua sahabatnya. Ia tetap berbaur dengan
kaum muslimin lainnya.
Tatkala ada seorang sahabat yang memberi tahu Kaab
bahwa Rasulullah memerintahkannya untuk menjauhi istrinya, ia
segera menyuruh istrinya untuk pulang ke rumah keluarganya.
Sementara istri Hilal minta keringanan kepada Rasulullah agar ia
tetap bisa melayani keperluan Hilal, karena sudah tua.
Itulah sekelumit contoh bahwa yang 'muda' lebih tangguh
daripada yang tua. Sebagai orang yang paling muda di antara
ketiga

sahabat

yang

tidak

ikut

perang

Tabuk,

Kaab

menunjukkan ketangguhannya sebagai anak muda. Ia tetap


berbaur dengan kaum muslimin di saat kedua sahabatnya hanya
bisa menangisi kesalahannya dan mengurung diri di rumah.

Ikhwah Unesa

| 21

Penggerak Roda Kejayaan Umat


Roda kejayaan umat ini tak akan melaju dengan cepat
apabila digerakkan oleh anak-anak yang terlalu belia. Tenaga
mereka masih terlalu lemah untuk menggerakkan roda kejayaan
itu, sehingga lajunya pun lambat. Tidak juga orang tua. Karena
kekuatan mereka mulai luntur seiring bertambahnya usia.
Mereka tak lagi sekuat seperti tatkala masih muda.

"Umat harus kembali bangkit. Namun


aset umat ini untuk kembali bangkit
telah terkuras habis, kecuali satu: Itulah
pemuda!!!
--Hasan Al-Banna-Seperti mentari yang menyinari bumi. Pagi yang cerah
adalah anak-anak yang penuh ceria. Siang terik yang panas
ibarat kekuatan pemuda yang sedang membara. Dan memasuki
senja, sinar sang surya akan kembali lemah; persis seperti
manusia bila sudah tua. Kekuatan mereka kembali melemah.
Dalam bahasa Al-Quran, mereka dikembalikan ilaa ardalil 'umur
(sampai usia yang paling lemah).

22 | I k h w a h U n e s a

Mimpi kaum muslimin untuk membebaskan konstantinopel


akhirnya tercapai delapan ratus tahun kemudian oleh pasukan
Utsmaniyah yang dipimpin seorang pemuda berusia 23 tahun,
Muhammad Al-Fatih. Dan Tanah Suci Palestina akhirnya dapat
dibebaskan dari cengkraman pasukan salib melalui kepemimpinan
seorang pemuda juga, Shalahuddin Al-Ayyubi.
Dua peristiwa besar yang tercatat dengan tinta emas
sejarah tersebut ditorehkan oleh para pemuda. Maka tidak
berlebihan kalau ada seorang penyair yang mengungkapkan,
"Inna fii yadisy syubbaaniamrol ummati, wa fii aqdaamihim
khayaataha" (Sesungguhnya di tangan para pemuda ada urusan
suatu umat, dan di kakinya ada kehidupan suatu umat).
Bukan Sekedar Pemuda
Generasi muda, kata Herry Nurdi, adalah bahan baku
utama sebuah peradaban, di mana pun dan di zaman apapun.
Potensi-potensi muda ini jika diolah dan dipelihara akan menjadi
bahan bakar perjuangan. Para pemuda adalah besi-besi yang siap
ditempa. Adapun para empu yang menempanya haruslah ulamaulama yang membaktikan hidupnya untuk tujuan akhirat, bukan
tujuan dunia.
Seperti Muhammad Al-Fatih. Sejak kecil, ia berada dalam
bimbingan Syaikh Aaq Syamsuddin. Mufti di istana sultan Murad
Ikhwah Unesa

| 23

itulah yang menempa dan mendidiknya, sehingga ia menjadi


pemuda islam yang militan. Begitu pula dengan Shalahuddin AlAyyubi. Ia lahir di masa khalifah Nuruddin Zanki, seorang
khalifah yang menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama
dalam pembangunan masyarakatnya. Bukan hanya dalam hal
keilmuan, tapi juga militer. Maka tumbuhlah Shalahuddin
menjadi pemuda islam yang matang nan perkasa. Tak hanya
dalam soal fisik, tapi juga matang dalam bidang keilmuan,
tsaqofah, akhlak, dan akidah.
Dari sinilah akhirnya kita dapat memahami, mengapa Imam
Hasan Al-Banna suatu ketika mengungkapkan, "Perbaikan suatu
umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu,
yang dalam hal ini adalah pemuda."
Bangkitlah Para Pemuda Islam
Jika hanya sebatas pemuda, maka mayoritas penghuni bumi
ini adalah anak-anak muda. Tapi yang dibutuhkan umat ini tidak
hanya pemuda. Tidak! Umat ini membutuhkan lebih dari seorang
pemuda. Dan yang dibutuhkan umat saat ini adalah bangkitnya
'pemuda islam'. Yang dalam bahasa inggrisnya bisa disebut
''Moslem Youth" (MY). Ya, yang kita butuhkan saat ini adalah
"MY" yang ideal. Yaitu pemuda islam yang memiliki kepribadian
utuh, memiliki visi dan misi dalam hidup serta nilai-nilai yang

24 | I k h w a h U n e s a

membentuk paradigma, mentalitas dan karakter secara islam.


Dan yang terpenting: mau berjuang demi kejayaan islam.
Bangkitlah para pemuda... karena di tangan kalianlah urusan
umat ini akan dapat terselesaikan. Dan di kaki kalianlah hidup
matinya umat ini. Bangkitlah para pemuda..!!! jika kalian bangkit,
saya yakin, bahwa tidak lama lagi umat ini akan mengalami
kejayaan. Karena saya percaya, "Moslem Youth Membawa
kejayaan Islam".. InsyaAllah.. Aamiin..

"Inna fii yadisy syubbaaniamrol ummati,


wa fii aqdaamihim khayaataha"
Sesungguhnya di tangan para pemuda ada
urusan suatu umat, dan di kakinya ada
kehidupan suatu umat

Ikhwah Unesa

| 25

Pemuda Dewasa
Jangan lihat hidup dari fenomena-fenomena, tapi lihatlah hidup
dari hakikat....
(KH. Rahmat Abdullah)

Zaman kini telah berubah era digital. Segalanya serba


digital. Bahkan ada beberapa pemuda di negeri ini, yang
tergabung

dalam

komunitas

bernama

Indonesia

Optimis,

membuat gagasan upacara bendera digital. Jika dulu orang lahir


tidak membawa apa-apa, maka kini, kata Rhenald Kasali, seorang
lahir dengan membawa mouse di tangan kanannya.
Di era digital ini segala informasi, berita, ratapan, curahan
hati, motivasi, nasihat dan lain sebagainya berseliweran di
sekitar kita. Begitu mudah kita memperoleh sebuah ilmu
pengetahuan. Jika dulu Imam Bukhari harus berjalan berbulanbulan untuk memperoleh satu hadits, maka kini dengan sekali
klik bisa mendapat puluhan bahkan ratusan hadits bahkan lebih
dari itu.

26 | I k h w a h U n e s a

Di tengah banjirnya ilmu dan pengetahuan itu, tentu banyak


di antaranya yang bertentangan. Di sana lah bertemu semua
gagasan dan pemikiran yang ada. Mulai dari yahudi, nasrani, alim
ulama, free thinker, kejawen, kiai mbeling, generasi alay lebay,
dan lain sebagainya. Maka istilah Ghozwul Fikr (Perang
Pemikiran) benar-benar menemukan tempat yang cocok di sana.
Di saat itu lah diperlukan kedewasaan berpikir bagi para
pemuda.
Menurut para psikolog, bahwa tahap-tahap perkembangan
kejiwaan dan alam pikiran manusia dalam menilai suatu ide atau
pemikiran, umumnya melalui tiga fase. Fase pertama, menilai
baik buruknya suatu ide dengan kebendaan (materi) atau
berdasarkan pada panca indera yang timbul dari kebutuhankebutuhan

primer.

Golongan

pertama

ini

mengukur

baik

buruknya suatu ide, pemikiran, gerakan dan hal lainnya dengan


ukuran

materi.

Jika

gerakan

dan

pemikiran

itu

mampu

memberikan materi, kesenangan (bukan kebahagiaan) dan halhal lain yang bisa dinikmati maka ia akan segera mengikuti
gerakan dan pemikiran tersebut. Dan saya menyebut fase ini
sebagai fase anak-anak. Dan para pemuda yang masuk kategori
ini adalah pemuda yang kekanak-kanakan. Atau dalam bahasanya
Ustadz Fauzil Adhim, Bayi yang berkumis dan berjenggot rapi
Ikhwah Unesa

| 27

Fase kedua, menilai suatu ide, pemikiran atau gerakan atas


keteladanan yang diberikan oleh seseorang, dan atau tidak
terlepas dari penjelmaan dalam diri pribadi seseorang. Suatu
ide, gerakan ataupun pemikiran akan dianggap baik jika tokoh
yang ia ikuti yang melakukannya. Atau paling tidak tokoh
tersebut telah menilai baik terhadap ide, gerakan atau
pemikiran tersebut. Dan ia menjadi jelek jika dinyatakan jelek
oleh tokoh tersebut. Saya menyebut fase ini sebagai fase
remaja karena seorang remaja biasanya akan mudah sekali
terpengaruh dengan teman dan lingkungannya.
Orang-orang yang tahap perkembangan pemikirannya masih
berada pada fase pertama adalah orang yang materialis. Orang
materialis ini mengukur segala sesuatu dengan kebendaan saja.
Fase kedua adalah orang-orang yang Taqlid, yaitu orang yang
mengikuti sesuatu namun tidak mengetahui dasarnya. Orangorang seperti itu biasa disebut membebek/mengekor. Ia akan
hengkang

dan

mencampakkan

sebuah

gerakan

atau

tak

memercayai suatu pemikiran jika tokoh yang diikutinya tidak


lagi sepaham terhadap pemikiran yang terdapat berada dalam
gerakan tersebut.
Ketika Perang Uhud, ada sekelompok kaum muslimin yang
segera meninggalkan medan pertempuran ketika mendengar

28 | I k h w a h U n e s a

berita

bahwa

Rasulullah

SAW wafat. Padahal


berita
hanyalah
bohong

tersebut
berita
yang

dihembuskan kaum
musyrikin

untuk

melemahkan barisan

Di hari-hari semakin
banyaknya serangan
pemikiran di kehidupan
ini, maka kedewasaan
berpikir menjadi sebuah
keniscayaan yang harus
dimiliki para pemuda.

orang beriman. Dan apa


yang mereka lakukan itupun
berhasil, karena ternyata ada juga pasukan kaum muslimin yang
terpengaruhi berita tersebut. Kejadian seperti ini muncul
karena pandangan sebagian kaum muslimin terhadap suatu ide
(keyakinan) -pada waktu itu- baru sampai fase kedua. Maka AlQuran pun menegur mereka dengan turunnya ayat 144 dari
surat Ali Imron:
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh
telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia
wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat
mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah
akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
Ikhwah Unesa

| 29

Fase ketiga adalah fase kedewasaan. Dalam fase ini,


seseorang menilai suatu ide didasarkan atas nilai-nilai yang
terdapat pada unsur-unsur ide itu sendiri. Ia tidak terpengaruh
dengan faktor lain yang menguatkan atau melemahkan ide
tersebut. Ia tidak lagi melihat materi dan pribadi di balik ide,
pemikiran dan gerakan tersebut. Ia tidak lagi melihat dari
fenomena-fenomena yang dimunculkan gerakan dan pemikiran,
tapi ia melihat pada hakikat kebenaran sebuah gerakan dan
pemikiran.
Di hari-hari semakin banyaknya serangan pemikiran di
kehidupan ini, maka kedewasaan berpikir menjadi sebuah
keniscayaan yang harus dimiliki para pemuda. Dan hanya mereka
yang menyandarkan setiap pandangannya pada Al-Quran dan
Hadis-lah yang akan akan memiliki pandangan imani, yakni
sebuah pandangan yang tidak lagi melihat hidup dari fenomenafenomena tapi pada hakikatnya. Seperti yang telah diwasiatkan
Syaikhut

Tarbiyah,

Jangan

lihat

hidup

fenomena, tapi lihatlah hidup dari hakikat..


Sudahkah Anda dewasa..???

30 | I k h w a h U n e s a

dari

fenomena-

Pemuda Berkarakter
Seandainya filosof terbesar dunia diminta untuk meringkas
solusi problematika kemanusiaan dalam dua kata, niscaya dia
tidak akan mengatakan lebih dari dua kata ini: keteguhan
akhlak
(Musthafa Shadiq Ar-Rafii)

Apa

kabar

teman-teman

yang

luar

biasa?

Semoga

senantiasa dalam naungan Islam dan selimut iman. Alhamdulillah


puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menyatukan

dan

mempersaudaran

kita

semua

dalam

persaudaraan seiman ini. Semoga kita senantiasa istiqomah


dalam menjaga persaudaraan ini. Aamiin.
Siapakah pemuda? Kita sering mendengar kata pemuda.
Pemuda selalu diidentikkan dengan kelompok manusia berusia 15
sampai 35 tahun. Apakah hanya sebatas itu saja yang dimaksud
dengan pemuda itu? Pemuda adalah harapan bangsa. Bangsa yang
maju bukan terletak pada orang-orang dewasa melainkan pada
pemudanya.

Karena

kepemimpinan

suatu

pemuda
bangsa.

yang
Jika

akan

mewarisi

pemuda

gagal

estafet
dalam

Ikhwah Unesa

| 31

membentuk dirinya dan tidak siap dalam membangun bangsa


maka suatu bangsa atau peradaban pasti akan hancur.
Pun demikian halnya dengan kondisi pemuda muslim saat ini.
Pemuda muslim harus bangkit dari keterpurukan dari tipu daya
dunia yang menjerumuskan pada kemaksiatan dan kebodohan.
Terletak pada kita lah masa depan agama dan bangsa ini. Untuk
menjadi

pemuda

harapan

bangsa

yang

berahlak

mulia

membutuhkan usaha untuk mewujudkannya. Pemuda adalah


mereka yang berjuang. Pemuda itu adalah KITA.
Jadilah pemuda yang berkarakter. Karakter dalam islam
didefinisakan sebagai akhlak. Mari kita lihat bagaimana Sang
Suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW berakhlak dalam
kehidupan sehari-hari beliau. Semenjak muda beliau sudah
menunjukkan sebagai pemuda yang berakhlak mulia yang
tercermin dalam sifat-sifatnya. Bahkan beliau telah digelari AlAmin sebelum diangkat menjadi nabi. Orang yang terpercaya.
Saat ini sedang gencar-gencarnya tentang pendidikan
karakter. Sebagai seorang muslim kita sebenarnya telah
mendapatkan ilmu tentang pendidikan karakter dari Nabi
Muhammad SAW. Hanya saja kadang kita sebagai umat islam
kurang

menyadarinya.

berkarakter?

32 | I k h w a h U n e s a

Lalu

bagaimana

menjadi

mahasiswa

Pertama,
mahasiswa

jadilah

yang

aktif

Dengan aktif diberbagai


kegiatan mahasiswa akan

dalam berbagai kegiatan.

memiliki wawasan dan

Dengan aktif diberbagai

pengalaman yang luas

kegiatan mahasiswa akan

yang mungkin tidak

memiliki

wawasan

dan

didapatkan di dalam meja

pengalaman yang luas yang

perkuliahan.

mungkin tidak didapatkan


di dalam meja perkuliahan. Pengalaman dan wawasan itulah yang
nantinya akan bermanfaat dikemudian hari. Dengan aktif
diberbagai kegiatan kita bisa membangun koneksi dan jaringan
atau kata lainnya kita bisa bersilaturahim dengan saudarasaudara dan teman-teman yang lain.
Aktiflah di kegiatan yang benar-benar bermafaat. Dalam
mengikuti kegiatan kita harus mempunyai sikap yang profesional.
Jangan beralasan karena ikut kegiatan, kuliah jadi berantakan.
Saya sering menjumpai kasus demikian. Karena alasan banyak
kegiatan, kuliah jarang masuk dan IPK jeblok. Itu sangat tidak
dibenarkan.
Kedua, pandai-pandailah mengatur waktu. Mengatur waktu
bukan hal

yang mudah

jika kita tidak

berusaha untuk

melakukannya. Pernah dengar ungkapan ini? Semua orang punya


Ikhwah Unesa

| 33

waktu sama 24 jam dalam satu hari. Dalam satu hari ada orang
yang mampu memimpin sebuah negeri tapi ada juga yang dalam
satu hari tidak mampu mengatur dirinya sendiri.
Bagaimana mengatur waktu yang baik? Pertama, buatlah
jadwal kegiatan kita. Dengan membuat jadwal kita akan mampu
menentukan prioritas-priorias kegiatan kita. Kedua, jangan
menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat
seperti cangkrukan atau bergadang tanpa manfaat. Bukankah
Rasulullah telah bersabda, Termasuk dari bagusnya keislaman
seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat
Ketiga, milikilah cita-cita dan tujuan yang tinggi. Manusia
yang tidak punya mimpi bagaikan berjalan tanpa arah dan tujuan.
Mimpi adalah kunci untuk menggerakan syaraf dan otot kita
untuk terus bergerak karena cita-cita itulah sebagai penggerak
dan penyemangat dalam perjuangan kita dalam menuju sukses.
Pernah mendengar ungkapan ini? The dream is not what
you see in sleep but the thing which does not let you sleep
(mimpi bukanlah sesuatu yang kita lihat saat tidur melainkan
sesuatu yang membuat kita tidak bisa tidur). Apa maknanya?
Bahwa mimpi itu adalah penyemangat saat kita malas dan jatuh.
Malas bisa diidentikan dengan tidur. Sibuk= sithik-sithik bubuk
(Sedikit-sedikit tidur). Termasuk kebiasaan yang kurang baik

34 | I k h w a h U n e s a

adalah tidur setelah sholat Subuh. Kebiasaan yang harus


dihindari.
Keempat, milikilah sifat pekerja keras, pantang menyerah
dan sabar. Pekerja keras artinya mau berusaha sekuat tenaga
dalam meraih cita-cita. Kita bisa asalkan kita mau berusaha.
Pantang menyerah mempunyai arti jika kita menemui kesulitan
dan hambatan dalam meraih mimpi itu, namun kita tidak lantas
menyerah begitu saja. Untuk itu, teruslah bergerak hingga kita
mampu meraihnya.
Saya analogikan begini, jika Allah menakdirkan kita meraih
mimpi kita pada saat kita berjalan sejauh 10 kilometer tetapi
ditengah perjalanan kita mendapat ujian dan kita menyerah,
apakah kita akan mendapatkan kesuksesan itu? Tentu tidak.
Mungkin kita sudah
pernah mendengar cerita
tentang seorang pendaki
yang ingin mendaki sebuah
gunung.
perjalanan

Ditengah
ia

bertemu

dengan seorang kakek lalu


ia bertanya kepada kakek

The dream is not what you


see in sleep but the thing
which does not let you
sleep
Mimpi bukanlah sesuatu
yang kita lihat saat tidur
melainkan sesuatu yang
membuat kita tidak bisa
tidur
Ikhwah Unesa

| 35

itu tentang jalan termudah menuju puncak gunung. Pada saat itu
terdapat tiga jalan menuju puncak gunung. Setelah ditunjukkan
jalan pemuda itu berjalan tetapi sampai ditengah pendakian ia
menjumpai jalan berbatu yang amat terjal dan ia pun kembali
turun dan bertanya kepada kakek tadi. Lalu kakek itu
menunjukkan jalan yang lain. Pemuda itu lalu menyusuri jalan itu.
di tengah perjalan ia menjumpai jalan semak belukar yang penuh
duri yang tajam dan ia pun memutuskan untuk kembali. Dan Ia
kembali bertanya kepada kakek tadi. Kakek itu menunjukkan
jalan terakhir lalu pemuda itu bergegas menyusuri jalan itu.
ditengah pendakian ia menjumpai jalan berpasir yang penuh
badai. Lalu ia kembali turun lagi untuk menjumpai kakek itu dan
menceritakan

apa

yang

telah

ia

alami.

Lalu

kakek

itu

menjelaskan bahwa tidak ada jalan yang mudah untuk mencapai


puncak. Semua ada rintangannya dan sama beratnya pula. Lalu ia
bergegas menuju salah satu jalan menuju puncak dengan penuh
semangat dan mantap hingga akhirnya ia pun sampai dipuncak
gunung. Itulah jalannya, jika kita benar-benar ingin meraih
mimpi-mimpi kita. semua membutuhkan tekad yang kuat.
Kelima, bergaulah dengan orang-orang yang dekat dengan
Allah dan orang-orang yang mempunyai misi dan visi serta citacita hidup yang sama dengan kita. Orang baik pasti akan memilih

36 | I k h w a h U n e s a

berteman dengan orang yang baik pula dan demikian juga dengan
orang yang buruk akhlaknya juga akan memilih teman yang sama
dengannya. seseorang bisa dilihat bagaimana akhlaknya hanya
dari temannya karena teman adalah cermin dari diri kita.
Teman atau sahabat yang baik adalah mereka yang saling
mengingatkan dalam kebaikan. Dengan bergaul dengan orang
yang mempunyai cita-cita yang sama akan mempermudah kita
dalam meraih cita-cita itu karena kita bisa saling menyemangati,
saling berbagi ilmu dan pengalaman bahkan saling mendoakan
satu sama lain. Tapi bukan berarti orang-orang yang buruk
akhlaknya tidak kita sapa.akan tetapi jadikan mereka sebagai
khasanah hidup kita agar kita semakin tahu tentang mereka dan
menjadi pribadi yang mampu mewarnai. Bukan tidak mungkin
orang yang buruk akhlaknya bisa menjadi baik karena kita ajak
menuju kebaikan.
Bertemanlah hanya sebatas pada hal-hal yang pantas saja
dan jangan sampai kita malah yang terseret ke dalam dunia
mereka. Itu juga menjadi kunci suksesnya dakwah kita. Apabila
kita hanya berdakwah kepada teman-teman yang sudah bagus
agamanya dan akhlaknya saja, hal itu sangatlah mudah. Tapi
bagaimana caranya agar kita bisa memahami berbagai macam

Ikhwah Unesa

| 37

objek dakwah kita sehingga kita bisa menentukan strategi untuk


objek dakwah yang beraga.
Keenam, berdoalah serta mintalah doa restu dari kedua
orang tua kita. Doa adalah senjatanya orang mukmin. Usaha
tanpa doa adalah sombong dan doa tanpa usaha adalah sia-sia.
Dan tinggallah kita untuk mengamalkan rumus 3M yaitu Mulai
dari diri sendiri, Mulai dari hal-hal kecil dan Mulai dari sekarang
juga. Semua cara dan strategi yang tidak diamalkan ibarat sabit
yang tajam tapi tidak digunakan untuk memotong rumput hingga
sabit itupun menjadi berkarat dan tumpul. Dan akhirnya rumputrumput itu menutupi tanah tempat bercocok tanam. Semua
terjadi atas kehendak Allah. Maka mintalah kepada Allah
dengan cara berdoa yang sungguh-sungguh dan bertawakal atas
segala kehendak-Nya. Tawakal yang sempurna ialah apabila kita
sudah berusaha dan berdoa. Wallahualam.

38 | I k h w a h U n e s a

BAB II

Saatnya
Untuk Berdakwah

Ikhwah Unesa

| 39

Kamu adalah umat yang terbaik yang


dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah.
(Qs. Ali-Imran [3]: 110)

Perintahkanlah yang maruf


meskipun kamu belum
mengamalkannya, dan
cegahlah kemungkaran
meskipun kamu belum
meninggalkan seluruhnya.
(Hr. Thabrani)

40 | I k h w a h U n e s a

Mengukir Cerita Dakwah


Jangan sampai kita meninggal tanpa menghasilkan jejak-jejak
sejarah dalam hidup kita....
(BS. Wibowo)

Dakwah merupakan sebuah fenomena peradaban yang


benar-benar tidak ternilai harganya. Sebagaimana yang telah
diteladankan oleh Rasulullah SAW, dakwah adalah sebuah
perkara besar yang tidak bisa dianggap enteng sehingga bisa
dilakukan sambil lalu. Jauh dari itu semua, dakwah adalah
tantangan bagi semua manusia yang sadar akan kerinduan
mendalam terwujudnya sebuah kehidupan madani dan indahnya
kampung akhirat.
Berapa nyawa yang telah ditakdirkan tercerabut dari
raganya, yang malu untuk sekedar merasakan malas, karena
kesungguhan cita-cita besar yang bersenyawa dalam keseharian
untuk terus menjadi pejuang-pejuang Allah. Bahkan jauh dari itu
semua, ghirah yang kemudian mendapatkan apresiasi terbaik itu,
menjadikan manusia yang memilikinya mampu tegar bertahan
Ikhwah Unesa

| 41

bak

karang

di

lautan.

Ghirah

inilah

yang

kemudian

bertransformasi menjadi sebuah energi ketaatan yang tiada


ternilai harganya.
Jamaah dakwah ini hanyalah sebuah keluarga sekaligus
organisasi kecil yang dibangun dengan berbagai perencanaan.
Hingga Allah akhirnya mempercayakan bagi sekelompok manusia
untuk berjalan bersama jamaah tersebut. Menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari kesehariannya, menjadi sibuk karenanya,
menjadi lelah karenanya. Semua ini adalah episode yang Allah
rencanakan sebelumnya.
Jamaah dakwah ini hanyalah sebagian kecil dari sekian
banyak manusia yang beriltizam untuk beramal jamai, menyeru
sebagian manusia pada kebaikan dan mengingkari thaghut. Bukan
sebuah

hal

baru.

Bukan

juga

sebuah

hal

yang

patut

disombongkan. Hanya sebuah transformasi dari sebagian kecil


mahasiswa muslim untuk terus berkiprah menjaga sebuah awal
agar terus mampu mencetak pejuang-pejuang baru.
Mereka hanyalah sekumpulan manusia, bukan malaikat yang
selalu benar dan patuh. Terkadang rasa capek, lelah dan jumud
(bosan) itu begitu menyiksa. Kembali mempertanyakan di relung
hati yang paling dalam dimana letak komitmen yang pernah
dibangun. Terkadang air mata yang keluar tidak mampu

42 | I k h w a h U n e s a

menghibur rasa malu akan lemahnya diri memikul amanah


dakwah ini. Terkadang rasa jenuh justru membuat akal menjadi
buntu dan begitu terlarut, sedangkan waktu terus berjalan.

Sungguh, bergabung bersama


tentara Allah dalam
menegakkan syariat-Nya
adalah sebuah kebanggaan.
Merasakan manisnya
pengorbanan dalam tiap-tiap
episode
cinta adalah bagian
Ibarat sebuah kolam ikan. Ikan didalamnya tidak hanya
yang tidak mampu tergantikan
berenang dan makan lumut-lumut yang ada di dindingnya. Namun
oleh apapun.
sekumpulan ikan ini juga ada kalanya saling beradu, saling
berebut, saling bertarung dan kadang kala ada yang terluka.
Mereka saling meneriaki begitu kerasnya hingga salah satu ikan
merasa bosan dan akhirnya pergi. Adapula ikan yang merasa
canggung ketika bertemu temannya yang lain. Merasa sendirian
dan merasa tidak pernah berguna berada di kolam itu.
Lalu apa yang bisa saya lakukan disini? tanya seekor ikan.
Nampaknya pemimpin ikan yang ditanya juga tidak memiliki
bahasa yang tepat sehingga membuat sang ikan itu merasa
Ikhwah Unesa

| 43

nyaman. Adapula ikan yang merasa ditinggal oleh kawankawannya, begitu sering ia menyendiri hingga akhirnya merasa
terasing. Hal ini terus saja berjalan. Ada sebagian ikan yang
menyadari hal ini. Namun apa daya, doa yang ia panjatkan
kepada Allah ternyata belum diijabah. Hingga akhirnya ikan
yang merasa terasing itu justru menikmati keterasingannya.
Entah kemana
Namun mereka juga bukan kelompok yang lemah yang
kemudian hanya bisa terdiam, terpaku tak berdaya. Paling tidak
mereka pernah merasakan kebanggan bermanfaat bagi orang
lain. Paling tidak mereka pernah merasakan bahagia karena
mampu berkorban lebih untuk saudaranya. Sungguh, sinar
harapan itu terasa hangat dan suatu hari menampakkan cahanya
terbaiknya.

Hingga

segala

yang

hijab

(Penghalang)

yang

menutupnya dari kemenangan itu akan terhapus sirna.


Sungguh,

bergabung

bersama

tentara

Allah

dalam

menegakkan syariat-Nya adalah sebuah kebanggaan. Merasakan


manisnya pengorbanan dalam tiap-tiap episode cinta adalah
bagian yang tidak mampu tergantikan oleh apapun. Setiap zaman
memiliki sejarahnya masing-masing dan tiap sejarah memilih
tokohnya. Maka, setiap pengorbanan akan berbalas kebaikan
yang tidak ternilai harganya di kampung akhirat kelak.

44 | I k h w a h U n e s a

Selamat berjuang kawan! Dimanapun kita berada, semoga


kelak Allah mempertemukan kita dalam kondisi yang jauh lebih
baik di Jannah-Nya nanti dan bersama meneguk sejuk dan
nikmatnya kebenaran janji Allah. Allahu Akbar!!!

Doc: Acara Social Political Campus Training (SPCT)

Ikhwah Unesa

| 45

Kita dan Anak Kecil Itu


Seandainya seseorang tidak boleh memerintahkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran sehingga ia menjadi orang yang bersih
dari semua dosa, maka tidak ada seorang pun yang
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
(Said bin Zubair)

Anak kecil itu membaca surat An-Nashr. Begitu merdu ia


membaca. Apalagi logat kekanak-kanakannya semakin membuat
semua orang yang melihatnya menjadi gemas. Idha jaaa
nashrullahi wal fath, begitu ia membaca. Al-Hajjaj bin Yusuf
dan orang-orang yang melihatnya pun semakin kagum. Tapi
mereka mendadak ricuh ketika anak kecil itu membaca ayat
berikutnya, wa raaita an-naasa yahrujuuna fii diinillahi afwaaja.
Ia mengganti kata yadhuluuna (mereka semua masuk) menjadi
yakhrujuuna (mereka semua keluar). Sehingga ayat kedua dari
surat Al-Ashr itu pun artinya berubah menjadi: Dan kamu
melihat manusia berbondong-bondong keluar dari agama Allah.
Hai anak kecil, bacaanmu keliru. Yang benar adalah, wa
raaita an-naasa yadhuluuna fii diinillahi afwaaja, Begitu Al-

46 | I k h w a h U n e s a

Hajjaj bin Yusuf, seorang panglima yang kejam dan dzolim pada
masanya itu, mencoba membenarkan bacaan anak kecil itu.
Tapi anak kecil itu dengan tegas dan keras mengatakan,
Tidak! Bacaanku benar, dan engkau lah yang salah. Memang,
dahulu mereka berbondong-bondong masuk islam, tapi kini
mereka semua berbondong-bondong keluar dari agama islam,
sebab kedzolimanmu.
Ketika membaca kisah tersebut di cover belakang buku
Dai-dai Cilik yang ditulis Syekh Nashir Asy-Syafii (Judul asli
Al-Athfaal lakin duat), saya pun tidak bisa menahan diri untuk
tidak membeli buku tersebut. Ternyata, yang kita lakukan
selama ini belumlah seberapa. Terlalu naif jika membandingkan
apa yang kita lakukan dengan yang dilakukan anak itu. Di usia
kita yang entah berapa, dakwah yang
kita lakukan ternyata masih
jauh jika dibanding dengan
anak kecil itu. Paling tidak
ada beberapa hal yang
menjadikan anak kecil itu
lebih unggul dari kita.
Pertama, usia. Di usia

Tidak ada kata


terlambat dalam
berdakwah. Justru
kita harus super
semangat untuk
mengejar
ketertinggalan kita
dalam menapaki jalan
dakwah.

Ikhwah Unesa

| 47

yang begitu belia, anak itu telah mulai berdakwah. Coba


bandingkan dengan kita, umur berapakah kita mulai berdakwah?
Umumnya kita mengenal aktivitas dakwah itu saat memasuki
perguruan tinggi. Memang, dalam buku tersebut penulisnya tidak
menyebut

usia

anak

kecil

itu.

Tapi

dalam

Psikologi

perkembangan, seseorang itu masih disebut anak-anak jika usia


belum lebih dari 12 tahun.
Kedua, objek atau sasaran dawah. Jika kita melihat di
kalangan aktivis dakwah kampus (ADK) sekarang, umumnya
objek

dakwahnya

adalah

mahasiswa

lain

yang

kesadaran

keislamannya masih kurang. Yang lebih maju mungkin mulai


mengepakkan sayapnya ke kalangan dosen atau masyarakat
sekitar bahkan ada yang sampai lingkup negara. Ke pemimpin?
Mungkin pernah, tapi itu pun kebanyakan melalui demontrasi.
Coba kita bandingkan dengan anak kecil itu. Di usia yang begitu
belia, ia berani melakukan dakwah ke pemimpin yang dzalim lagi
kejam.
Ketiga, bekal dakwah. Di usia yang begitu belia, anak itu
telah hafal al-Quran. Coba bandingkan dengan kita, berapa ayat
yang telah kita hafalakan. Bahkan hafalan penulis sendiri juga
masih sangat sedikit. Mungkin diantara kita ada yang hafal, tapi

48 | I k h w a h U n e s a

ketika hafal usia kita mungkin tidak sebelia anak tersebut.


Sekali lagi kita kalah dengan anak kecil tersebut.
Kisah di atas hanyalah cermin bagi kita. Agar kita
tergugah untuk mulai berdakwah. Atau kalau sudah mulai meniti
jalan dakwah agar lebih semangat dalam berdakwah. Jangan
sampai karena kisah tersebut kita justru membuat kita lemah
dalam berdakwah. Lemah karena merasa tidak pantas untuk
berdakwah. Percayalah bahwa kita pun harus berdakwah,
karena:
Pertama, Maa laa yudroku kulluhu fa laa yutroku kulluhu,
begitu kata kaidah ushul fiqih yang ke-33 dalam buku Mabaadi
Awwaliyah yang ditulis Abdul Hamid Hakim. Artinya: Sesuatu
yang tidak bisa kita lakukan semuanya maka jangan ditinggal
semuanya. Misal, ada seseorang yang jumlah tanggungannya itu
lima orang. Ketika waktu pembayaran zakat fitrah ia pun harus
membayar untuk lima orang. Tapi ternyata ia hanya sanggup
membayar untuk tiga orang saja. Maka yang tiga itu harus ia
bayarkan. Tidak bisa ia meninggalkan semuanya atau tidak
membayar zakat sama sekali hanya gara-gara kurang dua orang
saja.
Begitu pun kita dalam berdakwah. Ketika kita baru sadar
untuk berdakwah di usia senja, maka itupun tidak jadi soal.
Ikhwah Unesa

| 49

Jangan sampai karena berdalih sudah terlalu tua atau sudah


terlanjur tidak berdakwah, kemudian kita tidak berdakwah
sepanjang

hidup

kita.

Tidak

ada

kata

terlambat

dalam

berdakwah. Justru kita harus super semangat untuk mengejar


ketertinggalan kita dalam menapaki jalan dakwah.
Kedua, Laa yukallifullahu nafsan illa wusahaa, begitu kata
Allah sebagaimana yang termaktub dalam surat Al-Baqarah.
Yang artinya Allah tidak membebani seseorang melebihi
kesanggupannya. Kalau kita hanya sanggup berdakwah kepada
teman-teman kita sendiri, maka mari kita lakukan hal itu dengan
sungguh-sungguh. Tapi jangan sampai kita tidak meningkatkan
kualitas diri dan dakwah kita karena berdalih dengan ayat
tersebut. Sesuai kesanggupan kita adalah batas maksimum dari
kemampuan kita, yaitu sesuai dengan usaha maksimum yang
telah kita lakukan. Jika kita belum berusaha maksimal, maka
jangan sekali-kali berdalih dengan ayat tersebut.
Ketiga, Ballighuu anni wa lau aayatan. Sampaikanlah dariku
walaupun satu ayat, begitu pesan Rasulullah. So, biar pun ilmu
kita tidak seberapa, sampaikanlah! Kalau kita menunggu pintar
baru berdakwah, emang kapan kita pintar? Imam Ghozali bahkan
mengatakan, Siapa yang mengatakan dirinya telah mengetahui,
sebenarnya

dia

termasuk

50 | I k h w a h U n e s a

orang

yang

bodoh.

Segera

berdakwah, InsyaAllah ilmu yang kita miliki pun akan ditambah


oleh Allah.
Ada satu hal yang cukup sering digunakan orang untuk
tidak

melakukan

dakwah.

Yaitu

merasa

masih

banyak

kekurangan, banyak melakukan kesalahan dan dosa, serta sering


melalaikan kewajiban agama. Padahal, sebagai manusia yang
tidak mashum, kita semua pasti pernah melakukan kesalahan
dan banyak berkurang. Keengganan itu sering kali diperkuat
dengan firman Allah yang belum dipahaminya secara benar:
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal
kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu
berpikir? (Al-Baqarah [2]: 44)
Wahai

orang-orang

yang

beriman,

kenapakah

kamu

mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar


kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan. (Ash-Shaff [61]: 2-3)

Ikhwah Unesa

| 51

Suatu ketika seorang

Menjadi dai adalah

berkata kepada Al-Hasan,


Sesungguhnya
tidak

mau

memperbaiki diri;

Fulan

agar lebih mudah

memberi

dinasihati; sebab

nasihat seraya berdalih,

telinga sendiri lebih

Aku

dekat dari pada milik

takut

mengatakan

sesuatu yang tidak aku

sesama.

laksanakan.

@salimafillah

Al-Hasan menjawab,
Siapakah di antara kita yang mampu melaksanakan apa-apa yang
ia katakan? Setan ingin menguasai orang ini, sehingga tidak ada
seorang pun yang akan memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran.
Al-Hasan benar. Jika kita menunggu baik untuk memulai
berdakwah, mungkin di dunia ini tidak ada orang yang
berdakwah.

Dalam

Perintahkanlah

sebuah

yang

riwayat

maruf

Rasulullah

meskipun

bersabda,

kamu

belum

mengamalkannya, dan cegahlah kemungkaran meskipun kamu


belum

meninggalkan

seluruhnya. (Dihasankan Imam As-

Suyuthi dalam Al-Jamiush Shaghir [8177] diriwayatkan dari


banyak jalur diantaranya riwayat Ibnu Abi Dunya dari Abu
Hurairah dan riwayat Thabrani dari Anas. Masing-masing

52 | I k h w a h U n e s a

memiliki kelemahan, namun riwayat itu naik ke peringkat hasan


lighoirihi sebab saling menguatkan. Arbain Daawiyah no: 13)
Memerintah pada kebaikan dan mencegah kemungkaran
adalah suatu kewajiban seorang muslim. Begitu pun dengan
mengerjakannya. Sebagaimana koidah ushul fiqih di atas, maka
kita tidak bisa meninggalkan salah satunya, dengan beralasan
belum bisa melakukan keduanya. Lebih baik kita melakukan salah
satunya dari pada tidak melakukan kedua-duanya.
Akhirnya, bagaimanapun kondisi kita, jika kita senantiasa
memerintah pada kebaikan dan mencegah kemungkaran, serta
memberikan nasihat pada orang lain, maka kita akan lebih
berpeluang untuk menjadi lebih baik. Sebab, sebagaimana
Kulwit@salimafillah, Menjadi dai adalah memperbaiki diri; agar
lebih mudah dinasihati; sebab telinga sendiri lebih dekat dari
pada milik sesama.
Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani (orangorang yang sempurna ilmu dan ketakwaannya kepada Allah),
karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya (Ali Imraan [3]: 79)

Ikhwah Unesa

| 53

Siapakah Hudzaifah-Hudzaifah Baru Itu?


Diperlukan suatu hentakan yakin yang akan melahirkan
keberanian, keteguhan, dan kesabaran, bertolak dari jaminan
yang tak pernah lapuk.
(KH. Rahmat Abdullah)

Dalam buku Rijaal Khaular Rasuul, Khalid Muhammad Khalid


menceritakan sepenggal kisah Saat perang Khandaq:
Ketika itu malam gelap gulita dan menakutkan, sementara
angin topan dan badai meraung dan menderu-deru, seolah-olah
hendak mencabut dan menggulingkan gunung-gunung sahara yang
berdiri tegak di tempatnya. Dan suasana di kala itu mencekam
hingga menimbulkan kebimbangan dan kegelisahan, mengundang
kekecewaan

dan

kecemasan,

sementara

kelaparan

telah

mencapai saat-saat yang gawat di kalangan para sahabat


Rasulullah SAW.
Maka siapakah ketika itu yang memiliki kekuatan, apa pun
kekuatan

itu,

yang

berani

berjalan

ke

tengah-tengah

perkemahan musuh di tengah-tengah bahaya besar yang sedang


mengancam, menghantui dan memburunya, untuk secara diam-

54 | I k h w a h U n e s a

diam menyelinap ke dalam, yakni untuk menyelidiki dan


mengetahui keadaan mereka?
Rasulullah menawarkan tugas ini kepada para sahabat dan
menanyakannya hingga tiga kali tapi tidak ada satupun dari
barisan para sahabat yang berani berdiri. Mereka ketakutan.
Maka Rasulullah SAW memilih di antara para sahabatnya, orang
yang akan melaksanakan tugas yang amat sulit ini! Dan tahukah
anda, siapa kiranya pahlawan yang dipilihnya itu...?
Itulah dia Hudzaifah ibnu Yaman Radhiyallahu 'Anhu.
Ia dipanggil oleh Rasulullah SAW untuk melakukan tugas,
dan dengan patuh dipenuhinya.
Dan

sebagai

kejujurannya,

bukti

ketika

mengisahkan

ia

peristiwa

tersebut dinyatakannya bahwa


ia

mau

tak

mau

harus

menerimanya. Hal itu menjadi

Sebagai seorang yang


beriman, mujahid Allah,
ia menerima tugas
tersebut tak peduli
betapapun takut dan
lemahnya diri.

petunjuk, bahwa sebenarnya ia


takut menghadapi tugas yang dipikulkan atas pundaknya serta
khawatir akan akibatnya. Apalagi bila diingat bahwa ia harus
melakukannya dalam keadaan lapar dan timpaan hujan es, serta
keadaan

jasmaniah

yang

amat

lemah,

sebagai

akibat

Ikhwah Unesa

| 55

pengepungan orang-orang musyrik selama satu bulan bahkan


lebih.
Sebagai seorang yang beriman, mujahid Allah, ia menerima
tugas tersebut tak peduli betapapun takut dan lemahnya diri.
Dan sungguh, peristiwa yang dialami oleh Hudzaifah malam itu,
amat menakjubkan sekali. Ia telah menempuh jarak yang
terbentang di antara kedua perkemahan dan berhasil menembus
kepungan, lalu secara diam-diam menyelinap ke perkemahan
musuh. Ketika itu angin kencang telah memadamkan alat-alat
penerangan pihak lawan hingga mereka berada dalam gelap
gulita, sementara Hudzaifah telah mengambil tempat di tengahtengah prajurit musuh tersebut.
Abu Sufyan, panglima besar Quraisy, takut kalau-kalau
kegelapan malam itu dimanfaatkan oleh mata-mata Kaum
Muslimin untuk menyusup ke perkemahan mereka. Maka ia pun
berdirilah untuk memperingatkan anak buahnya. Seruan yang
diucapkan

dengan

keras

kedengaran

oleh

Hudzaifah

Radhiyallahu 'Anhu, bunyinya sebagai berikut: "Hai segenap


golongan

Quraisy,

hendaklah

masing-masing

kalian

memperhatikan kawan duduknya dan memegang tangan serta


mengetahui siapa namanya!"

56 | I k h w a h U n e s a

Kata Hudzaifah Radhiyallahu 'Anhu: "Maka segeralah saya


menjabat tangan laki-laki yang duduk di dekatku, kataku
kepadanya: "Siapa kamu ini ...?" Ujarnya: "Si Anu anak si Anu ..."
Demikianlah Hudzaifah, mengamankan kehadirannya di
kalangan tentara musuh itu hingga selamat.

Siapakah yang akan menjadi Hudzaifahhudzaifah dakwah kampus yang baru?


Siapakah yang menjadi mukmin mujahid yang
baru, yang berani menerima tugas berat
dakwah ini? Atau kalian hanya akan memilih
aman, memilih menjadi pengecut dan kalah
dimakan habis oleh rasa takut kalian?
Abu Sufyan mengulangi lagi seruan kepada tentaranya,
katanya: "Hai orang-orang Quraisy, kekuatan kalian sudah tidak
utuh lagi. Kuda-kuda kita telah binasa. Demikian juga halnya
unta. Bani Quraidhah telah pula mengkhianati kita hingga kita
mengalami akibat yang tidak kita inginkan. Dan sebagaimana
kalian saksikan sendiri, kita telah mengalami bencana angin
badai, periuk-periuk berpelantingan, api menjadi padam dan
kemah-kemah berantakan Maka berangkatlah kalian, dan aku

Ikhwah Unesa

| 57

pun akan berangkat." Lalu ia naik ke punggung untanya dan mulai


berangkat, diikuti dari belakang oleh tentaranya.
"Kalau tidaklah pesan Rasulullah kepada saya agar saya
tidak mengambil sesuatu tindakan sebelum menemuinya lebih
dulu, tentulah saya bunuh Abu Sufyan itu dengan anak panah,"
begitu kata Hudzaifah.
Hudzaifah kemudian kembali kepada Rasulullah SAW dan
menceritakan keadaan musuh, serta menyampaikan berita
gembira itu.
Siapakah yang akan menjadi Hudzaifah-hudzaifah dakwah
kampus yang baru? Atau kalian hanya akan memilih menjadi
pengecut dan kalah oleh rasa takut kalian?
Objek

dakwah

kampus

yang

kita

hadapi

saat

ini,

kebanyakan hanyalah teman-teman seakidah yang kesadaran


akan keislamannya masih kurang. Yang mungkin tantangannya
tidaklah seberapa. Sementara tantangan yang dihadapi oleh
Hudzaifah pada saat itu adalah angin kencang yang bunyinya
bagai guntur, hawa dingin yang menusuk tulang, dan malam gelap
yang membutakan hingga untuk melihat telapak tangan saja
tidak bisa. Berada di tengah kepungan dua kaum dari atas dan
dari bawah.

58 | I k h w a h U n e s a

Siapakah yang akan menjadi Hudzaifah-hudzaifah dakwah


kampus yang baru? Siapakah yang menjadi mukmin mujahid yang
baru, yang berani menerima tugas berat dakwah ini? Atau kalian
hanya akan memilih aman, memilih menjadi pengecut dan kalah
dimakan habis oleh rasa takut kalian?
Jangan
Jangan menoleh ke kanan pun ke kiri
Jangan melihat orang lain
Lihatlah pada dirimu sendiri
Antumlah hudzaifah baru itu
Dakwah telah menunjuk Antum sebagaimana Rasulullah
menunjuk hudzaifah pada waktu itu
Tidak ada kata tidak bagi seorang mujahid
Walau lemah
Walau takut
Tetap tidak ada kata tidak
Antumlah hudzaifah baru itu
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamdu

Ikhwah Unesa

| 59

Doc: Sekolah LDK

Doc: Training Jangan Kuliah Kalau Nggak Sukses

60 | I k h w a h U n e s a

BAB III

Menikmati
Dakwah Kampus

Ikhwah Unesa

| 61

Melalui dakwah kampus diharapkan lahir intelektualintelektual muda yang profesional dalam bidang yang
digelutinya dan tetap memiliki ikatan dan keberpihakan
yang tinggi terhadap Islam. Merekalah pembaharupembaharu yang dapat melakukan perubahan-perubahan
kondisi masyarakat menuju kehidupan islami hingga
akhirnya terwujudlah cita-cita kebangkitan Islam.
(Risalah Manajemen Dakwah Kampus, hlm.12)

62 | I k h w a h U n e s a

Menikmati Dakwah di Kampus


Kita semua pasti menang dan tidak akan ada yang bisa
mengalahkan kita walaupun jumlah kita sedikit, kurangnya
sarana dan alat-alat pendukung atau karena banyaknya musuh
kalian karena mereka tidak dapat membahayakan kecuali apa
yang telah ditentukan oleh Allah kepada kalian. Tetapi ada
sebab yang dapat menghancurkan kalian dan menyebabkan kalian
kehilangan segala-galanya yaitu jika hati kalian telah rusak,
Allah tidak memperbaiki amal kalian, suara kalian terpecah dan
saling bertentangan pendapat.
(Hasan Al-Banna)

Menikmati dakwah bagaikan menikmati secangkir susu


coklat panas di tengah gerimis hujan yang menggigilkan tubuh.
Dalam menikmatinyapun kita juga memiliki pilihan. Apakah kita
menikmatinya dengan seni ataukah hanya sekadar menikmatinya
dengan dorongan nafsu, atau bahkan menikmatinya sambil lalu
saja?

Ikhwah Unesa

| 63

Ketika kita menikmatinya dengan semangat menggebu


akibat dorongan nafsu maka kenikmatan segelas susu coklat
hangat tersebut tidak akan terasa, hanya mampu mencium
aroma yang terasa nikmat setelah itu susu tersebut hanya akan
membakar lidah kita dan habislah kenikmatan tersebut sebelum
kita mampu meneguknya. Namun jika kita memilih seni dalam
menikmatinya, dengan kita syukuri, memenuhi adab minum lantas
meneguknya

perlahan

hingga

tandas,

pastilah

kenikmatan

tercicipi dan kehangatannya mampu mengahangatkan tubuh kita.


Sama

halnya

dengan

dakwah.

Kuncinya

SABAR

dan

IKHLAS! Sayangnya sedikit kader yang mau belajar seni


dakwah. Banyak kader militan yang Allah hadirkan di tengahtengah. Semangat mereka di awal begitu luar biasa, penuh
inovasi, berani mengambil resiko, menginginkan suatu perubahan
yang

cepat.

Namun

sayangnya

semangat

tersebut

tidak

dibarengi dengan kematangan berfikir, kematangan emosi,


ketsiqohan hati dan bekal ruhiyah yang cukup. Akibatnya
mereka banyak yang dilanda virus futur. Dalam bahasa Ustadz
Fathi Yakan, mereka adalah kader Yang Berjatuhan di Jalan
Dakwah.
Belum sampai melihat hasil kerjanya, mereka telah pergi
dari medan Afghan ini. Maka aku katakan, hanya orang-orang

64 | I k h w a h U n e s a

tangguh saja yang mampu bertahan di medan ini. Sampai saat ini
aku juga belum tahu kenapa belum banyak mahasiswa yang
bersedia menginfakkan dirinya untuk menghadonahi dakwah
kampus. Namun keyakinanku satu, mungkin Allah Sang Sutradara
terbaik telah menyiapkan skenario terindah untuk dakwah di
kampus kita.
Bagiku, kampus ini bagai sebuah kanvas putih yang masih
bersih belum ternoda tinta hingga menarik setiap diri yang
memiliki semangat juang tinggi untuk menggoreskan warna
diatasnya. Mewarnainya dengan goresan warna terindah agar ia
menjadi bermakna. Banyak mimpi yang terangkaikan untuk
dakwah di kampus tercinta. Terkadang dalam perjalan meniti
mimpi-mimpi indah yang tergantung di medan Afghan ini, ia
bagaikan

menjauh

namun tiba-tiba Allah


menakdirkannya
mendekat

atau

bahkan
mengizinkannya
menjelama nyata satu
per satu.

Mungkin kami tak akan


mengecap indahnya
kemenangan tersebut,
namun biarlah kami
menjadi batu bata
terbaik pada zaman kami.
Karena setiap zaman
memiliki tokohnya
masing-masing.

Ikhwah Unesa

| 65

Memang misteri dakwah kampus ini tidak akan pernah


dapat terungkap. Namun kami mampu merasakannya, karena
kami

masih

bertahan

disini

bersamanya,

bersama

dalam

keseharian kami, tertawa karenanya, menangis karenanya,


semua aktivitas kami bersenyawa dengannya. Maka hidup inipun
makin

semarak

dengan

rentetan

cerita

perjuangan

yang

berpeluh, ukhuwah yang menawan, dan sederet realita yang


tersaji apik.
Keyakinan akan kemenangan dakwah kampus semakin
mengokohkan semangat juang kami meski kami tak tahu kapan
waktu itu akan datang. Mungkin kami tak akan mengecap
indahnya kemenangan tersebut, namun biarlah kami menjadi
batu bata terbaik pada zaman kami. Karena setiap zaman
memiliki tokohnya masing-masing. Tokoh yang menjadikan zaman
itu tercatat dengan tinta emas sejarah peradaban.
Dan kami pun yakin Allah akan menakdirkan satu persatu
doa kami terijabah.
Kelak

dakwah

kampus

ini

berdiri

dengan

gagahnya

menggenggam erat panji Islam hingga menjadi salah satu


madrasah peradaban yang akan mencerahkan negeri ini. Saat itu
kami akan tersenyum melihat indahnya Islam merasuk relung
qalbu setiap mahasiswa, dosen dan karyawan yang menjadikan

66 | I k h w a h U n e s a

setiap kata yang terucap dari lisan penuh barokah, setiap laku
dalam sikap penuh cahaya dan kehangatan ukhuwah makin rekat
terasa.
Ya Allah, kami sangat rindu masa-masa itu, mimipi-mimpi
dan pengharapan yang kami gantungkan pada perjuangan para
generasi penerus dakwah di kampus ini.
Hingga masa itu tiba, pada akhirnya kami hanya mampu
bersyukur dan terus berharap. Beginilah cara Allah mengajari
kami untuk semakin dewasa memaknai hidup. Beginilah jalan
dakwah mentarbiyah kami menjadi tangguh. Dan beginilah
ukhuwah mengajari kami makna cinta hakiki
Hingga kelak Allah mengizinkan kita bercengkrama di
telaga Salsabila dan membuat para sahabat iri karena cerita
cinta, dakwah dan ukhuwah kita berlandas aqidah.
Selamat menikmati tiap episode cinta yang tersaji

Ikhwah Unesa

| 67

Say Yes to Dakwah


Allah pasti kan bersamamu
Bila kau selalu bersama-Nya
Allah pasti kan menolongmu
Bila kau menolong agama-Nya
(Izzatul Islam, Allah Bersamamu)

Kampus merupakan tempat mahasiswa menuntut ilmu dan


proses mencari jati diri masing-masing. Mahasiswa sangat
berperan penting dalam kelanjutan estafet kepemimpinan. Peran
mahasiswa

disebut

sebagai

agent

of

change

atau

agen

perubahan yang mengarah pada kebaikan. Oleh karena itu,


sebagai mahasiswa harus memiliki peran yang besar untuk
menjadikan kampus hijau yang Islami.
Dawah kampus merupakan dawah yang memfokuskan
dirinya untuk bergerak dalam sebuah miniatur masyarakat kecil
yang bernama masyarakat kampus. Di dalam bangunan dakwah
kampus, dibutuhkan serpihan-serpihan material berupa aktivis
dakwah kampus (ADK). ADK memiliki peran yang sangat penting

68 | I k h w a h U n e s a

dalam medan dakwah


kampus internal dan
eksternal

sehingga

mampu
mentransformasi
masyarakat kampus
menjadi masyarakat

Ketika kita sudah berusaha


dengan maksimal dan
tanggung jawab, maka
mintalah pertolongan pada
Allah dalam munajat kita.
Sebab, doa lah yang
membantu kelancaran
dalam dakwah yang kita
lakukan.

islami.
ADK

sangat

dibutuhkan dalam sumbangsihnya baik di organisasi ekstra


kampus maupun intra kampus. Memang untuk menjadi ADK tidak
harus bersekolah formal, tapi ADK itu terbentuk ketika
seseorang tersebut dapat terbina dengan baik, memiliki
akhlaqul karimah, dan senantiasa menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi

Larangan-Nya.

Semangat

gerak

dakwah

sangat

diperlakukan bagi generasi yang cinta akan dunia islam dan mau
untuk berjuang bersama dalam menghimpun satu tujuan: Allah.
Inilah yang harus dimiliki oleh ADK agar apa yang dilakukan
benar-benar Rahmatan Lil Alamiin.
Pada mulanya mendengar kata Dakwah Kampus begitu berat
rasanya mengemban dan memikul, apalagi kita sebagai aktivis
dakwah yang memperoleh amanah tersebut, pastilah mindset
Ikhwah Unesa

| 69

awal berat, berat, dan berat. Ketika pikiran dan rasa itu muncul
maka pertama yang perlu kita ingat adalah apa yang akan kita
lakukan semata-mata berniat karena Allah, karena yakinlah jika
kita menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita. Hal
ini sudah banyak terbukti, begitupun bagi kalian yang pernah
merasakan hal itu. Ketika kita ada deadline tugas kuliah, amanah
yang belum kelar apalagi keuangan yang menipis. Kita tidak akan
luput dari penglihatan-Nya ketika seorang hamba membutuhkan
pertolongan-Nya.
Dalam kondisi itulah, Allah benar-benar menunjukkan kasih
sayang kepada hamba-Nya, sehingga dimudahkan apa yang
dirasa sulit menjadi lebih mudah. Pertolongan-pertolongan itulah
yang menjadikan kita menikmati apa itu dakwah kampus.
Yakinlah, bahwa Allah bersama kita di setiap langkah, setiap
detik dan Allah itu lebih dekat daripada urat nadi kita. Dalam
hal ini, kita lebih sering untuk bersyukur terhadap apa yang
telah Allah berikan.
Jika kita lebih banyak bersyukur maka banyak pula apa
yang kita peroleh tanpa disangka-sangka. Maka ikhlaskanlah apa
yang sudah kita terima dari Allah. Ketika kita sudah berusaha
dengan

maksimal

dan

70 | I k h w a h U n e s a

tanggung

jawab,

maka

mintalah

pertolongan pada Allah dalam munajat kita. Sebab, doa lah yang
membantu kelancaran dalam dakwah yang kita lakukan.
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup
kami memikulnya. beri maaflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir." (Al-Baqarah [2]: 286)
Betapa pentingnya gerak dakwah kampus ini berkembang
dan terus berkembang. Jangan sampai dakwah Allah ini
terputus, terhenti dan mati suri. Lanjutkan perjuangan dakwah
ini. Kalian adalah penerus dakwah dan kalian adalah orang-orang
pilihan Allah yang terbaik untuk berjuang bersama-sama
menegakkan Agama Allah dalam dakwah ini.
Semangat wahai saudara-saudariku! Satukan niat, luruskan
tujuan, rapatkan barisan karena Allah, oleh Allah dan untuk
Allah hingga menjadi Rahmatan Lil Alamiin
Jalan yang lurus
Jalan yang berliku-liku
Jalan yang terjal
Ikhwah Unesa

| 71

Itulah kehidupan yang dilalui


Skenario Allah sangat indah
Allah punya rahasia terindah untuk kehidupan kita
Berusaha terus
Istiqomah di jalanNya
Ibadah wajib dan sunah terlaksana
Berikan amal terbaik kita
Sampai batas umur yang Allah tentukan
InnAllaha maanaa

Doc: Tahfidz Surah Yasin & Mabit

72 | I k h w a h U n e s a

Terkadang Semua Itu Butuh Paksaan


Nak, tahukah engkau, segala udhur telah dihapus dengan
firman Allah,
Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa
berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah.
Yang demikian itu adalah yang lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. (Q.S At-Taubah: 41)
(Abu Ayyub Al-Anshori)

Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sempurna.


Manusia dikaruniai akal, pikiran, naluri, perasaan, syahwat, dan
fasilitas yang patut disyukuri dan dikelola dengan baik. Semua
yang telah Allah karuniakan itu, jika tidak disyukuri dengan
baik, maka tidak akan berarti apa-apa. Dan jika kita bisa
mensyukurinya, maka itu lah yang akan menentukan derajat kita
di sisi-Nya.
Sering kali kita melihat orang lain itu lebih baik dari kita.
Sehingga kita kurang bisa mensyukuri nikmat yang ada, karena
merasa masih kurang, kurang, dan kurang. Atau memang kita
Ikhwah Unesa

| 73

sendirilah

yang suka melihat orang di atas kita. Maka

Rasulullah pun berpesan, Lihatlah kepada orang yang lebih


rendah dari kalian, dan janganlah kalian melihat orang yang lebih
tinggi dari kalian, sesungguhnya hal itu lebih baik agar kalian
tidak meremehkan nikmat Allah. (Hr. Ibnu Majah & Ahmad)
Rumput tetangga lebih indah dan hijau dari rumput kita
sendiri, begitu kata pepatah bahasa Indonesia yang saya
pelajari. Nah, bagaimana jika kita tak mampu mempunyai atau
memperoleh rumput seperti yang kita inginkan? Tenang aja
sobat. Dunia belum kiamat. Waktu akan bergulir dan mengalir
dengan cepat. Jadi gak perlu karena disebabkan perkara yang
remeh seperti itu kita gantung diri dan minum obat anti nyamuk
rasa strawberry, hehe Astagfirullah.
Ada sebuah nasihat yang mungkin dapat menjadi penyejuk
hati, Allah akan memberikan apa yang dibutuhkan oleh hambaNya namun tidak apa yang diinginkan hamba-Nya. Dengan kita
mensyukuri apa yang telah dikaruniakan-Nya, maka hati kita
akan menjadi lebih tenang. Beginilah yang seharusnya kita
pikirkan. So, daripada cuma menggerutu tidak tentu, lebih baik
berfikir untuk menjadikan hidup lebih bermutu!
Dalam perjalanannya, seringkali dakwah yang kita lakukan
itu tidak sesuai yang kita inginkan. Ketika sebuah rencana

74 | I k h w a h U n e s a

dakwah

telah

disepakati

bersama

melalui syuro, kadang masih ada


juga di antaranya yang tidak
menjalankan

dengan

semestinya. Atau mungkin

yang

memperhatikan

sebagian besar alasan


adalah fiktif belaka,
yang biasanya kita

juga masih ada saja kader


yang

Hati-hatilah, karena

gunakan untuk mencari

tidak

pembenaran terhadap

taklimat

kesalahan dan

dari pemimpinnya (kalau yang

kemalasan kita.

ini kayaknya banyak).


Jika saudara menjumpai seorang
masul (Ketua) yang sering melanggar ketetapan syuro, atau
mungkin menjalankannya tapi tidak dengan sepenuh hati, maka
segera ingatkan, sebagai bukti kepedulian kita terhadap sesama.
Juga kepada jundi (Anggota) yang sering melanggar taklimat,
nasihatilah ia. Atau jangan-jangan kita sendiri yang masuk salah
satu

dari

keduanya?

Jika

demikian,

mari

sama-sama

beristighfar. Astaghfirullah.
Suatu ketika seorang masul mengingatkan kepada jundinya
tentang suatu acara yang ada di kampus pusat, Afwan dek, apa
hari ini anti tidak ikut acara di kampus pusat. Kok jam segini
masih santai?
Ikhwah Unesa

| 75

Dengan santai Si Adik menjawab, Afwan mbak soalnya


tidak ada boncengan dan juga saya tidak punya kendaraan
sendiri....
Mendengar

alasan yang menurut saya bukan termasuk

kategori alasan Syarie itu, Sang Masul pun memberi usulan


kepada Si Jundi untuk naik angkutan umum saja, namun tak ada
respon dan tanggapan yang ia dengar dari sang jundi.
Mungkin kita sendiri juga sering melakukannya: membuat
alasan yang terlalu dipaksakan karena kelemahan jiwa kita. Hatihatilah, karena sebagian besar alasan adalah fiktif belaka, yang
biasanya kita gunakan untuk mencari pembenaran terhadap
kesalahan dan kemalasan kita.
Memang, adakalanya fasilitas berpengaruh besar terhadap
kelancaran dakwah yang kita lakukan. Namun, kayaknya kita
perlu lebih banyak mempelajari perjuangan dakwah Rasulullah.
Tersediakah fasilitas lengkap dengan segala kemudahan seperti
jaman sekarang? Kondisi aman untuk nyawanya saja masih
dikhawatirkan. Astagfirullah... Mari kita pelajari kembali siroh
Rasulullah dan pejuang dakwah terdahulu agar tak selalu
menggerutu ketika ada tantangan tertentu.
Selama kita yakin, berusaha dan berserah diri pada Yang
Maha Memberi kehidupan, semua itu pasti ada jalan keluar.

76 | I k h w a h U n e s a

Allah juga telah mengatakan tidak akan menguji hambanya


melebihi batas kemampuannya. So, mengapa kita takut dengan
keadaan yang mungkin tidak sedang bersahabat dengan kita?
Kalau Dewa bernyanyi
Hadapi dengan senyuman, semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tulus jiwa, karena semua ini akan baik-baik
saja
Maka kini kunyanyikan:
Hadapi dengan semangat apa yang ku buat penuh manfaat
Tak ada kata terlambat jika kita cepat-cepat tuk berbuat
Semua itu bergantung pada diri kita. Orang yang lemah
adalah orang yang selalu mengasihani dirinya sendiri. Sekali lagi,
kesadaran, paksaan diri, dan keyakinan penuh akan pertolongan
Allah terhadap apa yang kita upayakan akan nampak indah pada
waktunya.
Apa yang kita upayakan benar-benar cermin apa yang akan
kita hasilkan. Dan siapa penilainya?? Tidak Main-main sobat.
Allah Subhanahu Wa Taala. Masih ragu untuk berbisnis yang
full royalti ini? Pikirkan dech? Hal ini sangat jelas. Seperti yang
dijelaskan dalam Al-Quran,

Ikhwah Unesa

| 77

Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku


tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu
dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan
RasulNya dan Berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.
Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. (Q.S
As-Shaff:10-11)
Nampak jelas janji Allah kepada makhluknya atas jaminan
kecukupan di dunia dan di akhirat. Pertanyannya adalah,
bagaimana cara dan usaha kita untuk menghindari rasa takut
akan kesempitan setiap kali kita menghadapi persoalan?
Persoalan, kesempitan yang kita alami sebenarnya dapat kita
atasi dengan usaha
dan

paksaan

pribadi

kita

dari
untuk

segera bangkit dan


menyelesaikan semua
itu, tidak justru lari
dari

semuanya

dan

berfikir semua telah


selesai.

Justru

menambah

itu

panjang

78 | I k h w a h U n e s a

Ketika kita telah memaksa diri kita


untuk melakukan apa yang kita
rencanakan meski terkadang banyak
tantangan, maka rasa kebahagiaan dan
kepuasan ketika kita mencapainya
akan benar-benar mengena dan tahan
lama.

persoalan-persoalan berikutnya.
Ketika bayi lahir ia dipaksa untuk menangis bahkan dengan
tepukan atau timbukan dari seorang bidan. Anak dipaksa untuk
belajar berjalan untuk bisa berjalan. Anak dipaksa untuk
berlatih berbicara supaya bisa berbicara. Bahkan kita memaksa
diri kita untuk bangun tahajjud agar

bisa melaksanakannya

hingga kemudian menjadi terbiasa. Banyak lagi yang bermula


karena dipaksa namun menjadikan kita terbiasa.
Kata dipaksa seolah bermakna kasar, tidak bersahabat,
dan melanggar HAM. Aduh berat banget ya? Tenang sobat.
Namun jika paksaan tersebut untuk kebaikan dan memang sesuai
porsi yang dibutuhkan itu perlu dikaji ulang. Maksudnya, konsep
pemahan kita terhadap HAM itu lah yang perlu dikaji ulang.
Perlu kita ketahui bahwa paksaan itu bersumber pada dua
hal yaitu paksaan diri sendiri dan paksaan dari luar dirinya.
Manakah yang paling cespleng untuk digunakan? Tentu paksaan
dari diri kita. Ketika kita telah memaksa diri kita untuk
melakukan apa yang kita rencanakan meski terkadang banyak
tantangan, maka rasa kebahagiaan dan kepuasan ketika kita
mencapainya akan benar-benar mengena dan tahan lama.
Sedangkan paksaan dari luar berfungsi sebagai penyemangat
dan reminder saja.
Ikhwah Unesa

| 79

Ketika kita telah mampu memaksa dan memotivasi diri kita


sendiri, maka orang lain dan lingkungan hanya sebagai tambahan
penyulut untuk tetap terus mengobarkan api yang sejatinya
telah menyala. Dengan paksaan, semangat dan motivasi diri kita
hanya satu: mengharap ridho Allah Rabbul Izzati.
Gunung tinggi pasti mampu kan kudaki, laut luas pati kan ku
sebrangi, kemalasan, ketakutan dan keterbatasan kan kuatasi.
Allahu Akbar!!!

80 | I k h w a h U n e s a

Nuansa Bening di Jingganya Langit-MU


Hanya dengan kegelapan kita dapat menyaksikan indahnya
bintang.
Kadang kita harus merasakan kekurangan,
kesusahan,kesempitan, agar kita mampu merasakan kesyukuran.
Saat yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan,
semoga Allah masih menyembunyikan pemberian-Nya, karena
hidup tak akan berwarna tanpa kejutan.

Sebuah melodi ikut menjangkau langkahku menuju bangunan


tua nan megah yang saat itu ku butuhkan. Berjalan menuju ke
tempat penuh kenangan perjuangan. Selain jatuh bangunku
untuk menyelesaikan studi yang mengharuskanku rela menginap
beberapa hari di kampus, kebanjiran dikampus sampai sinar
mentari menyapa, padahal pukul 5 aku harus sudah datang ke
suatu tempat untuk membahas sesuatu perencanaan dalam dunia
dakwah.
Kalimat kita adalah dai sebelum apapun ternyata cukup
melekat dalam jiwaku, meski aku sendiri tak yakin bahwa aku
Ikhwah Unesa

| 81

adalah salah satu dari dai itu. Oleh sebab itu aku selalu
semangat menjalani hari-hariku. Setahuku dai adalah orang
yang kerjanya koar-koar mengajak menuju kebaikan sesuai
dengan risalah yang dibawa oleh Rosul Muhammad SAW, tapi
gak tau lagi kalau arti yang sebenarnya.
Rasanya sudah lama sekali aku tak jalan kaki, maka pagi itu
sebelum ketemu adik-adik, sengaja

aku berjalan menuju ke

kampus hijauku. Sambil lirih suara dzikir Al-Matsurat berganti


ke lagu nasyid dari salah satu albumnya Snada.
Ku berpijak di tanahmu menghirup udara-Mu
Ku berjalan dibumi-Mu hidup dengan rizki-Mu
Nikmat-Mu yang manakah kan kudustai
Warna bunga dimataku gambar indah dari-Mu
Sepoi angin menerpaku bagai belai kasih-Mu
Nikmat-Mu yang manakah kan kudustai
Terima kasih ya Allah untuk semua yang tlah Engkau beri
Segala puji bagi-Mu atas karunia dan rahmat-Mu padaku
Ku bisa melihat ku bisa mandengar semua karena izin-Mu
Nikmat-Mu yg manakah kan kudustai....
Akupun langsung terbayang ke surat Ar-Rahman dan mulai
berflashback kebeberapa tahun silam. Ketika aku masih jadi
ABG

(Anak

Baru

82 | I k h w a h U n e s a

Ghirohnya),

semangat-semangatnya

mengahadiri kajian, undangan syuro dan seabreg kegitan lainnya.


Itensitas aktifku berorganisasi dan mengenal banyak macam
suku pada awal-awal semester, membuat hampir tak ada hari
yang kulalui dengan sekedar bersih-bersih kos-kosan atau nyari
makan bersama teman-teman, atau bahkan sekadar nonton teve
sama ibu kos lalu cerita ini dan itu.
Saking gayane sampai sering lupa kalau sudah akhir bulan.
Uang mesti nipis karena untuk ikut pelatihan ini, pelatihan itu,
mulai dari yang Ormawa hingga UKM. Setahun berlalu dengan
aktivitas yang bervariasi, sampai pada akhirnya aku memutuskan
untuk bergabung secara resmi ke salah satu wadah dakwah yang
sealur dengan apa yang pernah kudapati di SMA dulu.
Yah, aku masuk ke Klub Dakwah Kampus. Selain untuk
menekan angka keborosanku dalam hal makan juga untuk
mencari tempat aman bagi pendidikan ruhiyahku. Awalnya aku
tak mau terlibat ke dalam jajaran ini, namun ternyata aku
merasa terpanggil untuk masuk keranah ini. Sudah saatnya aku
membuktikan apa yang pernah dikatakan oleh seniorku SMA
dulu, bahwa ADK dan ADS itu sangat beda jauh. Dan aku telah
membuktikan kata-kata itu.
Masuk ke Klub Dakwah Kampus, berarti aku harus siap
untuk tidak nyaman. Liku-liku dakwah mulai terasa menajam
Ikhwah Unesa

| 83

dan aku belum punya banyak amunisi untuk mempelajari


pemetaan para hizbullah disini. Belajar sedikit demi sedikit
mulai

mencoba

mengakselerasikan

diri.

Memulai

dari

ketidaknyamanan berujung pada kekuatan untuk tegas. Kekuatan


baru yang tersusun dari partikel-partikel haus pengalaman yang
membawaku ke dalam jalan yang menikung dan menanjak.
Mengenal
mengenal
dan

banyak
banyak

amanah,

karakter

mengenal

banyak

strategi dari satu tempat


ke tempat yang lain.
Uniknya, ketika aku
bingung dan bertanya pada
para
mereka

senior,
akan

Jiwa muda yang masih


terus bergelora,
menghantarkan aku pada
sebuah pemahaman,
bahwa dakwah itu tidak
hanya untuk dicermati
namun juga dijalani.

kebanyakan
menjawab,

Lha

menurut anti bagaimana? Atau sekadar memberi jawaban lewat


senyum simpul. Karena jawaban itu akhirnya aku terdidik untuk
mandiri, gak rewel untuk banyak tanya. Secara sengaja atau
tidak

para

seniorku

yang

bersikap

seperti

itu

malah

membantuku mengasah ketajaman dalam membaca situasi dan


isyarat. Ketika salah, maka aku akan ditegur, dan harus bisa

84 | I k h w a h U n e s a

mencari kesalahan yang dimaksud dan membenahinya. Itulah


nikmatnya ditempa disini.
Jiwa muda yang masih terus bergelora, menghantarkan aku
pada sebuah pemahaman, bahwa dakwah itu tidak hanya untuk
dicermati namun juga dijalani. Tak mudah menjadi bagian dari
hal ini. Namun karena adanya dakwah, maka aku mengenal arti
pengorbanan,

kesabaran

(walau

terkadang

aku

tak

bisa

menjabarkan arti sabar itu) dan keikhlasan. Disini aku juga


kembali menemukan sahabat yang menenangkan. Ukhuwah yang
terbangun begitu tak terlupakan, mulai dari gesekan yang
terjadi hingga air mata keharuan atas kebahagiaan saudaranya.
Awal masuk ke dalam dakwah kampus, bahasa yang
digunakan tidak lagi akhi dan ukhti namun sudah Pak! dan ukhti.
Yang membuatku tersenyum karena pernah ada celetukan
ikhwan Ana kan masih muda dan akhwat itu curang, mereka
memanggil ikhwan dengan sebutan Pak, tapi mereka tak mau
dipanggil dengan Bu. Awalnya terasa aneh, namun lambat laun
telingakupun terbiasa. Eh, sekarang bukan lagi pak atau ukhti,
namun sudah berganti lagi menjadi mas dan mbak, atau dik.
Pernah merasa tak nyaman, namun setelah share dengan teman
yang ada di kota dan kampus lain, disana sudah tidak jamannya
lagi antum, ana dan semacamnya, namun sudah kang, yu dan
Ikhwah Unesa

| 85

seterusnya. Berarti sekarang untuk mengawali metode itu,


harus dimulai dari kalangan minoritas dulu.
Pengalaman demi pengalaman cukup banyak jika dijadikan
sebuah antologi. Mulai dari pengalaman DS (Direct Selling)
belajar jadi sales dakwah, belajar dari keterpaksaan menjadi
seorang pemimpin wanita diantara laki-laki yang ada, belajar
memanajemen amarah terhadap ulah partner dakwah yang
sekate-kate, belajar dan terus belajar, hingga masaku di
kampus habis. Suka duka menjadi orang muda hingga menjadi
orang tua (Di kampus), dan sekarang aku memasuki orang yang
masih sangat muda di kalangan dakwah kampung. Paling tidak,
siklus kampus itu telah selesai dilewati. Seperti ketika awal
semester di kampus, kita akan banyak mendapati orang
memamnggil kita dik, namun setelah tengahan panggilan mulai
bervariasi, nah masuk ke tingkat akhir, panggilan berubah jadi
mbak/mas. Sejatinya panggilan itupun adalah masa memasuki
babak baru, siap meninggalkan keceriaan dakwah di kampus dan
mulai menapaki kehidupan dakwah yang lebih nyata lagi.
Sekadar informasi untuk

yang merasa masih muda dan

dipercayai beramanah khususnya yang lagi pede-pedenya merasa


mendapat amanah yang tidak main-main (Padahal tidak ada
amanah yang bisa dibuat main-main). Semua menempati ruangan

86 | I k h w a h U n e s a

yang sudah disediakan oleh Allah. Entah jundinya entah


qiyadahnya, entah yang masih junior atau senior, semua punya
catatan pertanggungjawaban sendiri-sendiri. Jadi jangan pernah
terbersit dalam benak kita, bahwa amanah kita itu adalah
amanah yang paling berat atau sebaliknya.
Kembali pada likuan dakwah kampus. Persaingan antara para
pendengar Fastabikhul Khoirot sangat ketat. Perebutan kader
sering dilakukan, uniknya aku dan saudara-saudaraku sering
kecolongan,

beberapa

kader

dari

rumahku

dibawa

lari

tetangga. Beberapa koreksi dari itu: Pertama, keluargaku tak


mampu memberikan kenyamanan dalam berdakwah versinya
keder yang lari tadi.
Kedua, keluargaku teralalu sibuk dengan dinastinya masingmasing sehingga si kader tadi merasa tak diorangkan.
Ketiga, atau tetanggaku yang mulai meranggas? Kerena
saking seringnya aku kehilangan maka akupun juga berfikir,
mungkinkah karena dakwah kami mulai tak barokah. Pasalnya,
makin menjamurnya virus-virus merah jambu diantara kader
kami, atau karena iri dalam amanah (Yang banyak amanah iri
pada yang amanahnya sedikit karena berfikir yang sedikit
amanahnya bisa lebih sering mengurusi urusannya sendiri.
Sebaliknya yang amanahnya sedikit iri pada yang banyak amanah
Ikhwah Unesa

| 87

sehingga merasa yang banyak amanahnya itu yang disayang oleh


qiyadahnya), padahal porsi amanah itu disesuaikan juga dengan
kepasitas pendewasaan si penerima amanah dan tentunya dari
berbagai jalan penentuan.
Alaa kulli haal, yang pasti sekarang aku hanya bisa menjadi
penonton dalam kancah dakwah kampus, adik-adikku yang masih
merasa memiliki jiwa muda telah berkarya, dan semoga jauh
lebih baik daripada kami. Yang aku bangga dari sini dan aku tak
mendapatinya ditempat lain adalah tentang kesigapan dalam
bergerak, rasa berterima yang terkadang sering dibandingbandingkan dengan kampus-kampus yang sudah punya nama
dalam kancah dakwah di kota pahlawan ini, atau semangat 45
ketika diajak berfikir.
Akhirnya, doa yang

tak ingin kulewati dalam senandung

dzikirku adalah, jangan sampai aku terlempar dari jalan dakwah


ini, karena ku terlanjur mencintai jalan ini.
Kita sedang meniti dakwah tak berujung. Betapapun
beratnya, NIAT adalah penentu. Semangat adalah pemacu.
Komitmen

dan

Kesabaran

menentukan

panjangnya

nafas

keberanian. Maka ringankanlah kaki kita untuk menghapus


kekecewaan karena kita bekerja bukan untuk manusia tetapi
untuk Allah, dengan janji Jannah-Nya.

88 | I k h w a h U n e s a

BAB IV

Selalulah di Jalan Ini

Ikhwah Unesa

| 89

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang


murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya,
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui.
(Al-Maidah [5]: 54)

Doc: FSDA Vi di UTM Madura

90 | I k h w a h U n e s a

Yang Tak Terpengaruh


Kita harus berhenti membebankan kesalahan kita pada
lingkungan, dan belajar menerapkan tanggung jawab pribadi
kita.
(Albert Schweizer)

Seringkali kali saya mendengar keluhan dari adik-adik. Ada


yang beralasan karena pergaulan di kampusnya tidak ada yang
ikut ngaji, sehingga ia pun malas untuk menghadiri halaqah. Ada
yang memang bawaannya sejak SMA tidak kenal islam, sehingga
di saat kuliah agak parno dengan hal-hal yang berbau islam. Ada
yang SMA-nya rajin ngaji tapi karena salah pergaulan akhirnya
tidak mau ikut ngaji lagi. Bahkan ada yang dari pesantren, tetapi
saat kuliah kehilangan identitas kesantriannya. Dan berbagai
curahan hati lainnya.
Tak terkecuali, masalah-masalah itu pun menyapa kaderkader yang telah lama terjun di dunia dakwah. Berapa banyak
kader yang begitu getol berdakwah saat dikampus tapi ia
menghilang begitu saja dari arena dakwah setelah diwisuda.
Atau mungkin kader yang begitu semangat dakwahnya ketika di
Ikhwah Unesa

| 91

masjid dan syuro, tapi ketika saatnya kuliah di kampus, ia


kembali ke habitat semula: menjadi orang yang pantas untuk
didakwahi. Semoga Allah menjaga dan senantiasa memberikan
rahmat-Nya kepada kita agar tidak futur dari jalan dakwah ini.
Yang sering menjadi alasan ke-futur-an adalah karena
sebab lingkungan dan kondisi. Karena temannya tidak ada yang
mau diajak ngaji, maka ia pun tidak ngaji juga, karena kalau
tetap ngaji dibilang sok alim. Karena teman-temannya pada
lepas jilbab atau mungkin pake tapi jilbab gaul dan pakaiannya
kekurangan bahan, maka ia pun segera meminjam pakaian
adiknya

untuk

menyesuaikan

dengan

teman-temannya.

Naudzubillah... Dan berbagai contoh yang lainnya.


Dalam berinteraksi sosial, seseorang hanya dihadapakan
pada dua pilihan: mempengaruhi dan dipengaruhi. Kalau ada
orang

yang

tidak

bertekad

mempengaruhi,

maka

ada

kemungkinan bahwa dia ingin menjadi orang yang dipengaruhi,


biarpun ia tidak menyadarinya. Kalau kita tidak mampuatau
mungkin juga tidak maumempengaruhi teman-teman kita untuk
berbuat kebajikan, maka diri kita akan berpotensi untuk
dipengaruhi

agar

berbuat

keburukan.

Ketika

kita

punya

kesungguhan untuk memengaruhi lingkungan kita, paling tidak


kita tidak akan mudah untuk di pengaruhi.

92 | I k h w a h U n e s a

Jika sekarang banyak yang curhat karena telah dipengaruhi


lingkungannya,

semoga

nantinya

banyak

yang

bilang

dan

bertekad, Karena lingkungan saya seperti itu, maka saya harus


mempengaruhi lingkungan dengan pengaruh yang ada dalam diri
saya. Saya harus merubah lingkungan menjadi lebih baik.
Seseorang yang kuat melawan arus lingkungan yang
menghanyutkan

hanyalah

orang-orang

yang

kuat,

kuat

kepribadiannya, kuat karakternya, kuat tsaqofahnya, kuat


tarbiyahnya, kuat ibadahnya, dan kuat imannya. Mereka menjadi
orang yang kuat karena memiliki konsep diri yang jelas. Dalam
bahasa para ulama, mereka adalah orang-orang yang marifatun
nafs atau orang yang mempunyai pengetahuan tentang dirinya.
Marifatun nafs adalah sebuah ilmu yang berdiri paralel
dengan

marifatullah.

Maka

Ibnu

Qoyyim

Al-Jauziyah

memasukkan ilmu marifatun nafs sebagai ilmu kedua setelah


marifatullah. Sebab, seperti kata Ali bin Abi Thalib, man
arofa nafsahu, arofa Rabbahu, barang siapa yang mengenal
dirinya maka ia mengenal Tuhan-Nya
Seorang yang mengetahui dirinya dengan baik maka ia akan
berpeluang untuk dapat menumbuhkan dan memaksimalkan sisisisi positif yang ada dalam dirinya. Dengan mengetahui kadar
kemampuannya maka seseorang akan mampu mengoptimalkan
Ikhwah Unesa

| 93

quwwatul khair (kekuatan kebaikan) yang ada dalam dirinya. Dan


di saat yang sama ia akan mampu meminimalisir quwwatus syarr
(kekuatan kejahatan) yang ada dalam dirinya.
Aktivis

Dakwah

Kampus

sejati

adalah

orang

yang

senantiasa siap menghadapi bagaimanapun kondisi lingkungannya.


Ia senantiasa teguh menghadapi arus dan badai kerusakan umat.
Ia akan selalu bersama kebenaran biarpun hanya ia seorang diri
yang bersama kebenaran tersebut. Mereka seakan-akan adalah
wujud dari pesan Imam Hasan Al-Banna, Antum ruhun jadidah
tarsi fi jasadil ummah. Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa
baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh
yang mati itu dengan Al-Quran.
Rasulullah SAW bersabda,
Bertakwalah kamu kepada

Ketika kita punya

Allah

dimana

saja

kamu

kesungguhan untuk

berada dan ikutilah setiap

memengaruhi lingkungan

keburukan dengan kebaikan

kita, paling tidak kita tidak

niscaya

dapat

menghapuskannya,

serta

akan mudah untuk di


pengaruhi.

pergauilah

manusia

dengan

akhlak yang baik. (HR. Tirmidzi)

94 | I k h w a h U n e s a

Aktivis dakwah kampus sejati adalah orang yang senantiasa


bertakwa kepada Allah di mana pun ia berada. Ia tidak pernah
risau dengan lingkungannya. Sebab di mana pun ia berada,
baginya adalah tempat yang tepat untuk melakukan kebaikan; ia
terus menebar kebajikan. Ia selalu bergaul dengan akhlak yang
baik. Ia senantiasa memperlakukan saudaranya yang lain dengan
sebaik-baik perlakuan, biarpun mungkin yang diterimanya tidak
sebaik yang diharapkannya. Maka ia pun menjadi cahaya bagi
lingkungan sekitarnya.
Aktivis dakwah kampus sejati adalah orang yang senantiasa
teguh dalam kebenaran, di mana pun dan kapan pun. Ia tidak
terpengaruh dengan apa yang di luar dirinya. Ia senantiasa
teguh pendiriannya. Sebab ia telah memiliki pegangan yang
kokoh dalam dirinya. Maka ia pun berusaha untuk mempengaruhi
sekitarnya. Ia berbaur dengan masyarakatnya, namun ia tidak
melebur. Ia senantiasa tetap teguh pada kebenaran biarpun ia
sendirian.
Akhirnya,

para

aktivis

dakwah

kampus

sejati

itu

mengingatkanku pada pesan Syaikhut Tarbiyah KH. Rahmat


Abdullah, Selalulah bersama Kebenaran, walaupun Engkau
sendirian.

Dan

para

aktivis

dakwah

kampus

sejatipun

memahami betul nasihat tersebut.


Ikhwah Unesa

| 95

Teruslah di Jalan Ini


Aku Rindu
Aku rindu zaman ketika halaqah adalah kenikmatan, bukan
sekadar sambilan apalagi hiburan
Aku rindu zaman ketika membina adalah kewajiban , bukan
pilihan, apalagi beban dan paksaan
Aku rindu zaman ketika douroh menjadi kebiasaan bukan
sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan
Aku rindu zaman ketika tsiqoh menjadi kekuatan, bukan
keraguan apalagi kecurigaan
Aku rindu zaman ketika tarbiyah adalah pengorbanan bukan
tuntutan, hujatan, dan objekan
Aku rindu zaman ketika nasehat menjadi kesenangan, bukan
suudzon atau menjatuhkan
Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya untuk
dakwah ini
Aku rindu zaman ketika nasyid ghuraba menjadi lagu keseharian
Aku rindu zaman ketika hadir liqo adalah kerinduan dan
keterlambatan adalah kelalaian

96 | I k h w a h U n e s a

Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi


dauroh dengan ongkos terbatas dan peta tak jelas
Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar berjalan
kaki dua jam di malam buta sepulang tabligh dakwah di desa
sebelah
Aku rindu
(K.H. Rahmat Abdullah- Allahu Yarham)

Subhanallah... Mungkin kata itu yang akan kita ucapkan


pertama kali ketika membaca kata demi kata dari K.H. Rahmat
Abdullah, seseorang yang begitu luar biasa perannya dalam
dakwah ini. Pertama kali saya
membaca
seakan

puisi

menjadi

tamparan,
berbedanya

di

atas

suatu

begitu
zaman

dahulu dengan zaman


sekarang. Dulu kader
militan,

sekarang

meletan, bahkan kadang

Akankah ia terus
menerus dalam
kefuturan ataukah
berpijak dari
kefuturan itu untuk
bertolak menjadi
kader yang militan full
manfaat?

ada yang memlesetkan juga

Ikhwah Unesa

| 97

menjadi kader moletan. Meski ironis, tapi itulah kenyataan yang


ada.
Tak perlu jauh-jauh mencari contoh, saya melihat diri saya
sendiri. Saya belumlah kader yang militan, mungkin bisa saja
saya termasuk ke dalam kader meletan, yang kalau diberi
amanah

banyak

mengeluhnya

daripada

melaksanakannya.

Mungkin juga saya termasuk kader moletan, yang lebih suka bogi
(bobo pagi), boci (bobo ciang), bore (bobo core), ketimbang ikut
syuro dan kegiatan-kegiatan full manfaat lainnya. Kalau diajak
teman dan mbak-mbak, selalu saja ada 1001 alasan buat nolak.
Yah mungkin saya termasuk salah satu, salah dua, bahkan
salah tiga diantaranya. Astaghfirullahal adzim... Tapi melalui
fase-fase inilah yang menentukan perjalanan kader dakwah
kedepannya. Akankah ia terus menerus dalam keadaan dan
kefuturan seperti itu, ataukah berpijak dari kefuturan itu
untuk bertolak menjadi kader yang militan full manfaat? Pilihan
ada di tangan pribadi masing-masing.
Wahai
dikatakan

orang-orang
kepada

kamu,

yang

beriman!

Berangkatlah

Mengapa
(untuk

apabila

berjuang/

berperang) di jalan Allah, kamu merasa berat dan ingin tinggal


ditempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia
daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmaatan hidup di

98 | I k h w a h U n e s a

dunia ini (dibandngkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah


sedikit.(QS At Taubah: 38)
Namun untuk keluar dari lingkaran kefuturan ini tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan. Kita harus mau keluar
dari zona nyaman kita. Harus mau berkorban waktu, tenaga,
pikiran, dan sedikit harta (karena harta kita kan memang masih
sedikit, hehe....) untuk dakwah ini. Dan yang tidak kalah penting
selain motivasi dari diri sendiri yaitu kesadaran akan perannya
di dalam jalan dakwah ini dan lingkungan yang ada di sekitarnya,
segala sesuatu yang dekat dengan kita.
Tak sedikit kita jumpai kader dakwah yang masih belum
menyadari keberadaannya dan perannya dalam jalan dakwah ini.
Ini merupakan PR kita bersama. Dan tak kalah pentingnya yaitu
lingkungan kader tersebut. Apakah berada di lingkungan yang
bisa dibilang sudah kondusif ataukah masih labil, sehingga
mempersulit kader tersebut untuk melakukan perubahan.
Dapat saya rasakan sendiri, saat saya berada di dekat
orang-orang yang cenderung statis, maka saya pun akan ikut
statis. Semisal ada kajian atau syuro (Rapat), sementara temanteman yang lain masih pada tidur atau mengerjakan tugas dan
alasan-alasan lain, sehingga kita yang awalnya berniat ikut syuro
atau kajian, ikut-ikutan tidak datang. Berbeda saat saya berada
Ikhwah Unesa

| 99

dekat dengan orang-orang yang begitu bersemangat, kita pun


akan

termotivasi

untuk

melakukan

kegiatan-kegitan

yang

bermanfaat. Rajin syuro, ikut kajian dan berbagai kegiatan


serta berbagai organisasi yang bermanfaat.
Seseorang itu akan mengikuti agama teman akrabnya,
maka hendaklah kalian memperhatikan dengan siapa berteman
akrab. (HR. Abu Dawud)
Sebagai ADK (Aktivis Dakwah Kampus) pastinya kita
harus dapat menjadi teladan, contoh yang baik bagi temanteman di sekeliling kita. Meski begitu, tak ada gading yang tak
retak. Tak ada manusia dengan akhlak yang sempurna, tanpa
kesalahan sekalipun. Maka dari itu Seperti yang saya alami
ketika saya berada di Depag BEM Jurusan, saat itu kader
ikhwah hanya ada 1 ikhwan dan 1 akhwat. Seiring berjalannya
waktu, gugurlah yang kader ikhwan tadi. Tinggal 1 kader akhwat
yang berjuang di jurusan itu. Tentunya saya tidak sendiri,
banyak masukan dan bantuan dari mbak-mbak senior terkait
peran saya di jurusan. Namun tak dapat saya pungkiri, dalam
arus pergaulan BEM yang begitu bebas dan longgar, sementara
saya hanya sendirian, jikalau kita tidak kuat, bukannya kita yang
mewarnai mereka, namun kita yang diwarnai.

100 | I k h w a h U n e s a

Tak

jarang

saya

disidang

mbak-mbak

kalau

ada

penyimpangan atau sesuatu yang kurang tepat. Dulu saya pun


sempat marah, karena merasa ini adalah hak saya, kenapa saya
harus dipantau, diawasi dan diperlakukan seperti itu. Namun
lambat laun saya menyadari bahwa itu adalah salah satu bentuk
kasih sayang mbak-mbak pada saya. Meski kadang penyampaian
yang mereka berikan membuat luka di hati dan stress di pikiran.
Tak jarang saya menangis karena itu. Tapi kembali lagi, bahwa
itu memang seharusnya dilakukan supaya saya tidak terjatuh
lebih dalam. Kalau saja saya dibiarkan melakukan tindakantindakan yang melanggar syariat, mungkin penyesalanlah yang
akan saya rasakan.
Dua

tahun

mendewasakan

berorganisasi

saya

dan

di

menambah

Depag
banyak

BEM

cukup

pengalaman

berharga, banyak koneksi dan banyak ilmu yang didapat. Saya


tak pernah merasa rugi ikut organisasi, karena dari sana lah
gudang ilmu saya. Pun begitu dengan organisasi dakwah yang
saya ikuti ini. Meski saya tak jarang futur, tapi alhamdulillah
ada banyak saudara-saudara yang senantiasa mengingatkan dan
menuntun pada jalan kebaikan.
Pada awal berorganisasi saya merasa keberadaan saya
tidak terlalu dianggap ada, saya hanya ditempatkan pada
Ikhwah Unesa

| 101

jabatan atau posisi yang menurut saya itu bukanlah posisi yang
penting, dan terkadang saya iri dengan teman-teman saya yang
begitu menonjol kemampuannya, sehingga sering ditempatkan
pada posisi strategis. Hingga suatu waktu, saya mendengarkan
taujih dari seorang ustad bahwasanya seperti apapun kita,
ditempatkan diposisi apa, dan sekecil serta seringan apapun
tugas yang diberikan kepada kita itu adalah amanah yang telah
diberikan Allah pada kita melalui tangan-tangan-Nya. Maka dari
itu harus dilakukan dengan sepenuh hati dan ikhlas demi
menggapai ridha Allah SWT. Mulai saat itu saya merasa terbuka
pikiran saya, mulai meluruskan niat, dan melakukan amanahamanah yang diberikan kepada saya dengan sepenuh hati.
Teringat saya dengan ungkapan Sufyan At-Tsauri, Tidak
ada yang lebih berat bagiku melebihi beratnya mengobati
niatku, karena ia selalu berubah-ubah dalam diriku.

Perlulah kita berkumpul dengan orangorang shalih yang alim. Agar kita dapat
men-charge kembali kefuturan iman kita.

102 | I k h w a h U n e s a

Memang tiada kenikmatan hidup yang bisa kita rasakan


melainkan adanya rasa syukur dalam hati terhadap ketentuan
Allah dan selalu berbaik sangka atas setiap ketentuan-Nya. Baik
itu musibah atau nikmat. Karena kita tidak tahu, apakah yang
kita

sangka

nikmat

tenyata

cobaan

yang

hanya

akan

mendatangkan murka dan adzab Allah, sementara yang kita rasa


itu musibah malah ladang pahala yang akan mengantarkan kita
pada ridha Allah Swt.
Dimanapun kita, dengan amanah sebesar dan sekecil apapun
itu, asal kita menjalankannya dengan sepenuh hati, diniatkan
Lillahi Taala, insyaAllah akan berbuah manis nantinya. Karena
Allah telah berfirman dalam QS Muhammad (47) ayat 7 yang
artinya berbunyi, Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.
Teringat SMS tausiyah dari teman saya yang cukup
menggelitik namun dapat dijadikan untuk bahan perenungan :
SMS Tausiyah 1
Militansi itu,
Tidak diukur dari tebalnya jenggot dan hitamnya dahi seorang
ikhwan,

Ikhwah Unesa

| 103

Atau dari lebarnya jilbab seorang akhwat.


Bukan pula dilihat dari banyaknya amanah yang melenngkapi
curriculum vitae-nya.
Bukan juga dirasa dari kerasnya takbir atau cemerlangnya gagasan
ketika syuro atau diskusi
Karena militansi itu hanya dapat diukur dari ketulusan dan kejujuran
dalam berjuang menjalankan amanah dakwahnya.
Ada sifat TOTALITAS dan loyalitas pada dirinya.

SMS Tausiyah 2
Saudaraku,
Kadang tanpa disadari,
Yang kita berikan di jalan dakwah ini hanyalah sisa,
Sisa waktu.
Sisa tenaga,
Sisa dana,
Sisa pikiran,
Bahkan sisa perasaan..
Namun kita menuntut lebih,

104 | I k h w a h U n e s a

Islam kembali berjaya..


Sesungguhnya TIDAK!
Islam hanya akan kembali berjaya hanya dengan TOTALITAS.
JIHAD!
Tinggal kini pilihlah jalanmu!
Melebur dalam dakwah ini,
Hingga mewarnai seluruh kehidupan kita.
Atau hanya selingan , memberi hanya sisa-sisa aktivitas lain?
Ketahuilah kawan,
Dakwah tidak butuh kita,
Dia akan tetap diperjuangkan oleh mereka yg dipilih-Nya

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu


yang

murtad

dari

agamanya,

maka

kelak

Allah

akan

mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan


merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap
orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada
celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-

Ikhwah Unesa

| 105

Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas


(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS Al Maidah 5:54)

106 | I k h w a h U n e s a

Antara Rekrutmen & Dakwah


Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.
(KH. Rahmat Abdullah)

Sebagai seorang aktivis pastinya kita tak asing lagi dengan


dua kata itu: rekrutmen dan dakwah. Sebuah kata yang sering
kali diteriakkan oleh para masul kita. Tapi banyak juga yang
hanya tahu artinya tapi tak mengerti urgensinya. Sehingga
akibatnya banyak yang tidak tergerak untuk melakukannya. Yah,
walaupun banyak sekali para pemateri yang sudah menyampaikan
hal ini kepada kita.
Karena saya bukan orang dari jurusan Bahasa Indonesia,
saya tidak akan mengartikannya menurut kaidah bahasa. Secara
gampangnya, rekrutmen itu adalah mengajak orang sebanyakbanyaknya untuk melakukan apa yang kita harapkan. Contohnya,
rekrutmen

untuk

kerja

kelompok,

rekrutmen

anggota,

Ikhwah Unesa

| 107

rekrutmen JJM (Jalan-Jalan ke Mall), dll. Jadi tak hanya


kebaikan saja yang melakukan rekrutmen, tapi kejahatanpun
melakukan rekrutmen. Seperti kisah bagaimana iblis akan
dikeluarkan oleh Allah dari surga. Apa yang diminta iblis dari
Allah? Mengajak manusia sebanyak-banyaknya untuk menemani
iblis di neraka. Jadi mana yang akan kita pilih? Rekrutmen untuk
menuju surga atau rekrutmen untuk menuju neraka?
Jika memilih untuk menuju surga maka ajaklah temantemanmu sebanyak-banyaknya untuk membersamaimu menuju
surga. Inilah yang dimaksud dengan dakwah. Jadi sudah terlihat
kalau dakwah itu sangat dekat kaitannya dengan rekrutmen.
Karena sesungguhnya keberhasilan dakwah kita dapat dilihat
dari seberapa banyakkah rekrutmen yang sudah dilakukan?
Mungkin, akan ada yang protes Lho, kok bisa?. Begini,
ibaratnya sebagai seorang mahasiswa yang mengambil jurusan
tertentu,

darimanakah

kita

bisa

melihat

tolok

ukur

keberhasilannya? Yup! Ketika dia berhasil mengamalkan ilmunya,


apalagi berhasil mengajarkan ilmu itu untuk orang lain.
Masih mau protes? Tadi pagi saya melihat sebuah acara di
salah satu stasiun televisi swasta yang selalu menghadirkan
orang-orang berprestasi. Dan pada pagi hari tadi yang hadir
adalah para pembuat robot. Mereka dikatakan berhasil dalam

108 | I k h w a h U n e s a

belajar/menuntut ilmu jika mereka berhasil membuat sebuah


robot. Jadi, jika dia belum membuat robot, maka bisa dibilang
ilmu yang dia dapatkan menjadi sia-sia.
Nah, begitu juga dalam dakwah. Dakwah itu kan menyeru
atau mengajak. Jadi bisa dikatakan seseorang itu berhasil dalam
dakwah, jika dirinya telah mengajak orang lain untuk menuju
jalan-Nya.
Lalu

apa

yang

harus

dilakukan

setelah

melakukan

rekrutmen? Yakni menjaga keistiqomahan yang sudah direkrut.


Karena sama saja jika kita berhasil melakukan rekrutmen besarbesaran setelah itu hilang semua. Kalau hal ini sampai terjadi,
bisa mengakibatkan efek buruk bagi yang pernah direkrut.
Misalnya, munculnya image negatif terhadap kita. Dia merasa
kecewa

dengan

kita.

Yang

awalnya

begitu

bersemangat

mendekatinya, tapi setelah ada pernyataan yang keluar dari


mulutnya, dia ditinggalkan. Jadinya, perasaan patah hati itu bisa
muncul akibat kita tidak menjaga keistiqomahannya.
Secara psikologis, orang yang pertama kali menemukan
sesuatu hal yang baru dan mengikutinya, dia akan cenderung
lebih

bersemangat.

Tapi

semangatnya

ini

biasanya

akan

menggebu-gebu, sehingga jika tidak segera disalurkan dengan


baik, besar kemungkinannya semangat yang dia miliki akan
Ikhwah Unesa

| 109

patah. Oleh karena itu, jangan sekali-kali membuat orang patah


hati (Baca: patah semangat).
Lalu, bagaimana cara menjaga keistiqomahan yang sudah
direkrut? Caranya tak lain adalah membina. Konteks membina
disini bukan berarti langsung menempatkan dia pada suatu
halaqoh dan langsung diajari
tentang
seperti
makna

materi-materi
marifatullah,
syahadatain,

marifatul rasul, dll.

Dakwah itu kan menyeru atau


mengajak. Jadi bisa dikatakan
seseorang itu berhasil dalam

Tidak harus selalu


seperti

itu.

tetapi, konsep awal


bisa

dakwah, jika dirinya telah

Akan

mengajak orang lain untuk

menyesuaikan

menuju jalan-Nya.

dengan kondisi dan situasi.


Contohnya, jika saat ini
sedang beramanah di sebuah departemen BEM Jurusan, maka
ketika rapat, tawarkan dirimu untuk membuka rapat. Lalu ketika
membuka rapat, sisipkanlah beberapa taujih. Tak usah berlamalama, seperti halnya kultum (Kuliah Tujuh Menit). Sebentar tapi
membuat mereka tertarik dengan apa yang disampaikan. Pada
awalnya dari rapat ke rapat. Lalu bisa jadi akan ada permintaan

110 | I k h w a h U n e s a

untuk membuat kajian untuk internal BEM itu sendiri. Pelanpelan, tapi pasti. Yang penting selama itu berlangsung, usahakan
senantiasa menjaga pemilihan katanya, agar bisa diterima
dengan baik dan tidak menyakitkan hati sang pendengarnya.
Masalahnya sekarang, berani atau tidak? Mau atau tidak?
Kalau sudah tidak mau dan tidak berani, tidak akan bisa
berjalan. Apa sih yang membuat perasaan tidak berani dan tidak
mau itu muncul? Karena masih kecil? Atau karena merasa belum
cukup ilmu? Atau merasa gugup ketika bertemu audience?
Sampai kapankah kita akan terperangkap dengan ketidaksiapan
itu? Padahal waktu itu akan terus berjalan. Jadi bukan saatnya
terperangkap dalam keterpurukan atas ketidaksiapan, tapi
saatnya berperang melawan ketidaksiapan.
Jika tidak siap karena ilmu yang terbatas, maka saatnya
belajar dengan giat. Banyak-banyak membaca. Jika tidak siap
karena gak Pede, maka mulailah latihan ketika membuka dan
menutup acara di halaqoh kita sendiri. Latihan, latihan, dan
latihan.
Akan tetapi bukan berarti ketika latihan, kita berhenti
berdakwah? Tidak! Justru sambil latihan, kita juga menerapkan
apa yang sudah kita terima. Jangan

bingung-bingung mencari

materi taujih, sampaikan saja apa yang menjadi taujih di dalam


Ikhwah Unesa

| 111

halaqohmu pada pekan itu. Pastinya juga tidak akan lupa-lupa


banget dengan apa yang disampaikan pada pertemuan halaqoh
sebelumnya. Insyaallah ingatan masih sedikit fresh.
Trus, jika itu tidak dilakukan, apa yang akan terjadi?
Pertama: Ilmu Tidak Bermanfaat
Ibarat sebuah air. Jika dibiarkan menggenang di
sebuah tempat, lama kelamaan dia akan menjadi penyakit,
walaupun air itu bersih. Akan tetapi jika dibiarkan mengalir,
air yang kotor pun lama kelamaan akan menjadi bersih. Ilmu
itu juga tak akan ada gunanya jika disimpan untuk diri
sendiri, tapi jika disampaikan kepada orang lain maka akan
lebih berguna. Coba kalau disimpan untuk diri sendiri, ketika
lupa mungkin tak ada yang mengingatkan. Tapi jika kita
menyampaikannya kepada orang lain maka ketika kita lupa,
insyaallah akan ada yang mengingatkan. Dan bukankah sudah
jelas, bahwa salah satu amal jariyah adalah ilmu yang
bermanfaat.
Kedua: Terhentinya Regenerasi
Jika rekrutmen itu tidak dilakukan, maka proses
regenerasi akan berhenti. Maka, kiamatpun akan segera
datang. Karena kiamat itu akan terjadi jika sudah tidak ada
orang yang beriman di bumi ini. Dan bagaimanakah kejadian

112 | I k h w a h U n e s a

kiamat sudah Allah tunjukkan di QS At-Takwir. Jadi tidak


seperti film 2012 yang endingnya ada manusia yang selamat.
Tak akan mungkin seperti itu. Saat kiamat sebenarnya, tak
ada satupun manusia yang hidup.
Ketiga: Umat Yang Sesat
Lihatlah disekeliling kita. Saat ini, fenomena hamil di
luar nikah sudah menjadi suatu hal yang dimaklumi oleh
masyarakat. Padahal dulu, jika ada orang yang hamil di luar
nikah, dia akan diusir dari kampungnya dan tak akan
diterima. Yang paling dekat dengan anak kampus adalah
pacaran. Lihatlah gaya pacaran teman-temanmu di kampus
saat ini. Kalau sudah pacaran seolah-olah sudah seperti
suami-istri sendiri. Dan itulah PR kita. Relakah kita orangorang yang ada di sekeliling kita menjadi orang-orang yang
sesat seperti itu? Segera ambillah peran untuk memperbaiki
orang-orang disekelilingmu.

Ilmu itu juga tak akan ada gunanya


jika disimpan untuk diri sendiri, tapi
jika disampaikan kepada orang lain
maka akan lebih berguna.
Ikhwah Unesa

| 113

Keempat: Umat Yang Lemah


Lemah disini bukan berarti lesu, loyo. Tapi lemah disini
maksudnya dalam konteks pemahaman. Pernahkah kita
bertanya pada orang-orang disekeliling kita, mereka sudah
bisa ngaji (baca Al-Quran) atau belum?

Kekuatan ruhiyah
menjadi salah satu hal
yang berpengaruh
dengan hasil kerja
dakwah.

Jika ia tidak bisa atau bisa tapi


masih banyak yang salah, tawarkan
dirimu untuk mengajari mereka.
Awalnya belajar baca Al-Quran
saja, lalu seiring berjalannya waktu
ditambah

dengan

pengetahuan

ilmu

agama yang lain. Masih banyak orang-orang yang ada


disekeliling kita membutuhkan rangkulan kita. Dan, itulah
tugas kita!
Kelima: Kehilangan Eksistensi
Firman Allah dalam QS. Muhammad ayat

7 yang

artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong


agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.
Dan sebuah kalimat Tarbiyah bukanlah segala-galanya,
tapi segala-galanya berawal dari tarbiyah. Dengan dakwah
kita berubah dari orang biasa menjadi luar biasa. Jika tak

114 | I k h w a h U n e s a

bersama dakwah mungkin di kampus hanyalah mengenal


teman-teman sekelas saja. Tapi karena bersama dakwah,
kita bisa kenal dengan teman-teman jurusan lain, fakultas
yang lain, bahkan dari universitas lain. Dari sinilah terlihat
eksistensi kita. Eksistensi ini telah mengubah diri kita, yang
awalnya pendiam sekarang jadi pandai bicara, yang awalnya
tidak pede kini jadi pede, bahkan terlalu kepedean (Wahwah, kalo ini jangan!), yang awalnya galak kini jadi semakin
sabar, dll.
Inilah mengapa kita harus melakukan rekrutmen, dakwah,
dan membina. Tapi ingatlah firman Allah dalam QS. Al-Baqarah :
272 yang artinya .... akan tetapi Allah-lah yang memberi
petunjuk (Memberi taufiq) siapa yang dikehendakinya.... Jadi,
sertakanlah Allah dalam hidupmu.
Kekuatan ruhiyah menjadi salah satu hal yang berpengaruh
dengan hasil kerja dakwah. Itulah mengapa ada mutabaah
setiap pekannya. Mungkin memang pada awalnya kita masih
dengan terpaksa, tapi Insyaallah lama kelamaan itu menjadi
suatu amalan yang memang kita butuhkan setiap hari. Sudah
banyak terbukti di beberapa wilayah, jika amalan ruhiyahnya
bagus maka hasilnya pun akan luar biasa. Orang yang berbicara
dengan ruhiyah yang bagus akan dapat dirasakan oleh sang
Ikhwah Unesa

| 115

madu (target dakwah).

Tapi jika orang yang berbicara

ruhiyahnya sedang menurun, akan kurang dirasakan oleh


madunya. Karena orang yang ruhiyahnya bagus, ada tangantangan Allah yang ikut campur di dalamnya.
Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa ditiap tepi
waktu, terlampau banyak ajakan untuk meninggalkan jalan hidup
Rasul-Mu. Dan di beberapa tepian waktu itu aku berharap tetap
istiqomah. Ya Allah kumohon jaga harapan itu sampai akhir
hayatku. Karena tak sedikit yg kehilangan sekedar rasa ingin
untuk istiqomah.

Bila kita menjalani


kehidupan dengan
semangat dan dengan
tujuan yang jelas, maka
beban seberat apapun
akan terasa ringan.

116 | I k h w a h U n e s a

Give Up? No Way..!


jangan biarkan kekuatan atau kehebatan dalam diri jiwa antum
terhempas dengan kebanyakan alasan untuk tidak melakukan
sebuah kebaikan dalam Agama dan jamaah.

Saudaraku, apakah anda pernah melihat beberapa iklan di


TV? Saya yakin pernah.

Mereka menawarkan sebuah barang

dengan kata-kata yang indah dan bahkan kata-kata optimisme.


Seperti pada iklan salah satu minuman bersuplemen, yang mana
ada seorang pekerja keras kelihatan lesu dan lemas, tapi
setelah minum minuman tersebut, dia menjadi kelihatan penuh
kegembiraan. Harapan dan semangat mereka muncul kembali.
Menjalani kehidupan juga seperti itu. Tidak perlu bersusah
hati atau putus asa, bila menghadapi kesulitan-kesulitan. Bila
kita menjalani kehidupan dengan semangat dan dengan tujuan
yang jelas, maka beban seberat apapun akan terasa ringan. Bila
kita tidak pernah membiarkan harapan dan optimis kita hilang,
maka

kita

akan

selalu

menemukan

jalan

keluar

untuk

menyelesaikan sebuah masalah.

Ikhwah Unesa

| 117

Ikhwah fillah, kita harus tau bahwa disetiap kejadian yang


menurut kita nyaman belum tentu nyaman bagi Allah SWT.
Banyak kejadian-kejadian yang kadang membuat kita sebal,
namun dibalik itu sebenarnya baik buat kita. Seperti pada saat
hujan menguyur sehingga kita basah kuyup karena lupa tidak
membawa jas hujan.Ketika kita siapkan jas hujan, justru panas
dan terik matahari yang kita jumpai sepanjang hari. Atau
mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi
perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat.
Namun ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain
malah membunyikan klakson agar kita mempercepat kendaraan
kita. Mengapa keadaan seringkali tak bersahabat? Mereka
seakan meledek, mengecoh, sinis bahkan tertawa terbahakbahak. Inikah yang disebut ketidakmujuran?
Para pejuang dakwah, ikhwan wa akhwat fillah. Sadari saja
bahwa dengan cara itulah alam menghibur kita. Itulah cara alam
mengajak kita tersenyum, menertawakan diri sendiri, dan
bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul karena kita tak
mencoba bersahabat dengan keadaan.Kita hanya mementingkan
diri sendiri. Kita lupa bahwa jika keinginan tidak tercapai itu
tidak ada gunanya untuk disesali.

118 | I k h w a h U n e s a

Ikhwah fillah, semua masalah itu adalah bumbu-bumbu


kehidupan yang memang sudah melekat dalam diri kita, yang
terkadang asin, tawar atau bahkan terlalu manis. Yang perlu kita
lakukan adalahbagaimana meramu bumbu itu agar menjadi
sebuah perpaduan rasa yang meghasilkan masakan yang sedap
sehingga semua orang suka.
Sobat jangan biarkan diri dan pikiran kita menimbulkan
kata keluhan, karena itu akan menghambat kekuatan dalam diri
kita. Jangan biarkan kelelahan menghujamkan keunggulan kita.
Ambillah nafas dalam-dalam. Tenangkan semua apa yang ada
dalam jiwa dan pikiran anda lalu temukan secercah cahaya lilin
dibalik hati nurani anda dan mulailah dengan langkah baru
dengan ucapan, Bismillahirrohmanirrohiim.
Saya ingatkan kembali secercah pesan dari Amir Syakib
dalam pembuka tulisan ini, jangan biarkan kekuatan atau
kehebatan

dalam

diri

jiwa

antum

terhempas

dengan

kebanyakan alasan untuk tidak melakukan sebuah kebaikan


dalam Agama dan jamaah.
Wallahualam bissawab...

Ikhwah Unesa

| 119

Kuliah di Jalan Cahaya


Dakwah akan terus berjalan, dengan atau tanpa kita.
Kalau tidak bersamamu dakwah akan bersama yang lain.
Kalau tidak bersama dakwah, engkau mau bersama siapa?
(New Quantum Tarbiyah, 136)

Seorang Ibu guru BK di sebuah SMA pernah berkata pada


salah seorang siswa laki-laki yang akan segera lulus, yang
intinya, Saat akhir masa kelas 3 sekarang ini, kamu merasa
bingung, nanti saat lulus kuliah kamu akan jauh lebih bingung
lagi. Sebut saja siswa tersebut bernama Ahmad.
Pada saat itu, Ahmad tidak yakin apa yang dimaksud oleh
sang guru, maklum ia belum pernah kuliah jadi tidak punya
bayangan, namun ia bepikir tentunya ada alasan kuat seorang
konselor berpengalaman berbicara seperti itu. Ketika menginjak
di bangku kuliah, Ahmad mulai memiliki gambaran jelas apa yang
dimaksud oleh Ibu guru tersebut, semakin lama semakin jelas.
Ibu guru tersebut secara tersirat ingin memberi peringatan
kepada Ahmad agar benar-benar memaksimalkan masa-masa

120 | I k h w a h U n e s a

kuliahnya agar kelak ketika selesai, Ahmad bisa mendapatkan


apa yang ia inginkan dengan mudah.
Namun sesungguhnya Ahmad pada saat itu masih bingung
tentang apa sih sebenarnya yang ingin ia lakukan setelah lulus
kuliah. Ia bingung bukan karena tidak punya pilihan, namun
karena terlalu banyak pilihan, bingung setelah lulus, apakah mau
kerja,

meneruskan

ke

S2,

buka

usaha,

menikah,

dll.

Pertimbangannya pun belum berhenti sampai disitu, misal mau


kerja, kerjanya dimana; misal mau ke S2 biaya darimana; misal
mau buka usaha, buka usaha apa; dan misal mau nikah, nikah
dengan siapa? (Ya sama jodohnya lah!). Seseorang dengan gelar
sarjana memang akan mendapat tuntutan yang lebih besar dari
masyarakat sekitar, ia dianggap telah benar-benar matang dan
sanggup memikul tanggung jawab apapun.
Pada

akhirnya

Ahmad

tidak

mau

pusing-pusing

memikirkannya, ia menyimpulkan bahwa selama ia mempunyai IPK


yang bagus ketika lulus kuliah, semuanya akan mudah dan saat
itu pula ia akan memutuskan apa yang akan ia lakukan dengan
masa depannya. Maka mulailah perjalanan Ahmad kuliah dengan
target IPK akhir yang diatas rata-rata. Ia berusaha aktif di
kelas, mencari teman-teman untuk diskusi, dan mengikuti
berbagai organisasi dan macam-macam kegiatan ekstra kampus,
Ikhwah Unesa

| 121

hal itu dilakukannya untuk meningkatkan sikap dan kebiasaan


ilmiah yang pada akhirnya akan berefek pada peningkatan
prestasi akademisnya.
Pada

saat

ekstrakurikuler

mencari-cari
itulah

Ahmad

organisasi
berkenalan

dan
dengan

kegiatan
sebuah

organisasi dakwah islam, namun ia tidak memiliki minat


sedikitpun untuk mengetahui organisasi tersebut lebih lanjut. Ia
sama sekali asing dengan kata dakwah sebab di sekolahnya dulu
tidak ada organisasi semacam itu. Ia berpikir bahwa dakwah
adalah urusan para ustad yang telah belajar bertahun-tahun di
pondok pesantren. Ahmad sebenarnya ingin segera menjauh,
namun di dalam hatinya ada rasa penasaran tentang organisasi
keislaman ini, ia berpikir jika ada teman-teman sesama
mahasiswa juga yang nyaman dalam mengikuti organisasi ini,
pasti ada sesuatu yang tidak ia ketahui. Pada hari itu juga
Ahmad mendaftar menjadi anggota organisasi tersebut dengan
tujuan hanya untuk menjawab rasa penasarannya dan segera
berhenti apabila semua sudah terjawab.
Namun semua pemikiran dan harapan Ahmad sedikit demi
sedikit berubah, sepertinya memang benar ketika seseorang
melakukan sedikit saja hal yang baik, maka hal itu akan
mengantarkan pada hal-hal baik yang lain, ia mulai berteman

122 | I k h w a h U n e s a

dengan teman-teman yang sama namun berbeda yaitu samasama manusia namun berbeda pola pikir dan perilaku, Ahmad
mulai belajar hal-hal yang menentramkan hati dan mulai berubah
dalam memandang kehidupan. Ahmad yang awalnya kurang suka
dalam mengikuti kajian islam, akhirnya malah menjadikannya
suatu kebutuhan, seminggu tidak bertemu dengan pemateri
maupun teman-temannya, rasanya ada sesuatu yang hilang.
Seperti merindukan bulan di siang hari, sungguh tak sabar.
Cukup lama juga rasanya Ahmad maju-mundur, ia rupanya
belum sepenuhnya lepas dari kebiasaan-kebiasaan lamanya,
terutama ketika berkumpul bersama teman-teman dekatnya,
perkembangannya tidak semudah dan secepat harapannya.
Namun Ahmad diajari untuk yakin bahwa apabila ada seorang
hamba yang ingin mendekat kepada Allah dengan berjalan, maka
Allah

akan

mempermudah

menyambutnya
semua

dengan

hamba-Nya

berlari.
yang

Allah

selalu

berusaha

untuk

mendapatkan cahaya-Nya. Ahmad yang dulunya jika shalat


fardhu

telatnya

satu

jam,

dua

jam,

mulai

benar-benar

memperhatikan panggilan Allah ini dengan berusaha shalat


berjamaah atau tepat waktu.
Ahmad yang dulunya oleh orang tuanya kurang perhatian,
perlahan mulai mementingkan mereka. Jika orang tua Ahmad
Ikhwah Unesa

| 123

punya banyak anak sih mungkin agak bisa diterima, lah anaknya
cuma satu, ya gak masuk akal. Ahmad pun belajar bahwa cara
berbakti kepada orang tua adalah dengan berbuat hal-hal yang
baik, melakukan amal-amal sholeh, karena perbuatan seorang
anak akan berimbas kepada orang tuanya juga, sehingga orang
tua bisa mendapatkan manfaatnya di dunia dan akhirat. Karena
itu juga, sebuah kedurhakaan yang paling besar adalah jika
seorang anak senang melakukan hal-hal yang tidak baik, karena
orang tuanya akan mendapat dampak negatif dari anaknya itu
tidak hanya di dunia namun juga di akhirat.
Ahmad kemudian menyadari bahwa kampus tempatnya
kuliah itu bagaikan sebuah medan magnet, di mana terjadi tarik
menarik antara magnet berkutub positif dan magnet berkutub
negatif, dan Ahmad masuk di dalamnya sebagai sebuah jarum
yang siap ditarik oleh salah satu dari kedua belah pihak,
bergantung kutub mana yang lebih kuat, atau kutub mana yang
lebih dekat dengan Ahmad. Seperti yang diketahui, ada macammacam manusia dengan latar belakang dan mindset yang
berbeda-beda di dalam kampus. Saking banyaknya, jadi sangat
mudahnya

ditemui

kelompok-kelompok

yang

dibentuk

berdasarkan oleh persamaan-persamaan yang dimiliki oleh


setiap anggotanya dari sekelompok teman sekelas yang kemana-

124 | I k h w a h U n e s a

mana selalu bersama hingga sebuah organisasi besar dengan


aturan yang jelas. Sedikit banyak kelompok-kelompok itu
memberikan

pengaruh

pada

mahasiswa-mahasiswa

yang

berhubungan dengannya, seperti yang dialami juga oleh Ahmad.


Oleh karenanya Ahmad ingin berusaha meningkatkan jumlah
magnet-magnet berkutub positif tersebut.
Semakin lama Ahmad semakin sering terlibat untuk
berpartisipasi dalam kegiatan dakwah islam yang diikutinya,
sesuatu

yang

dirasakannya

cukup

rumit,

karena

dakwah

membuatnya berinteraksi dan bersinggungan dengan banyak hati


yang sensitif, pribadi-pribadi dengan sifat dan latar belakang
yang bermacam-macam. Seringkali ia merasa bahwa dakwah
yang dilakukannya beserta dengan teman-temannya tidak
berkembang alias jalan di tempat, namun di sisi lain ia meyakini
bahwa dakwah itu bagaikan riak air ketika kita melempar sebuah
batu kedalam sungai, gelombangnya menyebar namun kita tidak
dapat melihat langsung kapan gelombangnya sampai di tepian,
begitupun Insyaallah kinerja dakwah ini. Ahmad tidak dapat
memastikan siapa saja yang mendengar atau melihat apa yang ia
sampaikan, namun ia berharap suatu saat, entah itu dalam
hitungan bulan, atau hitungan tahun, orang-orang tersebut akan
merasakan efek positif dari apa yang disampaikan oleh Ahmad
Ikhwah Unesa

| 125

dan teman-temannya, meskipun pada saat itu Ahmad tidak dapat


melihat dan merasakan perubahan mereka secara langsung.
Salah satu hal yang membuat Ahmad senang adalah ketika
ia dapat menyaksikan proses ketika orang-orang yang berubah
dari yang semula jauh dari Allah menjadi lebih dekat denganNya. Seperti musim kemarau yang panas tiba-tiba hilang dalam
sekejap, terhapus dengan datangnya hujan yang sejuk, yang
menandakan dimulainya masa yang penuh dengan keberkahan,
orang-orang yang meninggalkan kedzaliman dan melaksanakan
amal shalih untuk meraih ridha Allah, Tuhan mereka. Hal itu
membuat Ahmad ingat ketika pertama kali ia membaca beberapa
ayat yang membuat dadanya bergetar dan air matanya menetes,
seakan-akan Allah dengan lembut menyapa hamba-hamba-Nya:
Hai

jiwa

Kembalilah
dengan

yang

kepada

hati

yang

tenang.
Tuhanmu

puas

lagi

diridai-Nya. Maka masuklah ke


dalam jemaah hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surgaKu. (Q.S. Al-Fajr: 27-30).
Pada

akhirnya

memang

126 | I k h w a h U n e s a

Manusia hanya bisa


mengusahakan yang
terbaik bagi dirinya
sambil menunggu
ketentuan Allah yang
akan terjadi.

semua orang akan kembali ke asalnya, cepat atau lambat tinggal


menunggu

habisnya

jatah

waktu.

Manusia

hanya

bisa

mengusahakan yang terbaik bagi dirinya sambil menunggu


ketentuan Allah yang akan terjadi. Dan menjalani hidup dengan
ketenangan jiwa adalah dambaan semua orang tanpa terkecuali,
sebab ketenangan jiwa itu merupakan tanda bahwa ridha Allah
menyertai mereka. Ahmad sadar bahwa ketika Allah sudah
berkenan menyertai hamba-Nya dalam setiap urusan, maka
semuanya akan menjadi lebih mudah dan lebih baik. Untuk
memperoleh hal itu Ahmad berusaha ngerutinin beberapa amal
shalih, dan sedikit demi sedikit ketenangan batin ia dapatkan,
meskipun masalah-masalah selalu ada, namun selama ada Allah
bersamanya, Ahmad tak pernah khawatir.
Ahmad

mencoba

menerapkan

prinsipnya

itu

pada

kehidupannya ketika kuliah, dan semuanya pun menjadi lebih


mudah. Misalnya pada awal kuliah dulu tiap semester ia
berusaha keras mengejar tujuannya yaitu IPS minimal 3,5 tapi
nggak pernah dapat, namun setelah ia melibatkan Allah dan
mengutamakan Allah dalam segala macam kegiatannya, meminta
pertolongan hanya pada Allah, IPS-nya menjadi jauh lebih baik
dari 3,5 meskipun sesungguhnya Ahmad lebih santai dari
sebelumnya.
Ikhwah Unesa

| 127

Jika mengatur siang menjadi malam atau malam menjadi


siang sangat gampang bagi Allah SWT, tentu mengatur hati
bapak ibu dosen dalam memberi nilai yang baik, tentu akan jauh
lebih mudah bagi Allah SWT, bahkan kalau perlu sistem
penilaian

kampus

pun

bisa

diubah

agar

menjadi

lebih

menguntungkan. Ahmad kadang merasa rugi tidak mendapatkan


cahaya petunjuk ini sesaat ketika mulai kuliah, namun segera ia
ganti dengan rasa syukurnya yang lebih besar karena ia dapat
merasakan kuliah di jalan cahaya.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup
dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.
Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa
hisab (batas)." (Q.S. Ali Imron: 27)
Teruslah di jalan cahaya itu..!!!

128 | I k h w a h U n e s a

dalam dekapan ukhuwah


kita merasakan kehangatan sahabat
dia tahu kelemahan kita, kata William Arthur W,
tetapi menunjukkan kekuatan kita;
dia merasakan ketakutan kita,
tetapi membangkitkan keyakinan kita;
dia melihat kekhawatiran kita,
tetapi membebaskan jiwa kita;
dia mengenal ketidakmampuan kita,
tetapi member kita kesempatan.

*diambil dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah karya


Salim A. Fillah.

Ikhwah Unesa

| 129

BAB V

Menjalin Ukhuwah

130 | I k h w a h U n e s a

Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.


Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap
Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
(Al-Hujuraat [49]: 10)

Ikhwah Unesa

| 131

Indahnya Ukhuwah
jika tetes-tetes itu digabung menjadi satu, dia akan menjadi
arus.
Dan itulah yang diperlukan dalam dakwah.
Begitu dia menjadi arus, dia akan menghanyutkan.
Begitulah amal ukhuwah. Seperti menggabungkan huruf yang
terpisah-pisah agar menjadi satu dan bisa terbaca.
(Anis Matta, Demi Hidup Lebih Baik)

Terjalinnya ukhuwah menjadikan kita memiliki banyak


saudara. Seperti kata pepatah, Sedikit demi sedikit lama-lama
menjadi bukit. Tidak sedikit diantara kita yang memiliki banyak
teman ketika kita berada di lingkungan yang baru. Bemula ketika
menjadi seorang pendatang, kita berlaku seolah-olah seperti
anak santun dan salih. Akan tetapi lama-kelamaan mereka pun
tahu watak, perilaku dan kebiasaan kita. Di saat itu lah kita
mulai diuji kesetiaan dan rasa saling menghargai diantara
saudara-saudara kita, yang semuanya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing.

132 | I k h w a h U n e s a

Tidak jarang diantara kita terkadang saling berbeda


pendapat, bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing hingga
tidak ada yang mau mengalah. Dalam kebersamaan itu kita mulai
belajar untuk menjalin ukhuwah: bagaimana kita bisa menerima
kekurangan orang lain, bagaimana kita bisa menerima dan
mengubah lebih baik disaat nasehat dari saudara kita datang,
bagaimana kita bisa berbagi dalam material maupun non
material, bagaimana kita menolong saudara kita di kala dia
membutuhkan bantuan kita, dan bagaimana kita bisa belajar
bersama. Di situlah kita akan tahu makna ukhuwah itu sendiri,
persaudaraan dengan sesama muslim dan mukmin bersatu.
Alangkah indahnya kebersamaan dalam menapaki jalan
dakwah ini. Alangkah indahnya bila kita bisa saling berbagi,
saling memberi, saling menyanyangi, saling menghargai, saling
menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Alangkah indahnya
bila kita bisa saling memotivasi untuk bersama-sama berjuang
menegakkan agama Allah.
Ukhuwah adalah sebuah kenyataan naluriyah setiap insan
yang saling membutuhkan orang lain. Tidak pandang etnis,
budaya, letak geografis maupun yang lain. Hanya satu yang
membatasi kita yakni adanya perbedaan aqidah. Ketika kita
dalam satu aqidah, kita bersaudara karena Allah. Ketika aqidah
Ikhwah Unesa

| 133

Islam kita terpelihara maka ukhuwah akan terbentuk. Tumbuh


dan berkembangnya perasaan cinta dan kasih sayang di hati
antar saudara seiman itu adalah karunia Allah yang telah
berkenan mengikat hati orang-orang yang beriman dalam sebuah
jalinan ukhuwah.
Ada sebuah kisah pada zaman Rasulullah yang riwayatkan
oleh Imam Bukhari dari abu Hurairah. Ada salah seorang
sahabat Anshar berkata kepada Nabi, Ya Rasulullah, bagikan
kebun kami dengan Muhajirin.
Tidak,

aku

membagikan

tidak

dengan

akan

mereka.

jawab Nabi.
Kalau demikian, bantulah
kami dalam bekerja agar kami
dapat membantu mereka dalam
membagi

hasilnya,

ungkap

sahabat Anshar.
Saudara
itu

adalah

tempatmu

kamu
yang

dengan

muhajirin
keluar

ke

membawa

134 | I k h w a h U n e s a

Alangkah indahnya
kebersamaan dalam
menapaki jalan
dakwah ini.
Alangkah indahnya bila
kita bisa saling
berbagi, saling
memberi, saling
menyanyangi, saling
menghargai, saling
menasehati dalam
kebaikan dan
kesabaran.

harta dan keluarganya, jawab Nabi SAW.


Kami akan membagikan kepada mereka kebun kami, jawab
orang Anshar.
Rasulullah bertanya lagi, Apa selain itu?
Kayaknya, sahabat Anshar itu belum memahami perkataan
Nabi. Maka ia bertanya, Ya Rasulullah, apa yang Engkau
maksudkan?
Mereka itu datang dari Mekah dan mereka tidak bisa
bercocok tanam sepertimu, karena itu bertanamlah kamu dan
berikan kepada kaum Muhajirin sebagian hasilnya, demikian
penjelasan Nabi SAW.
Seketika itu mereka berseru, Kami rela dengan keputusan
Nabi.
Dari kisah tersebut sebuah contoh bagaimana itu ukhuwah
itu terjalin dalam kehidupan para penggerak dakwah Islam
dengan diwarnai dengan kasih sayang karena Allah. Dengan
ukhuwah yang terjalin indah mereka saling melakukan kebaikan.
Karena melakuakn kebaikan dengan saudara kita merupakan
salah satu ladang amal kita untuk ber fastabiqul khoirot untuk
senantiasa bersyukur terhadap apa yang yang telah dilakukan
untuk mengapai ridho Allah. Hingga Allah membalasnya kebaikan
di dunia atau di akhirat.
Ikhwah Unesa

| 135

Ingatlah wahai saudariku, ukhuwah itu terjalin di kala kita


mampu dan mau untuk saling nasehat menasehati serta
menerima hingga ukhuwah itu bisa beriringan dengan melakukan
amal sholih.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. AlAshr [103]: 1-3)
Inilah senjata ampuh untuk meniti jalan dakwah. Selain itu,
firman Allah itu juga sebagai alarm diri kita untuk untuk
menjadikan ukhuwah ini lebih indah dan bermakna dalam sejarah
hidup kita. Karena disinilah Allah telah memberikan kesempatan
bagi kita untuk mengenal arti hidup.
Jagalah ukhuwah, jadikan hal yang positif dari ukhuwah itu,
sehingga output yang dihasilkan pun akan positif. Ayo jalinkan
ukhuwah, eratkan ukhuwah, hingga satukan ukhuwah dalam satu
iman dan Islam.

136 | I k h w a h U n e s a

Kakak, Ajak Aku Terbang Bersamamu


Bismillah...
Sedikit cerita. Semoga dia tak membacanya, sebab... dia pasti
akan sedih, karena menyadari betapa cepat waktu berlalu...

Dia adalah kakakku, dalam dekapan ukhuwah. Saudara yang


baru ku kenal ketika kami sama-sama berada dalam satu atap di
awal Semester. Kakak angkatan yang terpaut jauh 4 tahun di
atasku. Dia juga bukan asli Orang Jawa. Dan, sebentar lagi dia
akan pulang ke rumahnya yang jauh di sana karena skripsinya
sudah selesai. Sedih? Pasti. Hanya satu semester, kami
merajut ukhuwah di dalam satu rumah. Waktu yang terlalu
singkat untuk merangkai kenangan bersamanya. Seperti lagunya
ST 12,
Satu jam saja, ku telah bisa, cintai kamu, kamu, kamu di
hatiku
Namun bagiku, melupakanmu, butuh waktuku seumur
hidup....
*Lagunya sedikit gak syarie :-)
Ikhwah Unesa

| 137

Kuingat, selepas tiap ku pulang kuliah, dia selalu bertanya,


dapat tugas dek?, atau kuliah apa dek?. Sebuah pertanyaan
sapaan yang selalu diutarakannya untuk menyapaku. Begitulah,
pertanyaan yang kini tak ada lagi yang bertanya begitu padaku
selepas kuliah. Dialah yang mengajariku akan indahnya mengkaji
ilmu, memperbaiki diri dan merajut ukhuwah dalam barisan
Tarbiyah. Ah, aku rindu.
Banyak kenangan manis yang membekas dalam ingatan. Dia
juga yang mengenalkanku pada dunia ini, pada lagu-lagu haroki
dan aksi-aksi beserta seluruh jajarannya. Izinkan kali ini aku
berbagi cerita tentangnya, di suatu hari... My Beloved Sister.
Suatu pagi, dikala itu (3 tahun silam) kulangkahkan kaki
menuju kampus hijauku sambil memburu waktu karena jam sudah
menunjukkan angka tujuh (dulu masih terlalu takut untuk
terlambat). Di tengah ketergesaan, Allah sungguh telah
mengirimkan

seseorang

untuk

menolongku.

Tiba-tiba

dia,

kakakku sudah berada di depanku dengan sepeda ontelnya.


Alhamdulillah tanpa basa-basi dan tanpa ada tawaran
langsung saja kududuk di belakangnya.
Di perjalanan, aku banyak bercerita tentang ini-itu. Sudah
2 hari ini dia mabit dan tak berjumpa denganku. Dan dia, entah
mengapa, diam saja. Tak seperti biasanya biasanya dia selalu

138 | I k h w a h U n e s a

bertanya tentang perkembanganku. Aku terus bercerita,


sampai akhirnya dia angkat suara,
Dek, ana ingin terbang ke sana, tinggiiii sekali!
Aku menghentikan ocehan-ku. Terbang? Kesana? Batinku
heran.

Kok

gak

nyambung

sama

yang

kuceritakan

ya?

Kudongakkan kepala, memandang langit biru yang kala itu dihuni


oleh gerombolan awan putih dengan mentari yang tersenyum
sangat hangat seolah menyapaku, "selamat pagi"
Ah, cerah sekali hari ini! Subhaanallaah
Aku juga ingin terbang mbak. sambungku. Aku ingin
rekreasi ke syurga. Kali ini kuungkapkan dengan sepenuh hati.
Entah mengapa, akhir-akhir ini (Dikala itu) indahnya syurga
memang menggelayuti pikiranku. Kapan ya mbak, aku akan
rekreasi ke sana? Ah, semoga.
Kadang, hidup itu kalau dirasa, melelahkan ya mbak
kataku lagi.
Tak ada respon. Sunyi, hanya deru bunyi ringkikan ayunan
sepeda dan bunyi bel yang otomatis berdering ketika jalan
sungguh tak rata. Mbak merasa lelah ya? kututup monologku
dengan kalimat tanya.
Sudah sampe dek. katanya datar.

Ikhwah Unesa

| 139

Oh, iya. Aku segera turun. Kutatap wajahnya, mencoba


mencari jawaban itu di matanya. Namun, kosong. Tak kutemukan
apapun di sana. Hanya sorot matanya yang menerawang
jauuuuuh Entah ke mana.
Jazaakillah mbakku atas ojek gratisnya. Hehe. kataku
sambil tersenyum.
Waiyyaki, balasnya tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.
Assalaamualaikum. Segera ia membelokkan ontelnya dan
melesat meninggalkanku yang masih diam terpaku.
Kulihat sosoknya yang semakin jauh, jauh, lalu hilang di
persimpangan.

Kami

memang

beda

sebenarnya kami adalah satu jurusan.

angkatan,

meskipun

Ada apa denganmu,

kakak? Segera aku tersadar, aku belum membalas salamnya,


Waalaikumsalaam

Warahmatullaah

Wabarakaatuh.

Semoga

Allah selalu memberkahimu, hari ini, dan di sisa usiamu, doaku


untuknya. Astaghfirullah!. telaaaaaaaatttt!!!
Saat kuliah, konsentrasiku pecah. Kalimat singkatnya tadi
pagi masih terngiang-ngiang di telinga. Dek, ana ingin terbang
ke sana, tinggiiii sekali! Apa maksudnya? Apa dia benar-benar
lelah? Ya, mungkin. Aku tahu akhir-akhir ini dia sibuk dengan
skripsinya yang baru selesai dan urusan-urusan lain yang tak
kalah menyibukkan. Apalagi sekarang sedang musim-musimnya

140 | I k h w a h U n e s a

ganti kepengurusan. Ditambah aktivitas dakwah yang gak ada


musimnya, karena dakwah akan terus berjalan sepanjang musim.
Intinya, dia sangat sibuk saat ini.
Aku pun sama sibuknya denganmu mbak. Dan tidak hanya
kita berdua, masih banyak pejuang-pejuang lain yang juga
merasakan hal yang sama, bahkan lebih sibuk dari mbak. Atau
mungkin, kau sedang dilanda masalah yang cukup berat hingga
kau benar-benar merasa letih dan penat? Atau mungkin karena
kegalauan hatimu yang masih terlalu berat untuk meninggalkan
Surabaya kala itu? Seharusnya kesibukan tak cukup menjadi
alasan untuk tidak meluangkan waktu bersama saudara dan adikadiknya. Ah, ke mana saja aku selama ini?
Kucoba merangkai pesan cinta lewat SMS untuknya,
Rabb, kulihat letih di wajah kakakku,
sapulah dengan air syurga yang menyejukkan
Ya Rabb, kulihat memudar senyumnya hari ini,
maka perlihatkan padanya kisah kasih penduduk syurga yang
membahagiakan
Hingga hilanglah kepenatan dalam dirinya.

Kutunggu beberapa saat, namun tak ada tanggapan. Selesai


kuliah pun aku tak mendapatkan ucapan yang selalu ia lontarkan
padaku. Ternyata Ia sedang pergi, menemui seseorang dan akan

Ikhwah Unesa

| 141

bermalam disana. Selepas malam, Bada Isya kuketik lagi katakata cinta selanjutnya:
Mbak, mbak ingin terbang tinggi kesana kan? Ajak aku terbang
bersamamu ya. Malam ini, aku ingin ikut bersamamu. Tunggu aku yaa. Aku
akan mengajakmu menjelajah angkasa. Kita akan terbang bersama, tinggi,
tinggiii sekali.. hingga mencapai puncaknya. Hanya ada aku, kau, dan Dia.
Mbak, akhir-akhir ini aku sangat merindukanNya, sejak kau
mengenalkanku pada-Nya. Rinduuuu sekali

Waktu berlalu. Aku tahu, dia takkan membalasnya. Tibatiba kurasakan hangat di mataku. Hatiku gerimis
Malam harinya, tepat jam 2 dini hari, ku terbangun karena
ada pesan masuk untukku, Assalaamualaikum Adek chanyank
apa anti dah bangun? Bersiaplah, qta akan segera terbang
tinggi, tinggiii sekali. Ambil air wudhu yaaa Luv u.
Tak

terasa,

air

mata

menderas.

Belum

sempat

ku

membalasnya, langsung Hpku berdering, ada namanya dilayar.


Segera ku langsung mengangkatnya.
Dan malam itu, terasa begiiiitu indah! Kami menyelami
samudera cintaNya, hanyut dalam lautan kasih-Nya. Lalu kami
terbang tinggi menjelajah angkasa, ke ufuk nirwana. Robbi,
saksikanlah! Ada dua orang hamba yang datang menghadap-Mu,
mengetuk pintu

maghfirah-Mu, berharap dapat berjumpa

142 | I k h w a h U n e s a

dengan-Mu. Wahai Dzat Yang Maha Tinggi dan Agung, bukalah


pintu Rahmat-Mu.
Keesokan harinya, dia sahabatku, kakakku, guruku, satu
diantara keluarga kecilku telah kembali dari mabitnya dan
langsung datang menemuiku sambil berkata,
Jazaakillaah dek, sudah menemaniku terbang tinggi.
AlhamdulillaahTerima kasih Rabb. Kulihat senyumnya
kembali berseri seperti pertama kita saling menyapa diawal
kuliah.. []
NB: Buat semua IKHWAH FILLAH di manapun antunna
berada:
Saudaraku, aku ingin kau tahu...
Ada pundak yang bisa kau jadikan sandaran kepalamu,
Ada telinga yang siap mendengar keluh kesahmu dan menampung
segala uneg-unegmu,
Ada tangan yang akan membelaimu dan menyeka bulir-bulir air
mata yang menetes di pipimu,
Ada mulut yang bisa menghiburmu, memberi senyum manisnya
untukmu, dan siap menyumbang solusi jika kau mau,

Ikhwah Unesa

| 143

Ada hati yang telah memberikan cintanya untukmu,


Saudaraku, aku mencintaimu fillah, lillah
Kini ia telah terbang tinggi bersama asanya, di kota seberang...

Tunjukkan Dirimu, Saudaraku!


Orang-orang yang bertekad baja selalu menyebarkan
kepastian, keyakinan, kepercayaan, dan ketenangan kepada
orang-orang yang ada disekitarnya
(Anis Matta, Delapan Mata Air Kecemerlangan)

KEGIGIHAN. Mungkin ini adalah sebuah kata yang penting


untuk di tiru. Namun yang kurang ahsan janganlah di banggakan
dan di tiru. Sebuah kritik juga tersandarkan di bahu para
tentara dakwah kampus, ketika belajar memperjuangkan sebuah
manhaj yang tak kunjung terealisasi hanya karena masalah
waktu.
Menjadi ghuraba adalah suatu yang sedang kami tempuh.
Menjadi yang sedikit dan terasing. Dalam keterasingan itu, kami
tidak hanya tinggal diam menyaksikan kesemrawutan tata
pemerintahan. Namun kami mengadakan gerak nyata dalam
menggapai apa yang kami tuju, bukan hanya sebagai penilik

144 | I k h w a h U n e s a

layaknya komentator sepak bola. Kami tak hanya menghendaki


pandai dalam berorasi, namun juga pandai dalam berinteraksi
demi mencapai apa yang disebut ustadziyatul alam.
Ketahuilah saudaraku, kita terlahir disini, dididik dan
dibina, bukan untuk menjatuhkan pesaing, namun kita dididik
menjadi manusia yang peka terhadap keadaan, dibina akhlak kita
dan diajari bagaimana mencapai sebuah tujuan akhir yang penuh
keridhoan dari-Nya. Tak sekedar membuat konsep, tak sekedar
menjadi teknisi dan tak sekedar menjadi pemerhati. Banyak
sekali halangan, rintangan yang telah kita lalui. Dalam skala
kecil, ketika kita menduduki wajihah-wajihah di kampus,
interaksinya adalah miniatur interaksi kelak ketika kita terjun
dalam organisasi yang lebih besar lagi.
Duri-duri kecil pemecah ukhuwah bukan untuk sekedar
dihindari,

namun

dimusnahkan.

Kalau

kita

berhasil

menghindarinya, tak pelak orang yang bersama kita dan ada


dibelakang kitalah yang akan terkena duri itu. Namun jika kita
mengetahui duri itu, hedaknya sesegera mungkin kita mencari
cara untuk memmusnahkannya, agar tak menghambat gerak
generasi selanjutnya. Karena generasi selanjutnya pun pastinya
sudah

disediakan

rintangan-rintangan

sesuai

dengan

kemampuannya.
Ikhwah Unesa

| 145

Jika kita mampu menyelamatkan batang mengapa harus


menunggu rantingnya patah terlebih dahulu karena jatuh tertiup
angin?

Bukankah

menyalahartikan

kita

ada

kemurnian

karena

ukhuwah,

ukhuwah?.
namun

Jangan

jangan

pula

mengklaim keberadaan ukhuwah sebagai amunisi kita untuk


saling

menjatuhkan

atau

saling

meninggikan,

karena

kesempurnaan hanyalah milik pencipta dan penguasa jiwa-jiwa


kita, Allah Robbul Izzati.
Teringat akan sebuah syair yang menyemai semangat dalam
jiwa-jiwa perindu kesyahidan:
Kau lelah dalam dakwah
Inilah dakwah. Dan kau lemah?
Jangan !
Bangkitlah!
Belum seluruh harta kau infaq-kan, seperti Abu Bakar.
Belum seberani Ali bin Abi Tholib yang menggantikan jasad Rosul
ketika dikejar musuh Allah.
Belum setangkas Khalid bin Abi Walid yang senantiasa bergegas
menyambut seruan jihad dimedan laga.
Beginilah dakwah, dan kau menyerah?

146 | I k h w a h U n e s a

Jangan!
Bangkitlah!
Sebab perhentian kita bukan didunia, sebab istirahat kita di jannah.
Sebab musuh-musuh Allah tak akan berhenti sampai dien ini padam,
jangan biarkan.
Sebab jika bukan engkau, siapa lagi yang akan mengembalikan
binar kejayaan islam.
Ya...inilah dakwah.
Jika kau lelah berhentilah, tetapi jangan berleha-leha.
Sebab kewajiban kita lebih banyak dari pada waktu yang tersedia.
Sebab panji-panji itu telah tersedia dari jiwa yang setia.
Sebab engkaulah singa yang siangnya berjihad tak kenal lelah.
Sebab engkaulah rabi yang malamnya padat dengan munajah
Sebab engkaulah Abu Bakar itu.
Engkaulah Khalid bin Walid itu.
Sebab engkaulah Shalahuddin al-Ayubi itu
Engkaulah Yahya Ayyash, Imad Aqil, Muhammad Farahat, dan
jutaan pahlawan Islam.
Jika engkau lelah dalam berdakwah, berhentilah sejenak.

Ikhwah Unesa

| 147

Berhenti mencari kekuatan diri.


Berhentilah dalam menata hati dan fikiran.
Setelah kekuatan itu terhimpun, maka Bangkitlah!!
Bangkit kemedan nyata, lawan nafsumu, bakar ghirahmu.
Dan songsonglah jayanya cahaya islammu
Atau kita bersama membuatjanji, untuk berhenti dan berjalan
bersama kesyurga.
Melalui Syahid dijalanNya.

Jika

tadi

secara

universal

memandang

arti

sebuah

keghurabaan sebagai jalan yang sedang dilalui, maka lebih


mengerucut

kepada

sebuah

perjuangan

sekelompok

anak

manusia yang belajar menata kemaslahatan ummat itu. Walau


kami, masih sebatas memberikan pelayanan kegiatan, belum
sampai memberikan pelayanan secara langsung pada masyarakat
disekitar kami. Namun, memang target kami adalah mahasiswa.
Dulu, ketika menjadi salah satu batu-bata yang ditata dan
diletakan dijajaran nama ADK yang sering menjadi pertanyaan
adalah setelah diketemukan mau dirawat yang seperti apa anakanak yang sudah terjaring? Karena pada nyatanya mereka yang
sudah terjaring, lama-lama menjauh dan merasa kerja kami
lambat. Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan terkesan hanya

148 | I k h w a h U n e s a

formalitas belaka. Lelah dalam bekerja? Bukan, lalu sia-sia


dalam bekerja? Tidak! Karena tak ada sesuatu di dunia ini yang
jika dikerjakan dengan tujuan yang mulia itu sia-sia. Ataukah
kurang barokah kerja kita? Kalau ini bisa jadi. Astaghfirullah..
Hati dan tindakan, bisa saja tidak terjalin dengan benar,
maka karenanya kebarokahan itu sulit tercipta. Jika hati dalam
berjuang sudah menghendaki akhir yang beda maka Allah itu
sesuai dengan prasangka hambaNya. Segala amal perbuatan
adalah berdasarkan niatnya. Jika dakwah itu diniatkan demi
ridho Allah semata Insyaallah tak ada kecolongan kekuatan
ataupun strategi yang loyo, namun jika niatan awal sudah
bukan dakwah mencari ridho Allah (bisa berorientasi ke manusia
entah pemimpin, anak buah atau si fulan/fulanah) maka sudah
dapat dipastikan konsep yang matang, terencana dan hampir tak
ada kelemahan, bisa hilang, laksana debu yang tertiup angin.
Keikhlasan itu memang bukan hal yang mudah. Tertib
tandzim sebenarnya juga bukan sesuatu yang sulit. Ketaatan
juga bukan hal yang memalukan. Namun anehnya terkadang
kebiasaan kita mencari hal baru itu menjadikan boomerang bagi
dakwah yang kita tempuh. Maka hal yang kecil terkadang luput
dari perhatian kita. Kita disibukan melihat hal-hal yang
spektakuler dalam syiar, namun pembinaan juga terbatas pada
Ikhwah Unesa

| 149

yang sudah tersave saja. Yang pada akhirnya kita hanya mampu
memandang hasil kerja kita diakui dan diambil orang lain.
Jika kau berteman dengan pandai besi maka baumu akan
seperti karat, namun jika kau berteman dengan penjual minyak
wangi maka kau pun akan ikut terkena wanginya. Itulah
perumpamaan yang sering kita jadikan dalil untuk berteman
dengan yang save. Jarang kita mampu meniru beberapa metode
pendekatan terhadap target dakwah yang nota bene adalah
orang-orang yang belum bisa dikategorikan ke salah satu ciri
tombo ati ke-3. Mereka hanya sebagai target dakwah saja, jika
tak berhasil maka kita ya sudah, seolah putuslah hubungan
dengan mereka begitu saja.
Jika pertemanan itu adalah sesuatu yang bisa dijadikan
sebagai alat untuk meraih mereka dan mengajak mereka ke
dalam dunia putih mengapa kita hanya setengah-setengah?
Bukankah kita sering mendapat materi tentang sibghah? Kenapa
belum teraplikasi? Karena kita masih belum berani. Dan
kemungkinan besar, akupun bisa dikatakan seperti itu.
Mudahnya kita mengatakan Ya sudah, jangan buang energi
kalau dia tidak mau. Padahal kita baru melakukan pendekatan
satu kali dan mengapa malah berusaha mendramatisasi: Wah
kayaknya susah mbak/mas, anaknya. Dia itu blablabla,

150 | I k h w a h U n e s a

padahal kita mengenalnya baru sepintas saja. Kalau dikatakan


tahupun hanya saat aktivitasnya diluar.
Banyak sekali fenomena seperti itu yang dijumpai. Kita
masuk ke jajaran kebirokrasian pun, tak mampu mewarnai
dengan signifikan, karena alasan partner kerja kita yang a-z
sifatnya atau karena birokrasi itu sendiri. Malah terkadang kita
yang terseret arus. Mengerjakan kerja bidang lain dengan
semangat, sementara kerja bidang kita mendapat peringkat
paling akhir atau bahkan terkadang tak nampak.
Hidup adalah berkesenian. Seni mengolah emosi, seni
mengolah organisasi, seni membudayakan penghargaan terhadap
waktu dan seni dalam beribadah. Tak ada jaringan dalam sel
manusia yang membenci seni (bukan berarti harus menjadi
penyanyi atau pandai memainkan alat musik, karena seni tak
tebatas hanya pada definisi itu saja). Bahkan dalam dzikirpun
kita sudah menjadikan sebuah kesenian itu dalam tubuh kita.
Partikel-partikel yang tersusun manjadi lebih luwes, lentur dan
fleksibel. Kalau kita tak memiliki jiwa seni, mungkin saja usia 20
tahun sudah mengisyaratkan kalau usianya sudah 50 tahun,
saking sepanenge (seriusnya) menjalani hidup. Ritme yang tak
dimanajemen,

menjadikan

nada-nada

dalam

diri

kita

mendapatkan ketimpangan notasi.


Ikhwah Unesa

| 151

Kembali pada awal pembicaraan. Jangan berjalan dengan


pandangan lurus, karena berjalan lurus bukan berarti pandangan
lurus ke depan tanpa melihat kanan kiri. Fokus memang harus,
namun juga perhatikan dan dengarkan kanan-kirimu. Saran dan
kritik yang membangun jangan disia-siakan. Dari siapapun dan
dalam bentuk apapun. Jangan menjadikan diri kita memiliki jiwa
yang tertaqlid buta. Perintah dan peringatan dari para qiyadah
juga bukan sesuatu yang menekan kreativitas kita, namun
membantu kelancaran dalam berjamaah. Masukan dari jundi juga
bukan hal yang merendahkan wibawa. Semua berjalan beriringan
sesuai dengan apa yang sudah menjadi sunatullah.
Tak ada manusia yang memiliki

Jika hati dalam


berjuang sudah
menghendaki akhir
yang beda, maka
Allah itu sesuai
dengan prasangka
hamba-Nya.

semua kemampuan. Ada yang


memimpin

yang

di

pimpin. Ada yang menata


dan

ada

yang

ditata.

Kalau ada pembangkang,


bukan

berarti

dimusnahkan,
bagaimana
tadi

152 | I k h w a h U n e s a

ada

kita

harus
namun

pembangkang
dudukkan,

kita

nyamankan dan kita tarik kembali menjadi seseorang yang


memiliki militansi dan loyalitas yang tinggi, kalau memang kita
memiliki kacerdasan mengolah seni emosi. Manusia hanya
berikhtiar, pada Allahlah tempat kembalinya segala urusan.
Bisa dikatakan sahabat yang sebenarnya adalah pesaing
kita. Karena pesaing kita adalah orang yang mampu dan berani
mengungkapkan kekurangan kita dan mau membarikan beberapa
masukan,

bukan

orang

yang

berpura-pura

membeberkan

kebaikan yang sebenarnya semu dan bahkan tak pernah kita


miliki. Walau secara etimologi sahabat adalah orang yang dapat
kita jadikan tempat menumpahkan segala keluh kesah kita dan ia
mampu menjaga rahasia kita, namun bisa jadi pengertian
sahabat itu menjadi sesuatu yang berbeda jika kondisinya sudah
seperti apa yang menjadi preambule diatas tadi.
Astaghfirullohaladzim,
astaghfirullohaladzim,
astaghfirullohhaladzim

Ikhwah Unesa

| 153

154 | I k h w a h U n e s a

BAB IV

Inilah Yang Akan


Menguatkan Kita

Ikhwah Unesa

| 155

Iman adalah sumber energi jiwa yang senantiasa


memberikan kita kekuatan untuk bergerak menyemai
kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam zaman
kehidupan, atau bergerak mencegah kejahatan, kebatilan
dan kerusakan di permukaan bumi
(Anis Matta, Menuju Cahaya)

156 | I k h w a h U n e s a

Di Majelis Iman Ini, Kita Istirahat


Sejenak...
Ikatlah hati-hati ini dengan iman
Isilah dengan ilmu dan tumbuhkan dengan cinta
Karena cinta adalah energi
Energi untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain
Yang mampu menjadi pintu bagi sejuta ilmu
Ladang sejuta hikmah, dan senyum penuh inspirasi
***

Ketika hidup menyuguhkan beragam persepsi, saat semua


orang beradu argumen, dan melempar retorika, merasa paling
benar, menutup mata dengan kacamata kefanatikan, menyumbat
telinga dengan kapas keegoisan, menolak setiap kritikan dan
menangkisnya dengan sejuta alasan, maka cobalah untuk
menghindar.

Menuju

kesendirian.

Kesendirian

yang

akan

mengajakmu lebih banyak berpikir, lebih lama merenung.


Menyelam ke dalam lubuk pikiran mereka, menerka apa yang
mereka rasakan, menilai cara mereka berpikir, sesungguhnya
Ikhwah Unesa

| 157

tiap orang punya cara pandang yang berbeda tentang apapun,


hingga kemudian kau akan tenggelam dalam labirin penafsiran.
Sendirian.
Tapi, nanti aku dikira pengecut. Bukan! Kau bukan
pengecut atau pecundang yang bersembunyi di balik keapatisan.
Yang kau lakukan adalah kontemplasi, agar kau mengerti betapa
Allah Sang Penulis Skenario benar-benar punya cara sendiri
dalam mentarbiyah hamba-Nya.
Teringat ungkapan seorang ukhti, Ukh, anti ngerasa ada
yang beda nggak sama semangat dan greget dakwah sekarang?
Maksud

pertanyaannya

bukan

untuk

membanding-

bandingkan kerja dakwah penggerak-penggerak dahulu dengan


saat ini. Dia tahu betul, saya paling sensitif kalau sudah bicara
tentang

perbandingan.

Karena,

sesuatu

itu

baru

boleh

dibandingkan jika memiliki dua sisi yang sama. Jika keadaannya


sama, kondisinya sama, posisinya juga sama, baru bisa dilihat
perbedaannya. Sementara, hidup itu dinamis, zaman terus
berkembang, iman naik-turun, dan hati mudah sekali terbolakbalik.

Ada

transformasi,

ada

evolusi.

Aku

lebih

suka

menyebutnya tantangan yang berbeda. Kita punya episode


sendiri, sekarang adalah saat ini. "Li kulli dawatin marhalatuha,

158 | I k h w a h U n e s a

wa likulli marhalatin muthallibatuha, wa lukulli muthallibatin


rijaluha..."
Mari...

kawan.

Kita

renungi

sejenak.

Menuju

proses

perenungan yang panjang. Sebenarnya tak perlu repot untuk


mencari jawaban, tinggal berkata Lain ladang, lain belalang. Lain
dulu, lain sekarang, maka semuanya selesai. Tapi cobalah untuk
membongkar file-file memori, memutar kembali kaleidoskop
proses tarbiyah yang selama ini telah kita jalani.

Jika seorang mukmin diibaratkan


seekor lebah, maka sebagai dai yang
tugasnya menyeru, mungkin kita
belum memiliki daya sengat seperti
yang dimiliki lebah.
Ya.. begitulah dakwah, kata Hasan Al-Banna, "Dakwah ini
tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap
totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup
bersama dakwah dan da'wah pun melebur dalam dirinya.
Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia
terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal bersama
Ikhwah Unesa

| 159

orang-orang yang duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti


mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup
memikul beban dakwah ini." Terlepas dari adanya peningkatan
atau malah degradasi, ada banyak faktor yang menyebabkan hal
itu terjadi.
Apa sesungguhnya yang menjadikan perbedaan dari tiap
generasi? Cobalah kita renungkan dalam kontemplasi. Seperti
menimba air dengan ember. Mengapa bak mandi yang selalu diisi
air itu begitu terasa lama sekali penuh. bukan karena ember itu
berlubang, tapi bisa saja kita terlau sedikit mengambil air,
sehingga perjalanan ini terasa sangat melelahkan padahal yang
kita hasilkan tak terlalu banyak. Itulah yang kurang dalam
perjalanan kita selama ini, kurang bersyukur, dan kurang adanya
evaluasi.
Mungkin juga karena kita masih terlalu banyak yang harus
diperbaiki. Ada banyak yang kekurangan yang harus kita
tambah, atau bahkan kita masih jauh dari standar iman seorang
pengemban dakwah?
Seperti dalam hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad:
Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggamanNya, sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin adalah seperti
lebah, ia makan yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik,

160 | I k h w a h U n e s a

bila ia hinggap tidak membuat dahan patah dan rusak (HR.


Ahmad, 6577)
Jika seorang mukmin diibaratkan seekor lebah, maka
sebagai dai yang tugasnya menyeru, mungkin kita belum memiliki
daya sengat seperti yang dimiliki lebah. Sehingga yang terjadi
adalah ucapan kita tidak didengar, ajakan kita tidak direspon.
Proses tarbiyah yang kita jalani hanya sebagai ajang tatap muka
dan transfer ilmu. Tidak membekas, dan sangat berpengaruh
pada pemegang tongkat estafet dakwah selanjutnya. Maka bekal
ilmu dan iman yang kita perkuat dan semai dalam jiwa masih
perlu banyak revolusi. Kata pepatah Arab, Faqidusy-syaii la
yuthihi (orang yang tidak memunyai sesuatu, tidak akan bisa
memberikan sesuatu itu pada orang lain).
Kurang akrab dengan Al-Quran. Mungkin juga adalah
penghambat adanya regresi dakwah dalam tiap generasi.
Terkadang kita tak menyadari betapa rindunya hati ini untuk
mendapatkan oase ruhiyah yang hadir dalam bacaan Al-Quran
kita. Kesibukan kita untuk sekadar hanya menghafalkan apa yang
telah dihafal, atau bahkan mengingat sudahkan hari ini ku baca
Al-Quran?.

Itulah

salah

satu

penyebab

kelesuan

dalam

berwajihah, kader yang terlalu sibuk. Syuro yang tak kenal


musim, keisbukan mencari nafkah, aksi untuk kemaslahatan
Ikhwah Unesa

| 161

ummat yang padat, atau bahkan tugas kuliah yang melebihi


seorang Profesor seolah mengorbankan waktu untuk rihlah
ruhiyah kita dengan hanya sedikit Ayat yang dilantunkan.
Kekeringan hati ini tanpa sadar akan mengikis iman dan
semangat

dakwah kita

dalam berniat dan keistiqomahan

terhadap jalan ini yang tak mudah.


Ya Allah, jadikanlah Al-Quran sebagai hujan pertama
setelah kemarau panjang yang menimpa hatiku dan jadikanlah ia
penerang dadaku serta hilangnya kesedihanku (HR. Ahmad).
Kemungkinan yang lain adalah Hubbud Dunya. Rasa cinta
kepada sesuatu hingga dapat melupakan yang sesungguhnya
harus kita cinta dapat menghilangkan rasa greget dakwah ini
menjadi terlalu melankolis. Aktivis melankolis? Bukannya tak
boleh. Tapi jika hal tersebut membuat sedikitnya produktivitas
yang dihasilkan dalam dakwah maka hal tersebut menjadi
masalah yang perlu dihindari. Dari dulu hingga sekarang, godaan
inilah yang paling berpengaruh terhadap semangat kerja kader
dakwah. Mari kita tengok sejarah:
Godaan duniawi inilah yang membuat pasukan Islam kocarkacir dalam pertempuran Poiters di jantung pertahanan Perancis
tahun 732 M melawan tentara kafir di bawah pimpinan Charles
Martel. Sebuah pertempuran yang menjadi titik balik kelemahan

162 | I k h w a h U n e s a

ummat Islam dan kejayaannya. Di Poiters, kekalahan Uhud


terulang kembali dengan sangat mengenaskan. Dua kekalahan
umat Islam di dua pertempuran agung tersebut faktornya sama:
keterpalingan pasukan Islam pada harta benda dan tidak
mengindahkan moral perjuangan. Andai pasukan Islam di bawah
pimpinan

Abdurrahman

Ghafaqi

mampu

memenangkan

pertarungan di Poiters, niscaya dominasi umat Islam di ranah


Eropa akan terus berlanjut hingga detik ini, bahkan di era yang
akan datang. Claudio Parera, sejarawan agung dan anggota
dewan akademia Perancis mengakui dengan penuh kejujuran,
kekalahan umat Islam di perang Poiters itu, tidak saja
menghancurkan dominasi mereka di ranah Eropa, namun juga
menjadi petaka besar bagi Perancis, Spanyol dan semua Negaranegara Eropa, bahkan kerugian bagi kemanusiaan universal.
Memang benar, yang menginginkan dunia (baca: cinta dunia)
bukanlah keseluruhan pasukan Islam (hanya beberapa oknum).
Akan tetapi, bukankah ini menunjukkan bahwa barisan pasukan
Islam tidak lagi satu? Bukankah ini menunjukkan bahwa tujuan
dan target mereka tidak lagi sama? Sebagian menginginkan
akhirat dan sebagian lagi menginginkan dunia? Bukankah hal ini
menunjukkan bahwa kejernihan dan kebeningan ikhlas telah

Ikhwah Unesa

| 163

terkotori oleh polusi interest pribadi atau kelompok dan cinta


dunia?
Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk
tetap tabah, sabar, dan tsabat dalam meniti jalan Allah yang
lurus. Pun, tabah, sabar, dan tsabat dalam menghadapi godaan
harta dan ghanimah era Reformasi. Aamiin
Akhirnya, keberhasilan dakwah bukanlah semata-mata
karena keprofesionalan kita dalam mengolah tutur kata,
mengembangkan materi dan kekreatifan kita dalam mengajak.
Keberhasilan dakwah kita dalam membentuk kepribadian orang
lebih karena kekuatan ruhiyah kita. Kekuatan yang muncul
karena kuatnya tafarrugh (mengosongkan diri) untuk beribadah
kepada Allah saja, Lillah WAllahu tabaaroka wa taaalaa alam..
Mari -setelah perhentian kita di majelis ini usai-

kita

nantikan pintu perjuangan di hadapan kita terbuka. Pintu yang


menutup kita dalam zona aman. Rasanya sudah terlalu lama kita
tinggal di dalamnya. Rasa penasaran kembali menggelitik untuk
bertanya, ada apa di balik pintu itu? Akankah kita jumpai badai
yang siap menerjang? Apa ada terik matahari yang siap
membakar? Petir menyambar? Gumpalan awan hitam? Deras
hujan? Angin kencang? Pohon tumbang? Atau, sebuah taman

164 | I k h w a h U n e s a

bunga dengan kicau burung bernyanyi riang? Atau bisa juga,


pagar tinggi yang akan kembali mengekang?
"Biarkan Allah dan Rasul-Nya saja yang menilai. Ikhlaskan
semua dan mendekatlah kepada-Nya. Agar tunduk di saat yang
lain angkuh, agar teguh di saat yang lain runtuh, agar tegar di
saat yang lain terlempar."
Kami akan tetap menanti, musim perjuangan di medan baru.
WAllahu alam

Ikhwah Unesa

| 165

Setiap Momen Hidup Kita Adalah Up


Grading
Orang yang berakal mengerti bahwa dunia ini tidak diciptakan
untuk mencari kesenangan di dalamnya. Karenanya, dalam
kondisi apapun ia harus konsisten dalam menggunakan waktunya
secara tepat.
(Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah)
Saudaraku, cobalah kembali mengingat saat-saat kita
berada dalam masa sulit yang menjadi ujian besar bagi keimanan
kita. Cobalah kembali mengingat apa yang kita rasakan ketika
pada saat itu kita memilih jalan keimanan, jalan ketaqwaan. Ada
sebuah rasa yang memenuhi dada kita yang tak dapat dijelaskan
dengan kata-kata. Sensasi iman yang kita rasakan itulah yang
menjadi upgrading bagi keimanan kita.
Cobalah kembali mengingat apa yang kita rasakan ketika
kita berbagi rezeki dengan orang lain. Subhanallah sensasi rasa
itu belum tentu bisa kita dapatkan dalam tahajud-tahajud kita
tiap malam. Belum tentu bisa kita dapatkan dalam tilawahtilawah kita tiap hari. Cobalah juga kembali mengingat apa yang
kita rasakan ketika kita mengeluarkan harta kita untuk aktivitas

166 | I k h w a h U n e s a

dakwah dan ingatlah juga pada saat kita memutuskan bahwa jiwa
dan raga kita kita hibahkan untuk islam dan dakwah ini. Ada
sebuah sensasi keimanan yang meluap, ada sebuah energi besar
yang merasuk ke dalam dada kita yang menggelorakan iman
dalam jiwa kita. Maka tak salah bila dikatakan Al imaanu
yaziidu bithoati wa yangkusu bimaasi Iman itu bertambah
dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Saudaraku, setiap ketaatan yang kita kerjakan adalah up
grading bagi diri kita. Semakin berat ketaqwaan yang kita
laksanakan itu semakin besar pula nilai up-gradingnya bagi diri
kita. Karena itulah Allah memerintahkan kita untuk memaksakan
diri dalam mengarjakan ketaqwaan, memiliki jiddiyah dalam
melaksanakan

ketaqwaan,

berjihad

dalam

melaksanakan

ketaqwaan.
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan
maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di
jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui. (Qs. At-Taubah: 41)
Namun jangan sekali-kali kita melakukan kemaksiatan
karena setiap kemaksiatan akan menjerumuskan kita ke dalam
dosa dan kefuturan. Bahkan dapat menjerumuskan kita dalam
neraka sebagaimana sabda Rasulullah,
Ikhwah Unesa

| 167


"... demi Allah, sungguh salah seorang diantara kalian, atau
sungguh ada seseorang yang telah mengamalkan amalan-amalan
penghuni neraka, sehingga tak ada jarak antara dia dan neraka
selain sehasta atau sejengkal, tetapi takdir mendahuluinya
sehingga ia mengamalkan amalan penghuni surga sehingga ia
memasukinya. Dan sungguh ada seseorang yang mengamalkan
amalan-amalan penghuni surga, sehingga tak ada jarak antara
dia dan neraka selain sehasta atau dua hasta, lantas takdir
mendahuluinya sehingga ia melakukan amalan-amalan penghuni
neraka sehingga ia memasukinya." (HR. Bukhari)
Nah, saudaraku marilah senantiasa kita up-grade iman kita.

168 | I k h w a h U n e s a

Islam Tetap di Dadaku


Perjalanan hidup yang terus bergulir terkadang seakan
melenakan kita. Membuat kita lupa akan jati diri kita yang
sebenarnya. Eksistensi seorang manusia yang jika diibaratkan
hanyalah sebiji tepung bila dibandingkan dengan pemilik hidup
dan mati. Manusia terlahir ke dunia menyandang fitrah sebagai
makhluk

yang

suci.

Hamparan

kertas

kehidupanlah

yang

menentukan tulisan apa yang akan menghiasinya.


Manusia hidup di dunia dengan beragam pemikiran dan
keyakinan. Membuka cakrawala baru tentang sebuah perbedaan
antara satu dengan yang lainnya. Termasuk di dalamnya adalah
agama. Suatu keyakinan yang digunakan sebagai pedoman hidup.
Hubungan

batin

antara

manusia

dengan

Tuhannya.

Ada

bermacam-macam keyakinan yang diyakini oleh manusia dan


diterapkan dengan cara yang berbeda-beda pula. Saya tidak
akan berpanjang lebar membahas tentang persoalan agama yang
beragam. Namun saya akan menitik beratkan pada agama yang
tertera di judul tulisan ini yakni Islam.

Ikhwah Unesa

| 169

Agama Islam yang dianut oleh setiap muslim didapatkan


dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang merupakan warisan,
ada

yang

melalui

serangkaian

pencarian,

dan

ada

yang

didapatkan dari pernikahan. Hal itu tidak penting untuk


dipermasalahkan. Yang penting disini ialah sejauh mana seorang
muslim mengenal agamanya.
Seperti yang telah kita ketahui bersama. Ada lima rukun
Islam yang harus kita jalankan agar diri kita legal mendapatkan
agama Islam sebagai landasan hidup kita. Kelima rukun Islam
tersebut yakni membaca dua kalimat syahadat, mengerjakan
shalat fardhu, mengeluarkan zakat, menjalankan ibadah puasa
wajib di bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.
Di samping kelima rukun Islam tersebut, kita juga
mengenal adanya rukun iman yang berjumlah enam. Keenam
rukun iman tersebut yakni percaya kepada Allah, percaya
kepada malaikat Allah, percaya kepada kitab-kitab Allah,
percaya kepada rasul-rasul Allah, percaya kepada hari kiamat,
serta percaya kepada qadha dan qadar.
Rukun Islam dan rukun Iman tersebut bukan hanya sekadar
untuk dihafalkan, tetapi untuk diamalkan atau dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mencapai ridha Allah.

170 | I k h w a h U n e s a

Terlepas dari rukun Islam dan rukun iman yang telah


dibahas sebelumnya, banyak orang yang mengaku muslim tetapi
sesungguhnya dia tidak atau belum mengenal agamanya. Agama
Islam dapat dimasuki dengan pintu syahadatain. Dua kalimat
syahadat yang manjur unktuk membuktikan bahwa kita benarbenar dalam kondisi percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Cukup mengucapkan
dua kalimat syahadat, maka kita akan mendapatkan label sebagai
seorang muslim. Sungguh suatu syarat yang sangat mudah.
Tetapi, apa sebenarnya urgensi syahadatain sebagai penanda
keislaman kita? Pertama, syahadatain adalah pintu gerbang
Islam. Ketika seseorang telah memasuki pentu gerbangnya,
berarti orang tersebut telah resmi menjadi umat muslim,
terlepas

dari

persoalan

dia

ikhlas

ataukah

tidak

saat

mengucapkannya, itu adalah kewenangan Allah.


Kedua, syahadatain

merupakan intisari ajaran Islam.

Syahadatain yang terdiri dari syahadat tauhid dan syahadat


rasul sangat menentukan terhadap tatanan hidup manusia.
Apabila syahadatain tersebut diucapkannya baik, ibadah, akhlak,
dan muamalahnya juga baik. Hal itu berlaku sebaliknya. Salah
satu perwujudan dari syahadat tauhid yaitu ibadah kepada Allah
dengan ikhlas tanpa kemusyrikan sedikit pun. Sedangkan
Ikhwah Unesa

| 171

implementasi dari syahadat rasul yaitu cara ibadah yang harus


mencontoh kepada Rasulullah SAW. dengan tidak menambah dan
menguranginya.
Ketiga,
terbukti

syahadatain merupakan asas perubahan. Hal ini

dari

perjalanan

dakwah

Rasulullah

SAW.

yang

mengawali langkah dengan mengubah keyakinan para masyarakat


jahiliyah. Jika hati dan jiwa mereka telah bersih dan meyakini
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah
utusan Allah, Rasulullah SAW melanjutkan langkah berikutnya
dengan pembangunan fisik berupa masjid dan bangunan lain yang
mendukung

terhadap

dakwah

yang

diembannya.

Langkah

selanjutnya yakni menghamba kepada Allah dan menebarkan


rahmat bagi seluruh alam. Terbukti dari perjalanan dakwah
Rasulullah

SAW

tersebut,

kehidupan

masyarakat

muslim

pascajahiliyah menjadi sangat tenteram dan penuh dengan


kedamaian.
Keempat, syahadatain adalah inti dakwah para rasul.
Syahadatain dengan konsep yang semacam itulah yang diajarkan
oleh semua rasul dari yang pertama sampai rasul yang terakhir.
Mereka mengatakan Sembahlah Allah dan ikuti aku. Perbedaan
yang ada pada agama-agama samawi hanyalah aspek syariat,

172 | I k h w a h U n e s a

karena zaman selalu berubah dan berkembang, sedangkan


skidah tidak mengalami perubahan sama sekali.
Setelah

mengetahui

tentang

urgensi

syahadatain,

selanjutnya kita harus mengenal Dzat yang tlah menciptakan


kita, yakni Allah SWT. Dzat yang gaib dan hanya melalui ayatayat-Nya kita dapat berkenalan dengan-Nya. Ayat-ayat Allah
secara global dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
ayat-ayat qauliyah (ucapan) yang berupa firman-firman Allah
dalam kitab-kitab-Nya dan ayat-ayat kauniyah (fenomena alam),
yaitu berupa tanda-tanda kekuasaan-Nya yang tersebar di alam
semesta ini.
Kebaikan

seseorang

berbanding

lurus

dengan

pengenalannya terhadap Allah. Semakin seseorang mengenal


Allah, maka semakin baik atau shaleh orang tersebut, begitupun
sebaliknya. Imam Ibnu Qayyum dalam kitab

Al Fawaid

mengatakan bahwa apabila seseorang telah bertekad untuk


mengenal Allah, mendekatkan diri kepada-Nya, ia akan digoda
oleh berbagai tipu daya dan penghalang, sehingga di awal
perjalanannya ia akan terhambat dan tertipu oleh berbagai
kesenangan,

kekuasaan,

kelezatan,

pakaian,

nafsu,

dan

sejenisnya. Kemudian ulama yang sangat terkenal ini kemudian


berkata:
Ikhwah Unesa

| 173

Bila dilihat dari sumber dan penyebabnya, hal-hal yang


menghalangi marifatullah itu ada dua macam: Pertama, syahwat
atau penyakit-penyakit nafsu, yaitu penyakit-penyakit yang ada
kaitannya dengan hati, yaitu nafsu dan kesenangan. Kedua,
syubuhat atau penyakit-penyakit intelektual, yaitu informasiinformasi dan pikiran yang menimbulkan keraguan. Apabila
seseorang terjangkiti oleh penyakit-penyakit itu, akan sulit
baginya untuk mengenal Tuhannya.
Tidak sedikit orang yang bertanya-tanya tentang bukti
keberadaan Allah. Ada yang sekadar ingin tahu dan ada juga
mempergunakan

pertanyaan

tersebut

untuk

memperkuat

keyakinan. Ada lima bukti yang dapat memperkuat keyakinan


bahwa sesungguhnya Allah memang ada.
Bukti yang pertama yakni bukti fitrah. Fitrah merupakan
sifat dasar asli yang belum terpengaruh oleh faktor-faktor
eksternal. Di dalam Al Quran disebutkan bahwa persaksian
manusia akan ketuhanan Allah bahkan sudah dilakukan sejak ia
masih berada di dalam sulbi orang tuanya (Al Araf [7]: 172).
Rasulullah SAW dalam haditsnya yang diriayatkan oleh
Bukhari juga menjelaskan bahwa setiap anak dilahirkan dalam
kondisi fitrah. Maka orang tuanyalah yang menjadikannya

174 | I k h w a h U n e s a

Yahudi atau Nasrani. Kalau manusia dibiarkan dalam fitrahnya,


pasti dia akan mengakui Allah sebagai Dzat Mahahebat.
Bukti kedua yaitu bukti indrawi. Bukti yang dapat ditangkap
oleh indra kita dengan cara melihat, mendengar, merasakan,
mencium, dan menyentuhnya. Berbagai objek yang ada di
sekeliling kita telah membuktikan tentang keberadaan Allah.
Ada siang dan ada malam; ada yang lahir dan ada yang mati; ada
yang hitam dan ada yang putih. Berbagai objek di dunia ini dapat
kita amati. Mengapa kita tidak lahir sesempurna yang kita
inginkan? Karena ada yang menciptakan kita, yaitu Allah. Kita
tidak lahir dengan sendirinya sesuai dengan kehendak kita.
Bukti ketiga yakni bukti rasional. Bukti rasional didukung
oleh teori sebab-akibat (kausalitas) Teori ini mengatakan bahwa
apa pun yang terjadi pasi ada penyebabnya. Logika mengatakan
di sana ada penyebab pertama dan utama yang memulai sebabsebab akibat (causa prima) itu. Ia adalah sesuatu yang tidak
berasal dari sesuatu. Dia-lah Tuhan semesta alam. Dia-lah Allah
Yang Maha Esa. Terbukti dalam kitab Al Quran Surat Al-Ikhlas
yang menjelaskan tentang keesaan Allah.
Bukti keempat yaitu bukti nash. Bukti petunjuk nash (teks)
berupa firman Allah dam kitab suci-Nya. Selain itu bukti-bukti
nash juga ditemukan dalam hadits-nadits Rasulullah SAW yang
Ikhwah Unesa

| 175

membicarakan tentang Allah. Di antaranya terdapat dalam surat


Al-Hasyr:
Dia-lah Allah yang tiada tuhan selain Dia. Yang mengetahui
hal-hal yang gaib maupun hal-hal yang nyata. Dia Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah, Yang Menciptakan, Yang
Mengadakan, Yang Membuat rupa, Yang Mempunyai nama-nama
yang baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Al-Hasyr
[59]: 22 dan 24)
Bukti

kelima

yakni

bukti

sejarah.

Banyak

peristiwa

bersejarah mulai dari Nabi Adam a.s. hingga hari ini yang
menunjukkan tentang keberadaan Allah. Banyak peninggalanpeninggalan sejarah yang menunjukkan kejayaan bangsa di masa
lampau, namun pada waktu yang sama juga memberikan pelajaran
berharga kepada manusia yang hidup di masa kini bahwa
kebesaran dan keangkuhan mereka tidak kuasa menghadapi
kekuasaan Allah; bahwa mereka terlalu kecil untuk dibandingkan
dengan penciptanya.
Kelima

bukti

itulah

yang

dapat

memperkuat

dan

memperkokoh keyakinan kita terhadap Allah SWT apabila kita


memandangnya dengan arif dan bijaksana, maka akan kita

176 | I k h w a h U n e s a

dapatkan genggaman iman yang kuat dan rengkuhan keyakinan


yang tidak akan mudah tergoyahkan.
Yakin terhadap keberadaan allah tentu saja bukanlah
muara dari segala-galanya. Maish banyak hal yang perlu kita
lakukan untuk mencapai keridhaan Allah. Untuk membuktikan
keislaman kita bukan hanya sekadar status, terlebih status KTP.
Ada pertanyaan besar yang harus kita jawab. Apa artinya saya
mengaku muslim? Jawaban dari pertanyaan itu kini menjadi
tanggung jawab kita masing-masing. Jawaban yang harus
dijawab oleh hati yang bersih dan pikiran yang jernih.
Seseorang yang mengaku muslim hendaknya memiliki
karakteristik yang harus dilakukan untuk menjadi seorang
muslim yang sejati. Harus ada komitmen yang dipegang sebagai
wujud dari status seornag muslim sejati.
Pertama, saya harus mengislamkan akidah saya. Komitmen
itu hendaknya dipegang dan benar-benar dijalankan. Syarat
seseornag mengaku muslim ialah akidah yang benar dan sahih.
Akidah yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw.
Ia harus mengimani apa yang diimani oleh manusia pertama, oleh
para rasul, sampai kepada para ulama dan imam yang telah diakui
kesalehan, ketakwaan, dan pemahaman yang lurus mengenai
agama Allah swt.
Ikhwah Unesa

| 177

Kedua, saya harus mengislamkan ibadah saya. Ibadah


merupakan puncak ketundukan terhadap Allah swt. yang menjadi
tangga penghubung antara makhluk dengan Sang Khaliq. Selain
itu juga menjadi penentu hubungan atau interaksi dengan
sesama hamba Allah. Logika Islam menetapkan agar kehidupan
ini seutuhnya merupakan ibadah dan ketaatan.
Untuk mengislamkan ibadah saya, maka konsekuensinya
adalah ibadah saya harus hidup dan tersambung kepada mabud
(Tuhan yang diibadahi), ibadah saya harus khusyuk, hati saya
harus hadir sepenuh hati ketika beribadah, saya harus rakus
dalam beribadah, saya harus memiliki keinginan yang besar
untuk melaksanakan shalat malam sampai terbiasa, saya harus
menyediakan waktu untuk membaca dan merenungi Al-Quran,
dan doa harus menjadi tangga bagi saya untuk memohon kepada
Allah da;lam segala keadaan.
Ketiga, saya harus mengislamkan akhlak saya. Akhlak mulia
merupakan tujuan pokok dari risalah Islam. Sesuai dengan
Hadits

riwayat

Ahmad,

Rasulullah

SAW

bersabda,

Sesungguhnya Aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan


akhlak yang mulia. Akhlak mulia merupakan bukti keimanan
seseorang. Selain itu, akhlak akan menjadi timbangan amal
seorang hamba menjadi berat pada hari kiamat.

178 | I k h w a h U n e s a

Begitulah komitmen muslim sejati. Muslim yang seluruh


hidupnya diniatkan sebagai ibadah untuk mendapatkan ridha
Allah SWT. Semoga kita termasuk di antaranya.

Ikhwah Unesa

| 179

PROFIL MY CLUB

Muslim Youth Club atau yang biasa


dikenal

dengan

MY

CLUB

merupakan

sebuah organisasi kecil yang bergerak di


bidang dakwah. Di facebook ia dikenal
dengan nama Klub Dawah Kampus Unesa
Berawal dari kumpulan manusia yang
ingin membuat study club, Allah meridhoi
kami untuk meresmikan MY Club sebagai
transportasi

yang

lebih

mantab

untuk

mengangkut harapan-harapan kami terhadap


hijaunya kampus yang lebih bening. Hijau
luar dan dalam, sungguh menyenangkan,
aduhai!.
Alkisah,

MY

organisasi yang

Club

berawal

dari

menamakan dirinya dengan

Fosil (Forum

Silaturrahim Lidah Wetan) yang terbentuk pada 2003. Fosil ini


diprakarsai oleh para punggawanya yakni, akh Agung, akh Trival,
akh Nailul, ukh Nisa, ukh Umi dan ikhwah lainya. Pada mulanya

180 | I k h w a h U n e s a

fosil merupakan study club yang ingin menyalurkan pengetahuan


lebih pada mahasiswa dalam pengetahuan agama dan umum.
Berbagi

bersama

dalam

event-event

tertentu sehingga diharapkan mahasiswa


lebih

mantab

Universitas

untuk
Negeri

melangkah
Surabaya,

di

serta

masyarakat pada umumnya.


Dalam perjalananya, kegiatan Fosil
bertempat di masjid, joglo, gazebo dan
tempat lain yang memungkinkan dijadikan
ajang

berdiskusi.

dianggap

Lambat

kurang

laun

efektif

Fosil
dan

membutuhkan suatu organisasi tertentu


untuk merealisasikan semua cita-cita
itu.

Akhirnya

pada

tahun

2005

dibentuklah MY Club untuk mewadahi itu


semua.
Di tahun pertama, masih tidak terlalu banyak kegiatan yang
bisa diusulkan dan diadakan oleh MY Club. Jumlah asrama yang
bernaung di bawahnya pun masih sangat sedikit. Di tahun 2003
jumlah asrama hanya ada satu, kemudian mengalami peningkatan
menjadi 2, dan kini terhitung di tahun 2012 ada lima asrama
Ikhwah Unesa

| 181

akhwat (al-Bana, Jenius, al-Khonsah, Nabila, dan Qonitat) dan


tiga

asrama

ikhwan

(al-Aqso,

al-Farisi,

dan

Zam-zam),

Alamdulillah
Di tahun 2005 MY Club dipimpin oleh presiden pertamanya
yakni akh Agung Putu Iskandar, kemudian presiden kedua yakni
akh Trival, presiden ketiga yakni Amir Syakib, keempat akh
Wendy Anton, dan presiden kelima dan masih beramanah sampai
tahun 2012 adalah akh Sirot Fajar, bersama seluruh staf yang
berandil di dalamnya. Dan di tahun 2014 ini MY Club dipimpin
akh Ahmad Lutfi Putra.
Dalam perjalanannya, eratnya kekeluargaan yang mendasari
aspek sosial terbentuknya MY Club senantiasa ingin kami
lekatkan selalu, menjadi keluarga yang bersama dalam senang
dan susah, yang selalu berbagi cinta di dalam rumah hati yang
selalu melukiskan senyum dengan secangkir pemanis.
Meski penuh onak dan duri kami yakin kami ingin tetap
berdiri di bumi yang hanya Allah SWT yang punya. Bersama kita
bisa wahai kawan. Di penjuru dunia manapun, di kendaraan
apapun, di keadaan hati bagaimanapun, dan di waktu kapanpun
mari kita semangat dakwah. Allahu Akbar.

182 | I k h w a h U n e s a

PROFIL FORMUSA

FORMUSA
dari

Forum

merupakan

akronim

Mahasiswa

Muslim

Unesa. Organisasi yang terbentuk


pada

tahun

2005

ini

memiliki

slogan Mencerdaskan yang Sholih


dan Mensholihkan yang Cerdas.
FORMUSA
wahana

terbentuk

pendidikan

sebagai

bagi

para

mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan secara akademik


dan agama.
Berikut adalah visi dan misi yang dimiliki FORMUSA:
Visi : Terwujudnya anggota asrama yang memiliki
prestasi dan dedikasi tinggi terhadap dakwah
dengan memberikan kontribusi nyata dalam
aktifitas dakwah kampus Unesa.
Misi :
1.

Memfasilitasi anggota asrama untuk mencapai


prestasi akademik yang optimal

Ikhwah Unesa

| 183

2. Melaksanakan

pembinaan

anggota

asrama

sehingga menjadi pribadi yang memiliki iltizam


kepada Islam dan berdakwah
3. Memperkuat jaringan kerjasama antar ikhwah
dan lembaga yang mendukung aktifitas dakwah
kampus.

Mencerdaskan yang sholih


Seorang Intelektual adalah orang yang pikirannya menjaga
pikirannya sendiri
(Albert Camus)
Kecerdasan setiap individu adalah bawaan lahir yang perlu
dioptimalkan. Mengoptimalkan kecerdasan bukan berarti tanpa
usaha karena belajar adalah proses sepanjang masa. FORMUSA
memiliki berbagai kegiatan akademik untuk para mahasiswa
diantaranya adalah English Club, Pembahasan soal-soal UAS,
Pelatihan Karya Tulis Ilmiah, Social Politic Campus Training,
Academic

Motivation

Training,

Training

Public

Speaking,

Leadership Motivation Training dan masih banyak lagi. Yuukk,


segera join bersama FORMUSA pasti seru dan yang pasti
tambah pinter ^_^.

184 | I k h w a h U n e s a

Mensholihkan yang cerdas


Lemahlah bagi yang ingin lemah, mundurlah bagi yang tidak kuat
bertahan. Silahkan bagi yang ingin mengalami kefuturan.
Sekiranya semua sepakat berhenti mengusung kemuliaan ini, aku
akan tetap disini bersama Rabbku hingga kemenangan menjadi
nyata dan syahid memuliakanku
(Sayyid Quthub)
Hidup tanpa agama seperti raga tanpa nyawa, begitulah
ungkapan yang sekiranya bisa digambarkan akan pentingnya
sebuah agama sebagai pondasi kehidupan. Banyak orang cerdas
dalam kehidupan untuk dunianya tetapi kurang cerdas untuk
mempersiapkan kehidupan akhiratnya. Banyak pula yang merasa
bahwa perihal mempelajari agama adalah perihal yang dapat
dikesampingkan bahkan menjadi prioritas terakhir.
Yuuk, jangan menunggu jiwa-jiwa kita kering karena
FORMUSA punya banyak aktivitas islami yang bisa membuat diri
kita semakin dekat dengan Allah. Kegiatan islami FORMUSA
antara lain adalah Kajian Mutiara Hati, Kajian Baitul Makmur,
Tahsin (Belajar Ngaji Al-Quran), Pembinaan Tiap Pekan),
Islamic Motivation Training, Malam bina iman dan takwa, dll.
Tunggu apalagi??? Ayooooo bersama kita cerdaskan dan
sholihkan diri kita ^_^.
Ikhwah Unesa

| 185

Daftar Penulis Ikhwah Unesa

MY Me I

: Sirot Fajar

Pemuda Dewasa

: Sirot Fajar

Pemuda Berkarakter

: Suwandi

Mengukir Cerita Dakwah

: Ardian Kenthy P

Kita dan Anak Kecil Itu

: Sirot Fajar

Siapakah Hudzaifah Baru

: Nailul Author

Menikmati Dakwah di Kampus

: Ardian Kenthy P.

Say Yes to Dakwah

: Daniatin Nisa

Terkadang Semua Itu .

: Pifa Nuryani

Nuansa Bening ...

: Indah Sulistyowati

Yang Tidak Terpengaruh

: Sirot Fajar

Teruslah di Jalan Ini

: Dyah Retna Sari

Antara Rekrutmen dan Dakwah

: Nur Arofiah

Give up? No Way!

: Amir Syakieb

Kuliah di Jalan Cahaya

: Ribeh Najib M.

Indahnya Ukhuwah

: Daniatin Nisa

Kakak, Ajak Aku Terbang

: Anik Andri Asnanik

Tunjukkan Dirimu Saudaraku

: Indah Sulityowati

Di Majlis Iman

: Anik Andri Asnanik

Setiap Momen Dari Hidup Kita

: Nailul Author

Islam di Dadaku

: Nike Shinta N.

186 | I k h w a h U n e s a

Ikhwah Unesa

| 187

Anda mungkin juga menyukai