Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MENJAGA EKSISTENSI MASYARAKAT DENGAN MEMBINA


KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH

(Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Latihan Khusus Kohati
(LKK) Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Bangkalan)

Disusun oleh:

Fairuz Zabadiyah
UTUSAN

HMI CABANG PAMEKASAN KOMISARIAT EKONOMI UNIVERSITAS


MADURA

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan nikmat sehat serta sempat,
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Menjaga Eksistensi
Masyarakat dengan Membina Keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah”, sebagai
salah satu syarat untuk mengikuti Latihan Khusus Kohati (LKK) Himpunan
Mahasiswa Islam Cabang Bangkalan.

Sholawat serta salam marilah kita haturkan kepada Sang Revolusioner dunia Nabi
Muhammad SAW. karena berkat beliaulah kita dapat terangkis dari alam jahiliyah
menuju alam islamiyah seperti saat ini yakni dengan adanya iman dan islam

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat.mengikuti Latihan Khusus
Kohati (LKK), selain itu makalah ini bertujuan untuk memberikan tambahan
pengetahuan bagi pembaca tentang konsep keluarga sakinah, mawaddah, warahmah
dan tentang komunikasi efektif dalam membina keluarga yang sakinah, mawaddah,
warahmah. Semoga makalah ini bermanfaat sehingga apa yang tercantum dalam
makalah ini dapat terealisasikan.

Pada makalah ini saya menyadari bahwa banyak kekurangan dalam menyusun
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan, untuk itu sangat saya harapkan kritik
dan saran sebagai evaluasi untuk makalah ini. Demikian kata pengantar dari saya,
saya ucapkan terrimakasih dan mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pamekasan, 03 Maret 2023

Fairuz Zabadiyah

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR……………………………….………………………………..ii

DAFTAR ISI………………….…………………………………………………..….iii

BAB I PENDAHULUAN……………………..……………………………………....1

1. LATAR BELAKANG MASALAH…………………………………………..1


2. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………...3
3. TUJUAN PENULISAN…………...…………………………………………..3
4. MANFAAT
PENULISAN………………………………………………………………….3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………..………………4

A. KONSEP KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH, WARAHMAH……….4


B. KOMUNIKASI YANG BAIK DALAM MEMBANGUN KELUARGA
YANG SAKINAH, MAWADDAH, WARAHMAH………………………..12

BAB III PENUTUP………………………………….………………………………18

1. KESIMPULAN……………………………………………………………....18
2. SARAN….…………………………………………………………………...18

DAFTAR PUSTAKA..………………………………………………………………19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga merupakan bagian penting dalam kehidupan karena keberadaannya


sangat mempengaruhi pola hidup dan pola pikir, tidak sedikit orang yang kurang
memperhatikan kehidupan dalam berkeluarga sehingga dalam kehidupan keluarga
mereka sering terjadi kesalah pahaman hal itu terjadi karena kurangnya komunikasi
dan rasa tanggung jawab terhadap sesama. Dalam keluarga pasti ada kepala keluarga
yang akan membina, membimbing keluarganya, mengambil keputusan, menafkahi
dan melindungi keluarga yaitu seorang ayah. Seorang ayah harus menjadikan dirinya
sebagai teladan yang baik bagi anggota keluarganya, bahkan seorang ayah bisa
menjadi idola bagi sang anak karena orang tua merupakan salah satu faktor penentu
perilaku seorang anak. Maka dari itu penting bagi kita untuk memilih calon suami
yang patut dijadikan teladan, bahkan dijadikan idola oleh anak-anaknya.

Manusia hidup tentunya memiliki sosok idola yang akan dijadikan contoh
dalam kehidupannya hal ini sering terjadi pada usia remaja karena pada usia remaja
rasa ingin tahu sangat tinggi sehingga mereka akan mencontoh orang yang mereka
idolakan, maka dari itu sangat penting bagi kita untuk benar- benar memperhatikan
siapa idola kita karena hal itu sangat berpengaruh dalam menjalani kehidupan, jika
orang yang kita idolakan memiliki perilaku yang negatif tentu saja kita akan
mencontohnya, dan sebaliknya jika orang yang kita idolakan memiliki perilaku
positif maka kita akan mencontoh hal positif tersebut yang tentunya akan membawa
kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain.

Lalu siapa yang benar-benar layak dijadikan idola ? bagi kita umat islam figur
yang sepatutnya menjadi idola yaitu Nabi kita Nabi Muhammad SAW. seluruh
kepribadian beliau sangat patut untuk dijadikan panutan termasuk dalam membina
keluarga beliau. Nabi Muhammad SAW. pernah mengatakan “rumahku surgaku”
padahal rumah beliau jauh dari kata mewah bahkan sangat sederhana, beliau hidup
dalam rumah yang kecil, makanan yang sederhana, beda dengan kehidupan saat ini
yang kebanyakan serba mewah tetapi masih sering mengeluh akan kurangnya nikmat.
Lalu bagaimana nabi Muhammad SAW. bisa mengatakan “rumahku surgaku” dengan
keadaan rumah beliau yang sangat sederhana ?, seperti yang kita ketahui bahwa
menikah merupakan ibadah, bukan hanya sekedar memenuhi

1
kebutuhan biologis, bukan hanya sekedar memberikan keturunan, dan bukan hanya
sekedar melayani hawa nafsu. Jika menikah itu ibadah tentunya tujuan dalam
pernikahan tersebut adalah untuk mencari ridho Allah, apabila rumah tangga
didalamnya mencari ridho Allah tentunya akan didasari oleh nilai-nilai keislaman
yang bersumber dari Al-qur’an dan Hadist karena didalam Al-qur’an dan Hadist
terdapat pedoman hidup yang menjadi keyakinan bagi orang-orang muslim yang akan
kekal selama hidupnya, beda dengan kekayaan atau harta, kecantikan, jabatan dan
sebagainya yang akan sampai pada batasnya.

Dalam membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah perlu adanya


komunikasi yang baik untuk meminimalisir kesalah pahaman yang akan
menyebabkan hubungan kekeluargaan akan renggang. Dengan demikian, pertukaran
informasi yang lancar akan menimbulkan kesepahaman pada setiap anggota keluarga.
Hal ini tentu akan meminimalisir konflik antar anggota keluarga dan akan
mendatangkan ketenangan dalam keluarga. Untuk mewujudkan keluarga
sebagaimana yang didambakan merupakan usaha yang tidak mudah, karena
terbentuknya keluarga merupakan sebuah proses yang panjang dan melalui
penyesuaian yang tidak mudah, mengingat keluarga terbentuk dari dua
kepribadian yang berasal dari keluarga yang berbeda. Hal ini dibutuhkan
komunikasi interpersonal yang dapat membuat keluarga harmonis, Keharmonisan
tersebut diciptakan sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada Allah SWT karena
telah mengizinkan mereka menjalani ibadah untuk menyempurnakan sebagian
agama mereka dalam bentuk pernikahan. Suami dan isteri harus mampu
membangun komunikasi yang indah dan melegakan, demikian pula orang tua
dengan anak, serta sesama anggota keluarga.

Dasar terciptanya hubungan ini adalah terciptanya komunikasi yang


efektif, sehingga untuk membentuk suatu pernikahan yang harmonis antara suami dan
istri perlu adanya hubungan interpersonal yang baik antara suami dan istri
dengan menciptakan komunikasi yang efektif. Keluarga yang bahagia pasti akan
berdampak positif bagi anggota keluarga di dalamnya. Hidup menjadi lebih
damai dan tentram, bebas dari segala macam pertengkaran yang dapat
memecah belah anggota keluarga. Dalam keluarga itu terjalin hubungan yang akrab
dan harmonis antara seluruh anggota keluarga, penuh kelembutan dan kasih sayang,
Alasan lain bisa jadi karena kurangnya komunikasi di antara anggota keluarga.
Komunikasi yang baik tentunya menciptakan hubungan yang baik dan
mengurangi kesalahpahaman. Komunikasi adalah hal yang penting di dalam

2
sebuah rumah tangga, komunikasi menjadi sarana yang baik dalam menyatukan
setiap perbedaan karakter antar pasangan, komunikasi juga dapat menjadi cara
yang baik dalam membangun sebuah keharmonisan rumah tangga.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keluarga sakinah, mawaddah, warahmah ?
2. Bagaimana komunikasi yang baik dalam menjaga eksistensi masyarakat dan
membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Latihan Khus Kohati (LKK)
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bangkalan.
2. Untuk menambah pegetahuan bagi pembaca tentang konsep keluarga sakinah,
mawaddah, warahmah.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang komunikasi efektif dalam menjaga
eksistensi masyarakat denan membina keluarga yang sakinah, mawaddah,
warahmah.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat pada khusunya bagi penulis untuk melatih agar mampu menyusun makalah
dengan baik dan benar. Pada umumnya bagi pembaca untuk menambah pengetahuan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah


Pernikahan berasal dari kata bahasa arab nakaha yang artinya berkumpul,
menikah wajib hukumnya bagi agama islam terutama bagi yang mampu, tujuan dari
pernikahan tidak lain dan tidak bukan yaitu ingin membangun keluarga yang
sakinah dan memiliki keturunan yang halal demi menjaga kesucian nasab keluarga.
Dalam mencapai keluarga yang sakinah ada mawaddah wa rahmah sebagai
petunjuk, mawadadah yang artinya cinta dan wa rahmah yang memiliki arti kasih
sayang. Jika suatu pasangan suami istri tidak memilki komitmen untuk membangun
keluarga dengan baik, maka mereka sudah terjerumus kekeliruan besar sejak awal,
saling balas dendam, bahkan mulai berputus asa yang akhirnya nanti berakibat
perceraian dalam rumah tangga dan ketidak mampuan menghadapi maslah
didalamnya. Hal seperti ini masih sering terjadi meskipun bentuk masalah yang
dihadapi tidak harus sama. Akhirnya anaklah yang harus menjadi korban di dalam
perceraian karena keegoisan orang tuanya. Maka dari itu begitu sangat pentingnya
bagi pasangan suami istri akan berfondasikan agama yang kuat. Untuk sampai
pada terwujudnya sebuah keluarga yang sakinah, seorang individu sebaiknya
mengusahakannya sedini mungkin, yaitu mulai dari sebelum memasuki pernikahan
(masa pra pernikahan), dan kemudian dilanjutkan sampai saat setelah memasuki
kehidupan keluarga.
Adapun proses tersebut lebih jelasnya sebagai berikut: Pada masa pra nikah
ini, yang termasuk di dalamnya adalah: memilih pasangan, meminang atau
melamar, dan kemudian menikah. Dalam rangka mewujudkan keluarga sakinah,
calon suami istri perlu memilih pasangannya secara tepat. Di dalam hal memilih
pasangan untuk dijadikan pasangan hidup, Islam mempunyai aturan tersendiri
tentang kriteria dan tipe yang baik menurut agama, dan tentunya baik juga untuk
individu yang bersangkutan jika kriteria tersebut terpenuhi. Memilih pasangan yang
tepat merupakan hal yang gampang-gampang susah. Hal ini berkaitan dengan
masalah takdir dan juga selera masing-masing orang. Pasangan hidup atau jodoh
memang merupakan hak prerogatif Allah. Tetapi sebagai hamba-Nya yang baik,
kita diwajibkan berusaha mencari dan memilih pasangan sesuai Konsep Keluarga
Sakinah dengan aturan syari’at.
Disamping itu, dalam rangka mencari dan memilih pasangan yang tepat,
hendaknya memahami alasan yang tepat dalam memilih pasangan, mengetahui tipe-
tipenya calon suami atau istri yang baik disamping selalu mohon petunjuk dari

5
perempuan memilih calon suami, disamping rasa cinta biasanya tidak terlepas dari
empat alasan berikut: karena hartanya, karena nasabnya, karena parasnya, karena
agamanya. Kita boleh memilih pasangan dengan alasan apapun tapi tidak boleh
lepas dari agama, terutama dalam memilih calon istri karena perempuan akan
menjadi seorang ibu yang merupakan sekolah pertama bagi anaknya, perempuan
sangat mementukan berhasil tidaknya dalam mewujudkan keluarga sakinah maka
dalam memilih calon istri yang baik laki-laki perlu memilih wanita yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Salehah
Wanita Salehah adalah wanita yang ciri-cirinya telah dijelaskan oleh Allah di
dalam al-Qur’ān surat an-Nisā’ ayat 34, yaitu wanita yang memiliki kriteria
sebagai berikut: taat kepada Allah, taat kepada suami kecuali pada hal yang
bertentangan dengan syariah, memelihara hak-hak suami ketika ada ataupun
tidak adanya suami, kapan pun dan di manapun, perempuan yang
menyenangkan hati jika dipandang, memberi kesejukan jika suami sedang
marah, rela atas segala pemberian suami.
2. Perempuan yang masih gadis
Laki-laki perlu memilih perempuan yang masih gadis karena lebih manis tutur
katanya, lebih banyak keturunannya, lebih kecil kemungkinannya berbuat
makar terhadap suami, lebih bisa menerima pemberian yang sedikit, dan lebih
mesra ketika diajak bercanda.
3. Perempuan yang bernasab baik
Karena perilaku orang tua dan nenek moyangnya memiliki pengaruh yang
sangat kuat terhadap keturunannya.
4. Perempuan yang bukan keluarga dekat
Menurut Nabi Muhammad SAW., dengan menikahi perempuan yang masih
keluarga dekat akan sangat memungkinkan anak-anak yang bakal lahir nanti
akan mengalami lemah fisik dan mentalnya.
5. Perempuan yang sekufu’
Kufu’ adalah perempuan yang sepadan dalam hal agamanya, tingkat
ekonominya, derajat sosialnya, dan derajat intelektualnya. Namun yang lebih
penting dari itu semua adalah saling ridha dari kedua belah pihak. Karena hal
itu bisa mengatasi perbedaan yang melatarbelakanginya.
Tidak hanya laki-laki, perempuan juga berhak memilih calon suami yang
baik, karena suami merupakan imam keluarga yang akan memimpin,
membimbing, melindungi dan menafkahi keluarga, jika imam sudah baik
tentunya akan mudah dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala

6
keluarga, maka dari itu ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan
perempuan dalam memilih calon suami yaitu sebagai berikut:
1. Laki-laki yang shaleh
Laki-laki yang shaleh adalah laki-laki yang taat beragama dan berakhlak
mulia.
2. Laki-laki yang bertanggung jawab
Sebagai pemimpin keluarga, laki-laki memiliki tanggung jawab lebih
besar daripada istri. Oleh karena itu, perempuan hendaknya memilih
calon suami yang penuh tanggung jawab.
3. Laki-laki yang sehat dan bernasab baik
Sebagaimana laki-laki, untuk perempuan juga hendaknya memilih calon
suami yang sehat dan bernasab baik, karena untuk memperolah keturunan
yang baik pula.
4. Laki-laki yang mapan
Karena laki-laki merupakan tulang punggung ekonomi keluarga, maka
hendaknya perempuan memilih laki-laki yang telah mampu mencukupi
nafkah keluarga.
5. Laki-laki yang bijaksana
Laki-laki yang bijaksana akan memiliki sifat penyayang terhadap sesama,
terlebih-lebih kepada istri dan anaknya. Juga memiliki sifat sabar, setia,
tidak egois, tidak emosional, dan mampu mengatasi problem keluarga
dengan tenang.
6. Laki-laki yang mampu mendidik calon istri
Suami berkewajiban mendidik istri dan anak-anaknya. Karena itu,
perempuan dan orang tua/walinya perlu mempertimbangkan tingkat
kedewasaan calon suami/menantunya.
Dalam proses mewujudkan keluarga sakinah, calon suami istri perlu
mempersiapkan diri secara matang dari segi fisik maupun mentalnya. Hal itu
dikarenakan bervariasinya problematika kehidupan rumah tangga yang harus
dihadapi oleh keduanya, yaitu suami dan istri. Adapun secara garis besar
keluarga sakinah akan dapat terwujud apabila diantara suami dan istri mampu
mewujudkan beberapa hal sebagai berikut:
Keseimbangan Hak dan Kewajiban antara Suami dan Istri
Dalam rumah tangga Islam, seorang suami mempunyai hak dan kewajiban
terhadap istrinya. Demikian pula sebaliknya, seorang istri juga mempunyai hak
dan kewajiban terhadap suaminya. Masing-masing pasangan hendaknya selalu
memperhatikan dan memenuhi setiap kewajibannya terhadap pasangannya

7
sebelum ia mengharapkan haknya secara utuh dari pasangannya. Jika
melaksanakan kewajiban dengan baik dan penuh tanggung jawab, maka akan
terasalah manisnya kehidupan dalam keluarga serta akan mendapatkan haknya
sebagaimana mestinya. Suami istri mempunyai hak dan kewajiban yang
sama, meskipun kaum pria diberikan derajat yang lebih tinggi daripada wanita.
Kelebihan derajat tersebut dimaksudkan oleh-Nya sebagai karunia, karena
mereka kaum pria dibebani tanggung jawab sebagai pelindung kaum
perempuan yaitu berupa kelebihan kekuatan fisik dan mental. Akan tetapi,
kekuasaan kaum pria terhadap kaum wanita bukan berarti kaum pria boleh
bertindak semena-mena terhadap istrinya, namun semuanya itu mempunyai
aturan yang sudah ditentukan oleh agama.
Adapun tolok ukur keseimbangan hak dan kewajiban antara seorang suami
dan istri adalah apabila pasangan suami-istri itu tergolong baik dalam
pandangan masyarakat, juga baik dalam pandangan syara’. Artinya antara
suami dengan istri tersebut membina pergaulan dengan baik dan tidak saling
merugikan. Syari’at Islam telah memperinci pergaulan suami-istri tentang hal-
hal yang berkenaan dengan hak dan kewajiban antara suami dan istri, yaitu
seperti uraian di bawah ini:
Hak-hak istri dan kewajiban suami
Hak-hak istri adalah kata lain dari kewajiban suami. Hal ini dikarenakan
di dalam hak istri terkandung hal-hal mana saja yang harus ditunaikan atau
dilakukan oleh suami untuk istrinya. Sedangkan hak-hak istri yang menjadi
kewajiban suami tersebut secara garis besar ada dua macam, yaitu hak-hak yang
besifat kebendaan dan hak-hak yang bukan kebendaan (berbentuk moril).
Berikut yang merupakan kewajiban suami kepada istri:
1. Membayar mahar
Mahar adalah pemberian wajib dari suami kepada istri, dan merupakan
hak penuh bagi istri yang tidak boleh diganggu suami. Mahar menjadi
beban suami sejak akad nikah dan harus dibayar penuh setelah terjadi
persetubuhan.
2. Memberi nafkah
Suami wajib memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya. Kepada
istri, nafkah yang wajib diberikan terdiri atas dua macam, yaitu nafkah
lahiriyah dan nafkah bathiniyah.
Dalam hal nafkah lahiriyah ini, yang wajib diberikan suami adalah nafkah
berupa sandang, pangan, dan papan atau tempat tinggal yang kadarnya

8
disesuaikan dengan kemampuan sang suami. Artinya besarnya nafkah yang
wajib diberikan oleh suami kepada istrinya adalah dapat mencukupi kebutuhan
secara wajar, tidak kurang dan tidak berlebihan. Jadi, tingkat kewajaran
masing-masing individu berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya.
Satu hal yang harus lebih diperhatikan oleh suami adalah bahwa suami yang
baik akan selalu melakukan yang terbaik bagi keluarganya, dia akan selalu
berusaha untuk melakukan hal-hal yang membahagiakan bagi anak dan istrinya,
dia selalu mengutamakan nafkah keluarga dalam membelanjakan hartanya di
atas kepentingan-kepentingan lainnya. Membelanjakan harta untuk shadaqah di
jalan Allah adalah hal yang utama, akan tetapi jika tidak mampu janganlah
dipaksakan, jangan sampai tindakannya justru melupakan nafkah keluarga.
Selain nafkah lahiriyah, seorang suami juga perlu memberikan nafkah
batiniyah yaitu sebagai berikut:
1. Berbuat baik ditempat tidur
Berbuat terbaik di tempat tidur adalah hal yang mutlak bagi suami-
istri. Karena suasana yang ada akan membawa pengaruh besar bagi
kehidupan rumah tangganya. Sekaligus kepuasan yang ada akan
membawa semangat hidup tersendiri bagi suami-istri, sebaliknya dengan
kegagalannya juga akan menimbulkan patah semangat bagi keduanya.
2. Menggauli istri dengan ma’ruf
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam menggauli istri dengan baik.
Hal ini merupakan seni tersendiri dalam membina manajemen keluarga.
Oleh karena itu harus dicari kiat-kiat tertentu supaya tercipta suasana
yang kondusif, suasana yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Kesimpulannya, sikap menghargai dan menghormati serta perlakuan yang
baik merupakan pilihan yang harus diambil oleh suami untuk istrinya.
Disamping itu juga selau berusaha meningkatkan taraf hidup istri dalam
bidang agama, akhlak, dan ilmu pengetahuan yang diperlukan,sampai
suami berhasil membimbing istrinya selalu dijalan yang benar dengan tak
kenal menyerah.
Hak-hak Suami dan Kewajiban Istri Keluarga merupakan satu ikatan
yang utuh antara suami dan istri, satu sama lain terjalin erat. Satu sama
lain memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Bila seorang suami
telah melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka wajarlah apabila ia
mendapatkan haknya dengan sebaik-baiknya dari istri dan keluarganya,
seperti sikap hormat dan taat serta patuh dari istri dan anak-anaknya,
mendapatkan pelayanan atas kebutuhan fisik dan psikisnya, mendapatkan
pemeliharaan istri atas harta dan nama baik serta kehormatannya dari
istrinya, mendapatkan sedekah dari sebagian harta istrinya bila keadaan

11
sulit dihadapinya atau bersabar dalam menghadapi tekanan hidup jika
tidak mempunyai sesuatu (harta).
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi hanya merupakan hak-hak yang
bukan kebendaan. Sebab, menurut hukum Islam istri tidak dibebani
kewajiban kebendaan yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hidup
keluarga. Bahkan istri diutamakan untuk tidak usah ikut bekerja mencari
nafkah jika suami memang mampu memenuhi kewajiban nafkah keluarga
dengan baik. Adapun hak-hak suami dan kewajiban istri tersebut antara
lain hak untuk ditaati, dihormati, dan diperlakukan dengan baik terutama
di tempat tidur. Untuk hak ditaati ini, disebabkan karena secara kodrati
kedudukan suami di dalam rumah tangga adalah sebagai kepala keluarga
yang mempunyai tugas selain memimpin keluarganya juga wajib
mencukupi nafkah mereka. Istri-istri yang shalehah adalah yang patuh
kepada Allah dan kepada suami-suaminya serta memelihara harta benda
dan hak suaminya meskipun suaminya tidak ada di dekatnya. Kewajiban
taat kepada suami ini tidak termasuk perintah yang melanggar larangan
Allah, dan perintah tersebut termasuk hal-hal yang berhubungan dengan
kehidupan rumah tangga. Dengan demikian apabila suami memerintahkan
untuk membelanjakan harta milik pribadinya sesuai keinginan suami,
maka bagi istri tidak wajib taat atas perintah tersebut. Selain itu,
kewajiban tersebut berlaku apabila suami telah memenuhi kewajiban-
kewajibannya yang menjadi hak istri, baik yang bersifat kebendaan
maupun yang bersifat bukan kebendaan. Bentuk ketaatan yang lain adalah
istri tidak boleh menerima masuknya seseorang yang bukan mahramnya
tanpa seizin suaminya. Apabila yang datang adalah mahramnya seperti
ayah, saudara, paman, dan sebagainya maka dibenarkan menerima
kedatangan mereka tanpa izin suami.
Sebuah keluarga sakinah tak akan terwujud tanpa dilengkapi dengan
anak-anak yang shalih dan shalihah. Namun untuk menciptakan anak
yang shalih dan shalihah tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk
mewujudkan anak-anak yang shalih dan shalihah, yakni anak yang
berbakti kepada kedua orang tuanya, agama, bangsa, dan negaranya,
maka diperlukan kiat-kiat tersendiri yang harus dipahami oleh setiap
suami istri atau tepatnya kedua orang tua, Anak-anak hari ini adalah
orang dewasa di masa yang akan datang, mereka akan mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab yang cukup besar sebagaimana layaknya
dalam kehidupan orang-orang dewasa pada umumnya. Bagaimana
keadaan orang dewasa di masa yang akan datang sangat tergantung
kepada sikap dan penerimaan serta perlakuan orang tua terhadap anak-

11
anaknya pada saat sekarang. Oleh karena itu merupakan bahan kesadaran
yang cukup baik pada sementara orang dewasa untuk memperhatikan apa
yang mereka berikan kepada anak-anaknya. Sesuatu yang diberikan
kepada anak tentu akan memberikan hasil yang cukup menggembirakan
jika permasalahan hubungan dan cara serta perasaan tanggung jawabnya
tidak diabaikan dalam keadaan tersebut.
Seperti dijelaskan di depan bahwa keluarga atau rumah tangga merupakan
suatu unit masyarakat terkecil. Sudah barang tentu mempunyai tanggung
jawab pula dengan masyarakat di sekitar dimana mereka berada. Tidak
hanya terbatas pada orang tua, anak-anak bahkan anggota keluarga yang
lain juga berperan terhadap masyarakat di sekelilingnya.Hidup
bermasyarakat sebuah keniscayaan bagi manusia, oleh karenanya, seorang
individu selain berbuat terbaik dalam pergaulan sehari-hari di rumah juga
harus berbuat terbaik dalam pergaulan sehari-hari di luar rumah.
Pergaulan tersebut mencakup dengan tetangga, kerabat, dan dengan
masyarakat pada umumnya. Berbuat baik kepada tetangga dapat
diwujudkan dalam ucapan dan tindakan, seperti tidak menyakiti tetangga,
menghormati mereka, tidak arogan dan egois, dan membiasakan tolong
menolong antar sesama. Seorang muslim yang baik juga akan selalu
berusaha melakukan yang terbaik kepada kaum kerabatnya (baik dari
pihak suami atau istri, jauh maupun dekat), dan selalu menjalin tali
silaturrahim dengan seluruh keluarga besarnya.
Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal sangat penting bagi
perkembangan emosi para anggota keluarga (terutama anak).
Kebahagiaan ini diperoleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya
secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah memberikan rasa memiliki, rasa
aman, kasih sayang dan mengembangkan hubungan yang baik di antara
anggota keluarga. Para ahli pendidikan sepakat bahwa cinta kasih,
kelembutan dan kehangatan yang tulus merupakan dasar yang penting
dalam mendidik anak. Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas
perasaan, akan tetapi juga menyangkut pemeliharaan, rasa
tanggungjawab, perhatian, pemahaman, respek dan keinginan untuk
menumbuh kembangkan anak maupun setiap anggota keluarga.
Mewujudkan kasih sayang dalam keluarga dengan saling

11
menghormati, sopan santun dan tanggung jawab (kewajiban) antara suami
kepada istri juga sebaliknya istri kepada suami, antara orang tua dengan anak,
anak dengan orang tua dan antara saudara kandung, adik dan kakak. Dengan
terlaksananya kewajiban dan hak setiap anggota keluarga dapat menciptakan
suasana yang penuh kasih sayang (mawaddah wa rahmah). Keduanya harus
berhati-hati terhadap tanggung jawab.
Konsep keluarga sakinah mawaddah warahmah adalah ikatan lahir batin
antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga/rumah tangga yang bahagia dan melaksanakan Sunnah Rasul
tujuannya membentuk suatu rumah tangga & melestarikan keturunan. Faktor
yang menjadi terwujudnya keluarga sakinah mawaddah warahmah Ada tiga
kunci yang disampaikan Allah SWT. Sedangkan faktor yang membuat rumah
tangga menjadi indah dan damai adalah Jangan ada perselingkuhan, ekonomi
juga harus menunjang, mengikuti bimbingan untuk masalah rumah tangga.
Biasanya Departemen Agama yang mengadakan di kelurahan-kelurahan saling
memahami, saling menyadari antar sesama. Faktor hambatan keluarga sakinah
mawaddah warahmah.

B. Komunikasi yang Baik Dalam Membentuk Keluarga Sakinah,


Mawaddah, Warahmah.
Setiap orang yang sudah berumah tangga pasti menginginkan keluarga
yang harmonis, kunci utamanya yaitu komunikasi terjalin dengan baik. Dalam
menjaga komunikasi yang baik perlu dilakukan komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dua orang atau
lebih yang biasanya tidak diatur secara formal. Pentingnya komunikasi
interpersonal dalam keluarga diperkirakan dapat memprediksi efek dari
paparan internet dan teknologi komunikasi yang perlahan tapi pasti mengubah
pola komunikasi keluarga dan melemahkan ketahanan keluarga. Komunikasi
interpersonal merupakan awal dari keharmonisan. Keharmonisan sulit
terwujud tanpa adanya hubungan interpersonal, baik dalam keluarga maupun
antar keluarga. Suasana hubungan yang baik dapat terwujud dalam suasana
yang hangat, penuh pengertian, penuh kasih sayang satu dengan lainnya
sehingga dapat menimbulkan suasana yang akrab dan ceria.
Dasar terciptanya hubungan ini adalah terciptanya komunikasi yang efektif,
sehingga untuk membentuk suatu pernikahan yang harmonis antara suami dan
istri perlu adanya hubungan interpersonal yang baik antara suami dan istri
dengan menciptakan komunikasi yang efektif untuk mewujudkan keluarga
sebagaimana yang didambakan merupakan usaha yang tidak mudah, karena

14
terbentuknya keluarga merupakan sebuah proses yang panjang dan melalui
penyesuaian yang tidak mudah, mengingat keluarga terbentuk dari dua
kepribadian yang berasal dari keluarga yang berbeda. Hal ini dibutuhkan
komunikasi yang dapat membuat pasangan suami istri langgeng dan dan
harmonis demi tercapainya keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Keharmonisan tersebut diciptakan sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada
Allah SWT karena telah mengizinkan mereka menjalani ibadah untuk
menyempurnakan sebagian agama mereka dalam bentuk pernikahan. Suami
dan istri harus mampu membangun komunikasi yang indah dan melegakan,
demikian pula orang tua dengan anak, serta sesama anggota keluarga. Tidak
hanya itu saja, dalam mengembangkan perekonomian keluarga terciptanya
komunikasi yang baik dan menerapkan keikhlasan dalam setiap hal yang
diterima dalam rumah tangga tersebut.
Membina rumah tangga adalah kewajiban setiap muslim. Kewajiban suami
istri untuk memperbaiki kehidupannya, kewajiban ibu-bapak untuk mendidik
anak-anaknya agar taat kepada Allah dan Rasul-Nya agar menjadi belahan
jiwa dan tumpuan harapannya. Sesungguhnya pilar hubungan suami istri
adalah kekerabatan dan persahabatan yang terpancang di atas cinta dan kasih
sayang. Hubungan yang mendalam dan lekat ini mirip dengan hubungan
seseorang dengan dirinya sendiri. Al-Qur'an menjelaskan: Mereka itu pakaian
bagimu dan kamu pun pakaian baginya. (QS. Al-Baqarah: 187). Keluarga
yang bahagia pasti akan berdampak positif bagi anggota keluarga didalamnya
dan juga masyarakat. Hidup menjadi lebih damai dan tentram, bebas dari
segala macam pertengkaran yang dapat memecah belah anggota keluarga.
Dalam keluarga itu terjalin hubungan yang akrab dan harmonis antara seluruh
anggota keluarga, penuh kelembutan dan kasih sayang. Namun, ada juga
kasus di mana kondisi keluarga bisa menjadi tidak harmonis. Ini bahkan dapat
menyebabkan perceraian dan perpisahan, salah satu penyebabnya yaitu karena
kurangnya komunikasi di antara anggota keluarga. Komunikasi yang baik
tentunya menciptakan hubungan yang baik dan mengurangi kesalahpahaman.
Komunikasi adalah hal yang penting di dalam sebuah rumah tangga dan juga
masyarakat, komunikasi menjadi sarana yang baik dalam menyatukan setiap
perbedaan karakter antar pasangan, komunikasi juga dapat menjadi cara yang
baik dalam membangun sebuah keharmonisan rumah tangga.
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk bertukar informasi
antar sesama, sehingga perlu dilatih secara khusus dan penuh perhatian.
Komunikasi juga dapat dilakukan dengan berbicara yang baik, berbicara yang
baik adalah yang bisa menggetarkan hati. Sedemikian pentingnya ucapan, kita
harus pandai berbicara untuk menunjukkan diri kita kepada lawan bicara

14
dalam kehidupan sosial. Mayoritas orang tidak mengetahui bagaimana cara
berkomunikasi dengan baik. Cara berkomunikasi dengan baik adalah dengan
berbicara logis, kita langsung dapat mengetahui apakah sesorang itu logis atau
tidak hanya dengan berbincang dengannya, maka dari itu berbicara yang
menunjukkan pola pikir logis harus dilatih. Ada 5 hal untuk berbicara logis
yaitu sebagai berikut :
1. Memberikan alasan yang tepat pada argument
Memberikan alasan disetiap pendapat wajib dilakukan dalam berbicara logis,
begitu pula dengan ucapan, karena perbedaan pendapat yang beralasan dan
tidak beralasan bagaikan langit dan bumi, artinya pendapat yang tidak
disertai alasan tidak akan memberikan pemahaman lebih kepada lawan
bicara, sedangkan pendapat yang disertai alasan akan memudahkan lawan
bicara dalam memahami apa yang kita maksud. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir kesalahpahaman.
2. Tidak melebih-lebihkan logika
Logika memang terdengar masuk akal, tetapi jika dilebih-lebihkan akan
seperti tidak logis.
3. Konsisten dalam bersikap
Sikap konsisten dengan pendapat yang kita berikan perlu dikakukan, saat
kondisi argument kita lemah, kita akan jatuh ke dalam kontradiksi dan posisi
yang membingungkan sehingga kita akan mengeluarkan argumen baru yang
berbeda dengan argument yang sebelumnya kita ungkapkan. Oleh karena itu
kita harus memiliki sikap konsisten dengan pendapat kita dari awal hingga
akhir.
4. Mengggunakan kata-kata sederhana
Pembicara yang baik adalah yang mudah dipahami oleh pendengarnya, maka
perlu menggunakan kata-kata yang sederhana, karena ucapan yang sulit
dimengerti adalah penghalang lancarnya komunikasi.
5. Tetap tenang
Dalam berbicara kita dapat menemukan orang-orang yang emosional yang
sering melontarkan perkataan yang tidak berhubungan dengan topik
pembicaraan, jika hal itu terjadi maka akan menimbulkan situasi yang

14
menjengkelkan. Kekesalan akan menciptakan hal tidak logis, oleh karena itu
bersikap tenang sangat dibutuhkan dalam situasi ini.
Komunikasi merupakan kunci terpenting dalam membangun hubungan
baik antar setiap individu. Komunikasi yang efektif sangat bergantung pada
ketrampilan seseorang dalam mengirim maupun menerima informasi. Kita
menyaksikan begitu banyak problem atau sikap acuh tak acuh dalam
kehidupan masyarakat hanya gara-gara dis-komunikasi antar sesama.
Masalah yang paling sederhana dan sering muncul itu di karenakan
kurangnya keterampilan mendengarkan dalam berkomunikasi. Keterampilan
mendengarkan seharusnya mengiringi keterampilan bertanya dalam
komunikasi yang efektif. Karena sebaik apa pun komunikasi terhadap
seseorang tanpa diiringi dengan kemampuan mendengar maka komunikasi
tidak efektif. Kemampuan mendengarkan secara aktif diartikan sebagai
proses pemahaman secara aktif untuk mendapatkan informasi, dan sikap dari
pembicara yang tujuannya untuk memahami pembicaraan tersebut secara
objektif. Komunikasi efektif adalah suatu kegiatan pengiriman makna
(pesan) dari seorang individu ke individu yang lain di mana kegiatan tersebut
dapat menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak. Komunikasi Efektif,
inilah yang menjadi permasalahan orang Indonesia sekarang mereka masih
awam terhadap budaya komunikasi efektif dan kurangnya ketrampilan
mendengar dalam berkomunikasi yang mengakibatkan mereka lebih banyak
berpendapat untuk mengemukakan masalah daripada berpendapat untuk
memecahkan masalah.
Tidak hanya berbicara, dalam melakukan komunikasi efektif kita juga
perlu pandai mendengarkan Karena sebaik apa pun komunikasi terhadap
seseorang tanpa diiringi dengan kemampuan mendengarkan yang baik maka
komunikasi tidak efektif. Kemampuan mendengarkan secara aktif diartikan
sebagai proses pemahaman secara aktif untuk mendapatkan informasi, dan
sikap dari pembicara yang tujuannya untuk memahami pembicaraan tersebut
secara objektif. Berikut ada 3 tipe mendengarkan yaitu sebagai berikut:
1. Mendengarkan isi
Mendengarkan isi adalah memahami dan menguasai pesan pembicara.
Mendengarkan isi pembicaraan, penekanannya adalah pada informasi
dan pemahaman, selain itu juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan
untuk memperjelas, abaikan gaya pembicaraan dan keterbatasan apa pun
dalam menyampaikannya, fokuskan hanya pada informasinya.
2. Mendengarkan dengan kritis
Mendengarkan dengan kritis adalah memahami dan mengevaluasi arti
pesan pembicara, dan memisahkan pernyataan opini dan fakta.

15
3. Mendengarkan dengan empati
Mendengarkan dengan empati adalah memahami perasaan, kebutuhan, dan
keinginan pembicara sehingga dapat menghargai sudut pandangnya.

Kegiatan mendengarkan itu sendiri bukanlah pekerjaan yang mudah dan


perlu latihan yang cukup. Semakin banyak berlatih mendengarkan, maka akan
semakin baik dalam memahami suatu percakapan dengan orang lain. Dengan
pikiran, seseorang dapat memilih kata-kata yang tepat untuk disampaikan
kepada pihak lain, sehingga dapat dipahami dengan baik dan benar. Dengan
emosi, seseorang dapat mengungkapkan perasaannya (suka, duka, yakin atau
ragu-ragu) dalam mengadakan hubungan komunikasi dengan orang lain.
Dengan bahasa tubuh, seseorang dapat lebih menyakinkan apa yang telah
disampaikan dengan kata-kata dan perasaannya, yang di ungkapkan dalam
bentuk tindakan tertentu yang dapat dipahami oleh orang lain.
Tidak hanya dalam lingkungan keluarga, di lingkungan masyarakat
komunikasi juga sangat penting dalam interaksinya dengan masyarakat,
manusia akan melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi.
Komunikasi pada dasarnya dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan
sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang saling membutuhkan, sebab
komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. . Untuk meminimalisir
kesalahpahaman perlu diterapkannya komunikasi yang baik seperti yang sudah
dijelaskan diatas, supaya eksistensi masyarakat tetap terjaga.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep keluarga sakinah mawaddah warahmah adalah ikatan lahir
batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan melaksanakan
Sunnah Rasul Tujuannya membentuk suatu rumah tangga &
melestarikan keturunan. Keluarga sakinah, mawaddah, warahmah
merupakan keluarga yang didasari oleh cinta dan kasih sayang, yang
berawal dari ikatan pernikahan dengan tujuan mencari ridhoa Allah
SWT. Jika pernikahan tujuannya untuk mencari ridho Allah maka semua
aktivitas keluarga tersebut berdasarkan nila-nilai keislaman sehingga
terciptalah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah yang memiliki
dampak positif terhadap lingkungan sekitar.
Dalam membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah,
warahmah perlu komunikasi yang baik didalam keluarga dengan pola
komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang terjadi antara dua orang atau lebih yang tidak diatur secara formal.
Salah satu komunikasi yang baik yaitu dengan berbicara logis, tidak
sedikit orang yang salah paham ketika melakukan interaksi antar sesama,
oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk melakukan komunikasi
yang baik didalam keluarga maupun masyarakat, karena tolak ukur
keluarga sakinah, mawaddah, warahmah adalah pandangan baik dalam
masyarakat. jika keluarga telah berhasil membina keluarga sakinah,
mawaddah, warahmah, tentu saja masyarakat akan memberikan
tanggapan baik pula sehingga dapat meminimalisir sikap acuh tak acuh,
salah satu penyebab sikap acuh tak acuh yaitu kurangnya komunikasi
yang baik antar sesama. Maka dari itu penting bagi kita untuk
membiasakan berkomunikasi dengan baik, dimulai dari keluarga sendiri
hingga masyarakat sekitar supaya eksistensi keluarga dan masyarakat
tetap terjaga.
B. Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah masih jauh dari kata
sempurna,maka sangat diperlukan kritik dan saran dari pembaca sebagai
bahan evaluasi supaya makalah menjadi lebih baik.

4
DAFTAR PUSTAKA

M Huda, T Thoif (2016), Konsep Keluarga Sakinah, Mawaddah,


Warahmah, Jombang
Al-Fahham, Muhammad (2017), Berbakti Kepada Orang Tua,
Yogyakarta: Hikam Pustaka
Hyang, Oh Su (2021), Bicara Itu Ada Seninya, Jakarta: Bhuana
Ilmun Populer
Al-Muthawwi’, Jasim Badr (2019), Menggapai Cinta Suami Istri,
Kairo Mesir: Khoiron Jaza’
Thariq Muhammad ( 2017), Membangun Ketahanan Keluarga
dengan Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Jurnal Simbolika

18

Anda mungkin juga menyukai