Disusun Oleh :
Kelompok 10
Dosen Pengampu :
Dr. Rahmadi Ali, S.Pd.I., M.Pd.I.
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah swt., Tuhan Yang Maha Esa yang
telah mengizinkan kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan tuntas, karena
tanpa rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami makalah yang berjudul
“Penanaman akhlak pada masyarakat” tidak akan terlaksana dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.,
yang di utus oleh Allah swt., sebagai nabi terakhir yang menjadi petunjuk bagi
semua makhluk.
Dan tak lupa pula kami mengucapkan kepada rekan-rekan kelompok yang
sudah bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini, dan juga terhadap dosen
pengampu kami ibu Dr. Rahmadi Ali, S.Pd.I., M.Pd.I. Kami mengucapkan
terima kasih atas dukungan dan saran sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan benar. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami butuhkan untuk mengoreksi kesalahan dalam
makalah ini dan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
Penulis
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanaman akhlak bertujuan untuk membentuk individu yang
berintegritas dan memiliki kehormatan dalam segala aspek kehidupan.
Individu yang memiliki akhlak baik cenderung menjunjung tinggi nilai-
nilai kejujuran dan keterbukaan.Penanaman akhlak merupakan langkah
penting dalam membentuk karakter positif individu. Melalui penanaman
nilai-nilai moral, masyarakat dapat membentuk individu yang tangguh,
bertanggung jawab, dan peduli terhadap sesama.Krisis moral seringkali
muncul dalam masyarakat yang kehilangan landasan nilai dan etika.
Penanaman akhlak bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
krisis moral dengan mengajarkan nilai-nilai moral yang kuat. Masyarakat
yang didasarkan pada akhlak yang baik cenderung memiliki hubungan
antarmanusia yang lebih baik. Nilai-nilai seperti kasih sayang, saling
menghargai, dan toleransi menjadi dasar bagi hubungan yang positif.
Masyarakat yang menerapkan nilai-nilai akhlak dapat menciptakan
lingkungan yang aman, harmonis, dan damai. Ini berkontribusi pada
peningkatan kualitas hidup bersama dan kebahagiaan kolektif.
Penanaman akhlak merupakan bagian integral dari pendidikan
karakter pada generasi muda. Ini membantu menciptakan generasi yang
memiliki moralitas yang kuat untuk menjadi pemimpin masa
depan.Penanaman akhlak juga relevan dalam konteks bisnis dan
profesional. Nilai-nilai moral yang kuat dapat membentuk etika bisnis
yang lebih baik dan menciptakan profesional yang bertanggung jawab.
Penanaman akhlak merupakan wujud dari tanggung jawab sosial.
Masyarakat yang memiliki akhlak baik cenderung lebih peduli terhadap
lingkungan sekitar dan aktif dalam kegiatan sosial. Nilai-nilai akhlak yang
diterapkan secara luas dalam masyarakat dapat membentuk identitas
bangsa yang memiliki kekuatan moral dan etika yang diterima bersama.
1
Penanaman akhlak bertujuan untuk menciptakan harmoni sosial,
mengurangi konflik, dan membentuk masyarakat yang adil dan
berkeadilan. Melalui penanaman akhlak, masyarakat berupaya
membangun fondasi moral yang kokoh untuk mendukung perkembangan
individu-individu yang berkualitas dan menyumbang positif bagi
kemajuan bersama.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Penanaman akhlak kepada
masyarakat?
b. Apa saja langkah-langkah Penanaman akhlak kepada masyarakat?
c. Apa Metode Pembentukan Akhlak Pada Masyarakat maupun
Individu?
d. Bagaimana hubungan Penanaman akhlak kepada masyarakat
melalui pendidikan ?
C. Tujuan
a. Mengetahui dan memahami Penanaman akhlak kepada masyarakat
b. Mengetahui Langkah-langkah Penanaman akhlak kepada
masyarakat
c. Mengetahui metode pembentukan akhlak pada masyarakat maupun
individu
d. Mengetahui hubungan antara Penanaman akhlak kepada
masyarakat dengan pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dasarnya tidak dapat disamakan dengan etika, kalau etika berkaitan dengan
sopan santun antar sesama manusia serta cenderung berkaitan dengan
perilaku lahiriyah, maka akhlak mempunyai makna yang lebih luas,
termasuk sikap batin maupun pikiran. Para pakar mencoba merumuskan
tiga objek akhlak: akhlak terhadap Tuhan, akhlak terhadap diri sendiri dan
sesama manusia dan akhlak dalam bermasyarakat. Dalam upaya
penanaman pendidikan akhlak yang baik bagi masyarakat, tentunya sosok
Nabi Muhammad Saw menjadi seladan yang seharusnya dijadikan sebagai
contoh dalam setiap tingkah laku umatnya. Karna dalam masa
kehidupannya Nabi Muhammad Saw memberikan tuntunan yang baik bagi
umatnya mengenai etika atau akhlak bermasyarakat dalam pendidikan
Islam Hal tersebut juga menjadi sorotan bagi umat Islam agar senantiasa
mengambil contoh dari perilaku mulia dalam kehidupan bermasyarakat.
4
Melibatkan masyarakat dalam kegiatan yang mempromosikan akhlak
dapat memperkuat rasa memiliki terhadap nilai-nilai tersebut. Diskusi
kelompok, kegiatan sosial, dan program-program pengembangan diri
dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya
akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
4. Komunikasi yang efektif
Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai akhlak secara jelas
kepada masyarakat sangat penting. Komunikasi yang efektif dapat
membantu memperkuat pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-
nilai akhlak yang diinginkan.
5. Penguatan lembaga-lembaga sosial
Lebih banyak dukungan dan peran aktif dari lembaga-lembaga sosial
seperti lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, dan lembaga sosial
lainnya dapat membantu dalam penanaman akhlak pada masyarakat.
Membangun jejaring antar lembaga dan berkolaborasi dalam upaya
penanaman akhlak dapat meningkatkan efektivitas dari program-
program yang dilakukan.
6. Penerapan hukum yang adil
Sistem hukum yang adil dan berkeadilan dapat berperan dalam
membentuk perilaku masyarakat. Sanksi dan reward yang sesuai akan
memberikan dampak yang lebih efektif dalam menanamkan akhlak
pada masyarakat.
Dalam masyarakat yang telah terbiasa dengan pandangan individualisme
dan konsumerisme, penanaman akhlak dapat menemui beberapa
tantangan. Namun, dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif,
serta konsistensi dalam melakukan upaya-upaya penanaman akhlak,
perubahan positif dapat terwujud.
5
Pendidikan karakter merupakan pendekatan yang terintegrasi dalam
sistim pendidikan formal maupun non-formal yang menekankan
pembentukan nilai-nilai akhlak mulia seperti kejujuran, kerja keras,
disiplin, dan empati. Metode ini mengintegrasikan pendidikan
akademis dengan pengembangan karakter untuk membentuk individu
yang berintegritas dan bertanggung jawab.
2. Role Modeling
Metode ini melibatkan pemilihan contoh atau panutan yang memiliki
akhlak yang mulia dan memperlihatkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan adanya panutan yang baik, individu
akan terinspirasi untuk meniru perilaku dan akhlak yang positif.
3. Pembelajaran Berbasis Proyek
Dalam metode ini, individu belajar dan mengembangkan akhlak
melalui proyek-proyek nyata yang mengharuskan mereka untuk
berkolaborasi, berpikir kritis, dan menghadapi tantangan etis. Dengan
demikian, individu dapat memperkuat akhlaknya melalui pengalaman
langsung.
4. Pemantauan dan Umpan Balik
Melalui metode ini, individu diberi pemantauan terhadap perilaku dan
akhlak mereka, kemudian diberikan umpan balik yang konstruktif
untuk membantu mereka memperbaiki dan mengembangkan akhlak
yang lebih baik.
5. Diskusi dan Debat Etis
Metode ini memungkinkan individu untuk berdiskusi dan berdebat
mengenai masalah-masalah moral dan etis yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan berpartisipasi dalam diskusi dan debat,
mereka dapat memperdalam pemahaman terhadap akhlak dan
memperkuat kemampuan mereka untuk berpikir kritis mengenai
masalah-masalah moral.
6. Kegiatan Sosial dan Pelayanan Masyarakat
6
Melalui kegiatan sosial dan pelayanan masyarakat, individu dapat
belajar tentang empati, kepedulian, dan rasa tanggung jawab terhadap
keberhasilan dan kesejahteraan bersama. Metode ini dapat membantu
mereka mempraktekkan dan menginternalisasi nilai-nilai akhlak dalam
konteks yang nyata.
7. Blue Ribbon Approach
Metode ini melibatkan pengakuan dan penghargaan atas perilaku dan
tindakan yang memperlihatkan akhlak yang baik. Dengan memberikan
penghargaan atas perilaku yang baik, individu akan merasa direspons
positif dan terdorong untuk terus mempertahankan perilaku tersebut.
Kombinasi dari metode-metode di atas dapat digunakan dalam
pembentukan akhlak individual maupun kelompok. Penting untuk
menyesuaikan metode dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing
individu atau kelompok, dan juga melakukan pendekatan yang holistik
untuk memberikan hasil yang optimal dalam pembentukan akhlak.
7
tentang nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kerjasama, dan
kepedulian.
3. Pendidikan Anak Usia Dini:
4. Penanaman akhlak dimulai sejak usia dini. Pendidikan anak usia dini
memiliki peran khusus dalam membentuk karakter anak-anak melalui
pembelajaran yang menyenangkan dan berbasis pengalaman.
5. Peran Guru dan Tenaga Pendidik:
Guru dan tenaga pendidik berperan sebagai model peran dan panutan
moral bagi siswa. Mereka memiliki tanggung jawab untuk
mengajarkan dan mendemonstrasikan nilai-nilai akhlak.
6. Pendidikan Agama:
Pendidikan agama di sekolah memainkan peran penting dalam
penanaman nilai-nilai agama dan moral. Ini mencakup pemahaman
terhadap etika, moralitas, dan perilaku yang sesuai dengan ajaran
agama.
7. Pendidikan Kewarganegaraan:
Pendidikan kewarganegaraan dapat membahas nilai-nilai
kewarganegaraan yang melibatkan tanggung jawab sosial, toleransi,
dan penghargaan terhadap keberagaman.
8. Kegiatan Ekstrakurikuler:
Kegiatan ekstrakurikuler, seperti kelompok relawan atau klub kegiatan
sosial, dapat menjadi platform untuk menerapkan nilai-nilai akhlak
dalam situasi nyata.
9. Sarana Evaluasi Perilaku:
Pendidikan memberikan sarana untuk mengevaluasi perilaku siswa,
memberikan umpan balik, dan memberikan sanksi yang sesuai untuk
perilaku yang tidak etis.
10. Pendidikan sebagai Pembentuk Budaya Sekolah:
Budaya sekolah yang baik mencerminkan nilai-nilai akhlak.
Pendidikan membentuk dan memelihara budaya sekolah yang positif.
11. Pendidikan sebagai Fasilitator Perubahan Sosial:
8
Pendidikan memiliki potensi untuk menjadi agen perubahan sosial.
Dengan menanamkan akhlak, pendidikan dapat membantu
memperbaiki norma dan nilai-nilai dalam masyarakat.
12. Keterlibatan Orang Tua:
Pendidikan melibatkan orang tua dalam membentuk akhlak anak-anak,
menjadikan mereka mitra penting dalam proses penanaman nilai-nilai
moral.
Dengan demikian, pendidikan memiliki peran integral dalam menciptakan
masyarakat yang didasarkan pada nilai-nilai akhlak dan etika yang kuat.
Proses ini mencakup kolaborasi antara lembaga pendidikan, keluarga, dan
masyarakat dalam membentuk karakter dan perilaku warganya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penanaman akhlak bertujuan untuk membentuk karakter positif
individu. Dengan memiliki nilai-nilai moral yang kuat, masyarakat dapat
menghasilkan individu yang bertanggung jawab, jujur, dan peduli terhadap
sesama. Masyarakat yang menanamkan akhlak cenderung memiliki
hubungan antarmanusia yang lebih baik. Nilai-nilai seperti saling
menghargai, empati, dan toleransi membentuk dasar untuk hubungan yang
positif dan harmonis.Penanaman akhlak berperan dalam pembangunan
bangsa yang memiliki identitas moral yang kuat. Generasi yang terdidik
dengan nilai-nilai akhlak akan menjadi tulang punggung pembangunan
nasional.Pendidikan karakter menjadi sarana utama untuk menanamkan
akhlak dalam masyarakat. Penanaman akhlak menciptakan tanggung
jawab sosial di kalangan masyarakat. Kesadaran akan tanggung jawab
terhadap sesama dan lingkungan menjadi landasan bagi kegiatan sosial
yang positif.
10
DAFTAR PUSTAKA
11