Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SOSIOLOGI

“NILAI KEHIDUPAN DALAM MASYARAKAT”

Dosen Pengampu: Rita Pranawati, M.A

Disusun oleh :
Amanda Afrina 2106015082
Annisa Fariz Alifia 2106015068
Aura Salsabilah 2106015118

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Nilai Kehidupan
Dalam Masyarakat ” ini dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Pada kesempatan ini kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih serta
memberikan rasa hormat kepada Ibu Rita Pranawati, M.A sebagai dosen pengampu mata
kuliah Sosiologi yang senantiasa membimbing kami. Makalah ini dibuat dalam rangka
memenuhi tugas yang diberikan beberapa waktu yang lalu.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, penyusun dengan rendah hati menerima masukan kritik dan saran guna
menyempurnakan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat
dipahami oleh pembaca. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
makalah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

1
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN NILAI DAN NORMA SOSIAL.......................................................................5
B. SUMBER, TINGKATAN DAN JENIS NORMA......................................................................9
C. PEMBENTUKAN NILAI SOSIAL DAN NORMA SOSIAL DAN INTEGRASINYA
DENGAN AJARAN ISLAM...........................................................................................................13
D. STUDI KASUS........................................................................................................................14
BAB III................................................................................................................................................15
PENUTUP............................................................................................................................................15
A. KESIMPUAN...........................................................................................................................15
B. SARAN....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan individu dan masyarakat
disekitarnya, sebagai makhluk sosial manusia tidak pernah lepas dari lingkungan kehidupan
sosial yang penuh dengan berbagai macam peraturan, baik itu aturan negara maupun aturan
sosial yang berada dalam masyarakat. Normanorma sosial yang berada dalam masyarakat
merupakan unsur kebudayaan non-material yang memiliki fungsi sebagai landasan individu
dan masyarakat dalam upaya melindungi dari ancaman pengaruh-pengaruh buruk dari luar

.Setiap masyarakat tentu memiliki seperangkat nilai dan norma yang berbeda-beda sesuai
dengan karakteristik masyarakatnya dan sumber dari norma tersebut dari berbagai hal dan
pengalaman yang dialami masyarakat itu sendiri. Nilai dan norma pada awalnya lahir tidak
disengaja, dikarenakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial dalam melakukan
hubungan dan interaksi yang diharuskan serta dituntut dengan berpijak pada pedoman, dari
pedoman tersebut, lama kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar dan disepakati
bersama oleh kelompok dan masyarakat tersebut. Norma dan aturanaturan sosial yang
demikian berisi tata tertib, aturan-aturan, petunjuk berperilaku yang pantas dan wajar.
Manusia tidak pernah lepas dari peraturan. Apa yang terjadi jika masyarakat hidup tanpa
adanya norma? Jelas, bukanlah hal yang baik. Oleh karena itu, dalam masyarakat terdapat
norma sosial yang diberlakukan secara tegas dan disertai sanksi-sanksi nyata.

Ketika seseorang melanggar suatu norma, maka orang tersebut akan dikenai sanksi.
Manusia atau masyarakat cenderung mengikuti norma yang ada dalam lingkungannya. Hal
tersebut dicontohkan seperti menghormati orang yang lebih tua, mengucapkan salam ketika
bertemu seseorang, mengetuk pintu ketika memasuki rumah, mengikuti kegiatan
kemasyarakatan, dan sebagainya.

Untuk mewujudkan suatu keadaan yang diharapkan oleh masyarakat, maka diperlukan
adanya norma sosial yang menjamin terbentuknya kondisi tersebut. Oleh karena itu, dibuat
norma yang mana berisi perintah dan larangan yang dilengkapi dengan sanksi yang tegas bagi
pelanggarnya. Adanya sanksi yang tegas dimaksudkan agar setiap warga masyarakat dapat
bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang ada.

3
B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa pengertian nilai dan norma sosial?


b. Apa saja sumber, tingkatan dan jenis norma?
c. Bagaimana pembentukan nilai dan norma sosial dan integrasinya dengan ajaran
islam?
d. Apa contoh studi kasus tentang norma relasi anak muda di era digital?

C. TUJUAN PENULISAN

a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian sosial dan norma sosial.


b. Untuk mengetahui apa saja sumber-sumber, tingkatan dan jenis norma.
c. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan nilai dan norma sosial dan inegrasinya
denga ajaran islam.
d. Untuk mengetahui seperti apa studi kasus tentang norma relasi anak muda di era
digital.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NILAI DAN NORMA SOSIAL


Pengertian Nilai Sosial

Nilai-nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. sebagai contoh, orang
menganggap menolong memiliki nilai baik, sedang mencuri bernilai buruk. Selain itu, nilai
sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan
sosial, sebagai alat solidaritas dikalangan anggota kelompok masyarakat, dan sebagai alat
pengawas (control) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar
orang berperilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya. Nilai sosial dapat memotivasi
seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya Banyak pengertian nilai-
nilai sosial menurut beberapa ahli. Nilai sosial menurut pendapat para ahli :

1. Alvin L. Bertand menyebutkan bahwa nilai adalah suatu kesadaran yang disertai
emosi yang relatif lama hilangnya terhadap suatu objek, gagasan, atau orang.
2. Robin Wiliams menyebutkan bahwa nilai soisal adalah hal yang menyangkut
kesejahteraan bersama melalui konsensus yang efektif di antara mereka, sehingga
nilai-nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak orang.
3. Kluckhohn menyatakan bahwa yang dimaksud dengan nilai bukanlah keinginan, tetapi
apa yang diinginkan. Artinya nilai bukan hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai
suatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain.
4. Woods menjelaskan bahwa nilai sosial adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah
berlangsung lama, yang mengarahkantingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Koentjaraningrat berpendapat bahwa suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi
sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Maka dari itu, nilai sosial sering
kali menjadi pegangan hidup oleh masyarakat luas dalam menentukan sikap di
kehidupan sehari-hari, juga menjadi nilai hidup masnusia dalam berinteraksi dengan
manusia yang lainnya.

5
Nilai-nilai sosial tidak diperoleh begitu saja saat ia lahir, namun dengan sistem nilai yang
diajarkan oleh orang tua kepada anaknya dengan penyesuaian sana-sini. Setiap individu saat
ia dewasa membutuhkan sistem yang mengatur atau semacam arahan untuk bertindak guna
menumbuhkembangkan kepribadian yang baik dalam bergaul dan berinteraksi dengan
masyarakat.

 Macam-macam Nilai Sosial


Nilai sosial berdasarkan ciri sosialnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Nilai yang dominan, yaitu nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai
lainnya. Contoh, karena anaknya kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Bu
Ana yang memerlukan biaya besar, membatalkan niatnya untuk membeli mobil
baru. Ukuran dominan atau tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut :
1) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut
Contoh: hampir semua orang/masyarakat menginginkan perubahan ke arah
perbaikan di segala bidang kehidupan, seperti bidang politik, hukum, ekonomi dan
sosial.
2) Lamanya nilai itu digunakan
Contohnya: dari dulu sampai sekarang Kota Solo dan Yogyakarta selalu
mengadakan tradisi sekaten untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad
SAW. yang diadakan di alun-alun keraton dan di sekitar Masjid Agung.
3) Tinggi rendahnya usaha yang memberlakukan nilai tersebut
Contoh: menunaikan ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib
dilaksanakan umat Islam yang mampu. Oleh karena itu, umat Islam selalu
berusaha sekuat tenaga untuk dapat melaksanakannya.
4) Prestise/ kebanggaan orang-orang yang menggunakan nilai dalam masyarakat.
Contoh: memiliki anak yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi ternama
menjadi kebanggaan/ prestise tersendiri.
Nilai mendarah daging, yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian. Biasanya
nilai ini telah terisolasi sejak ia masih kecil dan apabila ia tidak melakukannya ia
merasah bersalah.Contoh: makan dengan tangan kanan, berpamitan kepada orang
tua jika hendak pergi.

6
Prof. Dr. Notonegoro, membagi nilai menjadi tiga macam sebagai berikut ;
1) Nilai material
Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi jasmani/ unsur fisik
manusia. Contoh, batu kali. Secara materi batu kali mempunyai nilai tertentu. Hal
ini disebabkan batu kali dapat digunakan untuk membangun sebuah rumah tinggal.
Nilai yang yang terkandung dalam batu kali ini dinamakan nilai material.
2) Nilai vital
Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan
suatu kegiatan dan aktivitas. Contoh payung. Payung mempunyai kegunaan untuk
menaungi tubuh dari air hujan. Apabila payung ini bocor maka nilai kegunaan
payung menjadi berkurang. Nilai payung oleh karena kegunaannya dinamakan
nilai vital.
3) Nilai kerohanian
Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani)
manusia. Nilai kerohanian manusia dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a) Nilai kebenaran adalah nilai yang bersumber pada unsur akal manusia
b) Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada perasaan manusia (nilai
estetika)
c) Nilai moral (kebaikan) adalah nilai yang bersumber pada unsur kehendak atau
kemauan (karsa dan etika)
d) Nilai religius adalah nilai ketuhanan yang tertinggi, yang sifatnya mutlak dan
abadi.
 Ciri-ciri Nilai Sosial
Segala sesuatu memiliki penanda yang khas. Dengan memperhatikan penanda
tersebut, kita dapat membedakan sesuatu dengan yang lain. Begitu pula nilai
sosial. Nilai sosial mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Merupakan hasil interaksi sosial antarwarga masyarakat.
b. Bukan bawaan sejak lahir melainkan penularan dari orang lain. Contohnya,
seorang anak bisa menerima nilai menghargai waktu, karena orang tua
mengajarkan disiplin sejak kecil. Nilai ini bukan nilai bawaan lahir dari sang anak.
c. Terbentuk melalui proses belajar (sosialisasi). Contohnya, nilai menghargai
persahabatan dipelajari anak dari sosialisasinya dengan teman-teman sekolah.
d. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial
manusia.
7
e. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
Contohnya, di negara-negara Barat waktu itu sangat dihargai sehingga
keterlambatan sulit diterima (ditoleransi). Sebaliknya di Indonesia, keterlambatan
dalam jangka waktu tertentu masih dapat dimaklumi.
f. Dapat memengaruhi pengembangan diri seseorang baik positif maupun negatif.
g. Memiliki pengaruh yang berbeda antar warga masyarakat.
h. Cenderung berkaitan antara yang satu dan yang lain sehingga membentuk pola
dan sistem sosial.
i. Dapat memengaruhi kepribadian individu sebagai anggota masyarakat.
Contohnya: nilai yang mengutamakan kepentingan pribadi akan melahirkan
individu yang egois dan kurang peduli pada orang lain.
Dari ciri-ciri tersebut, kita dapat mengetahui bahwa nilai nilai sosial
tidaklah diterima begitu saja oleh individu, butuh proses yang panjang untuk
membentuk nilai-nilai sosial yang terapatri pada manusia. Lingkungan
keluarga dan sekitarnya juga mempengaruhi nilai-nilai sosial yang tertanam
pada individu. Namun, pada dasarnya nilai sosial itu tumbuh untuk dijadikan
nilai yang mengatur dan mengarahkan segala tindak tanduk individu dalam
bersosialisai dengan masyarakat. Semakin baik nilai sosial yang tertanam
pada individu maka semakin baik pula kepribadiannya.

Pengertian Norma Sosial

Norma sosial merupakan sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh
masyarakat dalam suatu entitas sosial tertentu, dan aturan-aturan ini biasanya
terinstitusinalisasi, tidak tertulis tapi dipahami sebagai penentu pola tingkah laku yang baik
dalam konteks hubungan sosial sehingga ada sangsi sosial yang diberikan jika melanggar
(Hasbullah, 2006). Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto (1982) bahwa fungsi norma-
norma yaitu sebagai elemen penting untuk menjaga agar hubungan sosial dalam suatu sistem
sosial dapat terlaksana sesuai yang diharapkan.

8
B. SUMBER, TINGKATAN DAN JENIS NORMA

SUMBER
1. Nilai yang Bersumber dari Tuhan
Sumber nilai ini diketahui melalui ajaran agama yang tertulis di dalam kitab
suci. Terdapat nilai yang bisa memberikan pedoman dalam bertingkah laku dan
bersikap dengan sesama di dalam ajaran agama.
Contoh: adanya nilai kasih sayang, ketaatan, hidup sederhana, kejujuran, dan
sebagainya. Nilai yang bersumber dari Tuhan dikenal dengan nilai theonom.

2. Nilai yang Bersumber dari Masyarakat


Masyarakat bersepakat mengenai suatu hal yang dianggap baik dan luhur, lalu
dijadikannya sebagai pedoman dalam berperilaku sehari-hari.
Contoh: sopan dan santun kepada orang tua. Nilai yang bersumber dari hasil
kesepakatan banyak orang disebut nilai heteronom.

3. Nilai yang Bersumber dari Individu


Dasarnya memang setiap individu mempunyai suatu hal yang baik, penting,
dan luhur.
Contohnya gigih dalam bekerja. Seseorang menganggap bahwa kerja keras merupakan
hal yang penting untuk meraih keberhasilan.
Seiring berjalannya waktu, nilai in diikuti oleh orang lain dan akhirnya akan nilai
tersebut menjadi milik bersama.
Kenyataannya, nilai sosial yang berasal dari individu sering “ditularkan” dengan cara
memberi contoh perilaku sejalan dengan nilai yang dimaksud. Nilai yang bersumber
dari individu disebut nilai otonom.

TINGKATAN
1. Cara (usage)
Norma usage juga dikenal sebagai norma cara, yang tidak terjadi secara terus
menerus. Yakni sebuah aturan yang apabila tidak diterapkan maka orang tersebut
akan mengalami celaan. Contohnya adalah ketika kita berkunjung ke luar negeri
yang masyarakatnya makan dengan menggunakan sendok garpu. Namun karena
kita biasanya memakan pakai tangan, kita akhirnya memutuskan untuk menyantap

9
makanan dengan menggunakan tangan. Selain itu contoh lainnya adalah cara
berpakaian yang baik dan benar. Kalau kita langgar akan mendapatkan teguran
dari masyarakat sekitar.
2. Kebiasaan (folkways)
Perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujua yang jelas yang
dianggap baik. Jika dilakukan oleh sekelompok masyarakat, maka dapat disebut
sebagai tradisi. Contohnya, kebiasaan menghormati dan menaati perintah orang
tua. Jika dilanggar juga akan mendapat teguran. Contoh lainnya yaitu, biasanya
kita akan mengetuk pintu dan memberikan salam ketika bertamu ke rumah
tetangga atau orang lain. Nah, ketika kita bertemu dan tidak melakukan kebiasaan
tersebut, maka kita dinilai sebagai orang yang tidak sopan atau tidak memiliki tata
krama. Hukuman yang biasanya diterima adalah teguran.
3. Tata Kelakuan (mores)
Tata kelakuan adalah suatu aturan yang telah diterima oleh masyarakat yang
mengontrol perilaku masyarakatnya dan akan memberikan sanksi jika seseorang
tidak menjalankan aturan ini. Contohnya adalah ketika seseorang mencuri,
membunuh, mengonsumsi narkoba, memerkosa, dan segala macam tindakan
kriminal lainnya. Ketika dilakukan, orang tersebut akan diberikan sanksi berupa
kurungan penjara atau hukuman pidana di negara yang bersangkutan.
4. Adat Istiadat (custom)
Aturan ini biasanya hadir karena aturan yang disepakati oleh kelompok
masyarakat tertentu. Kumpulan dari tata kelakuan yang sifatnya kekal dan
menyatu sangat kuat dengan masyarakat yang menganutnya. Aturan adat istiadat
ini berisikan pedoman tingkah laku. Ketika seseorang melanggar aturan ini, maka
biasanya akan diberikan hukuman berupa sanksi adat. Contohnya adalah ketika
lempar beras menjadi salah satu adat perkawinan di desa tertentu. Namun jika ada
pasangan yang menikah tanpa melakukan kegiatan tersebut, masyarakat sekitar
bisa memandangnya dengan aneh. Untuk sanksi yang lebih jauh, perkawinan pun
bisa dianggap tidak sah karena tidak dilaksanakan sesuai dengan adat istiadat yang
berlaku tersebut.

10
JENIS-JENIS NORMA

Dalam kehidupan umat manusia terdapat bermacam-macam norma, yaitu norma agama,
norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum dan lain-lain. Norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum digolongkan sebagai norma umum.

1) Norma Agama
Norma agama adalah aturan-aturan hidup yang berupa perintahperintah dan
larangan-larangan, yang oleh pemeluknya diyakini bersumber dari Tuhan Yang
Maha Esa. Aturan-aturan itu tidak saja mengatur hubungan vertikal, antara
manusia dengan Tuhan (ibadah), tapi juga hubungan horisontal, antara manusia
dengan sesama manusia. Pada umumnya setiap pemeluk agama menyakini bahwa
barang siapa yang mematuhi perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-
laranganNya akan memperoleh pahala. Sebaliknya barang siapa yang
melanggarnya akan berdosa dan sebagai sanksinya, ia akan memperoleh siksa.
Sikap dan perbuatan yang menunjukkan kepatuhan untuk menjalankan perintah
Nya dan menjauhi laranganNya tersebut disebut taqwa.

2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah aturan-aturan hidup tentang tingkah laku yang baik dan
buruk, yang berupa “bisikan-bisikan” atau suara batin yang berasal dari hati nurani
manusia. Berdasar kodrat kemanusiaannya, hati nurani setiap manusia
“menyimpan” potensi nilai-nilai kesusilaan. Hal ini analog dengan hak-hak asasi
manusia yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia karena kodrat kemanusiaannya,
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena potensi nilai-nilai kesusilaan
itu tersimpan pada hati nurani setiap manusia (yang berbudi), maka hati nurani
manusia dapat disebut sebagai sumber norma kesusilaan. Ini sejalan dengan
pendapat Widjaja tentang moral dihubungkan dengan etika, yang membicarakan
tata susila dan tata sopan santun. Tata susila mendorong untuk berbuat baik,
karena hati kecilnya menganggap baik, atau bersumber dari hati nuraninya, lepas
dari hubungan dan pengaruh orang lain. Kepatuhan terhadap norma kesusilaan
akan menimbulkan rasa bahagia, sebab yang bersangkutan merasa tidak
mengingkari hati nuraninya. Sebaliknya, pelanggaran terhadap norma kesusilaan
pada hakikatnya merupakan pengingkaran terhadap hati nuraninya sendiri,
sehingga sebagaimana dikemukakan dalam sebuah mutiara hikmah, pengingkaran

11
terhadap hati nurani itu akan menimbulkan penyesalan atau bahkan penderitaan
batin. Inilah bentuk sanksi terhadap pelanggaran norma kesusilaan.

3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat tentang tingkah laku yang
baik dan tidak baik, patut dan tidak patut dilakukan, yang berlaku dalam suatu
lingkungan masyarakat atau komunitas tertentu. Norma ini biasanya bersumber
dari adat istiadat, budaya, atau nilai-nilai masyarakat. Tata sopan santun
mendorong berbuat baik, sekedar lahiriah saja, tidak bersumber dari hati nurani,
tapi sekedar menghargai menghargai orang lain dalam pergaulan. Dengan
demikian norma kesopanan itu bersifat kultural, kontekstual, nasional atau bahkan
lokal. Berbeda dengan norma kesusilaan, norma kesopanan itu tidak bersifat
universal. Suatu perbuatan yang dianggap sopan oleh sekelompok masyarakat
mungkin saja dianggap tidak sopan bagi sekelompok masyarakat yang lain.
Sejalan dengan sifat masyarakat yang dinamis dan berubah, maka norma
kesopanan dalam suatu komunitas tertentu juga dapat berubah dari masa ke masa.
Suatu perbuatan yang pada masa dahulu dianggap tidak sopan oleh suatu
komunitas tertentu mungkin saja kemudian dianggap sebagai perbuatan biasa yang
tidak melanggar kesopanan oleh komunitas yang sama. Dengan demikian secara
singkat dapat dikatakan bahwa norma kesopanan itu tergantung pada dimensi
ruang dan waktu. Sanksi terhadap pelanggaran norma kesopanan adalah berupa
celaan, cemoohan, atau diasingkan oleh masyarakat.

4) Norma Hukum
Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga negara yang
berwenang, yang mengikat dan bersifat memaksa, demi terwujudnya ketertiban
masyarakat. Sifat “memaksa” dengan sanksinya yang tegas dan nyata inilah yang
merupakan kelebihan norma hukum dibanding dengan ketiga norma yang lain.
Negara berkuasa untuk memaksakan aturan-aturan hukum guna dipatuhi dan bagi
siapa saja yang bertindak melawan hukum dapat diancam dan dijatuhi hukuman.
Ancaman hukuman itu dapat berupa hukuman bandan atau hukuman benda.
Hukuman bandan dapat berupa hukuman mati, hukuman penjara seumur hidup,
atau hukuman penjara sementara. Di samping itu masih dimungkinkan pula
dijatuhkannya hukuman tambahan, yakni pencabutan hak-hak tertentu,

12
perampasan barangbarang tertentu, dan pengumuman keputusan pengadilan.
Demi tegaknya hukum, negara memiliki aparat-aparat penegak hukum, seperti
polisi, jaksa, dan hakim. Sanksi yang tegas dan nyata, dengan berbagai bentuk
hukuman seperti yang telah dikemukakan itu, tidak dimiliki oleh ketiga norma
yang lain. Sumber hukum dalam arti materiil dapat berasal dari falsafah,
pandangan hidup, ajaran agama, nilai-nilai kesusilaam,adat istiadat, budaya,
sejarah dan lainlain. Dengan demikian dapat saja suatu ketentuan norma hukum
juga menjadi ketentuan norma-norma yang lain.

C. PEMBENTUKAN NILAI SOSIAL DAN NORMA SOSIAL DAN


INTEGRASINYA DENGAN AJARAN ISLAM

Pembentukan nilai social dimulai dari ruang lingkup yang paling dekat dengan kita, yaitu
ruang lingkup keluarga. Dimana keluarga merupakan rumah ataupun tempat bagi manusia
untuk membentuk suatu karakter diri dalam menerapkan nilai-nilai social maupun norma-
norma social itu sendiri. Kemudian, pembentukan nilai-nilai social ini terbentuk juga dari
proses interaksi social kita di lingkungan masyarakat. Setelah nilai-nilai social ini terbentuk
dan menjadi karakter, maka hadirlah yang namanya norma social. Contohnya, kita sebagai
anak harus menghormati yang Namanya orang tua. Itu merupakan nilai social, dari hal
tersebut terciptalah norma kesopanan. Jika dikaitkan dengan integrasi ajaran islam, integrasi
itu sendiri merupakan suatu proses mempersatukan bagian-bagian yang sebelumnya terpisah.
Kunci dari integrasi adalah solidaritas. Integrasi bisa diartikan sebagai kondisi atau proses
mempersatukan bagian-bagian yang sebelumnya saling terpisah. Menurut Durkheim, praktik
keagamaan dapat dipahami sebagai peran bagi integrasi dan stabilitas masyarakat.

Dalam konteks Islam, integrasi agama dan nilai maupun norma sosial tercermin pada
konsep pribumisasi. Pribumisasi mengacu pada proses terjadinya nilai-nilai Islam di suatu
komunitas warga atau bangsa, tepatnya bangsa non-Arab. pribumisasi adalah kelanjutan dari
proses akulturasi budaya. Yakni, sebuah proses di mana unsur-unsur luar diterima oleh unsur-
unsur lokal atau sebaliknya.

Agama sebagai sistem realitas hidup yang praksis memiliki daya fleksibilitas, apresiasi
dan akomodasi terhadap tradisi dan budaya yang berkembang. Proses integrasi sosial dapat
berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh norma-norma sosial dan adat istiadat yang baik.

13
Norma-norma sosial dan adat istiadat merupakan unsur yang mengatur perilaku dan menuntut
bagaimana masyarakat Muslim berbudaya berperilaku. Integrasi sosial dalam Islam banyak
dijumpai pada masyarakat yang mamandang Islam sebagai paham yang dapat bersesuaian
dengan nilai-nilai tradisi setempat, konsep ini disebut sebagai islam kultural.

D. STUDI KASUS
Konsep sekularisme yaitu suatu paham yang menyangkut ideologi atau kepercayaan yang
senantiasa berpendirian bahwa agama tidak boleh dimasukkan ke urusan politik negara dan
lainnya. Sekularisme memiliki ciri yang meyakini bahwa nilai keagamaan harus dibedakan
dari kehidupan dunia dan seluruh aspeknya. Munculnya paham sekularisme ini di benua
Eropa karena pengalaman buruk daerah-daerah Eropa terhadap peran agama dalam
pemerintahan maupun kehidupan sosial keagamaan. Bentuk sekularisme diantaranya tidak
peduli dengan urusan agama landasan hukumnya adalah hak asasi manusia bahkan pada saat
ini sekularisme bertumbuh menjadi sebuah tren bagi anak muda dengan gaya hidup ala
kebarat-baratan jauh dari nilai sosial budaya yang telah berlaku di Indonesia.

Masa remaja adalah masa perkembangan manusia yang menduduki tahap progresif.
Sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohani maka agama pada remaja dipengaruhi oleh
hal-hal seperti dibawah ini :

1. Pertumbuhan pikiran dan mental. Keyakinan agama yang diterima mereka pada saat
masa anak-anak sudah tidak terlalu menarik bagi mereka karena lebih tertarik dengan masalah
budaya sosial ekonomi dan norma-norma kehidupan lainnya.

2. Pertimbangan perasaan. Perasaan sosial etis dan estetis mendorong remaja untuk
menghayati kehidupan yang terbiasa di lingkungannya masa remaja merupakan masa
kematangan seksual remaja lebih mudah terperosok ke arah tindakan seksual yang negatif.

3. Minat remaja terhadap agama dipengaruhi dari dorongan diri dan ketertarikan terhadap
kenikmatan dunia sehingga masalah agama dan akhirat dikesampingkan terlebih dahulu.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPUAN

Pada hakikatnya, kita sebagai manusia dimana makhluk sosial yang hidup berdampingan
dengan orang lain dan membutuhkan satu sama lain, penting untuk saling menghargai satu
sama lain dengan menjaga dan menaati peraturan-peraturan yang berlaku. Kita dapat
melakukannya dengan menjalankan norma yang ada agar kedamaian tercipta dan konflik
tidak terjadi dalam lingkungan tersebut.

Nah, seperti itulah penjelasan mengenai beragam norma yang ada di tengah masyarakat
khususnya di Indonesia beserta jenis, fungsi, dan juga contohnya yang dapat berbeda dari satu
lingkungan dengan lingkungan lainnya.

B. SARAN

Dari kasus diatas kami pemakalah memiliki saran untuk anak muda di era digital ini untuk
lebih mendekat kan diri kepada Tuhan dengan menyeimbangkan antara ibadah dan pekerjaan,
mengikuti sosialisasi atau webbinar tentang masalah anak muda di era digital ini dengan
memanfaatkan sarana yang ada, mengerjakan kegiatan-kegiatan yang positif dan lebih cermat
untuk memilah atau membedakan mana hal yang baik dan tidak untuk keberlangsungan hidup
dimasa kini dan masa depan. Dengan menjalani norma-norma yang ada dengan aturan yang
telah ditentukan pasti anak muda di era digital ini akan lebih baik dan maju.

15
DAFTAR PUSTAKA

(2020, Februari 28). (Redaksiweb) Dipetik Oktober 22, 2021, dari Bacacoding:
https://bacacoding.blogspot.com/2020/02/pengertian-nilai-sosial-sumber-ciri.html

(2020, November 24). Dipetik Oktober 22, 2021, dari Kelas Pintar:
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/berbagai-macam-nilai-dan-norma-yang-
ada-di-masyarakat-8428/

Erry Rahman, E. R. (2015). Norma Sosial Masyarakat Desa Nusapati Dalam Pengelolaan
Hutan Rakyat. Jurnal Hutan Lestari, IV (2), 244-249.

Muhammad Roim, S. H. (2018, Mei 1). Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, VIII, 99-101.

Parmono. (1995, November 23). Nilai dan Norma Masyarakat. Jurnal Filsafat, 20-27.

Poespoprodjo, W. (1986). Filsafat Moral: Kesusilaan dalam Teori dan Praktek. Remadja
Karya, 116.

Sunarto, K. (1993). Pengantar Ilmu Sosiologi. Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

16

Anda mungkin juga menyukai