Tentang:
Di Susun Oleh:
Miftahul Jannah(181420233)
BENGKALIS – RIAU
T/A 2023/2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah kepada kita semua.
Dalam penulisan makalah ini yang dibahas ‘’Etika Hubungan Dengan Masyarakat’’
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah penegtahuan dan penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurnadan memiliki kekurangan dari segala
aspek karna itu mengharapkan adanya keritikan dan saran, akhir kata terimakasi
Penulis
Etika Hubungan Dengan Masyarakat
Pendahuluan
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki
oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Dengan demikian, etika akan
memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di
dalam kelompok sosialnya.
Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini
kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-
rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena
segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri. Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang
berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang
berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya
yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama
profesi sendiri.
etika pendidikan berdasarkan pada sebuah kajian nyata yang bahwa manusia harus
melakukan sesuatu dalam tindakan yang beretika, termasuk didalamnya proses belajar dan
mengajar dalam dunia pendidikan. Ada kesenjangan yang terjadi sekarang bahwa antara
penanaman nilai-nilai yang baik dan benar di sekolah pada proses pendidikan, namun di
masyarakat sebagai lapangan pendidikan tempat mempraktekkan pendidikan, tidak
memberikan nilai-nilai etika yang benar sebagai dasar yang mendidik. Kondisi ini akan terus
terjadi dari generasi ke generasi dan pengaruhnya akan terus berlangsung dan menghasilkan
kerusakan moral bagi generasi selanjutnya, termasuk juga didalamnya pendidik. Karena itu,
untuk mengatasi krisis moral dalam dunia pendidikan, maka secara internal harus diterapkan
model pendidikan berkarakt
PEMBAHASAN
Dalam dunia pendidikan patut diakui bahwa usia pendidikan sama tuanya dengan usia
manusia Pendidikan telah dilakukan semenjak manusia hadir di muka bumi dengan tujuan
awal bahwa pendidikan hanyalah sekedar mempersiapkan generasi muda untuk bisa
terjun di tengah masyarakat. Karena itu, bentuk pendidikan lebih berupa mewariskan
wawasan, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan kepada generasi berikutnya.
Etika pendidikan merupakan dua pokok penting yang berbeda, namun tidak dapat
dipisahkan dalam prakteknya.
Untuk memahami kedua pokok ini sebagai modal awal dalam pemahaman yang benar
tentang etika pendidikan harus didasarkan pada suatu pengertian yang benar tentang etika
pendidikan itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa etika pendidikan merupakan sebuah proses
pendidikan yang berlangsung secara etis dan terus-menerus dalam kehidupan seseorang
melalui pengajaran dan penekanan terhadap etika itu sehingga kemampuan, bakat,
kecakapan dan minatnya dapat dikembangkan dengan etika yang baik dan benar dalam
kehidupannya.
Pendidikan itu berlangsung dengan baik dan berhasil, jika seorang pendidik memahami
dan menerapkan konsep keteladanan yang baik berdasarkan etika dan moral yang baik
Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsip berbeda dari ciptaan lainnya, salah satu
perbedaan yang sangat nampak dalam kehidupan manusia adalah cara hidup yang penuh
dengan nilai-nilai baik dan luhur dalam kehidupannya. Tujuan pendidikan memuat
gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.
Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan itu sendiri.
Proses pendidikan harus dijalankan dengan etika yang baik dan benar, karena pendidikan
bukan saja berbicara dari sisi penanaman nilai yang baik melalui pembelajaran tetapi juga
berbicara dari sisi penerapan etika baik kepada pendidik maupun peserta didik. Salah satu
pengertian pendidikan adalah proses transformasi budaya. Dalam budaya konteks di
Indonesia memiliki kandungan yang sangat kental tentang etika dan moral yang sopan
dan santun.
Kemudian dalam kaitan etika pendidikan dan pembelajaran sebagai proses dari
pendidikan itu sendiri Kondisi atau keadaan secara umum dalam masyarakat sekarang ini
mencerminkan adanya krisis moral. Satu masalah yang cukup sulit bagi para pendidik
untuk melakukan pendidikan, sebab nilai-nilai yang dengan susah ditumbuhkembangkan
dalam diri peserta didik, dalam prakteknya baik di keluarga maupun di tengah masyarakat
banyak dilecehkan Misalnya, dalam lingkungan pendidikan ditekankan perlunya disiplin
hidup dan kerja keras untuk bisa berhasil dalam hidup, sementara di tengah masyarakat
peserta didik menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa keberhasilan hidup lebih
ditentukan oleh uang, kuasa, dan kelicikan, dan sudah jelas penanaman nilai disiplin dan
kerja keras menjadi sulit.
Nilai-nilai yang penting untuk kemanusiaan, seperti keadilan, kejujuran, hormat terhadap
martabat dari kehidupan manusia, kesetiakawanan sosial, dan sebagainya, akan susah
untuk ditumbuhkan jika nilai-nilai tersebut dalam masyarakat banyak dilecehkan. Cukup
banyak pengamat sosial yang menyatakan bahwa di balik krisis moneter yang bukan
hanya menyebabkan krisis
Dalam dunia pendidikan sangat ditekankan pola hidup yang beretika dan penanaman
nilai-nilai budaya yang baik, tetapi di lingkungan masyarakat sebagai tempat atau
lapangan pendidikan itu dipraktikkan tidak memberikan sebuah teladan yang baik,
sehingga memberikan pengaruh yang dalam bagi kehidupan peserta didik.
Dengan demikian, terjadilah krisis moral yang merusak kehidupan dan pola hidup peserta
didik. konomi, tetapi juga krisis politik dewasa ini sebenarnya juga telah menjadi krisis
moral yang ikut menyebabkannya. Berbagai praktik korupsi, kolusi, manipulasi, dan
nepotisme selama ini telah menggerogoti sendi-sendi kehidupan ekonomi yang sehat.
Krisis moral akan berdampak pada pendidikan, sama seperti persoalan yang dituliskan
oleh Tilaar sehingga menyebabkan banyak pelanggaran terhadap pendidikan, termasuk di
dalamnya masalah etika pendidikan.
B. Hubungan etika dengan masyarakat menurut islam
Kegiatan PR tidak bisa dilaksanakan secara asal-asalan, karena tujuan dari humas itu
sendiri menentukan kemajuan organisasi yang saling berkaitan dengan kepentingan
lainnya, biasanya disebut sebagai "audiens" atau publik. Dalam literatur Islam, kata
"hubungan masyarakat" jarang dipakai dengan bahasa tertulis dan lisan, Namun, ada dua
kata yang memiliki makna yang dekat dengan istilah itu, yaitu "habl" yang artinya "tali
atau hubungan", dan "shîlah alrahim" (silaturahim) yang artinya "menghubungkan
persaudaraan". Penggunaan kata habl dalam arti ini sesuai dengan firman Allah dalam
QS. Ali Imran: 112 َ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali
mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu
karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang
benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” Public
relations dalam konsep pendidikan Islam mengajarkan bagaimana membangun hubungan
baik dengan seseorang atau masyarakat yang berlandaskan pada Al-qur’an dan Hadis,
sehingga prinsip–prinsip dan kaidahkaidah harus ditentukan sedemikian rupa agar nilai-
nilai maupun aturan yang ada dalam Islam bisa diterapkan secara keselurah. Prinsip yang
harus dibangun adalah kejujuran, adanya timbal balik yang saling menguntungkan
terjadinya keseimbangan, serta mampu menjaga amanah yang diberikan dan yang terahir
bekerja dangan tingkat keikhlasan yang tinggi. Prinsip-prinsip hubungan manusia dalam
Islam merujuk pada landasan filosofis yang sesuai dengan esensi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang mulia, sehingga harus diperlakukan dengan bijak. Al-
Quran memberikan instruksi yang sangat bijak dan manusiawi yang mengandung
beberapa prinsip dasar yang perlu dipelajari dan dikembangkan.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam aktivitas public relations dapat itu
digambarkan dalam sifat-sifat beliau sebagai kholifah, yang memiliki karakter; Pertama,
Shiddiq (benar dan jujur). Dalam public relations sikap benar dan jujur sangat dibutuhkan
dalam semua lembaga ataupun bagi seorang yang mempuyai tugas sebagai kehumasan
untuk menyampaikan kenyataan yang sebenar-benarya tentang keadaan lembaga baik
keluar masyarakat ataupun kedalam untuk kebaikan dan hendaknya seorang humas
haruslah menerapkan suatu konsep di mana tidak boleh melakukan suatu promosi dengan
propaganda yang mengandung unsur sara atau menyampaikan kenyataan yang tidak
sesuai dengan keadaan untuk mengelabui konsumen, sebagaimana yang kita lihat pada
era sekarang ini (Rahmawati, 2014).
Kedua, Amanah (dapat dipercaya). Sikap amanah sangat dibutuhkan dalam menejeman
kehumasan pendidikan Islam, supaya tercipta kepercayaan untuk lembaga, orang–orang
yang terikat dalam sebuah organisasi, baik menyangkut program dan implemintasinya,
kemudian harus dibangun rasa saling perca, jangan curiga dan mencurigai, makadari itu
amanah diperlukan.
Ketiga, Tabligh (menyampaikan atau komunikatif). Dalam public relations sikap yang tak
kalah penting yaitu sikap tabligh, di mana saat melakukan komunikasi haruslah dengan
cara yang benar seperti halus dalam kata-katanya, tidak menyakiti orang lain dalam
penyampaikan sesuatu harus dengan tekhnik menyenangkan dan dengan cara lemmah
lembut dalam tutur kata sehingga apa yang menjadi tujuan dapat di
Keempat, Fathanah (Cerdas). Individu yang bertugas dalam kehumasan harus memiliki
kecerdasan dalam menangkap informasi dan mampu menyampaikan suatu kepentingan
dengan fenomena-fenomena yang ditemuinya di lapangan kepada orang lain. Artinya sifat
fathanah penting dimiliki bagi yang berperan dalam lembaga apa pun. Fathanah artinya
mengerti, memahami dan menghayati secara mendalam terhadap segala hal yang terjadi
dalam tugas dan kewajiban. terima. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW juga ditemukan
prinsip-prinsip komunikasi yang lain dan bagaimana Rasulullah berkomunikasi, yaitu
Dari Abu Hurairoh RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan
barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan
tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia
memuliakan tamunya” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits tersebut memiliki makna yang mendalam dalam aktivitas public relations. Prinsip
yang ditetapkan dalam Hadits di atas adalah dasar etis untuk setiap Muslim, baik ketika
dilaksanakannya suatu komunikasi, baik dalam menjalankan hubungan sehari-hari,
berdakwah, dan dalam melakukan kegiatan lainnya.
KESIMPULAN
Etika dalam hubungan masyarakat merupakan proses hubungan manusia satu sama lain yang
berlangsung secara komunikatif dan manusiawi. Dalam aktivitas kehumasan pada lembaga
pendidikan Islam, diperlukan pendekatan komunikasi yang tepat guna, agar supaya tujuan
dari komunikasi itu dapat tercapai. Sebagai tujuan akhir dari aktivitas public relations pada
lembaga pendidikan Islam, yaitu terciptanya public interest dan public image yang positif,
maka diperlukan ketekunan, keuletan dan kesungguhan dalam melaksanakan prinsip-prinsip
kehumasan, mengingat penerpan humas yang baik akan mampu menciptakan kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga pendidikan meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Afkarina, N. U. R. I. (2018). Strategi Komunikasi Humas dalam Membentuk Public Opinion
Lembaga Pendidikan. Jurnal Idaarah, 2(1), 50–63. Al-Maraghi, A. M. (1992).
Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT.CV.Toha Putra. As-Suyuthi, J. (2011). Terjemah Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzulnya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Dahlan, M. S. (2014). Etika Komunikasi dalam Al-Qur’an dan Hadits. Jurnal Dakwah
Tabligh, 15(1), 115–123.