Anda di halaman 1dari 19

TERATOGENESIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah “Reproduksi dan Embriologi Hewan”

Dosen Pengampu :

Sulistiyawati, S.PD.I, M.Si.

Disusun Oleh :

1. Zahrotul Mufida (21104070010)


2. Selvia Wahyu Agus Putri (21104070016)
3. Putri Meilani (21104070018)
4. Hasna Adibah (21104070023)
5. Nia Putriana (21104070042)
6. Zalfaa roziah farkhah (21104070044)
7. Lamiasih (21104070054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TERATOGENESIS”, makalah ini kami buat
untuk memenuhi mata kuliah Reproduksi dan Embriologi Hewan dengan baik dan lancar.

Dan kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen Sulistiyawati, S.Pd.I, M.Si. selaku Dosen
pengampu mata kuliah Reproduksi dan Embriologi Hewan, yang telah membimbing untuk membantu
menyelesaikan tugas makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat
lebih baik.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun
maupun para pembaca sekalian.

Yogyakarta, 5 Mei 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 4

A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................................... 4


B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 4
C. TUJUAN ............................................................................................................................................. 4
D. MANFAAT.......................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 5

A. Pengertian Teratogenesis..................................................................................................................... 5
B. Prinsip-prinsip Teratogenesis .............................................................................................................. 5
C. Macam-macam Teratogenesis ............................................................................................................. 6
D. Faktor penyebab Teratogenesis dan cara pencegahannya ................................................................... 9
E. Implementasi teknologi dalam bidang embriologi ............................................................................ 12
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 15
B. Saran.................................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 16

2
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Embriologi adalah bagian dari kajian biologi perkembangan (developmental of biology). Biologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan progresif struktur dan fungsi tubuh
dalam hidup makhluk hidup. Sedangkan embriologi adalah studi tentang embrio dengan adanya
penekanan kepada pola-pola perkembangan embrio.
Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan dan kelainan ini sudah diketahui selama
beberapa decade. Teratogenesis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortilitas pada bayi yang
baru lahir. Sedangkan teratogen ialah zat yang menyebabkan terjadinya cacat lahir akibat dari adanya
racun pada embrio atau janin. Daftar dari teratogen-teratogen yang diketahui dan dicurigai meliputi
virus, termasuk tipe yang menyebabkan kasus campak jerman, alkohol, dan beberapa obat, termasuk
aspirin. Maka dari itu hendaknya kita tau apa saja yang dapat mengakibatkan teratogenesis itu karena
hal itu akan sangat berbahaya bagi anak yang akan dilahirkan.
Pada embrio dan janin yang sedang dalam proses perkembangan, pembentukan spesies oksigen
reaktif (ROS) endogen atau xenobiotic yang ditingkatkan seperti radikal hidroksil dapat mengganggu
perkembangan dengan merusak lipid seluler, protein dan DNA secara oksidatif dan atau dengan
mengubah tranduksi sinyal. Konsekuensi pasca kelahiran dapat mencakup serangkaian cacat lahir
(teratogenesis), defisit fungsional pasca kelahiran dan penyakit. Pada model hewan, konsekuensi
perkembangan yang merugikan dari paparan dalam rahim terdapat agen seperti thalidomide,
methamphetamine, phenytoin, benzo [a]pyrene, dan radiasi pengion dapat dimodulasi dengan mengubah
jalur yang mengontrol keseimbangan ROS embrionik, termasuk enzim yang mengaktifkan substrat
endogen dan xenobiotic menjadi zat antara radikal bebas, enzim antioksidan yang mendetoksifikasi ROS
dan enzim yang memperbaiki kerusakan DNA oksidatif. Pensinyalan yang dimediasi ROS melalui Ras,
faktor nuklir kappa B dan tarnsduser terkait juga dapat berkontribusi pada perubahan perkembangan.
Embriopati dapat dikurangi dengan agen penangkap spin radikal bebas dan antioksidan kemudian
ditingkatkan dengan penipisan glutathione.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Teratogenesis?
2. Apa saja Prinsip-prinsip Teratogenesis?

3
3. Apa saja Macam-macam Teratogenesis?
4. Apa Faktor Penyebab Teratogenesis dan Bagaimana Cara Pencegahannya?
5. Bagaimana Implementasi Teknologi Dalam Bidang Embriologi?

C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Reproduksi dan
Embriologi Hewan serta untuk menambah pengetahuan atau wawasan kepada para pembaca
mengenai teratogenesis dan impementasi teknologi dalam bidang embriologi.

D. MANFAAT
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Teratogenesis
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dan macam-macam Teratogenesis
3. Untuk mengetahui apa penyebab dari Teratogenesis dan bagaimana Cara Pencegahannya serta
Bagaimana Implementasi Teknologi Dalam Bidang Embriologi

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teratogenesis
Teratogenesis adalah suatu proses yang terdiri dari abnormalitas dalam sebuah
perkembangan embrio atau janin yang terjadi dalam uterus. Dari hal tersebut akan membuat adanya
suatu kelainan atau cacat bawaan pada bayi yang di kandung. Dalam skala makroskopis atau
mikroskopis kemudian dalam literatur pada philop et al bahwa teratogenesis juga merupakan suatu
pembentukan cacat bawaan, cacat bawaan tersebut adalah suatu kelainan yang telah di ketahui
dalam beberapa dasawarsa ini, serta menjadi suatu penyebab dari morbiditas serta moralitas pada
saat kelahiran. (Ihsan,M. 2019)
Teratogen merupakan suatu unsur yang menyebabkan suatu kelainan pada kelahiran. Kepekaan
terhadap teratogen dimulai pada tiga minggu setelah proses pembuahan. Saat organogenesis telah
lengkap, maka teratogen tidak menyebabkan kelainan antomis. Apabila adanya suatu reaksi selama
periode total, maka dampak yang terjadi akan cenderung menghambat pertumbuhan atau
menyebabkan masalah pada fungsi organ. (Suyana,D. 2011)
B. Prinsip-prinsip Teratogenesis

Prinsip teratologi merupakan pemberian senyawa yang diujikan pada hewan coba pada
masa kehamilan. hal ini dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap perkembangan fetus
sehingga diketahui kemampuan atau potensi toksisitas senyawa terhadap sel janin yang sedang
berkembang (Harbinson, 2001).

prinsip umum yang terkandung daam teratologi meliputi :

1) Kerentanan terhadap teratogenesis bergantung pada genotip janin dan bagaimana cara
induk hewan berinteraksi terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti pada proses
metabolisme obat, atau ketahanan terhadap infeksi yang mempengaruhi perkembangan
janin.
2) Kerentanan terhadap teratogen yang bervariasi berdasarkan stadium perkembangan pada
saat pemaparan. Masa yang paling mudah terpapar zat teratogen adalah masa
embriogenesis yang dapat menimbulkan cacat lahir. Namun kecatatan juga dapat terjadi
pada masa sebelum dan setelah embriogenesis.

5
3) Terjadinya abnormalitas tergantung dosis dan lama paparan teratogen terhadap janin.
4) Teratogen bekerja dengan cara yang spesifik pada sel atau jaringan yang sedang
berkembang untuk mengawali proses embriogenesis yang abnormal.
5) Bentuk-bentuk perkembangan yang abnormal dapat berupa kematian, malformasi,
keterlambatan pertumbuhan dan gangguan fungsi (Wilson,1973).

C. Macam-macam Teratogenesis

Dalam Teratogenesis dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, sesuai penyebabnya


antara lain :
1. Kembar Dempet
Kembar dempet yang ringan disebut kembar siam, sedangkan kembar yang parah disebut
monster double atau duplex. Kembar dempet berasal dari 2 kemungkinan : a) Tak
sempurnanya pembelahan primitive streake kiri kanan
b) Tak sempurnanya lapis benih membelah
Istilah kembar siam ini dipakai untuk mengenang kembar siam, yang berasal dari
Siam (Thailand) Chung dan Eng Bunker. Terjadinya kembar siam akibat pembelahan sel
yang tidak sempurna. Secara umum jenis kembar siam yang banyak adalah anak kembar
dempet bagian anterior (dada), yang dikenal dengan thoracophagus. Selain itu, dempet
bagian belakang yang dikenal dengan pyophagus, dempet bagian kepala (craniophagus),
dan dempet/menyatu bagian punggung bawah yang dikenal dengan istilah ischiophagus.
Umumnya kembar siam terjadi akibat proses pembelahan yang terjadi setelah embrionik
plate terbentuk, yaitu di atas 8 hari setelah fertilisasi. Kemungkinan terjadi kembar siam
sangat variatif. Di Singapura berkisar 1 dalam 400.000 penduduk atau 1 dalam setiap
60.000 kehamilan.
Secara umum, setelah pembuahan, pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu,
yaitu masa pembelahan dalam 0-72 jam, 4-8 hari, 9-12, dan 13 hari atau lebih. Pada
pembelahan pertama, akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan
dikorionik atau rahim punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput
ketuban tetap dua, tetapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi
salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak.

6
Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga,
selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanyasebuah, tetapi bayi masih membelah
dengan baik. Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu selaput
ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar.
Pasalnya, waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur telah menyatu alias
dempet. Kembar Siam biasanya terjadi pada jenis kembar monozigot yang pembelahannya
lebih dari hari 13. Umumnya bayi kembar siam meninggal dalam rahim, dan hanya 40
persen lahir hidup. Hanya 5 sampai 25 persen dari bayi kembar yang lahir hidup bisa
bertahan. Berikut beberapa kelainan jenis kembar siam:
• Thoracopagus: Kedua tubuh bersatu di bagian dada (thorax). Jantung selalu terlibat
dalam kasus ini. Ketika jantung hanya satu, harapan hidup baik dengan atau tanpa
operasi adalah rendah (35-40% dari seluruh kasus).
• Omphalopagus: Kedua tubuh bersatu di bagian bawah dada. Umumnya masing-masing
tubuh memiliki jantung masing-masing, tetapi biasanya kembar siam jenis ini hanya
memiliki satu hati, sistem pencernaan, diafragma, dan organ-organ lain (34% dari
seluruh kasus).
• Pygopagus (iliopagus): Bersatu di bagian belakang (19% dari seluruh kasus).
• Cephalopagus: Bersatu di kepala dengan tubuh yang terpisah. Kembar siam jenis ini
umumnya tidak bisa bertahan hidup karena kelainan serius di otak.
• Cephalothoracopagus: Tubuh bersatu di kepala dan thorax. Jenis kembar siam ini
umumnya tidak bisa bertahan hidup.
• Craniopagus: Tulang tengkorak bersatu dengan tubuh yang terpisah(2%).
• Craniopagus parasiticus: bagian kepala yang kedua yang tidak memiliki tubuh.
• Dicephalus: Dua kepala, satu tubuh dengan dua kaki dan dua atau tiga atau empat lengan
(dibrachius, tribrachius atau tetrabrachius)
• Ischiopagus: kembar siam anterior yang bersatu di bagian bawah tubuh (6% dari seluruh
kasus).
• Ischio-omphalopagus: Kembar siam yang bersatu dengan tulang belakang membentuk
huruf-Y. Mereka memiliki empat lengan dan biasanya dua atau tiga kaki. Jenis ini
biasanya memiliki satu sistem reproduksi dan sistem pembuangan.
7
• Parapagus: Kembar siam yang bersatu pada bagian bawah tubuh dengan jantung yang
seringkali dibagi (5% dari seluruh kasus).
Kini dengan mudahnya masyarakat mendapat pelayanan sonografi baik di Rumah
Sakit maupun di Praktek dokter, maka diagnosa kehamilan kembar bisa lebih cepat dapat
diketahui. Mengingat besarnya risiko kelahiran premature pada bayi kembar, maka sangat
perlu dilakukan pemeriksaan teratur baik ke dokter maupun ke Rumah Sakit, demi upaya
pencegahan dan persiapan pematangan paru anak. Pematangan paru ini bertujuan mencegah
anak sulit bernafas akibat belum berkembangnya paru anak. Sulitnya anak bernafas ini
menjadi salah satu penyebab tingginya kematian bayi lahir premature (Andalas, 2014) .
2. Teratoma Tumor
Teratoma adalah tumor sel germinal yang terdiri dari satu atau lebih lapisan germinal
endoderm, mesoderm dan ektoderm . Teratoma merupakan hasil dari multiplikasi
berkelanjutan sel totipoten dari nodus Hensen (Nodus Hensen adalah suatu agregasi dari
sel totipotensial yang merupakan pengatur utama pada perkembangan embrionik), yang
gagal berkembang pada masa akhir embrionik sehingga membentuk neoplasma. Teratoma
dibedakan berdasarkan jaringan dan organ yang diidentifikasi pada lokasi ektopik, meliputi
gonad, mediastinal, retroperitoneal, sakrokoksigal, servikal, orofaringeal, dan gaster
(Kusmaheidi., et. al, 2017).
3. Cacat Fisik saat Lahir
• Kurang jari-jari tangan dan kaki dll.
• Kurang organ-organ vital.
4. Teratologi Cacat terjadi karena:
a) Gangguan pertumbuhan kuncup suatu alat
b) Terhenti pertumbuhan di tengah jalan
c) Kelebihan pertumbuhan
d) Salah arah differensiasi.

8
D. Faktor penyebab Teratogenesis dan Cara Pencegahannya

I. Faktor penyebab teratogenesis

Teratogenesis disebabkan oleh teratogen yang merupakan zat berbahaya atau apapun seperti obat,
zat kimia, polutan, atau virus yang kehamilan dapat menyebabkan perubahan bentuk atau fungsi organ
dalam perkembangan janin. Pemaparan janin terhadap teratogen terjadi karena bahan-bahan tersebut
dapat melewati plasenta (Mulyani et al., 2020). Kejadian cacat ini terjadi karena beberapa hal
diantaranya sebagai berikut :

1. Gangguan pertumbuhan kuncup suatu alat (agenesis)


2. Terhenti pertumbuhan di tengah jalan
3. Kelebihan pertumbuhan
4. Salah arah diferensiasi

Beberapa faktor penyebab terjadinya teratogenesis adalah sebagai berikut:

1. Dalam Logman’s, Sadler (2012: 12-14) dijelaskan, bahwa faktor-faktor penentu kelahiran
yang membawa agen penyebab cacat didefinisikan dalam beberapa prinsip. Setidaknya
terdapat lima prinsip, yaitu :

a. Kerentanan terhadap teratogenesis bergantung pada genotipe konseptus dan cara


komposisi genetic ini berinteraksi dengan lingkungan.

b. Kerentanan terhadap teratogen bervariasi sesuai tahap perkembangan saat pajanan.


c. Manifestasi perkembangan abnormal bergantung pada dosis dan lama pajanan terhadap
teratogen.

d. Teratogen bekerja melalui cara (mekanisme) yang spesifik pada sel dan jaringan yang
sedang berembang untuk memulai embriogenesis abnormal (pathogenesis).

e. Manifestasi perkembangan abnormal adalah kematian, malformasi retardasi


pertumbuhan, dan gangguan fungsional.

2. Dikutip dari Wilson (1977), Faktor utama teratogenesis dapat dibagi menjadi dua yakni: a.
Faktor Lingkungan

Terbagi menjadi Agen-agen infektif seperti Virus rubella, Zat-zat kimia tertentu seperti
Asam Falproat dan Fenitoin, Defisiensi nutrisi khususnya pada kasus kekurangan
vitamin, dan Faktor Radiasi yang menjadi bahasan utama dalam makalah ini.
9

10
Contoh radiasi yang berdampak langsung adalah Sinar-X atau Radium dosis
tinggi menyebabkan cacat anggota badan.

b. Faktor Genetik, pada banyak kasus faktor kelainan genetik ini dapat langsung
disebabkan oleh perubahan pada satu buah gen saja, akan tetapi ada pula yang
dipengaruhi beberapa gen. Banyak cacat konginetal yang jelas mengikuti pola
hukum Mendel. Kelainan genetik ini dibagi menjadi dua yakni: Mutasi, yang
menimbulkan alel cacat dominan ataupun resesif. Yang kedua adalah Aberasi,
yakni kelainan kromosom yang merupakan kelainan jumlah maupun susunannya
yang menyebabkan malformasi. Contohnya Sindrom Down, Sindrom turner,
Trisomi dsb.

II. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah Teratogenesis

Terdapat beberapa pola hidup dan langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
mencegah Teratogenesis. Berikut ini hal-hal yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan
untuk mencegah terjadinya dismorfologi pada janin antara lain:
1. Menghindari paparan parasit yang dapat menembus membran plasenta dan menginfeksi
janin seperti yang ada pada tikus, kucing, dan burung sebagai hospes denitif dari
Toxoplasma gondii yang dapat menyebabkan janin mengalami kalsifikasi intrakranial
dan chorioretinitis yang berakibat pada terjadinya defisiensi mental, mikrosefali,
mikroftalmia, dan hidrosefali.
2. Menjaga kebersihan makanan yang akan dikonsumsi untuk mencegah terjadinya
infeksi Toxoplasma gondii.
3. Memenuhi nutrisi dengan memakan makanan yang sehat dan bergizi untuk mendukung
proses pertumbuhan dan perkembangan janin.
4. Melakukan terapi Hematopoietik Stem Cell yang memiliki potensi untuk mengobati
penyakit dan memperbaiki kelainan yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau
tindakan operasi. Salah satunya adalah cacat lahir (birth defect) yang disebabkan oleh
teratogen.

10
Tidak mengonsumsi alkohol karena dapat menyebabkan terjadinya Fetal Alcohol Syndrome
yang merupakan penyebab utama defisiensi mental pada bayi baru lahir.

E. Implementasi Teknologi Dalam Bidang Embriologi


1. Fertilisasi In Vitro
Sel telur (oosit) diambil dari ternak hidup atau ovarium ternak yang baru di potong. Oosit
dimatangkan dan dibuahi di laboratorium serta dikultur sampai tahap tertentu untuk selanjutnya
ditransfer ke ternak resipien atau dibekukan untuk ditansfer kemudian. Proses ini dikenal
sebagai pematangan in vitro atau fertilisasi buatan atau dikenal sebagai In Vitro Maturation
atau In Vitro Fertilization (Sumantri, 1988).
2. Transfer Embrio Ke Resipien
Transfer embrio dapat dilakukan dengan pembedahan dan tanpa pembedahan. Metode
pembedahan cenderung lebih tinggi dan lebih konsisten tingkat kebuntingannya, tetapi lebih
membutuhkan tenaga yang terampil. Cara tanpa pembedahan sekarang banyak dipakai, karena
lebih cepat dan sederhana, sedangkan angka kebuntingan yang dicapai sudah sama dengan
tanpa pembedahan (Tjahyani et al, 2021).

3. Teknologi Seksing Embrio Dan Fetus


Selain diterapkan pada semen, teknologi seksing juga bisa diterapkan pada embrio dan
fetus. Berbagai metode seksing pada semen, embrio maupun fetus telah dikembangkan. Hasil
dan akurasi sebagian besar teknik ini cukup memuaskan baik menggunakan metode praseleksi
(seksing semen atau embrio) atau pasca seleksi (fetus). Pada skala komersial, metode yang rutin
dipakai untuk seksing embrio adalah biopsy embrio dan amplifikasi DNA spesifik kromosom-
Y menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Metode ini efektif untuk lebih dari 90%
embrio dengan tingkat akurasi di atas 95% (Seidel, 1999). Seksing embrio komersial dimulai
di Trans Ova Genetics dengan memakai metode AB Technology (Pullman, WA). Prosedur
membutuhkan waktu 5 menit untuk setiap biopsy embrio dan 2 jam untuk proses PCR (Faber
et al, 2003).Teknologi Sperma Sexing (Pemisahan Spermatozoa x dan y). Keberadaan
spermatozoa dalam proses pembentukan jenis kelamin mempunyai arti penting, karena sebagai
penentu jenis kelamin seekor ternak. Berdasarkan kromosom seks yang dibawanya,
spermatozoa mamalia dapat dibedakan atas spermatozoa pembawa kromosom X dan
spermatozoa pembawa kromosom Y.

11
Jika spermatozoa Y berhasil membuahi telur, anak yang akan dilahirkan adalah jantan, dengan
komposisi kromosom secara normal yaitu XY. Sebaliknya jika spermatozoa X yang berhasil
membuahi sel telur, maka akan dilahirkan anak betina dengan komposisi kromosom yang
normal, yaitu XX (Van Vliet et al, 1989).
Beberapa metode pemisahan spermatozoa yang sudah dilakukan adalah menggunakan
kolom albumin, kecepatan sedimentasi, sentrifugasi dengan gradient densitaspercoll, motilitas
dan pemisahan elektroforesis, isoelectric focusing, teknik manipulasi hormonal, H-Y antigen,
flow sorting serta penyaringan menggunakan kolom Sephadex. Metode yang dianggap paling
valid diantara beberapa metode tersebut adalah metode kolom albumin dan metode
penyaringan menggunakan kolom Shepadex (Sailidkk., 1998). Pemisahan Spermatozoa
dengan metode kolom Bovine Serum Albumin (BSA) didasarkan pada perbedaan motilitas
(kecepatan pergerakan) antara spermatozoa X dan Y dalam menembus larutan yang
mengandung BSA (Lamb, 2004).
4. Teknologi Transfer Embrio
Transfer Embrio (TE) merupakan generasi kedua teknologi reproduksi setelah inseminasi
buatan (IB). Teknologi IB hanya dapat menyebarkan bibit unggul ternak jantan, sedang pada
teknologi TE dapat menyebarkan bibit unggul ternak jantan dan betina. Walaupun demikian,
keuntungan utama yang dapat diperoleh adalah meningkatkan kemampuan reproduksi ternak
betina unggul. Aplikasi TE memerlukan waktu dan biaya yang relatif lebih singkat dan murah
dalam pembentukan mutu genetika yang dikehendaki, sehingga teknologi ini dapat
mempercepat perbaikan mutu ternak dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak.
Kemajuan teknologi di bidang TE menyebabkan terjadinya perubahan perdagangan ternak dari
ternak hidup menjadi embrio beku. Teknologi ini juga telah memungkinkan dihasilkannya anak
kembar identik atau lahirnya anak kembar dari bangsa yang berbeda dan tipe yang berbeda,
menghasilkan anak yang diketahui jenis kelaminnya, menghasilkan anak dari hasil pembuahan
dalam tabung (in vitro fertilization), menghasilkan hewan chimera, kebuntingan interspesies,
dihasilkannya ternak transgenik, pengobatan infertilitas dan pengendalian penyakit (Harsi,
2014).

12
Teknik TE merupakan suatu manipulasi fungsi alat reproduksi dengan perlakuan berbagai
hormone superovulasi pada betina donor dan menyebabkan pematangan dan ovulasi sel telur
dalam jumlah yang besar. Sel telur hasil superovulasi setelah dibuahi oleh sperma pejantan
unggul dikoleksi dari donor dan dievaluasi sebelum ditransfer ke induk resipien yang
selanjutnya terjadi kebuntingan dan kelahiran. Pelaksanaan transfer embrio merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang terdiri dari : seleksi donor dan resipien, penyerentakan berahi donor
dan resipien, superovulasi donor, inseminasi buatan, panen embrio, penilaian dan penyimpanan
embrio, dan transfer embrio keresipien (Fitria, 2015).
5. Teknologi Inseminasi Buatan

Inseminasi Buatan (IB) adalah proses pemasukan semen (mani) ke dalam saluran
reproduksi (kelamin) betina dengan menggunakan alat buatan manusia. Tujuan penerapan
teknologi IB adalah untuk introduksi / penyebaran pejantan unggul di suatu daerah yang tidak
memungkinkan untuk kawin alam serta pelestarian plasma nutfah ternak jantan yang
diinginkan (Tambing et al, 2001).

13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Teratogen merupakan obat atau zat yang dapat menyebabkan pertumbuhan janin menjadi
tidak normal. Teratogenesis diartikan sebagai asal terjadinya monster atau proses gangguan tahap
pertumbuhan yang menghasilkan monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya
perkembangan abnormal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio
sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (menyebabkan cacat lahir).
Teratogenesis mempunyai beberapa prinsip, yaitu : 1. Kerentanan terhadap teratogenesis
tergantung pada genotifkonseptus dan cara komposisi genetic ini berinteraksi dengan lingkungan;
2. Kerentanan erhadap teratogen berbeda-beda menurut stadium perkembangan saat paparan; 3.
Manifestasi perkembangan abnormal tergantung pada dosis atau lamanya paparan terhadap suatu
teratogen; 4. Teratogen bekerja dengan cara (mekanisme) yang spesifik pada sel-sel dan jaringan
yang sedang berkembang untuk memulai embriogenesis (phatogenesis) yang abnormal; 5.
Manifestasi perkembangan abnormal adalah kematian, malformasi, keterlambatan pertumbuhan,
dan gangguan fungsi.
Dalam teratogenesis dikelompokkan menjadi beberapa macam, sesuai penyebabnya antara
lain : 1. Kembar dempet; 2. Teratoma; 3. Cacat fisik saat lahir; 4. Teratology. Adapun penyebab
teratogenesis ini disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor kromosom serta genetik. Berikut
beberapa Implementasi Teknologi Dalam Bidang Embriologi yaitu : 1. Teknologi Insemenasi
Buatan; 2. Teknologi Transfer Embrio; 3. Teknologi Sperma Sexing (Pemisahan Spermatozoa x
dan y); 4. Teknologi Sexcing Embrio dan Fetus; dan 5. Fertilisasi in vitro.
B. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kesalahan dan
sangat jauh dari kata sempurna. Tentunya penulis akan memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah diatas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, H. (2015). Adopsi Inovasi Teknologi Transfer Embrio (TE) Pada Usaha Peternakan Sapi
Potong Di Kabupaten Dharmasraya (Doctoral dissertation, UPT. Perpustakaan Unand).
Harsi, T. (2014). Aplikasi Transfer Embrio (TE) untuk Peningkatan Kualitas Genetik Ternak di
Balai Embrio Ternak Cipelang Bogor. In Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Agribisnis Peternakan (STAP) (Vol. 2, pp. 14-26).
Lamb, G. C., & Fricke, P. M. (2004). Ultrasound—early pregnancy diagnosis and fetal sexing.
Appl. Reprod. Strateg. Beef Cattle, 219-229.
Sumantri, A. (1988). Aplikasi Teknik Fertilisasi in Vitro.
Tambing, S. N., Gazali, M., & Purwantara, B. (2001). Pemberdayaan teknologi inseminasi buatan
pada ternak kambing. Wartazoa, 11(1), 1-9.
Tjahyani, C. M. P., Herijanto, S., & Viastika, Y. M. (2021). Skema Optimalisasi Respon Transfer
Embrio Sapi: Analisis Deskriptif Manajemen Kelompok Ternak Donor Dan
Resipien. Media Peternakan, 23(2).
Van Vliet, R. A., Gibbins, A. V., & Walton, J. S. (1989). Livestock embryo sexing: a review of
current methods, with emphasis on Y-specific DNA probes. Theriogenology, 32(3),
421438.
Ihsan, M. (2019). Makalah Embriologi Teratogenesis dan Pengaruh Gadget Terhadap Embrio
Dijadikan untuk Memahami Tugas Individu Mata Kuliah Embriologi.
Retrieved from academia.edu.
Suryana, D. (2011). Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Psikologi Perkembangan Anak.
Retrieved from repository.unp.ac.id.
Inayah, K. (2022). Uji Efek Teratogenik Esktrak Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)
Pada Tikus= Teratogenic Test Of White Turmeric Extraxt (Curcuma zedoaria (Berg.)
Roscoe) Pada Tikus.
Suhatri, S., Firdaus, A., & Rizal, Z. (2017). Uji Efek Teratogen Ekstrak Etanol Daun Patikan Kebo
(Euphorbia Hirta L.) Terhadap Fetus Mencit Putih. Jurnal Farmasi Higea, 6(1), 5967.
Andalas, H. M. (2014). Goresan Tangan Spesialis Kandungan. Sibuku.
Kusmaheidi, S. F., Ismael, C., & Taufan, A. (2017). Karakteristik Teratoma Sakrokoksigal
Di Divisi Bedah Anak Rsup Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2013-2016. Vivin Rosidah.
2010. Teratogenesis. Samarinda.
Ihsan, M. (2019). Makalah Embriologi Teratogenesis dan Pengaruh Gadget Terhadap Embrio
Dijadikan untuk Memahami Tugas Individu Mata Kuliah Embriologi. Retrieved from
academia.edu.
BAB, I. Daily Archives: Januari 12th, 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai