Anda di halaman 1dari 21

TERATOLOGI

TOKSISITAS PERKEMBANGAN & UJI MULTIGENERASI

Dosen Pengampu: apt. Mira Febrina, M.Sc

KELOMPOK 6

Aidil Fitrah Syah 1801043


Annisa Amalyah 1801047
Dyan Putri 1701056
Elsya Yefi 1801092
Grace Jessica 1801094
Jessica Julia George 1801098
Nasya Aprilla Narvieko 1801104

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIV RIAU

PEKANBARU

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga tugas penyusunan makalah yang berjudul “TOKSISITAS
PERKEMBANGAN & UJI MULTIGENERASI” dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Teratologi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu apt,Mira Febrina,M.Sc selaku dosen mata kuliah
Teratologi yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini, kami juga berterima
kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, tanpa bantuan
dari kalian mungkin makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,sebagaimana peribahasa mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Hal itu
disebabkan karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian. Demi perbaikan makalah
ini di masa yang akan datang. Akhirnya kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Pekanbaru, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan........................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 1

1.3 Tujuan Masalah............................................................................................... 2

BAB II Pembahasan.......................................................................................................... 3

2.1 Teratologi........................................................................................................ 3

2.2 Penyakit yang berhubungan dengan teratologi................................................ 5

2.3 Toksisitas Perkembangan................................................................................ 9

2.3.1 Pengujian & Penilaian toksisitas perkembangan................................... 11

2.3.2 Efek toksik............................................................................................. 11

2.4 Uji Multigenerasi............................................................................................. 13

BAB III Penutup................................................................................................................ 16

3.1 Simpulan.......................................................................................................... 16

3.2 Saran................................................................................................................ 16

Daftar Pustaka................................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teratologi adalah studi tentang penyebab, mekanisme dan manifestasi dari perkembangan
yang menyimpang dari sifat struktural dan fungsional (Loomis, 1978). Cacat lahir sering disebut
juga malformasi kongenital atau anomali kongenital. Malformasi atau anomali kongenital adalah
istilah yang digunakan untuk menerangkan kelainan struktur, perilaku,faal, dan kelainan
metabolik yang ditemukan pada waktu lahir (Datu, 2005).
Ciri pokok perkembangan terletak pada adanya gejala perubahan yang terus-menerus
(Hutahean, 2002). Setelah pembuahan, sel telur mengalami proliferasi sel,diferensiasi, migrasi
sel, dan organogenesis. Embrio kemudian melewati periode perkembangan janin sebelum
dilahirkan (Lu, 1995)
Embrio yang sedang berkembang sangat rentan terhadap gangguan.Gangguan kecil yang
tidak dapat ditoleransi pada salah satu tahapan perkembangan dapat menjelma menjadi kecacatan
atau malformasi saat kelahiran (Hutahean, 2002). Tingkat perkembangan fetus dan tempat zat
teratogenik bekerja menentukan kerentanan terhadap zat teratogenik.Kerusakan spesifik dapat
terjadi dengan mudah selama periode organogenesis (Ariens dkk., 1986).
Salah satu uji toksisitas yang dapat dilakukan adalah uji multi generasi yang merupakan uji
yang tidak hanya menguji organisme induk, tetapi juga organisme turunannya.Untuk
itu,dimakalah ini akan dipaparkan tentang toksisitas perkembangan beserta salah satu uji
toksisitas yang digunakan yaitu uji multi generasi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan teratology?
1.2.2 Bagaimana kelainan yang terjadi akibat tertogen?
1.2.3 Apa saja penyakit yang berhubungan dengan teratology?
1.2.4 Bagaimana pengaruh toksisitas dalam perkembangan janin?
1.2.5 Bagaimana tahap dalam melakukan penilaian dan pengujian toksisitas
perkembangan?
1.2.6 Bagaimana uji multigenerasi dalam uji toksisitas?

1
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Untuk mengetahui tentang teratology
1.3.2 Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang disebabkan oleh teratogen
1.3.3 Mengetahui pengaruh toksisitas terhadap perkembangan janin
1.3.4 Mengetahui bagaimana tahap dalam melakukan penilaian dan pengujian toksisitas
perkembangan
1.3.5 Menjelaskan tentang salah satu uji toksisitas yaitu uji multigenerasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teratologi

Terotologi atau teratologia berasal dari kata Yunani. Teratos = monster = bayi yang lahir
cacat hebat dan logos = ilmu, biasanya pada bayi yang lahir abnormal disebut “bayi monster”
(baby monster). Teratologi merupakan cabang dari ilmu Embriologi yang khusus membahas
mengenai petumbuhan struktural janin yang abnormal (anomali).

Teratologi merupakan cabang dari ilmu embriologi yang khusus mempelajari tentang
akibat, mekanisme dan manifestasi embrionik yang cacat (abnormal). Bentuk embriotoksik ini
ditentukan oleh jenis senyawa, dosis dan waktu penggunaannya selama kehamilan. Selain
senyawa kimia, faktor lain yang menimbulkan teratogen adalah kekurangan gizi, radiasi kimia,
infeksi virus, hipervitamin, ketidakseimbangan hormonal, genetik dan berbagai kondisi stres
(Harbinson, 2001).

Kelainan bentuk dapat berupa kelainan struktur, perilaku, faal dari metabolik yang
terdapat pada waktu lahir dan biasa di istilahkan dengan malformasi kongenital, anomali
kongenital atau cacat lahir. Kelainan bentuk / malformasi yang sering ditemukan seperti:
• Sireno melus (anggota seperti ikan duyung, Anggota belakang tidak ada, anggota depan
pendek),
• Phocomelia (anggota seperti anjing laut, tangan dan kaki seperti sirip untuk mendayung),
• Polydactyly (berjari banyak),
• Syndactyly (jari buntung, tidak berjari kaki dan tangan),
• Ada ekor,
• Dwarfisme (kerdil),
• Crehorisme (cebol) dan
• Gigantisme (raksasa).

Menurut Hartati (2007), kelainan kongenital yang disebabkan oleh teratogen,yaitu:


1. Agen infeksi (contoh: Virus rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, HIV, sifilis)
2. Agen fisik (contoh: sinar X, hipertermia)

3
3. Agen kimia (contoh: talidomid, asam valproat, fenitoin, amfetamin, alkohol, merkuri,
kokain)
4. Hormon, contoh: agen androgenik, dietilstilbestrol (DES), diabetes gestational (diabetes
ibu)

Kejadian kelainan bentuk disebabkan karena beberapa hal diantaranya : “Makin tinggi
kadar teratogen semakin parah tingkat teratogenitasnya”. Bahan yang dapat menimbulkan
teratogenesis secara eksperimental ialah cortison, insulin, progesteron, thalidomide,
azathiopurine, salicylate.

Ada beberapa jenis anomali menurut Hartati (2007):

1. Malformasi
Terjadi selama pembentukan struktur (organogenesis). Malformasi dapat disebabkan faktor
lingkungan dan genetik. Kebanyakan malformasi berawal dari minggu ketiga sampai minggu
kedelapan kehamilan. Anomali ini dapat menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh struktur
organ dan/atau perubahan-perubahan konfigurasi normal.

2. Disrupsi
Mengakibatkan perubahan morfologi struktur organ setelah pembentukannya.
Penyebabnya adalah proses-proses yang merusak, seperti kecelakan pada pembuluh darah yang
menyebabkan atresia usus dan cacat yang ditimbulkan pita amnion.

3. Deformasi
Disebabkan oleh gaya-gaya mekanik dalam jangka waktu yang lama. Deformasi sering kali
mengenai sistem kerangka otot. Anomali ini dapat sembuh setelah lahir.

4. Sindrom
Sekelompok cacat yang terjadi secara bersamaan, memiliki etiologi yang spesifik dan
sama. Istilah ini menunjukkan telah dibuat sebuah diagnosis dan risiko terjadinya kembali telah
diketahui.

4
2.2 Penyakit yang berhubungan dengan teratology

 Bibir sumbing

Bibir sumbing biasanya terjadi dalam 30-60 hari pertama kehamilan. Bibir biasanya
dibentuk oleh 5-6 minggu kehamilan dan langit-langit telah dibentuk oleh 10 minggu.
Penyebabnya yaitu kekurangan vitamin B dan asam folat dalam diet ibu, warisan genetik
orangtua yang dapat menyampaikan gen penyebab clefts (bibir sumbing) serta pengkonsumsian
alkohol dan tembakau (khususnya rokok).

 Polydactili

Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau
kaki lebih dari lima. Polidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran. Penyebabnya bisa karena
kelainan genetika atau faktor keturunan. Bentuknya bisa berupa gumpalan daging, jaringan
lunak, atau sebuah jari lengkap dengan kuku dan ruas-ruas yang berfungsi normal. Tapi,
umumnya hanya berupa tonjolan daging kecil atau gumpalan daging bertulang yang tumbuh di
sisi luar ibu jari atau jari kelingking

5
 Agenesis

Agenesis adalah alat tubuh tidak dibentuk sama sekali. Dalam embrio manusia, pembedaan
tulang belakang lumbar, sakrum, dan koksigis terjadi antara minggu keempat dan ketujuh.
Banyak bentuk agenesis yang mematikan, seperti tidak adanya seluruh otak (anencephaly), tapi
agenesis satu organ pasangan dapat menyebabkan sedikit masalah. Agenesis ginjal, kandung
kemih, testis, ovarium, tiroid, dan paru-paru dikenal. Agenesis dari lengan atau kaki disebut
meromelia (tidak adanya satu atau kedua tangan atau kaki), phocomelia (tangan normal dan kaki
tetapi tidak ada lengan atau kaki), dan amelia (tidak lengkap anggota tubuh atau anggota badan).
Agenesis dapat disebabkan oleh tidak adanya jaringan embrio atau dengan paparan bahan kimia
di dalam rahim, dan sering dikaitkan dengan kelainan bawaan lainnya.

 Sindrom Down

Sindrom Down (bahasa Inggris: Down syndrome) merupakan kelainan genetik yang terjadi
pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3. Penyebab down syndrome ini dimulai pada
kromosom 21 dimana terjadi penambahan jumlah menjadi dua kromosom yang dikenal dengan
nama kromosom 21 plus. Pada kromosom tersebut terjadi kegagalan untuk memisahkan diri pada
saat proses pembelahan dan kemudian mengalami perkembangan yang abnormal. Sebagai
akibatnya, penderita akan mengalami kondisi dimana mental serta fisiknya menjadi terbelakang.

6
 Gigantisme

Gigantisme adalah kelainan genetik yang menyebabkan seorang tumbuh sangat tinggi
melebihi batas normal tinggi seorang manusia. Ada dua macam gigantisme : pertama pituitary
gigantism yang menyebabkan pertumbuhan tinggi badan yang tidak terkendali. Kedua cerebral
gigantism, dimana sel-sel otak tumbuh secara berlebihan sehingga penderita mengalami
keterbelakangan mental.  

 Dwarfisme

Dwarfisme adalah bertubuh pendek akibat kondisi medis tertentu. Kadang-kadang


didefinisikan sebagai tinggi dewasa kurang dari 4 kaki 10 inci (147 cm).Dwarfisme dapat
disebabkan oleh sekitar 200 kondisi medis yang berbeda.

7
 Syndactyly

Sindaktili merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak
tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa (webbed fingers).
Penyebabnya kebanyakan akibat kelainan genetika atau keadaan di dalam rahim yang
menyebabkan posisi janin tidak normal, cairan amnion pecah, atau obat-obatan tertentu yang
dikonsumsi ibu selama masa kehamilan.

 Phocomelia

Phocomelia yaitu ketiadaan anggota gerak,dimana tangan atau kaki yang melekat pada
batang tubuh.

 Sirenomelus
Sirenomelia adalah cacat lahir mematikan dari tubuh bagian bawah ditandai oleh fusi nyata
dari kaki ke ekstremitas bawah tunggal. Cacat lahir lainnya selalu dikaitkan dengan sirenomelia,
paling sering kelainan pada ginjal, usus besar, dan alat kelamin.

8
2.3 Toksisitas Perkembangan
Toksisitas perkembangan adalah perubahan struktural atau fungsional, reversibel, atau
tidak dapat diubah, yang mengganggu homeostatis, pertumbuhan normal, diferensiasi,
perkembangan atau perilaku, dan yang disebabkan oleh gangguan lingkungan (obat-obatan,
faktor gaya hidup seperti alkohol, diet, dan bahan kimia beracun). Study ini tentang efek buruk
pada perkembangan organisme yang dihasilkan dari paparan agen toksik sebelum konsepsi
(salah satu induk), selama perkembangan prenatal, atau pasca-natally hingga pubertas.Zat yang
menyebabkan toksisitas perkembangan dari tahap embrionik hingga kelahiran disebut teratogen.
Efek racun perkembangan tergantung pada jenis zat, dosis dan durasi, dan waktu pemaparan.

Patogen tertentu juga termasuk karena racun yang mereka keluarkan diketahui
menyebabkan efek buruk pada perkembangan organisme ketika ibu atau janin terinfeksi. Faktor
khas yang menyebabkan toksisitas perkembangan adalah radiasi, infeksi, ketidak seimbangan
metabolisme ibu (misalnya alkoholisme, diabetes, defisiensi), obat-obatan (misalnya obat anti
kanker, tetrasiklin) dan bahan kimia lingkungan (misalnya merkuri, timbal dioksin). Paparan
trisemester pertama dianggap paling potensial untuk toksisitas perkembangan.

Setelah pembuahan telah terjadi, racun dilingkungan dapat melewati ibu ke janin atau janin
yang berkembang melewati penghalang plasenta. Janin berada pada risiko terbesar selama 14
sampai 60 hari pertama kehamilan ketika organ utama sedang dibentuk. Namun, tergantung
pada jenis racun dan jumlah paparan, janin bisa terkena racun setiap saat selama kehamilan.
Gangguan perkembangan dapat mencakup berbagai kelainan fisik, seperti kelainan bentuk
tulang atau organ, atau masalah perilaku dan pembelajaran, seperti keterbelakangan mental.
Paparan terhadap beberapa bahan kimia selama kehamilan dapat menyebabkan perkembangan
kanker di kemudian hari dalam kehidupan anak dan disebut karsinogen transgenerasional.
Paparan racun selama trisemester kedua dan ketiga kehamilan dapat menyebabkan pertumbuhan
janin lambat dan menghasilkan berat lahir rendah.

Abad ke-19 melihat perkembangan embriologi deskriptif di mana kelainan sekarang


dianggap sebagai malformasi atau kesalahan selama proses perkembangan sehingga
memunculkan konsep teratogenesis. Pada abad ke-20, konsep epigenesis interaksi antara
program genetik dan lingkungan telah terbentuk dan pada paruh kedua abad ke-20 para peneliti

9
memiliki bukti bahwa faktor-faktor lingkungan dapat menyebabkan malformasi dan bahkan efek
trans-generasi.

1. Iradiasi ibu dan kelainan bawaan


Salah satu kelainan bawaan yang diinduksi lingkungan pada manusia diakui sebagai
akibat iradiasi ibu.Contoh : Peristiwa pemboman atom di Hiroshima dan Nagasaki,terjadi
peningkatan 20% dalam frekuensi mikrosefali terlihat pada anak-anak dengan paparan radiasi
dalam rahim selama trimester pertama kehamilan. Sensitivitas terhadap radiasi ini terlihat sangat
tinggi selama minggu ke 7-15 kehamilan.

2. Sindrom bawaan (CRS)


Rubella adalah epidemi malformasi manusia yang pertama kali dikenal.Setelah epidemi
infeksi rubela yang meluas pada tahun 1940, Norman Gregg, seorang dokter spesialis mata
Australia, melaporkan pada tahun 1941 terjadinya katarak kongenital di antara 78 bayi yang lahir
setelah infeksi rubela ibu pada awal kehamilan. Ini menunjukkan bahwa virus harus melewati
sawar plasenta untuk mencapai janin dan menyebabkan malformasi. Waktu pajanan terhadap
virus juga memiliki dampak langsung pada kejadian malformasi kongenital dengan pajanan
selama minggu ke 4, 5-8 dan 9-12 minggu kehamilan menyebabkan 61%, 26% dan 8% dari
malformasi kongenital.Menyebabkan keturunannya memiliki kelainan mata, jantung, dan telinga
bawaan serta keterbelakangan mental.

3. Tragedi Thalidomide (1950)


Thalidomide secara luas digunakan untuk pengobatan mual pada wanita hamil pada akhir
1950-an dan awal 1960-an sampai menjadi jelas pada 1960-an bahwa itu mengakibatkan cacat
lahir yang parah. Janin yang terpapar thalidomide saat berada di dalam rahim mengalami
kelainan anggota tubuh dimana tungkai tidak berkembang atau muncul sebagai tunggul. Efek
lain juga terlihat dengan pajanan thalidomide termasuk mata dan hati yang cacat, saluran
pencernaan dan saluran kemih yang cacat, kebutaan dan ketulian.

10
2.3.1 Pengujian & Penilaian Toksisitas Perkembangan
Pengujian toksik perkembangan dilakukan dalam berbagai tahap:
1. Pemupukan untuk implantasi: Pemupukan diikuti oleh peningkatan jumlah sel, pembelahan
dan kavitasi untuk membentuk blastokista yang akan ditanamkan. Paparan toksik pada
tahap ini biasanya mencegah implantasi dan mengakibatkan kematian. misalnya DDT,
nikotin.
2. Implantasi pada gastrulasi: Tiga lapisan kuman terbentuk dan sel-sel mulai bermigrasi
keluar untuk memulai organogenesis. Ini adalah tahap paling sensitif untuk keracunan
alkohol.
3. Organogenesis: Ini adalah pembentukan anggota badan, organ, sistem saraf, sistem kemih
dan genital dengan proses diferensiasi sel, migrasi dan interaksi sel dari minggu ke-3
sampai ke-8 kehamilan manusia. Misal : DES
4. Morfogenesis: Termasuk tahapan pertumbuhan dan pematangan fisiologis dari minggu ke
8 sampai kelahiran. Efek teratogenik menyebabkan deformasi dan bukan malformasi pada
janin.
5. Pasca Natal hingga pubertas: Paparan toksik terhadap lingkungan.

Karena kerumitan perkembangan janin-janin, termasuk interaksi ibu-janin selama


kehamilan, penting untuk memahami mekanisme toksisitas dan menguji efek toksik pada lebih
dari dua spesies sebelum memastikan bahwa zat tersebut adalah racun perkembangan. Embrio
memiliki periode kritis yang berbeda untuk pembentukan organ dari hari ke 15 dan hari ke 60
dan karenanya kerentanan terhadap cedera toksikan berhubungan langsung dengan periode
perkembangan.

2.3.2 Efek Toksik


1. Deformitas struktural minor: misalnya obat antikonvulsan, Warfarin, turunan
Asam Retinoat
2. Kelainan struktural mayor: mis. DES (diethylstilbestrol), merokok

3. Retardasi Pertumbuhan: misalnya Alkohol, Bifenil Poliklorinasi

4. Perubahan fungsional: misalnya turunan Asam Retinoat, Bifenil Poliklorinasi,

11
Phenobarbitol, Timbal
5. Kematian: misalnya Rubella, penghambat ACE
6. Efek pada Suntikan Neurulasi
Neurulasi adalah salah satu tahapan terpenting dalam perkembangan vertebrata. Ini adalah
proses pembentukan pelat saraf datar yang kemudian berbelit-belit untuk membentuk tabung
saraf berlubang. Ini dianggap sebagai salah satu target utama toksisitas perkembangan dan cacat
dalam neurulasi adalah konsekuensi umum dari paparan racun dan menghasilkan sebagian besar
cacat manusia.
7. Fetal alcohol syndrome (FAS)
Gangguan spektrum alkohol janin (FASD) adalah istilah yang membentuk serangkaian
kondisi yang dapat terjadi pada seseorang yang ibunya minum alkohol selama masa kehamilan.
Efek-efek ini dapat mencakup masalah fisik dan kognitif. FAS mengganggu perkembangan
normal janin, yang dapat menyebabkan tahap perkembangan tertentu tertunda, dilewati, atau
berkembang secara tidak dewasa.
8. DES (diethylstilbestrol)
DES (diethylstilbestrol) adalah obat yang meniru estrogen, hormon wanita. DES diketahui
meningkatkan risiko kanker payudara, dan menyebabkan berbagai hasil buruk terkait kelahiran
yang terkena keturunan wanita seperti aborsi spontan, kehilangan kehamilan trimester kedua,
kelahiran prematur, kelahiran mati, kematian neonatal, sub / infertilitas dan kanker dari jaringan
reproduksi.
9. Methylmercury
Methylmercury dan merkuri anorganik diekskresikan dalam ASI dan bayi sangat rentan
terhadap toksisitas karena senyawa ini.Merkuri menyebabkan kerusakan pada sistem saraf yang
dihasilkan dari paparan prenatal atau awal pascakelahiran dan sangat mungkin permanen.
10. Chlorpyrifos
Chlorpyrifos adalah insektisida organofosfat yang bekerja pada sistem saraf serangga
dengan menghambat asetilkolinesterase tetapi cukup beracun bagi manusia menyebabkan refleks
abnormal pada neonatus, perkembangan mental yang lebih buruk pada usia 2 dan 3 tahun, IQ
verbal yang lebih buruk pada 3 1/2 dan 5 tahun dan gangguan perkembangan meresap dalam 2, 3
dan 3 Usia 1/2 tahun.

12
11. Pengganggu Endokrin Lingkungan
Pengganggu endokrin adalah molekul yang mengubah struktur atau fungsi sistem endokrin
seperti DDT, BPA, dll. Paparan BPA prenatal dikaitkan dengan perubahan agresi dan perubahan
perilaku neurologis.

2.4 Uji Multigenerasi


Toksikologi perkembangan adalah studi tentang efek merugikan pada organisme
berkembang yang terjadi kapan saja selama masa hidup organisme yang mungkin diakibatkan
oleh paparan bahan kimia atau fisik sebelum konsepsi (salah satu orang tua), selama
perkembangan prenatal, atau setelah melahirkan sampai masa pubertas.

Toksikologi reproduksi adalah studi tentang terjadinya efek samping pada pria atau sistem
reproduksi wanita yang mungkin dihasilkan dari paparan agen kimia atau fisik.

Dengan beban kimia yang terus meningkat yang dihadapi manusia, perlu untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatur senyawa berbahaya untuk populasi manusia di
semua tahap pajanan, termasuk kehamilan.

Secara umum disepakati bahwa dalam prosedur pengujian pemaparan hewan laboratorium
harus paralel dengan paparan manusia. Untuk menentukan efek pada dan selama reproduksi, tiga
jenis jadwal pemaparan telah dirancang:
1. Studi "timed": Dalam studi "timed", senyawa uji diberikan kepada wanita hamil di mana
waktu permulaan kehamilan telah ditentukan dan dikelola setiap hari atau hari tertentu,
atau sepanjang waktu organogenesis. Kehamilan diakhiri dengan operasi caesar kira-kira
24 jam sebelum waktu BAB secara normal atau wanita diizinkan untuk BAB secara normal
dan keturunannya diobservasi dengan hati-hati untuk setiap tanda kelainan atau gangguan.
2. Studi “single-generation”: Senyawa uji diberikan sebelum dan selama masa kehamilan
dalam satu generasi. Hewan induk dapat dikawinkan sekali atau beberapa kali untuk
mendeteksi kemungkinan kumulatif efek senyawa.
3. Studi “multi-generation”: Studi ini merupakan perluasan dan penyempurnaan dari tes yang
dilakukan dalam studi satu generasi.

13
Uji multi generasi merupakan uji yang tidak hanya menguji organisme induk, tetapi juga
organisme turunannya. Sebuah studi multigenerasi dapat dilakukan, dan seringkali pada studi
segmen III, untuk mengetahui efek bahan kimia pada sistem reproduksi.

Segmen III adalah pemeriksaan toksisitas bahan kimia pada perinatal dan pascanatal. Tes
ini dilakukan dengan pemberian senyawa uji pada tikus sejak usia kehamilan 15 hari selama
persalinan dan menyusui dan menentukan pengaruhnya terhadap berat lahir, kelangsungan hidup,
dan pertumbuhan keturunan selama pertama 3 minggu kehidupan.

1. Segmen I
Biasanya dilakukan pada tikus dengan dua atau tiga level dosis (20 tikus perjenis kelamin
per dosis) bahan kimia uji. Tikus Jantan diberi bahan kimia 60 hari dan betina 14 hari sebelum
kawin. Seluruh populasi diberi bahan kimia kehamilan dan menyusui.
2. Segmen II
Dengan menggunakan dua spesies, termasuk satu spesies nonrodent (biasanya kelinci).
Teratogen paling efektif bila diberikan selama trimester pertama, periode organogenesis. Jadi,
(biasanya 12 kelinci dan 24 tikus atau tikus per kelompok).
3. Segmen III
Tes ini dilakukan dengan pemberian senyawa uji pada tikus sejak usia kehamilan 15 hari
selama persalinan dan menyusui. Lalu, menentukan pengaruhnya terhadap berat lahir,
kelangsungan hidup, dan pertumbuhan keturunan selama pertama 3 minggu kehidupan.

Uji multigenerasi dapat dilakukan setidaknya pada tiga tingkat dosis diberikan kepada
kelompok dari 25 tikus betina dan 25 tikus jantan segera setelah penyapihan (30 sampai 40 hari
umur). Tikus ini disebut sebagai F0 generasi. Dosis berlanjut selama pembiakan (sekitar 140
hari), kehamilan, dan laktasi. Keturunan (F1 generasi) dengan demikian telah terpapar bahan
kimia di dalam rahim, melalui laktasi, dan di dalam pakan setelahnya. Kapan F1 generasinya
sekitar 140 hari, sekitar 25 perempuan dan 25 jantan dibiakkan untuk menghasilkan F2 generasi,
dan administrasi bahan kimia dilanjutkan.

Generasi F2 dengan demikian juga terkena bahan kimia dalam rahim dan melalui laktasi.
Persentase F0 dan F1 induk yang hamil, jumlah kehamilan yang berlanjut sampai bulan penuh,
ukuran anak, jumlah lahir mati, dan jumlahnya kelahiran hidup dicatat. Jumlah kelayakan dan

14
bobot anak dicatat saat lahir dan pada usia 4, 7, 14, dan 21 hari. Indeks kesuburan (persentase
kawin yang menghasilkan kehamilan), kehamilan indeks (persentase kehamilan yang
menghasilkan tandu hidup), viabilitas indeks (persentase hewan yang bertahan hidup 4 hari atau
lebih), dan indeks laktasi (persentase hewan yang hidup pada 4 hari yang bertahan hidup periode
laktasi 21 hari) kemudian dihitung. Gross Nekropsi dan histopatologi dilakukan pada beberapa
induk (F0 dan F1), dengan perhatian terbesar diberikan pada organ reproduksi, dan nekropsi
dilakukan pada semua penyapihan.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teratologi adalah studi tentang cacat yang diinduksi selama perkembangan antara
konsepsi dan kelahiran. Efek bahan kimia pada reproduksi dan perkembangan juga perlu
ditentukan. Toksikologi perkembangan adalah studi tentang efek merugikan pada organisme
berkembang yang terjadi kapan saja selama masa hidup organisme yang mungkin diakibatkan
oleh paparan bahan kimia atau fisik sebelum konsepsi (salah satu orang tua), selama
perkembangan prenatal, atau setelah melahirkan sampai masa pubertas. Toksikologi reproduksi
adalah studi tentang terjadinya efek samping pada pria atau sistem reproduksi wanita yang
mungkin dihasilkan dari paparan agen kimia atau fisik.

Kelainan bentuk dapat berupa kelainan struktur, perilaku, faal dari metabolik yang
terdapat pada waktu lahir dan biasa di istilahkan dengan malformasi kongenital, anomali
16
kongenital atau cacat lahir.Penyebabnya kebanyakan akibat kelainan genetika atau keadaan di
dalam rahim yang menyebabkan posisi janin tidak normal, cairan amnion pecah, atau obat-
obatan tertentu yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan.

Faktor khas yang menyebabkan toksisitas perkembangan adalah radiasi, infeksi, ketidak
seimbangan metabolisme ibu (misalnya alkoholisme, diabetes, defisiensi), obat-obatan (misalnya
obat anti kanker, tetrasiklin) dan bahan kimia lingkungan (misalnya merkuri, timbal dioksin).

3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Jika ada kesalahan dan
kekeliruan pada makalah ini maka kami mohon kritik maupun saran yang sifatnya membangun
dari pembaca demi kesempurnaan kedepannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ayahbunda.co.id. Operasi Pemisahan Jari pada Kasus Sindaktili. Diakses pada 1 Maret 2021,
from:http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Bayi/Gizi+dan+Kesehatan/operasi.pemisahan.jar
i.pada.kasus.sindaktili/001/001/1283/42/2

Casarett and Doull's. 2019. TOXICOLOGY: The Basic Science of Poisons, ninth edition.
United States: Mc Graw Hill Education.

JM Rogers; RJ Kavlock (2001). "Toksikologi perkembangan". Dalam CD Klaassen (ed.).


Toksikologi Casarett & Doull (edisi ke-6). New York: McGraw-Hill. hlm. 351- 386.

News-medical.net. (2019, 26 Februari). What is Dwarfism ?. Diakses pada 1 Maret 2021, from:
http://www.news-medical.net/health/Dwarfism-What-is-Dwarfism-(Indonesian).aspx

Sanjayadi, Sri Noegrohati. (2017). Toksisitas Paraquat terhadap Chlorella sp. dalam Media Air
Laut (Toxicity of Paraquat to Chlorella sp.in Sea Water), Jurnal Farmasi Galenika
(Galenika Journal of Pharmacy), 138-142.

18

Anda mungkin juga menyukai