Anda di halaman 1dari 3

Sejarah

Perkenalan antara Jerman dan Islam bermula dari masa khalifah Harun al-Rashid pada abad ke-8. Dal
am dongeng "1001 malam" al-Rashid dikatakan telah mengembara di jalan-jalan di Baghdad pada m
alam hari dan berpakaian sebagai pedagang untuk belajar tentang kebutuhan rakyatnya. Berbagai su
mber menyebutkan bahwa Charlemagne, pemimpin yang berasal dari Suku Germanic saat itu menjal
in hubungan diplomatik dengan penguasa Abbasiyah ini pada tahun 797 atau 801. Kedua belah pihak
dilaporkan menjamin kebebasan beragama bagi anggota agama lain di kerajaan masing-masing. Fakt
anya, gajah Abul Abbas meninggal pada 810. Ternyata binatang mamalia ini telah dikirim oleh khalifa
h ke Charlemagne di Aachen sebagai tanda persahabatannya. Walau Jerman telah menjalin hubunga
n dengan pemimpin Islam dalam waktu yang telah lama, keberadaan agama Islam di Jerman baru m
ulai pada abad ke-17.[4]
Sejarah Islam di Jerman juga tak terlepas dari hubungan antara Jerman dan Turki. Pada 1683 terjadi
pengepungan Wina yang dilakukan oleh pasukan Kesultanan Ottoman terhadap tentara Austria dan
Polandia di ibu kota Habsburg, Wina. Ini merupakan pengepungan yang kedua setelah pertama kali t
erjadi pada 1529. Saat pengepungan kedua dilancarkan, pasukan pimpinan dari Lorraine dan John So
bieski dari Polandia mampu mengalahkan pasukan Ottoman. Atas kekalahan itu, banyak pasukan Ott
oman yang beragama Islam ditawan dan kemudian dikirim ke Jerman. [5] Itulah yang kemudian menja
di cikal bakal dari keberadaan Islam di Jerman.
Perkembangan Islam di Jerman kemudian berlanjut saat terjadi perang antara Rusia dengan Turki pa
da 1735 hingga 1739. Konflik saat itu didasari dengan keinginan Rusia untuk memperluas wilayah ke 
Laut Hitam.[6]
Akibat perang, tawanan muslim pun bertambah. Pada 1739, 22 orang Turki diizinkan bergabung oleh
Bangsawan dengan Prusia. Begitu pun dengan Muslim Tartar dan Bosnia. Pada 1741 mereka turut be
rgabung dengan Prusia.[1]
Tatkala hubungan antara Prusia dan Kesultanan Ottoman sedang membaik, Jerman membuka pelua
ng bagi sejumlah Muslim untuk tinggal di sana. Salah satunya adalah perwakilan diplomatik Ottoman
yang tinggal di Jerman sejak 1763. Di saat perwakilan diplomatik tersebut meninggal dunia pada 179
8, Raja Friedrich Willhelm III kemudian membuat sebuah pemakaman untuknya. Pemakaman yang te
rletak di Columbiadamm, Berlin tersebut kemudian menjadi pemakaman Islam pertama di Jerman. [1]

Mesjid bersejarah di Jerman

Pada 1779 Jerman membangun Masjid Schwetzingen di dalam kompleks Istana Schwetzingen denga
n rancangan arsitek Prancis, Nicolas de Pigage. Pembangunan masjid memakan waktu selama 15 tah
un, yakni dari 1779 hingga 1796. Meski bertujuan untuk menghormati toleransi, tetapi ada isu yang
beredar bahwa Schwetzingen dibangun sebagai hadiah bagi salah satu istri raja Turki yang beragama
Islam. Isu lain menyatakan bahwa salah satu bangsawan yang hidup di sana pada masa itu memeluk
agama Islam. Kini bangunan masjid tidak lagi digunakan sebagai tempat untuk ibadah, melainkan tel
ah dialihfungsikan sebagai objek wisata dan bangunan bersejarah. Masjid Schwetzingen dapat dikunj
ungi oleh para pengunjung setiap hari kecuali hari Senin.[7]
Selain Schwetzingen, masjid bersejarah lainnya adalah Masjid Berlin Turk Sehitlik Camii atau biasa di
kenal dengan nama Masjid Sehitlik. Bedanya, Schwetzingen telah menjadi 'bekas masjid' namun Sehi
tlik masih difungsikan sebagai tempat ibadah. Masjid Sehitlik dibangun pada 1983. Nama 'Sehitlik' di
ambil dari Bahasa Turki yang berarti Para Syuhada. Itu dikarenakan Masjid Sehitlik berada di areal pe
makaman Sehitlitk 'pemakaman para syuhada', pemakaman Islam tertua di Jerman. Pemakaman Seh
itlik merupakan pemakaman yang diberikan oleh pemimpin Prusia kala itu, Raja Friedrich Willhelm II
I saat perwakilan diplomatik Kesultanan Ottoman, Ali Aziz Effendi meninggal dunia pada abad ke-18.
[8]
Dengan gaya arsitektur Ottoman, masjid yang terletak di Jalan Columbiadamm, Tempelhof, Berlin ter
sebut dirancang oleh arsitek Turki, Hilmi Senalp. Masjid Sehitlik memiliki kubah besar dan dua menar
a lancip dan kompleksnya masih menjadi wilayah diplomatik pemerintah Turki.[8]
Seiring berjalannya waktu, Masjid Sehitlik telah mengalami beberapa kali renovasi sehingga luasnya
pun bertambah. Untuk luas masjid telah mencapai 1.360 meter persegi namun jika digabung dengan
taman dan pemakaman, luas kompleks Sehitlik mencapai 2.805 meter persegi.[8]

Mesjid Raya Koln


Jakarta -

Selain dikenal dengan katedralnya, Kota Cologne atau Koln di Jerman ternyata memiliki sebuah masjid dengan arsitektur yang
indah.

Masjid ini didesain oleh arsitektur Jerman, Gottfried Böhm dan anaknya Paul Böhm. Fakta yang menarik adalah kedua arsitek i
tu biasanya membangun gereja. Mereka memenangkan kontrak membangun masjid pada tahun 2007.

Baca juga: Wajah Akulturasi Budaya pada Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia

Bangunan itu dirancang dengan dinding kaca dan tangga yang dapat diakses dari jalan, melambangkan keterbukaan bagi oran
g dari semua agama. Masjid punya 2 menara berukuran 55 meter dan kubah dari beton dan kaca yang tampak terbuka seperti
kuncup bunga.

Masjid Cologne Foto: Venny Elysa Braun/d'Traveler

Masjid yang dibangun dengan beton dan kaca serta memiliki desain indah ini disebut-sebut sebagai masjid yang terbesar di Er
opa di luar Turki.
Masjid Koln pertama kali diresmikan akhir September 2018 lalu oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Masjid merupakan
salah satu masjid yang dikelola oleh Persatuan Islam Turki untuk Urusan Agama DITIB. Asosiasi ini merupakan asosiasi musli
m Turki terbesar di Jerman.

Anda mungkin juga menyukai