Anda di halaman 1dari 8

PEREKEMBANGAN ARSITEKTUR

“ARSITEKTUR RENAISSANCE”

WILAYAH DAN CARA


PENYEBARANNYA
PETA AWAL PERADABAN RENAISSANCE

Arsitektur Renaissance adalah arsitektur pada periode antara awal abad ke-15 sampai awal abad
ke-17 di wilayah Eropa, ketika terjadi ketertarikan terhadap budaya klasik terutama budaya
Yunani kuno dan budaya Romawi kuno yang disebut Renaissance. Gaya ini pertama kali
berkembang di kota Florence, Italia. Masa Renaissance (masa pencerahan) muncul setelah
melalui masa abad pertengahan atau masa Medieval (Middle Age) yang biasa disebut dengan
masa kegelapan. Disebut demikian karena pada saat itu kurang atau tidak adanya pemikiran-
pemikiran baru, khususnya dalam dunia arsitektur yang menjadikan karya-karya arsitektur
berhenti atau hanya mengolah elemen-elemen detail yang sifatnya dekoratif (seperti Arsitektur
Rococo).
Perkembangan penting pada zaman Renaissance dimulai di Itali pada tahun-tahun
kemunduran abad pertengahan sekitar tahun 1300. Perubahan tersebut adalah paham yang
menaruh perhatian pada masalah dunia, masyarakat yang praktis dan sadar diri serta perubahan
sekuler, ilmu pengetahuan, ketatanegaraan, kesenian, dan keagamaan berkembang dengan baik
di masa Renaissance ini, tidak seperti dimasa sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada
masalah keagamaan terutama agama Kristen sehingga pengaruh otorita seorang pemimpin gereja
sangat kuat.
Periodisasi Arsitektur Renaissance
Menurut pembagian waktunya, arsitektur Reinaissance dibagi menjadi :
1. Quattrocento (1400-1500)
Pada masa ini, konsep dan aturan arsitektur diciptakan. Akibat pembelajaran
tentang arsitektur klasik (arsitektur Yunani dan Romawi) menyebabkan diadopsinya lagi
penggunaan detail dan ornamen arsitektur klasik. Ruang, sebagai elemen arsitektur,
digunakan secara berbeda dibandingkan pada masa abad pertengahan. Ruang diatur
dengan proporsi yang logis, rupa dan ritmenya mengikuti geometri, tidak menggunakan
intuisi seperti pada masa abad pertengahan. Contoh bangunan pada masa ini adalah
Basilica di San Lorenzo di Florence, yang diciptakan oleh Fillipo Brunellschi. (Faith,
2011).
2. High Renaissance (1500-1525)
Pada masa ini, konsep yang diambil dari arsitektur klasik dikembangkan dan
digunakan dengan ke pastian yang lebih besar. Arsitek yang paling terkenal pada masa ini
adalah Bramante (1444-1514) yang memperluas kemungkinan penerapan arsitektur
klasik pada bangunan kontemporer. Bangunan ciptaannya, San Pietro in Montorio,
dibangun dengan bentuk sirkuler mengikuti gaya kuil romawi. (Faith, 2011).
3. Mannerism (1520-1600)
Pada masa ini, para arsitek melakukan eksperimen menggunakan bentuk-bentuk
arsitektural untuk memberikan penekanan hubungan antara ruang dan masif. Contoh
bangunan pada masa ini adalah Villa Farnese atau disebut juga Villa Caprarola. (Faith,
2011).
Akulturasi Budaya
Walaupun berasal dari Italia, namun arsitektur renaissance menyebar ke seluruh Eropa.
Tentunya terdapat penyesuaian yang dilakukan di tiap-tiap negara untuk mengadaptasi bentuk
arsitektur tersebut.
1. Italia
Dapat dikatakan bahwa arsitektur Renaissance berkembang di Italia tanpa transisi dari
gaya sebelumnya sama sekali. Hal ini bisa terjadi karena gaya arsitektur Gothic di Italia
belum memiliki pengaruh yang besar. Gaya arsitektur Renaissance dipelopori oleh
Brunellschi. Awalnya gaya arsitektur ini berkembang di kota Florence, kemudian ke
kota-kota sekitarnya, hingga akhirnya menyebar ke seluruh daratan Italia. Contoh
bangunan Renaissance terkenal di Italia : St. Peter’s Basilica, Basilica of Santa Maria
Novella, Villa Capra la Rotonda. (Faith, 2011).
2. Perancis
Renaissance di Perancis tidak diterima secara langsung seperti Renaissance di Italia.
Penyebab hal ini adalah karena arsitektur Gothic sangat berpengaruh pada Negara
Perancis. Diperlukan sebuah periode transisi hingga akhirnya arsitektur Renaissance
diterima di Perancis. Pada masa transisi ini, bangunan-bangunan memiliki gaya campuran
antara gaya Gothic dan Renaissance. Contoh bangunan dengan gaya seperti ini adalah
Chateau de Chambord. Bangunan ini memiliki jendela dengan gaya gothic, tapi memiliki
ornamen seperti pilaster dan ornamen renaissance lainnya. (Faith, 2011).
3. Belanda
Sama seperti dalam bidang lukisan, arsitektur Renaissance memerlukan waktu yang
lumayan lama untuk dapat diterima di Belanda, selain itu gaya arsitektur ini juga belum
bisa menghapuskan gaya arsitektur Gothic secara keseluruhan. Contoh bangunan pada
masa ini adalah Antwerp City Hall. Akulturasi budaya Belanda pada arsitektur
Renaissance antara lain: penggunaan rumah tinggal berbentuk sempit dan tinggi,
penggunaan “trapgevel” atau gable Belanda, penggunaan dekorasi berupa pediment
diatas pintu dan jendela dengan bentuk lebih tajam dari yang digunakan pada arsitektur
renaissance. (Faith, 2011).
4. Inggris
Arsitektur Renaissance di Inggris mulai dikenal dalam masa pemerintahan Ratu Elizabeth
I. Arsitektur gaya ini dikenali melalui Negara Belanda, sehingga arsitektur Renaissance
di inggris mengadopsi juga gaya arsitektur renaissance Belanda. Arsitektur Renaissance
di Inggris dikenal dengan gaya arsitektur Elizabethan. Gaya bangunan pada masa ini
adalah bangunan tinggi berbentuk persegi, contohnya adalah Longleat House. (Faith,
2011).
5. Skandinavia
Arsitektur Renaissance di Negara-negara Skandinavia dipengaruhi oleh arsitektur
Flemish, contohnya adalah gable yang tinggi seperti pada arsitektur Istana Frederiksborg.
Di Denmark, arsitektur Renaissance berkembang pada masa pemerintahan Fredrick II
dan Christian IV. Gaya arsitekturnya diinspirasikan oleh kastil di Perancis pada masa itu.
Di Swedia, akibat reformasi protestan dan penghentian kekuasaan Gustav Wasa,
pembangunan gereja dan bangunan para bangsawan sempat terhenti. Walaupun begitu
terdapat beberapa contoh bangunan seperti Gripsholm Castle, Kalmar Castle dan
Vadstena Castle yang terkenal karena pencampuran gaya abad pertengahan dan arsitektur
Renaissance. (Smith, 1884).

FUNGSI-FUNGSI BANGUNAN YANG


MENGAPLIKASIKANNYA

TIPOLOGI BANGUNAN :
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK

GEREJA BASILIKA ST. PETRUS DI ROMA (VATIKAN)

Basilika Santo Petrus (bahasa Italia: San Pietro in Vaticano) adalah sebuah basilika utama
Katolik di Kota Vatikan. Bangunan ini merupakan gereja terbesar yang pernah dibangun (dia
meliputi area 23.000 m² dan memiliki kapasitas lebih dari 60.000 jemaat) dan salah satu situs
tersuci dalam umat kristiani. Gereja Santo Petrus merupakan gereja terbesar dan terindah di
dunia yang didirikan di atas makam Rasul Petrus. Setiap orang yang datang ke tempat ini pasti
terkagum-kagum akan keindahan serta kemegahan dari Basilika ini. Konstruksi basilika ini
dimulai pada tahun 1506 dan rampung pada tahun 1626.
Pembangunan gereja Basilika ini mulai tahun 1506, untuk menggantikan sebuah gereja yang
sudah berumur 1200 tahun, yang berdiri diatas makam St. Petrus (Zaman Kristen Awal). Setelah
para arsitek bersaing untuk mengajukan rancangannya, pemenangnya adalah Donate Bramante.
Kemudian para arsitek lainnya seperti Raffaelo dan Michaelangelo berulangkali melakukan
perubahan besar. Ketika Kathedral itu selesai dibangun pada tahun 1623, hanya kubah besarnya
saja rancangan Michaelangelo yang menyerupai rencana asli.
BENTUK PERUANGAN
(POLA DAN FUNGSI
RUANG)
Bentuk gereja ini pada awalnya
mengambil bentuk bangunan
basilika Romawi. Basilika adalah
bangunan yang biasa dipakai untuk
pengadilan atau perniagaan oleh
bangsa Romawi. Bentuk basilika
inilah kemudian ditiru umat
Nasrani sebagai bangunan gereja,
setelah Kaisar Konstantin
memberikan kebebasan terhadap
perkembangan agama Kristen di
Romawi. Kaisar Konstantin yang
menjadi Kaisar Romawi pada 313
Masehi kemudian merombak
bangunan Santo Petrus di Kota Roma. Yang ditiru dari
arsitektur bangunan basilika untuk gereja adalah susunan
ruangnya, seperti ruang tengah, barisan tiang-tiangnya, tempat
memasukkan cahaya dan peninggian lantai. Di dalam bentuk
gereja basilika juga dibuat atrium, berupa ruang terbuka di dalam gedung yang banyak pada
rumah-rumah kaum bangsawan Roma.
Titik yang menjadi focal point di dalam bangunan terletak pada area persembahyangan,
tempat tersebut dinamakan cathedra Petri atau "tahta Santo Petrus" yang saat ini digunakan
sebagai tempat bagi pemimpin peribadatan umat kristiani. Pada exterior terdapat landmark yang
digunakan sebagai penanda kawasan dari Gereja Basilika St. Petrus. Landmark ini dinamakan St.
Peter's Square obelisk yang terdapat di St. Peter's Square dibangun dengan granit merah setinggi
25,5 m, dan terdapat salib pada bagian puncaknya sehingga tingginya mencapai 41 m.
ESTETIKA DAN ORNAMEN

Dalam gereja ini terdapat berbagai hiasan-hiasan di atas kubah-kubah gereja. Kubah gereja
tersebut terdapat fresco-fresco atau lukisan yang indah ciptaan beberapa pelukis terkenal seperti
Michaelangelo yang terkenal sebagai seniman yang lahir di er renaissance.  Karena gereja ini
dibangun pada era renaissance maka, banyak patung dan lukisan-lukisan sebagai pemanis dari
interior gereja tersebut.
Dalam gereja ini terdapat berbagai hiasan-hiasan di atas kubah-
kubah gereja. Kubah gereja tersebut terdapat fresco-fresco atau
lukisan yang indah ciptaan beberapa pelukis terkenal seperti
Michaelangelo yang terkenal sebagai seniman yang lahir di
er renaissance.  Karena gereja ini dibangun pada
era renaissance maka, banyak patung dan lukisan-lukisan sebagai
pemanis dari interior gereja tersebut.

Bukaan pada masa ini datar, atau menggunakan arch semi-sirkuler,


terkadang dapat juga berbentuk elips, tapi hampir tidak pernah ada
yang menggunakan arch berbentuk lancip. Arsitektur bangunan pada
masa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, antara lain bangunan yang
mengandalkan efek dari jendela dan juga bangunan yang
mengandalkan efek dari ornamen seperti cornice, pilaster, dan
kolom-kolom. (Francis, 2013).
Diatas deretan  pilar, berdiri patung-patung besar (orang-orang yang dihormati dalam agama
Kristen) menghadap halaman dalam bentuk oval. Patung tersebut bergaya barok yang dirancang
oleh Bernini puluhan tahun kemudian. Di atas barisan tiang ada 140 patung orang suci, dibuat
oleh sejumlah pematung antara tahun 1662 dan tahun 1703. Di sebelah kanan pintu gerbang
selatan barisan tiang adalah St Makrina, nenek dari ayah Kapadokia, diikuti oleh beberapa
pendiri ordo religius: St Dominikus, Santo Fransiskus, St Bernard, St Benediktus, dan St Ignatius
dari Loyola. Fasad dibagian depan ada 13 patung. Dari kiri, patung-patung tersebut adalah
patung: Tadeus, Matius, Filipus, Tomas, Yakobus anak Zebedeus, Yohanes Pembaptis, Kristus
Penebus (di tengah), Andreas, Yohanes Penginjil, Yakobus, Bartolomeus Muda, Simon dan
Matius. Sedangkan Patung Santo Petrus ada di tempat yang berbeda.

Desain interior gereja Vatikan memiliki interior yang sangat megah dan melambangkan
keagungan Tuhan. Interior gereja vatikan berdesain elegan dan didominasi oleh warna putih.
Didalam gereja tersebut, terdapat banyak patung-patung figure Alkitab. Sesuai dengan namanya,
di dalam gereja Vatikan terdapat patung Santo Petrus dan juga kuburan santo Petrus
 
STRUKTUR KONTRUKSI
DAN MATERIAL

Pada masa ini, barrel vault kembali digunakan. Tidak seperti arsitektur
gothic yang memiliki denah persegi panjang, pada masa renaissance denah
yang digunakan berbentuk persegi atau semi sirkuler.
Pada masa ini juga, kubah sering digunakan sebagai fitur struktural pada
bagian eksterior, dan juga sebagai atap bagi ruangan lebih kecil yang
hanya dapat dilihat di dalam bangunan. Pada abad pertengahan kubah
jarang digunakan, namun setelah digunakan dalam desain milik
Brunelleschi dalam desain Basilica di Santa Maria del Fiore dan juga pada
desain Brahmante untuk St. Peter’s Basilica, kubah menjadi bagian yang
penting dalam arsitektur gereja dan bahkan kemudian menjadi penting
bagi bangunan sekuler, seperti Villa Rotonda milik Palladio.

Dinding dan Kolom


masa Renaissance, dinding eksterior
menggunakan batu atau plesteran sehingga
terlihat halus. Pada masa ini, kolom-kolom
Yunani dan Romawi digunakan kembali,
namun hanya digunakan sebagai hiasan dan
bukan sebagai penopang struktur. Selain
digunakan sebagai kolom, digunakan juga
pilaster dan pedimen.
Tiang dan kepala-kepala tiang basilika
diambil dari gaya tiang tipe Iona dan
Korinthia Romawi. Di atas tiang-tiang
dipasang balok-balok lurus gaya Yunani
(architrave) dengan langit-langit lengkung Romawi. Di bagian atas jendela-jendelanya dibuat
melengkung karena pada masa itu belum dikenal kaca, sehingga sebagai penutup jendela dipakai
papan pualam yang diukir tembus (ajour). Langit-langit dibuat dari kaso-kaso kayu yang
dipasang miring, karena langit-langit gaya Romawi sangat tebal dan berat, tidak kuat ditahan
oleh tiang-riang Romawi yang bentuknya ramping.

Anda mungkin juga menyukai