Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SEJARAH SENI RUPA BARAT

Dosen pembimbing: Dr. Ika Ismurdiyahwati M. Sn

Disusun oleh: Nusantara Prabasiwi/

235409001 (transfer)

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
HUMANIORA

PRODI PENDIDIKAN SENI RUPA


PENDAHULUAN

Sejarah Basilika Santo Petrus dibangun sejak abad ke-4 ketika Kaisar
Konstantinus memutuskan untuk membangun basilika tempat rasul dimakamkan.
Pada 329 pembangunan basilika selesai. Lalu pada 1506, Julius II memulai
pembangunan basilika baru untuk menggantikan yang sudah ada, dengan
menugaskan arsitek Donato Bramante.

Ketika Bramante meninggal pada 1514, karya-karyanya diteruskan ke Rafael Sanzio


dan beberapa proposal dibahas hingga tahun 1521. Rafael meninggal pada 1520 dan
konstruksi dilanjutkan Antonio da Sangallo, yang pada 1538 mengkonkretkan
proyeknya untuk basilika. Setelah kematian Antonio da Sangallo tahun 1546,
pembangunan dilanjutkan Michelangelo Buonarroti. Pembangunan Basilika Santo
Petrus selesai dua puluh empat tahun setelah kematiannya oleh Domingo Fontana
dan Jacobo della Porta.

Selanjutnya Paus Paulus V memutuskan untuk memperluas bangunan gereja ke


depan. Sejak kematian Maderno pada 1629, Bernini bertanggung jawab atas dekorasi
interior seluruh gereja Basilika Santo Petrus yang memberikan penampilannya saat
ini.Pada 18 November 1626, Paus Urbanus VIII meresmikan Basilika St. Petrus di
saat pembangunannya hanya menyisakan beberapa detail kecil yang belum selesai.
Secara keseluruhan, pembangunan Basilika Santo Petrus sesuai dengan
penampilannya saat ini membutuhkan waktu sekitar 120 tahun, yakni antara 1506-
1626

PEMBAHASAN

Yang ditiru dari arsitektur bangunan basilika untuk gereja adalah susunan ruangnya, seperti
ruang tengah, barisan tiang-tiangnya, tempat memasukkan cahaya dan peninggian lantai. Di
dalam bentuk gereja basilika juga dibuat atrium, berupa ruang terbuka di dalam gedung yang
banyak dibuat pada rumah-rumah kaum bangsawan Roma, ini juga seperti Toko
Buku Selexyz Dominicanen yang terletak di kota Maastricht, provinsi Limburg, Belanda ini
merupakan sebuah bekas gereja kuno yang dibangun pada tahun 1294.

Bentuk Arsitektur Basilika Santo Petrus

Tiang dan kepala-kepala tiang basilika diambil dari gaya tiang tipe Iona dan Korinthia Romawi.
Di atas tiang-tiang dipasang balok-balok lurus gaya Yunani (architrave) dengan langit-langit
lengkung Romawi. Di bagian atas jendela-jendelanya dibuat melengkung karena pada masa
itu belum dikenal kaca, sehingga sebagai penutup jendela dipakai papan pualam yang diukir
tembus (ajour). Langit-langit dibuat dari kaso-kaso kayu yang dipasang miring, karena langit-
langit gaya Romawi sangat tebal dan berat, tidak kuat ditahan oleh tiang-riang Romawi yang
bentuknya ramping.

Gereja dengan bentuk basilika biasanya dilengkapi ruang persegi empat (atrium) yang dikitari
tiang-tiang. Di tengah-tengahnya dibuat kolam tempat menyucikan diri. Beranda atau teras
bertiang yang dihubungkan dengan beranda depan disebut narthex. Di kemudian hari, kolam
dan narthex ditiadakan, karena dianggap tidak terlalu penting dan tempat ini dijadikan satu
ruang saja. Narthex digunakan sebagai tempat untuk orang yang telah dibaptis, tetapi belum
boleh masuk ke dalam gereja. Bagian dalam basilika dibagi barisan tiang-tiang membentuk
tiga atau lima ruangan.

Bangunan setengah lingkaran (apsis) yang biasa dipakai sebagai tempat hakim Romawi,
dijadikan tempat paduan suara pendeta. Altar yang dikelilingi kursi berjejer setengah
lingkaran, digunakan untuk biskop dan pendeta tertua. Altar tersebut diberi langit-langit
kebesaran di atas tiang-tiang (ciborium). Di bagian tengah gereja basilika terdapat tempat
penyanyi paduan suara yang terbuat dari batu pualam dan dilengkapi mimbar untuk tempat
membaca kitab suci. Sedangkan menara tempat menggantung lonceng besar (companile)
dan ruang pembaptisan (baptisterium) merupakan ruang tambahan yang dibangun terpisah
dari bangunan induk.

Memasuki abad ke-15 ketika Eropa memasuki zaman renaissance, banyak terjadi
penyalahgunaan kedudukan pemimpin keagamaan. Karena itulah dominasi Gereja Roma
mendapat tentangan kaum reformis yang dipimpin oleh Martin Luther, yang kemudian
menimbulkan Gereja Protestan. Dalam persaingan antara Gereja Katholik Roma dengan
kaum reformis di Eropa barat, Paus Julius II kemudian membongkar Gereja Santo Petrus dan
melakukan sayembara perencanaan Gereja Santo Petrus yang baru.

Dalam sayembara tersebut, denah rancangan arsitek Bramante terpilih sebagai denah baru
Gereja Santo Petrus. Denahnya berbentuk persegi, pengembangan dari bentuk Salib Yunani.
Tetapi karena Paus Paulus II terburu wafat, perencanaan gereja kebesaran ini kemudian
dikembangkan lagi. Sekitar enam orang arsitek telah ikut turun tangan merancang Gereja
Santo Petrus, sebelum arsitek terkenal zaman renaissance, Michelangelo, mengubah
denahnya.

Sebagian besar rancangan Santo Petrus dikerjakan oleh Michelangelo dari 1545 s.d. 1564,
yang denahnya dikembangkan dari Salib Romawi. Setelah Michelangelo melakukan
perubahan rancangan, masih dilakukan perubahan lagi sebanyak dua kali oleh 2 orang
arsitek, sampai mendapatkan bentuk Gereja Santo Petrus yang sekarang. Sedangkan
rancangan beranda dan halaman muka Gereja Santo Petrus dikerjakan oleh Lorenzo Bernini
(1598-1680). Kubah Gereja Santo Petrus baru dibangun sesudah meninggalnya
Michelangelo.

Arsitek-arsitek Zaman renaissance nampaknya lebih menyukai bentuk rancangan


melebar seperti istana, dibandingkan dengan bentuk vertikal dalam gaya Gothic. Sebab,
Zaman renaissance banyak memperhatikan antroposentris, sifat humanis, individualis,
kehidupan dipandang secara optimis, penuh percaya diri, sehingga para arsitek pun
menghadapi kehidupan ini dengan penuh kegairahan. Karena itulah ukuran-ukuran Gereja
Santo Petrus ini semuanya menjadi serba raksasa. Lebar tampak depannya saja menjadi 117
meter, tinggi 50 meter, luas bangunan sekitar 21.000 meter persegi dan tinggi kubahnya
melebihi 130 meter.

Gereja Basilika Santo Petrus kini telah menjadi peninggalan karya arsitektur gereja
yang monumental dan megah. Gereja ini telah merekam sejarah arsitektur, dari Zaman
Basilika sampai Zaman renaissance yang kemudian melahirkan gaya Barok. Dalam
arsitektur renaissance, denah bangunan sangat terikat pada dalil-dalil yang sistematik, seperti
bentuk simetri, kejelasan dan teraturan bentuk. Teknik konstruksi yang rumit dihindari. Kubah
arsitektur renaissance merupakan ciri khas yang menyolok, yang banyak diterapkan pada
bangunan-bangunan gereja. Kubah ini merupakan bentuk baru yang dibangun di atas
bangunan yang berbentuk silinder, yang menjadi bagian penting dengan hiasan-hiasan tiang,
jendela-jendela, dan sebagainya.

KESIMPULAN

Bagian tengah yang mengarah ke kubah pusat berada di tiga teluk, dengan dermaga yang
menopang lemari besi barel, yang tertinggi dari gereja mana pun. bagian tengah
Gereja dibingkai oleh sebuah lorong lebar yang memiliki sejumlah kapel di atasnya. Ada juga
kapel yang mengelilingi kubah. Jika kita bergerak mengelilingi basilika searah jarum jam, kita
menemukan: Baptisterium, Kapel Maria dipersembahkan ke Bait Allah, Kapel Paduan Suara
yang lebih besar, altar Transfigurasi, Kapel Klemens dengan altar Santo Gregorius, Pintu
Masuk Sakristi, Altar Kebohongan, transept kiri dengan altar ke Penyaliban Santo
Petrus, Santo Yusuf dan Santo Thomas, altar Hati Kudus, Kapel Madonna of Column, altar
Santo Petrus dan Lumpuh, apse dengan Takhta Santo Petrus, altar Santo Petrus
mengangkat Tabitha, altar St. Petronilla, altar Malaikat Tertinggi Mikhael, altar Navicella,
transept kanan dengan altar Santo Erasmus, Santo Processo dan Martiniano, dan Santo
Wenceslas , altar Santo Hieronimus, altar Santo Basilius, Kapel Gregorian dengan
altar Bunda Maria Penolong Abadi, Kapel Sakramen Kudus yang lebih besar, Kapel Santo
Sebastianus dan Kapel Pietà. Monumen, searah jarum jam, terdiri dari: Maria Klementyna
Sobieska, The Stuarts, Benediktus XV, Yohanes XXIII, Santo Pius X, Paus Inosensius VIII,
Leo XI, Inosensius XI, Pius VII, Pius VIII, Alexander VII, Alexander VIII, Paulus III, Urbanus
VIII, Klemens X, Klemens XIII, Benediktus XIV, Santo Peter (Patung Perunggu), Gregorius
XVI, Gregorius XIV, Gregorius XIII, Matilda dari Canossa, Inonsensius XII, Pius XII, Pius XI,
Christina dari Swedia, dan Leo XII . Di jantung basilika, di bawah altar tinggi, adalah Confessio
atau Kapel Pengakuan, mengacu pada pengakuan iman oleh Santo Petrus, yang menjadi
latar belakang kemartirannya. Dua tangga marmer melengkung mengarah ke kapel bawah
tanah ini di tingkat gereja Konstaninian dan tepat di atas tempat pemakaman Santo Petrus.

Seluruh interior Basilika Santo Petrus didekorasi dengan mewah dengan marmer, relief,
patung arsitektural. Basilika berisi banyak makam paus dan orang terkenal lainnya, banyak di
antaranya dianggap sebagai karya seni yang luar biasa. Ada juga sejumlah patung di ceruk
dan kapel, termasuk Pietà karya Michelangelo. Fitur utamanya adalah baldachin, atau kanopi
di atas Altar Kepausan, yang dirancang oleh Gian Lorenzo Bernini. Apse memuncak dalam
ansambel pahatan, juga oleh Bernini, dan berisi Takhta Santo Petrus yang simbolis.

Gereja Santo Petrus dapat dikatakan sebagai karya arsitektur gereja hasil pandangan
intelektualitas arsitek-arsitek renaissance, yang telah membuat pembagian denah dan
pembagian detail-detail tampak bangunan yang teratur, sehingga keindahan arsitekturnya
dapat dimengerti melalui pikiran yang tenang dan teratur.

LAMPIRAN
SUMBER REFERENSI

https://ilmupengetahuan.org/arsitektur-basilika-santo-petrus/

https://www.headout.com/blog/inside-st-peters-basilica/

https://news.detik.com/internasional/d-6493309/sejarah-basilika-santo-petrus-lokasi-
pemakaman-paus-benediktus-xvi

https://news.detik.com/internasional/d-6493309/sejarah-basilika-santo-petrus-lokasi-
pemakaman-paus-benediktus-xvi

Anda mungkin juga menyukai