Anda di halaman 1dari 16

ARSITEKTUR BYZANTIUM

330 – 1453

1. SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR BYZANTIUM

Byzantium pada mulanya merupakan daerah bagian Timur dari kerajaan Romawi. Pada
waktu pemerintahan Raja Constantin Besar antara tahun 312 - 337, pusat kerajaan
dipindahkan dari Romawi Timur ke Byzantium ( Constantinopel ). disini Kaisar Constantin
Besar mendirikan ibu kota yang lepas dari Roma.

Letak Byzantium Constantinopel sangat menguntungkan karena terletak pada


persimpangan jalan lalu lintas dari Timur ke Barat dan sebaliknya. Puncak ketinggian karya
arsitektur Byzantium ialah ketika jaman pemerintahan kekaisaran JUSTIANUS pada tahun
527 - 565, yang telah memerintahkan membangun HAGIA SOFIA yang didirikan antara
tahun 532 - 537 oleh arsitek TSODORUS dari Milote dan ANTHEMIUS dari Tralles,
keduanya dari Asia Kecil.
Di Constantinopel, Raja Constantin Besar memiliki kebebasan mengawasi Gereja
langsung dibawahnya dan lepas dari kekuasaan Paus di Roma. Akhirnya terjadilah pemisahan
kekuasaan Gereja pada tahun 1054 dan terbentuklah Gereja Roma dan Gereja Constantinopel.
Gereja Roma biasa disebut Gereja Latin, sedangkan Gereja Constantinopel biasa disebut
Gereja Greek ( Yunani ).
Gaya Arsitektur Byzantium yang bermula pada abad VI ini, tumbuh dari berbagai dasar dan
akar kebudayaan.
1. Gaya klasik seni Romawi-hedonis yang tidak berbau keagamaan
2. Budaya pembuatan makam bawah tanah gaya gereja Kristen-Romawi dari abad II – III
3. Banyaknya pembangunan gereja Kristen kuno di Yunani
Karya bangunan Kristen yang paling tua adalah pembaptisan dan kapel makam. Ruang
kebaktian pada kedua jenis kapel ini menuntut bentuk bangunan yang memusat, karena pada
awal masa kristiani, pembaptisan dilakukan dengan memasukkan seluruh tubuh si bayi ke
dalam bak pembaptisan. Aturan penataan ruang yang memusat ini, bila kita perhatikan,
merupakan gaya pengaturan pemandian Romawi (Therme).
Pada kapel makam susunan memusat merupakan tuntutan yang mutlak, karena adanya
peti jenazah yang harus diletakkan di pusat ruang. Tetapi pada dasarnya, penempatan meja
altar di pusat ruang merupakan hal yang sulit, bila harus diperhitungkan juga logika arsitektur
kuil bulat denga relung yang terletak pada dinding belakang dan persis berhadapan dengan
jalan masuk sebagai bagian bangunan yang paling suci dan tidak boleh terhalang oleh apapun.
Penempatan meja di pusat ruang akan membuat aturan untuk bangunan suci ini seperti
dikesampingkan. Walaupun demikian, gaya ini kemudian cirri khas gaya gereja orthodox
Yunani.
Masih ada satu ciri lagi yang tidak boleh lepas dari perhatian kita, yaitu bahwa dalam
agama kuno, ketika dewa-dewa masih dipuja dan disembah, upacara keagamaan dilakukan di
alam terbuka, dibagian luar kuil. Oleh sebab itu, bentuk arsitektur luar yang indah bagi rumah
para dewa ini menjadi suatu tuntutan yang mutlak. Sebaliknya dalam agama Kristen,
bangunan gereja merupakan ruang pertemuan dan perkumpulan bagi orang-orang beriman,
sehingga ruang dalam mempunyai arti yang penting dan mutlak untuk dihias dan diperindah
dengan lukisan-lukisan dan mosaik beraneka ragam.

1.2 KARAKTERISTIK ARSITEKTUR


Constantinopel merupakan kota yang mempunyai bangunan-bangunan yang bukan terdiri
dari batu yang baik. Hal ini dikarenakan bahan bangunan lokal yang terdapat pada saat itu
adalah batu bata dan semen. Pada tempat-tempat tertentu saja digunakan bahan batu alam.
Karakteristik dari bangunan Byzantium adalah mengkomatruser atap gereja dengan satu
kubah, karena kubah dianggap sebagai simbol-simbol dari kekuasaan JME. Persoalan yang
dihadapi adalah menutup atap dengan kubah, dengan denah berbentuk bujur sangkar. Bagi
bangsa Byzantium, persoalan ini menimbulkan kesulitan-kesulitan. Konstruksi kubah
sebelumnya telah didapat dari peninggalan arsitektur Romawi, dimana pada arsitektur
Romawi berkembang bermacam-macam konstruksi lengkung / busur. Konstruksi lengkung di
Romawi biasanya diatas denah yang berbentuk lingkaran. Sedangkan yang ditiru oleh bangsa
Byzantium adalah bangunan kubah dengan denah bujur sangkar dari bangsa Sasenide yang
bertempat tinggal di sebelah Timur.
Bangsa Sasenide ini pernah membangun kubah-kubah diatas denah bujur sangkar, tetapi
ukurannya sangat kecil. Bangsa Byzantium berhasil mengembangkan konstruksi kubah yang
dapat mencakup ruang-ruang yang sangat luas. Gereja yang paling besar dengan konstruksi
kubah misalnya GEREJA HAGIA SOFIA di Constantinopel. Konstruksi dari gereja ini
sebenarnya merupakan perkembangan dari konstruksi kubah Byzantium. Bagian gereja ini
mempunyai suatu keistimewaan yang kemudian ditiru untuk membangun gereja-gereja
lainnya.

1.3 GEREJA HAGIA SOPHIA


Mula-mula Raja Constantin mendirikan gereja dengan bentuk Basilica untuk
memperingati kemerdekaan/kebebasan (wisdom). Pada tahun 404, gereja Basilica ini
terbakar, kemudian dibangun kembali tapi terbakar lagi. Tahun 532 dimulai pembangunan
Hagia Sophia yang sekarang dan dipimpin oleh arsitek Anthonius dari Tralles. Pada tahun 534
arsitek Anthonius wafat dan pembangunan dilanjutkan dengan pimpinan Isodorus.
Pembangunan baru selesai pada tahun 537.
Gereja Hagia Sophia, merupakan karya terbesar dari masa Byzantium, yang berada di
Konstantinopel. Gereja ini dibangun selama 5 tahun pada masa pemerintahan Justinianus I
(483-565). Bentuk denah gereja Hagia Sophia ini hampir menyerupai bujur sangkar dan
berukuran 81X70 M dengan serambi ganda di sebelah Barat, serambi bagian dalam menyatu
dengan atrium. Ruang tengahnya mempunyai panjang dua kali lebarnya dan dengan kubah
utama diapit oleh dua buah bentuk setengah kubah, terletak pada as memanjangnya,
membelah ruang tengah dari bagian Timur ke Barat .
Diameter kedua setengah kuba ini sama besarnya dengan diameter kubah utama yang
terletak di tengah . disekeliling setengah kubah ini, dibuat tiga buah bentuk setengah kubah
lagi yang lebih kecil. Sudut ruang kubah yang berbentuk bujur sangkar ini, ditandai dengan 4
buah pilar yang tingginya 23 M dan menyatu dengan arkadenya. Bidang diantara kubah dan
setengah kubah ditutup dengan tembok berbentuk segitiga melengkung, identik dengan ruang
kosong yang tersisa, sehingga bagian dalamnya berbentuk lengkungan yang serasi dengan
bentuk keseluruhan kubah dan langit-langitnya. Bagian ini disebut pendentif.
Agar supaya kubah kubah ini bisa terlihat dengan jelas dari dalam, maka dibaut jendela
disekeliling batas lingkaran kubah utammanya, sehingga sinar bisa masuk dengan leluasa.
Bila semua jendela ini dibuka, maka tampaklah bentuk keseluruhan kubah dengan jelas.
Langit-langitnya yang melengkung juga akan membiaskan cahaya yang masuk kesemua arah
dan menerangi seluruh ruangan. Pengaturan susunan ruang pada gereja Hagia Sophia yang
menggabungkan bentuk bangunan memusat dengan gaya memanjang ini mengilhami
perencanaan bangunan gereja lainnya.
Gereja yang selama keberadaannya pada masa pemerintahan Justinianus I telah member
ciri khas pada gaya bangunan gereja Apostolik di Konstantinopel ini, pada tahun 1643 rusak
total. Tetapi bentuk denahnya masih bisa dilihat pada dua buah gereja di negara Barat yang
memang dibangun dengan mencontoh gaya gereja Hagia Sophia, yaitu gereja St.Marco di
Vevezia (1063) dan gereja St.Front di kota Periueux, Prancis (1122).
Permasalahan yang ada pada Gereja Hagia Sophia ini adalah :

a. Menutup ruangan yang mempunyai panjang lebih kurang 91 meter dengan konstruksi
kubah.
b. Beban dari kubah utama (callote) didukung oleh 4 buah tiang yang masing-masing
dimensi tiang adalah 5,9 x 7,2 meter, dengan tinggi 23 meter.
c. Denah lingkaran, garis tengah 1,32 meter dengan tinggi bangunan dari lantai ke puncak
kubah adalah 54 meter.
d. Bagian bawah kubah diberi lubang-lubang jendela sebanyak 40 buah.
e. Gaya-gaya kesamping didukung oleh konstruksi-konstruksi pendukung tertentu, seperti
pada arsitektur Gothik.
f. Bangunan Hagia Sophia ini dibangun dengan memperhitungkan kemungkinan-
kemungkinan gempa bumi, tetapi pada tahun 558 callote roboh. Kemungkinan
dikarenakan didalam pelaksanaannya terlalu tergesa-gesa. Kemudian gereja ini didirikan
kembali dan bertahan sampai sekarang. Keadaan kompleks gereja pada saat ini telah
ditambah beberapa menara disekitar gereja.

GAMBAR PENAMPANG / POTONGAN GEREJA HAGIA SOPHIA

RUANG DALAM ( INTERIOR )


Ruang dalam pada Gereja Hagia Sophia ini banyak terdapat hiasan-hiasan yang dibuat dari
mozaik.
INTERIOR GEREJA HAGIA SOFIA

RUANG LUAR BANGUNAN ( EKTERIOR )


Keadaan kompleks gereja telah dibangun menara-menara tambahan, sehingga merupakan
suatu tempelan-tempelan yang kesannya kurang teratur komposisi masanya.

TAMPILAN EKSTERIOR GEREJA HAGIA SOFIA

4.4 GEREJA ST. MARCO DI VENEZIA : ITALIA (1063-1094)

Byzantium merupakan bukti dari perkembangan dan kekuasaan Venesia, sebuah kota
pelabuhan yang mengubungkan jalur pelayaran dan perdagangan antara Byzantium dengan
Negara-negara Timur. Disana dibangun gereja St. Marco yang merupakan gereja dengan
gaya arsitektur Byzantiun yang paling indah dan paling besar di wilayah Barat.
Seperti pada gereja Apostolic di Konstantinopel, gereja St. Marco juga mempunyai denah
yang berbentuk Salib Yunani. Sayap bangunannya yang bertingkat menglilingi seluruh
bangunan dan menjadi dasar tempat meletakkan kelima kubahnya yang berukuran sama
besarnya. Arsitektur luarnya banyak dipengaruhi oleh gaya Romawi. Akan tetapi, ruang
dalamnya betul-betul mempunyai cirri khas gaya Byzantium, yaitu dihias secara mewah
dengan berbagai barang berharga, beraneka warna dan beraneka ragam.
Dasar tiangnya yang berbentuk seperti mangkok dibuat dari lempengan marmer dan
kapitelnya yang dilapis emas , memahkotai tiang-tiangnya yang berwarna-warni. Dari lantai
sampai ke langit-langit, lis-lis pada arkadenya serta bagian dalam kubah sarat dengan mosaic
yang terbuat dari emas. Sehingga keindahan ruang tersebut seperti dongeng dari Timur yang
tak terkatakan indahnya. Kesemuanya itu membuat bentuk dasar arsitekturnya yang besar dan
padat, tidak lagi terlihat dan membebani perasaan.

DENAH GEREJA ST. MARCO : VENESIA


PENAMPANG GEREJA ST. MARCO TAMPILAN GEREJA ST. MARCO

RAGAM KEPALA PILAR GAYA BYZANTIUM

Bentuk-bentuk bagian atas pilar : 1,2 St. Vitale-Revena


3,4,5 St. Marco, Venedig 6,7,8 Hagia Sopia, Konstantinopel

1.5 RAGAM HIAS DAN ORNAMEN GAYA ARSITEKTUR BYZANTIUM

Ornamen bentuk spiral dari Irlandia dan


Salib pada sebuah rumah di Syria
Kursi dari zaman Byzantium yang diberi nama Dagobert

Peti mati dari batu di Ravenna Hiasan tonjolan horizontal pda atap atau jendela
di Kaib (Luzeh)

Lisplank berukir pada balok-balok gereja Yohanes di Konstantinopel


Ornamen berbentuk roda Lombardia

Hiasan kepala pilar gereja Hagia Tembok serambi dari batu dipahat dari abad
VI di Ravenna

Anda mungkin juga menyukai