Arsitektur
Kebudayaan
Byzantium
NAMA : M. NOVALDI RAMADHAN
NIM : 142022007
DOSEN PENGAMPU :
RENY KARTIKA SARY, S.T.,M.T.
Sejarah
Pada tahun 285 Masehi, Kaisar Diocletian membagi Kekaisaran Romawi menjadi dua bagian, yaitu
Kekaisaran Romawi Barat (dengan ibu kota di Milan) dan Kekaisaran Romawi Timur (dengan ibu kota di
Nikomedia, kemudian Konstantinopel). Pembagian ini dilakukan untuk memudahkan pemerintahan yang
semakin kompleks.
Kaisar Konstantinus Agung memindahkan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur ke Byzantium, yang
kemudian dinamakan Konstantinopel (sekarang Istanbul) pada tahun 330 Masehi. Ini menjadi perubahan
penting dalam sejarah Kekaisaran Romawi Timur.
Selama periode awal Byzantium, Kekaisaran Romawi Barat mengalami keruntuhan yang cepat. Sementara
itu, Byzantium mampu mempertahankan diri dan tumbuh menjadi kekaisaran yang kuat, menjaga warisan
Romawi dalam berbagai aspek kehidupan.
Puncak kejayaan Byzantium terjadi selama masa pemerintahan Kaisar Justinian I (527-565 Masehi). Ia
memulai kampanye militer yang berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah yang hilang di Barat,
termasuk Italia, Sisilia, dan wilayah-wilayah di Afrika Utara. Selama pemerintahannya, Hagia Sophia, gereja
megah yang masih berdiri hingga sekarang, juga dibangun.
Pada abad ke-7 Masehi, Kekaisaran Byzantium menghadapi invasi Arab yang mengancam Konstantinopel.
Mereka juga berhadapan dengan serangan dari bangsa Turki, terutama bangsa Seljuk dan kemudian bangsa
Ottoman. Pada tahun 1453, Konstantinopel jatuh ke tangan bangsa Ottoman di bawah kepemimpinan
Mehmed II, yang menandai berakhirnya Kekaisaran Byzantium.
Aspek Kehidupan
Kehidupan: Kehidupan sehari-hari di
Byzantium sangat dipengaruhi oleh agama
Kristen Ortodoks. Kekaisaran ini memiliki
banyak gereja dan monasteri, dan ibadah
dan perayaan agama adalah bagian
penting dari rutinitas harian. Masyarakat
Byzantium juga terlibat dalam berbagai
aktivitas ekonomi seperti perdagangan dan
manufaktur, dan Konstantinopel (sekarang
Istanbul) adalah pusat perdagangan utama
di wilayah tersebut.
Aspek Kepercayaan
Kepercayaan: Agama Kristen Ortodoks
adalah agama utama di Byzantium, dan
Gereja Ortodoks memiliki peran besar
dalam kehidupan masyarakat. Kaisar
adalah pemimpin gereja dan negara, dan
agama menjadi bagian integral dari
kehidupan sehari-hari. Pemahaman akan
teologi dan doktrin Kristen menjadi bagian
penting dari budaya masyarakat.
Masyarakat Byzantium juga terlibat dalam
praktik doa, puasa, dan ibadah lainnya.
Aspek sosial budaya
Sosial Budaya: Masyarakat Byzantium terdiri
dari berbagai lapisan sosial, dengan kelas
atas yang terdiri dari aristokrasi dan birokrat
tinggi, dan kelas pekerja yang terdiri dari
petani dan pekerja buruh. Seni dan budaya
memiliki peran penting, dengan seni mozaik
dan arsitektur katedral yang menggambarkan
tema-tema agama menjadi elemen penting
dari budaya visual. Selain itu, teks-teks
sastra Yunani klasik juga dipelajari dan
dipelihara, dan karya sastra yang lebih baru
seperti karya-karya sejarah dan filsafat juga
sangat dihargai.
Karakteristik
Kubah dan Kubah Separuh: Salah satu karakteristik paling ikonik
arsitektur Byzantium adalah penggunaan kubah dan kubah separuh. Dalam
arsitektur gereja, kubah sering digunakan untuk menandai ruang utama
atau altar. Kubah-kubah ini memiliki ciri khas bentuk setengah bola dan
sering dihiasi dengan mozaik indah.
Jendela Lonjong dan Motif Salib: Bentuk jendela lonjong dengan motif
salib adalah salah satu bentuk khas dalam arsitektur Byzantium. Hal ini
menciptakan efek cahaya yang indah dan menghadirkan simbol agama
Kristen ke dalam desain.
Konsep Struktur
Penggunaan Bahan Tahan Lama: Bangunan Byzantium
dibangun dengan bahan-bahan tahan lama seperti batu bata
dan beton. Struktur ini dikenal akan ketahanannya, yang
memungkinkan bangunan-bangunan Byzantium bertahan
hingga saat ini.