Oleh Kelompok V
210406086 Arya Jordanta Ginting
210406087 Nimrod Pieter Tampubolon
210406088 Dea Putri Azhari Hasibuan
210406089 M Alliful Haq Syahrin Pasaribu
210406090 Carla Tantheo
210406091 Najwa Az-zahra
210406092 Jesselyn Yap
Pengaruh Yunani pada Arsitektur Romawi dan Kristen Awal masih sangat
jelas terlihat pada order yaitu konstruksi terdiri dari kolom dan balok yang
dihias (entablature). Yang paling banyak digunakan adalah order korintien.
Hiasan geometrik, juga mulai dikembangkan pada jaman ini antara lain
pada lantai, dinding, ukiran pada pintu dan jendela.
MASA KRISTEN AWAL
Masa Kristen Awal
Perkembangan arsitektur dimulai pada tahun 313 M ketika Kristen menajdi
agama yang legal oleh Kaisar Konstantin dengan meluluskan Edict of
Toleration yang memungkinkan penyebarluasan Kristen. Sehingga mulai dari
kegiatan pemerintahan, ilmu pengetahuan, seni hingga arsitektur abad
pertengahan dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen dan dimanfaatkan untuk
kepentingan religi.
Pada awalnya tempat peribadatan berupa gereja-gereja dibuat menggunakan
desain yang disebut dengan Basilika. Merupakan bangunan arsitektur
peninggalan Romawi kuno yang ketika itu berfungsi sebagai pengadilan.
Bentuk dasar denah Basilika adalah segaris “linier” yang berbasis pada tiga
ruang yaitu tengah “nave” dan diapit oleh kedua sisi “aisles” serta dipisahkan
oleh kolom-kolom. Sehingga dapat disimpulkan bahwa awal arsitektur Kristen
adalah perakitan arsitektur Romawi.
KRISTEN AWAL (ABAD 3-7)
Seni pada masa ini merupakan kelanjutan dari
seni rupa kuno, romawi dan byzantium. Pada
awalnya, Kristen menolak adanya
penggambaran pola-pola dekoratif yang
menggambarkan hal-hal yang bersifat agamis
dan spiritualis. Setelah abad ke empat, dibawah
pengaruh imperialisme, awal arsitektural
Kristen sangat dipengaruhi oleh gaya kerajaan
Romawi, yaitu bangunan berskala
monumental. Gedung-gedung gereja dibagi
menjadi dua tipe; hall yang berbentuk
longitudinal-Bassilica; bangunan terpusat-
mausoleum atau tempat pembaptisan.
Ciri-ciri Arsitektur pada masa kristen awal
temboknya tebal, bangunannya tidak terlalu
tinggi,atapnya melengkung membentuk
kubah setengah lingkaran,ruang- ruangnya
gelap dan pada dindingnya ada sedikit
ukiran. Ukiran itu berupa gambar- gambar
binatang, gambar dedaunan, malaikat dan
orang- orang suci.
ukiran gaya fresco yang sangat sederhana.
Pilar- pilarnya sangat besar.
Bentuk-bentuk denahnya sangat terikat oleh
dalil-dalil yang sistematik, yaitu bentuk
simetris, jelas dan teratur dengan teknik
konstruksi yang bersahaja.
arsitektur ditangani dengan menggunakan
daya nalaratau pikiran yang rasional.
Sejarah Perkembangan Masa Kristen
Awal
Secara keseluruhan, masa perkembangan Kristen
Awal terbagi menjadi 3
periode, antara lain:
a. Periode Pengerjaran (0-285 M)
b. Periode Pengakuan (285 M-395M)
c. Perpecahan Kekaisaran Romawi (395 M)
Denah
Denah pada arsitektur Byzantium berbentuk
segiempat polygonal yang ditutup dengan atap
kubah. Kubah kecil tersusun mengelilingi kubah
utama, sehingga memiliki bentuk arsitektur
memusat/simetris.
Kolom bangunan
Kolom-kolomnya konstruktif, dengan kepala
tiang bergaya korintia/komposit.
Contoh penerapan Arsitektur Kristen Lama
(Byzantium)
Justinian I Theodora
Tampak depan
Potongan
Dimensi Memusat
2. Gereja basilika Santo Petrus
Berlokasi di Vatikan, Roma.
Denah
Denahnya segi empat, terdiri dari bagian utama dan bagian peralihan
berupa atrium dikelilingi oleh portico , yang denah keseluruhan juga
segi empat.
Bentuk denah segi empat merupakan ciri khas paling utama dari
gereja-gereja tipe Basilika. Selain itu, gereja basilikan memiliki kolom-
kolom yang dipasang dengan jarak yang lebar menjaga entablaur
ataupun pelengkung untuk mendapatkan bentangan yang lebih lebar.
Pemasangan kolom-kolom ini hampir terdapat pada keseluruhan
bagian gereja, seperti pada di sepanjang portico dan narthex, serta
untuk pemisah antara nave dan aisle.
Denah :
Gereja-gereja Basilika memiliki denah berbentuk segi empat dengan pembagian ruangan menjadi dua
bagian bangunan, yaitu bagian utama dan bagian peralihan.
Bagian peralihan terdiri dari atrium, yang merupakan halaman depan gereja yang dikelilingi oleh
portico, yaitu semacam gang yang satu sisinya berupa deretan kolom yang terbuka ke arah atrium dan
sisi lainnya berupa dinding. Sebelum masuk ke bagian utama gereja, terdapat narthex, gang yang
menjadi perantara bagian peralihan dan bagian utama dari suatu gereja masa Kristen Awal. Selain itu,
di tengah-tengah atrium, terdapat air mancur (atau biasanya berupa bak pembersihan yang disebut
dengan cantharus, digunakan untuk upacara ritual pembersihan yang dilaksanakan di atrium suatu
gereja pada masa Kristen Awal. Sebelum masuk ke atrium, terdapat 2 menara kembar yang mengapit
pintu masuk. Gerbang masuk ini dapat dicapai dengan melalui tangga yang lebarnya hampir selebar
gereja.
Pada waktu ini, Nekropolis dilindungi oleh hukum dan tidak dapat diganggu oleh masyarakat.
Bagaimanapun, Kaisar Konstantin I memutuskan untuk membangun basilika, yang terletak
persis diatas makam Santo Peter. Untuk mendapatkan jumlah lahan yang cukup untuk
rencana pembangunan, Kaisar Konstantin I menggali sebagian nekropolis di Bukit Vatikan,
yang dapat dilihat pada gambar. Hal ini menyebabkan nekropolis menjadi penuh dengan
tanah dan sisa bangunan, dengan pengecualian makam Santo Petrus yang terawetkan.
Potongan
Denah
Denah berbentuk segiempat poligonal, memiliki
atap yang berbentuk kubah. Kubah-kubah kecil
mengelilingi kubah utama. Secara geometrikal,
berbentuk memusat/simetris.
Material Konstruksi
Interiornya dihiasi dengan mosaik, pilar marmer, dan penutup dengan
nilai artistik yang besar. Hagia Sophia menggunakan konstruksi batu.
Struktur ini memiliki sambungan batu bata dan mortir yang 1,5 kali
lebar batu bata. Sambungan mortar terdiri dari kombinasi pasir dan
potongan keramik menit yang didistribusikan secara merata di seluruh
sambungan mortar. Kombinasi pasir dan potsherds ini sering
digunakan dalam beton Romawi, pendahulu beton modern. Sejumlah
besar zat besi juga digunakan, dalam bentuk kram dan ikatan.
Lantai
Lantainya sebagian besar terdiri dari marmer Prokonnesia, digali di
Proconnesus (Pulau Marmara) di Propontis (Laut Marmara). Ini adalah
marmer putih utama yang digunakan di monumen Konstantinopel.
Bagian lain dari lantai, seperti Thessalian verd antik "marmer", digali di
Thessaly di Yunani Romawi.
StrukturAtap
Ornamentasi Bangunan
Konsep arsitektur yang digunakan dalam gereja ini tergolong dalam jenis yang disebut dengan Tipe Alternatif atau
Tipe Memusat. Secara umum, gereja-gereja zaman Kristen Awal yang tidak menggunakan konsep dari Tipe
Basilika, menggunakan konsep ini dengan menentukan salah titik atau posisi dari keseluruhan gereja sebagai pusat
dari bangunan.
Jika diamati secara keseluruhan, konsep arsitektur pada masa Kristen Awal dibedakan lagi menjadi dua jenis, antara
lain :
a. Tipe Memusat Denah Melingkar atau Oktagonal
Gereja jenis ini, cederung menggunakan denah melingkar, sehingga pusat dari ruangan menjadi fokus dalam
pelaksanaan upacara keagamaan dan cenderung dikelilingi oleh ruang yang berupa sirkulasi melingkar yang
disebut ambulatory.
Denah
Pusat dari bangunan merupakan tempat diletakkannya altar
utama, tepatnya pada lingkaran dalam dengan diameter 23,17
M. Lingkaran ini dikelilingi 22 kolom silindris model Korintien
yang menyangga pelengkung dan entablature berbentuk cincin.
Di atas entablature terdapat tambour, dari sebuah atap yang
sangat tinggi, sekitar 23 M dati permukaan lantai. Pada bagian
atas terdapat deretan jendela yang ambang atasnya
melengkung. Atap lingkaran tengah dulunya berbentuk kubah,
namun sekrang menjadi bentuk kerucut yang tidak terlalu
runcing dengan konsturksi kuda-kuda kayu dan ditutup atap
genting.
Lingkaran pusat dikelilingi oleh gang melingkar (ambulatory) yang
dikelilingi deretan kolom silindris Korintien. Atap dari ambulatory
tersebut membentang melingkar dengan satu sisi miring. Atapnya
menggunakan konstruksi kuda-kuda kayu ditutup genting dan
posisinya lebih rendah dari atap kerucut yang menutupi lingkaran
pusat.
Potongan
Struktur dan Konstruksi
Penampang atap gang, berupa pelengkung setengah lingkaran. Kolom – kolom menjadi tumpuan
dari pelengkung, yang juga posisinya melingkar. Pada bagian atas diameter dinding mengecil,
menjadi tambur ( tambour ) atau drum, menumpu atap berbentuk kubah. Di sekeliling tambour
terdapat berderet jendela atas, ambang atasnya pelengkung setengah lingkaran, seperti jendela di
sebagian besar bangunan jaman Romawi. Identik dengan gereja disebut terakhir sebelum ini, kibah
ditutup oleh atap berbentuk pyramidal. Dengan demikian kontruksi kubah lebih berfungsi sebagai
plafond.
Material Konstruksi
Dibangun dari beton berlapis bata dan strukturnya pada
dasarnya adalah dua cincin yang didukung oleh kolom yang
ditempatkan di sekitar sumbu pusat vertikal. Apses/atap-atap
kubah dilapisi dengan mosaic.
Babtistery adalah bagian dari sebuah gereja
atau kapel, dapat juga berupa bangunan
khusus untuk upacara pembabtisan.
Bagian lantai yang berbentuk lingkaran ditutup oleh ceruk kubah yang berperan sebagai
plafond. Bentuk kubah tersebut bukan dari bentuk setengah bola, melainkan dari patah-
patahan delapan buah yang posisi dan jumlahnya disesuaikan denah hexagonal.
Atapnya piramida tumpul ditutup genting.
Tipe Memusat dengan Tonjolan Segi
Empat atau Pentagon
1. Makam Galla Placidia
Makam Galla Placidia, Ravenna (425) salah satu bangunan
masa Kristen Awal yang menggunakan konsep terpusat
pada denahnya, namun tidak menggunakan denah
berbentuk lingkaran ataupun oktagonal. Makam ini
menggunakan bentuk salib sebagai denahnya.
Denah
Pada kedua lengan salib, kepala, dan tengah-tengah yang
membentuk ruang segi empat terhadap makam. Pintu
masuk berada pada bagian kaki salib. Makam ini
mengggunakan atap pelana pada kedua lengan dan kepala
salib (dilihat dari denah). Ruang tengah (persilangan kedua
lengan, kepala, dan kaki salib) memiliki denah bujur sangkar
dengan dikelilingi oleh empat pelengkung. Ruang tengah
tersebut dindingnya tinggi beratap kubah , serta dilapisi oleh
atap piramidal. Karena denahnya bujur sangkar, maka
kubah tidak seutuhnya berbentuk setengah bola karena
setiap sisinya terpotong bidang vertikal dari dindingnya.
Material Konstruksi
Seluruh dinding merupakan hasil konstruksi batu-bata.
Pada sisi luar dihias dengan pelengkung mati. Hiasan
luar hanya berupa molding dan cornice yang
membentuk garis-garis tebal horisontal dan miring
mengikuti kemiringan atap. Pada dinding ruang tengah
yang tinggi, masing-masing terdapat jendela atas. Pada
ruang dalam terdapat banyak hiasan, antara lain
dekorasi pada pelengkung, termasuk lukisan dinding.