Anda di halaman 1dari 12

PERKEBANGAN ARSITEKTUR

 ARSITEKTUR BYZANTIUM

Sejarah Arsitektur Byzantine.


Byzantine merupakan salah satu koloni Yunani sejak tahun 600 SM dan dijadikan pusat
pemerintahan Kekaisaran Romawi pada tahun 330. Selama jaman pertengahan (middle ages), kota
ini menjadi benteng pertahanan orang-orang Kristen dari serangan bangsa Barbar dari Barat.
Honorius, imperior pertama dari Barat setelah wilayah dan pemerintahan Kekaisaran Roma dibagi
menjadi dua, memindahkan kediaman dan pusat pemerintahan Kekaisaran Barat di Ravenna,
sebuah kota di pantai Mediterania bagian timur-utara dari Italia. Sedangkan Konstantinopel tetap
menjadi pusat pemerintahan Kekaisaran Timur. Pengaruh Bizantine menjadi dominan dalam
arsitektur.

Kekuasaan Byzantium berpusat di Constantinople (Istanbul-Turki) merupakan Kekuasaan dibawah


Roma di Eropa hingga ke Timur atau sering disebut Roma kedua, yang menguasai jalur perdagangan
laut yang menghubungkan benua Eropa dan Afrika hingga ke Asia,merupakan wilayah otonom
dengan perdaban menuju millenium dibandingkan kekaisaran Roma sendiri. dareah ini merupakan
perpanjangan Roma di bagian timur, atau sering disebut kerajaan Roma timur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan Byzantine antara lain:

1. Pengaruh kebudayaan Romawi.


2. Pengaruh agama Kristen.
3. Beberapa pengaruh kebudayaan yang berasal dari Timur.

Kota Ravenna dan Konstantinopel menjadi poros pemerintahan Byzantine dan pusat perkembangan
budaya serta arsitektur. Kekaisaran Byzantine berlangsung lebih dari 1000 tahun, mulai abad ke-4 M
sampai tahun 1453. Selama berdirinya, merupakan satu kekuatan penting di bidang ekonomi, budaya
dan militer di Eropa.
Sosial Budaya Masyarakat Byzantine.

Byzantine adalah pewaris langsung kekaisaran terakhir Romawi dan merupakan bangsa Kristen yang
pertama. Orang Byzantine mensistemasikan hukum Romawi dan senatnya juga mencontoh pola senat
Romawi, namun masih didukung oleh kaum Biara dan mencari nasehat dibidang politik pada kaum
Mistikus. Tiga aspek kehidupan orang Byzantine yang menonjol adalah keagamaan, intrik kerajaan
dan sirkus-sirkus popular yang spektakuler (sulap). Kehidupan kota dipusatkan disekeliling 3
bangunan penting yaitu kelompok gedung Hypodrom,
Istana suci kekaisaran dan Gereja Hagia Sophia,
dimana ke 3 bangunan ini mewakili 3 unsur dunia
Byzantine yaitu rakyat, kekuasaan kaisar dan agama.
Ketiga gedung ini terletak serasi berdekatan serta
dihubungkan oleh Mese atau jalan tengah, yaitu suatu
jalan yang selalu dipakai untuk upacara
kenegaraan dan keagamaan
(jalan protokol menuju ke bangunan penting).
Lukisan masyarakat Byzantium

Kepercayaan Masyarakat Byzantine.


Byzantine merupakan salah satu koloni Yunani sejak tahun 600 SM dan dijadikan pusat
pemerintahan Kekaisaran Romawi pada tahun 330. Selama jaman pertengahan (middle ages), kota
ini menjadi benteng pertahanan orang-orang Kristen dari serangan bangsa Barbar dari Barat.
Konstitusi Yunani menjamin kebebasan mutlak dalam beragama. Byzantine juga menyatakan bahwa
setiap orang yang tinggal di wilayah Yunani akan menikmati perlindungan
penuh akan kepercayaan mereka. Walaupun demikian, tidak ada rumah
ibadah non-Kristen yang dapat ditemukan di Athena karena pendirian
tempat ibadah agama lain ditentang oleh kalangan Kristen fundamentalis.
Sebagai tambahan, setiap aktivitas yang berhubungan dengan
pembangunan rumah ibadah resmi harus disetujui terlebih dahulu oleh
Gereja Ortodoks. Nyatanya, agama mayoritas di Yunani adalah Gereja
Ortodoks Timur (94%).
Kepercayaan
Karakteristik Arsitektur Byzantine.
Penggunaan sistem kubah untuk konstruksi atap bertolak belakang dengan gaya Kristiani kuno
berupa penopang-penopang kayu dan juga gaya lengkung batu Romawi. Cita-cita arsitektur
Byzantine adalah mengkonstruksi atap gereja dengan atap kubah, karena kubah dianggap simbol
dari kekuasaan yang Maha Esa.

Sistem konstruksi beton dari Romawi dikembangkan dengan pesat. Kubah yang merupakan ciri dari
daerah timur, menjadi model atap Byzantine yang merupakan penggabungan dari Konstruksi kubah
dan sudut model Yunani dan Romawi. Karena dominan bentuk dari seluruh bangunan
menggunakan bentuk lingkaran dan lengkung dengan bentang lebih lebar.

Type-type kubah yang diletakkan diatas denah segi-4 dilengkapi dengan jendela kecil-kecil diatas,
disebut Pendetive, dimana pada masa Romawi kubahnya hanya menutup bentuk denah melingkar
atau polygonal. Sedangkan bahan pendetive tersebut dipakai bahan bata atau batu apung yang
disebut Purnise. Kubah dibuat tanpa menggunakan penunjang sementara (bekisting). Kubah bola
utama tersebut melambangkan Surga menurut ajarannya, sedangkan kubah-kubah sudut atau
disebut Squinch untuk menggambarkan ajarannya dalam bentuk mosaic antara Bema atau bilik suci
dengan Naos atau ruang induk atau nave, dipisahkan oleh Iconostatis atau penyekat, sebagai screen
of picture “tirai”. Bentuk Eksterior, kadang tidak berhubungan/ tidak ada kesatuan dengan bentuk
interiornya.

Pengaruh Arsitektur Byzantine Dengan Romawi.

Gaya bangunan dan style Byzantine pertama kali mengikuti arsitektur Romawi, Mosaik dengan
karakter ukiran/pahatan dekorasi dan ornamen, atap lengkung, Kubah besar (dengan material batu
dan beton), material batu/batu bata. Namun kemudian Arsitektur Byzantine membawa pengaruh
terhadap Eropa dan Asia dan juga Masa Renaissance dan Dinasti Ottoman setelahnya.

Bangunan Bergaya Arsitektur Byzantine memiliki bentuk geometri yang komplek, dengan material
batu sebagai material utama dan bata dan plester sebagai material tambahan, unsur dekorasi
menjadi penting dan elemen utama dalam bangunan publik, seperti Gereja. Byzantine adalah
perwujudan dari konsep atap lengkung dan kubah yang menggantikan rangka atap kayu. Sistem
konstruksi perletakan batu bata, yang diperkenalkan oleh bangsa Romawi berkembang menjadi
semacam pembuatan dinding bata secara umum, dan hal ini diadopsi untuk membentuk arsitektur
Byzantine.

Rangka dinding batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan sebelum lapisan
permukaan interior dan lantai marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang berdiri sendiri
ini menjadi karakterisik dari konstruksi Byzantine. Penggunaan batu bata yang sama dengan bata
Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan diletakkan pada lapisan tebal mortar. Mortar sebagai
perekat antara batu bata berupa campuran antara kapur dan pasir, dengan pecahan tanah liat,
keramik atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan bangunan terbaik di Roma.

Karakter dekoratif permukaan luar sangat tergantung pada penyusunan batu bata, yang tidak selalu
dipasang secara horisontal, tapi juga terkadang dipasang miring, terkadang juga dalam bentuk
berliku-liku, berkelok-kelok, berbentuk chevron atau pola tulang ikan Herring dan banyak macam
desain sejenisnya lainnya, memberikan variasi pada fasade.

Denah dan Potongan Bangunan


Arsitektur kristen awal berkembang pada tahun 373 – 500 AD. Merupakan perkembangan lebih
lanjut dari arsitektur Romania. Contoh bangunan yang memiliki unsur arsitektur kristen awal adalah
Pantheon, Roma Italy oleh arsitek Marcus Agrippa.

Wujud Makro Arsitektur.


Sejarah Perkembangan.

Sebuah karya terkenal pada awal masa Byzantine karena kemegahannya

Terletak di Istanbul, Turkey. Dibangun pada masa kaisar pertama Constantin dan diperbaiki kembali
setelah terbakar dan hancur oleh Kaisar Yustinianus pada tahun 517 AD. Bangunan ini merupakan
masterpiece dari masa Byzantium, terbesar dan tertinggi diantara gereja lain di Konstantinopel.
Gereja ini menjadi pusat pemerintahan dunia Kristen Orthodoks.

Berkali-kali bangunan Hagia Sophia mengalami perbaikan dan renovasi, kebanyakan disebabkan
oleh gempa bumi, ketidakstabilan struktur, dan kerusakan akibat perang. Sampai pada masa
Pemerintahan Kaisar Justinianus (527-565), Hagia Sophia menjadi lebih besar dan megah, namun
tidak mengubah konsep awal dari arsitektur Byzantine pada denah dan tampilan bangunannya.
Wujud Mikro Arsitektur

 Fungsi

Hagia Sophia yang mengalami perubahan dari gereja ke masjid selama hampir lima abad,
sekarang akhirnya berfungsi sebagai museum. Pencetus fungsi museum ini oleh penguasa
Turki yang Muslim nasionalis, Mustafa Kemal Atatürk. Pada 1923, museum Hagia Sophia
diawasi oleh pemerintah sebagai cagar budaya peninggalan masa lalu. Ini adalah satu-
satunya tempat di dunia ini dimana kita bisa melihat simbol-simbol agama Kristen dan
Islam berdampingan pada satu tempat.

Ruang Dalam Hagia Sophia

 Bentuk.

Denah utama Hagia Sophia adalah ruang tengah berbentuk bujur sangkar yang berukuran 32,6 x 32,6
m2. Di sudut-sudutnya terdapat kolom struktural yang sangat masif dan besar. Kolom ini menyangga
pelengkung setengah lingkaran yang menyangga kubah utama.
Kubah utama

Denah Hagia Sophia

Kolom Struktural Utama


Lebar gereja mencapai 305 meter dan tinggi ± 548 meter, bentuk dasar bangunan segi empat dengan
luas 18.000 M2, dengan sekeliling dinding yang dihias mosaic warna warni serta cemerlang
keemasan. Arsitek (pada zaman Yustinianus) adalah Isodorus dari Miletus dan Anthemius dari
Tralles. Bangunan ini pada tahun 1453 M, diduduki oleh bangsa Turki dan diubah menjadi Masjid,
dengan mnghilangkan bagian-bagian yang berhias gambar makhluk hidup.

Fasade Hagia Sophia

Gaya arsitektur fasade Hagia Sophia dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantine (abad ke-6) yang ada
sebelum Konstantinopel berdiri. Gaya Byzantine didasari oleh karya bangunan Kristen awal yang
menempatkan area pembaptisan dan kapel makam sebagai area yang terpusat. Sehingga ruang-
ruang atau relung yang mendampingi ruang utama berformasi radial dengan pusatnya yaitu makam
atau meja altar di tengah. Karena formasinya yang terpusat, denahnya pun tidak lepas dari bentuk-
bentuk simetris seperti bujur sangkar atau segi delapan/segi banyak dengan ukuran sisi-sisinya yang
sama, bahkan berbentuk lingkaran.
Potongan

Sketsa Ruang Dalam

Kubah merupakan ciri khas arsitektur Byzantine, yang kemudian ditopang dengan struktur
pendentive. Pendentive adalah struktur yang menopang kubah, berbentuk A terbalik dengan
kolom dibawahnya.
Skema Struktur Atap

Perbedaan Kubah Pendetive dan Kubah Pada Umumnya


Bentuk Atap Kubah

Sistem Strukur Dan Kontruksi.


Pada bangunan Hagia Sophia sistem struktur yang digunakan adalah Dinding Pemikul (Bearing
Wall). Pada dinding, penggunanaan batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan
sebelum lapisan permukaan interior dan lantai marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang
berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari konstruksi Byzantium.
Penggunaan batu bata yang sama dengan bata Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan diletakkan
pada lapisan tebal mortar. Mortar sebagai perekat antara batu bata berupa campuran antara kapur
dan pasir, dengan pecahan tanah liat, keramik atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan
bangunan terbaik di Roma.
Skema Pembebanan Bearing Wall

Anda mungkin juga menyukai