Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH ARSITEKTUR ROMANESQUE

Eropa merupakan wilayah yang dikenal dengan peradaban yang tumbuh subur di berbagai
bidang. Perkembangan peradaban di Eropa tidak luput dari berbagai penemuan dan
pengetahuan yang telah dikembangkan sejak zaman Yunani Kuno. Perkembangan
pengetahuan di Eropa melahirkan pola berpikir dan cara baru untuk melakukan
perkembangan.
Eropa yang sering diidentikkan dengan berbagai kemajuan dan kejayaan tentu tidak luput dari
masa dimana Eropa mengalami kemunduran. Kemunduran tersebut terjadi pada abad
kegelapan. Konsepsi abad kegelapan yang membuat berbagai perkembangan terhambat dan
menyebabkan Eropa mengalami kemunduran.
Kemunduran tersebut disebabkan oleh pembatasan yang dilakukan oleh pihak gereja, banyak
masyarakat Eropa justru berlomba-lomba untuk mengejar akhirat tanpa menyadari bahwa
mereka juga tetap harus menjalani kehidupan saat ini dengan baik. Pengaruh gereja yang
semakin kuat juga mempengaruhi perkembangan seni. Pada abad kegelapan menurut Dante,
“Seni adalah cucu Allah” Seni dianggap sebagai produk yang diciptakan untuk keagungan
Allah bukan semata-mata untuk dinikmati seperti orang Yunani (Fremantle. Anne, 1984).
Kategori seni yang berkembang cangkupannya cukup luas termasuk seni bangunan dan
arsitektur.

Arsitektur dan seni bangunan pada abad pertengahan merupakan bagian terpenting yang
menandai perkembangan abad pertengahan ini. Arsitektur dan bangunan berperan penting
guna mengukir sebuah prestasi pada abad pertengahan pada setiap menara, tembok, jendela,
kubah, patung, mozaik, dan lukisan dinding katedral yang menandai bahwa arsitektur pada
abad pertengahan haruslah menjadi tempat untuk mengabadikan pengetahuan dan
kepercayaan masyarakatnya pada masa tersebut.
Perkembangan arsitektur telah dimulai sejak kemunculan katedral yang menandai
pengesahan agama Kristen di Kekaisaran Roma pada 313 Masehi dan menjadi bangunan
penting yang digunakan untuk melaksanakan kebaktian. Gereja dibuat dengan sedemikian
rupa agar menandai kemegahan dan kekuasaan Tuhan. Kemegahan tersebut dapat tercermin
dari banyaknya lukisan-lukisan yang memperlihatkan keindahan serta banyak penggunaan
batu pualam, mosaik kaca dengan lukisan, dan lukisan pada setiap dindingnya yang
memperlihatkan berbagai bentuk yang juga mengadaptasi Geometri (Fremantle. Anne, 1984)
Arsitektur dalam berjalannya waktu dan sejarah tentu mengalami perkembangan yang
berbeda-beda dipengaruhi oleh keadaannya pada saat itu. Eropa sendiri sudah dikenal sebagai
benua yang memiliki arsitektur yang memiliki unsur keindahan yang dapat dikagumi hingga
masa kini. Arsitektur yang berkembang dalam berbagai masa tertentu memiliki ciri masing-
masing seperti arsitektur Islam yang memiliki menara bernama mihrab yang diperkenalkan
pada Dinasti Umayyah, kemudian ada arsitektur kubah batu dengan gaya berbentuk setengah
bola yang dibuat pada sekitar tahun 691 Masehi dan lainnya.

Pembahasan representasi bangunan arsitektur Romanesque pada abad pertengahan.


Abad pertengahan merupakan abad yang dikenal dengan pengaruh gereja yang cukup kuat
dan berkembang pesat di berbagai kalangan baik pemerintah, bangsawan, maupun
masyarakat umum. Pada perkembangannya abad kegelapan memiliki jantung dari
perkembangan gereja yang cukup kuat yang berada di Roma. Roma sendiri merupakan suatu
wilayah yang kerap diidentikan dengan raja-raja dan keagungan kekaisaran Roma.
Perkembangan agama yang cukup pesat di wilayah Roma pada akhirnya membawa
pengaruh-pengaruh yang tersebar dan di ikuti dengan pengaruh kekaisaran Romawi. Salah
satunya adalah Arsitektur, Arsitektur yang mendapatkan pengaruh dari kekaisaran Romawi
dan menjadi representasi dari arsitektur abad ke-12 adalah gaya Arsitektur Romanesque.
Arsitektur Romanesque merupakan gaya arsitektur yang lahir sebelum gaya arsitektur Gothic
dan menjadi gaya arsitektur yang mendasari perkembangan gaya arsitektur Gothic dan
Renaissance. Seperti gaya arsitektur yang melekat pada wilayah Eropa dimana arsitektur
tetap mengagungkan unsur keindahan meskipun pengaruh gereja membatasi kesenangan
untuk mengekspresikan keindahan tersebut namun, gaya Romanesque tetap mengandalkan
gagasan keindahan yang berasal dari teknik rekayasa bangunan pada masa Romawi Kuno
(Kim, 2021). Rekayasa bangunan yang dianggap sama adalah ciri bahwa bangunan yang di
bangunan dengan gaya romanesque cenderung memiliki kesamaan dengan bangunan yang
dibangun dengan gaya yang sama. Material yang dipakai dalam pembuatannya pun dianggap
lebih murah jika dilihat dari usia bangunan tersebut yang masih dapat berdiri hingga saat ini.
Pada awalnya perkembangan arsitektur pada abad pertengahan dipengaruhi oleh Karel Agung
/Charlemagne Kaisar Romawi (Karolus Agung, adalah raja kaum Frank dari 768 sampai 814
M dan bangsa Lombard dari 774 sampai 814 M. Ia dimahkotai sebagai Imperator Augustus di
Roma pada hari natal tahun 800 M oleh Paus Leo III, dan karenanya dianggap merupakan
pendiri Kekaisaran Romawi Suci.) yang merupakan orang yang mendukung pembangunan
gereja dalam upaya membangkitkan minat terhadap Seni (Fremantle. Anne, 1984).
Awalnya perkembangan arsitektur tersebut dipengaruhi oleh adanya gaya seni dari Romawi
dan Byzantium. Hal ini dapat dilihat dari bangunan yang dibuat pertama pada masa Karel
Agung adalah Menara. Pembangunan menara dimana menara tersebut meliputi menara
lonceng, menara tangga dan menara pengawas yang berguna untuk memantau kegiatan
masyarakat yang dapat dilihat dari atas.
Karolus Agung, Raja Kaum Frank.

Charlemagne dikenal sebagai seorang ahli strategi militer yang terampil, yang menghabiskan
sebagian besar masa pemerintahannya terlibat dalam peperangan untuk mencapai tujuannya.
Pada 771 M menjadi raja dari kaum Franka, yang sekarang adalah suku Jermanik, yang
berada di Belgia, Perancis, Luksemburg, Belanda, dan Jerman Barat. Di bawah
kekuasaannya, ia memulai misi untuk menyatukan semua orang Jerman ke dalam satu
kerajaan dan mengubah rakyatnya menjadi Kristen, seperti disebut dalam catatan biografi
tokoh dunia yang dilansir dari History.

Dilatar belakangi oleh adanya penertiban oleh pihak gereja terkait penyelewengan-
penyelewengan yang ada pada akhirnya perkembangan pada Arsitektur Romanesque mulai
menginjakkan kakinya pada pertengahan abad ke-11. Akhirnya Pada abad ke-12 muncul
istilah Arsitektur Romanesque yang merupakan arsitektur yang lahir akibat adanya
kebangkitan kembali kegiatan seni pada abad pertengahan. Gereja-gereja banyak dibangun
dengan gaya Romanik yang mengingatkan dengan banyak bangunan Roma pada abad ke 4, 5,
dan 6 Masehi (Ashadi, 2016).
Gereja yang dibangun dengan gaya Arsitektur Romanesque memiliki ciri-ciri pembangunan
yang sudah menggunakan dinding yang dipertebal dengan tiang-tiang yang berbentuk bulat
yang lebih besar dan lengkungannya yang dibuat dengan gaya Romawi Kuno. Kelemahan
dari Arsitektur Romanesque adalah masih menggunakannya atap yang berasal dari kayu
dimana atap tersebut lebih mudah terbakar dibandingkan batu. Namun, dalam
perkembangannya atap tersebut akan berubah menjadi penggunaan atap berbentuk kubah
yang disebut kubah barrel. Selain itu gaya pembangunan dari Arsitektur Romanesque
cenderung membuat bagian yang lebih rendah dari kubah sebagai tempat yang dibuat datar.
Penggunaan geometri lingkaran pada pembuatan bangunan bergaya Romanesque
mengadaptasi kepercayaan bahwa bangunan Romanesque haruslah berbentuk simbolik,
memiliki keindahan, dan memiliki makna. Penggunaan lingkaran yang merupakan bentuk
geometri yang dianggap sempurna diantara geometri lainnya dalam kepercayaan abad
pertengahan dianggap sebagai simbol dari surga. Simbolis surga yang signifikan tersebut
dapat dilihat dari banyaknya gereja bergaya Romanesque yang memiliki kubah, pintu,
ataupun jendela yang berbentuk setengah lingkaran.
Katedral Pisa merupakan salah satu contoh bangunan yang masih ada sampai saat ini yang
menggunakan arsitektur bergaya Romanesque yang berada di Kota Pisa, Italia. Bangunan ini
dibangun pada sekitar 1093 yang dapat dilihat dalam sketsa Katedral tersebut bahwa mereka
menggunakan bentuk atap dengan gaya kubah barrel yang pada bagian pilar tersebut ditandai
dengan penggunaan pilar yang lebih lebar dan bulat yang disatukan dengan setengah
lingkaran pada bagian atas pilar. Pada landskap sketsa dari bangunan yang diambil melalui
Penn State University Library dapat dilihat bahwa bangunan tersebut dibuat membentuk
geometri lingkaran yang menjadi salah satu ciri dari arsitektur Romanesque. Hal ini telah
membuktikan sejak pertengahan abad ke-11 gaya dari Arsitektur Romanesque mulai
berkembang.

Tidak hanya pada bagian arsitektur landscape bangunan tetapi juga pada bagian relief yang
berada pada dinding bangunan. Pada abad ke-12 dimana arsitektur mendapatkan pengaruh
kembali dari kekaisaran Romawi yang dikenal dengan istilah Arsitektur Romanesque, bagian
pada relief bangunan tersebut juga ikut mengalami perubahan dan mengambil unsur dari
romawi atau pahlawan Kristen yang berjuang dalam nama gereja.
Kebanyakan dari seni bangunan bergaya Romanesque menampilkan sosok tokoh dalam
alkitab dan juga tokoh lain yang ikut serta dalam memperjuangkan gereja.. Sebagai contoh
diatas adalah gambar reliefs dari Saint Demetrius dan Saint George, Saint Demetrius (kiri)
merupakan tokoh dalam alkitab yang digambarkan merupakan pembuat kuil-kuil dewi
Artemis yang kemudian menjadi pengikut Yesus yang hidup pada abad pertama masehi yang
banyak disebut dalam perjanjian baru. Awalnya yang menjadi relief utama adalah Saint
Demetrius (kiri) dan kemudian diganti dengan Saint George yang merupakan tentara dari
sejarah Romawi yang sangat diagungkan karena kegigihannya dalam memberikan
perlindungan terhadap kekaisaran Romawi Kuno dan setia terhadap gereja yang kemudian
dianggap sebagai lambang perlindungan bagi wilayah San Marco di Italia (Muir, 1979). Hal
ini dapat membuktikan bahwa bangunan di Italia pada masa Renaisans justru mendapatkan
pengaruh dari Romawi Kuno dengan kembali dikembangkannya relief-relief(Seni
pahat/ukiran tiga dimensi yang dibuat di atas batu maupun beton) pada bangunan yang ada
dengan memadukan unsur agama dengan unsur Romawi Kuno yang kemudian disebut
Romanesque.

Meskipun gaya Arsitektur Romanesque masih kerap ditemukan hingga masa kini baik di
wilayah Italia maupun Perancis namun, gaya arsitektur ini dianggap tidak diapresiasi dengan
layak, hal ini dikarenakan arsitektur bergaya Romanesque cenderung memiliki kesan
bangunan yang cukup kuno serta bagian dalam dari bangunan tersebut cenderung gelap dan
memiliki banyak patung serta relief bergambar (Kim, 2021). Namun, tidak dapat dipungkiri
karena karakteristik dari gaya Romanesque yang cenderung mengukir relief yang
memadukan unsur gereja dan Romawi. Kita dapat melihat kekayaan serta harmoni yang
tercipta dalam suatu bangunan sebagai bentuk dari kekayaan seni.
ARSITEKTUR ROMANESQUE
Arsitektur Romanesque adalah gaya arsitektur Eropa abad pertengahan yang ditandai dengan
semi-circular arches( yang dikenal sebagai lengkungan Romawi, Lengkungan Setengah
Lingkaran yang merupakan fitur utama dari semua arsitektur Romawi. Struktur Lengkungan
nya yang kuat sering di temukan pada jembatan dan saluran air).
Tidak ada konsensus untuk tanggal awal dari gaya ini, tapi diperkirakan sekitar abad ke-8
sampai ke-12 dimana kemudian beralih ke arsitektur Gothic yang ditandai dengan pointed
arches(lengkungan runcing) . Menggabungkan fitur bangunan Romawi Kuno dengan
Byzantium dan tradisi setempat, gaya arsitektur Romanesque dikenal dengan bentuknya yang
masif, tembok-tembok tebal, round arches, pilar yang kokoh, groin vaults (lemari besi
selangkangan/tepi antara kubah yang berpotongan) , menara-menara besar dan arkade yang
dekoratif.
Contoh Bangunan Arsitektur Romanesque

Fasad Katedral di Lisabon Katedral Pisa, Italy

Bangunan Romanesque memiliki bentuk yang tegas, teratur, dan denah simetris. Secara
keseluruhan tampilan bangunan terlihat sederhana jika dibandingkan dengan era Gothik yang
muncul, Contoh bangunan dari arsitektur Romanesque ini dapat diketemukan di seluruh
penjuru Eropa walaupun setiap daerahnya mungkin memiliki karakter dan material yang
berbeda-beda.

KARAKTERISTIK BANGUNAN ROMANESQUE


1. ATAP
Jenis paling sederhana dari kubah atap adalah kubah barel pada permukaan melengkung
memanjang dari satu dinding ke dinding, panjang ruang akan melompat, misalnya nave.
Sebuah contoh penting, yang akan menyimpan lukisan abad pertengahan, adalah kubah Saint-
Savin-sur-Gartempe, Prancis, dari abad ke-12 awal. Namun, kubah biasanya dibutuhkan
dukungan dari dinding padat, atau dinding dimana jendela sangat kecil. Groin kubah terjadi
di gedung-gedung Romawi kuno, khususnya di Katedral Speyer di mana kubah tinggi dari
sekitar 1060 adalah karya pertama dalam arsitektur Romawi jenis kubah dengan lebar nave.
Di gedung dan kemudian memperkerjakan vaultings berusuk, kubah groin yang paling sering
digunakan untuk kurang terlihat dan kubah yang lebih kecil, khususnya di crypts dan gang-
gang. Sebuah kubah paha hampir selalu persegi dalam rencananya dan dibangun dari dua
kubah barel berpotongan di sudut kanan.
Tidak seperti kubah berusuk, lengkungan adalah anggota struktural. Banyak gereja-gereja
paroki, biara-biara dan gereja katedral dalam gaya romantik, atau pada awalnya dibangun
dengan gaya Romawi dan kemudian mengalami perubahan. Roma gereja yang paling
sederhana adalah aisless ruang dengan proyeksi apse pada akhir mimbar, atau kadang-kadang
sebuah persegi dengan lengkungan yang memproyeksikan mimbar yang dihiasi dengan
cetakan. Ambisius gereja lain telah dipisahkan dari nave oleh ruang arcade. Biara-biara dan
gereja-gereja katedral pada umumnya mengikuti rencana Latin Cross. Di Inggris, bagian
timur ekstensi dapat lebih lama, sedangkan di Italia sering pendek atau tidak ada, gereja
menjadi rencana T, kadang-kadang dengan ujung transept dan apses di timur. Di Prancis
gereja St Front, Périgueux, tampaknya telah disalin oleh Basilika Santo Markus, Venesia atau
Gereja Byzantium Para Rasul Kudus dan rencana salib Yunani dengan lima kubah. Di
wilayah yang sama, Angoulême Katedral adalah gereja aisless L.
Barel Vault/Kubah Barel
2. DINDING
Dinding bangunan Romanesque umumnya memiliki ketebalan yang masif dengan bukaan
yang relatif kecil. Materialnya berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Karena sifat
dinding romantik, penopang tidak fitur yang sangat signifikan, karena mereka dalam
arsitektur Gothic. Romantik penopang profil persegi panjang umumnya datar dan tidak
banyak proyek luar tembok. Dalam kasus gereja aisled atau kubah setengah barel selama
gang nave membantu untuk mendukung, apakah itu kubah.
Dalam kasus di mana sebuah kubah setengah-barel yang digunakan, mereka secara efektif
menjadi seperti terbang penopang. Seringkali diperpanjang melalui lorong lantai dua, bukan
dari biasanya dalam arsitektur Gothic, sehingga menjadi dukungan yang lebih baik pada berat
badan nave berkubah. Dalam kasus Durham Cathedral, terbang penopang telah bekerja, tetapi
tersembunyi dalam triforium galeri.
3. BUTTERESSES
Buttresses pada bangunan Romanesque umumnya berprofil persegi datar dan tidak
terproyeksi di luar dinding. Pada bangunan gereja yang memiliki lorong/aisle, barrel
vaults atau half-barrel vaults di sepanjang lorong membantu menopang bagian tengah
bangunan. Flying Buttresses di gunakan sebagai solusi untuk penyangga bangunan yang di
khususkan pada bangunan yang memiliki struktur tinggi. Flying Buttresses pun berfungsi
sebagai hiasan dekoratif yang megah dan berkelas.

3. Busur (Arches)
Arch yang digunakan hampir selalu berbentuk setengah lingkaran, dan dipergunakan pada
bukaan (pintu dan jendela), pada vault dan arkade. Di atas pintu yang lebar biasanya
terdapat semi circular arch, terkecuali jika di ambang pintu terdapat lintel dengan ukiran
dekoratif.

4. DEKORASI
Dekorasi Arsitektur Arcading adalah fitur yang paling signifikan dalam arsitektur
Romanesque. Ini terjadi dalam berbagai bentuk, dari band Lombard yang merupakan deretan
lengkungan kecil yang muncul untuk mendukung garis atap atau kursus, sering buta untuk
dangkal arcading Inggris dan fitur arsitektur yang dilihat di banyak Ely Cathedral besar,
dengan kurcaci galeri terbuka yang pertama kali digunakan dalam Speyer Cathedral dan
diadopsi secara luas di Italia seperti terlihat di Pisa Cathedral yaitu Menara Miring yang
terkenal dari Itali. Arcade dapat digunakan untuk efek besar, baik eksternal dan internal,
sebagaimana dicontohkan oleh gereja Santa Maria della Pieve di Arezzo. Periode romantik
Arsitektur patung yang hasilkan oleh profesi pada ornamen. Hal ini paling sering di ambil
dari bentuk geometri murni dan terutama digunakan untuk cetakan, baik program dekorasi
arch lurus maupun melengkung.
Dekorasi ini dapat dilihat dari ukiran-ukiran nya pada tembok dalam bangunan dan pada
bagian depan bangunan, dekorasi ini juga bisa dilihat pada jendela kaca sertai atap bangunan
nya.
Dalam La Madeleine, Vézelay, misalnya, kubah rusuk polikrom semua datar dengan fillet
sempit melalui batu. Dekorasi serupa terjadi sekitar lengkungan nave dan perjalanan
horizontalnya di sepanjang arcade dengan memisahkan clerestory. Dikombinasikan dengan
menembus dan diukir salah satu modal, memberikan nikmat dan perbaikan interior Di
Britania Raya., Diskrit dekorasi seperti itu bisa, di Hereford dan katedral Peterborough, atau
rasa energi besar di Durham dimana rusuk diagonal pada kubah semua dijelaskan dengan
chevrons, cetakan dari arcade nave yang diukir dengan berbagai lapisan dan kolom yang
sama besar goresan nya dengan berbagai pola geometris yang menciptakan rasa arah.

Contoh ukiran dekorasi pada Kaca


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Romanesque#:~:text=Arsitektur%20Romanesque
%20adalah%20gaya%20arsitektur,dimulai%20pada%20abad%20ke%2D12
https://ars2016matana.wixsite.com/website/single-post/2017/09/29/arsitektur-romanesque-
gothic-dan-baroque

Anda mungkin juga menyukai