Bangsa romawi terkenal sebagai bangsa berwatak keras, berpandangan realistis, dan tidak
berpikir abstrak. Bangsa romawi mementingkan cara untuk mengekspresikan keinginannya.
Dalam hal struktur bangunan bangsa ini lebih berani dan banyak bereksperimen daripada
bangsa Yunani. Penguasaan teknik bangunan yang mendalam didapat dari warisan bangsa
Etruska, namun dalam membangun kuil ada beberapa yang memakai sistem post dan lintai
yang diambil dari Yunani. Mereka lebih banyak memakai sistem Busur dan Lengkung.
Perancangan ruang dalam bersifat tertutup yang dibatasi dengan dinding bata dengan ruang
luar. Puncak dari perancangan ruang dalam dapat dilihat pada bangunan Pantheon. Aktivitas
lebih dipusatkan pada Forum dengan kuil-kuil yang mengelilinginya, Basilika, thermal yang
merupakan pemandian umum, theatre, dan amphitheatre serta sirkus. Peninggalan bangunan
arsitektur romawi lainnya berupa istana kerajaan, kuburan, gerbang kemenangan, jembatan,
aquaduct dsb. Sebelum budaya Romawi, ada budaya yang dikenal sebagai budaya
Etruria/Etruska (750-1000 SM). Ini sebanding dengan budaya Aegis dan Mikenis yang
mendahului kebudayaan Yunani. Kebudayaan Romawi menemukan individualitasnya sekitar
300 SM. Setelah invasi unsur-unsur Yunani diintensifkan. Arsitektur Romawi merupakan
campuran yang dikembangkan antara arsitektur Etruria dan Yunani. Pada tahun 395, negara
Romawi terpecah menjadi 2 yaitu Romawi Timur dan Romawi Barat.
Kepercayaan yang dianut oleh bangsa Romawi adalah memuja dewa-dewa, dan
mereka percaya dengan adanya banyak dewa atau Polytheistis yang dipimpin oleh
raja/kaisar.
Ornamen dari berbagai bentuk ini dipersatukan begitu saja. Ini sangat bertentangan
dengan perasaan akan harmoni yang dipunyai bangsa Yunani. Ukuran dari bangunan ini maha
besar, dimana hal ini menunjukkan cinta bangsa Romawi akan kebesaran dan “display”.
Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa dari segi konstruksi, bangsa
Romawi telah berhasil sangat banyak. Dari segi arsitektur, lebih bersifat dekoratif.
Bangsa Romawi tidak memiliki ragam sendiri namun, ragam yang dapat dikatakan asli, yang
berasal dari bangsa Etruria adalah ragam Toscana.
Adapun ragam-ragam lain adalah ragam-ragam tiruan bangsa romawi, yaitu :
• Ragam Romawi Doria
• Ragam Romawi Ionia
• Ragam Romawi Corintia, dan
• Ragam Komposit, yaitu ragam yang diperoleh dari perkembangan dari ragam Corintia,
tetapi terlalu berlebihan.
Struktur Bangunan
Sistem konstruksi yang dipakai oleh bangsa Romawi adalah “post and lintel” yang diambil dari
Yunani, tetapi tidak pada semua bangunannya, hanya pada banguna kuil saja. Dan selanjutnya
merupakan ornamen yang tidak mendukung. Banyak digunakan sistem konstruksi busur dan
lengkung. Dengan digunakannya konstruksi busur dan lengkung inilah sebagai jawaban dari
masalah “membangun ruang-ruang yang luas dengan tidak menggunakan titik-titik
tumpu ataupun tiang-tiang di tengahnya”.
Selain konstruksi lengkung, ada juga konstruksi kubah yang berdasarkan konstruksi lengkung
dimana denahnya berbentuk lingkaran yang memungkinkan dibangunnya ruang-ruang yang
luas dengan diameter mencapai 40 m. Bahan bangunan yang digunakan pada konstruksi bangsa
romawi adalah batu bata karena memiliki tingkat kekerasan yang tinggi dan dapat disusun
secara radial. Namun sering juga digunakan beton tumbuk yang lebih mudah dalam
pelaksanaannya.