Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH ARSITEKTUR BARAT

“ARSITEKTUR ROMAWI KUNO”

DOSEN : RENY KARTIKA SARY, S.T., M.T

AGUNG KURNIAWAN
142018008
ARSITEKTUR ROMAWI
KARAKTERISTIK ARSITEKTUR ROMAWI

 Kemampuan dalam teknologi bangunan lebih maju dari pada


bangsa Yunani, seperti dalam pembuatan saluran air dan
pembuatan konstruksi busur/lengkung.
 Penafsiran terhadap makna kehidupan dari segi fungsi dan
sistem struktur sosial sangat kompleks. Kondisi ini sangat besar
pengaruhnya terhadap perilaku, tata cara hidup dan termasuk
dalam tata bangunan. Setiap aktifitas kehidupan dalam struktur
sosial kemasyarakatan seringkali diperingati dengan upacara-
upacara atau pesta-pesta besar.
 Konsep penataan bangunan dan landscape perkotaan
dirancang secara integratif. Perancangan bangunan selalu
berorientasi kedalan skala yang lebih luas atau dalam skala kota
demikian juga sebaliknya.
 Konsep perancangan menekankan pada pengertian bahwa
ruang merupakan media ekspresi arsitektural. pada skala kota dan
interior.
 Skala bangunan bersifat monumental atau mengutamakan
kesan agung. Ekspresi arsitekturnya terungkapkan melalui
peralihan artikulasi detail.
 Bentuk arsitektur mengesankan keanggunan formal yang
berorientasi birokratik, tersusun secara sistematik, praktis dan
variatif dalam langgam.
Ciri-ciri Arsitektur Romawi:

• Sudah ada konstruksi pelengkung, sehingga tidak lagi memerlukan batu utuh besar untuk
balok.
• Unsur-unsur Yunani masih ada tetapi telah dimodifikasi dan lebih banyak sebagai dekorasi.
• Denah sudah mulai bervariasi, segi empat, lingkaran, setengah lingkaran, dan kombinasi dari
bentuk-bentuk tersebut.
• Kolom tidak lagi berfungsi sebagai bagian dari konstruksi, namun menyatu dengan dinding
(pilaster), berfungsi sebagai dekorasi.
• Mulai menggunakan konstruksi pelengkung untuk atap, kemudian berkembang menjadi kubah.
• Kepala kolom umumnya beraliran korintien atau bermotif floral yang lebih kompleks.
• Denah cenderung simetris
A. LAGAM ARSITEKTUR ROMAWI
 Memanfaatkan kosa klasik Yunani sebagai motif dekorasi, bukan elemen dasar yang mengungkap
karakter ideal secara utuh.
 Superimposisi (menggahungkan order kiasik yang diatur dalam posisi saling tumpang tindih untuk satu
tingkatan yang berbeda) berbagai langgam, untuk mencapai suatu totalitas sistem yang dinamis dan
bentuk simbolik yang baru.
 Dinding sebagai bidang penerus, diperkuat dengan pembagian bidang, tekstur, elemen vertikal dan
horizontal.
 Kontruksi busur dan lengkung untuk gugus ruang yang kompleks.

B. KONSEP RUANG
 Ruang merupakan konkretisasi dimensi waktu dan tindakan, bukan keabadian atau keteraturan statis.
 Ruang bersifat self-contained bukan merupakan batasan fisik belaka, karena itu harus dibentuk,
diartikulasikan dan diaktifkan.
 Karakter lingkungan spatial terpadu, tidak ditentukan oleh ikatan situasi geografis tertentu.
 Artikulasi ruang merupakan kontinuitas, irama, variasi, keteraturan, dinamis, sekuens dan aksialitas.
TIPOLOGI BANGUNAN
1. Kuil
Merupakan asimilasi yang berasal dan elemen-elemen arsitektur
Yunani. Beberapa bentuk bangunan tidak berdiri sendiri, diantaranya
merupakan gabungan dinding pembatas ruang yang vertikal dengan yang
melengkung dan diatur secara aksial. Bangunan ini dipersernbahkan untuk
tiga serangkai dewa Romawi (Capitol Triad) yaitu : Jupiter, Juno dan
Minerva. Salah satu kuil yang terkenal adalah Pantheon, dibangun oleh
Handrian sejak awal abad 2 SM yang diperuntukan bagi semua dewa.
Konsep ruang dalamnya menggambarkan karakteristik Kosmik dengan
model surgawi. Bangunan ini telah menjadi puncak keberhasilan arsitektur
Romawi karena Handrian telah menciptakan fase baru dalam
perkembangan teknoiogi membangun terutama nilai-nilai atau makna yang
terkandung didalamnya.

Ø Rotunda. Merupakan suatu kubah besar yang mewadahi Cellar.


Diameter atau garis tengah kubah irii sebesar 43.6 meter.
Ø Portico. Merupakan suatu serambi berkolom (Colonnade) dengan
langgam elemen Carinthian Order.
A. Kuil Romawi Segi Empat B. Kuil Romawi berdenah Lingkaran dan Poligonal
Salah satu kuil tergolong dalam kategori berdenah Selain berbentuk segi empat hasil perpaduan arsitektur
segi empat adalah Kuil Jupiter Capitolinus (509 SM) di pusat Etruscan-Yunani pada zaman Romawi bentuk kuil-kuil berkembang
kota Roma. Kuil terletak di dalam Forum Romanus pada lebih bervariasi menjadi berdenah lingkaran dan segi banyak atau
ketinggian sebuah bukit, sehingga terlihat dari berbagai poligonal. Kecenderungan ini terjadi sejak sekitar awal abad 1 M dan
tempat di kota. Tata letak semacam ini, kemungkinan besar sesudahnya.Salah satu dari berbagai kuil dalam kategori ini adalah
Kuil Vesta di Tivoli (80 SM). Kuil ini tidak besar, podium menjadi
mendapat pengaruh dari Yunani seperti misalnya kuil-kuil di
tumpuan dari kuil denahnya lingkaran, berdiameter hanya 7.32 m.
Acropolis. Denahnya segi empat panjang, identik dengan
Sekelilingnya terdapat 18 buah kolom bercorak Korintien, dan
kuil-kuil Yunani, juga konstruksi kolom dan balok atau kepala kolomnya dihias bentuk floral setinggi 7.16 m. Dinding tidak
Order, dalam hal ini berciri Korintien, langsing, kepala menyatu dengan kolom, sehingga membentuk semacam teras
kolomnya dihias dengan ornamen floral. keliling. Atap kuil mengikuti denahnya yang lingkaran berbentuk
kubah. Meskipun kecil, kuil ini merupakan cikal bakal dari
konstruksi kubah lebih besar pada kuil-kuil Romawi hingga gereja-
gereja pada zaman Bisantine (Byzantine).

Tampak depan, denah, dan ornamen


Rekonstruksi Kuil Jupiter Capitolinus di Roma (509 SM), denah dan
Korintien pada kepala kolom Kuil
perspektif .
Vesta, Tivoli (80 M).
Sumber : Sumalyo, 2003 : 31.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 34.
2. Basilika (Basilica)
Basilika adalah gedung pengadilan Romawi dengan ciri
ruang utama di tengah tinggi, dan dikelilingi oleh gang (aisle). Pada
ujungnya terdapat ceruk (apse) dimana para pejabat pengadilan duduk.
Dan pada bagian tengah untuk umat disebut nave dan apse untuk altar.
Basilika Trajan di Roma (98-112 M) dibangun oleh Apollodorus dari
Damascus. Basilika dahulu mempunyai nave tengah bentuknya segi
empat memanjang, 117.34 x 26.51 m². Nave dikelilingi oleh semacam
gang ganda dibentuk oleh deretan kolom dalam arsitektur klasik
disebut isle, masing-masing lebarnya 7.24 m. Tinggi total ruang tengah
(nave) yang sangat luas dan panjangnya 36.58 m. Kolom-kolom
berderet memisahkan nave dan aisle, terbuat dari batu granit merah
utuh, berbentuk silindris, semuanya berkepala Korintien. Pada kedua
ujungnya, masing-masing terdapat tribunal pada ketinggian lantai
dibentuk oleh trap-trap, dan denahnya setengah lingkaran.

Situasi dari Forum Trajan, dan denah dalam Basilika Trajan


di Roma (98-112 M). Sumber : Sumalyo, 2003 : 37.
3. Thermae Gedung besar dan mewah ini
Kemungkinan istilah thermae yang berasal dari kata thermos (panas), keseluruhannya berdenah simetris. Pintu masuk
turunan dari bangunan gymnasia di zaman Yunani. Bangunan jenis ini tidak disebelah utara-timur di tengah. Di kiri-
kalah megah dan mewah dibanding bangunan lain seperti basilika, kuil, dan kanannya langsung ada deretan tempat mandi
lain-lain. Hal itu menunjukan bahwa kegiatan mandi di permandian penting dan kedai, terdiri dari dua lantai, denahnya
dalam kehidupan masa itu, terutama di kalangan kekaisaran Roma. Hal ini dapat berbentuk U, pada lantai setinggi platform
di lihat dari kemewahan arsitektur Thermae Caracalla. Rekonstruksi dari terdapat permandian dengan sistem tiduran.
reruntuhan thermae memperlihatkan bahwa dahulu berdiri di atas semacam Bagian utama berupa blok segi empat sangat
landasan atau platform yang cukup tinggi yaitu 6.10 m. Di bagian bawah, besar yaitu 228 x 115.82 M2 dikelilingi dalam
terdapat kamar-kamar dengan bagian atas yang berbentuk lengkung, gang, bentuk U oleh tempat mandi dan keda. Dengan
tungku-tungku, saluran-saluran untuk pemanasan. demikian bagian utama beratap ini luasnya
26.480 m2, suatu bangunan yang luar biasa
luas, apalagi untuk ukuran zaman itu.
Mengikuti pola simetris dari seluruh kompleks,
unit utama juga simetris bersumbu pada pintu
masuk, frigidarium sentral hall, tepidarium,
dan calidarium frigidarium tidak beratap,
identik dengan posisi atrium, namun di sini
berupa kolam juga untuk mandi. Pada sumbu
melintang barat-utara dan timur-selatan
terdapat simetris di kiri dan kanan ruang-ruang
antara lain : ante room, peristyle terbuka,
sudatorium, terpidarium, kamar mandi suite
Thermae Caracalla di Roma (gymnasium). Unit utama ini mempunyai pintu
Sumber : http://pinterest.com, diakses pada 30 Agustus 2015 masuk dari kiri-kanan, timur-selatan, dan barat-
utara.
Denah Thermae Caracella, dan Perspektif rekonstruksi Central hall.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 40.
4. Teater (theatre) dan teater terbuka
(amphitheatre)
Kesenangan melaksanakan kegiatan diluar
atau tidak di dalam gedung beratap dari orang-orang
Yunani sejak zaman kuno terungkap jelas antara lain
dengan adanya teater terbuka (amphitheatre). Selain
mengembangkan budaya termasuk arsitektur pada
wilayah jajahan, rupanya orang-orang Roma juga
mengadopsi budaya bangsa yang dijajah, termasuk
Yunani. Kecenderungan semacam itu terungkap
dengan banyaknya teater dibangun hampir di semua
kota diseluruh wilayah kekuasaannya. Teater
Marcellus di Roma (23-13 SM) adalah salah satu dari
bangunan jenis teater yang terletak di tengah-tengah
kota Roma. Tempat penonton berdenah setengah
lingkaran, tidak dibuat dari kemiringan sisi bukit,
Theatre Marcellus di Roma (23-13 SM).
namun dengan dinding pelengkung-pelengkung. Sumber : https://en.m.wikipedia.org, diakses pada 30 Agustus 2015.
Pelengkung berderet pada dinding luar yang
denahnya setengah lingkaran, terdiri dari dua tingkat.
Masing-masing pelengkung diapit oleh pilaster atau
kolom yang menyatu dengan dinding, dalam hal ini
dekorasinya ada dua bentuk yaitu Ionik dan Dorik.
Colosseum Roma adalah amphitheatre terbesar dan
termegah yang didirikan pada zaman Romawi. Dibangun
atas perintah Vespasian pada tahun 70 M, diselesaikan
oleh Demitian pada 82 M.

Colosseum Roma sangat luas, denah berbentuk elip,


garis tengahnya 189 x 156.4 m2. Pada dinding keliling
yang bentuknya juga elips atau oval, berderet melingkar
80 pelengkung yang bertingkat 3. Arena di kelilingi
audiotorium bertingkat 3, bentuknya juga oval,
berdiameter 27.47 m x 54.86 m, dan di kelilingi dinding
setinggi 4.57 m. Dibalik atas dinding atau podium
terdapat singgasana kaisar dan tempat duduk para pejabat
dan kerabat kekaisaran. Di belakangnya lagi terdapat
empat duduk penonton (meninanum) yang dapat
menampung 5000 orang pada gang pada masing-masing
tingkat. Pilaster dan kolom menggunakan hiasan berpola
Order-Yunani, Ionik pada lantai 3 dan Korientien pada
Pandangan sisi, penampang melintang , dan denah. lantai 4.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 42.
Aqua Claudia di Roma (38 M), juga menjadi bukti
sejarah dari peranan sistem konstruksi pelengkung dalam
5. Jembatan Saluran Air (Aquaduct) pengembangan wilayah, dalam hal ini berupa saluran air
Dalam pengembangan wilayah jajahan Roma, yang panjangnya 72 km dan mengalirkan air dari Subiaco
konstruksi pelengkung sangat berperan terutama dalam ke Roma. Sebagian saluran dalam konstruksi pelengkung
membangun jembatan dan jembatan saluran air berderet sepanjang 15.20 km, tinggi rata-rata 30 m, dan 48
(aquaduct). Salah satu konstruksi luar biasa besarnya, km lainnya melintas pada lembah.
dibangun pada zaman Romawi adalah Pont du Grand di
Nimes, Perancis (14 M) berupa konstruksi jembatan
yang mempunyai saluran air sepanjang 40 km,
mengalirkan air dari Uzes ke Nimes. Panjang aquaduct
268.83 m, membentang setinggi 47.24 m di atas
permukaan sungai dan lembah.Jembatan terdiri dari tiga
tingkatan, masing-masing berbeda bentangan dan lebar
pelengkung. Terbesar dan terlebar paling bawah,
menjadi tumpuan yang di atas, juga untuk jembatan
kendaraan dan manusia. Pelengkung terlebar pada
bagian ini, selebar sungai, yaitu 24.50 M, semuanya
pada bagian ini ada 5 buah. Deretan pelengkung di
atasnya ada 9 buah, masing-masing lebarnya berbeda,
tergantung yang ada dibawahnya, paling lebar 24.50 m, Pont du Grand di Nimes, Perancis (14 M), pandangan melintang
terpendek 15.30 m. Yang teratas relatif jauh lebih kecil, dan detail konstruksi.
semua lebarnya sama, dan sebanyak 36 buah. Sumber :
http://architecturestation.blogspot.com/2010/06/arsitektur-
romawi.html, diakses pada 02 September 2015.
PENINGGALAN ARSITEKTUR ROMAWI KUNO

1. Pelengkung
Suku bangsa Etruscans, telah disebut di
atas mendiami wilayah tengah-barat Itali adalah
kelompok suku yang sangat maju pada zamannya
dalam arsitektur. Pada sekitar abad VII SM sudah
membangun kota dengan antara lain dinding-
dinding, pipa-pipa pembuangan air, hingga
mengontrol sungai sehingga permukaan airnya sama
dengan rata-rata permukaan danau-danau. (Sir
Banister Fletcher, 1975 : 263).
Pada arsitektur Romawi, pelengkung
menjadi bagian yang penting, karena berfungsi
sebagai konstruksi menggantikan kolom dan balok.
Dinding keliling dengan gerbang berkonstruksi pelengkung Berkat pelengkung berbagai bangunan besar dan
Falerii Novi pada abad III SM. tinggi dapat didirikan.
Sumber : Sumalyo, 2003 : 29.
A. Pelengkung Augustus B. Pelengkung Konstantinus
Pelengkung Augustus di Perugia, dibangun pada Untuk mengabadikan kemenangannya,
akhir abad 11 SM, juga menunjukan pemakaian pelengkung Konstantinus memutuskan untuk membangun sebuah
sudah sejak zaman Romawi awal atau zaman Etruscan. pelengkung kejayaan. Di bagian atas pelengkunya, ditulis
Dengan sistem konstruksi pelengkung, maka kolom dan balok inskripsi yang ditujukkan untuk dewa. Di bagian bawahnya,
tidak diperlukan lagi. Kemudian dalam perkembangannya, ada ukiran yang menggambarkan pertempuran Konstantinus.
bentuk kolom dan balok Yunani hanya menjadi bagian dari Ukiran pada pelengkung ini menggambarkan Konstantinus
dekorasi. Berbagai kuil pada zaman Etruscan menggunakan memasuki kota Roma dengan kereta perang, juga ada ukiran
sistem kolom dan balok, namun konstruksi, proporsi, yang memperlihatkan Konstantinus memberi uang pada orang
komposisi dan dekorasinya mempunyai ciri khusus berbeda miskin. Inovasi pada pelengkung ini adalah digunakannya
dengan ketiga Order Yunani. pewarna, sedangkan pelengkung-pelengkung sebelumnya
tidak dilapisi pewarna.

Rekonstruksi Pelengkung Augustus. Pelengkung Konstantinus.


Sumber : Sumalyo, 2003 : 29. Sumber :
https://id.wikibooks.org/wiki/Romawi_Kuno/Arsitektur/Pelengkung_
Konstantinus, diakses pada 08 September 2015.
C. Pelengkung Titus
Pelengkung Titus terletak di bagian selatan dari pusat
kota Roma, di ujung sebuah jalan yang berada di
samping selatan Kuil Venus. Pelengkung didirikan pada
zaman Titus, untuk memperingati jatuhnya Jerusalem ke
tangan orang-orang Roma. Bagian dalam pelengkung ini
diukir dengan ukiran timbul.

Pelengkung (arch) Titus di Roma (82 M).


Sumber :
http://andieperkembanganarsitek.blogspot.com/2010/06/ar
sitektur-romawi.html, diakses pada 02 September 2015.
2. Kolom dan Balok
Konstruksi kolom dan balok atau entablature menjadi ciri khas arsitektur Yunani
yang disebut Order. Keindahan dari Order terpancar dari ornamen yang menenkankan pada
bagian-bagian yang dominan antara lain kolom dan kepalanya, entablature dan pediment
dengan dekorasi, terbagi menjadi aliran masing-masing mempunyai ciri khas antara lain,
Dorik, Ionik dan Korintien.

Elemen-elemen Order dalam


arsitektur Romawi hanya diambil
bentuknya, sama sekali tidak
terkait dengan konstruksi,
menghias pilaster dan balok-
baloknya. Dalam berbagai
bangunan Romawi, elemen
arsitektur Yunani hanya menjadi
hiasan misalnya pada pintu masuk
dan jendela. Pada teater, kolom,
balok atau entablature yang Kolom-kolom menyangga semacam entablature, lengkap
Order Dorik, Ionik, dan Korientien Romawi dengan cornice, bukan berfungsi sebagai balok, namun juga
Sumber : http://www.tribunesandtriumphs.org/roman-
menyatu dengan pelengkung yang sebagai ornament. Ditengah frieze, terdapat berkaitan dengan
architecture/roman-columns.htm, diakses pada 08 berfungsi ganda yaitu sebagai sejarah. Sumber :
September 2015. bagian konstruksi penguat dinding http://andieperkembanganarsitek.blogspot.com/2010/06/arsitekt
dan juga sebagai dekorasi. ur-romawi.html, diakses pada 01 September 2015.
WASSALAMUALAIKUM
WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

Anda mungkin juga menyukai