Anda di halaman 1dari 15

MK.

Pengelolaan Sumber Belajar

PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR ELEKTRONIK


Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P (0104510007) – KTP PPS Unnes

Sumber Belajar untuk MK. Perkembangan Arsitektur Tradisional


(MATERI ARSITEKTUR TORAJA)
Program Studi Desain Interior

Standar Kompetensi
Mengenal ragam bentuk arsitektural dan pola ruang hingga ornamen yang ada di
dalam bangunan tradisional

Kompetensi Dasar
Memahami konsep budaya dan pengaruhnya pada bentuk dan pola tata ruang dalam
arsitektur tradisional Toraja.

ARSITEKTUR TANA TORAJA


KONDISI GEOGRAFIS & PENDUDUK

Tana Toraja secara administrasi masuk dalam Kabupaten Toraja, terdiri dari 9
kecamatan dan 32 desa. Luas wilayah 3178 Km2, sebagian besar (40%) terdiri dari
pegunungan dan dataran tinggi (25%). Wilayah Tana Toraja terletak sekitar 350 Km di
utara kota Makassar, antara 2°40'-3°25' lintang selatan dan 119°30'-120°25' bujur
timur. Di tengah-tengah wilayah berbukit-bukit tersebut terdapat Sungai Sa’dang yang
mengalir dari utara ke selatan serta berpengaruh secara sosial, budaya dan ekonomi
masyarakat Toraja (Sumalyo, 2001).

Gambar 1. Peta Sulawesi Menunjukkan Lokasi Tana Toraja


(sumber: http://www.indonesia-tourism.com/south-sulawesi/map/tana-toraja-map.png )

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 1


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

Istilah Toraja Sa'dang dipakai untuk menyebut wilayah dan kelompok etnis di
kawasan Sungai Sa'dang. Sebutan tersebut untuk membedakan dengan kelompok dan
tempat dengan sebutan Toraja-Mamasa, berada di sebelah baratnya beberapa puluh
kilometer, dipisahkan oleh lembah dan gunung. Menurut legenda suku Toraja-
Mamasa berasal dari suku Toraja-Sa'dang yang merantau ke arah barat, tidak kembali
dan membentuk masyarakat Toraja di tempatnya yang baru. Di Tana Toraja terdapat
dua pusat kota, Makale dan Rantepao. Makale berfungsi sebagai pusat administrasi di
selatan, sedangkan Rantepao 18 Km di utara Makale, lebih berfungsi sebagai pusat
pelayanan dan jasa
Menurut Laporan Kuliah Kerja Toraja 1975 Jurusan Arsitektur Universitas
Indonesia dalam Wegymantung (2009), Suku Toraja yang ada sekarang ini bukanlah
suku asli, tapi merupakan suku pendatang. Menurut kepercayaan atau mythos yang
sampai saat ini masih dipegang teguh, suku Toraja berasal dari khayangan yang turun
pada sebuah pulau Lebukan. Kemudian secara bergelombang dengan menggunakan
perahu mereka datang ke Sulawesi bagian Selatan. Di pulau ini mereka berdiam
disekitar danau Tempe dimana mereka mendirikan perkampungan. Perkampungan
inilah yang makin lama berkembang menjadi perkampungan Bugis. Diantara orang-
orang yang mendiami perkampungan ini ada seorang yang meninggalkan
perkampungan dan pergi ke Utara lalu menetap di gunung Kandora, dan di daerah
Enrekang. Orang inilah yang dianggap merupakan nenek moyang suku Toraja.
Sistem pemerintahan yang dikenal di Toraja waktu dulu adalah sistim federasi.
Daerah Toraja dibagi menjadi lima daerah yang terdiri atas :
1. Makale
2. Sangala
3. Rantepao
4. Mengkendek
5. Toraja Barat.
Daerah-daerah Makale, Mengkendek, dan Sangala dipimpin masing-masing oleh
seorang bangsawan yang bernama Puang. Daerah Rantepao dipimpin bangsawan yang
bernama Parengi, sedangkan .daerah Toraja Barat dipimpin bangsawan bernama
Ma’Dika. Didalam menentukan lapisan sosial yang terdapat didalam masyarakat ada
semacam perbedaan yang sangat menyolok antara daerah yang dipimpin oleh Puang
dengan daerah yang dipimpin oleh Parengi dan Ma’Dika. Pada daerah yang dipimpin
oleh Puang masyarakat biasa tidak akan dapat menjadi Puang, sedangkan pada
daerah Rantepao dan Toraja Barat masyarakat biasa bisa saja mencapai kedudukan
Parengi atau Ma’Dika kalau dia pandai. Hal inilah mungkin yang menyebabkan daerah
Rantepao bisa berkembang lebih cepat dibandingkan perkembangan yang terjadi di
Makale.

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 2


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

KEPERCAYAAN

Menurut L. I. Tangdilintin dalam Yulianto Sumalyo (2001), kepercayaan asli


masyarakat Toraja adalah Aluk Todolo yang artinya agama/aturan dari leluhur (aluk =
agama/aturan, todolo = nenek moyang). Menurut ajaran Aluk Todolo, di luar diri
manusia terdapat 3 unsur kekuatan dan wajib dipercayai kebenaran dan
kebesarannya, yaitu Puang Matua, Deata dan To Membali Puang (Todolo).

a. Puang Matua
Aluk Todolo menurut penganutnya diturunkan oleh Puang Matua atau
Sang Pencipta mulanya pada leluhur pertama yang disebut Datu La Ukku' yang
kemudian menurunkan ajarannya kepada anak cucunya. Oleh karena itu
menurut kepercayaan ini, manusia harus menyembah, memuja dan
memuliakan Puang Matua atau Sang Pencipta diwujudkan dalam berbagai
bentuk sikap hidup dan ungkapan ritual antara lain berupa sajian,
persembahan maupun upacara-upacara.
• Merupakan unsur kekuatan yang paling tinggi sebagai pencipta alam
semesta.
• Dalam pelaksanaan persembahan kurban, hewan yang dpersembahkan
untuk Puang Matua adalah kerbau, babi dan ayam.
• Puang Matua bersemayam di langit / dunia atas
• Puang Matua memberikan kebahagiaan sesuai dengan kelakuan, baik atau
jahat.
• Upacara untuk Puang Matua dilakukan di Utara / depan tongkonan

b. Deata
Setelah Puang Matua menurunkan Aluk kepada Datu La Ukku’ sebagai
manusia pertama, kemudian memberikan kekuasaan kepada para Deata atau
Dewa untuk menjaga dan me-melihara manusia. Oleh karena itu Deata di-
sebut pula sebagai Pemelihara yang menurut Aluk Todolo tidak tunggal tetapi
di golongan menjadi tiga yaitu:
• Deata Langi (Sang Pemelihara Langit menguasai seluruh isi langit dan
cakrawala)
• Deata Kapadanganna (Sang Pemelihara Bumi, menguasai semua yang ada
di bumi)
• Deata Tangngana Padang (Sang Pemelihara Tanah, menguasai isi bumi).
Masing-masing golongan terdiri dari beberapa Deata yang menguasai bagian-
bagian tertentu misalnya gunung, sungai, hutan dan lain-lain. Upacara untuk
deata dilakukan di sebelah Timur tongkonan.

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 3


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

c. To Membali Puang
• To Membali Puang atau Todolo (Leluhur) merupakan arwah leluhur yang
juga diwajibkan dipuja dan disembah karena merekalah yang memberi
berkah kepada para keturunannya dan menempati dunia bawah.
• Selain memberi berkah juga bertugas mengawasi perbuatan dan perilaku
manusia keturunannya.
• Upacara untuk to membali puang diadakan di Barat tongkonan.

Upacara Adat (Wegymantung, 2009)


Toraja sangat dikenal dengan upacara adatnya. Didalam menjalankan upacara dikenal
dua macam pembagian yaitu Rambu Solok dan Rambu Tuka.
Rambu Solok merupakan upacara kedukaan yang meiliputi 7 tahapan, yaitu :
a. Rapasan
b. Barata Kendek
c. Todi Balang
d. Todi Rondon
e. Todi Sangoloi
f. Di Silli
g. Todi Tanaan
Rambu Tuka merupakan upacara kegembiraan, yang juga meliputi 7 tahapan, yaitu :
a. Tananan Bua’
b. Tokonan Tedong
c. Batemanurun
d. Surasan Tallang
e. Remesan Para
f. Tangkean Suru
g. Kapuran Pangugan

Gambar 2. Kubur Batu Tebing Toraja (pa’tane)


(sumber: http://tourismeight.com/wp-content/uploads/2011/06/kuburan-batu-londa.jpg )

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 4


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

Karena mayoritas penduduk suku Toraja masih memegang teguh kepercayaan


nenek moyangnya maka adat istiadat yang ada sejak dulu tetap dijalankan sekarang.
Hal ini terutama pada adat yang berpokok pangkal dari upacara adat Rambu Tuka’ dan
Rambu Solok. Dua pokok inilah yang merangkaikan upacara-upacara adat yang masih
dilakukan dan cukup terkenal. Upacara adat itu meliputi persiapan penguburan
jenazah yang biasanya diikuti dengan adu ayam, adu kerbau, penyembelihan kerbau
dan penyembelihan babi dengan jumlah besar. Upacara ini termasuk dalam Rambu
Solok, dimana jenazah yang mau dikubur sudah di simpan lama dan nantinya akan
dikuburkan di gunung batu.

ORIENTASI RUMAH

Pandangan Aluk Todolo mengenai angapan tentang alam raya / makro kosmos
diklasifikasikan sebagai berikut (Sumalyo, 2001) :
• Orientasi Timur Barat
• Orientasi Utara Selatan
• Orientasi Atas Bawah
• Orientasi Empat Arah Angin

a. Orientasi Timur Barat


• Timur adalah matallo, tempat terbitnya matahari yang memiliki makna
bahagia, terang dan sumber kehidupan.
• Alu’matallo adalah upacara kebahagiaan. Perangkat upacara disebut
rambu tuka.
• Barat adalah matampu, tempat matahari terbenam yang memiliki makna
kedukaan, kegelapan dan sumber kedukaan.
• Alu’matampu adalah upacara kedukaan. Perangkat upacara disebut rambu
solo.
b. Orientasi Utara Selatan
• Utara adalah paling utama, disebut uluna lino yang berarti kepala dunia.
Utara memiliki makna kepala, depan dan atasan yang dihormati dan dalam
interior sebagai tempat suci dan terhormat.
• Selatan disebut pollo’na lino yang berarti dasar dunia. Selatan memiliki
makna kaki, bawahan dan pengikut belakang serta dalam interior sebagai
tempat kotor.
c. Orientasi Atas Bawah
• Benua atas, berada di langit, sebagai laki-laki dan bersifat baik.
• Benua bawah, berada di bawah air, sebagai wanita dan bersifat buruk.
• Benua tengah, berada di permukaan bumi, diangap sebagai tempat
pertemuan benua atas dan bawah dimana terjadi keharmonisan dan
keseimbangan

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 5


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

d. Orientasi Empat Arah Angin


Empat arah angin membentuk segi empat dan diproyeksikan sbb :
• Azas kehidupan tentang kelahiran manusia
• Azas kehidupan tentang eksistensi (kehadiarn manusia)
• Azas kehidupan tentang pengabdian manusia dalam makrokosmos.
• Azas kehidupan tentang kematian manusia.

TONGKONAN

Gambar 3: Potongan Samping Tongkonan


(sumber: http://assets.kompas.com/data/photo/2009/06/25/1607092p.JPG )

Kata Tongkonan menurut Abdul Azis Said dalam Shandra Stephani (2009),
berasal dari kata Tongkon yang berarti 'tempat duduk', mendapat akhiran 'an' maka
menjadi Tongkonan yang artinya tempat duduk. Dahulu Tongkonan adalah pusat
pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan kehidupan sosial budaya
masyarakat Tana Toraja. Tongkonan tidak bisa dimiliki oleh perseorangan, melainkan
dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja.
Dengan sifatnya yang demikian, Tongkonan dapat diartikan beberapa fungsi,
antara lain pusat budaya, pusat pembinaan keluarga, pembinaan pera-turan keluarga
dan kegotongroyongan, pusat dinami-sator, motivator dan stabilisator sosial, sehingga
fungsi Tongkonan tidaklah sekedar sebagi tempat untuk duduk bersama, lebih luas lagi
meliputi segala aspek kehidupan. Apabila mempelajari letak dan upacara-upacara
yang dilaksanakan, melalui simbol-simbolnya akan diketahui bahwa Tongkonan adalah
simbol sosial dan simbol alam raya. Oleh karena itu, orang Toraja sangat
men"sakral"kan Tongkonan.
Pembagian alam raya berdasarkan kepercayaan Aluk Todolo kemudian menjadi
konsep dasar terwujudnya bentukan rumah Tongkonan seperti yang terlihat pada
gambar berikut.

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 6


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

Gambar 4: Potongan Samping Tongkonan


(sumber: Stephany, 2009:31)

Keterangan gambar:
a. Atap dan bagian muka, terutama bagian ber-bentuk segitiga dari dinding muka
dinamakan sondong para atau lido puang (wajah dari dewa-dewa), melambangkan
Dunia Atas
b. Dunia Tengah, dunia dari manusia; bagian muka sebelah utara paling berhubungan
dengan “bagian dari matahari terbit‟ (untuk upacara di bagian timur)
c. Dunia bawah: Sama seperti Pong Tulak Padang memegang dunia di atas, jadi
rumah disangga dengan jiwa yang tinggal dalam Bumi (menurut beberapa orang
Toraja, Tulak Padang sendiri yang menyangga rumah)
d. Lubang, yang dibuka pada bagian dalam atap untuk upacara-upacara dari sebelah
timur.

PENATAAN RUANG

Rumah bagi masyarakat Toraja adalah cerminan penghayatan religi, sebagai


bentuk pemahaman sederhana terhadap alam semesta (Dewi, 2003). Bentukan
geometris ruang selalu dikaitkan dengan fenomena alam. Konsep hirarki rumah Toraja
(banua) terdiri dari tiga bagian berdasarkan hirarkinya, yakni bagian atas, bagian
tengah dan bagian bawah.
1) Bagian atas, loteng (langi) merupakan dunia/alam atas yang melambangkan
sorga dan dianggap paling sakral; 2) Ruang tengah merupakan ruang dunia kehidupan
manusia (padang); 3) Ruang bawah rumah/kolong merupakan dunia bawah, tempat
kehidupan makhluk setan; 4) Kaki bangunan paling bawah akan ditopang pada kepala
dewa Pong Tulak Padang; 5) Sementara dewa tertinggi, Puang Matua, bertempat di
alam sorga teratas (ulunna langi) dan ini disimbolkan dengan matahari dan
pergerakannya; 6) Rumah bangsawan suku Toraja, terdapat ruang tengah di kaki
rumah yang tidak difungsikan, disimbolkan sebagai riri posi atau tempat tali pusar;

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 7


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

Gambar 5: Konsep Kosmologi Rumah Toraja


(sumber: Dewi, 2003:41)

7) Pada badan rumah terdapat ruang yang menjadi orientasi (axis mundi), atau
disimbolkan sebagai pusat alam semesta (petuo), dalam satu sumbu vertikal dengan
ruang di atasnya. Ruang di bawah rumah (kaki panggung) dianggap sebagai ruang yang
sangat berbahaya, terdapat kekuatan yang dapat mengganggu kehidupan manusia; 8)
Padi dan air sebagai sumber kehidupan terdapat di sebelah utara rumah; 9) Tapak
rumah akan dibangun mengikuti aliran sungai Sa’dan. Aliran sungai dari arah utara ke
selatan juga merupakan salah satu sumbu orientasi perumahan suku Toraja pada
umumnya, selain juga mengikuti orientasi timur-barat sesuai lintasan pergerakan
matahari; 10) Laut terdapat di bagian selatan dengan latar belakang Pulau Pongko,
asal nenek moyang masyarakat Toraja sebelumnya; 11) Kuburan juga diletakkan di
sebelah selatan; 12) berdekatan dengan gunung Bamba Puang yang legendaris itu; 13)
Kuburan bagi para bangsawan diposisikan lebih tinggi daripada kuburan masyarakat
biasa. Kuburan ini dikelilingi oleh pohon kelapa untuk membantu para roh mencapai
alam atas.

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 8


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

Rumah suku Toraja diletakkan sesuai orientasi utara-selatan. 14) Bagian rumah
yang dianggap paling sakral adalah bagian loteng paling utara (lindo puang), sebagai
pengejawantahan wajah pemilik rumah itu, sekaligus juga pintu masuk para dewa ke
dalam rumah. Pada sisi rumah sebelah selatan dan sisi lainnya disimbolkan sebagai
kematian, seperti juga sisi barat, tempat matahari terbenam; 15) Jenasah diposisikan
di sebelah barat rumah dengan kepala di selatan, melambangkan pulau kematian yang
berada di sebelah selatan. Kondisi ini hanya dilakukan pada saat upacara menjelang
pemakaman. Jenasah kemudian diposisikan di timur-barat, dan diperlakukan seolah
jenasah itu masih hidup; 16) Upacara ini merupakan upacara terpenting, akhirnya
jenasah dikeluarkan melalui pintu yang terletak di sisi barat rumah. Sisi selatan dan sisi
barat juga dilambangkan sebagai tempat leluhur dan tempat peninggalan benda-
benda pusaka; 17) Ada juga yang meletakkannya di sudut tenggara ruangan; 18)
Sebelah timur rumah merupakan tempat aktivitas para penghuni, dilambangkan
sebagai jantung.

Menurut Azis Said dalam Shandra Stephani (2009), rumah Tongkonan terdiri atas
ruang-ruang yang berjejer dari utara ke selatan dan berbentuk persegi panjang. Ruang pada
bagian badan Tongkonan terbagi atas tiga bagian, yaitu:
- Ruang bagian depan (Tangdo‟) disebut kale banua menghadap bagian utara.
Tempat penyajian kur-ban pada upacara persembahan dan pemujaan kepada
Puang Matua.
- Ruang tengah (Sali) lebih luas dan agak rendah dari ruang lainnya. Terbagi atas
bagian kiri (barat) tempat sajian kurban hewan dalam upacara Aluk Rambu Solo’
dan bagian kanan (timur) tempat sajian kurban persembahan dalam upacara Aluk
Rambu Tuka’.
- Ruang belakang (Sumbung) disebut pollo banua (ekor rumah) berada dibagian
selatan, tempat masuknya penyakit.

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 9


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

Selain itu, pola penataan ruangnya berdasarkan pada pembagian keempat titik
mata-angin seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6: Denah Tongkonan


(sumber: Stephany, 2009:32)

Penataan ruang disusun sedemikian rupa untuk mempermudah pelaksanaan


ritual di dalam tongkonan yang terletak pada tata letak penyajian hidangan yang
mengikuti arah Timur-Barat menurut kepercayaan Aluk Todolo. Pada upacara rambu
tuka’, sajiannya dihidangkan di bagian timur sedangkan untuk upacara rambu solo’,
sajiannya dihidangkan di bagian Barat dalam Tongkonan.
Berikut penjabaran dari perwujudan kepercayaan Aluk Todolo pada tiap ruang
dalam dari Tongkonan, yaitu Bagian Utara, Selatan, Timur dan Barat:
- Bagian Utara Tongkonan disebut Ulunna lino (kepala dunia) atau lindo puang
(wajah raja-raja). Bagian ini dikonotasikan sebagai kepala, bagian depan,
atasan, bagian yang dihormati, dan dianggap sebagai tempat suci tempat
bersemayamnya Puang Matua sekaligus sebagai tempat dewa memasuki
rumah. Areal ini terletak pada bagian depan Tongkonan dan dalam
pelaksanaan ritual berfungsi untuk upacara persembahan dan pemu-jaan
kepada Puang Matua.
- Bagian Selatan disebut pollo ‘na lino (ekor dunia) dikonotasikan sebagai kaki,
bawahan, ekor, pengikut dan tempat kotor. Di selatan bagi masyarakat
Toraja, terdapat alam Puya tempat roh-roh orang yang telah meninggal dan
dijaga oleh Pong Lalondong. Bagian ini digunakan sebagai tempat ruang tidur
bagi anggota keluarga yang mana posisi kepala menurut kepercayaan mereka
harus menghadap ke utara untuk memperoleh berkah dari Puang Matua agar
terhindar dari segala jenis penyakit.

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 10


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

- Bagian Timur tempat terbitnya matahari, rampe mata allo (rampe=sisi;


allo=matahari) dikonotasikan sebagai “kehidupan‟, mewakili kebahagiaan,
terang, kesukaan, dan kegiatan yang menunjang kehidupan-tempat perapian
diletakkan. Fungsi religiusnya sebagai areal pelaksanaan ritual Aluk Rambu
Tuka’, tempat pemujaan Deata-deata (penguasa dan pemelihara bumi) dan
terletak pada sisi kanan ruang dalam Tongkonan.
- Bagian Barat tempat terbenamnya matahari (rampe matampua), merujuk
pada “kematian‟ dan mewakili unsur gelap, kedukaan, dan semua hal yang
mendatangkan kesusahan. Bagian barat ruang ini secara religius berfungsi
sebagai tempat membaringkan tubuh mayat dengan kepala menghadap ke
selatan tempat alam Puya berada dan tempat upacara pertama orang mati
yang dilakukan dalam Tongkonan. Selain itu, juga berfungsi sebagai tempat
pemujaan Tomembali Puang (arwah para leluhur yang telah menjadi dewa
atau biasanya disebut todolo) dalam pelaksanaan ritual Aluk Rambu Solo’ dan
terletak pada sisi kiri ruang dalam Tongkonan. Bagian Timur dan Barat terletak
pada sisi kanan dan kiri dari ruang tengah. Pembagian antara bagian kanan dan
kiri ditandai dengan pata’ (kayu melintang dari ruang depan ke belakang dan
membagi badan rumah secara simetris yang terdapat pada lantai).

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 11


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

ORNAMEN

Ornamen dalam bahasa Toraja disebut passuraq, yang berasal dari akar kata
suraq sinonim dengan kata surat, yang artinya, berita, tulisan atau gambaran (Anwar
Thosibo, 2011). Etnis Toraja menggambar passuraq sama seperti bentuk aslinya
(einmalig) yang memiliki artikulasi. Artikulasi passuraq ternyata identik dengan tulisan,
namun bukan dalam modus seperti alphabet Latin atau hiragana Jepang tetapi dalam
representasi yang lain yaitu karya seni ukir kayu yang di dalam obyek gambarnya
memiliki tataran ikonis dan tataran plastis.
Pada tataran ikonis, gambar passuraq diandaikan mewakili obyek tertentu yang
dapat diketahui melalui persepsi dunia-hidup sehari-hari yang masih berlangsung,
sementara pada tataran plastis, kualitas ekspresi gambar passuraq berguna untuk
menyampaikan konsep-konsep yang abstrak. Seperti halnya bahasa tulisan, passuraq
merupakan “sistem pembuka dan penyimpan makna” realitas masyarakat Toraja,
karena itu maka passuraq tidak sekedar komunikatif tetapi juga sebagai tempat
kreatifitas seni. Dalam kapasitas seni inilah pribadi passuraq - sebagai seorang perupa
dan seorang sejarawan - memiliki kebebasan untuk merefleksikan apa yang dilihat dan
dialami dalam dunia imajinasinya.
Menurut Kornelius Kadang dalam Anwar Thosibo (2011) menyatakan bahwa
terdapat kurang lebih 125 motif gambar passuraq yang pernah diciptakan, yang
masing-masing menggambarkan realitas kehidupan dan ada 75 motif hanya
dikhususkan untuk Tongkonan. etnis Toraja mengklasifikasi gambar passuraq ke dalam
4 kategori berdasarkan ketentuan adat.
Pertama dinamakan Garontok Passuraq, yaitu gambar utama dan dianggap
sebagai pangkal atau dasar untuk memahami budaya Toraja. Kedua dinamakan
Passuraq Todolo, dianggap sebagai penggambaran realitas hidup orang dewasa sejak
berkeluarga sampai kakek nenek. Ketiga dinamakan Passuraq Malollek, yaitu
penggambaran realitas hidup kelompok remaja muda mudi. Keempat dinamakan
Passuraq Pakbarean, dianggap sebagai penggambaran berbagai aneka macam
kehidupan yang berhubungan dengan suasana yang penuh kegembiraan dan
kesenangan pada masa kanak-kanak.

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 12


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

Contoh Ukiran/ Passurak Toraja (Wegymantung, 2009)

• Pa’tedong (ukiran kepala kerbau)


Melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran.

• Ne’Limbongan (menggambarkan danau)


Mengandung arti Orang Toraja bertekad mendapat rejeki dari
empat penjuru angin bagaikan mata air yang menyatu di satu
danau.

• Pa’bulu Lodong (rumbai ayam jago)


Mengandung makna keperkasaan dan kearifan

• Pa’Barre Alo (ukiran matahari)


Melambangkan kebesaran dan kebanggaan bagi orang Toraja.

• Pa’Bambo Uai (binatang air yang berenang)


Bermakna manusia harus cepat dan tepat dalam melaksanakan
pekerjaan, tetapi dengan hasil berlipat dan memuaskan.

• Pa’ulu Karua
Artinya diharapkan dalam keluarga muncul orang yang berilmu.

• Padaun Peria (ukiran kuncup bunga peria)


Artinya larangan untuk berzinah dan untuk menjaga kesucian,
seperti kuncup bunga peria

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 13


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

Berikut beberapa contoh aplikasi ornamen/passurak pada Tongkonan (Dewanto,


2011) :

Gambar 7: Passurak pada Pintu Masuk


(sumber:
http://3.bp.blogspot.com/_zwVYq8NdRIs/TSwEcKN89bI/AAAAAAAACcA/jMssJFpkroA/s400/Ta
ngga.jpg )

Gambar 8: Denah Tongkonan


(sumber:
http://4.bp.blogspot.com/_zwVYq8NdRIs/TSwEcEst6AI/AAAAAAAACb4/AfelHk7RaMk/s1600/s
ulawesi6890.JPG )

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 14


MK. Pengelolaan Sumber Belajar

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, Rudy. 2011. Rumah Toraja – Tongkonan.


http://www.rudydewanto.com/2011/01/rumah-toraja-tongkonan.html
(diunduh 20 September 2011)
Stephany, Shandra. 2009. Transformasi Tatanan Ruang dan Bentuk pada Interior
Tongkonan di Tana Toraja Sulawesi Selatan.
http://203.189.120.190/ejournal/index.php/int/article/shop/18179/18066
(diunduh 18 September 2011)

Sumalyo, Yulianto. 2001. Kosmologi dalam Arsitektur Toraja.


http://puslit.petra.ac.id/files/published/journals/ARS/ARS012901/ARS01290108
.pdf (diunduh 18 September 2011)

Thosibo, Anwar. 2011. Mengungkap Masa Lampau Etnis Toraja Melalui Seni Ukir
Ornamen Passurak sebagai Sumber Sejarah.
http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/anwar_thosibo.pdf.
(diunduh 18 September 2011)
Wegymantung. 2009. Asal Usul Suku Toraja.
http://wegymantung.multiply.com/journal/item/3/Asal_usul_Suku_Toraja. (diunduh
20 September 2011)
Wegymantung. 2009. Ukiran Toraja.
http://wegymantung.multiply.com/photos/album/10/ Ukiran_Toraja. (diunduh
20 September 2011)

Eka Kurniawan A.P (0104510007) 15

Anda mungkin juga menyukai