Anda di halaman 1dari 44

SEJARAH ARSITEKTUR DUNIA

CAROLINGIAN & ROMANESQUE

Disusun oleh:

Indah Armelia (052 001200 053)

Reiza Haudina (052 001600 056)

Ryan Juan Harefa (052 001600 058)

Syadza Afifah M (052 001600 107)

Dosen : Dr. Retna Ayu Puspatarini, ST, MT

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 19 oktober 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................ 3

PENDAHULUAN ................................................................................................... 5

I. Latar Belakang ..................................................................................... 5


II. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
III. Persoalan .............................................................................................. 5
IV. Tujuan ................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ...................................................................................................... 6

I. CAROLINGIAN ................................................................................... 6
A. Sejarah Arsitektur Carolingian ...................................................... 7
B. Pengaruh Arsitektur Carolingian ................................................... 8
II. ROMANESQUE ................................................................................... 8
A. Sejarah Arsitektur Romanesque .................................................... 8
B. Karakteristik Arsitektur Romanesque............................................ 9
C. Romanesque di Eropa .................................................................. 17
1. Romanesque di Italy ........................................................ 17
2. Romanesque di Prancis .................................................... 19
3. Romanesque di Inggris, Irlandia ..................................... 23
4. Romanesque di Spanyol, Portugal, Andorra.................... 26
5. Romanesque di Skandinavia ............................................ 28

ANALISA STUDI KASUS ................................................................................... 32

I. TIPOLOGI ARSITEKTURAL ........................................................... 32


A. Church (Gereja) ...................................................................... 32
B. Monasteries (Biara)................................................................. 34

3
C. Castle (Kastil) ......................................................................... 34
II. MATERIALS...................................................................................... 34
III. STUDI KASUS................................................................................... 35
A. Maria Laach Abbey ................................................................ 35
B. Pisa Cathedral ......................................................................... 37
IV. PENERAPAN ROMANESQUE DI INDONESIA ............................ 39
A. Lawang Sewu .......................................................................... 39
B. Kantor NILMIIJ Moojen ........................................................ 40
C. Kantor Pos Medan .................................................................. 41

KESIMPULAN ...................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 44

4
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Arsitektur merupakan produk budaya manusia dalam bentuk bangunan yang pada
awalnya digunakan sebagai tempat untuk bernaung, hidup dan berlindung dari cuaca dan
alam yang mengancam. Kehadiran arsitektur dalam kehidupan manusia memberikan
kontribusi positif yakni sebagai tempat manusia untuk bertahan hidup juga sebagai sarana
manusia untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Prinsip umumnya adalah membangun
sesuatu di atas permukaan tanah sebagai penanda, sebagai ruang yang disiapkan untuk
mereka menjadi kesatuan dalam komunitas kehidupannya. Perkembangan zaman kemudian
mempengaruhi upaya mereka dalam membangun. Untuk menciptakan bangunan yang kuat,
sebuah bangunan harus memiliki fondasi, untuk memiliki kenyamanan dalam sebuah
ruangan bangunan harus ditata sedemikian rupa, dan untuk membedakan fungsi-fungsi
ruangan bangunan juga harus digolongkan berdasarkan kegunaannya.

Menelaah arsitektur klasik eropa pada salah satu mata kuliah yang merupakan
kegiatan pemahaman dan pengenalan mengenai sejarah dunia. Teori arsitektur Klasik
dengan demikian merupakan suatu perwujudan karya arsitektur yang dilandasi dan dijiwai
oleh gagasan dan idealisme Teori Vitruvius. Mahasiswa yang menekuni bidang arsitektural
memerlukan pengetahuan dan perlu memahami mengenai perkembangan, corak, bentuk dan
sejarah arsitektur jaman dahulu hingga sekarang. Untuk mendukung hal itu, maka
mahasiswa harus mengetahui bentuk serta gaya pada bangunan dizaman yang ditentukan.

II. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah arsitektur Carolingian?


2. Apa saja yang mempengaruhi arsitektur Carolingian?
3. Bagaimana sejarah arsitektur Romanesque?
4. Apa saja karakteristik dari arsitektur Romanesque?
5. Apa saja contoh dari arsitektur Carolingian dan Romanesque?

5
III. TUJUAN

1. Mengetahui sejarah arsitektur Carolingian


2. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi arsitektur Carolingian
3. Mengetahui sejarah arsitektur Romanesque
4. Mengetahui karakteristik dari arsitektur Romanesque
5. Mengetahui contoh dari arsitektur Carolingian dan romanesque

6
PEMBAHASAN

I. CAROLINGIAN
A. Sejarah Arsitektur Carolingian

Budaya barat tidak berhenti mendapat


“warna” Romanesque, meskipun imperium itu
runtuh pada abad V. Wilayah wilayah bekas jajahan
Romanesque pada masa itu jatuh ke berbagai
kelompok suku antara lain : dari Jerman menguasai
wilayah Lombard di Itali bagian utara, kelompok
suku Burgundy menguasai wilayah Gaul, Anglo-
Saxon di Britania.sementara itu pada abad VII,
fisigoths di Spanyol jatuh ke tangan Arab, namun Ekspansi Arab ke Eropa
melalui Spanyol, terhenti di Poitiers (Prancis bagian selatan) pada 732 oleh Carlos
Martel seorang pemimpin Frankis. Selanjutnya pada Abad IX, Eropa Barat dan
wilayah laut Mediterania, terbagi dalam berbagai imperium. Wilayah dan
penguasaanya antara lain Carolingian di utara-barat, Bisantin di tengah kawasan
yaitu kawasan mediterania dan Abbasia di wilayah Arab, Mesir dan Afrika utara.

Carolingian adalah istilah dipakai untuk menyebut wilayah, kekuasaan dan


imperium didirikan Charlemagne, menjadi raja mulai darin768, dinobatkan
menjadi imperior 800-14. Dinasti Charlemagne berkuasa hingga abad XX,
wilayah berkuasanya meliputi Perancis, Jerman, dan Belanda.

Carolongian Renaissance

Penobatan Charlemagne dilaksanakan di S.Peter Roma, menandai jaman


baru di Eropa, yaitu jaman Jerman-Kristen, dimana secara politik dan keagamaan
dibawah That Suci Romanesque (Holy Roman Emperor). Jaman itu disebut
Carolingian Renaissance yang punya dasar budaya Jerman, terkait langsung
dengan tradisi Romanesque, mendapat pengaruh besar dari Bisantin dan Oriental.

7
Jaman Carolingian yang juga sering disebut awal atau Pra-Romanesque, pada
akhir abad VIII dan abad IX. Arsitektur Carolingian mempunyai ciri tersendiri
terdapat terutama di Jerman dan Prancis.

B. Pengaruh Arsitektur Carolingian

Salah satu pengaruh paling menonjol pada arsitektur Carolingian adalah


warisan Romanesque di Eropa Barat. Meskipun Carolingians memerintah Eropa
Barat hampir tiga abad setelah runtuhnya kekuatan Romanesque, mereka masih
mewarisi banyak warisan warisan budaya dan intelektual di Roma.

Ini termasuk gaya arsitektur yang unik yang digunakan dalam konstruksi
Romanesque. Hal ini terwujud dalam kenyataan bahwa kebanyakan gereja
Carolingian adalah basilika, meniru gereja-gereja Kristen awal yang dibangun
pada masa Kekaisaran Romanesque.

Contoh penting dari hal ini adalah penggunaan westwork di sejumlah


bangunan Carolingian. Westwork adalah fitur arsitektur unik yang mengacu pada
façade besar di pintu masuk barat gedung gereja. Carolingians banyak
menggunakan westwork di sejumlah bangunan gerejawi.

II. ROMANESQUE
A. Sejarah Arsitektur Romanesque

Arsitektur romanesque adalah gaya arsitektur Eropa abad pertengahan


yang ditandai dengan lengkungan semi melingkar. Arsitektur Romanesque mulai
dari abad ke-6 sampai ke-11, dan padaabad ke-12 menjadi gaya Gothic, ditandai
dengan lengkungan runcing. Contoh arsitektur romanesque dapat ditemukan di
seluruh benua, menjadikannya gaya arsitektur pan-Eropa pertama sejak Imperial
Roman Architecture. Gaya romanesque di Inggris secara tradisional disebut
sebagai arsitektur Norman. Pada masa Romanesque, banyak kastil, gereja dan
katedral, bangunan pemerintahan, tembok kota. Namun kini yang masih dapat
disaksikan hanya sebuah chapel kecil hingga cathedral yang besar.

8
Penyebab berkembangnya seni Romanesque :

- akhir invasi barbar


- dekomposisi cordoba
- berdirinya kedamaian di dunia christian dengan perkembangan kota,
perdaaislean dan industry

Penyebab ekspansi seni Romanesque :

- pengembangan sistem feodal yang menuntut karya


- perluasan tatanan keagamaan (benedictines) berkembang paling luas
- rute ziarah
- perang salib

B. Karakteristik Arsitektur Romanesque

Menggabungkan fitur bangunan Romanesque kuno dan Bizantium dan


tradisi lokal lainnya, arsitektur Romanesque dikenal dengan kualitasnya yang
masif, dinding tebal, lengkungan bulat, tiang kokoh, kubah pangkal pamas,
menara besar dan arcade dekoratif. Setiap bangunan memiliki bentuk yang jelas,
seringkali merupakan rencana yang sangat teratur dan simetris; Penampilan
keseluruhan adalah salah satu kesederhanaan bila dibandingkan dengan bangunan
gothic yang harus diikuti. Gaya dapat diidentifikasi tepat di seluruh Eropa,
terlepas dari karakteristik regional dan material yang berbeda.

Karakteristik :
- Proporsi yang harmonis
- Barrel vault atau groin vault yang terbuat dari batu
- Dinding dan pilar yang kuat
- Jendela yang kecil
- Lengkungan bulat yang menopang atap
- Lengkungan bulat tanpa bukaan yang digunakan untuk dekoratif baik untuk
exterior maupun interior

9
- Nave dengan aisles di samping (kebanyakan gereja tidak memiliki aisles)
- Galeri di aisle samping, terpisah dari nave oleh tritorium
- Sebuah transept (bagian yang melintasi pusar di sudut kanan, memberi bentuk
salib kepada gereja
- Sebuah apse (ceruk setengah lingkaran, biasanya di ujung timur
- Sebuah ambulatory (seringkali dengan kapel yang memancar) di sekitar apse
- Beberapa menara, biasanya di ujung barat dan melewati transept
- Hiasan pahatan di portal, capitals, dan permukaan lainnya
- Hiasan lukis di seluruh interior

1. DINDING
Dinding bangunan Romanesque
seringkali memiliki ketebalan yang sangat
besar dengan bukaan sedikit dan relatif kecil.
Bahan bangunannya sangat berbeda di seluruh
Eropa, bergantung pada tradisi batu dan
bangunan setempat. Di Italia, Polandia,
sebagian besar Jerman, dan Belanda, bata
umumnya digunakan. Daerah lain melihat luas penggunaan batu kapur, granit,
dan batu api. Batu bangunan sering digunakan dalam potongan yang relatif
kecil dan tidak beraturan, ditata dengan mortir tebal. Batu abu abu halus
bukanlah ciri khas gaya, terutama pada bagian awal periode ini, namun terjadi
terutama dimana batu kapur yang mudah dikerjakan tersedia.

2. PIERS
Dalam arsitektur Romanesque, piers sering
digunakan untuk mendukung lengkungan. Mereka terbuat
dari batu, umumnya memiliki ukiran capitals.
Meskipun pada dasarnya persegi panjang, piers
seringkali berbentuk sangat kompleks, dengan setengah

10
segmen kolom berongga inti besar di permukaan bagian dalam yang
mendukung arches.
Piers yang terjadi di persimpangan dua lengkungan besar, seperti yang
berada di bawah persimpangan nave dan transept, masing-masing lengkungan
memiliki piers segi empat yang mendukung sendiri pada sudut kanan ke sisi
yang lain.

3. KOLOM
Kolom yang paling tahan lama
terbuat dari marmer dan memiliki batu.
Mayoritas ditata secara vertikal dan
terkadang terdiri dari berbagai warna.
Mereka mungkin telah mempertahankan
capitals asli mereka, umumnya dari
gaya Corinthian atau Roman Composite

Di sebagian besar wilayah Eropa, kolom


Romanesque sangat besar, karena mereka
menopang dinding tebal bagian atas dengan jendela
kecil, dan terkadang kubah-kubah tebal. Metode
konstruksi yang paling umum adalah
membangunnya dari silinder batu yang disebut
drum.

4. CAPITALS
Capitals pada dasarnya bulat di dasar dan
persegi di bagian atas, di mana ia mendukung
dinding atau arches. Bentuk modal ini
dipertahankan dalam proporsi umum dan
garis besar ibukota Romawi. Hal ini dicapai

11
paling sederhana dengan memotong sebuah kubus persegi panjang dan
mengambil empat sudut bagian bawah.
Di Eropa Utara, capitals umumnya memiliki kemiripan yang jauh lebih
mirip dengan seluk-beluk iluminasi manuskrip daripada classical. Di beberapa
bagian Prancis dan Italia ada hubungan kuat capitals Bizantium. Sementara
beberapa bergantung pada ilustrasi naskah dari adegan dan penggambaran
Alkitab tentang binatang buas dan monster, ada pula adegan-adegan yang
menakjubkan dari legenda orang-orang kudus setempat.

5. ALTERNATION
Karakteristik umum bangunan Romawi,
terjadi baik di gereja-gereja dan di arcade
yang memisahkan ruang interior istana yang
luas, merupakan alternasi antara piers dan
kolom. Bentuk paling sederhana yang
dibutuhkan adalah memiliki kolom di antara
masing-masing piers yang berdampingan.

6. JENDELA

Jendela yang berukuran kecil bertujuan agar


dinding tidak roboh apabila jendela terlalu besar.

7. ARCHES
Arches pada bangunan
Romanesque membentuk suatu
lengkungan bulat. Arches dapat

12
berfungsi sebagai bukaan pintu maupun jendela.
Arcade merupakan deretan arches yang terdapat
pada exterior maupun interior. Terdapat blind arcade
dimana arcade ini tidak berfungsi sebagai bukan dan
hanya untuk sebagai dekoratif

8. VAULT AND ROOFS


Sebagian besar bangunannya memiliki atap kayu, umumnya berupa
rangka sederhana, tie beam, atau kingpost form. Dalam kasus atap kasso,
mereka kadang-kadang dilapisi dengan langit-langit kayu di tiga bagian. Di
gereja-gereja, biasanya aisles itu berkubah, tapi nave beratap dengan kayu, Di
Italia, atap kayu terbuka biasa terjadi, dan balok dasi sering terjadi bersamaan
dengan kubah, kayu-kayu itu kerap didekorasi.

Tipe – tipe vault :

- Barrel Vault
Jenis atap berkubah yang paling sederhana
adalah kubah barel di mana satu permukaan
melengkung meluas dari dinding ke dinding,
contohnya nave sebuah gereja. Barel vault
umumnya membutuhkan dukungan dinding padat,
atau dinding di mana jendelanya sangat kecil

13
- Groin Vault
Kubah-kubah Groin
sangat sering terjadi di
bangunan Romanesque kuno,
dan juga untuk kubah yang
kurang terlihat dan lebih kecil
di bangunan selanjutnya,
terutama di aisle. Sebuah kubah
groin hampir selalu berbentuk
persegi dan terbuat dari dua
kubah tonggak yang berpotongan
pada sudut siku-siku. Kubah groin
sering dipisahkan oleh rusuk
melintang melintang yang low
profile

- Ribbed Vault
Di dalam kubah ribbed, tidak
hanya ada rusuk yang membentang daerah
berkubah melintang, tapi masing-masing
rib berkubah memiliki rusuk diagonal.
Tulang rusuknya adalah anggota struktur,
dan ruang di antara keduanya bisa diisi
dengan bahan yang tidak ringan dan tidak
struktural.
Karena lengkungan Romanesque
hampir selalu berbentuk lingkaran,
masalah struktural dan desain yang
melekat pada kubah berusuk adalah
bahwa rentang diagonal lebih besar dan

14
karena itu lebih tinggi dari rentang
melintang. Pembangun Romanesque
menggunakan sejumlah solusi untuk
masalah ini. Salah satunya adalah
memiliki titik pusat di mana tulang
rusuk diagonal bertemu sebagai titik
tertinggi, dengan isi semua permukaan
miring ke atas ke arahnya, dengan cara yang domisial.

9. PORTALS

Portal pada arsitektur


Romanesque menjadi fokus
pada facad bangunan,
khususnya gereja.

Portal terdiri dari :

- Tympanum : Permukaan dinding dekoratif


setengah lingkaran atau segitiga di atas pintu
masuk, pintu atau jendela, dibatasi oleh lintel dan
arches.

- Archivolts : Sebuah cetakan ornamen atau band


mengikuti kurva di bagian bawah arches

15
- Voussoirs : Unsur berbentuk baji, biasanya
berupa batu, yang digunakan dalam
membangun lengkungan atau kubah

- Lintel : blok horisontal struktural yang membentang ruang atau membuka


antara dua penopang vertical

- Jamb : ide-post atau lapisan pintu atau aperture


lainnya.

- Trumeau : bagian dinding atau pilar di


antara dua bukaan, terutama sebuah pilar
yang membelah sebuah pintu besar di sebuah
gereja.

10. ROSE WINDOWS

Pada perkembangan Romanesque, rose window dan wheel shaped window


banyak diterapkan pada bangunan

16
C. Romanesque di Eropa
1. Romanesque di Italy

Pra-Romanesque terlihat di Italia oleh pembangunan gereja dengan


dinding tebal dari batu, jendela yang sangat kecil dan karakter benteng yang
sangat besar.

Pisa menjadi kota penting dan


berkembang pesat di jaman
pertengahan. Ciri dari Romanesque
italia, terlihat pada wajah depan,
sangat ramai dengan hiasan, deretan
kolom dengan pelengkung
bertingkat tingkat menghias seluruh
wajah bagian atas dari wilayah
depan. Kolom kolom yang berfungsi
sebagai hiasan tersebut silindris, langsing dan pendek, kepalanya berpola
hiasan korintien. Dinding dinding luar termasuk bagian depan ini dilapis
dengan marmer berwarna putih dan coklat. Disusun dalam pola kotak kotak
dan garis garis sebagai hiasan luar.

17
Karakteristik
- Gereja-gereja besar sering memiliki bentuk basilica
- Lombardy dengan kubah penuh dengan proporsi berat
- Elemen dekoratif klasik Italia Tengah: corintianth capitals, marmer berwarna,
lengkungan terbuka, barisan tiang dan galeri dan fasad wirh sculpture

18
- Selatan dengan pengaruh byzantine dan arab:
menggunakan mosaik, lengkungan runcing yang
terjalin
- Tiga bangunan terpisah: gereja, baptisan dan menara
lonceng
- Jendela berukuran kecil. San Zeno, Verona
- Sejumlah gereja memiliki fasad dan interior yang
berhadapan dengan marmer polikrom
- Portal jarang besar dan persegi bukan bulat
- Ukiran relief dangkal di marmer adalah ciri beberapa
fasad.
- Secara internal, gereja-gereja besar umumnya memiliki
arcade yang bertumpu pada kolom-kolom bentuk Klasik.
- Permukaan dinding di atas arcade ditutupi dengan marmer dekoratif, mosaik
atau fresko.
- Buka atap kayu yang berlaku.
- Kubah berusuk, bila digunakan, berukuran besar, persegi dan tidak

2. Romanesque di France
Pengaruh Arsitektur
Romanesque Segi Geograpis Di
Perancis dengan desa yang
masih alami sepanjang jalan
seperti Rhone, Saobne, Seine,
dan Garonne yang berhubungan
meditarerranian dengan laut
atlantik dan kepulauan Inggris. Ada perbedaan wilayah yang memasuki
wilayah pembagian yang ditandai dengan pembagian gaya arsitektur yang
kuat selain itu posisi wilayah geografis. Peradaban Romawi yang telah
menyebar melalui wilayah Perancis sepanjang wilayah yang bersejarah dari

19
lembah rhine, di mana pengaruh dari arsitektur Romawi di mana-mana jelas.
Sebelumnya, Rade dari mediterraniuan mengarahkan sepanjang lembah
Garonne dan venesia membawa pengaruh dari timur ke seberang barat-daya
dari france ke perigueux, didalam aquitaine, pusat dari suatu area yang
diwarisi suatu kelompok besar gereja yang mempertunjukkan dengan inspirasi
mediteranian dari timur yang dapat dibedakan venice dan cyprus, dari utara
sungai loire dilihat pengaruh dari norsemen yang memperoleh laut, dan yang
terus terang yang mereaislekan ke seberang negeri dari rhine ke Brittany.

Tradisi monastik adalah pengaruh besar pada arsitektur gereja dengan


Gereja Abbey Cluny, yang didirikan pada tahun 910 M, menjadi gereja
terbesar di dunia pada masa itu. Landasan Ordo Cisterci di tahun 1098
mengenalkan kesederhanaan desain dan penghematan ornamen. Terutama di
selatan, keberadaan struktur Romawi seperti Pont du Gard berperan dalam
pengembangan arcade bertingkat dan bentuk struktural lainnya.

Batu bangunan sudah tersedia, termasuk batu kapur kelas tinggi yang
cocok untuk ukiran halus. Untuk sebagian besar periode Normandia adalah
unit politik yang besar dan kuat, dan mengembangkan gaya yang konsisten
yang mempengaruhi sebagian besar wilayah utara Prancis. Selatan gereja
Lembah Loire menunjukkan keragaman bentuk arsitektur yang cukup besar
dan seringkali tanpa aisle.

Ziarah ke Santiago de Compostela di utara Spanyol menyebabkan


pembentukan empat rute peziarah melalui Prancis, dan pembentukan banyak
rumah keagamaan di sepanjang rute. Perang Salib dan ziarah membawa
kontak dengan arsitektur Islam dan Bizantium yang mempengaruhi bentuk
sejumlah gereja seperti Saint-Front, Périgueux.

Perkembangan kubah berusuk di Saint-Etienne, Caen, dan penerapan


sejumlah teknik baru di dalam satu bangunan berpengaruh, Abbey of Saint-
Denis, menyebabkan penggunaan awal metode konstruksi dan gaya Gothik
dari tahun 1140 dan seterusnya.

20
Banyak gereja biara, beberapa di antaranya sekarang menjadi katedral atau
telah diangkat ke peringkat Basilika Minor, berasal dari periode ini, dan
merupakan salah satu karya arsitektur terbaik di Prancis. Ada juga banyak
gereja desa, yang banyak di antaranya tetap sedikit berubah.

KARAKTERISTIK
- Itu adalah wilayah asli romanesque
- Provence: kubah runcing dan fasad dihiasi dengan lengkungan
- Lorong samping di sekitar tempat perlindungan setengah lingkaran yang
membentuk ambulatory di mana kapel yang memancar terbuka lebar
- Gereja-gereja besar di utara memiliki bentuk basilika nave dan aisle yang
dipisahkan oleh arcade.

21
- Gereja-gereja besar di Prancis selatan mungkin tanpa lorong, Gereja umumnya
memiliki transept.
- Ujung timur sering berbentuk apse yang hampir setinggi dinding.
- Apse yang tinggi semakin dikelilingi oleh gereja-gereja yang ambulatory dan
kemudian Romawi memiliki chevet yang telah berkembang sepenuhnya
dengan kapel yang memancar.
- Di Normandia, dua menara di atas permukaan yang mengapit nave menjadi
standar bagi gereja-gereja besar dan mempengaruhi fasad Romawi dan Gothik
berikutnya di Utara Prancis, Inggris, Sisilia dan bangunan lainnya di seluruh
Eropa.
- Di Abbey Church of Cluny, serta menara berpasangan di front barat, ada
berbagai menara besar dan kecil. Dari menara oktagonal di atas persimpangan
dan menara transept yang lebih kecil tetap utuh. Pengaturan ini untuk
mempengaruhi gereja-gereja lain seperti
- Windows semakin besar ukurannya dan sering digabungkan, terutama di
cloisters and towers.
- Fasad mengambil dua bentuk, yang dengan dua menara besar, seperti di Saint-
Etienne, Caen, dan bentuk layar dengan dua menara kecil mengapit, seperti di
Katedral Angouleme.
- Sering ada tiga portal, seperti di Abbey of la Trinité, Caen
- Dekorasi façade kaya dan beragam, dengan portal utama menjadi fitur utama.
- Portal pahatan besar adalah ciri khas orang Romawi Prancis. Portal ini sangat
tersembunyi dan kusennya dilengkapi dengan poros dan cetakan. Mereka
biasanya memiliki lintel, mendukung timpanum yang diukir dengan lega yang
tinggi.
- Interior umumnya menggunakan dermaga untuk mendukung arcade, bukan
kolom. Bentuk dermaga menjadi semakin kompleks dengan poros dan cetakan
yang mengarah ke cetakan lengkungan, atau kubah seperti pada Saint-Etienne
Nevers.
- Pada abad ke-12, dermaga silindris dengan ibu kota bergaya Korintus mulai
digunakan.

22
- Pola tiga tahap: lemari besi, arcade dan clerestory didirikan pada abad ke 11.
- Kubah Masonry lebih disukai untuk gereja-gereja yang lebih besar, dan pada
awalnya berbentuk tong atau kubah groin, seringkali dengan lengkungan yang
membentang di antara kubah-kubahnya. Teluk berlubang persegi.
- Gudang tinggi bergaris paling awal di Prancis ada di Saint-Etienne, Caen
(1120). Penerapan metode ini secara luas menyebabkan perkembangan
arsitektur Gothic.
- Beberapa gereja Aquitane dan Anjou yang tak bersunat diberi atap dengan
kubah, seperti di Katedral Angouleme.
-
3. Romanesque di Inggris, Irlandia

Tradisi arsitektur Pra-Romanesque adalah Saxon. Gereja-gereja


berdinding tebal yang tak bertulang memiliki gerbang lengkung yang
mengarah ke segi empat. Menara lonceng sering memiliki menara melingkar
yang melingkar. Windows sering melengkung atau memiliki kepala segitiga.

Invasi Norman terhadap 1066 menyatukan pemerintah Inggris. Uskup-uskup


Norman dipasang di katedral-katedral dan biara-biara Inggris didirikan
mengikuti peraturan Benediktin, Cluniac, Cistercian, dan Augustinian.

Biara didirikan di Wales, Skotlandia dan Irlandia, menekan tradisi


monastik Celtic setempat. Banyak katedral adalah yayasan monastik yang
memiliki peran ganda, yang mempengaruhi arsitektur mereka, khususnya
perpanjangan paduan suara dan transept. Ada keragaman bangunan batu
termasuk batu kapur, New Red Sandstone, batu api dan granit.

Di Inggris, stabilitas politik relatif menyebabkan keuskupan besar dengan


sedikit uskup. Katedral sedikit berbeda jumlahnya dan dalam skala besar.

Isolasi geografis menyebabkan perkembangan karakter daerah yang


berbeda. Iklim menyebabkan pembangunan naves panjang untuk
memudahkan prosesi cuaca basah.

23
Dari katedral abad pertengahan, hampir semuanya dimulai pada periode ini
dan beberapa di antaranya tetap memiliki struktur Norman. Banyak gereja
paroki dimulai pada periode ini. Gereja-gereja biara mengalami kehancuran
pada saat pembubaran biara-biara di awal abad ke-16 dan sebagian besar
direduksi menjadi reruntuhan, beberapa masih bertahan sebagai gereja paroki.

Nave dari Durham Cathedral memiliki piers silinder Katedral Peterborough, nave tahap tiga
dengan hiasan yang menoreh, juga ditemukan di 1155-75 memiliki bagian ovoid dengan
Dunfermline Abbey, Scotland. Meski memiliki poros terpasang. Sedangkan bentuknya
karakter norman Norman, bangunan ini memiliki biasanya Norman, panjangnya lebih besar
penggunaan kubah runcing dan penopang terbang dari yang ditemukan di Normandia. Langit-
yang runcing. langit kayu itu asli.

KARAKTERISTIK

- Ini adalah ciri khas gereja abad pertengahan di Kepulauan Inggris dan Inggris
khususnya bahwa mereka terus diperluas, diubah dan dibangun
kembali.Akibatnya, walaupun bangunan Norman sangat banyak, hanya sedikit
yang utuh, dan beberapa di antaranya, seperti Katedral Lincoln, Katedral
Gloucester dan Katedral Worcester, arsitektur Norman hanya bisa diwakili oleh
portal, kolom nave atau ruang bawah tanah.
- Fasad Norman dari katedral dan abbeys besar mengikuti dua bentuk dasar yang
ditemukan di Prancis, dengan menara berpasangan seperti di Southwell Minster
dan dengan bingkai menara di Katedral Rochester.

24
- Portal biasanya melengkung dan dihiasi dengan chevrons dan ornamen geometris
lainnya, wajah barbar dan spiral.Ada beberapa timpeng anggur Romawi yang
diukir, dengan Kristus di Majesty di Katedral Rochester. Hiasan portal di
Irlandia memiliki unsur khas desain Celtic seperti di portal klimaks Clonfert
Cathedral.
- Beranda samping yang umum dan sering mode biasanya masuk, portal barat
hanya dibuka untuk festival besar.
- Blind arcading digunakan sebagai fitur dekoratif utama, seringkali di sekitar
dinding internal.
- Windows relatif besar dan mungkin diatur dalam tingkatan seperti di transept
dari Peterborough Cathedral. Jendela berpasangan terjadi di menara.
- Naves dari katedral dan gereja biara sangat panjang, dan transept memiliki
proyeksi yang kuat.
- Penjadwal katedral dan gereja biara juga sangat panjang.
- Kura-kura katedral dan biara di sekelilingnya dan dengan ambulatori dengan cara
Prancis, seperti yang ditunjukkan di Katedral Peterborough dan Norwich namun
tidak ada yang bertahan tidak berubah.
- Menara pusat besar adalah karakteristik, seperti di Tewkesbury Abbey dan
Norwich Cathedral.
- Banyak menara bundar terjadi di Irlandia. Mereka juga ditemukan dalam
arsitektur Saxon (Pre-Romanesque) di Inggris sebagai menara tangga yang
terpasang pada menara rencana persegi yang lebih besar.
- Nave naik dalam tiga tahap, arcade, galeri dan clerestory.
- Arcade memiliki dua bentuk: lengkungan bertumpu pada kolom batu silinder
besar seperti di Gloucester dan Hereford Cathedrals, dan lengkungan yang
melintang dari dermaga komposit seperti di Peterborough dan Ely Cathedrals.
Katedral Durham memiliki dermaga dan kolom bergantian.
- Crypts adalah groin, seperti di Katedral Canterbury.
- Hampir setiap gereja besar di Norman memiliki kubah gothic yang lebih tinggi,
kecuali di Peterborough dan Ely Cathedrals yang memiliki langit-langit kayu
trussed. Kubah di Durham memiliki kepentingan unik, yaitu di sebelah selatan

25
sebuah aisle yang merupakan kubah berombak tertua di dunia, dan bangunan itu
adalah kubah berujung runcing paling awal di dunia. Kubah berusuk dari periode
Norman ada di aisle di Katedral Peterborough dan gereja besar lainnya.
- Kubah barrel jarang terjadi, contohnya adalah Kapel St John, Tower of London
dan beberapa gereja monastik abad ke-12 di Irlandia termasuk ceramah Kapel
Cormac dan St Flannan.

4. Romanesque di Spanyol, Portugal, Andorra

Sebelum awal periode, sebagian besar Semenanjung Iberia diperintah oleh


umat Islam, dengan penguasa Kristen hanya menguasai sebuah jalur di utara
negara tersebut. Pada 900 Reconquista telah meningkatkan wilayah tersebut di
bawah pemerintahan Kristen menjadi sekitar sepertiga dari Iberia. Ini
diperluas menjadi sekitar setengah wilayah pada tahun 1150 dan termasuk
Galicia, Leon, Castille, Navarre, Aragon, Catalonia dan Portugal.

Gereja-gereja romantik terletak di bagian utara semenanjung, dengan


sejumlah yang terjadi di Avila yang didirikan kembali dan dibentengi sekitar
tahun 1100 dan Toledo di Spanyol tengah dari tahun 1098. Banyak gereja Pra-
Romawi kuno didirikan di abad ke-10 dengan karakteristik khas khas
termasuk kubah, lengkungan tapal kuda, dan jendela mawar dari batu yang
ditindik. Banyak biara Benediktin didirikan di Spanyol oleh uskup dan abbas
Italia, diikuti oleh ordo Prancis Cluniac dan Cistercians.

Pada 1032, gereja Santa Maria de Ripoll dibangun untuk sebuah rencana
yang kompleks dengan gang ganda, yang terinspirasi langsung oleh Basilika
Santo Petrus Lama. Gereja menetapkan standar baru untuk arsitektur di
Spanyol.

Ziarah ke Santiago de Compostela dimulai pada awal abad ke-9, dan pada
abad ke-11 sedang menarik peziarah dari Inggris. Jalan Saint James (Camino
de Santiago) mapan pada awal abad ke-12 dan mendorong berdirinya biara-
biara di sepanjang rute. Sebagian besar daerah tersebut memiliki batu

26
bangunan yang melimpah, granit, batu gamping, batu pasir merah dan puing-
puing vulkanik. Ada sedikit kayu, jadi digunakan hemat untuk atap.

Bagian utara wilayah ini dihiasi dengan banyak gereja kecil seperti
Andorra dan Vall de Boí di Catalonia. Ada juga vihara yang lebih besar.
Banyak katedral dimulai pada saat ini.

KARAKTERISTIK

- Ini adalah ciri khas gereja abad pertengahan di Kepulauan Inggris dan Inggris
khususnya bahwa mereka terus diperluas, diubah dan dibangun kembali.
Akibatnya, walaupun bangunan Norman sangat banyak, hanya sedikit yang utuh,
dan beberapa di antaranya, seperti Katedral Lincoln, Katedral Gloucester dan
Katedral Worcester, arsitektur Norman hanya bisa diwakili oleh portal, kolom
nave atau ruang bawah tanah.
- Fasad Norman dari katedral dan abbeys besar mengikuti dua bentuk dasar yang
ditemukan di Prancis, dengan menara berpasangan seperti di Southwell Minster
dan dengan bingkai menara di Katedral Rochester.
- Portal biasanya melengkung dan dihiasi dengan chevrons dan ornamen geometris
lainnya, wajah barbar dan spiral. Ada beberapa timpeng anggur Romawi yang
diukir, dengan Kristus di Majesty di Katedral Rochester. Hiasan portal di
Irlandia memiliki unsur khas desain Celtic seperti di portal klimaks Clonfert
Cathedral.
- Beranda samping yang umum dan sering mode biasanya masuk, portal barat
hanya dibuka untuk festival besar.
- Blind arcading digunakan sebagai fitur dekoratif utama, seringkali di sekitar
dinding internal.
- Windows relatif besar dan mungkin diatur dalam tingkatan seperti di transept
dari Peterborough Cathedral. Jendela berpasangan terjadi di menara.
- Naves dari katedral dan gereja biara sangat panjang, dan transept memiliki
proyeksi yang kuat.
- Penjadwal katedral dan gereja biara juga sangat panjang.

27
- Kura-kura katedral dan biara di sekelilingnya dan dengan ambulatori dengan cara
Prancis, seperti yang ditunjukkan di Katedral Peterborough dan Norwich namun
tidak ada yang bertahan tidak berubah.
- Menara pusat besar adalah karakteristik, seperti di Tewkesbury Abbey dan
Norwich Cathedral.
- Banyak menara bundar terjadi di Irlandia. Mereka juga ditemukan dalam
arsitektur Saxon (Pre-Romanesque) di Inggris sebagai menara tangga yang
terpasang pada menara rencana persegi yang lebih besar.
- Nave naik dalam tiga tahap, arcade, galeri dan clerestory.
- Arcade memiliki dua bentuk: lengkungan bertumpu pada kolom batu silinder
besar seperti di Gloucester dan Hereford Cathedrals, dan lengkungan yang
melintang dari dermaga komposit seperti di Peterborough dan Ely Cathedrals.
Katedral Durham memiliki dermaga dan kolom bergantian.
- Crypts adalah pangkal paha, seperti di Katedral Canterbury.
- Hampir setiap gereja besar di Norman memiliki kubah gothic yang lebih tinggi,
kecuali di Peterborough dan Ely Cathedrals yang memiliki langit-langit kayu
trussed. Kubah di Durham memiliki kepentingan unik, yaitu di sebelah selatan
sebuah gang yang merupakan kubah berombak tertua di dunia, dan bangunan itu
adalah kubah berujung runcing paling awal di dunia. Kubah berusuk dari periode
Norman ada di gang di Katedral Peterborough dan gereja besar lainnya.
- Kubah barrel jarang terjadi, contohnya adalah Kapel St John, Tower of London
dan beberapa gereja monastik abad ke-12 di Irlandia termasuk ceramah Kapel
Cormac dan St Flannan.

5. Romanesque di Spanyol, Portugal, Andorra

Norwegia, Swedia dan Denmark adalah kerajaan yang terpisah untuk


sebagian besar periode. Sebagian besar Norwegia bersatu dari akhir abad ke-9
sampai tahun 1387 di bawah Harold I dan penerusnya. Kacang Agung
sebentar menyatukan Denmark, Inggris, Norwegia dan sebagian Swedia pada
awal abad ke-11. aja Olaf II dari Norwegia, yang dikenal sebagai St Olav,

28
berbuat banyak untuk menegakkan agama Kristen di Viking, dan pada akhir
abad ke-11, agama Kristen adalah satu-satunya agama yang sah.

Di Denmark, agama Kristen dipromosikan oleh Canute the Holy pada


akhir abad ke-11, dengan Sweyn II dari Denmark membagi negara menjadi
delapan keuskupan, dan membangun banyak gereja, katedral dan biara dari
sekitar tahun 1060 dan seterusnya. Sebagian besar Swedia bersatu di bawah
Olaf Eiríksson sekitar tahun 995, dengan wilayah selatan, Götal dan disatukan
dengan Svealand oleh Sverker I dari Swedia pada tahun 1130an.

Katedral Lund, Swedia, dijadikan kursi uskup agung untuk seluruh


Skandinavia pada tahun 1103, namun hanya tinggal diam dari tahun 1130-an,
sisanya sebagian besar merupakan bangunan abad ke-19. Uskup Absalon
mendirikan Katedral Roskilde di Denmark pada tahun 1158 dan kota
Kopenhagen (1160-67).

Pengaruh arsitektur datang dengan pendeta yang dibawa dari Inggris


(seperti Nicholas Breakspeare), Lombardy dan Jerman. Pengaruh arsitektur
Norman Inggris terlihat terutama di Norwegia di Katedral Nidaros,
Trondheim, dan bahasa Romawi Romawi di Katedral Lund, Swedia.

Biarawan Benediktin asal Italia mengenalkan keterampilan menembakkan


batu bata ke Denmark. Sementara kebanyakan gereja pada awalnya dibangun
dari kayu, yang lebih besar digantikan oleh batu, dengan batu bata menjadi
bahan dominan di sebagian besar Denmark di mana batu bangunan langka.

Gereja-gereja romantik kecil banyak dan umumnya dalam kondisi yang


relatif tidak berubah. Gereja-gereja besar jarang dan banyak diubah seperti di
Katedral Aarhus, Katedral Lund dan Katedral Roskilde.

Norwegia memiliki 25 gereja stave kayu dari periode ini, membentuk hampir
semua tiga gereja kayu abad pertengahan di dunia. Di Swedia, gereja-gereja
Romawi yang masih bertahan terkonsentrasi terutama tetapi tidak secara
eksklusif ke tiga provinsi: Gotland, Scania dan Västra Götaland

29
KARAKTERISTIK

- Gereja-gereja stave kayu di Norwegia mewakili tipe yang pernah umum


terjadi di Eropa Utara, namun di tempat lain telah dihancurkan atau
diganti. Mereka memiliki bingkai kayu, dinding papan, dan atap yang
ditumbuk dengan curam dan menjorok untuk melindungi sendi bangunan
dari cuaca.
- Denmark memiliki tujuh gereja rotunda, yang memiliki nave melingkar,
terbagi menjadi beberapa lantai secara internal, dan memproyeksikan
chancel dan apse di Gereja Bjernede dan Nylars Church. Di Østerlars
Church, chancel dan apse dibangun sebagai lingkaran berpotongan kecil.
Gereja Rotunda juga terjadi di Swedia seperti di Hagby Church.
- Menara barat berukuran besar dengan atap miring khas Denmark dan
ditemukan di gereja-gereja yang lebih kecil seperti di Horne Church,
Søborg Church, dan Aa Church, Bornholm dimana menara ini memajang
gagang gagak di setiap sisinya.
- Di Denmark, menara barat dapat meluas ke seluruh penjuru gereja,
membentuk gereja barat seperti di Gereja Aa dan Gereja Hvidbjerg,
Morsø, dengan beberapa menara serupa yang memiliki lengkungan
terbuka besar dengan tangga seperti di Gereja Torrney.
- Gereja batu kecil di Norwegia dan Swedia memiliki nave panjang lebar,
chancel persegi, apse dan menara barat dengan puncak menara yang
dicuri piramida, seperti di Gereja Hove, Norwegia dan Gereja Kinneveds
dan Gereja Våmbs, Swedia.
- Menara pusat besar terjadi di Norwegia, seperti di Old Aker Church.
- Belltowers berdiri bebas ditemukan, sering dengan bagian atas setengah
kayu.
- Gereja batu, seperti Gereja Aa, Denmark dan Katedral Lund, Swedia,
memiliki band-band Lombard dan jendela berpasangan, mirip dengan
gereja-gereja di Lombardy dan Jerman.

30
- Bukaan umumnya kecil dan sederhana. Banyak pintu memiliki
tympanum berukir seperti di Vestervig Church dan Ribe Cathedral,
Denmark
- Kebanyakan gereja memiliki kayu yang berjemur, tapi kubah berombak
di atas ruang yang lebih kecil seperti chancel biasa terjadi. Beberapa
gereja kecil, seperti Gereja Marka di Swedia, memiliki kubah pangkal
paha. Gereja yang lebih besar seperti Katedral Ribe berkubah.
- Arcade mungkin berupa tiang persegi panjang sederhana seperti di kolom
Ribe, Denmark, atau drum seperti di Katedral Stavanger, Norwegia.
Katedral Lund memiliki dermaga dan dermaga bergantian persegi dengan
poros terpasang yang mendukung lemari besi.
- Arkade romantika yang sepenuhnya berkembang dari tiga tahap terjadi di
gereja-gereja yang dibangun di bawah pengaruh Inggris dan Jerman
seperti di Katedral Nidaros, Trondheim.
- Gereja-gereja besar mungkin telah memasangkan menara di ujung barat,
seperti di Mariakirken, Bergen.
- Katedral Visby dan Gereja Husaby, Swedia, memiliki westwerks yang
tinggi, dibingkai oleh menara bundar. Di Katedral Ribe, westwerk batu
dibingkai di sebelah selatan oleh sebuah menara Romawi berbentuk
Jerman dengan puncak gunung pimpinan Rhenish dan di sebelah utara
oleh sebuah menara Gothic yang lebih tinggi dengan batu bata merah.

31
ANALISA STUDI KASUS

I. TIPOLOGI ARSITEKTURAL
A. Church (Gereja)
Gereja adalah bangunan utama. Ini
melambangkan kerajaan tuhan. Bagian
tersuci adalah apse. bentuknya melintang.
Simbolisme penting:
- Bagian melingkar mencerminkan
perfection sehingga terhubung
dengan tuhan
- Bagian kuadrat berhubungan
dengan manusia

Karakteristik:

- monumental, mencoba meniru model roman di gereja-gereja ziarah

- kecil di gereja negara

- mereka dirancang untuk mengiklankan gereja katolik

- mereka tahan lama, terbuat dari batu

- plan bisa dalam bentuk : latin cross, polygonal, basilical

32
- Gereja ditutupi oleh vault batu
- Dinding tebal
- Mereka membutuhkan penopang yang
kuat
- Memiliki pondasi yang kuat
- Memiliki jendela yang sedikit

Interior memiliki 3 level :

- Lantai pertama dengan kolom atau pilar


berbentuk salib
- Lantai kedua dengan tribun (koridor dapat
melihat langsung kea rah nave)
- Clerestory : area dimana banyak jendela
yang terbuka ke luar

33
B. Monasteries (Biara)

C. Castle (Kastil)
Kastil adalah konstruksi defensif.
Mereka diperkaya untuk menyediakan tempat
berlindung. Dinding adalah salah satu elemen
penting..

II. MATERIALS
1. Batu bata : Italy, Poland, sebagian besar Germany, dan sebagian Netherland
2. Batu kapur, granit : area lain
3. Batu bangunan : tempat kecil dan tidak beraturan, bertatahkan mortir tebal

Bangunan Romanesque terbuat dari batu, tapi sering memiliki atap kayu karena orang
masih belum pandai membangun atap batu. Jika mereka memiliki atap batu, dindingnya
harus sangat tebal untuk menampung atap, dan tidak mungkin ada banyak jendela. Jadi,
bangunan romanesque seringkali sangat berat dan gelap di dalamnya.

34
III. STUDI KASUS
A. Maria Laach Abbey

Lokasi : Jerman
Fungsi Bangunan : Biara

Symmetrical

Denah berbentuk seperti salib, dengan ruang-


Blind arches ruang yang terdiri dari aisle, nave, piers,
crossing, transept, apse, ambulatory,
apsidioles dan narthex.

Arches and
Round Aperture

Pada fasad depan bangunan, dapat terlihat


bahwa fasad berbentuk simetris. Terdapat
blind arches sebagai dekorasi pada fasad.
Bukaan berbentuk arches dan lingkaran.

Terdapat elemen dekorasi pada


bukaan berbentuk arches yang
merupakan pintu masuk ke dalam
bangunan. Elemen dekoratif pada
Bangunan terlihat megah dan solid karena penggunaan
pintu ini merupakan ciri khas dari
batu sebagai material utama pada konstruksi bangunan
Gaya Arsitektur Romanesque.
ini. Ciri khas dari Gaya Arsitektur Romanesque ini adalah
dinding tebal dengan bukaan yang tidak terlalu banyak.

35
Barrel Vault
Sederhana

Pembagian ruang pada bangunan pun disesuaikan


dengan eksterior bangunan yang simetris.
Sehingga terdapat harmonisasi antara eksterior
dengan interior pada bangunan.

Struktur langit-langit bangunan ini berupa


Barrel Vault sederhana.

Terdapat arches dengan buttress sehingga membentuk


langit-langit tinggi. Arches juga dilengkapi dengan
kolom-kolom besar.

36
B. Pisa Cathedral

Lokasi : Pisa, Italia


Tahun Dibangun : 1063 - 1092
Arsitek : Buscheto dan Rainaldo
Fungsi Bangunan : Katedral Katolik

Susunan Arches

Pada fasad bangunan ini terdapat susunan arches, Denah berbentuk seperti salib, dengan ruang-
salah satu yang membedakan Gaya Arsitektur ruang yang terdiri dari aisle, nave, piers,
Romanesque dengan Gaya Arsitektur Klasik Eropa crossing, transept, apse, ambulatory,
yang lain.. apsidioles dan narthex. Sama seperti denah
bangunan Arsitektur Romanesque pada
Negara lain

Blind Arches

Pada fasad terdapat Blind Arches yang


Perpaduan kolom dan arches adalah bagian utama berfungsi hanya sebagai elemen dekoratif.
yang terdapat pada Gaya Arsitektur Romanesque.

37
Gaya Arsitektur Romanesque mengutamakan
tipologi bentuk memanjang atau horizontal

Arches banyak menghiasi interior pada


bangunan ini, sama seperti bangunan dengan
Gaya Aristektur Romanesque lainnya. Yang
membedakan adalah elemen pada langit-langit.
Pada bangunan ini tidak diterapkan stuktur
Barrel Vault pada langit-langit bangunan.
Langit-langit dihiasi dengan dekorasi-dekorasi.

38
IV. Penerapan Romanesque di Indonesia
A. Lawang Sewu

Arsitek: C. Citroen

Firma Arsitektur: J.F. Klinkhamer and B.J. Quendag

Tahun : 1904-1919

Fungsi Bangunan :

Markas Besar Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda

Lokasi : Semarang, Jawa tengah.

Gaya : Romanesque Revival

Bangunan memiliki 2 fasad. Bangunan utama Bagian lantai 1 bangunan terdapat arcade.
menggunakan atap pelana dan memiliki 2 buah tower
berkubah. Fasad memiliki banyak arches yang
berfungsi sebagai bukaan pintu dan jendela, serta
terdapat jendela jendela kecil yang menggambarkan
ciri khas romanesque

39
B. N
i
l
m
i bagian lorong terdapat arcade yang
Di Arches juga dapat kita temukan di bagian
merupakaan
i bukaan kaluar. dalam Lawang Sewu
j

Di bagian dalam lawing sewu terdapat


bagian yang dihasi dengan mosaic dan
memiliki groin vault

B. Kantor NILMIIJ Moojen

Arsitek : Architect PA.J Moojen and S Snuyft,

Tahun : 1909

Fungsi Bangunan : Perusahaan konglomerat hindia belanda -> PT. Asuransi


Jiwasraya (persero)

Lokasi : Jl. Ir. H. Djuanda, Jakarta

Luas lantai 8.800 meter persegi. Berdiri di atas lahan seluas 8.800 meter persegi.
Sekarang sebagiannya hilang akibat pelebaran jalan.

40
Terdapat arches di façade bangunan.
Terdapat juga jendela yang berbentuk
lengkungan

Terdapat arches di bagian dalam


bangunan, sama seperti Lawang Sewu

C. Kantor Pos Medan

Arsitek: Snuyf

Tahun : 1909 - 1911

Fungsi Bangunan :

Kantor Pos dan Giro

Lokasi :

Medan, Indonesia.

Luas 1200 meter persegi, dengan tinggi mencapai 20 meter.

41
Bangunan ini memiliki dua fasad yang Bangunan utama ditutupi dengan atap yang
dihiasi dengan arches sebagai jendela dan memiliki sebuah dormer. Bangunan ini
pintu. Arches pada bagian depan ditutupi tidak memiliki dua tower seperti
dengan kisi kisi. Bangunan ini menyerupai Romanesque.
kandang merpati.

Bagian dalam terdapat arches

42
KESIMPULAN

Bangunan bangunan yang ada pada zaman arsitektur arsitektur carolingian dan romanesque
masih menggunakan bentuk yang ada pada arsitektur romawi yaitu bentuk lengkungan.
Sedangkan bentuk kubah pada zaman arsitektur carolingian dan romanesque diadpsi dari
arsitektur zaman byzantyn.

• Dinding tebal, kokoh, terkesan kuat, ,masiv, struktur lengkung, menara tinggi, dan kubah
atau setengah kubah.

• Menara tinggi untuk pengawas juga menara gereja, merupakan tanda /simbol, berdenah
segi empat dengan atap piramida runcing.

• Dekorasi cenderung memakai bentuk yang di ambil dari konstruksi elemen pertahanan
seperti bastion, battlement, lengkung lengkung kecil dan lain lain.

• Umumnya denah berbentuk salib

Penerapan Romanesque di Indonesia hanya sekitar 5% dimana tidak semua unsur karakteristik
Romanesque diadaptasikan ke bangunan Indonesia karena perbedaan iklim yang mempengaruhi

43
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/BinumolTom/romanesque-architecture-14165982

http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Romanesque_architecture

https://en.m.wikipedia.org/wiki/List_of_regional_characteristics_of_Romanesque_churches

44

Anda mungkin juga menyukai