Kegiatan Belajar 1
Coba kalian mencari di internet bukti-bukti sejarah tentang kebenaran masa kejayaan
Islam di masa lalu!
Jawab:
Terdapat banyak bukti sejarah tentang kebenaran masa kejayaan Islam di masa lalu,
berikut salah satunya
Bukti kejayaan Islam di Spanyol
Selama lebih dari tujuh abad, dari 8 M sampai 15 M, peradaban Islam pernah
berakar kuat di Spanyol. Wilayah kekuasaan Islam itu lebih dikenal dengan
Andalusia. Andalusia boleh saja lepas dari kekuasaan Islam, tetapi jejak peradaban
Islam di wilayah barat daya Eropa masih bisa ditelusuri hingga kini dan menjadi situs
sejarah yang berharga sekaligus objek wisata di Spanyol.
Meski sebagian peninggalan tersebut telah beralih fungsi, seperti Masjid
Cordoba di masa Dinasti Umayyah yang sekarang difungsikan sebagai Gereja
Katedral Katolik (Catedral de Cordoba), tak sedikit pula yang masih bertahan hingga
sekarang. Warisan peradaban Islam itu bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga
berupa istana, benteng, hingga bendungan. Berikut ini beberapa bukti dan sisa-sisa
jejak Islam di Spanyol.
a. Palacio de Generalife
Di Spanyol, tak hanya Istana al-Hambra dengan keelokannya nan menawan yang
diwariskan oleh peradaban Islam. Tak jauh dari istana tersebut ada pula Jannat al-
Arif, sebuah istana megah yang dibangun penguasa Granada, Raja Nasrid Emir,
sebagai tempat beristirahat dan rekreasi selama musim panas tiba. Tempat ini
selain dipenuhi dengan aneka tanaman hias juga dipercantik dengan balutan
ukiran kaligrafi khas Islam.
b. Benteng Malaga
Benteng ini merupakan salah satu benteng warisan Islam di Spanyol. Selama
Islam berkuasa di sana, sejumlah benteng didirikan di kota-kota besar utama
antara lain di Granada dan Cordoba.
Motif pendirian banteng ini tak lain untuk melindungi dan mempertahankan
daerah sekitarnya dari rongrongan musuh. Arsitektur bangunannya mirip dengan
benteng-benteng di Maroko. Letaknya berada di lokasi strategis agar
memungkinkan pertahanan selama mungkin dari serangan lawan.
c. Puente Romano
Jembatan dengan panjang 400 m, lebar 40 m, dan tinggi 30 m ini merupakan
warisan Islam yang sangat berharga di Cordoba. Jembatan ini direkonstruksi
dan disempurnakan oleh penguasa Andalusia, Ibnu Malik al-Khaulani atas
perintah Umar bin Abd al-Aziz pada 101 H. Jembatan yang dikenal pula dengan
Jisr atau Qintharah Qurthubah ini disebut-sebut sebagai jembatan termegah
pada masa itu dengan detail arsitektur yang menawan.
Abu-Hayyan al-Gharnati berasal dari Granada, Spanyol. Dia dikenal luas sebagai
pakar tata bahasa Arab terkemuka pada zaman keemasan Islam. Lebih dari itu, al-
Gharnati juga melakukan studi perbandingan gramatika bahasa Arab dengan bahasa-
bahasa lain.
Selain bidang keagamaan, Ibnu Hazam juga menulis beberapa buku mengenai ilmu
medis. Sebagai pakar sejarah, Ibnu Hazam menggemari diskusi atau bahkan polemik
dengan pakar-pakar lain.
Kegiatan Belajar 2
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina,
lahir di Desa Afsyana dekat Bukhara, kini termasuk Uzbekistan, pada 370 H
dan wafat pada 428 H di Hamazan (kemungkinan berada di wilayah Persia
atau Iran). Ibnu Sina menguasai bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu
hukum Islam, teologi, dan ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia menjadi
amat terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran Samani, Nuh bin
Mansyur.
Ibnu Sina menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang
terkenal berjudul Al-Qanūn Fi At-Thibb, yang berisi ensiklopedia tentang
ilmu kedokteran. Ibnu Sina berhasil mengkodifikasi pemikiran kedokteran
Yunani dan Arab. Karya-karyanya tentang kedokteran menjadi referensi
penting disiplin kedokteran di masa itu, bahkan sempat menjadi rujukan
primer kedokteran di Eropa selama lima abad (dari abad ke-12 hingga 17 M).
4. Al-Ghazali (450-505 H)
Al Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H dan wafat pada 505 H. Ia
bernama asli Abu Hamid al-Ghazali. Al-Ghazali dianggap sebagai filsuf dan
teolog terkenal di abad pertengahan. Di Barat, ia dikenal dengan sebutan
Algazel. Al-Ghazali memperoleh pendidikan di Madrasah Imam AI-Juwaeni.
Ia belajar mazhab Syafi'i dan mendalami teologi Islam dan tasawuf. Berkat
pengetahuannya yang luas dan dalam, ia dipercaya memimpin Universitas
Nizamiyya di Bagdad dan sekaligus menjadi guru besarnya. Bukunya yang
berjudul Ihya Ulumuddin, Tahafut Al-Falasifah, dan lain sebagainya terus
dipelajari di berbagai belahan dunia hingga sekarang.
5. Ibnu Rusyd (520-595 H)
Ibnu Bajjah atau lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-
Shayigh at-Tujibi bin Bajjah adalah seorang astronom, filsuf, musisi, dokter,
fisikawan, psikolog, botanis, sastrawan, dan ilmuwan Muslim Andalusia
yang dikenal di Barat dengan nama Latinnya, Avempace.
Menurut beberapa literatur, Ibn Bajjah bukan hanya seorang filosof
ansich, tetapi juga seorang saintis yang menguasai beberapa disiplin ilmu
pengetahuan, seperti kedokteran, astronomi, musikus, dan matermatika.
Adapun di antara karya-karya Ibn Bajjah yang populer, yaitu Tadbirul
Mutawahhid dan Risalatul-Ittishal.
10. Ibnu Miskawaih
Ilmu Kedokteran
1. Al Zahrawi
Al-Zahrawi adalah seorang fisikawan dan ahli bedah yang lahir pada 936 M
di Andalusia. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Al-Tasrif, yang berisi
kumpulan praktik kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan
kelahiran anak. Atas perannya dalam penemuan jarum suntik, forcep, jarum
bedah, pisau bedah, Al-Zahrawi dijuluki sebagai Bapak Ahli Bedah.
2. Ibnu Haitsam (354-430 H)
Ibnu Haitsam bernama asli Abu Ali Muhammad Al-Hasan bin Al-Haitsam
lahir di Basrah (Irak) pada 354 H dan meninggal dunia pada 430 H. Hingga
sekarang, Ibnu Haitsam dikenal sebagai Bapak Optik Modern. Di Barat, ia
dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitsam menjelaskan bagaimana cara
kerja optik mata manusia dalam menangkap gambar secara detail.
3. Ibnu Sina
Bagi kamu pegiat dunia kedokteran, mungkin kamu sudah tak asing lagi
dengan sosok Ibnu Sina. Di dunia Barat, Ibnu Sina dikenal dengan sebutan
Avicenna. Dia merupakan seorang filsuf sekaligus dokter yang lahir di Persia
atau sekarang lebih dikenal dengan Iran.
Dia berhasil menciptakan setidaknya 450 buku dan kebanyakan bukunya
berkaitan dengan ilmu kedokteran. Beberapa karyanya yang terkeal
adalah Kitab Penyembuhan dan Qanun Kedokteran yang kebanyakan buah
pikiran dari buku tersebut masih dipakai oleh banyak orang, khususnya di
dunia kedokteran. Dia juga gemar menulis puisi dengan karyanya yang paling
populer ialah "Al-Urjuzah fi Ath-Thibb" dan "Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah".
4. Muhammad bin Zakariya ar-Razi
Mungkin kita sudah sering mendengar istilah algoritma, Dalam kamus besar
bahasa Indonesia algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan
masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Sebenarnya nama algoritma
diambil dari nama julukan penemunya yaitu al-Khawarizmi seorang
matematikawan muslim yang dilahirkan di Khawarizm, Uzbekistan.
Al-Khawarizmi (Khawarizm, Uzbekistan, 194 H/780 M-Baghdad, 266 H/850
M). Ilmuwan muslim, ahli di bidang ilmu matematika, astronomi, dan geografi.
Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan di
barat ia lebih dikenal dengan nama Algoarisme atau Algorisme.
Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu
pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum al-
Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus,
semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan
seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang
telah ditentukan dalam hitungan.
Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan
ilmuwan Barat ketika itu dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam
al-binji (daftar angka arab, termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi.
Dengan demikian angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar
250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi.
2) Al-Kindi
Selain itu, tokoh matematika lain yang tak kalah terkenal adalah Umar
Khayyam. Kendati ia lebih dikenal sebagai seorang penyair, namun Umar
Khayyam memiliki kontribusi besar dalam bidang matematika, terutama dalam
bidang aljabar dan trigonometri. Ia merupakan matematikawan pertama yang
menemukan metode umum penguraian akar-akar bilangan tingkat tinggi dalam
aljabar, dan memperkenalkan solusi persamaan kubus.
7) Ibnu Sina
Ibnu Rusyd bernama lengkap Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, lahir di
Spanyol (Andalusia) pada 520 H dan wafat di Maroko pada tahun 595 H. Ibnu Rusyd
menguasai ilmu fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika astronomi,
kedokteran, dan filsafat. Karya-karyanya yang terkenal adalah Kitab Bidayat Al-
Mujtahid, Kuliyat Fi At-Tib, Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat, dan
lain sebagainya. Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan Islam tidak bertentangan,
bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk mempelajari ilmu filsafat.
Ibnu Rusyd adalah penulis yang amat produktif dan tulisan-tulisannya mencakup
banyak topik. Menurut Fakhry, karyanya "mencakup lebih banyak bidang ilmu"
dibanding para pendahulunya di Dunia Timur. Bidang-bidang ilmu yang ia bahas di
antaranya filsafat, kedokteran, teori hukum, serta linguistik. Kebanyakan tulisannya
adalah tafsir atau uraian terhadap karya-karya Aristoteles, yang juga sering mengandung
pemikiran baru dari Ibnu Rusyd sendiri. Menurut penulis Prancis Ernest Renan, selain
tafsir-tafsir Aristoteles dan Plato Ibnu Rusyd menulis sedikitnya 67 buku yang
merupakan karya baru (bukan tafsir), termasuk 28 buku mengenai filsafat, 20 buku
mengenai kedokteran, 8 buku mengenai hukum, 5 buku mengenai teologi atau akidah,
4 buku mengenai tata bahasa, dan 2 buku mengenai astronomi. Teks asli dari banyak
karya Ibnu Rusyd yang berbahasa Arab telah hilang, dan yang masih ada hanyalah
terjemahannya dalam bahasa Latin atau Ibrani.
a. Tafsir Aristoteles
Ilustrasi berbahasa Arab dari ca. 1220 yang menggambarkan Aristoteles sedang
mengajar. Ibnu Rusyd banyak menulis tafsir terhadap karya-karya Aristoteles. Ibnu
Rusyd menulis tafsir atau uraian pada hampir semua karya Aristoteles yang ada pada
masa hidupnya. Yang tidak ia tulis tafsirnya hanya Politika, karena ia tidak bisa
mendapatkan buku tersebut, dan ia menggantinya dengan menulis tafsir
buku Republik karya Plato.
Ia membagi karya-karya ini menjadi tiga tipe, dan sekarang para pakar menyebutnya
"tafsir panjang", "tafsir menengah" dan "tafsir pendek" (long, middle dan short
commentary dalam bahasa Inggris). Tipe yang terpendek, disebut jami' dalam
bahasa Arab, berisi ringkasan doktrin-doktrin Aristoteles, dan kebanyakan ditulis
pada awal karier Ibnu Rusyd. Yang menengah (disebut talkhis) berisi parafrase atau
uraian yang gunanya untuk memperjelas dan menyederhanakan bahasa dalam buku-
buku Aristoteles.
Tafsir menengah ini kemungkinan ditulis setelah Khalifah Abu Yaqub
Yusuf mengeluh bahwa buku-buku Aristoteles rumit dan susah dibaca, dan Ibnu
Rusyd ingin membantu sang khalifah dan orang-orang lain yang memiliki masalah
yang sama. Tafsir panjang (disebut tafsir atau syarh dalam bahasa Arab) adalah tafsir
baris per baris, yang berisi teks asli Aristoteles ditambah analisis rinci di tiap baris.
Tafsir panjang ini berisi banyak pemikiran asli Ibnu Rusyd, dan kemungkinan besar
bukan ditujukan untuk khalayak umum tetapi hanya untuk para pakar dan peminat
Aristoteles. Untuk kebanyakan buku Aristoteles, Ibnu Rusyd hanya menulis satu atau
dua dari tiga tipe tafsir ini. Namun untuk lima buku: Fisika, Metafisika, De
Anima ("Mengenai Jiwa"), De Caelo ("Mengenai Langit"), dan Analytica
Posteriora ia menulis ketiga tipe tafsirnya.
b. Makalah filsafat
Ibnu Rusyd juga menulis makalah-makalah (Bahasa Arab: tunggal maqalah,
jamak maqālāt) dalam berbagai topik filsafat, di antaranya tentang akal atau intelek,
waktu, dan benda-benda langit (yang ketika itu termasuk topik filsafat). Ia juga
menulis beberapa makalah polemik atau perdebatan, termasuk mengkritik Al-
Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali dalam beberapa topik.
c. Teologi
Ibnu Rusyd juga menulis karya bertopik akidah atau teologi. Sumber-sumber
akademis seperti Fakhry dan buku Encyclopedia of Islam menyebut tiga di antara
karya Ibnu Rusyd yang dianggap mengandung inti pemikiran Ibnu Rusyd dalam
topik ini. Yang pertama adalah Fashl al-Maqal fi ma baina al-Hikmah wa asy-Syariah
min al-Ittishal, sebuah tulisan yang mengajukan kesesuaian antara filsafat dan syariat
Islam.
Ia juga menulis Al-Kasyf 'an Manahij al-'Adillah ("Penjelasan Metode Pembukitan")
yang berisi argumen Ibnu Rusyd untuk membuktikan keberadaan Tuhan (Allah),
pendapat Ibnu Rusyd mengenai sifat-sifat dan perbuatan-Nya, dan juga beberapa
kritik terhadap ajaran akidah Asy'ariyah. Selain itu, karya utamanya dalam bidang ini
adalah kitab Tahafut at-Tahafut ("Kerancuan dari Kerancuan") yang merupakan
balasan terhadap kitab terkenal Tahafut al-Falasifah ("Kerancuan para Filsuf")
karya Al-Ghazali.
d. Kedokteran
Lembaran dari terjemahan bahasa Latin dari buku Ibnu Rusyd Al-Kulliyah fit-Thibb.
Ibnu Rusyd yang pernah menjabat sebagai dokter istana khalifah, menulis beberapa
buku di bidang kedokteran. Yang paling terkenal berjudul al-Kulliyah fit-
Thibb ("Prinsip Umum Kedokteran") yang ditulis ca. 1162, sebelum ia menjabat di
istana. Buku ini terdiri dari 7 jilid, yang berturut-turut membahas
soal anatomi, fisiologi, patologi umum, diagnosis, obat-obatan, kebersihan, dan
pengobatan umum.
Kelak buku ini diterjemahkan dalam Bahasa Latin (judulnya berubah
menjadi Colliget) dan menjadi salah satu buku teks kedokteran di Eropa selama
berabad-abad. Bersama Ibnu Zuhr, ia mengarang Al-Umur Al-Juz'iyyah, sehingga
menurut Ibnu Abu Ushaybi'ah, karya bersama mereka menjadi sebuah karya lengkap
tentang seni pengobatan. Ia juga menulis ringkasan karya-karya dokter
Yunani Galenus (wafat ca. 210) dan uraian terhadap karya Ibnu Sina Urjuzah fit-
Thibb ("Puisi Mengenai Kedokteran").
e. Hukum
Ibnu Rusyd juga adalah seorang hakim dan menulis beberapa buku di
bidang fikih atau hukum Islam, termasuk ushul fiqh yang membahas kaidah-kaidah
atau teori hukum. Satu-satunya karyanya yang masih ada teksnya sampai sekarang
adalah buku Bidāyat al-Mujtahid wa Nihāyat al-Muqtaṣid ("Permulaan
Seorang Mujtahid dan Akhir Seorang Muqtashid"). Buku ini bertopik fikih
perbandingan atau ikhtilaf, yaitu perbedaan-perbedaan dalam hukum Islam. Ia
menjelaskan perbedaan antara mazhab-mazhab Sunni, baik dari segi ushul (teori dan
kaidah) maupun dalam praktiknya.
Ibnu Rusyd adalah pengikut mazhab Maliki, tetapi buku ini juga membahas mazhab-
mazhab lain, serta pendapat-pendapat yang beragam termasuk ulama konservatif dan
liberal. Selain buku ini, pada daftar-daftar pustaka juga disebutkan karya-karya lain
yang teksnya sudah tidak ditemukan lagi. Di antaranya adalah rangkuman dari Al-
Mustashfa min 'ilm al-Ushul, sebuah buku ushul fiqh karya Al-Ghazali serta buku-
buku kecil tentang Qurban dan pajak terhadap tanah.
7. Ceritakan tentang Imam Al-Ghazali!
Jawab:
Al-Ghazali (450-505 H)
Al Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H dan wafat pada 505 H. Ia bernama asli Abu
Hamid al-Ghazali. Al-Ghazali dianggap sebagai filsuf dan teolog terkenal di abad
pertengahan. Di Barat, ia dikenal dengan sebutan Algazel. Al-Ghazali memperoleh
pendidikan di Madrasah Imam AI-Juwaeni.
Ia belajar mazhab Syafi'i dan mendalami teologi Islam dan tasawuf. Berkat
pengetahuannya yang luas dan dalam, ia dipercaya memimpin Universitas Nizamiyya di
Bagdad dan sekaligus menjadi guru besarnya. Bukunya yang berjudul Ihya Ulumuddin,
Tahafut Al-Falasifah, dan lain sebagainya terus dipelajari di berbagai belahan dunia
hingga sekarang.
Imam Al Ghazali mengambil peranan besar dalam perkembangan Islam. Sosok yang
mencintai filsafat dan tasawuf ini menularkan pemikiran-pemikirannya ke seluruh sudut
dunia Islam. Terlahir pada tahun 1058 atau 450 H di Iran, Imam Al Ghazali memiliki
nama lahir Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Soal
peletakan nama Imam Al Ghazali, hingga kini masih menjadi perdebatan pada ulama
nasab. Ada yang mengatakan bahwa penggunaan nama ini berkaitan dengan tempat
kelahiran Al Gazhali yaitu di daerah Ghazalah, Thusi.
Sebagian lagi mengatakan bahwa penyandaran nama ini berkaitan erat dengan
keluarganya, khususnya ayah Al Gazhali, yang bekerja menenun atau memintal bulu
kambing di daerah Ghazalah.
a. Mencintai filsafat sedari kecil
Melansir dari laman muslim.or.id, Al Ghazali tumbuh dan besar di lingkungan
keluarga miskin. Ayahnya hanyalah seorang pengrajin kain shuf, yaitu kain yang
terbuat dari bulu kambing. Al Ghazali sering bercerita tentang kebaikan
ayahandanya. Bahwa ayahnya adalah orang miskin yang shalih, yang tidak memakan
apapun selain hasil dari pekerjaannya sendiri. Dalam kehidupan yang serba terbatas,
Al Ghazali mendapatkan pendidikan gratis dari beberapa orang guru. Dari sekolah
gratis tersebut, Al Gazhali bisa fasih berbahasa Arab dan juga Parsi.
Dari modal kemampuan membaca inilah, Al Ghazali melahap berbagai ilmu yang
menarik minat dan perhatiannya. Dari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, ilmu filsafat,
ilmu fiqih, juga mempelajari empat mazhab hingga ia menguasai keseluruhannya. Al
Ghazali sempat menepi ke Jurjan untuk menimba ilmu kepada Imam Abu Nashr Al
Isma'ili dan menulis buku At Ta'liqat. Ia juga berguru ilmu fiqih kepada Ahmad ar-
Razkani, dan berguru pada Imam Haramain di Naisabur tentang fiqih mazhab Syafi'i
dan fiqih khilaf.
b. Mahaguru di Madrasah An Nidzamiyah
Setelah Imam Haramain wafat, Al Ghazali berpindah ke perkemahan Wazir
Nidzamul Malik. Disana Al Ghazali sering berdebat dengan banyak ahli ilmu agama
dan para ulama, dan selalu bisa memenangkan debat tanpa ada yang menyanggahnya
kembali. Karena kecerdasannya inilah, Nidzamul Malik langsung mengangkat Al
Gazhali menjadi pengajar salah satu madrasahnya yang ada di Baghdad.
Tepat di tahun 484 H itu, Al Gazhali resmi hijrah ke Baghdad untuk menjadi
pengajar Madrasah An-Nidzamiyah. Madrasah ini adalah universitas yang didirikan
oleh perdana menteri Baghdad pada tahun 484 H. Selain sebagai pengajar yang setara
maha guru, Al Ghazali juga dilantik sebagai Naib Kanselor di sekolah tersebut.
Di tahun 489 H, Al Ghazali sempat masuk Kota Damaskus beberapa hari dan
bahkan diceritakan pernah memasuki Baitul Maqdis dan tinggal beberapa lama di
sana. Di masa itulah, Al Ghazali menepi dan menyelesaikan penulisan kitab Ihya
Ulumuddin. Selain buku yang paling ternama itu, Al Ghazali juga menyelesaikan
penulisan Al Arba'in, Al Qisthas, dan kitab Mahakkun Nadzar.
Al-Kindi bernama lengkap Yakub bin Ishak AI-Kindi, lahir di Kufah (sekarang
salah satu kota di Irak) tahun 188 Hijriah dan wafat di Bagdad pada 260 H. Berkat
kontribusinya di bidang filsafat, Al-Kindi tersohor dengan julukan filsuf Arab. Selama
masa hidupnya, Al-Kindi terbilang ilmuwan yang produktif. Ia menulis banyak karya
di banyak sejumlah disiplin ilmu, mencakup metafisika, etika, logika, psikologi,
farmakologi, matematika, astrologi, optik, dan lain sebagainya.
Di antara buku-buku terkenal karangan Al-Kindi adalah Kitab Al-Kindi ila Al-
Mu’tashim Billah Fi Al-Falsafah Al-Ula, Kitab Al-Falsafah Ad-Dakhilat wa Al-
Masa’il Al-Manthiqiyyah wa Al-Muqtashah wa Ma Fawqa Al-Thabi’iyyah, Kitab fi
An-Nahu La Tanalu Al-Falsafah Illa Bi ‘ilm Al-Riyadhiyyah, dan lain sebagainya.
Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke
dalam bahasa Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt al-Hikmah oleh al-
Ma’mun, al-Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di samping
menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya. Karena
keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di istana dan menjadi
guru putra Khalifah al-Mu’tasim, Ahmad.
Ia adalah filosof berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama.
Memang, secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari
suku Kindah, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan
al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih
dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada
saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal
ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja
yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak
mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu
menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni,
geometri dan astronomi.
Meskipun al-Kindi jarang dikutip oleh penulis yang menulis dalam bahasa Arab
setelah abad kesepuluh, dia adalah tokoh penting bagi penulis abad pertengahan Latin.
Dalam bidang astronomi, Al-Kindi juga menulis karya berjudul On Rays yang
melihat astrologi sebagai ilmu rasional.
9. Ceritakan tentang Al-Farabi dan Ibnu Sina!
Jawab:
Al-Farabi (258‒339 H)
Al-Farabi bernama lengkap Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-
Farabi, lahir di Farab, Transoxiana (Asia Tengah) pada 258 H dan wafat di Damaskus,
Suriah, pada tahun 339 H. Sejak kecil, Al-Farabi dianggap sebagai sosok berbakat
istimewa. Ia menguasai banyak bahasa, dengan konsentrasi Arab, Persia, Turki, dan
Kurdi. Di bidang filsafat, kontribusi pentingnya adalah dengan menggabungkan
filsafat Yunani dan filsafat Islam.
Ia juga amat ahli di bidang matematika, pengobatan, musik, agama, dan lain
sebagainya. Saking ahlinya di bidang filsafat, ia mendapat julukan guru kedua, setelah
Aristoteles yang disebut guru pertama. Di antara karya-karya Al-Farabi yang terkenal
adalah Al-Musiqi Al-Kabir, Ihsha'u Al-Iqa, Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi
Aghradhiha, dan lain sebagainya.
Analisisnya mengenai cara kerja mata dan pengobatannya masih dipelajari hingga
saat ini. Karyanya yang terkenal adalah Kitab al-Manazir (Buku Optik) yang hingga
kini diakui sebagai rujukan ilmu optik di banyak universitas di dunia.
Ibnu Sina (370-428 H)
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di
Desa Afsyana dekat Bukhara, kini termasuk Uzbekistan, pada 370 H dan wafat pada
428 H di Hamazan (kemungkinan berada di wilayah Persia atau Iran). Ibnu Sina
menguasai bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi, dan ilmu
kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia menjadi amat terkenal dan dipanggil untuk
mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur.
Ibnu Sina menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal
berjudul Al-Qanūn Fi At-Thibb, yang berisi ensiklopedia tentang ilmu kedokteran.
Ibnu Sina berhasil mengkodifikasi pemikiran kedokteran Yunani dan Arab. Karya-
karyanya tentang kedokteran menjadi referensi penting disiplin kedokteran di masa
itu, bahkan sempat menjadi rujukan primer kedokteran di Eropa selama lima abad (dari
abad ke-12 hingga 17 M).
10. Sebutkan perilaku yang dapat kalian contoh dari semua tokoh tersebut!
Jawab: Banyak sekali perilaku yang dapat kita contoh karena semua tokoh tersebut
merupakan tokoh-tokoh yang sangat hebat, bersejarah, dan cerdas. Beberapa
yang dapat kita contoh sebagai siswa saat ini adalah berani mengungkapkan
pendapat, suka dalam tolong menolong, tentunya gemar membaca, rajin dalam
mempelajari suatu hal, pantang menyerah, dan menekuni suatu hal dengan
serius.