Anda di halaman 1dari 23

Nama: Khairidzi Arsyca Ummaya

Kelas : MIPA Percepatan UKBM 21


No : 13

Peradaban Islam Pada Masa Kejayaan

Kegiatan Belajar 1

Coba kalian mencari di internet bukti-bukti sejarah tentang kebenaran masa kejayaan
Islam di masa lalu!
Jawab:
Terdapat banyak bukti sejarah tentang kebenaran masa kejayaan Islam di masa lalu,
berikut salah satunya
Bukti kejayaan Islam di Spanyol
Selama lebih dari tujuh abad, dari 8 M sampai 15 M, peradaban Islam pernah
berakar kuat di Spanyol. Wilayah kekuasaan Islam itu lebih dikenal dengan
Andalusia. Andalusia boleh saja lepas dari kekuasaan Islam, tetapi jejak peradaban
Islam di wilayah barat daya Eropa masih bisa ditelusuri hingga kini dan menjadi situs
sejarah yang berharga sekaligus objek wisata di Spanyol.
Meski sebagian peninggalan tersebut telah beralih fungsi, seperti Masjid
Cordoba di masa Dinasti Umayyah yang sekarang difungsikan sebagai Gereja
Katedral Katolik (Catedral de Cordoba), tak sedikit pula yang masih bertahan hingga
sekarang. Warisan peradaban Islam itu bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga
berupa istana, benteng, hingga bendungan. Berikut ini beberapa bukti dan sisa-sisa
jejak Islam di Spanyol.
a. Palacio de Generalife
Di Spanyol, tak hanya Istana al-Hambra dengan keelokannya nan menawan yang
diwariskan oleh peradaban Islam. Tak jauh dari istana tersebut ada pula Jannat al-
Arif, sebuah istana megah yang dibangun penguasa Granada, Raja Nasrid Emir,
sebagai tempat beristirahat dan rekreasi selama musim panas tiba. Tempat ini
selain dipenuhi dengan aneka tanaman hias juga dipercantik dengan balutan
ukiran kaligrafi khas Islam.
b. Benteng Malaga
Benteng ini merupakan salah satu benteng warisan Islam di Spanyol. Selama
Islam berkuasa di sana, sejumlah benteng didirikan di kota-kota besar utama
antara lain di Granada dan Cordoba.
Motif pendirian banteng ini tak lain untuk melindungi dan mempertahankan
daerah sekitarnya dari rongrongan musuh. Arsitektur bangunannya mirip dengan
benteng-benteng di Maroko. Letaknya berada di lokasi strategis agar
memungkinkan pertahanan selama mungkin dari serangan lawan.
c. Puente Romano
Jembatan dengan panjang 400 m, lebar 40 m, dan tinggi 30 m ini merupakan
warisan Islam yang sangat berharga di Cordoba. Jembatan ini direkonstruksi
dan disempurnakan oleh penguasa Andalusia, Ibnu Malik al-Khaulani atas
perintah Umar bin Abd al-Aziz pada 101 H. Jembatan yang dikenal pula dengan
Jisr atau Qintharah Qurthubah ini disebut-sebut sebagai jembatan termegah
pada masa itu dengan detail arsitektur yang menawan.

Bukti kejayaan Islam di Cordoba


Kegemilangan peradaban Islam di Andalusia sesungguhnya mendahului
Renaissance yang terjadi dalam rentang abad ke-14 hingga ke-17 Masehi. Hal ini
ditegaskan filsuf Prancis modern, Roger Garaudy, dalam Janji-janji Islam.
Menurut Garaudy, kebesaran peradaban Islam sejak permulaan sampai puncak
kejayaannya terjadi lantaran dapat memadukan kebudayaan-kebudayaan pra-Islam
atau non-Islam dengan prinsip-prinsip tauhid. Peradaban Eropa modern berutang
banyak bukan pada Roma, melainkan Andalusia dan Islam pada umumnya.
Pilar cahaya peradaban Islam sudah terjadi di Baghdad di bawah kekuasaan
Khalifah Harun al-Rasyid. Penggantinya, Khalifah al-Makmun mendirikan sebuah
pusat penerjemahan karya-karya klasik warisan Yunani Kuno dan peradaban-
peradaban Timur, seperti India.
Islam juga memanfaatkan perkembangan teknologi literasi dari Cina, terutama
penemuan kertas. Pabrik kertas pertama berdiri di Baghdad pada 800. Sejak saat
itu, perpustakaan-perpustakaan tumbuh pesat di kota-kota Islam. Pada 891, tercatat
100 perpustakaan umum ada di Baghdad.
'Demam' mendirikan perpustakaan juga menjalar ke wilayah Barat, termasuk
Andalusia. Dalam upaya memperbanyak perpustakaan di Andalusia, utamanya
Kordoba, ada politik hegemoni kekhalifahan Umayyah. Saat itu, Umayyah
bersaing dengan kekhalifahan Abbasiyah yang memiliki Baghdad sebagai
mercusuar peradaban.
Dalam abad ke-10, Khalifah al-Hakim dari Kordoba mempunyai perpustakaan
dengan koleksi 400 ribu buku. Ini merupakan tanda bahwa kekuasaan politik
berdampingan dengan kebijaksanaan ilmu. Sebagai informasi, kata Garaudy, raja
Prancis Charles yang bijaksana hanya punya koleksi 900 buku. Universitas Paris
pada abad ke-14 masih memiliki 2.000 buku.
Peradaban Islam juga menjejak dalam bidang seni arsitektur. Memasuki abad
ke-10, Kordoba sudah memiliki sebanyak 700 masjid, 60 ribu bangunan kerajaan,
70 unit perpustakaan, yang terbesar di antaranya berkoleksi 500 ribu buku.
Dalam lingkungan yang demikian dan juga didukung situasi politik yang stabil,
dunia pemikiran Islam tumbuh dengan pesat di Andalusia. Sebagai contoh, Ibn
Rusyd (1126-1198), Abu-Hayyan al-Gharnati (1256-1344), dan Ibn Hazm al-
Andalusi (994-1064).
Ibnu Rusyd lahir di Kordoba. Dunia Barat mengenalnya sebagai Averroes, sosok
yang menguasai banyak bidang ilmu pengetahuan, mulai dari medis, astronomi,
geografi, matematika, hukum, dan filsafat. Di bidang yang tersebut terakhir, ia
terkenal sebagai filsuf yang berpolemik dengan Imam Ghazali, sehingga melahirkan
karya Tahafut al-tahafut sebagai balasan atas karya Imam Ghazali, Tahafut al-Falasifa.

Berkat kepakarannya mengenai filsafat Aristoteles, Dunia Barat-Kristen sejak abad


ke-13 memiliki cabang gerakan filsafat atas namanya, Averroisme. Sebelumnya, Ibn
Rusyd tampil di antara jajaran intelektual Islam berkat pertolongan Ibnu Tufail (1105-
1185), ilmuwan jenius keturunan Moor. Sepanjang hayatnya, Ibnu Rusyd telah
menulis sedikitnya 80 buku. Di bidang medis, karya Ibnu Rusyd, Kulliyah, menjadi
buku rujukan bagi kampus-kampus Eropa.

Abu-Hayyan al-Gharnati berasal dari Granada, Spanyol. Dia dikenal luas sebagai
pakar tata bahasa Arab terkemuka pada zaman keemasan Islam. Lebih dari itu, al-
Gharnati juga melakukan studi perbandingan gramatika bahasa Arab dengan bahasa-
bahasa lain.

Sebagaimana ilmuwan Muslim klasik, al-Gharnati kerap mengadakan perjalanan


ke sejumlah wilayah untuk mencari ilmu. Dia mengunjungi antara lain Alexandria,
Kairo, dan Makkah serta Madinah. Karyanya, Sibawayh, merupakan buku pertama
yang khusus mengenai tata bahasa Arab. Ia merupakan murid Ibnu al-Nafis (wafat
1288), pakar medis dan filsafat. Selain tata bahasa Arab, al-Gharnati juga menguasai
ilmu hadis.

Ibnu Hazm al-Andalusi merupakan sosok jenius kelahiran Andalusia.


Kepakarannya meliputi bidang sastra, sejarah, dan filsafat. Dia dikenal sebagai
pelopor ilmu modern perbandingan agama. Ibnu Hazm bekerja di lingkungan birokrasi
istana, khususnya di bawah Khalifah al-Mansur, penguasa Kordoba.

Selain bidang keagamaan, Ibnu Hazam juga menulis beberapa buku mengenai ilmu
medis. Sebagai pakar sejarah, Ibnu Hazam menggemari diskusi atau bahkan polemik
dengan pakar-pakar lain.
Kegiatan Belajar 2

1. Jelaskan 3 periodisasi sejarah Islam!


Jawab:
Menurut jurnal “Periodesasi Sejarah Pemikiran Dalam Dunia Islam”, oleh Munawir
Sazali, pemikiran Islam dapat diartikan sebagai aktivitas berpikir yang dilakukan oleh
umat muslim dan mengacu pada sumber – sumber utama ajaran islam, yang nantinya
akan menghasilkan tafsir fiqh, tasawuf, falsafah dan lain – lain.
Periodisasi Sejarah Islam, hasil pemikiran Islam ini berkembang seiring zaman.
Tentu, pemikiran Islam, memiliki karakteristiknya masing – masing di setiap zaman.
Periodesasi sejarah Islam penting untuk dilakukan dan dikaji, agar dapat membedakan
dengan mudah, karakteristik – karakteristik pemikiran yang dimaksud di setiap zaman,
serta lebih sistematis.
Periodesasi sejarah Islam menurut Harun Nasution, dibagi menjadi tiga: periode
klasik (650 – 1250 Masehi), pertengahan (1250 – 1800 M), dan modern (1800 –
sekarang). Periode klasik dibagi lagi menjadi masa kemajuan Islam 1 (650-1000 M)
dan masa Disintegrasi (1000-1250 M). Namun, perlu diketahui, para sejarawan
memiliki perbedaan pandangan mengenai dimulainya sejarah peradaban Islam.
Berikut perbedaan dimulainya sejarah peradaban Islam
1. Permulaan sejarah ketika Nabi Muhammad SAW diutus untuk menjadi Rasul di
Mekah.
Hal ini dikarenakan sudah terbentuk masyarakat Muslim, meskipun belum
berdaulat. Namun, merekalah yang menjadi pendukung negara Madinah terbentuk.
2. Permulaan sejarah adalah ketika negara Madinah sudah berdaulat.
Pendapat ini dirasa memiliki kelemahan, karena batas wilayah administratif
cenderung tidak tetap.
Periodisasi Sejarah Islam Klasik, Pertengahan dan Modern
Sebelum membahas periodesasi sejarah Islam Klasik, Pertengahan, dan Modern, akan
dibahas singkat mengenai masyarakat Arab pra Islam. Masyarakat Arab pra Islam
adalah masyarakat yang memiliki bermacam – macam agama, adat – istiadat, akhlak
dan peraturan hidup.
Begitu pun Islam yang diturunkan untuk mengatur segala aspek kehidupan manusia.
Namun, peraturan dan hukum – hukum Islam banyak berbeda dengan agama lain yang
telah dianut masyarakat Arab pra Islam, sehingga menimbulkan banyak perlawanan.
Sebelum diturunkannya awal kesempurnaan Islam di Gua Hira kepada Nabi
Muhammad SAW, di sekitar Laut Tengah (Mediterania) abad ke-6 masehi, ada dua
kekaisaran adidaya, yaitu Kekaisaran Romawi dan Persia. Sejak abad ke-6, laut
Mediterania telah menjadi tempat persilangan dimana perebutan pengaruh dan budaya
etnis dan agama terjadi.
Berikut Periodisasi Sejarah Islam
1. Periodesasi Sejarah Islam Klasik.
Periode ini dimulai sejak zaman Rasulullah Saw. hingga Dinasti Abbasiyah.
Sejak kecil, Rasulullah dikenal sebagai orang yang berbudi pekerti luhur. Beliau
tidak pernah ikut – ikutan kebiasaan buruk masyarakat kala itu, seperti minum
khamr dan berjudi. Karena itulah Rasulullah Saw. diberi julukan al-Amin, yang
artinya orang yang dipercaya.
Ketika Rasulullaah di Mekah, dakwah fokus ke pengajaran tauhid, baru setelah
hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw. Membina masyarakat dengan membangun
tauhid. Masyarakat Madinah lebih demokratis dibanding dengan masyarakat
Mekah.
Hal ini dibuktikan dari diadakannya Piagam Madinah. Ringkasan isi Piagam
Madinah oleh Syalabi yaitu:
a. Pengakuan terhadap hak pribadi, keagamaan, dan politik
b. Terjaminnya kebebasan beragama
c. Membantu secara moril dan materiil adalah kewajiban penduduk Madinah, baik
itu Muslim, Yahudi, maupun Nasrani
d. Pemimpin tertinggi Madinah adalah Nabi Muhammad Saw.
Setelah Rasulullah Saw. wafat, tonggak kepemimpinan dilanjutkan oleh al-
Khulafa al-Rasyidin. Mereka juga membuat dasar – dasar pemerintahan yang
demokratis, membentuk departemen – departemen, dan jabatan lain untukmengurus
urusan publik.
Dinasti Umayyah berdiri tahun 661 masehi di Damaskus, oleh Muawiyah bin
Abu Sufyan. Pada masa ini, kekuasaan Islam sangat luas, meliputi Spanyol, Afrika
Utara, Syria, Palestina, Irak, Jazirah Arab, Persia, sebagian Asia Kecil, Pakistan,
Afganistan, Purkmenia, Kirgiztan, dan Uzbekistan.
Selain memperluas wilayah, Dinasti Umayyah juga banyak melakukan
perkembangan di bidang pembangunan dan ilmu pengetahuan. Tokoh – tokoh
intelektual pada Dinasti Umayyah di antaranya al-Khalil bin Ahmad, Sibawaih,
Hasan al-Basri, dan Ibnu Syihab az-Zuhri.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbas, dan berlangsung pada 750-1258 masehi. Dinasi Abbasiyah
berdiri setelah memenangkan pertarungan dengan Dinasti Umayyah.
Dapat dikatakan bahwa pada masa ini, umat Islam berada pada puncak daya cipta,
penalaran, dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, yang nantinya
akan menjadi referensi peradaban Barat.
Rumah sakit – rumah sakit juga didirikan dengan menggunakan kekayaan
negara, begitu juga pendidikan kedokteran, farmasi, perpustakaan, dan pusat
penerjemah.
Tokoh – tokoh intelektual pada masa Dinasti Abbasiyah di antaranya adalah al-
Kindi, ar-Razi, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih, dan al-Ghazali. Kemudian
beralih ke masa Disintegrasi, di mana negara yang letaknya jauh dari pusat
pemerintahan, perlahan – lahan melepaskan diri dan muncul dinasti – dinasti kecil.
2. Periodesasi Sejarah Islam Pertengahan
Periode sejarah Islam pertengahan dimulai pada abad ke-13 hingga abad ke-18,
atau sekitar tahun 1250 – 1800 masehi. Akhir abad ke-18 menjadi masa kegelapan
dunia Islam disebabkan jatuhnya imperium – imperium kesultanan dan perebutan
kekuasaan. Selain itu, juga terjadi karena perkembangan sains dan teknologi yang
stagnan.
Perkembangan sains dan teknologi yang stagnan, menurut Umer Chapra
disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:
a. Dukungan finansial dari negara yang menurun
b. Sektor swasta tidak berdaya menanggung beban pendidikan
c. Para rasionalis yang memaksa masyarakat untuk memasukkan pandangan
mereka yang notabene bertentangan.
Buku yang ditulis al-Ghazali dan Ibnu Rusyd adalah bukti perdebatan mengenai
akal dan wahyu.
Ciri-ciri:
Era penyebaran global masyarakat Islam. Islam menjadi agama masyarakat Asia
Tengah dan Balkan. Interkasi nilia-nilai agama Islam dengan nilai-nilai masyarakat
yang ada di sekitarnya, maupun masyarakat setempat.

3. Periodesasi Sejarah Islam Modern


Periode sejarah peradaban Islam modern dimulai pada abad ke-18 hingga abad
ke-20. Pada periode ini, banyak tokoh Muslim yang kemudian sadar, atas sifat
jumud pada umat Islam. Tokoh – tokoh itu berupaya untuk membawa Islam bangkit
kembali. Tokoh – tokoh itu di antaranya Jamaluddin a-Afghani (1839) dan
Muhammad Abduh (1849).
Menurut sejarah, awal kebangkitan Islam adalah ketika Napoleon Bonaparte
bersama pasukannya mendarat di lembah Sungai Nil pada abad ke-18, atau sekitar
tahun 1798 masehi. Peristiwa itu menjadi awal dunia Islam mengenal modernitas.
Ciri-ciri:
Modernisasi dan transformasi masyarakat. Muslim kehancuran impremium Islam,
kemunduran ekonomi, konflik internal keagamaan, kebangkitan peradaban dan
ekonomi Eropa serta dominasi kulturnya dan lain sebagainya.
2. Sebutkan faktor internal dan eksternal dari kemajuan umat Islam waktu itu!
Jawab:
Faktor internal antara lain:
a. Konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada ajaran Islam,
b. Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju,
c. Islam sebagai rahmat seluruh alam,
d. Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapai
kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Faktor eksternal antara lain seperti berikut.
a. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia
pada saat itu sangat penting. Persia banyak berjasa dalam bidang pemerintahan,
perkembangan ilmu filsafat, dan sastra. Adapun pengaruh Yunani masuk melalui
berbagai macam terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
b. Gerakan terjemahan pada masa Periode Klasik, usaha penerjemahan kitab-kitab
asing dilakukan dengan giat sekali. Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di bidang astronomi,
kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.
Selain faktor tersebut di atas, kejayaan Islam ini disebabkan pula oleh adanya
gerakan ilmiah atau etos keilmuan dari para ulama yang ada pada Periode Klasik
tersebut, antara lain seperti berikut.
a. Melaksanakan ajaran al-Qur’an secara maksimal. Al-Qur’an di dalam nya
banyak ayat menyuruh kita menggunakan akal untuk berpikir.
b. Melaksanakan isi hadis. Banyak hadis yang menyuruh kita untuk terus-menerus
menuntut ilmu, meskipun harus ke negeri Cina. Bukan hanya ilmu agama yang
dicari, tetapi ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan kehidupan manusia di
dunia ini.
c. Mengembangkan ilmu agama dengan berijtihad. Contohnya ilmu pengetahuan
umum dengan mempelajari ilmu filsafat Yunani. Maka, pada saat itu banyak
bermunculan ulama fiqh, tauhid (kalam), tafsir, hadis, ulama bidang sains (ilmu
kedokteran, matematika, optik, kimia, fisika, geografi), dan lain-lain.
d. Ulama yang berdiri sendiri serta menolak untuk menjadi pegawai pemerintahan

3. Sebutkan tokoh-tokoh dalam bidang ilmu filsafat, dan kedokteran!


Jawab:
Ilmu Filsafat
1. AI-Kindi (188‒260 H)
Al-Kindi bernama lengkap Yakub bin Ishak AI-Kindi, lahir di Kufah
(sekarang salah satu kota di Irak) tahun 188 Hijriah dan wafat di Bagdad pada
260 H. Berkat kontribusinya di bidang filsafat, Al-Kindi tersohor dengan
julukan filsuf Arab. Selama masa hidupnya, Al-Kindi terbilang ilmuwan yang
produktif. Ia menulis banyak karya di banyak sejumlah disiplin ilmu,
mencakup metafisika, etika, logika, psikologi, farmakologi, matematika,
astrologi, optik, dan lain sebagainya.
Di antara buku-buku terkenal karangan Al-Kindi adalah Kitab Al-Kindi
ila Al-Mu’tashim Billah Fi Al-Falsafah Al-Ula, Kitab Al-Falsafah Ad-
Dakhilat wa Al-Masa’il Al-Manthiqiyyah wa Al-Muqtashah wa Ma Fawqa
Al-Thabi’iyyah, Kitab fi An-Nahu La Tanalu Al-Falsafah Illa Bi ‘ilm Al-
Riyadhiyyah, dan lain sebagainya.
2. Al-Farabi (258‒339 H)

Al-Farabi bernama lengkap Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu


Uzlag AI-Farabi, lahir di Farab, Transoxiana (Asia Tengah) pada 258 H dan
wafat di Damaskus, Suriah, pada tahun 339 H. Sejak kecil, Al-Farabi
dianggap sebagai sosok berbakat istimewa. Ia menguasai banyak bahasa,
dengan konsentrasi Arab, Persia, Turki, dan Kurdi. Di bidang filsafat,
kontribusi pentingnya adalah dengan menggabungkan filsafat Yunani dan
filsafat Islam.
Ia juga amat ahli di bidang matematika, pengobatan, musik, agama, dan
lain sebagainya. Saking ahlinya di bidang filsafat, ia mendapat julukan guru
kedua, setelah Aristoteles yang disebut guru pertama. Di antara karya-karya
Al-Farabi yang terkenal adalah Al-Musiqi Al-Kabir, Ihsha'u Al-Iqa, Ihsha'u
Al-Ulum wa At-Ta'rif bi Aghradhiha, dan lain sebagainya.
Analisisnya mengenai cara kerja mata dan pengobatannya masih dipelajari
hingga saat ini. Karyanya yang terkenal adalah Kitab al-Manazir (Buku
Optik) yang hingga kini diakui sebagai rujukan ilmu optik di banyak
universitas di dunia.
3. Ibnu Sina (370-428 H)

Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina,
lahir di Desa Afsyana dekat Bukhara, kini termasuk Uzbekistan, pada 370 H
dan wafat pada 428 H di Hamazan (kemungkinan berada di wilayah Persia
atau Iran). Ibnu Sina menguasai bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu
hukum Islam, teologi, dan ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia menjadi
amat terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran Samani, Nuh bin
Mansyur.
Ibnu Sina menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang
terkenal berjudul Al-Qanūn Fi At-Thibb, yang berisi ensiklopedia tentang
ilmu kedokteran. Ibnu Sina berhasil mengkodifikasi pemikiran kedokteran
Yunani dan Arab. Karya-karyanya tentang kedokteran menjadi referensi
penting disiplin kedokteran di masa itu, bahkan sempat menjadi rujukan
primer kedokteran di Eropa selama lima abad (dari abad ke-12 hingga 17 M).
4. Al-Ghazali (450-505 H)

Al Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H dan wafat pada 505 H. Ia
bernama asli Abu Hamid al-Ghazali. Al-Ghazali dianggap sebagai filsuf dan
teolog terkenal di abad pertengahan. Di Barat, ia dikenal dengan sebutan
Algazel. Al-Ghazali memperoleh pendidikan di Madrasah Imam AI-Juwaeni.
Ia belajar mazhab Syafi'i dan mendalami teologi Islam dan tasawuf. Berkat
pengetahuannya yang luas dan dalam, ia dipercaya memimpin Universitas
Nizamiyya di Bagdad dan sekaligus menjadi guru besarnya. Bukunya yang
berjudul Ihya Ulumuddin, Tahafut Al-Falasifah, dan lain sebagainya terus
dipelajari di berbagai belahan dunia hingga sekarang.
5. Ibnu Rusyd (520-595 H)

Ibnu Rusyd bernama lengkap Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd,


lahir di Spanyol (Andalusia) pada 520 H dan wafat di Maroko pada tahun 595
H. Ibnu Rusyd menguasai ilmu fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika,
fisika astronomi, kedokteran, dan filsafat.
Karya-karyanya yang terkenal adalah Kitab Bidayat Al-Mujtahid, Kuliyat
Fi At-Tib, Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat, dan lain
sebagainya. Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan Islam tidak
bertentangan, bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk
mempelajari ilmu filsafat.
6. Mulla Sadra

Merupakan filosof pertama yang membawa susunan dan keserasian


lengkap ke dalam pembahasan-pembahasan mengenai masalah-
masalah filsafat. Dia menyusun dan mengatur persoalan-persoalan itu sebagai
persoalan matematika dan pada waktu yang sama dia
memadukan ilmu filsafat dengan ilmu makrifat.
Mulla memberikan metode filsafat yang baru dalam membahas dan
memecahkan ratusan persoalan, di mana persoalan tersebut tidak dapat
diselesaikan dengan filsafat Peripatetika, yaitu sistem filsafat yang
dikembangkan oleh Aristoteles. Pendapat-pendapatnya yang dimilikinya
lebih berpengaruh dalam pemikiran Islam dibandingkan dengan
para ahli kalam, sekalipun dia bukanlah seorang ahli kalam.
7. Nasiruddin al-Thusi

Bernama lengkap Abu Ja'far Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hasan


Nasiruddin Ath-Thusi. Ia dikenal sebagai tokoh multi talenta, karena itu wajar
jika memiliki beberapa nama panggilan seperti Nasiruddin memiliki banyak
nama antara lain, Muhaqqiq, Al-Thusi, Khuwaja Thusi, dan Khuwaja
Nasirdikenal. Ia lahir pada tanggal 18 Februari tahun 597H/1201M, dikota
Thus sebelah timur Iran dan wafat 672 H/1274M dikota Baghdad.
Ia lahir dari keluarga ahli hukum, ayahnya mengajar di sekolah Imam Itsna
'Asyariyyah. Sumbangannya bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern
sungguh tidak bisa diingkari. Selama hidupnya, ilmuan Muslim dari Persia
ini mendedikasikan diri untuk mengembangkan berbagai disiplin ilmu,
seperti astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, hinga
ilmu agama islam. Namanya di Barat sering disetarakan dengan teolog dan
filsuf besar sejarah gereja seperti Thomas Aquinas dan ilmuan termasyhur
Barat lainnya.
8. Ibnu Thufail

Ibnu Thufail (sekitar 1105–1185) nama lengkap; Abu Bakr Muhammad


bin 'Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail al-Qaisi al-Andalusi
ialah filsuf, dokter, dan pejabat pengadilan Arab Muslim dari Al-Andalus.
Lahir di Guadix dekat Granada sekitar tahun 1105, ia dididik oleh Ibnu
Bajjah (Avempace). Ia menjabat sekretaris untuk penguasa Granada, dan
kemudian sebagai wazir dan dokter untuk Abu Ya'qub Yusuf,
penguasa Spanyol Islam (Al-Andalus) di bawah pemerintahan Muwahhidun,
pada yang mana ia menganjurkan Ibnu Rusyd sebagai penggantinya sendiri
saat ia beristirahat pada 1182. Ia meninggal di Maroko.
Di zamannya nama baiknya sebagai pemikir & pelajar telah membuatnya
dipuji sebagai Maecenas. Ibnu Thufail juga merupakan pengarang Hayy bin
Yaqthan (Hidup, Putra Kesadaran) roman filsafat, dan kisah alegori lelaki
yang hidup sendiri di sebuah pulau dan dan yang tanpa hubungan dengan
manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal,
dan kemudian keterkejutannya pada kontak dengan masyarakat manusia
untuk dogmatisme, dan penyakit lainnya.
9. Ibnu Bajjah

Ibnu Bajjah atau lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-
Shayigh at-Tujibi bin Bajjah adalah seorang astronom, filsuf, musisi, dokter,
fisikawan, psikolog, botanis, sastrawan, dan ilmuwan Muslim Andalusia
yang dikenal di Barat dengan nama Latinnya, Avempace.
Menurut beberapa literatur, Ibn Bajjah bukan hanya seorang filosof
ansich, tetapi juga seorang saintis yang menguasai beberapa disiplin ilmu
pengetahuan, seperti kedokteran, astronomi, musikus, dan matermatika.
Adapun di antara karya-karya Ibn Bajjah yang populer, yaitu Tadbirul
Mutawahhid dan Risalatul-Ittishal.
10. Ibnu Miskawaih

Ibnu Miskawaih adalah salah seorang cendekiawan Muslim yang


berkonsentrasi pada bidang filsafat akhlak. Dia lahir di Iran pada tahun 330
H/932 M dan meninggal tahun 421 H/1030 M. Ibnu Miskawaih melewatkan
seluruh masa hidupnya pada masa kekhalifahan Abassiyyah yang
berlangsung selama 524 tahun, yaitu dari tahun 132 sampai 654 H /750-1258
M. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu
Maskawaih.
Ibnu Miskawaih lebih dikenal sebagai filsuf akhlak daripada sebagai
cendekiawan muslim yang ahli dalam bidang kedokteran, ketuhanan,
maupun agama. Dia adalah orang yang paling berjasa dalam mengkaji akhlak
secara ilmiah. Bahkan pada masa dinasti Buwaihi, dia diangkat
menjadi sekretaris dan pustakawan. Dulu sebelum masuk Islam, Ibnu
Miskawaih adalah seorang pemeluk agama Magi, yakni percaya kepada
bintang-bintang.

Ilmu Kedokteran
1. Al Zahrawi
Al-Zahrawi adalah seorang fisikawan dan ahli bedah yang lahir pada 936 M
di Andalusia. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Al-Tasrif, yang berisi
kumpulan praktik kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan
kelahiran anak. Atas perannya dalam penemuan jarum suntik, forcep, jarum
bedah, pisau bedah, Al-Zahrawi dijuluki sebagai Bapak Ahli Bedah.
2. Ibnu Haitsam (354-430 H)
Ibnu Haitsam bernama asli Abu Ali Muhammad Al-Hasan bin Al-Haitsam
lahir di Basrah (Irak) pada 354 H dan meninggal dunia pada 430 H. Hingga
sekarang, Ibnu Haitsam dikenal sebagai Bapak Optik Modern. Di Barat, ia
dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitsam menjelaskan bagaimana cara
kerja optik mata manusia dalam menangkap gambar secara detail.
3. Ibnu Sina

Bagi kamu pegiat dunia kedokteran, mungkin kamu sudah tak asing lagi
dengan sosok Ibnu Sina. Di dunia Barat, Ibnu Sina dikenal dengan sebutan
Avicenna. Dia merupakan seorang filsuf sekaligus dokter yang lahir di Persia
atau sekarang lebih dikenal dengan Iran.
Dia berhasil menciptakan setidaknya 450 buku dan kebanyakan bukunya
berkaitan dengan ilmu kedokteran. Beberapa karyanya yang terkeal
adalah Kitab Penyembuhan dan Qanun Kedokteran yang kebanyakan buah
pikiran dari buku tersebut masih dipakai oleh banyak orang, khususnya di
dunia kedokteran. Dia juga gemar menulis puisi dengan karyanya yang paling
populer ialah "Al-Urjuzah fi Ath-Thibb" dan "Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah".
4. Muhammad bin Zakariya ar-Razi

Muhammad bin Zakariya ar-Razi merupakan seorang ilmuwan yang


berasal dari Iran yang hidup pada tahun 864 hingga 930 masehi. Dia merupakan
ilmuwan di berbagai bidang, mulai dari kedokteran, kimia, fisika, matematika,
hingga sastra. Saat masih kecil, Ar-Razi sangat tertarik untuk menjadi penyanyi
atau musisi walaupun setelah itu dia memutuskan untuk menekuni pelajaran
alkemi.
Pada umurnya yang ke-30, Ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni
bidang alkemi karena berbagai eksperimen yang dilakukannya membuat
matanya menjadi cacat. Lalu, dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan
matanya dan hal tersebut merupakan awal mula dirinya mempelajari ilmu
kedokteran.
Bagi yang belum tahu, Ar-Razi merupakan pelopor keilmuwan bedah
saraf dan bedah mata. Dia juga gemar menulis berbagai buku, termasuk di
bidang kedokteran dengan beberapa karyanya yang berjudul Keraguan pada
Galen dan Penyakit pada Anak.
5. Abul Qasim az-Zahrawi

Abul Qasim az-Zahrawi merupakan seorang pakar di bidang kedokteran


pada masa Islam abad pertengahan. Dia mempunyai beberapa sebutan lain
seperti Abulcasis dan "Bapak Operasi Modern". Karyanya yang paling terkenal
ialah Al-Tasrif yang merupakan kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas
30 jilid.
Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai kedokteran, termasuk buah
pemikirannya mengenai gigi dan kelahiran anak. Buku ini berhasil
diterjemahkan ke bahasa Latin pada abad ke-12 dan menjadi sumber utama
bagi keilmuan bidang kedokteran di Benua Eropa sana.
6. Ibnu al-Nafis

Tahukah kamu orang pertama yang secara akurat mendeskripsikan


peredaran darah dalam tubuh manusia? Benar, orang tersebut ialah Ibnu al-
Nafis. Dia berhasil mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh manusia
secara tepat pada tahun 1242.
Dia juga merupakan orang pertama yang diketahui telah
mendokumentasikan sirkuit paru-paru di dalam tubuh manusia. Alhasil, dia
berhasil menerangkan secara akurat mengenai paru-paru beserta gambaran
tentang saluran pernapasan dan juga interaksi antara saluran udara dengan
darah di tubuh manusia. Dia merupakan orang pertama yang berhasil
melakukan hal tersebut dan pengetahuannya tersebut sangat bermanfaat bagi
perkembangan dunia kedokteran di masa sekarang.
7. Abu Zaid al-Balkhi
Bagi kamu para pegiat kesehatan mental, pastinya sudah tak asing lagi
dengan sosok Abu Zaid al-Balkhi. Konsep kesehatan mental pertama kali
diperkenalkan di dunia kedokteran Islam oleh dokter asal Persia yang bernama
Abu Zaid al-Balkhi. Dalam bukunya yang berjudul Masalih al-Abdan wa an-
Anfus, dirinya berhasil menghubungkan antara penyakit tubuh dan jiwa.
Al-Balkhi mengelompokkan penyakit saraf dalam 4 gangguan kondisi
mental atau kejiwaan, yaitu ketakutan dan kegelisahan, amarah, kesedihan dan
depresi, serta obsesi atau gangguan pikiran. Al-Balkhi juga sering mengkritik
dokter-dokter di zamannya karena hanya fokus pada penyakit fisik serta
mengabaikan penyakit mental dan kejiwaan para pasiennya.
4. Sebutkan tokoh-tokoh dalam ilmu matematika dan astronomi!
Jawab:
1) Al-Khawarizm

Mungkin kita sudah sering mendengar istilah algoritma, Dalam kamus besar
bahasa Indonesia algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan
masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Sebenarnya nama algoritma
diambil dari nama julukan penemunya yaitu al-Khawarizmi seorang
matematikawan muslim yang dilahirkan di Khawarizm, Uzbekistan.
Al-Khawarizmi (Khawarizm, Uzbekistan, 194 H/780 M-Baghdad, 266 H/850
M). Ilmuwan muslim, ahli di bidang ilmu matematika, astronomi, dan geografi.
Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan di
barat ia lebih dikenal dengan nama Algoarisme atau Algorisme.
Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu
pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum al-
Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus,
semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan
seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang
telah ditentukan dalam hitungan.
Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan dari kalangan
ilmuwan Barat ketika itu dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam
al-binji (daftar angka arab, termasuk angka nol), hasil penemuan al-khawarizmi.
Dengan demikian angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar
250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi.
2) Al-Kindi

Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke


dalam bahasa Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt al-Hikmah oleh al-
Ma’mun, al-Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di
samping menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan
sebelumnya. Karena keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai
ahli di istana dan menjadi guru putra Khalifah al-Mu’tasim, Ahmad.
Ia adalah filosof berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim
pertama. Memang, secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang
berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah
satu kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum
Muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang
pada saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai
matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah
mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini
begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian
dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di sini
meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi.
3) Al-Karaji
Di era keemasan Islam, para ilmuwan Muslim memang telah menguasai
bidang hidrologi. Penguasaan di bidang ini meliputi masalah penyediaan berbagai
sarana air bersih, pengendalian gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi
hidrologi.
Ilmuwan Muslim pada masa itu telah mampu mengintegrasikan, mengadaptasi
dan memperbaiki teknik irigasi dan metode distribusi air warisan dari keahlian
lokal atau peradaban kuno. Pada awal abad ke-8 M, peradaban Islam telah
menguasai teknologi mesin air.
Hal itu diungkapkan Mohammed Abattouy dalam karyanya bertajuk
Muhammad Al-Karaji: A Mathematician Engineer from the Early 11th Century.
Menurut Abattouy, pengusaan teknologi mesin air di dunia Islam telah melahirkan
sebuah revolusi pertanian yang berbasis pada penguasaan di bidang hidrologi.
Sejarawan sains modern memandang al-Karaji sebagai ahli matematika berkaliber
tertinggi. Karyanya yang kekal pada bidang matematika masih diakui hingga hari
ini, yakni mengenai kanonik tabel koefisien binomium (dalam pembentukan
hukum dan perluasan bentuk).
Al-Karaji dianggap sebagai ahli matematika terkemuka dan pandang sebagai
orang pertama yang membebaskan aljabar dari operasi geometris yang merupakan
produk aritmatika Yunani dan menggantinya dengan jenis operasi yang
merupakan inti dari aljabar pada saat ini.
Karyanya pada aljabar dan polynomial memberikan aturan pada operasi
aritmatika untuk memanipulasi polynomial. Dalam karya pertamanya di Prancis,
sejarawan matematika Franz Woepcke (dalam Extrait du Fakhri, traite d’Algèbre
par abou Bekr Mohammed Ben Alhacan Alkarkhi, Paris, 1853), memuji Al-Karaji
sebagai ahli matematika pertama di dunia yang memperkenalkan teori aljabar
kalkulus
Al-Karaji menginvestigasikan koefisien binomium segitiga Pascal. Dia juga
yang pertama menggunakan metode pembuktian dengan induksi matematika
untuk membuktikan hasilnya, ia berhasil membuktikan kebenaran rumus jumlah
integral kubus, yang sangat penting hasilnya dalam integral kalkulus.
4) Al-Batani

Zaman keemasan Islam juga melahirkan pakar-pakar di bidang trigonometri.


Mereka antara lain adalah Al-Battani (850-929), Al-Biruni (973-1050), dan Umar
Khayyam. Al-Battani atau Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah dikenal
sebagai bapak trigonometri.
Ia lahir di Battan, Mesopotamia, dan meninggal di Damaskus pada tahun 929.
Al-Battani adalah tokoh bangsa Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan
astronom Muslim terbesar dan ahli matematika ternama. Al-Battani melahirkan
trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang pertama yang menyusun tabel
cotangen.
5) Al-Biruni

Al-Biruni adalah peletak dasar-dasar trigonometri modern. Dia seorang filsuf,


ahli geografi, astronom, ahli fisika, dan pakar matematika. Enam ratus tahun
sebelum Galgeo, Al-Biruni telah membahas teori-teori perputaran (rotasi) bumi
pada porosnya.
Al-Biruni juga memperkenalkan pengukuran-pengujuran geodesi dan
menentukan keliling bumi dengan cara yeng lebih akurat. Dengan bantuan
matematika, dia dapat menentukan arah kiblat dari berbagai macam tempat di
dunia.
6) Umar Khayam

Selain itu, tokoh matematika lain yang tak kalah terkenal adalah Umar
Khayyam. Kendati ia lebih dikenal sebagai seorang penyair, namun Umar
Khayyam memiliki kontribusi besar dalam bidang matematika, terutama dalam
bidang aljabar dan trigonometri. Ia merupakan matematikawan pertama yang
menemukan metode umum penguraian akar-akar bilangan tingkat tinggi dalam
aljabar, dan memperkenalkan solusi persamaan kubus.
7) Ibnu Sina

Seorang tokoh cendekiawan muslim yang besar di bidang kedokteran, seorang


ilmuwan yang magnum opus-nya berjudul Canon (al-Qanun fi al-Tibb) menjadi
buku teks kedokteran di universitas-universitas Eropa selama lebih dari 5 abad.
Selain itu, dia juga seorang ahli geologi, ahli matematika (termasuk aljabar yang
merupakan kesatuan dari eksponen), ahli fisika, penyair, psikolog, ilmuwan,
tentara, negarawan, dan seorang guru.
Lahir di daerah Bukhara, Asia Tengah, pada tahun 981 Masehi. Bakat dan
ketekunannya yang besar mengantarkan menjadi dokter yang diakui masyarakat
Bukhara pada usia17 tahun. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan
Modern”. Dia juga pendiri Avicennian logika dan filosofis dari sekolah
Avicennism, yang berpengaruh pada kaum Muslim dan sekolah pemikir.

5. Sebutkan tokoh-tokoh dalam ilmu seni ukir, tafsir, dan hadits!


Jawab:
Ilmu seni ukir
Dalam bidang ini, umat Islam cukup terkenbal dengan hasil seni pada botol
tinta, papan catur, payung, pas bunga, burung-burungan dan pohon-pohonan.
Tokohnya antara lain Al-Badr dan Al-Tariff sekitar tahun 961-976 M. Seni ukir
yang dikembangkan tidak hanya pada kayu tapi juga pada logam, emas, perak,
marmer, mata uang, dan porselin.
Ilmu Tafsir
a. Ibnu Jarir ath Tabary
b. Ibnu Athiyah al-Andalusy (wafat 147 H)
c. As Suda, Muqatil bin Sulaiman (wafat 150 H)
d. Muhammad bin Ishak dan lain-lain.
Ilmu Hadits
a. Imam Bukhori (194‒256 H)
b. Imam Muslim (wafat 231 H)
c. Ibnu Majah (wafat 273 H)
d. Abu Daud (wafat 275 H)
e. At-Tarmidzi, dan lain-lain.
6. Ceritakan tentang Ibnu Rusyd!
Jawab:
Ibnu Rusyd (520-595 H)

Ibnu Rusyd bernama lengkap Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, lahir di
Spanyol (Andalusia) pada 520 H dan wafat di Maroko pada tahun 595 H. Ibnu Rusyd
menguasai ilmu fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika astronomi,
kedokteran, dan filsafat. Karya-karyanya yang terkenal adalah Kitab Bidayat Al-
Mujtahid, Kuliyat Fi At-Tib, Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat, dan
lain sebagainya. Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan Islam tidak bertentangan,
bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk mempelajari ilmu filsafat.
Ibnu Rusyd adalah penulis yang amat produktif dan tulisan-tulisannya mencakup
banyak topik. Menurut Fakhry, karyanya "mencakup lebih banyak bidang ilmu"
dibanding para pendahulunya di Dunia Timur. Bidang-bidang ilmu yang ia bahas di
antaranya filsafat, kedokteran, teori hukum, serta linguistik. Kebanyakan tulisannya
adalah tafsir atau uraian terhadap karya-karya Aristoteles, yang juga sering mengandung
pemikiran baru dari Ibnu Rusyd sendiri. Menurut penulis Prancis Ernest Renan, selain
tafsir-tafsir Aristoteles dan Plato Ibnu Rusyd menulis sedikitnya 67 buku yang
merupakan karya baru (bukan tafsir), termasuk 28 buku mengenai filsafat, 20 buku
mengenai kedokteran, 8 buku mengenai hukum, 5 buku mengenai teologi atau akidah,
4 buku mengenai tata bahasa, dan 2 buku mengenai astronomi. Teks asli dari banyak
karya Ibnu Rusyd yang berbahasa Arab telah hilang, dan yang masih ada hanyalah
terjemahannya dalam bahasa Latin atau Ibrani.
a. Tafsir Aristoteles

Ilustrasi berbahasa Arab dari ca. 1220 yang menggambarkan Aristoteles sedang
mengajar. Ibnu Rusyd banyak menulis tafsir terhadap karya-karya Aristoteles. Ibnu
Rusyd menulis tafsir atau uraian pada hampir semua karya Aristoteles yang ada pada
masa hidupnya. Yang tidak ia tulis tafsirnya hanya Politika, karena ia tidak bisa
mendapatkan buku tersebut, dan ia menggantinya dengan menulis tafsir
buku Republik karya Plato.
Ia membagi karya-karya ini menjadi tiga tipe, dan sekarang para pakar menyebutnya
"tafsir panjang", "tafsir menengah" dan "tafsir pendek" (long, middle dan short
commentary dalam bahasa Inggris). Tipe yang terpendek, disebut jami' dalam
bahasa Arab, berisi ringkasan doktrin-doktrin Aristoteles, dan kebanyakan ditulis
pada awal karier Ibnu Rusyd. Yang menengah (disebut talkhis) berisi parafrase atau
uraian yang gunanya untuk memperjelas dan menyederhanakan bahasa dalam buku-
buku Aristoteles.
Tafsir menengah ini kemungkinan ditulis setelah Khalifah Abu Yaqub
Yusuf mengeluh bahwa buku-buku Aristoteles rumit dan susah dibaca, dan Ibnu
Rusyd ingin membantu sang khalifah dan orang-orang lain yang memiliki masalah
yang sama. Tafsir panjang (disebut tafsir atau syarh dalam bahasa Arab) adalah tafsir
baris per baris, yang berisi teks asli Aristoteles ditambah analisis rinci di tiap baris.
Tafsir panjang ini berisi banyak pemikiran asli Ibnu Rusyd, dan kemungkinan besar
bukan ditujukan untuk khalayak umum tetapi hanya untuk para pakar dan peminat
Aristoteles. Untuk kebanyakan buku Aristoteles, Ibnu Rusyd hanya menulis satu atau
dua dari tiga tipe tafsir ini. Namun untuk lima buku: Fisika, Metafisika, De
Anima ("Mengenai Jiwa"), De Caelo ("Mengenai Langit"), dan Analytica
Posteriora ia menulis ketiga tipe tafsirnya.
b. Makalah filsafat
Ibnu Rusyd juga menulis makalah-makalah (Bahasa Arab: tunggal maqalah,
jamak maqālāt) dalam berbagai topik filsafat, di antaranya tentang akal atau intelek,
waktu, dan benda-benda langit (yang ketika itu termasuk topik filsafat). Ia juga
menulis beberapa makalah polemik atau perdebatan, termasuk mengkritik Al-
Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali dalam beberapa topik.
c. Teologi
Ibnu Rusyd juga menulis karya bertopik akidah atau teologi. Sumber-sumber
akademis seperti Fakhry dan buku Encyclopedia of Islam menyebut tiga di antara
karya Ibnu Rusyd yang dianggap mengandung inti pemikiran Ibnu Rusyd dalam
topik ini. Yang pertama adalah Fashl al-Maqal fi ma baina al-Hikmah wa asy-Syariah
min al-Ittishal, sebuah tulisan yang mengajukan kesesuaian antara filsafat dan syariat
Islam.
Ia juga menulis Al-Kasyf 'an Manahij al-'Adillah ("Penjelasan Metode Pembukitan")
yang berisi argumen Ibnu Rusyd untuk membuktikan keberadaan Tuhan (Allah),
pendapat Ibnu Rusyd mengenai sifat-sifat dan perbuatan-Nya, dan juga beberapa
kritik terhadap ajaran akidah Asy'ariyah. Selain itu, karya utamanya dalam bidang ini
adalah kitab Tahafut at-Tahafut ("Kerancuan dari Kerancuan") yang merupakan
balasan terhadap kitab terkenal Tahafut al-Falasifah ("Kerancuan para Filsuf")
karya Al-Ghazali.
d. Kedokteran
Lembaran dari terjemahan bahasa Latin dari buku Ibnu Rusyd Al-Kulliyah fit-Thibb.
Ibnu Rusyd yang pernah menjabat sebagai dokter istana khalifah, menulis beberapa
buku di bidang kedokteran. Yang paling terkenal berjudul al-Kulliyah fit-
Thibb ("Prinsip Umum Kedokteran") yang ditulis ca. 1162, sebelum ia menjabat di
istana. Buku ini terdiri dari 7 jilid, yang berturut-turut membahas
soal anatomi, fisiologi, patologi umum, diagnosis, obat-obatan, kebersihan, dan
pengobatan umum.
Kelak buku ini diterjemahkan dalam Bahasa Latin (judulnya berubah
menjadi Colliget) dan menjadi salah satu buku teks kedokteran di Eropa selama
berabad-abad. Bersama Ibnu Zuhr, ia mengarang Al-Umur Al-Juz'iyyah, sehingga
menurut Ibnu Abu Ushaybi'ah, karya bersama mereka menjadi sebuah karya lengkap
tentang seni pengobatan. Ia juga menulis ringkasan karya-karya dokter
Yunani Galenus (wafat ca. 210) dan uraian terhadap karya Ibnu Sina Urjuzah fit-
Thibb ("Puisi Mengenai Kedokteran").
e. Hukum
Ibnu Rusyd juga adalah seorang hakim dan menulis beberapa buku di
bidang fikih atau hukum Islam, termasuk ushul fiqh yang membahas kaidah-kaidah
atau teori hukum. Satu-satunya karyanya yang masih ada teksnya sampai sekarang
adalah buku Bidāyat al-Mujtahid wa Nihāyat al-Muqtaṣid ("Permulaan
Seorang Mujtahid dan Akhir Seorang Muqtashid"). Buku ini bertopik fikih
perbandingan atau ikhtilaf, yaitu perbedaan-perbedaan dalam hukum Islam. Ia
menjelaskan perbedaan antara mazhab-mazhab Sunni, baik dari segi ushul (teori dan
kaidah) maupun dalam praktiknya.
Ibnu Rusyd adalah pengikut mazhab Maliki, tetapi buku ini juga membahas mazhab-
mazhab lain, serta pendapat-pendapat yang beragam termasuk ulama konservatif dan
liberal. Selain buku ini, pada daftar-daftar pustaka juga disebutkan karya-karya lain
yang teksnya sudah tidak ditemukan lagi. Di antaranya adalah rangkuman dari Al-
Mustashfa min 'ilm al-Ushul, sebuah buku ushul fiqh karya Al-Ghazali serta buku-
buku kecil tentang Qurban dan pajak terhadap tanah.
7. Ceritakan tentang Imam Al-Ghazali!
Jawab:
Al-Ghazali (450-505 H)

Al Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H dan wafat pada 505 H. Ia bernama asli Abu
Hamid al-Ghazali. Al-Ghazali dianggap sebagai filsuf dan teolog terkenal di abad
pertengahan. Di Barat, ia dikenal dengan sebutan Algazel. Al-Ghazali memperoleh
pendidikan di Madrasah Imam AI-Juwaeni.
Ia belajar mazhab Syafi'i dan mendalami teologi Islam dan tasawuf. Berkat
pengetahuannya yang luas dan dalam, ia dipercaya memimpin Universitas Nizamiyya di
Bagdad dan sekaligus menjadi guru besarnya. Bukunya yang berjudul Ihya Ulumuddin,
Tahafut Al-Falasifah, dan lain sebagainya terus dipelajari di berbagai belahan dunia
hingga sekarang.
Imam Al Ghazali mengambil peranan besar dalam perkembangan Islam. Sosok yang
mencintai filsafat dan tasawuf ini menularkan pemikiran-pemikirannya ke seluruh sudut
dunia Islam. Terlahir pada tahun 1058 atau 450 H di Iran, Imam Al Ghazali memiliki
nama lahir Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Soal
peletakan nama Imam Al Ghazali, hingga kini masih menjadi perdebatan pada ulama
nasab. Ada yang mengatakan bahwa penggunaan nama ini berkaitan dengan tempat
kelahiran Al Gazhali yaitu di daerah Ghazalah, Thusi.
Sebagian lagi mengatakan bahwa penyandaran nama ini berkaitan erat dengan
keluarganya, khususnya ayah Al Gazhali, yang bekerja menenun atau memintal bulu
kambing di daerah Ghazalah.
a. Mencintai filsafat sedari kecil
Melansir dari laman muslim.or.id, Al Ghazali tumbuh dan besar di lingkungan
keluarga miskin. Ayahnya hanyalah seorang pengrajin kain shuf, yaitu kain yang
terbuat dari bulu kambing. Al Ghazali sering bercerita tentang kebaikan
ayahandanya. Bahwa ayahnya adalah orang miskin yang shalih, yang tidak memakan
apapun selain hasil dari pekerjaannya sendiri. Dalam kehidupan yang serba terbatas,
Al Ghazali mendapatkan pendidikan gratis dari beberapa orang guru. Dari sekolah
gratis tersebut, Al Gazhali bisa fasih berbahasa Arab dan juga Parsi.
Dari modal kemampuan membaca inilah, Al Ghazali melahap berbagai ilmu yang
menarik minat dan perhatiannya. Dari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, ilmu filsafat,
ilmu fiqih, juga mempelajari empat mazhab hingga ia menguasai keseluruhannya. Al
Ghazali sempat menepi ke Jurjan untuk menimba ilmu kepada Imam Abu Nashr Al
Isma'ili dan menulis buku At Ta'liqat. Ia juga berguru ilmu fiqih kepada Ahmad ar-
Razkani, dan berguru pada Imam Haramain di Naisabur tentang fiqih mazhab Syafi'i
dan fiqih khilaf.
b. Mahaguru di Madrasah An Nidzamiyah
Setelah Imam Haramain wafat, Al Ghazali berpindah ke perkemahan Wazir
Nidzamul Malik. Disana Al Ghazali sering berdebat dengan banyak ahli ilmu agama
dan para ulama, dan selalu bisa memenangkan debat tanpa ada yang menyanggahnya
kembali. Karena kecerdasannya inilah, Nidzamul Malik langsung mengangkat Al
Gazhali menjadi pengajar salah satu madrasahnya yang ada di Baghdad.
Tepat di tahun 484 H itu, Al Gazhali resmi hijrah ke Baghdad untuk menjadi
pengajar Madrasah An-Nidzamiyah. Madrasah ini adalah universitas yang didirikan
oleh perdana menteri Baghdad pada tahun 484 H. Selain sebagai pengajar yang setara
maha guru, Al Ghazali juga dilantik sebagai Naib Kanselor di sekolah tersebut.
Di tahun 489 H, Al Ghazali sempat masuk Kota Damaskus beberapa hari dan
bahkan diceritakan pernah memasuki Baitul Maqdis dan tinggal beberapa lama di
sana. Di masa itulah, Al Ghazali menepi dan menyelesaikan penulisan kitab Ihya
Ulumuddin. Selain buku yang paling ternama itu, Al Ghazali juga menyelesaikan
penulisan Al Arba'in, Al Qisthas, dan kitab Mahakkun Nadzar.

c. Sisa hidup di tanah kelahiran


Al Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan sehingga rela meninggalkan
kehidupan duniawi untuk mengembara mencari ilmu-ilmu baru ke Mekkah,
Madinah, Mesir juga Yerusalem selama 10 tahun lamanya. Di akhir hidupnya, Al
Ghazali pulang ke tanah kelahirannya dan mendirikan satu madrasah di samping
rumahnya. Ia bahkan juga mendirikan asrama yang diperuntukkan untuk orang-orang
Shufi.
Al Ghazali menikmati hari tuanya dengan membaca Al Qur'an, berkumpul dengan
ahli ibadah juga mengajar para penuntut ilmu. Abul Faraj Ibnul Jauzi menceritakan
detil dari hari terakhir Al Gazhali dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat. Di kitab itu,
Abul Faraj menukil kalimat terakhir saudara Al Ghazali, Ahmad: Pada subuh hari
Senin saudaraku Abu Hamid berwudhu dan salat kemudian berkata,"Bawa kemari
kain kafan saya."
Kemudian Al Ghazali mengambil dan mencium kain kafan itu sembari berkata,
"Saya patuh dan taat untuk menemui malaikat maut.” Al Ghazali lantas meluruskan
kakinya dan menghadap kiblat. Dikatakan di kitab tersebut, sebelum langit
menguning di tahun 1111 itu, Al Ghazali pergi menghadapi Sang Khalik.
8. Ceritakan tentang Al-Kindi!
Jawab:
Al-Kindi (188-260 H)

Al-Kindi bernama lengkap Yakub bin Ishak AI-Kindi, lahir di Kufah (sekarang
salah satu kota di Irak) tahun 188 Hijriah dan wafat di Bagdad pada 260 H. Berkat
kontribusinya di bidang filsafat, Al-Kindi tersohor dengan julukan filsuf Arab. Selama
masa hidupnya, Al-Kindi terbilang ilmuwan yang produktif. Ia menulis banyak karya
di banyak sejumlah disiplin ilmu, mencakup metafisika, etika, logika, psikologi,
farmakologi, matematika, astrologi, optik, dan lain sebagainya.
Di antara buku-buku terkenal karangan Al-Kindi adalah Kitab Al-Kindi ila Al-
Mu’tashim Billah Fi Al-Falsafah Al-Ula, Kitab Al-Falsafah Ad-Dakhilat wa Al-
Masa’il Al-Manthiqiyyah wa Al-Muqtashah wa Ma Fawqa Al-Thabi’iyyah, Kitab fi
An-Nahu La Tanalu Al-Falsafah Illa Bi ‘ilm Al-Riyadhiyyah, dan lain sebagainya.
Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke
dalam bahasa Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt al-Hikmah oleh al-
Ma’mun, al-Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di samping
menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya. Karena
keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di istana dan menjadi
guru putra Khalifah al-Mu’tasim, Ahmad.
Ia adalah filosof berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama.
Memang, secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari
suku Kindah, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu kelebihan
al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin setelah terlebih
dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada
saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal
ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah mukaddimah bagi siapa saja
yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini begitu penting sehingga tidak
mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dulu
menguasai matematika. Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni,
geometri dan astronomi.
Meskipun al-Kindi jarang dikutip oleh penulis yang menulis dalam bahasa Arab
setelah abad kesepuluh, dia adalah tokoh penting bagi penulis abad pertengahan Latin.
Dalam bidang astronomi, Al-Kindi juga menulis karya berjudul On Rays yang
melihat astrologi sebagai ilmu rasional.
9. Ceritakan tentang Al-Farabi dan Ibnu Sina!
Jawab:
Al-Farabi (258‒339 H)

Al-Farabi bernama lengkap Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-
Farabi, lahir di Farab, Transoxiana (Asia Tengah) pada 258 H dan wafat di Damaskus,
Suriah, pada tahun 339 H. Sejak kecil, Al-Farabi dianggap sebagai sosok berbakat
istimewa. Ia menguasai banyak bahasa, dengan konsentrasi Arab, Persia, Turki, dan
Kurdi. Di bidang filsafat, kontribusi pentingnya adalah dengan menggabungkan
filsafat Yunani dan filsafat Islam.
Ia juga amat ahli di bidang matematika, pengobatan, musik, agama, dan lain
sebagainya. Saking ahlinya di bidang filsafat, ia mendapat julukan guru kedua, setelah
Aristoteles yang disebut guru pertama. Di antara karya-karya Al-Farabi yang terkenal
adalah Al-Musiqi Al-Kabir, Ihsha'u Al-Iqa, Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi
Aghradhiha, dan lain sebagainya.
Analisisnya mengenai cara kerja mata dan pengobatannya masih dipelajari hingga
saat ini. Karyanya yang terkenal adalah Kitab al-Manazir (Buku Optik) yang hingga
kini diakui sebagai rujukan ilmu optik di banyak universitas di dunia.
Ibnu Sina (370-428 H)

Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di
Desa Afsyana dekat Bukhara, kini termasuk Uzbekistan, pada 370 H dan wafat pada
428 H di Hamazan (kemungkinan berada di wilayah Persia atau Iran). Ibnu Sina
menguasai bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi, dan ilmu
kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia menjadi amat terkenal dan dipanggil untuk
mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur.
Ibnu Sina menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal
berjudul Al-Qanūn Fi At-Thibb, yang berisi ensiklopedia tentang ilmu kedokteran.
Ibnu Sina berhasil mengkodifikasi pemikiran kedokteran Yunani dan Arab. Karya-
karyanya tentang kedokteran menjadi referensi penting disiplin kedokteran di masa
itu, bahkan sempat menjadi rujukan primer kedokteran di Eropa selama lima abad (dari
abad ke-12 hingga 17 M).
10. Sebutkan perilaku yang dapat kalian contoh dari semua tokoh tersebut!
Jawab: Banyak sekali perilaku yang dapat kita contoh karena semua tokoh tersebut
merupakan tokoh-tokoh yang sangat hebat, bersejarah, dan cerdas. Beberapa
yang dapat kita contoh sebagai siswa saat ini adalah berani mengungkapkan
pendapat, suka dalam tolong menolong, tentunya gemar membaca, rajin dalam
mempelajari suatu hal, pantang menyerah, dan menekuni suatu hal dengan
serius.

Anda mungkin juga menyukai