PROPOSAL
PENELITIAN
Disusun Oleh:
PROPOSAL
PENELITIAN
Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim penguji Karya Ilmiah
Pogram Studi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan
PKU Muhammadiyah Surakarta
DISUSUN OLEH:
Pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
DISUSUN OLEH:
Mengetahui,
Merupakan karya saya sendiri (ASLI) dan isi dalam tugas akhir ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh
gelar akademis di suatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan
oleh orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, ……………………
Peneliti
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
Caesaria”.
Penulisan proposal ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
2. selaku Direktur RS. Citra Sari Husada Intan Barokah Karawang yang telah
PKU Muhammadiyah.
7. Istri dan Orang Tua serta Keluarga yang memberikan bantuan serta dukungan
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan pada semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Operasi Sectio Caearea merupakan tindakan pembedahan yang bertujuan
melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim ibu (Mulyawati
dkk, 2011). Data WHO Global Survey on Maternal and Perinatal Health di 23
negara, pada tahun 2019 kenaikan tingkat kelahiran caesar tanpa indikasi medis
berkisar 0,01%–2,10%, bahkan di China mencapai 11,6%. Pada Provinsi Jawa
Tengah persalinan dengan Sectio Caesarea (SC) pada tahun 2015 sebesar
11,8% (Profil Dinas Kesehatan, 2015). Persalinan dengan cara operasi caesaria
(SC) dilakukan bila usia ibu lebih dari 35 tahun, anemia pada ibu, adanya
tekanan darah tinggi, kondisi kesehatan tersebut akan sangat mempengaruhi
kondisi pada saat persalinan (Fatimah dan Ulfa, 2020).
Operasi Sectio Caearea tentunya harus dengan metode anastesi yang
tepat. Salah satu metode anestesi dalam operasi SC yaitu dengan spinal
anastesi. Anastesi regional direkomendasikan pada operasi SC daripada
anastesi umum, anastesi umum mempunyai banyak resiko maternal dan janin
(Wilson & Christopher 2016). Spinal atau Sub Arachnoid Block (SAB)
merupakan salah satu tehnik anestesi regional dengan cara penyuntikan obat
anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid di regio vertebra Lumbalis 2-3,
Lumbalis 3-4, Lumbalis 4-5 menggunakan tehnik (midline/median atau
paramedian) dengan jarum spinal yang sangat kecil dengan tujuan untuk
mendapatkan ketinggian blok atau analgesi setinggi dermatom tertentu dan
relaksasi otot rangka (Mangku & Senapathi, 2011). Spinal anestesi adalah
menyuntikkan obat analgesik lokal ke dalam ruang subarachnoid di daerah
antara vertebra lumbalis L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5 (Majid, 2011). Spinal
Anastesi banyak manfaat yaitu kemudahan dalam melakukan prosedur,
kemungkinan kegagalan yang rendah, kesadaran pasien, rasa sakit yang
berkurang setelah operasi, asupan analgesik yang lebih rendah setelah operasi,
pemulangan dini, dan menghindari kemungkinan risiko anestesi umum dan
intubasi (Ortiz and Rajagopalan, 2016).
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
dan pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan pada bagian tubuh
yang akan ditangani lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri dengan
penutupan dan penjaitan luka (Apriansyah, Romadoni,& Andrianovita, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) (2013), jumlah pasien
dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan.
Pada tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, pada
tahun 2012 di Indonesia tindakan operasi mencapai 1,2 juta jiwa dan di
perkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah spinal anestesi
(Kemenkes RI, 2013). Sedangkan di Jawa Barat terdapat 10.503 kasus bedah
efektif yang dilakukan selama tahun 2015 (Dinkes Jawa Timur, 2015).
Perubahan mobilisasi akan mempengaruhi metabolisme endokrin,
resorpsi kalsium dan fungsi gastrointestinal. Sistem endokrin menghasilkan
hormon, mempertahankan dan meregulasi fungsi vital seperti: 1) berespon
pada stress dan cedera, 2) pertumbuhan dan perkembangan, 3) reproduksi, 4)
mempertahankan lingkungan internal, serta 5) produksi pembentukan dan
penyimpanan energi. Imobilisasi mengganggu fungsi metabolisme normal
seperti: menurunkan laju metabolisme, mengganggu metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein, dan menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti
nafsu makan dan peristaltik berkurang. Namun demikian pada proses infeksi
klien yang imobilisasi mengalami peningkatan BMR karena demam dan
penyembuhan luka membutuhkan oksigen (Potter & Perry, 2013).
Dampak imobilisasi pada sistem musluloskeletal adalah gangguan
permanen atau temporer atau ketidakmampuan yang permanen. Dan
imobilisasi kehilangan daya tahan, menurunnya massa dan kekuatan otot, dan
instabilitas sendi menyebabkan klien beresiko mengalami cedera. Hal ini
dapat terjadi dalam beberapa hari bedrest, menunjukkan bahwa pasien kritis
terpasang ventilator dapat kehilangan hingga kelemahan otot perifer 25 %
dalam waktu 4 hari dan kehilangan 18 % berat badannya. Hilangnya massa
otot-otot rangka sangat tinggi dalam 2-3 minggu pertama imobilisasi selama
perawatan intensif (Potter & Perry, 2013).
Salah satu teknik anestesi regional yang pada umumnya dianggap
sebagai salah satu teknik yang paling dapat diandalkan adalah anestesi spinal.
Anastesi spinal atau disebut juga blok subarachnoid merupakan teknik
anastesi yang cukup popular, yaitu dengan memasukkan obat anastesi lokal ke
ruang subarachnoid lumbal untuk menghasilkan atau menimbulkan hilangnya
aktifitas sensoris dan blok fungsi motorik. Anestesi spinal biasanya digunakan
pada pasien bedah ekstremitas bawah, bedah panggul, tindakan sekitar rectum
perineum, bedah obstetric ginekologi, bedah urologi, bedah abdomen bawah.
Anestesi spinal adalah pilihan utama untuk kebanyakan pasien pembedahan.
Keuntungan anestesi spinal untuk pembedahan adalah mudah, blok yang
mantap, dan kinerja nya cepat (Sarwono, 20181).
Tindakan spinal anestesi merupakan suatu tindakan untuk menegakkan
diagnosis ataupun untuk kesembuhan suatu penyakit, cidera atau cacat serta
untuk mengobati penyakit ketika dengan obat sederhana tidak bisa sembuh.
Pembedahan merupakan tindakan invasif dengan membuat sayatan pada
tubuh yang mengalami masalah kemudian dilakukan perbaikan dan kemudian
luka dijahit. Indikasi dari tindakan pembedahan yaitu untuk mendiagnosa,
mengobati penyakit, rekonstruktif dan juga paliatif. Pembedahan juga bisa
dilakukan sesuai tingkat urgensinya yaitu darurat atau elektif (Sjamsuhidayat,
2013).
Metode latihan mobilisasi yang belum sesuai dengan standar
pelaksanaan dan kurang tersosialisasi dengan pasien dan keluarga selama
perawatan post operasi, komplikasi operasi yang tidak dapat dihindari adanya
nyeri pasca operasi yang diakibatkan adanya luka insisi dan penyembuhan
luka yang memanjang. Keluhan lain yang dirasakan adalah adanya distensi
abdomen akibat aktifitas usus belum optimal yang disebabkan manipulasi
organ abdomen selama prosedur bedah dan penambahan hari perawatan pasien
di rumah sakit.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Mobilisasi
Pasca Spinal Anestesi Terhadap Percepatan Fungsi Motorik Ekstremitas
Bawah Pasien Post Sectio Caesaria”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut maka rumusan
penelitian pada penelitian ini yaitu "Apakah terdapat pengaruh penyuluhan
mobilisasi pasca spinal anestesi terhadap percepatan fungsi motorik
ekstremitas bawah pasien post SC?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh penyuluhan mobilisasi pasca spinal anestesi
terhadap percepatan fungsi motorik ekstremitas bawah pasien post SC.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan gambaran fungsi motorik ekstremitas bawah pasien
post SC sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.
b. Mengananalisis percepatan fungsi motorik ekstremitas bawah pasien
post SC sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana bagi penulis untuk dapat meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan mengenai mobilisasi pasien pasca anestesi spinal dan sebagai
kesempatan bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama
pendidikan di ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat menjadi evidance based yang diintegrasikan
dalam wahana pembelajaran keperawatan anestesi sehingga informasi ini
dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan.
3. Bagi Pelayanan
Hasil ini dapat berguna sebagai bahan masukan bagi perawat di Rumah
Sakit tentang mobilisasi pasien pasca anastesi spinal dan dapat
menerapkan mobilisasi pasien pasca anestesi spinal yang baik dan benar
dalam rangka menurunkan angka komplikasi pasien post SC.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa keaslian penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam
penelitian ini antara lain :
No Keaslian Penelitian
1 Nama Peneliti / Tahun : Amalia, Pangesti, Prayogi / 2017
Judul : Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Tentang Mobilisasi Dini Terhadap
Pasien Pasca Spinal Anestesi di RSUD
Kota Yogyakarta
Desain dan Variabel Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian
quasy eksperiment. Sampel penelitian
ini berjumlah 40 responden, terdiri dari
20 kelompok perlakuan dan 20
kelompok kontrol. Kelompok perlakuan
dilakukan penyuluhan dengan cara
verbal, demonstrasi dan leaflet,
kelompok kontrol hanya diberikan
leaflet. Uji yang digunakan adalah uji
Chi-Square.
Hasil : Responden kelompok perlakuan lebih
banyak mobilisasi dini dalam kategori
baik yaitu 15 responden (37,5%),
sedangkan pada kelompok kontrol lebih
banyak dalam kategori kurang yaitu 12
responden (30,0%).
Persamaan : Penyuluhan mobilisasi terhadap pasien
pasca spinal anestesi
Perbedaan : Penyuluhan untuk percepatan motorik
ekstremitas bawah pasien post SC
2 Nama Peneliti / Tahun : Tuti Herawati / 2018
Judul : Pengetahuan mobilisasi pada pasien
pasca operasi di Ruang Gelatik dan
Rajawali di RSAU dr. M. Salamun
Desain dan Variabel Penelitian : Metode penelitian yang digunakan
yaitu deskriptif kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan
menggunakan kuisioner, dengan
sampel accidental sampling. Analisa
data dimulai dengan mengumpulkan
data, uji validitas, penelitian,
mengelompokan data, kemudian
melakukan pengolahan data
Hasil : Hasil penelitian didapatkan bahwa
kurangnya pengetahuan tentang
mobilisasi pada pasien pasca operasi
sebanyak (47%) sebagian lagi
menunjukan cukup sebanyak (42%)
dan baik hamya (11%)
Persamaan : Mobilisasi terhadap pasien pasca
operasi
Perbedaan : Penyuluhan untuk percepatan motorik
ekstremitas bawah pasien post SC
3 Nama Peneliti / Tahun Intan Meyty Megawati Tongkukut /
2015
Judul Pengaruh Penyuluhan Tentang
Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea
Desain dan Variabel Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah
quasi experiment menggunakan desain
one-group pretest-post test yang
dilakukan terhadap 30 responden yang
ditentukan secara Accidental sampling,
metode penelitian ini memiliki 1
kelompok eksperimen. Pengumpulan
data diperoleh daengan
menggunakan kuesioner. Analisa data
menggunakan uji statistik paired
simple t test dengan
kemaknaan α = 0,05.
Hasil Hasil uji statistik dengan menggunakan
uji t dependen diperoleh hasil signifikansi
sebesar 0,000 atau p value < α yaitu 0,000
< 0,05. Hasil perhitungan nilai t hitung
12.092 > dari t
tabel 2,045. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian diterima.
Persamaan Penyuluhan mobilisasi terhadap pasien
post SC
Perbedaan Penyuluhan untuk percepatan motorik
ekstremitas bawah pasien post SC
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Macam-Macam Mobilisasi
Menuruit Priharjo, 2013, mobilisasi dibagi menjadi dua yakni :
a. Mobilisasi secara pasif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan
cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
b. Mobilisasi secara aktif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
B. Ekstremitas Bawah
Ekstremitas bawah terdiri dari tulang pelvis, femur, tibia, fibula, tarsal,
metatarsal, dan tulang-tulang phalangs.
Berikut ini adalah gambar bagian-bagian ekstremitas bawah:
C. Kerangka Teori
Pasien Post
Sectio Caesaria
Faktor-faktor mobilisasi :
- Gaya hidup
Penyuluhan Mobilisasi - Kebudayaan
Dini post SC - Proses penyakit/cedera
- Tingkat energi
1. Pengertian mobilisasi
2. Tujuan mobilisasi
3. Rentang gerak dalam Fraktur Ekstremitas Bawah
mobilisasi 1. Pelvis
4. Indikasi mobilisasi 2. Femur
5. Kontra indikasi 3. Tibia
mobilisasi 4. Fibula
6. Kerugian tidak 5. Tarsal
dilakukan mobilisasi 6. Metatarsal
7. Tahap-tahap 7. Phalangs
mobilisasi
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan
atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2014).
Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah
ini.
Variabel bebas (independent) Variabel terikat (dependent)
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori (Sugiyono, 2014)
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh penyuluhan mobilisasi pasca spinal anestesi terhadap
percepatan fungsi motorik ekstremitas bawah pasien post SC (Ha).
2. Tidak ada pengaruh penyuluhan mobilisasi pasca spinal anestesi terhadap
percepatan fungsi motorik ekstremitas bawah pasien post SC (Ho).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
O1 X O 2
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ukuran atau karakteristik yang dimiliki oleh
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok
lain. Variabel adalah gejala yang bervariasi, dan gejala merupakan objek
penelitian. Jadi, variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Konstruk
adalah konsep yang dibuat atau digunakan dengan sengaja dan dengan
kesadaran penuh untuk tujuan ilmiah tertentu (misalnya untuk diteliti/
dipelajari) (Notoatmodjo, 2014). Dalam penelitian ini terdiri dari variabel
terikat dan variabel bebas:
1. Variabel Independen
Variabel-variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, anteseden. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel
bebas. Pengertian variabel bebas (bebas) menurut Sugiyono (2016)
“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau merupakan
penyebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat (terikat)”. Dalam
penelitian ini variabel bebas (independen) adalah penyuluhan mobilisasi
pasca spinal anestesi.
2. Variabel Dependen
Variabel-variabel ini sering disebut sebagai variabel keluaran,
kriteria, konsekuensi. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel
terikat. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas (Sugiyono, 2016).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah percepatan fungsi motorik
ekstremitas bawah.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada karakteristik
yang diamati dan sesuatu yang didefinisikan, sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan pengamatan atau pengukuran yang cermat terhadap suatu
objek atau fenomena. Dalam definisi operasional dirumuskan kepentingan
akurasi, komunikasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2016).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Skala
No Variabel Alat ukur Hasil ukur
operasional ukur
1 Variabel
Independen
Mobilisasi post Pergerakan yang Kuesioner 1 : Dilakukan Ordinal
SC dilakukan sedini 0 : Tidak
mungkin di dilakukan
tempat tidur
dengan melatih
bagian-bagian
tubuh untuk
melakukan
peregangan,
miring kanan
miring kiri,
belajar duduk dan
belajar berjalan.
2. Variabel
Dependen
Ekstremitas Ekstremitas Observasi 1 : Cepat Ordinal
bawah bawah terdiri dari sembuh
tulang pelvis, 0 : Tidak
femur, tibia,
fibula, tarsal,
metatarsal, dan
tulang-tulang
phalangs.
F. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti
dengan berpedoman pada tinjauan pustaka dan kerangka penelitian. Kuesioner
penelitian ini terdiri dari :
1. Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan mobilisasi
dini. Pelaksanaan mobilisasi dini dibagi menjadi mobilisasi dini 6, 12, 18
dan 24. Pengisian lembar observasi dengan memberikan tanda checklist
(√) pada kolom “Ya” jika ibu melakukan mobilisasi dini dan pada kolom
“Tidak” jika ibu tidak melakukan mobilisasi dini.
2. Ekstremitas Bawah
Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi percepatan fungsi
motorik ekstremitas bawah pasien post SC. Pelaksanaan mobilisasi pada
ekstremitas bawah dilaksanakan pada bagian pelvis, femur, tibia, fibula,
tarsal, metatarsal dan phalangs. Pengisian lembar observasi dengan
memberikan tanda checklist (√) pada kolom “Ya” jika cepat sembuh dan
pada kolom “Tidak” jika belum sembuh.
J. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2012), dalam melaksanakan sebuah penelitian
ada beberapa prinsip etis atau etik penelitian yang harus diperhatikan yaitu
sebagai berikut:
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang sebelumnya
diberi penjelasan tentang tujuan penelitian untuk menandatangani informed
consent tersebut. Lembar informed consent ditandatangani oleh pasien yang
bersedia menjadi responden penelitian saat berada di ruang penerimaan
pasien yaitu di ruang IBS RS Citra Sari Husada Intan Barokah Karawang.