DISUSUN OLEH:
ABDUSSALAM
NIM.201133001
VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Terapan Dan Profesi sebagai
Rujukan Nasional Berkualitas Global"
MISI
1. Menyelenggarakan Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi Terapan dan
Profesi Kesehatan yang Berkualitas Global.
2. Menghasilakn Lulusan yang Berintelektualitas Tinggi, Berbudi Luhur dan
Mampu Bersaing Secara Global.
3. Mengembangkan Tata Kelola Perguruan Tinggi yang Mandiri Transparan
dan Akuntabel
4. Berperan Aktif dalam Kerjasama Pengembangan dan Peningkatan Sistem
Pendidikan Tinggi Kesehatan di Tingkat Global
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
RESUME KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM INTEGUMEN: POST OPERASI MASTEKTOMI
DI RUANG POLI BEDAH RUMAH SAKIT
Dr. MOHAMMAD SUTOMO
Telah Mendapatkan Persetujuan dari Pembimbing Klinik dan Dosen
Pembimbing Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah
Abdussalam
NIM. 201133001
Pontianak, , 2021
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
Laporan Pendahuluan yang berjudul “Resume Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem integumen: Post operasi mastektomi” dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini penulis telah melibatkan bantuan
moril dan material dari banyak pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini.
Dengan terselesaikannya Laporan Pendahuluan ini, perkenankan pula
saya untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz M.Si., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Ns. Nurbani, M.Kep., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep., selaku Ketua Prodi Profesi Ners Poltekkes
Kemenkes Pontianak sekaligus selaku pembingbing akademik
4. Seluruh Dosen, Instruktur dan Staf Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Pontianak serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini
masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan Laporan Pendahuluan ini.
Semoga Laporan Pendahuluan ini bagi pembaca khususnya Mahasiswa
Poltekkes Kemenkes Pontianak dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran
mahasiswa di Prodi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Pontianak.
Pontianak, 24 Mei 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
VISI DAN MISI...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................vi
BAB I KONSEP DASAR...............................................................................1
A. Konsep Dasar Dislokasi.......................................................................1
1. Definisi...........................................................................................1
2. Jenis-jenis Mastektomi................................................................1
3. Etiologi..........................................................................................3
4. Komplikasi....................................................................................5
5. Rekontruksi Payudara Pasca Mastektomi................................6
6. Dampak Post Operasi Mastektomi.............................................7
7. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................7
8. Penatalaksanaan...........................................................................8
BAB II WEB OF CAUSATION (WOC)........................................................9
A. Web Of Causation................................................................................9
BAB III PROSES KEPERAWATAN.........................................................11
A. Pengkajian..........................................................................................11
B. Diagnosa keperawatan.......................................................................16
C. Perencanaan keperawatan..................................................................16
D. Intervensi keperawatan......................................................................17
E. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah (Efek Terapi Gel Lidah Buaya (Aloe Vera) Dalam Penyembuhan
Luka)........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................22
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
v
HalamanGambar 2.1 Pathway Post Operasi ORIF Close Frakture Angkle........10
vi
1
1
BAB I
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar Dislokasi
1. Definisi
Mastektomi merupakan pembedahan yang dilakukan untuk
mengangkat payudara (Pamungkas, 2011).
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara baik itu sebagian
atau seluruh payudara (Suyatno & Pasaribu, 2010).
Mastektomi adalah pemotongan melintang dan pengangkatan
jaringan payudara dari tulang selangka (superior) ke batas depan
latissimus dorsi (lateral) ke rectus sheath (inferior) dan midline (medial).
Sebagai tambahan, ekor aksila (axillary tail) dipotong (Lim, et al, 2009).
2. Jenis-jenis Mastektomi
Pengobatan atau terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker
payudara antara lain pemberian kemoterapi (sitostatika), radioterapi
(penyinaran), hormon, dan operasi pengangkatan payudara (mastektomi)
(Purwoastuti, 2008). Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara
bergantung pada beberapa faktor, yakni usia, kesehatan secara
menyeluruh, status menopause, dimensi tumor, tahapan tumor dan
seberapa luas penyebarannya, stadium tumor dan keganansannya, status
reseptor hormon tumor, dan penyebaran tumor, apakah telah mencapai
simpul limfe atau belum (Pamungkas, 2011). Setelah mengetahui faktor
penentu dilakukannya jenis mastektomi tertentu, maka berikut ini adalah
beberapa jenis mastektomi yaitu:
a. Mastektomi Preventif
Mastektomi preventif disebut juga prophylactic mastectomy.
Pembedahan dilakukan pada wanita yang mempunyai resiko tinggi
terkena kanker payudara akibat faktor genetika atau risiko keturunan
kanker payudara. Operasi ini dapat berupa total mastektomi,
pengangkatan seluruh payudara dan puting atau subcutaneous
mastectomy, pengangkatan 1 payudara tetapi puting tetap
dipertahankan.
1
2
3. Etiologi
Yang termasuk faktor resiko kanker payudara menurut Brunner dan
Suddarth (2014); Reeder, Martin dan Griffin (2015), yaitu:
a. Gendre
Kanker payudara lebih sering menyerang perempuan dibanding laki-
laki. Laki-laki juga bisa menderita kanker payudara, akan tetapi
penyakit ini lebih besar kemungkinanya untuk menyerang kaum
perempuan. Mungkin penyebabnya adalah karena laki-laki memiliki
lebih sedikit hormone esterogen dan progesteron. Hormon esterogen
dan progesterone inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya sel kanker
dan kedua hormon tersebut lebih banyak dimiliki dalam diri
perempuan. Inilah sebabnya perempuan lebih beresiko terkena kanker
payudara.
b. Faktor genetik/Mutasi genetic.
Sekitar 5-10%kasus kanker payudara diturunkan. Ini artinya bibit
kanker payudara tersebut merupakan hasil langsung dari kelainan gen
(mutasi gen) yang diturunkan dari orang tuanya. Telah ditemukan2
varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seseorang perempuan
mewarisi salah satu dari gen tersebut, ia berisiko tinggi menderita
4
4. Komplikasi
Prosedur mastektomi menyebabkan banyak dampak komplikasi
meskipun teknik pembedahan terus mengalami perbaikan. Banyak
dampak yang diterima pasien post mastektomi seperti: lymphedema,
pembentukan seroma, penurunan mobiltas lengan dan kekuatan kompleks
lengan, kesulitan yang berhubungan dengan pasca operasi bekas luka
(Winer, et al dalam Botwala, et al, 2013, dalam Aini 2015).
Selama ini komplikasi yang bersifat fisik masih tingi (10% - 50%).
Komplikasi fisik ini terutama dirasakan pada daerah bekas operasi lengan
atas dan lengan bawah (Van de Velde, et al, 1999 dalam Sudarto, 2002
dalam Aini, 2015). Keterbatasan gerak bahu sedikitnya bisa muncul dalam
2 minggu immobilsasi. Mobiltas lengan dan bahu adalah salah satu yang
harus diperhatikan karena akan berdampak pada aktivitas kehidupan
sehari- hari penderita kanker payudara (Delburck, 2007 dalam Aini 2015)
6
7. Pemeriksaan Diagnostik
Mamografi dilakukan untuk pemeriksaan fisik dini pada wanita
untuk menunjukkan adanya kanker payudara. 2) Aspirasi jarum tajam atau
biopsi dengan pembedahan dilakukan jika ada gumpalan dan hasil
memografi negatif. 3) Ultrasonografi, untuk membedakan kista berisi
cairan dengan tumor. 4) Scan tulang, untuk mendeteksi metastase tumor.
5) Pengujian reseptor hormonal yang dilakukan pada tumor untuk
mengetahui hormon yang lebih berpengaruh antara estrogen dan
progesteron (Williams & Wilkins, 2011).
8. Penatalaksanaan
Menurut Tanto (2014) jenis pembedahan kanker payudara yaitu:
8
BAB II
WEB OF CAUSATION (WOC)
A. Web Of Causation
9
Ca mamae
Operasi Mastektomi
Gangguan Kerusakan
Mediator Nyeri Aktivitas Integritas Kulit
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
diagnosa medis, nomor register dan tanggal MRS.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh sakit (nyeri) pada daerah luka post op
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penderita mengeluh nyeri pada daerah luka operasi.
4. Pola-pola fungsional
a. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas dan latihan mengalami perubahan/
gangguan akibat adanya luka operasi sehingga perlu dibantu baik
perawat maupun klien.
b. Pola tidur dan istirahat Kebiasaan pola tidur dan istirahat px
mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri luka post op.
c. Pola persepsi dan konsep diri Setelah pasien mengalami post op pasien
akan mengalami angguan konsep diri.
14
15
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien kemungkinan
diagnosa keperawatan dari orang dengan Post operasi ORIF adalah sebagai
berikut (SDKI, 2016).
1. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan neuromuscular,
cedera jaringan lunak, stress/ansietas.
2. (D.0129) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka Post
Operasi
C. Perencanaan keperawatan
Tabel 3.1 Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Luaran
SLKI
1. D.0077 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan
berhubungan dengan diharapkan tingkat nyeri menurun dan kontrol
agen pendera fisik nyeri meningkat dengan kriteria hasil:
(prosedur operasi) 1. Tidak mengeluh nyeri
17
2. Tidak meringis
3. Tidak bersikap protektif
4. Tidak gelisah
5. Tidak mengalami kesulitan tidur
6. Frekuensi nadi membaik
7. Tekanan darah membaik
8. Melaporkan nyeri terkontrol
9. Kemampuan mengenali onset nyeri
meningkat
10. Kemampuan mengenali penyebab nyeri
meningkat
11. Kemampuan menggunakan teknik non-
farmakologis
D. Intervensi keperawatan
Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan
Intervensi
Diagnosa Keperawatan
SIKI
D.0077 Nyeri akut Intervensi Utama: Dukungan Nyeri Akut:
berhubungan dengan Pemberian analgesik
agen pendera fisik Observasi
(prosedur operasi) 1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Identifikasi riwayat alergi obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
narkotika, non-narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal
2. Pertimbangkan pengguanaan infus kontinu, atau
bolus oploid untuk mempertahankan kadar dalam
serum
3. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
18
1. Definisi
Lidah buaya termasuk dalam famili Lily (Liliaceae). Tanaman ini
telah dikenal sebagai tanaman penyembuh. Lidah buaya telah digunakan
untuk tujuan medis tradisional di beberapa budaya selama ribuan tahun.
Secara in vitro, ekstrak atau komponen dari lidah buaya merangsang
proliferasi beberapa jenis sel. Banyak penelitian telah menunjukkan
bahwa pengobatan dengan gel lidah buaya murni dan ekstraknya membuat
penyembuhan luka lebih cepat (Khan, 2013).
Dalam proses penyembuhan luka Post operasi, pemberian lidah
buaya meningkatkan efektivitas dan kualitas penyembuhan luka.
Pemberian gel lidah buaya pada luka post operasi menunjukkan efek
penyembuhan dalam waktu 24 jam dibandingkan dengan terapi standar
pembalutan luka operasi tanpa ditemukan efek samping. Akhir-akhir ini
penelitian mengenai manfaat lidah buaya untuk penyembuhan luka mulai
banyak dilakukan dan hasilnya cukup memuaskan (Primasari, 2016).
2. Etiologi
Pemberian lidah buaya terutama lendirnya secara topikal pada luka
dapat mempercepat proses penyembuhan luka karena lendir lidah buaya
mengandung glikoprotein, yang mencegah inflasi rasa sakit dan
20
REFERENSI
Aminanto, S., & Ruhyana, R. (2015). Efektivitas Gel Aloe Vera Sebagai Primary
Dressing pada Luka Diabetes Melitus di Praktik Perawatan Luka Indaryati
Sleman Yogyakarta (Doctoral dissertation, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta).
Bałan, B. J., Niemcewicz, M., Kocik, J., Jung, L., Skopińska-Różewska, E., &
Skopiński, P. (2015). Experimental immunology Oral administration of Aloe
vera gel, anti-microbial and anti-inflammatory herbal remedy, stimulates
cell-mediated immunity and antibody production in a mouse model. Central
European Journal of Immunology, 39(2), 125-130.
Novyana, R. M., & Susianti, S. (2016). Lidah Buaya (Aloe vera) untuk
Penyembuhan Luka. Jurnal Majority, 5(4), 149-153.
Nugraha, A. (2015). Pengaruh Pemberian Aloe Vera Pada Pasien Luka Bakar.
Jurnal Medika Cendikia, 2(02), 72-81.Gail W. Stuart, B. A. (2016). Prinsip
dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Primasari, M. (2016) EFEK TERAPI GEL LIDAH BUAYA (ALOE VERA)
DALAM PENYEMBUHAN LUKA.
22
DAFTAR PUSTAKA