Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

STUDI LITERATUR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN ELIMINASI FEKAL : DIARE DI ERA PANDEMIC SARS

COVID. 2

A. DHITA

PO.71.3.202.181.001

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR

PRODI KEPERAWATAN PAREPARE

2021
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

STUDI LITERATUR ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
ELIMINASI FEKAL DIARE
DI ERA PANDEMIC
SARS COVID-2

Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Di Poltekkes


Kemenkes Makassar Program Studi Keperawatan ParePare

A.DHITA
PO.7.13.202.18.1001

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
2021
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : A.DHITA

Nim : PO.71.3.202.18.1.001

Program Studi : Poltekkes Kemenkes Makassar

Institusi : D-III Keperawatan

Menyatakan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini adalah benar

benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya

sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Parepare 14 maret 2021
Pembuat Pernyataan

A.DHITA
PO.71.3.202.18.1.001
Mengetahui :
Pembimbing Utama pembimbing Pendamping

Drs. MUHAMMAD SALENG, M. Kes Dr. AGUSSALIM, MSN


196702161992031001 197004171990031003
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal penelitian A.DHITA NIM PO.71.3.202.18.1.001 dengan judul “STUDI

LITERATUR ASUHAN KEPERAWATN DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN ELIMINASI FEKAL DIARE DI ERA PANDEMIC SARS

COVID-2 “ telah di periksa dan disetujui untuk di ujikan pada seminar proposal

program studi keperawatan Parepare, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Makassar.

Parepare, 14 maret 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. MUHAMMAD SALENG, M. Kes Dr. AGUSSALIM, MSN


196702161992031001 197004171990031003
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh A.DHITA NIM PO.71.3.202.1.18.001 dengan judul

“STUDI LITERATUR ASUHAN KEPERAWATN DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN ELIMINASI FEKAL DIAE DI ERA PANDEMIC SARS

COVID-2 “ telah dipertahankan di depan tim penguji program Studi Diploma III

Keperawatan, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar Pada tanggal

……………………….. dan disetujui untuk penelitian.

Tim Penguji

Penguji Utama : H. ABD. RAHMAN, S. Pd, S. SiT, S. Kep, Ns, M. Si( )

Pembimbing I : Drs. MUHAMMAD SALENG, M. Kes ( )

Pembimbing II : Dr. AGUSSALIM. MSN ( )

Mengetahui,

Ketua Program Studi Keperawatan Parepare

H. MUHAMMAD ASIKIN, S.Pd, S.SiT,M.Si,M,Kes


NIP. 19641231 198502 1 001
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN

SAMPUL DALAM

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..........................................................................3


HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................................4
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................5
DAFTAR ISI......................................................................................................................6
BAB 1................................................................................................................................8
PENDAHULUAN.............................................................................................................8
A. LATAR BELAKANG............................................................................................8
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................13
C. TUJUAN STUDI KASUS....................................................................................13
D. MANFAAT STUDI KASUS...............................................................................14
BAB II.............................................................................................................................15
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................15
A. DIARE.................................................................................................................15
2. Etiologi.................................................................................................................16
B. SARS COVID-2.......................................................................................................29
BAB III............................................................................................................................42
METODE STUDI KASUS..............................................................................................42
A. JENIS PENELITIAN...........................................................................................42
B. FOKUS STUDI....................................................................................................42
C. SUMBER DATA.................................................................................................42
D. KRITERIA LITERATUR....................................................................................43
E. METODE PENGUMPULAN DATA..................................................................43
F. ANALISA DATA DAN PENYAJIAN DATA....................................................44
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................45
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek

yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat

menyebabkan masalah pada system gastrointestinal dan system tubuh

lainnya. Karena fungsi usus bergantung pada keseimbangan beberapa

factor, pola dan kebiasaan eliminasi bervariasi di antara individu. Namun,

telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah yang

besar, dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan

rendahnya insiden kanker kolorektal (Robinson dan Weigley, 1989 ).

Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan

berperan penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Elim

inasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostatis melalui pembuangan

sisa-sisa metabolism. Secara garis besar, sisa metabolism tersebut terbagi

ke dalam dua jenis, yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang

dibuang sebagai feses (nondigestible waste) serta smpah metabolisme yang

dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urine,

CO2, nitrogen dan H2O. eliminasi terbagi atas dua bagian utama yaitu

eliminasi fekal. (Asmadi, 2008).


Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa

metabolism berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan

melalui anus. Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi,

yaitu terletak di medulla dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi

rangsangan para simpatis, reflex defekasi di rangsang untuk buang air

besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi oleh system saraf

parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi,

berbagai otot lain membantu proses tersebut, seperti otot-otot di dinding

perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis (Hidayat, 2006)

Menurut WHO tahun 2019, pandemic adalah skala penyebaran

penyakit yang terjadi secara global di seluruh dunia. Namun ini tidak

memiliki sangkut paut dengan perubahan pada karakteristik penyakitnya,

sebagaimana dilaporkan The Guardian. Pandemic juga memiliki level

yang lebih tinggi disbanding epidemic atau keadaan ketika susatu penyakit

menyebar dengan cepat diantara banyak orang dan dalam jumlah lebih

banyak disbanding yang normal terjadi.

Penyakit corona virus-19 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh Servere Acute Resporatory Syndrom Coronavirus-2

(SARS-CoV-2). COVID-19 merupakan suatu masalah kesehatan global

yang menyerang semua Negara, termasuk Negara Indonesia.

Adapun data covid-19 di Indonesia di berbagai provinsi pada 11 maret

2021 jam 19:50 wib yang terkonfirmasi sebanyak 1.403.722 orang,


sembuh 1.224.603 orang, meninggal 38.049 orang, dirawat 141.070 orang.

Provinsi DKI Jakarta terkonfirmasi 353.075 orang, dirawat 11. 957 orang,

sembuh 335.360 orang, meninggal 5. 748 orang. Provinsi Jawa Barat

terkonfirmasi 225.925 orang, dirawat 43.507 orang, sembuh 179.863

orang, meninggal 2.555 orang. Provinsi Jawa Tengah terkonfirmasi

159.508 orang, dirawat 46.360 orang, sembuh 106.830 orang, meninggal

6.318 orang. Provinsi Jawa Timur terkonfirmasi 132.890 orang, dirawat

13.715 orang, sembuh 110.610 orang, meninggal 8.565 orang. Provinsi

Kalimantan Timur terkonfirmasi 58.440 orang, dirawat 7.811 orang,

sembuh 49.281 orang, meninggal 1.348 orang. Provinsi Sulawesi Selatan

terkonfirmasi 57.698 orang, dirawat 4.029 orang, sembuh 52.799 orang,

meninggal 870 orang. Bali terkonfirmasi 35.983 orang, dirawat 22.102

orang, sembuh 13.305 orang, meninggal 576 orang. Provinsi Riau

terkonfirmasi 32.212 orang, dirawat 1.403 orang, sembuh 30.032 orang,

meninggal 777 orang. Provinsi Banten terkonfirmasi 30.908 orang, dirawat

8.426 orang, sembuh 21.959 orang, meninggal 523 orang. Provinsi

Sumatera Barat terkonfirmasi 29.79 orang, dirawat 1.430 orang, sembuh

27.713 orang, meninggal 654 orang. Provinsi DI Yogyakarta terkonfirmasi

29.330 orang, dirawat 5.804 orang, sembuh 22.824 orang, meninggal 702

orang. Provinsi Sumatera Utara terkonfirmasi 25.521 orang, dirawat 3.010

orang, sembuh 21.661 orang, meninggal 850 orang. Provinsi Kalimantan

Selatan terkonfirmasi 23.426 orang, dirawat 2.802 orang, sembuh 19.881

orang, meninggal 743 orang. Papua terkonfirmasi 18.014 orang, dirawat


8.367 orang, sembuh 9.467 orang, meninggal 180 orang. Provinsi

Sumatera Selatan terkonfirmasi 16.385 orang, dirawat 1.631 orang,

sembuh 13.997 orang, meninggal 757 orang. Provinsi Sulawesi Utara

terkonfirmasi 15.146 orang, dirawat 2.623, sembuh 12.027 orang,

meninggal496 orang. Provinsi Kalimantan Tengah terkonfirmasi 14.766

orang, dirawat 2.334 orang, sembuh 12.122 orang, meninggal 310 orang.

Lampung terkonfirmasi 13.020 orang, dirawat 1.090 orang, sembuh

11.259 orang, meninggal 671 orang. Provinsi Sulawesi Tengah

terkonfirmasi 10.442 orang, dirawat 1. 671 oeang, sembuh 8.508 orang,

meninggal 263 orang. Provinsi Nusa Tenggara Timur terkonfirmasi 10.241

orang, dirawat 2.773 orang, sembuh 7.184 orang, meninggal 284 orang.

Provinsi Kalimantan Utara terkonfirmasi 10.1842 orang, dirawat 3.042

orang, sembuh 6.998 orang, meninggal 142 orang. Provinsi Sulawesi

Tenggara terkonfirmasi 10.120 orang, dirawat 578 orang, sembuh 9.343

orang, meninggal 199 orang. Aceh terkonfirmasi 9.642 orang, dirawat

1.407 orang, sembuh 7.849 orang, meninggal 386 orang. Provinsi Nusa

Tenggara Barat terkonfirmasi 8.883 orang, dirawat 2.503 orang, sembuh

6.026 orang, meninggal 354 orang. Provinsi Kepulauan Riau terkonfirmasi

8.807 orang, dirawat 225 orang, sembuh 8.361 orang, meninggal 221

orang. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terkonfirmasi 7.766, dirawat

789 orang, sembuh 6.861 orang, meninggal 116 orang. Provinsi Papua

Barat terkonfirmasi 7.699 orang, dirawat 620 orang, sembuh 6.952 orang,

meninggal 127 orang. Provinsi Maluku terkonfirmasi 7.699 orang, dirawat


620 orang, sembuh 6.952 orang, meninggal 106 orang. Jambi

terkonfirmasi 5.657 orang, dirawat 1.362 orang, sembuh 4.218 orang,

meninggal 77 orang, provinsi Sulawesi Barat terkonfirmasi 5.305 orang,

dirawat 1.064 orang, sembuh 4.135 orang meninggal 106 orang. Bengkulu

terkonfirmasi 5.075 orang, dirawat 296 orang, sembuh 4.632 orang,

meninggal 147 orang. Provinsi Kalimantan Barat terkonfirmasi 4.956,

dirawat 616 orang, sembuh 4.307 orang, meninggal 33 orang. Gorontalo

terkonfirmasi 4.866 orang, dirawat 309 orang, sembuh 4.421 orang,

meninggal 136 orang. Maluku utara terkonfirmasi 4.112 orang, dirawat

572 orang, sembuh 3.426 orang, meninggal 114 orang. Sumatera Selatan

terkonfirmasi 5 orang, dirawat 5 orang, sembuh 0 orang, meninggal 0

orang

Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus memahami

eliminasi normal dan faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat

eliminasi. Asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati

privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan yang di rancang untuk

meningkatkan eliminasi normal juga meminimalkan rasa ketidaknyamanan

(Potter & Perry, 2005).

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang peneliti angkat berdasarkan uraian latar

belakang di atas yaitu : Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien


dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal : diare di era

pandemic sars covid-2

C. TUJUAN STUDI KASUS

Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan gangguan

pemenuhan eliminasi fekal : diare di era pandemic sars covid-2

Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengkajian dengan gangguan pemenuhan eliminasi

fekal di era pandemic: diare sars covid-2

2. Untuk mengetahui analisa data dengan gangguan pemenuhan eliminasi

fekal di era pandemic : diare sars covid-2

3. Untuk mengetahui diagnose keperawatan dengan gangguan

pemenuhan eliminasi fekal : diare di era pandemic sars covid-2

4. Untuk mengetahui perencanaan keperawatan dengan gangguan

pemenuhan eliminasi fekal : diare di era pandemic sars covid-2

5. Untuk mengetahui pelaksanaan keperawatan dengan gangguan

pemenuhan eliminasi fekal di : diare era pandemic sars covid-2

6. Untuk mengetahui evaluasi keperawatn dengan gangguan pemenuhan

eliminasi fekal : diare di era pandemic sars covid-2


D. MANFAAT STUDI KASUS

Adapun manfaat dari laporan asuhan keperawatan ini adalah :

a. Bagi masyarakat luas

Hasil laporan studi literature asuhan keperawatan ini di harapkan

dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang eliminasi fekal

b. Bagi pendidikam keperawatan

Hasil laporan studi literature asuhan keperawatan ini dapat menambah

wawasan mengenai asuhan keperawatan pada pasien gangguan

eliminasi fekal : diare di era pandemic sars covid-2

c. Bagi penulis

menambah pengalam dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang di

dapat selama pendidikan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIARE

1. Pengertian

Diare menurut Mansjoer (2000) adalah frekuensi defekasi encer

lebih dari 3 x sehari dengan atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi

secara mendadak berlangsung kurang dari tuju hari yang sebelumnya

sehat. Sedangkan menurut Suruadi (2001) diare adalah kehilangan

cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi

satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer

atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2005) diare adalah BAB dengan

jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang berbentuk

cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi defekasi yang

meningkat.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair

atau setengah cair (setengah padat ), kandungan air tinja lebih banyak

dari biasanya lebih dari 200 g atau 200ml/24 jam. Definisi lain

memakai criteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3

kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir

dan darah.
2. Etiologi

Factor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005)

a. Infeksi enternal : infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare

Infeksi bakteria : vibro, E. coli, salmonella campilo baster

Infeksi virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus,

Astrovirus.

Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris) protozoa (entamoba

histolica, giardia lambia), jamur (candida aibicans)

b. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti

tondilitis, broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi :

Factor malabsobsi : karbohidrat, lemak, protein

Factor makanan : basi, racun, alergi

Factor psikologis : rasa takut dan cemas

3. Manifestasi klinik

Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut suriadi (2001) antara

lain :

a. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer

b. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek

(elastisitas kulit menurun ) ubun-ubun dan mata cekung, membrane

mukosa kering

c. Kram abdominal

d. Demam
e. Mual dan muntah

f. Anoreksia

g. Lemah

h. Pucat

i. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat

j. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin

4. Patofisiologi

Menurut suriadi (2001), patofisiologi dari gastroenteritis adalah

meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal

merupakan akibat dari gangguan absirbsi dan ekskresi cairan dan

elektrolit yang berlebihan., cairan sodium, potassium dan bikarbonat

berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga

mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi

asidosis metabolik.

Diare yang terjadi merupakan proses dari transport aktif akibat

rangsangan toksin bakteri terhdap elektrolit ke dalam usus halus, sel

dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi

cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel

mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal.

Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan

dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal

untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan


ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan mobilitas intestinal

dapat mengakibatkan gangguan absorbs intestinal.

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3

macam yaitu :

a. Gangguan osmotic

Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat di serap

akan menyebabkan tekanan dalam rongga yang tidak dapat di

serap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus,

isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehinggal timbul diare.

b. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya

toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air

dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul

diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus

c. Gangguan mobilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan bekurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare

Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan

bakteri kambuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula,

Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :

1.) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang

mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa

(asidosis metabolic hipokalemia)


2.) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang,

pengeluaran bertambah)

3.) Hipoglikemia

4.) Gangguan sirkulasi darah

5. Pathway

Faktor mal Absorbsi factor makanan factor psikologis

Karbohidrat Makanan besi Rasa takut

Lemak Beracun Cemas

Protein Alergi makanan

Penyerapan sari-sari makanan dalam saluran pencernaan tidak adekuat

Terdapatnya zat-zat peradangan isi usus gangguan


Yang tidak diserap motilitas
usus
tekanan osmotif gangguan sekresi
meningkat hiperperistaltik

reobsorbsi didalam sekresi air dalam elektrolit kesempatan


usus

usus besar terganggu dalam usus meningkat menyerap

makanan

merangsang usus mengeluarkan

isinya
BAB sering dengan Diare inflamasi cairan

Konsistensi cairan pencernaa

Kulit di cairan frekuensi agen mual dan

Sekitar yang defekasi pirogenic muntah

Anus keluar

Lecet banyak

teriritasi

Kemerahan dehidrasi BAB suhu tubuh anoreksia

Dan gatal encer meningkat


Gangguan Nutrisi
Dengan
pemenuhan kurang dari
cairan dan Hipertermi kebutuhan
sering atau
elektrolit
di garuk tanpa darah

Kerusakan
Gangguan
integritas kulit
eliminasi BAB

6. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari diare menurut suriadi (2001)

a.) Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotoni otot lemah

perubahan elektrokardiogram )

b.) Hipokalsemia

c.) Cardiac dyshythimias akibat hipokalemia dan hipokalsemia

d.) Hiponatremi

e.) Syok hipovalemik


f.) Asidosis

g.) Dehidrasi

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Suriadi (2001) adalah :

a.) Riwayar alergi pada obat-obatan atau makanan

b.) Pemeriksaan intubasi duodenum

c.) Pemeriksaan elektrolit dan creatinim

d.) Pemeriksaan tinja, PH, leukosit, glukosa, dan adanya darah

Adapun pemeriksaan penunjang yang lain menuru Mansjoer (2000)

a.) Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar

gula juga ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman

penyebab dan uji retebsi terhadapa berbagai antibiotic

b.) Pemeriksaan darah : perifer lengkap, analisa gas darah (AGD),

elektrolit ( terutama Na, K, Ca, P serum pada diare yang disertai

kejang )

c.) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui

faal ginjal.

d.) Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara

kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik

8. Penatalaksanaan medis

a. Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah

pengobatan dengan cara pengeluran diet dan pemberian cairan


1.) Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun

misalnya air gula, sari buah segar, es the segar, kuah sup, ait tajin,

ASI. Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air dalam botol

karena cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan

memperburuk diare.

2.) Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang

mengandung capuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi

oral (LRO). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam

rehidrasi kedalam 1 liter air bersih

3.) Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping

LRO

b. Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :

1.) Penderita yang dirawat inapharus ditempatkan pada tindakan

pencegahan enteric termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah

kontak dengan penderita

2.) Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan

bila menyentuh barang terinfeksi

3.) Penderita dan keluarganya di didik mengenal cara perolehan entero

potogen dan cara mengurangi penularan

9. Focus pengkajian

Focus pengkajian menurut Doenges (2000)


a. Aktivitas / istirahat

Gejala : gangguan pola tidur, misalnya insomnia dini hari, kelemahan,

perasaan ‘ hiper ‘ dan ansietas, peningkatan aktivitas / partisipasi dalam

latihan-latihan energy tinggi.

Tanda : periode hiperaktivitasi, latihan keras terus-menerus

b. Sirkulasi

Gejala : perasaan dingin pada ruangan hangat

Tanda : TD rendah takikatdi, btadikardia, disritmia

c. Integritas ego

Gejala : ketidakberdayaan / putus asa gangguan ( tak nyata ) gambaran dari

melaprkan diri-sendiri sebagai gendut terus-menerus memikirkan bentuk

tubuh dan berat badan takut berat badan meningkat, harapan diri tinggi,

marah ditekan

Tanda : status emosi depresi menolak, marah, ansietas

d. Eliminasi

Gela : diare / konstipasi, nyeri abdomen dan distress, kembung,

penggunaan laksatif / diuretic.

e. Makanan, cairan

Gejala : lapar terus-menerus atau menyangkal lapar, nafsu makan normal

atau meningkat

Tanda : penampilan kurus, kulit kering, kuning / pucat, dengan turgor

buruk, pembengkakan kelenjar saliva, rongga mulut luka, luka tenggorokan

terus-menerus, muntah, muntah berdarah, luka gusi luas.


f. Hygiene

Tanda : peningkatan pertumbuhan rambut pada tubuh, kehilangan rambut

( aksila / pubis ), rambut dangkal / tak bersinar, kuku rapuh tanda eroi email

gigi, kondisi gusi buruk

g. Neurosensori

Tanda : efek depresi ( mungkin depresi ) perubahan mental ( apatis,

bingung, gangguan memori ) karena mal nutrisi kelaparan.

h. Nyeri / kenyamanan

Gejala : sakit kepala

i. Keamanan

Tanda : penurunan suhu tubuh, berulangnya masalah imfeksi

j. Interaksi social

Gejala : latar belakang kelas menengah atau atas, ayah pasif / ibu dominan

anggota keluarga dekat, kebersamaan dijunjung tinggi, batas pribadi tak

dihargai, riwayat menjadi diam, anak yang dapat bekerja sama, masala

control isu dalam berhubungan upaya mendapat kekuatan

k. Seksualitas

Gejala : tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut, menyakal

/ kehilangan minat seksusal

Tanda : atrofi payudara, amenorea


l. Penyuluhan

Gejala : riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi

keyakinan / praktik kesehatan misalnya yakin makanan mempunyai terlalu

banyak kalori, penggunaan makanan sehat

10. Fokus intervensi

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put

yang berlebihan dengan intake yang kurang ( Carpenito, 2000 )

Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi

kriteria hasil : turgor kulit elastic dan mukosa bibir lembab

Intervensi :

1.) Kaji status dehidrasi : mata, turgor kulit dan membran mukosa

Rasional : menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi

2.) Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan

Rasional : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi

gijal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk

pengganti cairan

3.) Monitot TTV

Rasional : dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan

keefektifan intervensi

4.) Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrilit, Hb, Ph, dan

albmumin

Rasional : untuk menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan

terapi
5.) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti diare dan anti

biotik.

Rasional : untuk memperbaiki ketidak seimbangan cairan / elektrolit

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebuthan berhubungan dengan mintah

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

kriteria hasil : BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat

Intervensi :

1.) Timbang BB tiap hari

Rasional : untuk memberikan info tentang kebutuhan diet atau

keefektifan terapi

2.) Monitor intake dan out put

Rasional : untuk mengetahui berapa banyak masukan dan pengeluaran

cairan ke dalam tubuh.

3.) Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi serat.

Rasional : memungkinkan aliran usus untuk memastikan kembali

proses pencernaan, protein perlu untuk integritas jaringan.

4.) Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan

Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.

5.) Kolaborasi dengan ahli gizi

Rasional : membantu kbeuthan nutria pasien dalam perubahan

pencernaan dan fungsi usus

c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : hipertermi teratasi


Kriteria hasil : tubuh tidak panas dan suhu tubuh normal ( S : 36-37 ℃ )

Intervensi :

1.) Observasi vital sign

Rasional : membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan

intervensi

2.) Berikan kompres air hangat

Rasional : untuk mengurangi / menurunkan rasa panas yang disebabkan

oleh infeksi

3.) Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum

Rasional : untuk mengurangi dehidrasi yang disebabkan oleh out put

yang berlebihan

4.) Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan pakaian tipis, longgar

dan menyerap keringat

Rasional : agar pasien merasa nyaman

5.) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik

Rasional : untuk membantu memulihkan kondisi tubuh dan mengurangi

terjadinya infeksi

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering BAB

Tujuan : kerusakan integritas kulit teratasi

Kriteria hasil : kulit utuh dan tidak ada lecet pada area anus

Intervensi :

1.) Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB


Rasional : untuk mengetahui tanda-tanda iritasi pada kulit missal :

kemerahan pada luka

2.) Ajarkan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pakaian

Rasional : untuk mempertahanlan teknik aseptic atau antiseptic

3.) Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab

Rasional : untuk menghindari pada daerah anus terdapat kuman,

bakteri, karena bakteri suka daerah yang lembab

4.) Observasi keadaan kulit

Rasioanal : pada daerah ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan

memerlukan pengobatan lebih intensif

5.) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat

Rasional : untuk membantu memulihkan kondisi badan

e. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan peningkatan

frekuensi defekasi

Tujuan : BAB dengan konsistensi lunak / lembek, warna kuning

Kriteria hasil : menyatakan pemahaman faktoe penyebab dan rasional

program pengobtan dan meningkatkan fungsi usus mendekati normal

Intervensi :

1.) Observasi / catat frekuensi defekasi. Karakteristik dan jumlah

Rasional : diare sering terjadi setelah memulai diet

2.) Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan

sedang sesuai diet yang dibuat


Rasional : meningkatkan konsistensi feses meskipun cairan pelu untuk

fungsi tubuh optimal, kelebihan jumlah mempengaruhi diare.

3.) Batasi masukan lemak sesuai indikasi

Rasional : diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan dan

membatasi efek laksatif penurunan absorbs lemak

4.) Awasi elektrolit serum

Rasional : peningkatan kehilangan gaster potensial resiko ketidak

seimbangan elektrolit, dimana dapat menimbulkan komplikasi lebih

serius / mengancam

5.) Barikan obat sesuai indikasi anti diare

Rasional : mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi sampai

tubuh mengatasi perubahan akibat bedah.

B. SARS COVID-2

1. Pengertian

Coronavirus termasuk virus yang menyerang saluran

pernapasan. Virus yang berhubungan demgan infeksi pada saluran

pernapasan akan menggunakan sel epitel dan mukosa saluran napas

sebagai target awal dan menyebabkan infeksi pada saluran

pernapasan atau kerusakan organ. Virus corona merupakan virus

RNA rantai tunggal dan rantai positif yang masuk keluarga

coronaviridae yang dibagi menjadi subfamily menurut serotip dan

genotip karakteristik meliputi a, β, γ, dan ծ. Coronavirus pada


umumnya menyerang hewan khususnya keleawar dan unta.

Coronavirus mempunyai sampul (enveloped), dengan partikel bulat

dan seringkali berbentuk pleomorfik. Dinding coronavirus dilapis

oleh protein S sebagai protein antigenic utama yang dapat berikatan

dengan reseptor yang ada ditubuh hostnya. Terdapan enam jenis

coronavirus yang ditemukan di saluran pernapasan pada manusia

yaitu 229E, NL63 dari genus polygonum, OC43 dan HPU dari

genus beta, Middle East Respiratory Syindrome-associated

Coronavirus (MERS-CoV), and Severe Acute Respiratory

Syndrome-associated Coronavirus (SARS-CoV). Cornavirus jenis

baru atau SARS-CoV2 penyebab covid19 dapat diklarifikasikan

dalam kelompok betacoronavirus yang menyerupai SARS-CoV dan

MERS-CoVtetapi tidak sama persis.

Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama yang

menyebabkan Middle East Respiratory syndrome-associated

Coronavirus. Coronavirus sensitif terhadap panas, dangan suhu 56

derajat celcius selama 30 menit dinding lipid dapat dihancurkan

alcohol 75% klorin mengandung desinfektan, asam peroksiasetat

dan klorform juga dapat melarutkan lipid coronavirus. Menurut

Van Doremalen dkk, 2020 menyebutkan bahwa coronavirus lebih

stabil dan stainless steel>72 jam disbandingkan dengan tembaga

(4jam) dan kadus (24 jam).

2. Patofisiologi
Coronavirus atau covid-19 termasuk dalam genus

betacoronavirus, hasil analisis menunjukkan adanya kemiripan

dengan SARS. Pada kasus covid-19, trenggiling diduga sebagai

perantaranya karena genomnya mirip dengan coronavirus pada

kelelawar (90,5%) dan SARS-CoV2 (91%). Coronavirus disease

2019 covid-19 atau yang sebelumnya disebut SARS-CoV2. Covid-

19 pada manusia menyerang saluran pernapasan khisisnya pada

sel yang melapisi alveoli. Covid-19 mempunyai glikoprotein pada

enveloped spike atau protein S. untuk dapat menifeksi manusia

protein S virus akan berkaitan dengan reseptor ACE2 pada plasma

membrane sel tubuh manusia. Di dalam sel, virus ini akan

menduplikasi materi genetic dan protein yang dibutuhkan dan akan

membentuk virion baru dipermukaan sel. Sama halnya SARS-CoV

setelah masuk ke dalam sel selanjutnya virus ini akan

mengeluarkan genom RNA ke dalam sitoplasma dan golgi sel

kemudian akan di translasikan membentuk dua lipoprotein dan

protein structural untuk dapat bereplikasi.

Factor virus dengan respon imun menentukan keparahan

dari infeksi covid-19 ini. Efek sitopatik virus dan kemampuannya

dalam mengalahkan respon imun merupakan factor keparahan

infeksi virus. System imun yang tidak adekuat dalam merespon

infeksi juga menentukan tingkat keparahan, di sisi lain respon imun

yang berlebuhan juga ikut andil dalam kerusakan jaringan. Saat


virus masuk ke dalam sel selanjutnya antigen virus akan

dipresentasikan ke Antigen Presentasion Cell (APC). Presentasi sel

ke APC akan merespon system imun humoral dan seluler yang di

mediasi oleh sel T dan sel B. IgM dan IgG terbentuk dari system

imun humoral. Pada sars-cov IgM akan hilang pada hari ke 12 dan

igG akan bertahan lebih lama. Viris dapat menghindar dari sistem

imun dengan cara menginduksi vesikel membrane ganda yang

tidak mempunyai pattern recognition receptors (PRRs) dan dapat

bereplikasi di dalam vesikel tersebut sehingga tidak dapt dikenali

oleh sela imun.

Pasien konfirmasi positif covid-19 dengan gejala klinis

ringan menunjukkan respon imun di dapatkan peningkatan sel T

terutama CD8 pada hari ke 7-9, selain itu ditemukan T helper

folikular dan Antibody Secreting Cells (ASCs). Pada hari ke 7

hingga hari ke 20, ditemukan peningkatan IgM/IgG secara progrsif.

Jika dibandingkan dengan control sehat, jumlah monosit CD14+

dan CD16+ mengalami penurunan. Namun pada orang konfirmasi

positif covid-19 dengan tanda dan gejala yang ringan tidak

ditemukan peningkatan kemokin dan sitokin proinflamasi.

Pada pasien konfirmasi covid-19 dengan gejala klinis berat

membrikan hasil profil imunologi yang berbeda dengan klinis

ringan. Pada kasus klinis berat ditemukan hitung ilfosit yang

rendah, serta hasil monosit, basofil, dan eosinofil lebih rendah pada
pasien covid-19 dengan klinis berat, terdapat pula peningkatan

mediator proinflamasi (TNF-α, IL1, IL6 dan IL8) namun pada sel

T helper, T supresor dan T regulator mengalami penurunan pada

kasus covid-19 klinis berat. Pasien covid-19 yang mengalami

Acute Distress Respiratory Syndrome (ADRS) juga ditemukan sel

TCD4 DAN CD8 mengelami penurunan, limfosit CD4 dan CD8

mengalami hiperaktivasi. ARDS merupakan salah satu penyebb

kematian pada kasus covid-19 yang diakibatkan oleh peningkatan

mediator proimflamasi (badai sitokin) yang tidak terkontrol. Hal

itu akan mengakibatkan kerusakan paru terbentuknya jaringan

fibrosis sehingga dapat terjadi kegagalan fungsi.

3. Manifestasi klinis

Covid-19 menjadi perhatian penting pada bisang medis,

bukan hanya karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi

menyebabkan kolaps system kesehatan, tetapi juga karena

beragamnya manifestasi klinis pada pasien (Vollono dkk., 2020).

Spectrum klinis covid-19 beragam, mulai dari asimpotamik,

gejala sangat ringan, hingga kondisi klinis yang dikarakteristikan

dengan kegagalan respirasi akut yang mengharuskan penggunaan

ventilasi mekanik dan support di intensive care unit (ICU).

Ditemukan beberapa kesamaaan manifestasi klinis antara infeksi

sars-cov-2 dan infeksi betacoronavirus sebelumnya, yaitu sars-cov

dan mers-cov. Beberapa kesamaan tersebut dianataranya demam,


batuk kering, gambaran opasifikasi ground-glass pada foto toraks

(Gennaro dkk., 2020 ; Huang dkk., 2020)

Gejala klinis yang umum terjadi pada pasien covid-19,

diantaranya yaitu demam, batuk kering, dsipnea, fatigue, neri otot

dan sakit kepala (Lapostolle dkk., 2020; Lingeswaran dkk., 2020.)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk. 2020,

gejala klinis yang paling sering terjadi pada pasien covid-19 yaitu

demam (98%), batuk (76%), dan myalgia atau kelemahan (44%).

Gejala lain yang terdaoat pada pasien, namun tidak begitu sering

yaitu produksi sputum (28%), sakit kepala (8%), batuk darah (5%),

dan diare (3%). Sebanyak 55% dari pasien yang diteliti mengalami

dispnea.

Gejala klinis yang melibatkan saluran pencernaan juga

dilaprkan oleh kumar dkk. (2020). Sakit obdomimal merupakan

indicator keparahan pasien dengan infekksi covid-19. Sebanyak

2,7% pasien mengalami sakit obdominal, 7,8% pasien mengalami

diare, 5,6% pasien mengalami mual dan muntah.

Manifestasi neurologis pada pasien covid-19 harus

senantiasa dipertimbangkan. Meskipun manifestasi neurologis

tersebut merupakan presentasi awal. Virus corona dapat masuk

pada sel yang mengekspresikan ACE2, yang juga diekspresikan

oleh sel neuron dan sel glial (Farley & Zuberi, 2020; Vollono dkk.,

2020).
4. Penatalaksanaan

Hingga saat ini, belum ada obat yang spesifik dan vaksin

untuk pasien covid-19, penanganan yang dapat dilakukan adalah

pemberian obat simpotamik, pemasangan oksigenasi, dan menjaga

tanda-tanda vital agar tetap normal. Chen N dkk (2020) telah

melakukan penelitian pada 99 kasus penderita covid-19 di kota

wuhan, mengatakan bahwa 75 pasien yang dirawat di rumah sakit

di kota wuhan telah diberikan obat antivirus berupa oseltamivir 75

mg setiap 12 jam, lopinavir dan ritonavir 500 mg diberikan oral

sebanyak duakali sehari, serta pemberian ganciclovir 25 gram tiap

12 jam secara intravena. Pemberian antivirus terus dilakukan

hingga 3-14 hari. Hampir semua pasien dinerikan terapi antibiotic,

25 pasien diobati dengan antibiotic yang diberikan adalh

cephalosporin, quinolons, carbapenem, dan tigecycline.

Lu H tahun 2020 merekomendasikan beberapa obat terapi

antivirus untuk covid-19 yaitu IFN-Alfa, lopinavir dan ritonavir

(400 mg/100mg bid po). IFN-Alfa adal obat antivirus spectrum

luas yang dapat mengobati hepatitis B, sedangkan lopinavir dan

ritonavir adalah salah satu jenis protease inhibitor yang digunakan

untuk pengobatan HIV.

Di bawah ini adalah beberapa obat yang dianggap mampu

menangani covid-19 :

1. Remdesivir (RDV)
Remdesivir adalah antivirus spectrum luas yang akhir-akhir

ini telah efektif digunakan pada virus RNA seperti sars-cv

dan mers.

2. Klorokuin (CLQ) dan hidroksiklorokuin (HCQ)

Klorokuin adalh obat autoimun dan oabt anti malaria. Obat

ini dapat menghambat infeksi virus dengan cara

meningkatkan pH endosomal serta mengganggu glikosilasi

seluler reseptor sars-cov. Selain itu, klorokuin mempunyai

aktivitas permodulasi imun yang dapt meningkatkan efek

antiviris in vivo. Klorokuin sendiri di distribusukan di

seluruh tubuh termasuk paru-paru. Sementara itu Yoa dkk

tahun 2020 memberikan pilihan sebagai pengganti

klorokuin. Dalam penelitian in vitro tersebut, menunjukkan

hasil klorokuin dan hidroksiklorokuin sama-sama

memberikan hasil efektivitas yang baik. Namun EC50

klorokuin yaitu (6,14 dan 0,72 խM ) pada 24 dan 28 jam.

Dari hasil tersebut, hidroksiklorokuin menunjukkan anti

sars-cov-2 lebih baik daripada klorokuin. Dosis anjuran

dberikannya hidroksiklorokuin yaitu 400 mg dua kali sehari

dosis awal dan dilanjutkan dengan dosis lanjutan 200 mg

dua kali sehari selama 4 hari.

3. Ritonovir dan lopinavir (LPV/r)


Lopinavir dan ritonavir tidak begitu berefek pada covid-19

ini. Lopinavir dan ritonavir memiliki kemampuan inhibisi

replikasi, bukan mensupresi jumlah virusnya. Namun Cao

B dkk tahun (2020) melakukan penelitian pada 199 kasus

mengenai kelompok dengan pemberian ritonavir dan

lopinavir dengan kelompok perawatan yang standar.

Didapatkan hasil bahwa angka kematian kelompok

pemberian ritonavir dan lopinavir setelah 28 hari lebih

rendah disbanding perlakuan kelompok perawatan standar.

4. Interferon-α (IFN-α)

Sars-cov dan mers-cov dapat mengganggu jalur

persinyalan interferon. Missal, protein Orf6 sars-cov

mengganggu transportasi karyopherin sehingga akan

menghambat fosfoilasi IRF3 yang mengaktivasi interferin.

Namun, protein Orf6 dan protein Orf3 dalam sars-cov-2

telah terpotong dan telah hilang fungsi anti-interferonnya.

Maka dari itu,sars cov-2 sensitif terhadap interferon α.

Dengan begitu, pengobatan interferon α lebih aman dan

efisien.

Menurut buku diagnosis dan tatalaksanaan covid-19 di

Indonesia yang disusun oleh perhimpunan dokter paru Indonesia

(PDPI) tahun 2020, tatalaksanaan untuk pasien coronavirus

disease 2019 dibagi menjadi tatalaksana orang tanpa gejala


(OTG), orang dengan gejala ringan, sedamg, dan berat, adapun

penjelasan dari ketiganya sebagai berikut.

1. Orang tanpa gejala (OTG)

Untuk tanpa gejala, isolasi mandiri dirumah selama 14 hari

dan dipanatau oleh fasilitas kesehatan tingkat primer (FKTP)

melalui telepon. Jiaka terdapat penyakit penyerta (komorbid),

lanjutkan mengonsumsi obat-obatan yang telah rutin

dikonsumsi. Jika obat rutin pasien adalah Angiotensi

Reseptor Blocker dan Ace-inhibitor, harap berkonsultasi pada

dokter spesialis dalam dan dokter spesialis jantung.

Dianjurkan meminum vitamin C, B, E, dan Zink selama 14

hari. Berbagai pilihan vitamin C yang dapat dipilih yaitu

vitamin C tablet isap (500mg per 12 jam oral selama 30 hari),

dan vitamin C tablet non acid (500mg –er 6-8jam oral untuk

14 hari).

2. Orang dengan gejala ringan

Untuk pasien dengan gejala ringan, melakukan isolasi

mandiri dirumah selama 14 hari dan ditangani serta dikontrol

oleh FKTP (puskesmas) selama 14 hari sebagai pasien rawat

jalan. Untuk pilihan terapi yang dapat digunakan pada orang

gejala ringan yaitu;

a. Minum multivitamin berupa vitamin C, B, dan Zink.


b. Vitamin C tablet isap 500 mg per 12 jam oral selama 30

hari.

c. Klorokuin fosfat 500mg per 12 jam oral untuk lima

hari/hidroksiklorokuin (sediaan 200mg) 400mg per 24

jam per oral dalam 5 hari

d. Azitromisin 500mg per 24 jam per oral untuk 5 hari

alternative menggunakan levoflocacin 750mg per 24 jam

selama 5 hari

e. Simptomatik bila demam beri paracetamol

f. Antivirus berupa oseltamivir 75 mg per 12 jam per oral

atau favipiravir 600 mg per 12 jam oral dalam waktu 5

hari.

3. Orang dengan gejala sedang

Harus dirujuk ke rumah sakit rujukan covid-19 dan di isolasi

selama 14 hari, untuk pilihan terapi yang dapat digunakan

pada orang gejala sedang yaitu:

a. Konsumsi vitamin C 200-400 mg per 8 jam (100 cc

NaCL 0,9%) habis 1 jam (drip intravena)

b. Klorokuin fosfat 500 mg per 12 jam oral selama 5-7

hari/hidroksiklorokuin (sediaan 200 mg) sebanyak 400

mg per 12 jam per oral dilanjutkan 400 mg per 24 jam per

oral dalam 5-7 hari


c. Azitromisin 500 mg per 24 jam per intravena atau per

oral dalam 5-7 hari alternative menggunakan levofloxacin

750 mg per 24 jam per intravena atau per oral dalam

waktu 5-7 hari.

d. Simtomatis bila demam beri paracetamol

e. Antivirus berupa aseltamivir 75 mg per 12 jam oral atau

favipiravir (sediaan 200 mg) dengan loading dose 1600

mg per 12 jam per oral pada hari pertama dan dilanjutkan

2x600 mg pada hari ke 2-5.

4. Orang dengan gejala berat

Harus isolasi diri di rumah sakit rujukan serta dirawat secara

kohorting (ruang isolasi). Untuk pilihan terapi yang

digunakan pada orang dengan gejala berat adalah :

a. Klorokuin fosfat 500 mg per 12 jam per oral pada hari ke

1-3 selanjutnya 250 mg per 12 jam per oral pada hari ke

4-10 atau hidroksiklorokuin 400 mg per 24 jam per oral

dalam 5 hari dan control EKG setiap 3 hari sekali

b. Azitromisin 500 mg per 24 jam dalam 5 hari atau

levofloxacin 750 mg per 24 jam pe iv dalam 5 hari

c. Jika terjadi sepsis, pemberian antibiotic dengan kondisi

klinisnya serta fokus pada infeksi dan factor risiko pasien

d. Antivirus menggunakan oseltamivir 75 mg per 12 jam per

oral atau favipiravir (sediaan 200 mg ) dengan loading


dose 1600 mg per 12 jam oral pada hari pertama dan

dilanjutkan dengan 2 x 600 mg pada hari ke 2-5

e. Konsumsi vitamin C dosis 200-400 mg per 8 jam (100 cc

NaCL 0,9%) dan habis dalam waktu 1 jam (drip

intravena)

f. Vitamin B1 1 ampul per 24 jam per iv

g. Hydoxycortison 100 mg per 24 jam per iv dan 3 hari

pertama

h. Meneruskan obat-obatan penyakit penyerta (komorbid)

dan obat komplikasi (jika terjadi komplikasi).


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. JENIS PENELITIAN

jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan studi literature / studi kepustakaan. Menurut Sugiyono

(2015), studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi

lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang berkembang

pada situasi social yang diteliti, hal ini dikarenakan peneliti tidak akan

lepas dari literatu-literatur ilmiah.

Studi literature dalam penelitian ini bertujuan untuk

mendieskripsikan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal di era pandemic SARS COVID-

B. FOKUS STUDI

Adapun fokus dari studi literature ini adalah hasil dari proses

keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan

eliminasi fekal di era pandemic SARS COVID- 2

C. SUMBER DATA

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpulan data. Data sekunder merupakan

data yang sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-


buku, literature dan bacaan yang berkaitan den menunjang penelitian

( sugiyono, 2017). Dating yang diambil adalah hasil penelitian

sebelumnya yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien

dengan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal. Adapun kata

kunci yang penulis gunakan adalah “ gangguan pemenuhan kebutuhan

eliminasi fekal ( diare ) “ , “asuhan keperawatan gangguan pemenuhan

kebutuhan eliminasi fekal “ dan “ evaluasi hasil tindakan gangguan

pemenuhan eliminasi fekal pada pasien “

D. KRITERIA LITERATUR

1. Kriteria inklusi

a. Penelitian yang telah dipublikasi.

b. Rentang periode hasil penelitian lima tahun teakhir (2015-2020)

c. Penelitian berhubungan dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan eliminasi fekal

2. Kriteria ekslusi

a. Jenis penelitian yang menggunakan studi literature

b. Tidak terpublikasi pada media online

c. Penelitian sebelum tahun 2015.

E. METODE PENGUMPULAN DATA


Peneliti menerapkan metode pengumpulan data yaitu melakukan

studi literature dengan cara menelusuri dan mencari hasil penelitian

melalui online yaitu pada “google scholar”, perpustakaan nasional dan

data hasil penelitian dari institusi lain.


F. ANALISA DATA DAN PENYAJIAN DATA

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemis

data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya

dapat di informasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2019).

Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan proses reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan

serta triangulasi. Penyajian data disesuaikan dengan desain studi

literature, dimana desain penyajian data dibuat secara deskriptif dan

juga menggunakan sintesis grid.


DAFTAR PUSTAKA

Robinson dan Weigley, 1989, nursepreneurs, KEBUTUHAN ELIMINASI ALVI,

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2624/4/Chapter1.pdf

Asmadi, 2008, Google Scholar, KONSEP DASAR KEPERAWATAN,

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2624/4/Chapter1.pdf

Hidayat, 2006, Google Scholar, PENGANTAR ILMU KEPERAWATAN ANAK,

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2624/4/Chapter1.pdf

Potter & Perry, 2005, Fundamental of Nursing, Buku Ajar Fundamental,

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2624/4/Chapter1.pdf

Suriadi, 2001, Google Scholar, Asuhan Keperawatan Pada Anak,

http://eprints.ums.ac.id/6075/

Ngastiyah, 2005, Indonesia one search, Keperawatan Anak Sakit,

http://eprints.ums.ac.id/6075/

Biddulp and Stace, 1999, Indonesia one search, Kesehatan Anak Untuk Perawat,

http://eprints.ums.ac.id/6075/

Vollono dkk, 2020, Google Scholar, Virologi Patogenesis manifestasi klinis,

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/medika/article/viewFile/3174/pdf

Gennaro dkk, Huang dkk, 2020, Virologi Patogenesis Manifestasi Klinis,

http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/medika/article/viewFile/3174/pdf

Anda mungkin juga menyukai