Disusun Oleh :
1. Person (19160140)
2. Stefany Putri Sahureka (19160035)
3. Nyoman Suarjani (19160126)
4. Yudha Try Wirawan (19160134)
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan HidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Tn. S dengan Kebutuhan Dasar Aktivitas dan Latihan”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang sudah bekerja
sama dalam menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tugas ini
masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaannya tugas ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat memberikan manfaat dan
wawasan lebih bagi pembaca.
Kelompok Teratai
ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
2. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................................... 4
1. Definisi ............................................................................................................................ 4
2. Etiologi ............................................................................................................................ 4
3. Manifestasi Klinis ........................................................................................................... 5
4. Patofisiologi .................................................................................................................... 6
5. Pathway ........................................................................................................................... 8
6. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................. 9
7. Komplikasi ...................................................................................................................... 9
8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan .................................................................... 10
9. Basic Promoting Physiology Of Health ........................................................................ 13
a. Pengertian .................................................................................................................. 13
b. Fisiologi/Pengaturan.................................................................................................. 13
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi ............................................................................ 14
d. Nilai-nilai normal dan cara perhitungannya .............................................................. 16
e. Jenis gangguan .......................................................................................................... 18
10. Pengkajian Keperawatan ........................................................................................... 19
11. Diagnosa Keperawatan (Herdman, dkk. 2018) ......................................................... 23
12. Rencana Keperawatan ............................................................................................... 23
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................................. 25
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................... 26
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 32
1. Kesimpulan ................................................................................................................... 32
2. Saran ............................................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 34
LAMPIRAN ASKEP ............................................................................................................... 35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Trauma atau cedera yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh, aktivitas
yang berlebihan atau mengalami trauma yang banyak banyak terjadi di era
globalisasi.Cedera yang sering terjadi adalah fraktur atau patah tulang. Fraktur
merupakan rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan cedera
jaringan lunak, kerusakan otot, reptur tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka
organ-organ tubuh. Fraktur terjadi jika tulang mendapat stress atau beban yang lebih
World Health Organization (WHO) mencatat terdapat lebih dari 7 juta orang
kecacatan fisik. Di Indonesia terjadinya fraktur yang disebabkan oleh cedera yaitu
karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam / tumpul. Di Indonesia sendiri
tercatat Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang
(3,8 %), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas. Fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007
dan 5% mengalami gangguan psikologis atau depresi. Menurut Riyadina, (2005) yang
melakukan penelitian tentang insiden kecelakan lalu lintas di Jakarta pada pengendara
motor menyatakan pada bulan Oktober 2005 terdapat 425 orang mengalami insiden
1
Dampak masalah dari fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian
tubuh yang terkena cedera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa nyeri yang di
rasakannya, resiko terjadinya infeksi, resiko perdarahan, ganguan integritas kulit serta
berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya, selain itu fraktur juga
persendian yaitu dengan latihan range of motion (ROM). Range of motion termasuk
dalam basic promotion pfysiology of health merupakan latihan yang dilakukan untuk
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot
dan tonus otot (Potter & Perry, 2010). Pasien harus diusahakan untuk kembali ke
aktivitas biasa sesegera mungkin. Hal tersebut perlu dilakukan sedini mungkin pada
klien post operasi untuk mengembalikan kelainan fungsi klien seoptimal mungkin
atau melatih klien dan menggunakan fungsi yang masih tertinggal seoptimal mungkin.
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar Fraktur dan asuhan keperawatan pasien dengan
b. Tujuan Khusus
2) Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi terkait dari Fraktur
2
5) Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Fraktur
11) Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan dari pasien dengan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang lunak atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat, 2005). Fraktur
adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar
tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa, sedangkan menurut Linda Jual C
dalam buku Nursing Care Plans and Dokumenation menyebutkan bahwa fraktur
adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan dari luar yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Rosyidi, Kholid. 2013. Hal: 35).
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur merupakan suatu
patahan pada kontinuitas struktur tulang lunak atau tulang rawan yang umumnya
2. Etiologi
Menurut Wijaya Saferi & Putri Mariza, (2013), penyebab fraktur adalah :
a. Kekerasan langsung
sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan, yang patah biasanya adalah bagian yang paling
4
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
Menurut (Brunner & Suddart, 2014), fraktur dapat disebabkan oleh pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot
ekstremitas, organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi fraktur menurut (Brunner & Suddart, 2014) adalah nyeri, hilangnya
perubahan warna.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara tidak alamiah (gerak luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya.
kontraksi otot yang melekat diatas ada dibawah tempat fraktur. Fragmen sering
d. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5
e. Pembekan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
4. Patofisiologi
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma
akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan
didalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaim itu dapat mengenai tulang dan
mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksu terkontaminasi dengan udara luar dan
2006).
pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Respon dini
progresif dari kulit, otot dan sirkulasi visceral. Karena ada cedera, respon terhadap
berkurangnya volume darah yang akut adalah peningkatan detak jantung sebagai
meningkatkan tahanan pembuluh perifer. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah
diastolic dan mengurangi tekanan nadi, tetapi hanya sedikit membantu peningkatan
6
perfusi organ. Hormone-hormon lain yang bersifat vasoaktif juga dilepaskan ke dalam
sejumlah besar prostanoid dan stokinin sitokinin lain. Substansi ini berdampak besar
pada mikro-sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah. pada syok perdarahan yang
return) dengan cara kontraksi volume darah didalam sistem vena sistemik.
hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan diikuti cedera mitokondrial. Lisosom
pecah dan melepaskan enzim yang mencernakan struktur intra-seluler. Bila proses ini
jalan terus, terjadilah cedera seluler yang progresif, penambahan edema jaringan dan
kematian sel. Proses ini memperberat dampak kehilangan darah dan hipoperfusi.
(Purwadinata, 2000). Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang
darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol
dapat berakibat anoksia jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun
jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & Suddart,
2014).
7
5. Pathway
Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis
FRAKTUR
Pergeseran fragmen tulang Laserasi kulit Spasme otot Tek. Ssm tlg > tinggi dr
kapiler
Deformitas Kerusakan Putus vena/arteri Peningkatan
Gagal fungsi integritas tekanan kapiler Reaksi stress klien
kulit Perdarahan
Pelepasan
Gangguan mobilitas fisik Kehilangan Melepaskan katekolamin
histamin
volume cairan
Protein plasma
Memobilisasi asam lemak
hilang
Shock
hipovolemik Edema
Gangguan
perfusi jaringan
8
6. Pemeriksaan Penunjang
b. Skan tulang, tomogram, scan CTZ / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
f. Profil Koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi multiple,
7. Komplikasi
a. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
b. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
berlebihan di dalam satu ruangan yang dusebabkan perdarahan massif pada suatu
tempat.
9
e. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenisasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
f. Fat embolisme syndrome, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. faktor
resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40
yang imobilisasi dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidakmampuan
h. Infeksi, sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
iskemia.
j. Refleks symphatthetik dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
serta kekuatan normal dengan rehabilitas (Brunner dan Suddarth, 2002). Reduksi
anatomis. Metode untuk mencapai reduksi fraktur adalah dengan reduksi tertutup,
traksi, dan reduksi terbuka. Metode yang dipilih untuk untuk mereduksi fraktur
10
manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya, traksi dapat dilakukan untuk
spasme otot yang terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka,
dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batanganlogam yang dapat digunakan
dengan fiksasi interna dan fiksasi eksterna. Metode fiksasi eksterna meliputi
pembalutan , gips, bidai, traksi, kontin, pin , dan tekhnik gips. Sedangkan implant
dengan reduksi dan imobilisasi. Pantau status neurovaskuler, latihan isometric, dan
c. Retensi adalah aturan umum dalam pemasangan gips, yang dipasang untuk
fraktur.
11
Penatalaksanaan perawat menurut Mansjoer (2003), adalah sebagai
berikut :
komplikasi.
2. Observasi warna.
kapiler.
nyeri.
150-300 gr/hari.
12
9. Basic Promoting Physiology Of Health
a. Pengertian
Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas (Haswita & Sulistyowati, 2017).
Latihan adalah aktivitas fisik yang digunakan untuk aktivitas tubuh, meningkatkan
tersebut atau jenis dan jumlah latihan yang dapat dilakukan seseorang (Potter &
Perry, 2013).
Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka yang
salah satu faktor independen dalam suatu penyakit kronis yang bisa menyebabkan
kematian secara global (WHO, 2008 dalam Haswita & Sulistyowati, 2017).
b. Fisiologi/Pengaturan
manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang diperoleh dari
katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan dipecah menjadi gerak
dan hal ini terutama ditentukan oleh suplai oksigen. Ketika oksigen terpenuhi
maka glukosa akan melalui katabolisme aerob di sitoplasma dan mitokondria sel
13
melalui 4 proses, yaitu: glikolisis, dekarboksilasi oksidatif. Siklus krebs dan
transpor elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida, dan uap air. Jika
anaerobik dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun produksi
aerobik, yaitu 36 ATP berbanding 12 ATP karena oksigen sangat penting bagi
konservasi energi tubuh, maka aktivitas dan latihan pada manusia terkait dengan
1) Tumbuh kembang
2) Kesehatan fisik
3) Kesehatan jiwa
14
sebaliknya orang yang bekerja dan percaya diri biasanya berdiri dengan tegak.
4) Nutrisi
Kurang nutrisi dan nutrisi berlebih dapat mempengaruhi kesejajaran tubuh dan
mobilitas tubuh. Orang dengan gizi buruk dapat mengalami kelemahan otor
Dalam keluarga yang melakukan latihan teratur dalam keseharian mereka atau
belajar untuk menghargai aktivitas fisik. Disisi lain keluarga yang hidupnya
6) Faktor eksternal
tinggi dan kelembapan yang tinggi menghambat aktivitas, sementara suhu dan
15
d. Nilai-nilai normal dan cara perhitungannya
Aspek Kriteria
Makan/minum 0 : tidak mampu
1 : butuh bantuan
2 : mandiri
Mandi 0 : tergantung orang lain
1 : mandiri dalam perawatan muka, rambut,
gigi dan bercukur
Berpakaian/berdandan 0 : tergantung orang lain
1 : sebagian dibantu
2 : mandiri
BAK 0 : inkontinensia/pakai kateter dan tidak
terkontrol
1 : kadang inkontinensia (sekali seminggu)
2 : kontinensia teratur (lebiih dari 7 hari)
BAB 0 : inkontinensia (tidak teratur)
1 : kadang inkontinensia (sekali seminggu)
2 : kontinensia teratur
Penggunaan toilet 0 : tergantung bantuan orang lain
1 : membutuhkan bantuan tetapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2 : mandiri
Berpindah 0 : tidak mampu
1 : butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 : bantuan kecil (1 orang)
3 : Mandiri
Berjalan/mobilisasi 0 : imobile (tidak mampu)
1 : menggunakan kursi roda
2 : berjalan dengan bantuan satu orang
3 : mandiri (meskipun menggunakan alat)
Naik turun tangga 0 : tidak mampu
16
1 : membutuhkan bantuan (alat bantu)
2 : Mandiri
17
Pergelangan Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi 80-90
tangan bagian dalam lengan bawah
Abduksi : menekuk pergelangan tangan miring Sampai 30
(mediasi) ke ibu jari
Abduksi : menekuk pergelangan tangan miring 30-50
(mediasi) ke arah lima jari
Jari-jari Fleksi : membuat genggaman 90
tangan Ekstensi : meluruskan jari-jari tangan 90
Abduksi : merenggangkan jari-jari tangan yang 30
satu dengan yang lain
Kaki Inversi : memutar telapak kaki ke samping
dalam (medial)
Eversi : memutar telapak kaki ke samping luar
(lateral)
e. Jenis gangguan
1) Kerusakan otot
Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam
yang merusak kontuniutas otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan
lainnya.
Penyakit yang mengganggu bentuk ukuran maupun fungsi dari sistem rangka
18
Syaraf berperan dalam menyampaikan impuls dari otot. Impuls merupakan
perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jika syaraf terganggu
maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari organ target, dengan
syaraf. Jika kondisi pasien stabil, maka riwayat perawatan terdahulu diambil
memperhatikan gejala awal, terutama gejala onset dan durasi dari serangan
(2) riwayat gejala serupa yang pernah dialami; (3) pengobatan sebelemunya;
(4) riwayat faktor risiko dan penyakit lainnya seperti hipertensi ; dan (5)
keluarga, orang lain yang berhubungan dengan pasien atau orang yang
merawat pasien.
(NIH) ; (2) kognitif pasien ; (3) kemampuan motorik; (4) fungsi syaraf kranial;
(5) sensasi ; (6) persepsi rangsangan ; (7) fungsi otak kecil/ cerebelum; dan (8)
refleks tendon.
c. Data subjektif
19
1) Informasi penting tentang riwayat kesehatan
arteri koroner
e) Persepsi kognitif : mati rasa, kesemutan pada salah satu sisi tubuh;
20
d. Data objektif
1) Umum
2) Pernafasan
suara ronchi (aspirasi), sumbatan jalan napas ( lidah jauh), apnea/ henti
3) Kardiovaskular
4) Pencernaan /Gastrointestinal
5) Perkemihan
6) Neurologic
Findings
21
Positif temuan CT, CTA, MRI, MRA, atau pencitraan neuro lainnya yang
Menurut Hidayat (2014), pengkajian yang penting dalam gangguan aktivitas sebagai
berikut:
a. Biodata pasien
b. Riwayat kesehatan termasuk pola istirahat tidur, pola aktivitas latihan. Pola
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Pindah
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Alat bantu
4 : Tergantung total
22
2) Bagaimana sakit itu terjadi dan kapan mulai sakit
3) Upaya yang telah dilakukan: selama sakit berobat kemana dan obat yang
2) Alergi
1) Hambatan mobilitas ditempat tidur b.d kekuatan otot tidak memadai di tandai
23
dengan kondisi
4) Balikkan pasien yang tidak
dapat mobilisasi paling tidak
setiap 2 jam, sesuai dengan
jadwal yang spesifik
5) Ajarkan latihan ditempat tidur,
dengan cara yang tepat
6) Aplikasikan aktivitas sehari-
hari.
2 Toleransi terhadap aktivitas, dengan Terapi aktivitas
kriteria hasil: 1) Bantu klien untuk
1) Kemudahan dalam mengekplorasi tujuan personal
melakukan aktivitas hidup dari aktivitas-aktivitas yang
harian biasa dilakukan
2) Pertimbangkkan kemampuan
klien dalam berpartisipasi
melalui aktivitas spesifik
3) Berkolaborasi dengan ahli
terapi fisik okupasi dan terapi
rekreasional
3 Defisit perawatan diri: Berpakain, a. Berpakaian
mandi, makan. b. Bantuan perawatan diri: eliminasi
c. Bantuan perawatan diri:
pemberian makan
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Pasien atas nama Tn. S, usia 50 tahun dirawat di bangsal Teratau RSUD Dr. Soedirman
Kebumen dengan keluhan mengalami patah tulang 5 tahun yang lalu akibat terjatuh. Setelah
itu dilakukan pemasangan pen dalam 2 tahun yang lalu, tetapi terjadi infeksi sehingga harus
dilepas dan di pasang pen luar. Selama terpasang pen, pasien mengatakan terhambat dalam
melakukan aktivitas. Pasien diantar istrinya karena sudah waktunya untuk melepas pen. Dari
hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD : 167/95 mmHg, Nadi: 65 x/mnt, Respirasi : Frekuensi
: 21 x/mnt dan Suhu : 36,7 oC. Pasien mengatakan masih mampu menggerakan bagian
bawah yaitu kaki kanan saja sedangkan pada kaki kiri bisa menggerakan hanya saja tidak
bisa mengangkat kaki kiri sendiri, dengan kekuatan otot ekstermitas bawah sinistra yaitu 3.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak
disekitar (Prince, A dan L.Wilson, 2015). Penatalaksanaan medis yang biasa dilakukan pada
pasien fraktur adalah pemasangan alat fiksasi interna maupun eksterna. Alat fiksasi internal
biasanya dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam yang dapat
tulang solid terjadi. fiksasi interna dan fiksasi eksterna (Brunner & Suddarth, 2005). Hal ini
mengakibatkan seseorang yang mengalami fraktur dengan penggunaan alat fiksasi interna
maupun eksterna dapat mengalami gangguan pada pola aktivitas dan latihan. Hal tersebut
sesuai dengan pasien yang diangkat oleh kelompok dengan diagnosa medis fraktur femur
sinistra, terpasang OREF (open reduction external fixation). Pasien mengalami hambatan
dalam melakukan aktivitas dan latihan karena terpasangnya fiksasi eksternal akibat fraktur
yang dialami pasien. Aktivitas merupakan segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-
kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik (Haswita & Sulistyowati, 2017).
1. Pengkajian
Menurut Lewis (2014), pengkajian aktivitas dan latihan biasanya ditandai dengan
hilangnnya koordinasi gerakan dan sensasi; syncope; kelemahan pda salah satu sisi;
kelemahan pada seluruh tubuh atau general; mudah lelah. Hal tersebut sesuai dengan
hasil pengkajian pada pasien kelompok, dimana pasien mengalami kelemahan pada
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Herdman, dkk. 2018), diagnosa keperawatan yang dapat muncul dengan
26
1) Hambatan mobilitas ditempat tidur b.d kekuatan otot tidak memadai di tandai
2020)
a. Hambatan mobilitas fisik (00085) b.d penurunan kekuatan otot ditandai dengan
b. Nyeri akut (00132) b.d agen cedera fisik ditandai dengan keluhan tentang
Kelompok tidak mengangkat diagnosa intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri.
kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan yang berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplasi dan kebutuhan oksigen dan ditandai dengan
oksigen. Gangguan aktivitas yang dialami pasien adalah akibat dari penurunan
kekuatan otot yang dialami pasien karena fraktur dan terpasang fiksasi eksternal.
3. Rencana Keperawatan
adalah:
27
No. NOC (Mcorhead, 2013) NIC (Delavne & Ladner, 2014)
Dx
1 c. Posisi tubuh : Berinisiatif sendiri c. Perawatan tirah baring
d. Koordinasi pergerakan, dengan kriteria d. Terapi latihan: pergerakan sendi
hasil: 7) Posisikan sesuai body aligment yang tepat
5) Kontraksi kekuatan otot 8) Tempatkan matras/kasur terapeutik dengan cara yang tepat
6) Kontrol gerakan 9) Balikkan (pasien) sesuai dengan kondisi
7) Keseimbangan gerakan 10) Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi paling tidak setiap 2 jam,
8) Gerakan ke arah yang diinginkan sesuai dengan jadwal yang spesifik
11) Ajarkan latihan ditempat tidur, dengan cara yang tepat
12) Aplikasikan aktivitas sehari-hari.
2 Toleransi terhadap aktivitas, dengan kriteria Terapi aktivitas
hasil: 4) Bantu klien untuk mengekplorasi tujuan personal dari aktivitas-
2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas yang biasa dilakukan
aktivitas hidup harian 5) Pertimbangkkan kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui
aktivitas spesifik
6) Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik okupasi dan terapi rekreasional
3 Defisit perawatan diri: Berpakain, mandi, d. Berpakaian
makan. e. Bantuan perawatan diri: eliminasi
f. Bantuan perawatan diri: pemberian makan
28
Berdasarkan kasus dengan diagnosa keperawatan yang diangkat, rencana keperawatan yang dilakukan adalah:
Keperawatan
1 Hambatan NOC : Toleransi terhadap aktivitas (0005) NIC : Terapi Latihan: Mobilitas sendi (0224)
mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 1. Tentukan batasan pergerakan sendi
(00085) b.d 24 jam, diharapkan toleransi terhadap aktivitas 2. Jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat
penurunan meningkat dari level 3 (cukup terganggu) ke level 4 dan tujuan melakukan latihan sendi
kekuatan otot (sedikit terganggu) dengan kriteria hasil : 3. Dukung latihan ROM aktif
ditandai dengan 1. Kekuatan tubuh bagian bawah 4. Lakukan latihan ROM pasif atau ROM
gangguan sikap 2. Kemudahan dalam melakukan Aktivitas dengan bantuan
berjalan.
2 Nyeri akut (00132) NOC : Tingkat Nyeri (2102) NIC : Manajemen Nyeri (1400)
b.d agen cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi
fisik ditandai 24 jam, diharapkan tingkat nyeri (2102) pasien lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
dengan keluhan meningkat dari level 4 (ringan) ke 5 (tidak ada) atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
tentang intensitas dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (teknik nafas
menggunakan 1. Nyeri yang dilaporkan (ringan ke tidak ada) dalam)
standar skala nyeri. 2. Ekspresi wajah nyeri (ringan ke tidak ada)
29
3 Risiko jatuh NOC : Kejadian jatuh (1912) NIC : Pencegahan Jatuh (6490)
(00155) b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 1. Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari pasien yang
penurunan 24 jam, diharapkan kejadian jatuh (1912) pasien mungkin meningkatkan potensi jatuh pada lingkungan tertentu.
kekuatan dipertahankan dilevel 5 (tidak ada) dengan kriteria 2. Monitor gaya berjalan (terutama kecepatan),keseimbangan dan
ekstermitas bawah hasil : tingkat kelelahan dengan ambulasi.
1. Jatuh saat berdiri (tidak ada) 3. Letakkan benda-benda dalam jangkauan yang mudah bagi
2. Jatuh saat berjalan (tidak ada) pasien.
3. Jatuh saat duduk (tidak ada) 4. Berikan penanda untuk memberikan peringatan pada staff
4. Jatuh dari tempat tidur (tidak ada) bahwa pasien berisiko jatuh
5. Jatuh saat ke kamar mandi (tidak ada) 5. Berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain untuk
meminimalkan efek samping pengobatan yang berkontribusi
pada kejadian jatuh
30
4. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, hasil evaluasi hari kedua
a. Hambatan mobilitas fisik, tujuan tercapai. Pasien dapat melakukan ROM aktif dan
b. Nyeri akut, tujuan belum tercapai. Pasien mengatakan kakinya masih nyeri karena
analgesik.
c. Resiko jatuh, tujuan tercapai. Pasien tidak pernah terjatuh selama dirawat di bangsal.
31
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang lunak atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Sjamsuhidajat, 2005). Fraktur
adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar
(Prince, A dan L.Wilson, 2015). Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan” (Kamus
Besar Bahasa Indonesia). Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan
yang terjadi baik fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas (Haswita &
Sulistyowati, 2017). Latihan adalah aktivitas fisik yang digunakan untuk aktivitas
tubuh, meningkatkan kesehatan, dan menjaga kebugaran. Tanda dan gejala yang biasa
muncul pada pasien fraktur adalah Nyeri terus-menerus, Deformitas terlihat maupun
teraba, ada pembengkakan dan ada perubahan warna lokal pada kulit.
Pada Tn.S 50 Tahun, dengan kebutuhan dasar Aktivitas dan Latihan didapatkan 3
1. Hambatan mobilitas fisik (00085) b.d penurunan kekuatan otot ditandai dengan
2. Nyeri akut (00132) b.d agen cedera fisik ditandai dengan keluhan tentang
2. Saran
a. Bagi perawat
32
Aktifitas dan Latihan pada pasien Fraktur sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi klien maupun
keluarganya.
b. Bagi mahasiswa
dalam pembuatan asuhan keperawatan dan bisa menambah referensi yang ada.
33
DAFTAR PUSTAKA
Perry & Potter. (2010). Buku Ajaran Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. (2014). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2.
Jakarta. EGC.
Delavne & Ladner, D. (2014). Nursing Intervension Classification : Edisi Bahasa Indonesia.
USA: Elsevier.
Mcorhead, dkk. (2013). Nursing Outcome Clasification : Edisi Bahasa Indonesia. USA:
Elsevier.
Wijaya Saferi, A., & Putri Mariza, Y. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah.
Bengkulu: Nurmed.
Prince & Wilson. (2015). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A, Perry, Anne Griffin, Stockert, Patricia A. & Hall, Amy M. (2013).
Fundamental of nursing 8th edition. St. Louis, Missouri: ELSEVIER.
34
LAMPIRAN ASKEP
35