Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

GANGGUAN DAN PENYAKIT REPRODUKSI MANUSIA

“KEPUTIHAN PADA WANITA”

MATA KULIAH: TEORI IPA 3

Dosen pengampu:

Susilowati, S.Pd.Si., M.Pd.Si

Penulis Oleh :
HESTI LIGYA MAHARANI
17312244011

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
September 2019
BAB I
1. LATAR BELAKANG
Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan reproduksi
menurut Koblinsky adalah kemampuan perempuan hidup dari masa adolescence/
perkawinan tergantung mana yang lebih dahulu, sampai dengan kematian, dengan
pilihan reproduktif, harga diri dan proses persalinan yang sukses serta relatif
bebas dari penyakit ginekologis dan risikonya. Menurut WHO, kesehatan
reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya
(Melyana, 2005).
Salah satu organ tubuh yang paling penting dan sensitif serta memerlukan
perawatan khusus adalah sistem reproduksi. Penerapan pelayanan kesehatan
reproduksi oleh Departemen Kesehatan RI dilaksanakan secara integratif
memprioritaskan pada empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi
masalah pokok di Indonesia yang disebut paket pelayanan kesehatan reproduksi
esensial (PKRE), yaitu: 1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, 2.Keluarga
berencana, 3.Kesehatan reproduksi, 4. Pencegahan penanganan infeksi saluran
reproduksi, termasuk HIV/AIDS (Widyastuti, 2009, h.2). Faktor-faktor yang
mempengaruhi siklus kesehatan wanita dari konsepsi sampai usia lanjut yaitu,
faktor genetik (bawaan), lingkungan seperti organ tubuh, gizi, perawatan
kebersihan lingkungan, pendidikan, sosial budaya, tradisi, agama, adat, ekonomi
dan politik, kemudian faktor perilaku.
Menurut Varney (2006)ada berbagai macam gangguan sistem reproduksi
seperti gangguan menstruasi, syndrom premenstruasi, kista ovari, kanker dan
tumor pada endometrium, serta salah satunya yaitu infeksi yang disebabkan oleh
bakteri maupun jamur yang sering disebut dengan. Menurut survey demografi
kasus keputihan 200 kasus, tetapi hanya sekitar 95 kasus yang mengalami gejala
keputihan dengan rasa gatal. Masalah keputihan ini sering kali tidak diperhatikan
oleh wanita yang menderita penyakit ini, akan tetapi masalah keputihan ini jika
tidak segera ditangani akan menyebabkan masalah yang serius (DEPKES RI,
2010).
Keputihan fisiologis jika dibiarkan akan berisiko menjadi keputihan yang
patologis. Sehingga diperlukan perubahan perilaku sehari- hari untuk menjaga
organ intim tetap kering dan tidak lembab (Wijayanti, 2009, H.52). Perempuan
yang memiliki riwayat infeksi yang ditandai dengan keputihan berkepanjangan
mempunyai dampak buruk untuk masa depan kesehatan reproduksinya. Sehingga
dianjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihan
genetalia dan melakukan pemeriksaan khusus sehingga dapat diketahui secara
dini penyebab leukorea (Manuaba, dkk 2009, h.62).
Dampak keputihan dapat terjadi perlengketan pada rahim, saluran telur
atau tuba falopii sampai pembusukan indung telur oleh infeksi yang berat bisa
terjadi tuba-ovarium abses atau kantung nanahyang menekan saluran telur dan
indung telur, apabila kedua sisi kanan dan kiri dari tuba ovarium yang tertekan
abses maka dapat dikatakan bahwa wanita tidak akan bisa mendapatkan
keturunan atau mundul (Baradero, 2007 ).
2. RUMUASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah di
antaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan keputihan?
2. Apa saja gejala dan penyebab keputihan?
3. Bagaimana cara menjaga kesehatan organ intim?

Rumusan masalah diatas digunakan sebagai pertanyaan wawancara


mengenai “gangguan/penyakit pada organ reproduksi manusia,
khususnya keputihan pada wanita” yang diajukan kepada Perawat
“Lesta Oktaviana A.Md.Kep” dan telah dirangkum oleh penulis
berdasar penjelasan beliau menjadi makalah ini.

3. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari keputihan
2. Untuk mengetahui gejala dan penyebab keputihan
3. Untuk mengetahui cara menjaga kesehatan organ intim
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Keputihan
Keputihan dapat terjadi secara normal maupun tidak normal.
Secara normal disebut fisologi, sedangkan tidak normal disebut
patofisiologi. Secara normal keputihan berkaitan dengan siklus
menstruasi biasanya jumlah lendir yang dihasilkan pada masa subur
akan lebih banyak jumlahnya namun pada keputihan normal tidak
terjadi tanda tanda seberti bau, gatal-gatal pada kulit organ intin dan
sebagainya. Namun jika keputihan yang dihasilkan sudah berubah
warna menjadi kuning, atu berbau atau terjadi iritasi atau gatal maka
segera harus berkonsultasi pada dokter.
2. Gejala dan Penyebab keputihan
a. Keputihan berwarna putih, kuning, hijau atau berbuih,
disebabkan oleh trikomoniasis yaitu suatu virus menular seksual
yang biasanya ditularkan melalui proses hubungan seksual, yang
disebabkan olah parasit yang disebut trichomonas vagianalis.
b. Keputihan yang disertai dengan luka melepuh di sekitar organ
genital yang disebabkan oleh herpes genital. Pada penderita akan
teradi seperti melepuh dan disertai rasa sakit di sekitar organ
intim.
c. Keputihan dengan lendir kental berwarna putih dan disertai rasa
gatal. Disebabkan oleh jamur. Gejalanya rasa gatal dan perih di
sekitar vagina
d. Keputihan dengan lendir encer berwarna putih atau abu-abu dan
disertai bau amis. Biasanya disebabkan oleh bakteri, terjadi
karena perubahan keseimbangan ph atau keseimbangan flora
normal pada organ intim. Maka harus segera diperiksakan ke
dokter agar diberi anti biotik dan diagnosa yang tepat.
e. Keputihan berwarna coklat dan mengandung darah. Disebebkan
oleh siklus menstruasi yang tidak teratur dan juga bisa menjadi
indikasi kanker serviks atau kanker rahim, maka harus segera
diperiksakan untuk diagnosa yang tepat.
f. Keputihan dengan rasa nyeri atau pendarahan, apabila terjadi
pendarahan diluar siklus mentruasi dan saat berhubungan seksual
akan terjadi rasa nyeri yang luar biasa yang merupakan indikasi
dari penyakit gonorhae atau chlamydia maka harus segera
diperiksakan ke dokter agar mendapat diagnosa yang tepat dari
dokter kulit dan kelamin.
3. Cara Menjaga Kesehatan Organ Intim
a. Jaga kebersihan / higienitas
Menggunakan handuk / kain yang halus agar tidak mengiritasi
kulit dengan cara menyeka dari depan ke belakang dan bukan
dengan arah yang dibolak-balik agar kuman / bakteri dari anus
tidak ikut masuk ke organ intim dan terjadi iritasi.
b. Hindari penggunaan gel, anti septik, sabun yang wangi atau pun
parfum beralkohol.
Vagina memiliki sistem pembersihannya sendiri dengan cara
sekresi yang keluar bersama dengan sel-sel mati yang sudah tidak
berguna akan keluar dengan sendirinya. Membersihkan vagina
hanya boleh menggunakan air saja dan di lap dengan baik tanpa
menggosok agar tidak iritasi.
c. Memilih pakaian dalam dari katun yang memiliki daya serap
yang baik.
Jika terlalu basah pada bagian vagina oleh keringat dan lembab
akan menyebabkan mudah tumbuh jamur dan kuman. Harus
mengganti pakaian dalam 2-3 kali sehari.
d. Melakukan hubungan seks yang aman
Melakukan dengan pasangan masing-masing yang sudah
menikah, dan tidak bergonta ganti pasangan
e. Melakukan pemeriksaan rutin
Untuk yang sudah menikah usia 25 dan seterusnya maka
dianjurkan memeriksakan diri ke dokter secara berkala untuk
mendeteksi secara dini apakah terjadi kanker atau penyakit
dengan gejala yang tidak muncul namun dapat terdeteksi karena
periksa
f. Mengonsumsi makanan bergizi
g. Pada saat menstruasi menggunakan pembalut yang baik, aman,
nyaman, dan dengan bahan yang lembut agar tidak mengiritasi
organ intim dan rutin mengganti pembalut agar darah menstruasi
tidak menjadi media pertumbuhan kuman.
Waktu yang tepat untuk mengganti pemblut adalah setiap 3-4 jam
atau saat di cuaca yang panas ganti setiap 2-3 jam agar tidak
terjadi iritasi.
h. Memeriksa diri sendiri dengan cermin untuk lebih mudah melihat
tanda-tanda yang tidak normal pada bagian yang tampak dari
vagina untuk segera diperiksakan.
BAB III
KESIMPULAN
Keputihan fisiologis jika dibiarkan akan berisiko menjadi keputihan yang
patologis. Sehingga diperlukan perubahan perilaku sehari-hari untuk menjaga
organ intim tetap kering dan tidak lembab dengan menjaga kebersihan, disiplin
dan berpola hidup yang baik dan sehat. Perempuan yang memiliki riwayat infeksi
yang ditandai dengan gejala keputihan berkepanjangan dan tidak normal
mempunyai dampak buruk untuk masa depan kesehatan reproduksinya. Sehingga
dianjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihan
genetalia dan melakukan pemeriksaan khusus sejak dini sehingga dapat diketahui
secara dini apabila terdapat gangguan, kelainan maupun penyakit yang
memungkinkan untuk berkembang menjadi lebih serius dan berbahaya agar
mendapatkan penanganan medis yang baik dan tepat dari dokter spesialis kulit
dan kelamin.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Marry, dkk, 2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi Dan
Seksualitas. EGC. Jakarta
Manuaba, Ida Ayu Sri Kusuma Dewi Suryosaputra, dkk, 2010. Buku Ajar
Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. EGC. Jakarta
Melyana. 2005. Persepsi Remaja terhadap Hubungan Seksual Bebas di SLTP K
Immanuel Pontianak. Skripsi. Yogyakarta : UGM
Varney, H, kriebs & Gregor, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Edisi 4 Vol. 1.
EGC. Jakarta
Widyastuti Yani, SSiT, 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta.
Wijayanti, D, 2009. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.Book
Marks. Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai