Anda di halaman 1dari 57

MAKALAH GANGGUAN KESEHATAN REPRODUKSI

“ GANGGUAN MENSTRUASI ”

Disusun Oleh :
KELOMPOK IV

Anggota Kelompok:
1. Fifi Yunianti
2. Maresca Ayu Utami
3. Rita Puji Rahayu
4. Afrida Pratiwi
5. Diana Puspasari
6.Fatimah Hafliah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PALEMBANG
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas
Makalah Keperawatan Kesehatan Reproduksi : Gangguan Menstruasi.

Penyusun menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan tugas Makalah ini,
khususnya Ibu Lisda Maria, selaku Dosen mata kuliah Keperawatan Kesehatan
Reproduksi
Teriring doa tulus semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan
mendapat ridha dan imbalan pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Amin
yaarobbal a’lamin.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan tugas Makalah ini masih


terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan yang dihadapi. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan untuk hasil yang lebih baik.
Semoga hasil karya yang sederhana ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Palembang , 25 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Cover ....................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan Pembelajaran ...................................................................................1
1.4 Manfaat Pembelajaran .................................................................................2

BAB II GANGGUAN MENSTRUSI


2.1 Definisi ........................................................................................................3
2.2 Etiologi ........................................................................................................5
2.3 Klasifikasi ...................................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinik .......................................................................................12
2.5 Patogenesis ..................................................................................................13
2.6 Pencegahan dan pengobatan .......................................................................14

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Fisiologi Menstruasi ....................................................................................17
3.2 Siklus Menstruasi.........................................................................................18

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................23
4.2 Saran ............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wanita normal akan mengalami siklus Menstruasi normal secara periodik sehingga
perubahan siklus mentsruasi yang tidak normal akan menggangu seorang wanita
terutama pada kondisi dimana haid atau dating bulang dating lebih sering, tidak teratur,
terjadi dalam siklus yang lebih lama, lebih pendek dan pada kondisi tertentu wanita
bahkan tidak haid sama sekali. Pada beberapa kondisi, gangguan haid bahkan dapat
mengakibatkan nyeri pada bagian perut dengan durasi panjang dan juga pendek.
Gangguan ini akan dialami alami seluruh wanita selam ahidup terutama pada masa
Reproduksi, Remaja, Sisi Peralihan dan Klimakterium.
Umumnya setiap wanita mengalami gangguan menstruasi, yang memiliki efek
negatif pada kualitas kehidupan wanita dan keluarga. Menstruasi yang terjadi pada
remaja maupun wanita usia produktif sering kali menimbulkan keluhan atau gangguan.
Salah satu gangguan atau keluhan yang sering terjadi di kalangan remaja saat
menstruasi adalah dismenore atau nyeri saat menstruasi (Widyastuti, Y. Rahmawati, A.
dan Purnaningrum, Y, 2009 dalam Irmawati, 2011).
Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau  masa
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang di tandai dengan
perkembangan dan perubahan fisik, mental, emosional, termasuk perubahan hormonal
yang berpengaruh pada proses terjadinya menarche (pertama kali mendapat
Menstruasi). Usia gadis remaja pada saat menarche bervariasi, yaitu antara 10 – 16
tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche
dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Dikatakan
menacrhe dini (menarche prekoks) apabila menarche terjadi sebelum usia 10 tahun
disertai dengan munculnya tanda-tanda seks sekunder sebelum usia 8 tahun. Dalam hal
ini hipofisis oleh sebab yang belum diketahui memproduksi hormon gonadotropin 
sebelum waktunya (Wiknjosastro, 2012).

Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia


kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan
sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada
kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan
pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk
memiliki keturunan.
13
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,
endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian
besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ
reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.

Saat umur wanita di atas umur 16 tahun belum mengalami menstruasi ataupun pada
wanita yang sudah mengalami menstruasi tetapi setelah itu tidak mengalami menstruasi
kembali, maka kemungkinan wanita tersebut mengalami Amenorrhea.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai apa yang dimaksud 
Amenorrhea, yang merupakan salah satu gangguan siklus menstruasi, klasifikasinya,
bagaimana gejala klinisnya, apa penyebabnya, sampai kepada pengobatan.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental dan social secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan system reproduksi. ( Azwar,2001).
Indonesia diperkirakan 55% peremuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama
haid. (Anomim,2008). Angka kejadian Dismenore tipe primer di Indonesia adalah
sekitar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder.
Setiap bulan, secara periodic, seseorang wanita normal mengalami mentruasi. Di
dalam mentruasi, terkadang disertai nyeri haid (Disminore). Disminore adalah nyeri
haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit tumbul akibat kontraksi
disritmik miomentrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari ringan 
sampai berat pada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spamodik pada sisi medial
paha. (Nurmasitoh, 2008).
Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit
psikosomatik. Akan tetapi, karena keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu
pengatahuan berkembang, nyeri haid mulai banyak di bahas. Banyak ahli  yang telah
menyumbangkan pikiran dan temuannya untuk mengatasi nyeri haid.
Dahulu, wanita yang menderita nyeri haid hanya bias menyembunyikan rasa
sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus
mengadu. Keadaan itu diperburuk oleh orang di sekitar mereka yang menganggap
bahwa nyeri haid adalah rasa sakit yang dibuat-buat oleh wanita bahkan beberapa
orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang
mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Anggapan seperti ini sudah mulai hilang
beberapa tahun yang lalu. Sekarang baru di ketahui bahwa nyeri haid adalah  konisi

14
medis yang nyata yang diderita wanita. Banyak metode yang telah dikembangkan oleh
ahli dibidangnya yang bertujuan untuk mengatasi nyeri haid.
Endometriosis disebabkan oleh jaringan endometrium atau selaput lendir rahim
bagian dalam yang setiap bulan luruh menjadi darah haid. Darah yang luruh ini
seharusnya hanya keluar lewat vagina dan sebagian kecil darah “tumpah“ melalui
saluran telur ke dalam rongga abdomen atau rongga perut.Seharusnya tubuh bisa
menyerap darah yang luruh ini. Namun beberapa hal seperti faktor genetik dan faktor
lingkungan menyebabkan turunnya kemampuan sistem pertahanan tubuh. Sehingga
darah tidak diserap secara maksimal.
selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang
meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan antara semua operasi pelvic.
Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang Negro, dan lebih sering didapatkan
pada wanita-wanita dari golongan social-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian
ialah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada
umur muda dan yang tidak mempunyai banyak anak. Rupanya fungsi ovarium secara
siklis yang terus menerus tanpa diselingi oleh kehamilan, memengang peranan dalam
terjadinya endometriosis. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 317)
Endometriosis terjadi pada dua pertiga remaja yang mengalami nyeri yang
bermakna saat menstruasi. Remaja merupakan 8% wanita yang menderita
endometriosis. Dari remaja-remaja yang menderita endometriosis, 10% nya mengalami
obstruksi congenital aliran keluar menstruasi. Gejala-gejala yang paling mengarah ke
endometriosis pada kelompok umur ini adalah peningkatan dismenorea yang didapat,
nyeri panggul kronis, perubahan usus saat menstruasi dan perdarahan vagina abnormal.
Karena itu, pemeriksaan laparoskopi untuk diagnostic harus dipertimbangkan pada
remaja yang benar-benar menunjukkan gejala. Pada kasus yang jarang, dapat terjadi
endometriosis pascamenopause yang disebabkan oelh penggunaanestrogen eksogen
yang tidak teratur. (Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, 2009, Hal  670)
Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama
(ibu anak perempuan, saudara perempuan). Endometriosis yang berat bisa
menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke
Rahim.
2. Apa saja gangguan menstruasi pada remaja dan dewasa ?

1. Bagaimana etiologi dari gangguan menstruasi ?


2. Apa saja klasifikasi gangguan menstruasi ?
3. Bagaimana epidemiologi gangguan menstruasi ?
15
4. Bagaimana patogenesis dari gangguan menstruasi?
5. Bagaimana fisiologi menstruasi?
6. Bagaimana siklus menstruasi?
7. Bagaimana Gambaran Lama Menstruasi pada Remaja dan Dewasa?
8. Apa saja Faktor faktor yang mempengaruhi menstruasi?
9. Bagaimana Patogenesis gangguan menstruasi?

1.2 Tujuan Pembelajaran


1. Memahami definisi dari gangguan menstruasi
2. Mengetahui etiologi dari gangguan menstruasi
3. Mengetahui klasifikasi gangguan menstruasi
4. Mengetahui epidemiologi gangguan menstruasi
5. Mengetahui patogenesis dari gangguan menstruasi
6. mengetahui manifestasi gangguan menstruasi
7. Mengetahui gambaran lama menstruasi pada remaja
8. Mengetahui gambaran fisiologi menstruasi
9. Mengetahui gambaran siklus menstruasi
10. Mengetahui faktor faktor menstruasi
1.3 Manfaat pembelajaran
1. Belajar memahami masalah dan mencari solusinya terkait penyakit yang
ditemukan dan cara pencegahan penyakit itu sendiri.
2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari untuk di implentasikan di
lapangan.
3. Membuka pikiran untuk memahami penyakit gangguan menstruasi.
4. Menjadi acuan dan media pembelajaran bagi mahasiswa.

16
BAB II
GANGGUAN MENSTRUASI

2.1 Definisi Gangguan Menstruasi


Gangguan menstruasi adalah masalah yang umum selama masa remaja. Gangguan
ini dapat menyebabkan kecemasan yang signifikan bagi pasien dan keluarga mereka.
Faktor fisik dan psikologis berkontribusi pada masalah ini. Dalam rangka untuk
mengobati gangguan menstruasi, mengetahui apa itu siklus menstruasi yang normal itu
penting. Gangguan menstruasi merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang
wanita datang berobat ke dokter atau ke tempat pertolongan pertama. Keluhan
gangguan menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan
rasa frustasi baik bagi penderita, keluarganya bahkan dokter yang merawatnya. Selain
menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan menstruasi ternyata berpengaruh pada
aktivitas sehari-hari dan mengganggu emosional si penderita .
Gangguan haid adalah darah haid yang keluar tidak memenuhi syarat suatu haid
yang normal, dan darah yang keluar biasanya disebut sebagai perdarahan yang
menyerupai haid. Gangguan haid atau perdarahan dapat disebabkan oleh penyakit
tertentu, misalnya tumor jinak/ganas pada rahim, mulut rahim atau pada indung telur,
atau disebabkan oleh infeksi pada alat kelamin perempuan. Perdarahan dapat juga
disebabkan oleh efek samping obat-obat tertentu yang kebetulan sedang digunakan
oleh seorang perempuan. Kelainan sistem hormonal pada seorang perempuan dapat
juga menyebabkan perdarahan. Karena perdarahan disebabkan oleh suatu penyakit
tertentu, maka selama perdarahan berlangsung tidak membatalkan kegiatan ibadah
(bagi yang beragama Islam).
Gangguan haid yang terjadi pada usia reproduksi harus diobati, Bila pada usia ini
seorang perempuan memiliki risiko kanker rahim (endometrium), seperti riwayat
kanker rahim dalam keluarga, menderita kencing manis, kegemukan, darah tinggi, atau
sedang menggunakan obat tamoksifen (pengobatan kanker payudara), maka tindakan
yang tidak boleh lupa dilakukan adalah melakukan biopsi endometrium, untuk
menyingkirkan ada/tidaknya keganasan pada endometrium. Penanganan gangguan haid
sangat tergantung dari usia pasien, apakah berada pada usia perimenars (11-14 tahun),
usia reproduksi (15-40 tahun), atau berada pada usia premenopause (40-50 tahun). Bila
gangguan haid pada kisaran 31 usia perimenars dan perdarahan tidak berbahaya atau
tidak mengganggu pasien, maka tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Kadang-

17
kadang pengobatan terpaksa diberikan atas permintaan pasien karena mengganggu
kegiatan sehari-hari.
Adapun tanda-tanda gangguan haid adalah:
 Bagi perempuan tertentu, tidak teraturnya haid merupakan keadaan wajar,
namun bagi perempuan lainnya keadaan ini dapat merupakan tanda bagi
penyakit menahun, kekurangan darah (anemia), gangguan gizi (malnutrisi),
atau mungkin adanya infeksi atau tumor dalam rahim (uterus).
 Apabila haid tidak terjadi pada saat yang seharusnya, hal ini mungkin
menunjukkan tanda kehamilan. Akan tetapi masa haid yang tidak teratur atau
tidak mendapat haid sering merupakan keadaan yang wajar bagi banyak remaja
yang baru saja mendapatkan haid dan bagi perempuan yang berusia diatas 40
tahun. Kecemasan dan gangguan emosional dapat menyebabkan seorang
wanita tidak mendapatkan haid.
 Apabila perdarahan mulai terjadi selama kehamilan, hal ini hampir selalu
menjadi tanda permulaan suatu keguguran atau abortus (kematian bayi didalam
kandungan).
 Apabila masa haid berlangsung lebih dari enam hari, dan darah yang
dikeluarkan banyak dan tidak seperti biasanya, atau haid lebih dari satu kali
dalam sebulan, maka anda harus meminta nasehat dokter
Haid dikatakan normal apabila:

1. Berlangsung antara 25-35 hari atau 21-31 hari


2. Estrogen dihasilkan oleh folikel & korpus luteum
3. Peningkatan Estrogen pada mid siklus → lonjakan LH → ovulasi
4. P dihasilkan hanya oleh korpus luteum
5. Korpus luteum ada hanya jika terjadi ovulasi
6. Umur korpus luteum ±10-14 hari
7. Fase luteal/F.sekresi ±14 hari (hampir selalu tetap)
8. Fase folikulogenesis/F.proliferasi variasi antara 7-21 hari

2.2 Etiologi Gangguan Menstruasi


Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-hormon yang
mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya.
Faktor penyebab gangguan menstruasi secara fisiologis adalah berkaitan dengan
umur yaitu terjadi sebelum pubertas atau dalam masa menopause, dalam kehamilan,
dalam masa laktasi maupun gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium,

18
kelainan kongenital, gangguan sistem hormonal, masalah kesuburan endometrium,
penyakit-penyakit lain, terdapat tumor di alat kelamin, terdapat penyakit menahun,
ketidakstabilan emosi dan kurang zat makanan (gangguan gizi), gangguan
metabolisme,serta mempunyai nilai gizi lebih yang berkaitan dengan status ekonomi
dan pekerjaan (Yamamoto, K, 2009).
2.3 Klasifikasi Gangguan Menstruasi

1. Gangguan siklus menstruasi

2.3.1 AMONOREA HIPOGONADOTROPI


A. DEFENISI
Haid (Menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus  Menstruasi ialah
jarak antara tanggal mulainya Menstruasi yang lalu dan mulainya Menstruasi
berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang
siklus Menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklusMenstruasi yang
klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa
wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan
saudara kembar, siklusMenstruasi tidak terlalu sama. Dari pengamatan Hartman
yang dikutip dari  Wiknjosastro (2012), panjang siklus yang biasa dijumpai
ialah 25 – 32 hari.Lama Menstruasi biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2
hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada
setiap wanita biasanya lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar
rata-rata ± 16 cc. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih
banyak. Jumlah darah Menstruasi yang lebih dari 80 cc di anggap patologik
(Wiknjosastro, 2012).
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea primer dan
amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea primer apabila
seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah mendapat haid, sedang
pada amenorrhea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian
tidak  dapat lagi (Wiknjosastro,2008).
Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal
yang diiringi penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan
nafsu makan tidak sehebat pada anoreksianervosa dan tidak disertai problem
psikologik (Kumala, 2005).

19
B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AMENOREA
1. Faktor Internal
a. Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi amenorrhea adalah vagina tidak tumbuh dan
berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang tumbuh.
Tidak jarang ditemukan kelainan lebih kompleks pada rahim atau rahim tidak
tumbuh dengan sempurna. Kelainan ini disebut ogenesis genitalis bersifat
permanen artinya wanita tersebut tidak akan mendapatkan haid selama-
lamanya. (Pardede,2002).
b. Hormonal
Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endogen) yang dipengaruhi
oleh sistem hormonal yang komplek. Rangsangan yang datang dari luar masuk
dipusat panca indra diteruskan melalui Striaeterminalis menuju pusat yang
disebut “Puberitas Inhibitor” dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan
terhadap hypotalamus, yang akan memberikan rangsangan pada “Hipofise Pars
Posterior” sebagai “Mother of Glad” (Pusat kelenjar-kelenjar). Rangsangan
yang terus menerus datang di tangkap panca indra, dengan makin selektif dapat
lolos menuju hypotalamus dan selanjutnya terus menuju hipofise anterior
(depan) mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk
mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan
hormon spesifiknya yaitu kelenjar tyroid memproduksi hormon tiroksin,
kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron,
sedangkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran
hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh kembang mental dan fisik
(Pardede,2002).
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terganggunya siklus haid,
Kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang
sangat rendah sehingga datangnya haid akan terganggu (Suhaemi, 2006).
2. Faktor Eksternal
a. Status Gizi
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun kuantitas sangat
penting untuk siklus menstruasi. Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu
membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung

20
zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu untuk memelihara
proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih,2004).
b. Gaya Hidup
Gaya hidup terutama perilaku makan dengan porsi yang cukup dan sesuai
jadwal serta mengandung gizi seimbang ( 4 sehat 5 sempurna) dapat
menyebabkan kondisi tubuh terasa fit dan terhindar dari kekurangan gizi
sehingga siklus menstruasi berjalan normal (Soetjiningsih, 2002).

C.KLASIFIKASI AMENORRHEA

Klasifikasi amenorrhea adalah sebagai berikut :


1. Amenorrhea primer
Amenorrhea primer mengacu  pada masalah ketika wanita muda yang
berusia lebih dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah
menunjukkan maturasi seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi sampai
usia 14 tahun tanpa disertai adanya karakteristik seks sekunder.
2. Amenorrhea sekunder 
Amenorrhea sekunder adalah tidak adanya haid selama 3 siklus atau 6 bulan
setelah menstruasi normal pada masa remaja, biasanya disebabkan oleh
gangguan emosional minor yang berhubungan dengan berada jauh dari rumah,
masuk ke perguruan tinggi, ketegangan akibat tugas-tugas. Penyebab kedua
yang paling umum adalah kehamilan, sehingga pemeriksaan kehamilan harus
dilakukan.

C.ETIOLOGI

Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:


1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah menstruasi
terhambat untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi
haid atau hanya sedikit.
 Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat
badan
 Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
 Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor

21
 Endometrium tidak bereaksi
3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan
hepar dan ginjal.

D.MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
 Tidak terjadi haid
 Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
 Nyeri kepala
 Badan lemah
2. Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :
 Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan
ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
 Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan
pembesaran perut.
 Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah
denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
 Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan
lengan serta tungkai yang lurus.
3. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
 Sakit kepala
 Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui )
 Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
 Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
 Vagina yang kering
 Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

E.PATOFISIOLOGI

Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat


berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang
membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan)

22
gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak
langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin
yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat
menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder.
Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (gonadal
disgenesis). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic
dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun
dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat
menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang banyaksehingga
cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone
steroid seksual (estrogen dan progesteron) tidak tercukupi.
Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan
progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih
banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin
menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun.
Pada keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada
peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya
adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu
kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya
amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormon
seperti osteoporosis.

G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam  reproduksi (indung telur,
rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
 USG
 Histerosalpingografi
 Histeroskopi
 Magnetic Resonance Imaging (MRI).

23
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder
maka diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
 Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder, maka
dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar
hormon prolaktin dalam tubuh.
 Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar
hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progesterone Challenge Test
adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium
alam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.

H. TERAPI PENANGANAN AMENORRHEA


Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang
dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah
terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang
berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorrhea diklasifikasikan berdasarkan
penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan
penyebab susunan saraf pusat.
1. Saluran Reproduksi
a. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan
krim estrogen.
b. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak
memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya).
Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil).
c. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser,- Sindrom ini terjadi pada
wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan
vagina atau memiliki keduanya namunkecil atau mengerut. Pemeriksaan
dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat kelainan
ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah dengan membuat vagina
baru menggunakan skin graft.
d. Sindrom feminisasi testis,- Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY
kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan
gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi
normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim). Secara
fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan pubis

24
sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat
memiliki anak)
e. Parut pada rahim,- Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan
intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat
terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi
pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat
dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto
rontgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi
pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi
terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim.
2. Gangguan Indung Telur
a. Disgenesis Gonadal,- Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur
yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi
penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual.
b. Kegagalan Ovari Prematur,- Kelainan ini merupakan kegagalan dari fungsi
indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan
sel telur akibat infeksi atau proses autoimun.
c. Tumor Ovarium,- Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur
normal.
3. Gangguan Susunan Saraf Pusat
a. Gangguan Hipofisis,- Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat
mengakibatkan amenorrhea. Hiperprolaktinemia (Hormone prolaktin
berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan
gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan
agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom
Sheehan adalah tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa
penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa
pengangkatan tumor.
b. Gangguan Hipotalamus,- Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid,
dan sindrom cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan
hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya.
c. Hipogonadotropik,- Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan
fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan
fungsional membutuhkan bantuan psikeat

25
2.3.2 DIMENORE
A. DEFENISI
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot
uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar
Michaelis . Nyeri dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat  bersifat kolik atau
terus menerus.
Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah
dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita
mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter.
Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa
penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari
untuk beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini
masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan,
dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram,
nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut
juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada
beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih,
dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan
aktifitas sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat
tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas
yang menyebabkannya.  Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak
menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai
menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah
gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik. 
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian
hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997). Ada 2
jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Pembagian
dismenorea menurut Sunaryo (1989) adalah sebagai berikut : pertama dismenorea
primer atau esensial, intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau
didapati adanya kelainan ginekologik yang nyata; yang kedua dismenorea sekunder
atau ekstrinsik, yaitu rasa nyerinya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah
pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau
adanya IUD.

26
Menurut Huffman (1968) menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada
remaja hampir semuanya disebabkan dismenorea primer.  Dismenorea primer
disebabkan karena gangguan keseimbangan fungsional, bukan karena penyakit
organik pelvis, sedangkan dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan
organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja.

B KLASIFIKASI
Dismenore terbagi menjadi 2 , yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder :
1. Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari bulan
ke-6 sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali hilang saat
berusia 25thn atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginam. Faktor
psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan
ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran
menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan
PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitude dan frekuensi reaksiuterus dan
menyebabkan vesospasme arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan
kram abdomen bawah yang bersifak siklik. Respon sistemik terhadap PGF2α
meliputi nyeri punggung , kelemahan, mengeluarkan keringat, gejala saluran
cerna (anoreksia, mual, muntah, diare) dan gejala system saraf pusat  (pusing,
sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk) (Heitkemper,dkk 1991). Penyebab
pelepasan prostaglandin yang berlebihan belum diketahui.
2. Desminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic, seperti
endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium
atau uterus dan polip uterus. IUD juga dapat menyebabkan desminore sekunder.
Desminore sekunder dapat disalah artikan sebagai desminore primer aatau dapat
rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Pada kasus pemeriksaan pelvis
abnormal dibutuhkan evaluasi selanjutnya untuk menentukan diagnosis.
Desminore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang
meningkat. Evaluasi yang hati-hati harus dilakukan untuk mencari kelainan
dalam kavum uteri atau pelvis yang dapat menimbulkan kedua gejala tersebut.
Histeroskopi, histerosalpingogram (HSG), sonogram transvaginal (TSV), dan
laproskopi, semuanya dapat digunakan untuk evaluasi. Pengobatak ditujukan
untuk memperbaiki keadaan yang mendasarinya.

C.Etiologi

27
1. Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat
di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha. 
Penyebab Dismenore Primer :
a. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut
Novak dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah
kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas
uterus.
b. Kelainan organik
Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis,
mioma submukosum bertangkai, polip endometrium.
c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat
berteduh, konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas.
d. Faktor konstitusi
Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya
dismenorea.
e. Faktor alergi
Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada
asosiasi  antara dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.
2. Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :
a. Endometriosis
b. Polip atau fibroid uterus
c. Penyakit radang panggul
d. Perdarahan uterus disfungsional
e. Prolaps uterus
f. Maladaptasi pemakaian AKDR
g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus
terauputik, atau ,melahirkan.
h. Kanker ovarium atau uterus.

2.2.4 Pathofisiologi

Dismenore primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh


28
miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang

diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi. Dismenore seringkali disertai

dengan keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang diduga timbul karena

prostaglandin.

Ada banyak penjelasan mengenai dismenore primer. Dismenore primer

seringkali disebut dengan istilah dismenore fungsional atau idiopatik. Biasanya

dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi

pertama. Timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya

waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim

setelah menikah dan melahirkan. Nyeri menstruasi ini normal, namun dapat berlebihan

bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, seperti stres, shock, penyempitan

pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang

menurun (Wijayanti, 2009:21).

Dismenore primer seringkali menimbulkan gejala fisik dan gejala psikologis.

Setiap individu bisa mengalami gejala fsik dan gejala psikologis sekaligus, namun

juga bisa mengalami hanya salah satu gejala, baik fisik maupun psikologisnya. Tanda

gejala yang dapat mucul seperti rasa tidak enak di badan, lelah, mual dan muntah,

diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang kala disertai vertigo, perasaan

cemas, gelisah, hingga kehilangan keseimbangan dan kehilangan kesabaran (Anurogo,

2011:65). Seseorang dapat diketahui deng

29
Pada setiap bulannya wanita selalu mengalami menstruasi. Menstruasi terjadi

akibat adanya interaksi hormon di dalam tubuh manusia. Menurut Anurogo (2011:50)

interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, dan indung telur menyebabkan

lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Hormon-hormon tersebut

kemudian akan mememberikan sinyal pada telur di dalam indung telur untuk

berkembang. Telur akan dilepaskan dari indung telur menuju tuba falopi dan menuju

uterus. Telur yang tidak dibuahi oleh sperma akan menyebabkan terjadinya peluruhan

pada endometrium, luruhnya endometrium menyebabkan perdarahan pada vagina

yang disebut dengan menstruasi.

Pada saat masa subur terjadi peningkatan dan penurunan hormon.

Peningkatan dan penurunan hormon terjadi pada fase folikuler (pertumbuhan folikel

sel telur). Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle Stimulating

Hormone) akan meningkat dan merangsang sel telur untuk memproduksi hormon

estrogen. Pada saat estrogen meningkat maka kadar progesteron akan menurun.

Penurunan kadar progesteron ini diikuti dengan adanya peningkatan kadar

prostaglandin pada endometrium (Anurogo, 2011:50). Prostaglandin yang telah

disintesis akibat adanya peluruhan endometrium merangsang terjadinya

peningkatan kontraksi pembuluh- pembuluh darah pada miometrium. Kontraksi

yang meningkat menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah dan mengakibatkan

terjadinya proses iskemia serta nekrosis pada sel-sel dan jaringan (Andira, 2010:40).

Iskemia dan nekrosis pada sel dan jaringan dapat menyebabkan timbulnya nyeri saat

menstruasi.

30
Penurunan kadar progesteron juga menyebabkan terganggunya stabilitas

membran dan pelepasan enzim. Stabilitas membaran yang terganggu adalah membran

lisosom. Ahrend, et al. (2007:354) menyatakan bahwa selain terganggunya stabilitas

membran lisosom penurunan progesteron akan menyebabkan terbentuknya

prostaglandin dalam jumlah yang banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat

regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan

juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator

dalam sintesis prostaglandin melalui proses aktivasi fosfolipase yang menyebabkan

terjadinya hidrolisis senyawa fospolipid yang kemudian menghasilkan asam

arakidonat.

Hasil metabolisme dari asam arakidonat ikut berperan dalam memicu terjadinya

dismenore primer. Asam arakidonat dapat dimetabolisme melalui dua jalur. Jalur

metabolisme asam arakidonat yaitu melalui jalur siklooksigenase dan jalur

lipoksigenase. Melalui jalur siklooksigenase dan lipoksigenase asam arakidonat

menghasilkan prostaglandin, leukotrien dan tromboksan. Selain prostaglandin,

leukotrien berperan serta dalam timbulnya rasa nyeri saat menstruasi (Price, 2015:63).

Leukotrien sebagai pemicu terjadinya dismenore primer mempengaruhi melalui

beberapa cara. Leukotriene bereaksi pada serabut saraf serta otot polos. Menurut

Anindita (2010:17) peran leukotrien dalam terjadinya dismenore primer adalah

meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri uterus, dan berperan dalam penyusutan

atau penciutan otot polos saat terjadinya peradangan, sehingga terjadilah nyeri

pada saat menstruasi.

Melalui proses metabolisme asam arakidonat prostaglandin terbagi menjadi dua

jenis. Prostaglandin jenis yang pertama adalah prostaglandin F2-alfa yang merupakan

suatu hasil siklooksigenase yang dapat mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi

31
pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri menstruasi. Kedua adalah

prostaglandin E-2 yang turut serta menyebabkan dismenore primer. Peningkatan level

prostaglandin F2-alfa dan prostaglandin E-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada

dismenore primer (Anindita, 2010:17).

Selain peranan hormon hasil dari proses fisiologis, dismenore primer juga bisa

diperparah oleh adanya faktor psikologis. Faktor stres ini dapat menurunkan ketahanan

terhadap rasa nyeri. Pada saat stres, tubuh akan memproduksi hormon estrogen

dan prostaglandin berlebih. Estrogen dan prostaglandin ini dapat menyebabkan

peningkatan kontraksi miometrium secara berlebihan sehingga mengakibatkan rasa

nyeri saat menstruasi. Stres juga memicu peningkatan kelenjar adrenalin dalam

mensekresi kortisol sehingga menyebabkan otot-otot tubuh menjadi tegang, dan

menyebabkan otot rahim berkontraksi secara berlebihan. Kontraksi otot rahim

yang berlebihan dapat menimbulkan rasa nyeri yang berlebih pada saat

menstruasi. Meningkatnya stres dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas saraf

simpatis yang menyebabkan peningkatan skala nyeri menstruasi dengan peningkatan

kontraksi uterus (Sari, Nurdin, & Defrin, 2015: 567-570).

Adanya tekanan maupun faktor stres lainnya akan mempengaruhi keparahan

rasa nyeri penderita dismenore primer. Stres akan mempengaruhi stimulasi

beberapa hormon di dalam tubuh. Ketika seseorang mengalami stres maka stres

tersebut akan menstimulasi respon neuroendokrin sehingga menyebabkan CRH

(Corticotrophin Releasing Hormone) yang merupakan regulator hipotalamaus utama

untuk menstimulasi sekresi ACTH (Adrenocorticotrophic Hormone) dimana ACTH ini

dapat meningkatkan sekresi kortisol adrenal (Angel, Armini, & Pradanie, 2015:274-

275).

32
Sekresi kortisol adrenal menimbulkan beberapa kerugian. Hormon-hormon

tersebut berperan dalam penghambatan beberapa hormon yang lain. Hormon tersebut

menyebabkan sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)

terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu. Hal ini menyebabkan sintesis

dan pelepasan progesteron terganggu. Kadar progesteron yang rendah

menyebabkan peningkatan sintesis prostaglandin F2-alfa dan prostaglandin E-2.

Ketidakseimbangan antara prostaglandin F2-alfa dan prostaglandin E-2 dengan

prostasiklin (PGI2) menyebabkan peningkatan aktivasi prostaglandin F2-alfa.

Peningkatan aktivasi menyebabkan iskemia pada sel-sel miometrium dan

peningkatan kontraksi uterus. Peningkatan kontraksi yang berlebihan menyebabkan

terjadinya dismenore (Angel, Armini, & Pradanie, 2015:274-275).

Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya dismenore primer menurut Novia

dan puspitasari (2008:100-102) diantaranya adalah :

1. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya dismenore primer .

2. Wanita yang belum menikah

Wanita yang sudah menikah mempunyai resiko lebih kecil untuk mengalami

nyeri saat menstruasi, karena keberadaan sperma suami dalam organ

reproduksi yang memiliki manfaat alami untuk mengurangi produksi

prostaglandin atau zat seperti hormon yang menyebabkan otot rahim

berkontraksi dan merangsang nyeri saat menstruasi. Selain itu pada saat

wanita

33
melakukan hubungan seksual otot rahim mengalami kontraksi yang

mengakibatkan leher rahim menjadi lebar.

Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya dismenore primer menurut

Andriani (2015:9-11) faktor resiko dismenore primer diantaranya adalah :

1. Indeks Massa Tubuh

Seorang wanita dengan tubuh tidak ideal memiliki resiko lebih besar terhadap

kejadian dismenore. Tubuh yang ideal bukanlah tubuh yang terlalu kurus

ataupun yang terlalu gemuk. Seorang wanita dengan tubuh terlalu kurus

ataupun terlalu gemuk sangat berpotensi mengalami dismenore, karena

semakin rendah Indeks massa tubuh maka tingkat dismenore akan

semakin berat dan sebaliknya, karena saat wanita semakin gemuk,

timbunan lemak memicu pembuatan hormon terutama estrogen.

2. Tingkat Stres

Stres seringkali terjadi secara tiba-tiba karena persoalan yang harus dihadapi

dalam kehidupan. Peningkatan tingkat stres menyebabkan pengaruh negative

pada kesehatan tubuh. Stres merupakan penyebab timbulnya dismenore.

Semakin tinggi tingkat stres maka akan semakin tinggi pula tingkat dismenore.

3. Aktifitas Fisik

Dalam kehidupan sehari-hari sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas

fisik untuk kepentingan kesehatan. Aktifitas fisik jika dilakukan dengan benar

akan memberikan manfaat bagi tubuh. Semakin rendah aktifitas fisik maka

tingkat dismenore akan semakin berat dan sebaliknya

34
Dismenore primer bukanlah persoalan yang mengancam nyawa penderitanya.

Dismenore apabila dibiarkan, maka akan menimbulkan terganggunya aktivitas sehari-

hari. Menurut Martini, Mulyati, & Fratidhina (2014:135-140) dismenore primer dapat

menimbulkan beberapa gejala seperti : (1) Nyeri pada perut bagian bawah; (2) Mual;

(3) Muntah; (4) Diare; (5) Cemas; (6) Depresi; (7) Pusing dan nyeri kepala; (8) letih-

lesu, bahkan sampai pingsan.

Meskipun dismenore primer tidak mengancam nyawa tetapi bukan berarti

dibiarkan begitu saja. Dismenore primer yang dibiarkan tanpa penanganan akan

menimbulkan gejala yang merugikan bagi penderitanya. Dismenore primer tanpa

penanganan dapat menyebabkan : (1) Depresi; (2) Infertilitas; (3) Gangguan fungsi

seksual (4) Penurunan kualitas hidup akibat tidak bisa menjalankan aktivitas seperti

biasanya; (5) Dapat memicu kenaikan angka kematian (Titilayo et al. 2009).

Dismenore primer akan menurunkan kualitas hidup penderitanya dan akan sangat

merugikan penderita dismenore tersebut apabila dibiarkan.

35
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja
setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an
atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless
cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder,
namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai
(concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk:
endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium,
chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi
atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan
sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi
patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea
sekunder :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflammatory disease
c. Tumor dan kista ovarium
d. Oklusi atau stenosis servikal
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome
m. Allen-Masters syndrome

D. GAMBARAN KLINIS
Menurut Harlow (1996), juga terdapat faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan terjadinya dismenorea yang berat (severe episodes of dysmenorrhea) :
1. Menstruasi pertama pada usia amat dini (earlier age at menarche)
2. Periode menstruasi yang lama (long menstrual periods)
3. Aliran menstruasi yang hebat (heavy menstrual flow)
4. Merokok (smoking)

36
5. Riwayat keluarga yang positif (positive family history)

a. Dismenore Primer
1) Deskripsi perjalanan penyakit :
a) Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah,
bersifat spasmodis yang dapat menyebar ke punggung atau paha
bagian dalam.
b) Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi,
namun nyeri yang paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan
mereda pada hari kedua.
c) Dismenore kerpa di sertai efek samping seperti :
 Muntah
 Diare
 Sakit kepala
 Sinkop
 Nyeri kaki
2) Karakteristik dan faktor yang  berkaitan :
a) Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi.
b) Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27
tahun, lalu mulai mereda.
c) Umumnya terjadi pada wanita nulipara  , kasus ini kerap menuntun
signifikasi setelah kelahiran anak.
d) Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
e) Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama.
f) Jarang terjadi pada atlet.
g) Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak
teratur.
h) Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
i) Usia saat menstruasi pertama <12 tahun
b. Dismenore sekunder
1) Indikasi
a) Dismenore di mulai setelah usia 20 tahun
b) Nyeri berdifat unilateral.
2) Faktor yang berhubungan sebagai penyebab
a) PRP

37
 Awitan akut
 Dispraurenia
 Nyeri tekan asala palpasi dan saat bergerak
 Massa adneksia yang dapat teraba
b) Endometriosis
 Dispsreunia siklik
 Intensitas nyeri samakin meningkat sepanjang menstruasi (tidak
terjadi sebelum menstruasi dan tidak berakhior dalam beberapa
jam, seperti pada kasus dismenore primer).
 Nyeri yangh menetap bukannya kram dan mungkin spesifik pada
sisi lesi.
 Kadang di temukan nodul yang mungkin teraba selama
pemeriksaan.
c) Fibriliomioma dan polip uterus
 Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun reproduksi
dari pada dismenore primer.
 Disertai perubahan dalam aliran menstruasi.
 Nyeri kram
 Fibroleimioma yang dapat teraba
 Polip yang bisa atau menonjol pada serviks.
d) Prolaps uterus
 Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun-tahu
reproduktif dari pada dismenore primer.
 Lebih umum terjadi pada pasian multipara.
 Nyeri punggung awalnya di mulai saat pramenstruasi dan menetap
sepanjang menstruasi.
 Disertai disparunia dan nyeri panggul yang dapata di pulihkan
dengan posisi terlentang, atau lutut-dada.
 Sistokel dan inkontennesia urine terjadi bersamaan.

Tanda gejala umum yang paling sering muncul yaitu :


 Nyeri pada daerah supra pubis seperti cram, menyebar sampai area
lumbrosacral.
 Sering disertai nausea, muntah

38
 Diare
 Kelelahan
 Nyeri kepala
 Emosi labil

Perbandingan gejala Dismenore Primer dengan Dismenore Sekunder :


1. Dismenore Primer
 usia lebih muda
 timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang teratur
 sering pada nulipara
 nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
 nyeri timbul mendahului haid, meningkat pada dan meningkat bersamaan
hari pertama dan kemudian dengan keluarnya darah haid
 sering memberikan respons - sering memerlukan tindakan terhadap
pengobatan medika dakan operatif mentosa
 sering disertai mual, muntah, - tidak diare, kelelahan dan nyeri kepala
2. Dismenore Sekunder
 usia lebih tua
 tidak tentu
 tidak berhubungan dengan paritas
 nyeri terus-menerus
 nyeri mulai pada saat haid menghilang bersamaan haid dengan keluarnya
darah haid.

E. PERBEDAAN ANTARA DISMENORE PRIMER DAN SEKUNDER


MENURUT RIWAYAT DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Riwayat
a. Riwayat menstruasi
 Awitan menarke
 Awitan dismenore yang berkaitan dengan minarke
 Frekuensi dan keteraturan siklus
 Lama dan jumlah aliran menstruasi
 Hubungan antara dismenore dengan siklus dan aliran menstruasi.
b. Deskripsi nyeri

39
 Awitan yang terkait dangan masa menstruasi
 Rasa kram spasmodic atau menetap
 Lokasi menyeluruh atau spesifik
 Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah
 Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau paha.
 Memburuk saat palpasi atau bergerak
c. Gejala yang berkaitan
 Gejala ekstragenetalia
 Dispareunia- konstan atau bersiklus yang berhubungna dengan silus
menstruasi.
d. Riwayat obstetri-paritas
e. Pemasangan AKDR
f. Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan dismenore sekunder.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pencatatan usia dan berat badan
b. Pemeriksaan speculum
 Observasi ostiumm uteri untuk mendeteksi polip.
 Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan
pemeriksaan sediaan basah.
 Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu,
berdasarkan riwayat pasien.
c. Pemeriksaan bimanual
 Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks
 Catat ukuran bentuk dan konsestensi uterus, periksa adanya fibroid.
 Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.
 Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.

F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
menunjang penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala
yang timbul. Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab organik dismenorea:
1. Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.
2. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi.

40
3. Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.
4. Sedimentation rate.
5. Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas
dalam mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif
negatifnya yang relatif rendah.
6. Laparoscopy
7. Hysteroscopy
8. Dilatation
9. Curettage
10. Biopsi
11. Endomentrium
G. Penatalaksanaan
a. Dismenore primer

Menurut Anurogo (2011:85-96) penatalaksanaan dismenore primer meliputi

penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi, yaitu :

3. Terapi Farmakologi

Penanganan dismenore yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi

farmakologi. Terapi farmakologi, penanganan dismenore meliputi beberapa

upaya. Upaya farmakologi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan

memberikan obat analgetik yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit.

Obat-

41
obatan paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan,

acetaminophen dan sebagainya. Upaya farmakologi kedua yang dapat

dilakukan adalah dengan pemberian terapi hormonal. Tujuan terapi hormonal

adalah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan bahwa

gangguan yang terjadi benar-benar dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai

dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

4. Terapi Non Farmakologi

Selain terapi farmakologi, upaya untuk menangani dismenore adalah terapi

non farmakologi. Terapi nonfarmakologi merupakan terapi alternatif-

komplementer yang dapat dilakukan sebagai upaya menangani dismenore

tanpa menggunakan obat-obatan kimia. Tujuan dari terapi non farmakologi

adalah ntuk meminimalisir efek dari zat kimia yang terkandung dalam obat.

Penanganan nyeri secara nonfarmakologi terdiri dari:

a. Terapi es dan panas

Terapi es dan terapi panas adalah dua terapi yang berbeda. Terapi es dan

terapi panas dapat dilakukan menggunakan air hangat atau es batu yang

dimasukkan ke dalam wadah kemudian dikompreskan pada bagian yang

terasa nyeri. Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang

memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat

cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai

keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan

dapat turut menurunkan nyeri dengan memprcepat penyembuhan.

b. Penjelasan dan Nasehat

Penjelasan dan nasehat merupakan upaya penambahan wawasan untuk

penderita dismenore. Memberikan edukasi kepada klien merupakan

42
tugas seorang perawat. Menurut Judha (2012:54-55) pemberian

edukasi mengenai dismenore, meliputi apa saja yang dapat

menyebabkan bertambahnya nyeri, teknik apa saja yang

dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Selain itu dapat

dilakukan dengan cara berdiskusi mengenai pola makan yang

benar dan makanan yang sehat, istirahat yang cukup, serta

menentukan olahraga yang sesuai.

c. Pengobatan Herbal

Pengobatan herbal tergolong pengobatan yang paling

diminati oleh masyarakat. Disamping biaya yang murah,

pengobatan herbal bisa dilakukan dengan mudah. Menurut

Anurogo (2011:85-96) pengobatan herbal dapat dilakukan

dengan membuat minuman dari tumbuh- tumbuhan seperti

kayu manis (mengandung asam sinemik untuk meredakan

nyeri), kedelai (mengandung phytoestrogens untuk

menyeimbangkan hormon), cengkeh, ketumbar, kunyit, bubuk

pala, jahe.

d. Relaksasi

Sama seperti pengobatan herbal, saat ini relaksasi merupakan

cara yang banyak dipilih untuk digunakan. Relaksasi cukup

mudah untuk dilakukan kapan saja dan dimana saja. Relaksasi

merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan.

Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen

dengan frekuensi lambat, berirama, teknik relaksasi nafas

1
dalam (contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan). Berbagai

cara untuk relaksasi diantaranya adalah dengan meditasi,

yoga, mendengarkan musik, dan hipnotherapy. Relaksasi

juga dapat dilakukan untuk mengontrol sistem saraf

(Anurogo, 2011:111).

2.Dismenore sekunde
1..PRP
a) PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium,
atau peritonitis panggul.
b) Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria
Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram
negative, anaerob, kelompok B streptokokus, dan
mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan benar.
c) Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat
diagnosis di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen
(mis, adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center for disease
control and prevention (CDC) adalah sebagai berikut :
 Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama
14 hahri, di tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama
14 hari.
 Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan
1g probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin
per oral , 2 kali/ hari selama 14 hari.
 Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter
spesialis mengenai kemungkinan pasien di rawat inap
untuk di berikan antibiotic pe IV.
d) Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien
terhadap terpi masih belum di ketahui, pelepasan AKDR di
anjurkan.

2
12. Endometriosis
a) Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopi
b) Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-
obatan lain sesuai anjuran dokter.
13. Fibroid dan polip uterus
a) Polip serviks harus di angkat
b) Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik
harus di rujuk ke dokter.
14. Prolaps uterus
a) Terapi definitive termasuk histerektomi
b) Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi
bersamaan dapat di ringankan dengan beberapa cara berikut :
 Latihan kegel
 Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan
mengangkat kandung kemih.

2.3.3 ENDOMETRIOSIS
A. DEFINISI

Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar  uterus,


paling sering mengenai ovarium atau permukaan peritoneum viseralis yang
mengantung. Meskipun jinak, endometriosis bersifat progresif, cenderung kambuh
dan dapat mengivansi secara lokal, dapat memiliki banyak fokus yang tersebar
luas (jarang), dan dapat terjadi dalam nodus limfe pelvis (30%). (Buku Saku
Obstetri dan Ginekologi, 2009, Hal  666).
Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih
berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-
kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium ataupun di luar
uterus.  (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 314).
Endometriosis adalah radang yang terkait dengan hormon estrogen berupa
pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah,

3
hingga menonjol keluar rahim dan menyebabkan pelvic pain.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis)

B.     Klasifikasi
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari
endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi,
keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini
didapatkan nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan
derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15
adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40
adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).

Tabel 1.  Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi  AFS


Endometriosis <1cm 1-3 cm >1cm
Peritoneum Permukaan 1 2 4
Dalam 2 4 6
Ovarium Kanan Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Kiri Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Perlekatan kavum douglas Sebagian Komplit
4 40
Ovarium Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3
Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Tuba Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16

4
Penyebab
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
-          Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
-          Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
-          Menstruasi yang lama (>7 hari)
-          Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
-          Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
-          Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
-          Terpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida,
pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-
sampah perkotaan.
Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi
retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus
selama menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-
organ lain.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori
berikut:
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur) 
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur
ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam
rongga panggul/perut.

2..Teori sistem kekebalan 
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah
selain rahim.

3Teori genetik
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan
yang tinggi terhadap endometriosis.
D. PATOFISIOLOGI
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau

saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar

5
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan

dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan

menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan

respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan

gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel

endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan

peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan

mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan

menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang

menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan

peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.

Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.

Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke

ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan

bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.

 Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel

endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan

menuju ke bagian tubuh lainnya.


Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus

endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen

dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami

perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron

lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan

terjadi perdarahan di daerah pelvic.

Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan

menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan,

penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan

permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri

pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat

6
melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba

fallopii.

Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di

tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa

ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya

infertil pada endometriosis.

E.GAMBARAN KLINIK

B. TEMPAT-TEMPAT DITEMUKANNYA ENDOMETRIOSIS

7
Pada endometriosis jaringan endometrium ditemukan di luar kavum uteri dan di
luar miometrium. Menurut urutan yang tersering endometriosis di temukan
ditempat-tempat sebagai berikut :
1. Ovarium
2. Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum,  kavum Douglasi; dinding
belakang uterus, tuba Fallopii, plika vesikounterina, logamentum rotondum dan
sigmoid.
3. Septum rektovaginal
4. ingunalis
5.Apendiks
6.Umbilicus
7.Serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum
8.Parut laparotomy
9.Kelenjar limfe
10.Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan dilengan, paha,
pleura, dan perikardium. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 316) 

F.     Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis,
antara lain:
1.      Uji serum
-          CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
-          Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun
nilai klinis tidak diperlihatkan.
-          Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2.      Teknik pencitraan

8
-          Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
-          MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
-          Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
G.    Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja,
terapi hormonal, pembedahan dan radiasi
1.      Pencegahan
Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling
baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau
hilang pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam
sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan
ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat
anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian
itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometrisis, melainkan
menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan
melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid,
oleh karena itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba
dan rongga panggul.
2.      Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan
gejala-gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak
berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu
gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada
wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas,
akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun
tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan
diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang diterangkan, harus

9
dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan
penyakitnya  dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa
observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk
mengurangi rasa nyeri. 
3.      Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
Obat Efek samping
Pil KB Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan,
kombinasi pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2
estrogen- siklus menstruasi, trombosis vena dalam
progestin
Progestin Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana
hati, depresi, vaginitis atrofika
Danazole Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan
rambut, hot flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan
kaki, kram otot, perdarahan diantara 2 siklus, payudara
mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi hati,
sindroma terowongan karpal
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan
suasana hati
4.      Pembedahan
Ada 2 macan yaitu :
a.       Konservatif
-          Laparatomi
-          laparaskopi
b.      Radikal
Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan
Laparotomi, yakni 
a.       Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek  yaitu sekitar 2 hari, jika dilaparotomi
sekitar 5 hari.

10
b.       Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali
sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
c.       Ongkos perawatan lebih murah.
Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang
umurnya hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang luas
disertai banyak keluhan. Operasi yang paling radikal adalah histerektomi total,
salpingo-ooferektomi bilateral, dan pengangkatan semua sarang-sarang
endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita kurang dari 40 tahun
dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan ovarium  yang
sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul gejala-gejala
pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan timbulnya
osteoporosis.
5.      Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara
ini tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.

2.4 Patogenesis Gangguan Menstruasi


Berbagai studi menghasilkan fakta bahwa iskemia miometrium oleh
karena kontraksi uterus yang sering dan berkepanjangan menyebabkan
dismenorea primer. Endometrium pada fase sekretori mengandung simpanan
besar asam arakidonat, yang akan dikonversikan menjadi prostaglandin
F2α(PGF2α), prostaglandin E2 (PGE2), dan leukotrien saat menstruasi.
PGF2αakan selalu menstimulasi kontraksi uterus dan merupakan mediator
utama dismenorea. Terapi dengan inhibitor siklooksigenase (COX) akan
menurunkan level prostaglandin dan menurunkan aktivitas kontraksi uterus.
Kontraksi otot polos uterus menyebabkan rasa kram, spasme perut bagian
bawah, nyeri punggung bawah serta persalinan atau aborsi yang diinduksi
prostaglandin. Pada perempuan dengan dismenorea primer, kontraksi uterus
selama menstruasi dimulai saat peningkatan level tonus basal( >10 mmHg ),
menimbulkan tekanan intrauterus yang lebih tinggi ( seringkali mencapai 150-

11
180 mmHg dan dapat melampaui 400 mmHg ), terjadi lebih sering( >4-5kali/
10 menit ) dan tidak beritmik. Ketika tekanan intrauterus melampaui tekanan
arteri untuk periode waktu yang terus menerus, hasil iskemi dalam produksi
metabolit anaerob merangsang neuron C tipe kecil, yang berkontribusi pada
nyeri saat dismenorea. Selain itu, PGF2α dan PGE2 dapat menstimulasi
kontraksi otot polos bronkus, usus dan vaskuler, yang menyebabkan
bronkokonstriksi, mual, muntah, diare, dan hipertensi. Dismenorea primer
mulai sebelum atau bertepatan dengan onset menstruasi dan menurun secara
bertahap selama 72 jam berikutnya. Kram menstruasi terjadi intermiten,
intensitasnya bervariasi, dan biasanya berpusat di daerah suprapubik,
meskipun beberapa perempuan juga mengalami nyeri di paha dan punggung
bawah. Penurunan aliran darah ke uterus dan peningkatan hipersensivitas saraf
perifer juga berkontribusi terhadap nyeri yang terjadi. Berbeda dengan
dismenorea primer, perempuan dengan dismenorea sekunder yang
berhubungan dengan kelainan pelvis, seperti endometriosis, nyeri semakin
berat sering terjadi pada pertengahan siklus dan selama seminggu sebelum
menstruasi, beserta gejala dispareunia. Pada perempuan dengan dismenorea
sekunder yang berhubungan dengan mioma uteri, utamanya nyeri disebabkan
karena menoragia, dengan intensitas yang berkorelasi dengan volume aliran
menstruasi.

12
Gambar 2.1 Patogenesis terjadinya gangguan menstruasi
2.5 Pencegahan dan Pengobatan Gangguan Menstruasi
1. Pencegahan
a. Menyeimbangkan hormon tubuh dengan Nutrisi yang cepat diserap
dan dibutuhkan setiap sel dalam tubuh
b. Memperbaiki pola makan dengan memenuhi asupan Nutrisi yang
dibutuhkan tubuh sehingga mengurangi craving makanan yang tidak
sehat dan tidak teratur
c. Menyeimbangkan dan memperbaiki kerja sistem saraf tubuh,
termasuk di otak sehingga tidak mudah stress
d. Melancarkan pencernaan dan mengontrol nafsu makan sehingga
mencegah berat badan berlebihan
e. Cegah dan atasi anemia
f. Olahraga. Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid.
g. Aktivitas seksual. Terdapat laporan bahwa kram akibat haid bisa
berkurang akibat orgasme.
h. Rasa hangat. Nyeri dan kram akibat haid bisa dikurangi dengan
berendam pada air hangat atau menempelkan kompres hangat pada
bagian abdomen.

13
i. Kebersihan menstruasi. Ganti pembalut setiap 4-6 jam. Hindari
menggunakan pembalut atau tampon berparfum, serta deodoran
wanita yang dapat mengiritasi bagian kewanitaan. Douching tidak
disarankan, karena dapat membunuh bakteri alami yang hidup di
vagina. Mandi seperti biasa sudah cukup (Barsom SH., et. al. 2004).

2. Pengobatan
a. Biopsi endometrium
Pada tes biopsi endometrium, dokter akan mengambil sedikit
sampel dari jaringan dinding rahim Anda. Hal ini berguna untuk
mendiagnosis adanya gangguan seperti endometriosis,
ketidakseimbangan hormon, atau adanya potensi kanker.
Endometriosis serta kondisi-kondisi lainnya juga dapat didiagnosis
dengan prosedur laparoskopi. Pada prosedur ini, dokter memasukkan
alat kecil bernama laparoskop melalui sayatan kecil di perut, yang
kemudian diarahkan menuju rahim dan ovarium.
b. Histeroskopi
Prosedur ini menggunakan alat kecil bernama histeroskop yang
dimasukkan melalui vagina dan serviks. Dengan alat ini, dokter dapat
melihat dengan jelas bagian rahim Anda untuk mengetahui adanya
kelainan seperti fibroid atau polip.
c. USG
Tes ultrasonografi atau USG juga dapat dilakukan untuk
mendiagnosis gangguan haid. Tes USG menggunakan gelombang
suara untuk menghasilkan gambar rahim Anda.
d. MRI scan
e. Kuretase
f. Periksa hormone
g. Pengobatan hormon, seperti obat-obatan estrogen atau progesteron,
mungkin akan diresepkan oleh dokter untuk membantu mengatasi
pendarahan berlebih saat menstruasi

14
h. Jika Anda mengalami rasa sakit yang luar biasa saat sedang datang
bulan, dokter akan meresepkan obat-obatan seperti ibuprofen atau
acetaminophen.
i. Penggunaan obat aspirin sangat tidak disarankan karena justru dapat
memperparah aliran darah menstruasi. Anda juga dapat mencoba
mandi air hangat atau menggunakan kompres air hangat untuk
meringankan kram perut akibat menstruasi.
j. obat-obatan hormon seperti pil KB juga dapat memperlambat
pertumbuhan jaringan rahim, serta mengurangi volume darah yang
hilang selama menstruasi.Pemberian suplemen zat besi (Barsom SH.,
et. al. 2004).

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Fisiologi Menstruasi


Menstruasi adalah proses ilmiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi
merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ
kandungan telah berfungsi matang. Umumnya, remaja mengalami menarche
adalah pada usia 12 sampai dengan 16 tahun. Periode ini akan mengubah
perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikolog dan lainnya. Pada wanita
biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche) pada umur 12-16
tahun. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya
menstruasi selama 2-7 hari (Kusmiran, 2016).
Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan
peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang
berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche
sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama perdarahan
pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih
dianggap fisiologis.10 Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan
progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron pada akhir siklus ovarium
bulanan. Dengan mekanisme yang ditimbulkan oleh kedua hormon di atas
terhadap sel endometrium, maka lapisan endometrium yang nekrotik dapat
dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang normal. Selama siklus
menstruasi, jumlah hormon estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh
ovarium berubah. Bagian pertama siklus menstruasi yang dihasilkan oleh
ovarium adalah sebagian estrogen. Estrogen ini yang akan menyebabkan
tumbuhnya lapisan darah dan jaringan yang tebal di sekitar endometrium. Di
pertengahan siklus, ovarium melepas sebuah sel telur yang dinamakan ovulasi.
Bagian kedua siklus menstruasi, yaitu antara pertengahan sampai datang
menstruasi berikutnya, tubuh wanita menghasilkan hormon progesteron yang

16
menyiapkan uterus untuk kehamilan.11 10 Siklus menstruasi dibagi menjadi
siklus ovarium dan siklus endometrium. Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu
fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi
menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase
ekskresi.
3.2 Siklus Menstruasi
Mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi terjadi dalam satu siklus terdiri
atas 4 fase:

1. Fase Folikuler/Proliferasi (hari ke-5 sampai hari ke-14)


Pada masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita. Dimulai
dari 1 sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat dan terjadi
pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan 18 fase folikuler karena pada
saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada
pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga
merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing
membawa 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang
lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan
sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan
progesterone. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas
dan lapisan paling tengah terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan
lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap
dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali
membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan
menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah
yang hilang sebanyak 28-283 gram. Darah menstruasi biasanya tidak
membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat. Pada akhir dari
fase ini terjadi lonjakan penghasilan hormone LH yang sangat
meningkat yang menyebabkan terjadinya proses ovulasi.
2. Fase Luteal/Fase Sekresi/Fase Pra menstruasi (hari ke-14 sampai hari
ke-28)

17
Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk
korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah
mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses ovulasi.
Pada fase ini peningkatan hormone progesterone yang bermakna, yang
diikuti oleh penurunan kadar hormone-hormon FSH, estrogen, dan LH.
Keadaan ini digunakan sebagai lapisan endometrium untuk
mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika
terjadi kehamilan, digunakan untuk menghambat masuknya sperma ke
dalam uterus dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan
terjadi pada akhir fase ini.
3. Fase menstruasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3)
Pada fase ini menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari
lapisan endometrium uterus disertai pengeluaran darah dari dalamnya.
Terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH
dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormone LH dan
pengaruhnya karena produksi telah dihentikan oleh peningkatan kadar
hormon progesteron secara maksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi
flora normal dan dinding-dinding di daerah vagina dan uterus yang
selanjutnya dapat mengakibatkan perubahan-perubahan hygiene pada
daerah tersebut dan menimbulkan keputihan.
4. Fase Regenerasi/Pasca menstruasi (hari ke-1 sampai hari ke-5)
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali
lapisan endometrium uterus, sedangkan ovarium mulai beraktivitas
kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya
melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya
sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium.

18
Gambar 3.1 Siklus menstruasi
Proses menstruasi dipengaruhi oleh beberapa hormon, antara lain:
1. Estrogen Hormon estrogen berperan penting dalam
pembentukan fisik dan organ reproduksi wanita, misalnya
dalam pertumbuhan payudara, rambut di sekitar organ intim,
memproduksi sel telur di dalam ovarium, serta mengatur siklus
menstruasi. Estrogen akan meningkat pada fase ovulasi dan
menurun pada fase luteal.
2. Progesteron Salah satu fungsi hormon progesteron adalah
merangsang lapisan dinding rahim untuk menebal dan
menerima sel telur yang siap dibuahi. Kadar hormon ini sangat
rendah pada fase folikuler dan akan mengalami peningkatan
pada fase luteal. Hormon ini diproduksi setelah melewati fase
ovulasi.
3. Hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin-releasing
hormone/GnRh) Hormon ini diproduksi di dalam otak dan
berfungsi merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon
perangsang folikel dan hormon pelutein.
4. Hormon perangsang folikel (follicle stimulating hormone/FSH)
Hormon ini berperan dalam produksi sel telur. Dalam siklus

19
menstruasi, kadar hormon ini akan meningkat sebelum fase
ovulasi.
5. Hormon pelutein (luteinizing hormone/LH) Hormon ini
berfungsi merangsang ovarium untuk melepaskan sel telur
selama ovulasi. Jika sel telur bertemu sperma dan dibuahi,
hormon ini akan merangsang korpus luteum untuk
memproduksi progesteron
Setiap bulan wanita melepaskan satu sel telur dari salah satu
ovariumnya. Apabila sel telur tidak mengalami pembuahan
maka akan terjadi perdarahan. Menstruasi terjadi secara
periodik satu bulan sekali. Saat wanita tidak mampu lagi
melepaskan ovum karena sudah habis tereduksi, menstruasi
pun menjadi tidak teratur lagi sampai kemudian berhenti
(menopause). Siklus menstruasi terjadi selama masa reproduksi
dari masa pubertas hingga masa menopause.
Pentingnya dalam mengamati perjalanan siklus menstruasi
setiap wanita agar dapat diusahakan pengaturan siklus apabila
terjadi gangguan proses menstruasi. Dalam praktek
biostimulasi, sinar laser dapat membantu ketepatan waktu
menstruasi agar setiap bulannya teratur (19). Seperti yang
terlihat pada gambar dibawah ini:

20
Gambar 3.2 perubahan hormonal saat menstruasi

Siklus menstruasi dibedakan dalam 4 masa (stadia) :

1. Stadium menstruasi atau deskuamasi yaitu endometrium


dilepas dari dinding rahim disertai perdarahan, hanya lapisan
tipis (stratum basale) yang tinggal. Ini berlangsung 4 hari.
Disebut Haid (keluar darah: potongan-potongan endometrium
dan lender dari serviks).
2. Stadium post mesntruum atau stadium regenerasi yaitu luka -
karena endometrium dilepas - berangsur-angsur ditutup
kembali oleh selaput lendir yang baru (berasal dari sel epitel
kelenjar-kelenjar endometrium). Pada saat kelenjar ini
menebal, endometrium kurang lebih 0,5 mm. Stadium ini
sudah mulai waktu stadium menstruasi berlangsung +- 4 hari.
3. Stadium intermenstruum atau stadium proliferasi yaitu pada
stadium ini endometrium tumbuh menjadi besar + -3,5 mm,
kelenjarnya tumbuh lebih 25 cepat dari jaringan lain hingga

21
berkelok, berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari
haid hari pertama.
4. Stadium pregmenstruum atau stadium sekresi, pada stadium ini
endometrium tebalnya menetap, tapi bentuk kelenjar berubah
menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah, dalam
endometrium sudah tertimbun glycogen dan kapur yang kelak
diperlukan sebagai makanan untuk telur.

22
BAB IV

PENUTUP

2.
3.
4.
4.1 Kesimpulan
Gangguan menstruasi merupakan keluhan yang sering menyebabkan
seorang wanita datang berobat ke dokter atau ke tempat pertolongan pertama.
Keluhan gangguan menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak
jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita, keluarganya bahkan
dokter yang merawatnya. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan
menstruasi ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari dan mengganggu
emosional si penderita. (Sarwono, 2011).
Adapun gangguan haid yang terjadi dalam masa reproduksi seperti
hipermenorea, hipomenorea, polimenorea, oligomenorea, amenorea,
premenstrual mention, mastalgia, mittelschmerz, disminore, dan masih banyak
gangguan haid lainnya yang sering dirasakan oleh setiap perempuan.
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah:
1. Kepada setiap perempuan, agar selalu memperhatikan siklus haidnya,
untuk menghindari terjadinya gangguan-gangguan yang berhubungan
dengan haid.
2. Untuk menghindari terjadinya sindrom pra-haid, setiap perempuan
dianjurkan untuk melakukan perubahan-perubahan diet atau mengatur
pola makan seperti yang telah dijelaskan pada bab pembahasan.
3. Kepada setiap orang tua, terutama orang tua perempuan, agar dapat
menjelaskan tentang haid kepada anak-anaknya sedini mungkin, untuk
mengurangi rasa takut yang sering dialami oleh anak-anak ketika
menghadapi menarche (haid yang pertama kali datang).

23
4. Kepada tenaga kesehatan, agar dapat menjelaskan mengenai segala hal
yang berhubungan dengan haid, terutama gangguan-gangguan selama
haid.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran. 1996. Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Shreeve, Caroline. 1993. Sindrom Pramenstruasi. Arcan Penerbit Umum: Jakarta.

Barsom SH., et. al. 2004. Association Between Psychological Stress And
Menstrual Cycle Characteristics In Perimenopausal Women. Women's
Health Issues, 2014. DOI: 10.1016/j.whi.2004.07.006

Singh et al, Indian J Physiol Pharmacol. 2008. 52(4): 389-397. Prevalence And
Severity of Dysmenorrhea: A Problem Related To Menstruation, Among
First And Second Year Female Medical Student. Available from:
http://www.ijpp.com/vol52_4/389- 397.pdf

Mika surgani. Ganguan Menstruasi.


(https://www.academia.edu/41192625/MAKALAH_GANGGUAN_MENSTRUA
SI)

24

Anda mungkin juga menyukai