“ GANGGUAN MENSTRUASI ”
Disusun Oleh :
KELOMPOK IV
Anggota Kelompok:
1. Fifi Yunianti
2. Maresca Ayu Utami
3. Rita Puji Rahayu
4. Afrida Pratiwi
5. Diana Puspasari
6.Fatimah Hafliah
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas
Makalah Keperawatan Kesehatan Reproduksi : Gangguan Menstruasi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover ....................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan Pembelajaran ...................................................................................1
1.4 Manfaat Pembelajaran .................................................................................2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................................23
4.2 Saran ............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wanita normal akan mengalami siklus Menstruasi normal secara periodik sehingga
perubahan siklus mentsruasi yang tidak normal akan menggangu seorang wanita
terutama pada kondisi dimana haid atau dating bulang dating lebih sering, tidak teratur,
terjadi dalam siklus yang lebih lama, lebih pendek dan pada kondisi tertentu wanita
bahkan tidak haid sama sekali. Pada beberapa kondisi, gangguan haid bahkan dapat
mengakibatkan nyeri pada bagian perut dengan durasi panjang dan juga pendek.
Gangguan ini akan dialami alami seluruh wanita selam ahidup terutama pada masa
Reproduksi, Remaja, Sisi Peralihan dan Klimakterium.
Umumnya setiap wanita mengalami gangguan menstruasi, yang memiliki efek
negatif pada kualitas kehidupan wanita dan keluarga. Menstruasi yang terjadi pada
remaja maupun wanita usia produktif sering kali menimbulkan keluhan atau gangguan.
Salah satu gangguan atau keluhan yang sering terjadi di kalangan remaja saat
menstruasi adalah dismenore atau nyeri saat menstruasi (Widyastuti, Y. Rahmawati, A.
dan Purnaningrum, Y, 2009 dalam Irmawati, 2011).
Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang di tandai dengan
perkembangan dan perubahan fisik, mental, emosional, termasuk perubahan hormonal
yang berpengaruh pada proses terjadinya menarche (pertama kali mendapat
Menstruasi). Usia gadis remaja pada saat menarche bervariasi, yaitu antara 10 – 16
tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche
dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Dikatakan
menacrhe dini (menarche prekoks) apabila menarche terjadi sebelum usia 10 tahun
disertai dengan munculnya tanda-tanda seks sekunder sebelum usia 8 tahun. Dalam hal
ini hipofisis oleh sebab yang belum diketahui memproduksi hormon gonadotropin
sebelum waktunya (Wiknjosastro, 2012).
Saat umur wanita di atas umur 16 tahun belum mengalami menstruasi ataupun pada
wanita yang sudah mengalami menstruasi tetapi setelah itu tidak mengalami menstruasi
kembali, maka kemungkinan wanita tersebut mengalami Amenorrhea.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai apa yang dimaksud
Amenorrhea, yang merupakan salah satu gangguan siklus menstruasi, klasifikasinya,
bagaimana gejala klinisnya, apa penyebabnya, sampai kepada pengobatan.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental dan social secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan system reproduksi. ( Azwar,2001).
Indonesia diperkirakan 55% peremuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama
haid. (Anomim,2008). Angka kejadian Dismenore tipe primer di Indonesia adalah
sekitar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder.
Setiap bulan, secara periodic, seseorang wanita normal mengalami mentruasi. Di
dalam mentruasi, terkadang disertai nyeri haid (Disminore). Disminore adalah nyeri
haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit tumbul akibat kontraksi
disritmik miomentrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari ringan
sampai berat pada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spamodik pada sisi medial
paha. (Nurmasitoh, 2008).
Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit
psikosomatik. Akan tetapi, karena keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu
pengatahuan berkembang, nyeri haid mulai banyak di bahas. Banyak ahli yang telah
menyumbangkan pikiran dan temuannya untuk mengatasi nyeri haid.
Dahulu, wanita yang menderita nyeri haid hanya bias menyembunyikan rasa
sakitnya tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus
mengadu. Keadaan itu diperburuk oleh orang di sekitar mereka yang menganggap
bahwa nyeri haid adalah rasa sakit yang dibuat-buat oleh wanita bahkan beberapa
orang menganggap bahwa wanita yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang
mencari perhatian atau kurang diperhatikan. Anggapan seperti ini sudah mulai hilang
beberapa tahun yang lalu. Sekarang baru di ketahui bahwa nyeri haid adalah konisi
14
medis yang nyata yang diderita wanita. Banyak metode yang telah dikembangkan oleh
ahli dibidangnya yang bertujuan untuk mengatasi nyeri haid.
Endometriosis disebabkan oleh jaringan endometrium atau selaput lendir rahim
bagian dalam yang setiap bulan luruh menjadi darah haid. Darah yang luruh ini
seharusnya hanya keluar lewat vagina dan sebagian kecil darah “tumpah“ melalui
saluran telur ke dalam rongga abdomen atau rongga perut.Seharusnya tubuh bisa
menyerap darah yang luruh ini. Namun beberapa hal seperti faktor genetik dan faktor
lingkungan menyebabkan turunnya kemampuan sistem pertahanan tubuh. Sehingga
darah tidak diserap secara maksimal.
selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang
meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan antara semua operasi pelvic.
Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang Negro, dan lebih sering didapatkan
pada wanita-wanita dari golongan social-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian
ialah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada
umur muda dan yang tidak mempunyai banyak anak. Rupanya fungsi ovarium secara
siklis yang terus menerus tanpa diselingi oleh kehamilan, memengang peranan dalam
terjadinya endometriosis. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 317)
Endometriosis terjadi pada dua pertiga remaja yang mengalami nyeri yang
bermakna saat menstruasi. Remaja merupakan 8% wanita yang menderita
endometriosis. Dari remaja-remaja yang menderita endometriosis, 10% nya mengalami
obstruksi congenital aliran keluar menstruasi. Gejala-gejala yang paling mengarah ke
endometriosis pada kelompok umur ini adalah peningkatan dismenorea yang didapat,
nyeri panggul kronis, perubahan usus saat menstruasi dan perdarahan vagina abnormal.
Karena itu, pemeriksaan laparoskopi untuk diagnostic harus dipertimbangkan pada
remaja yang benar-benar menunjukkan gejala. Pada kasus yang jarang, dapat terjadi
endometriosis pascamenopause yang disebabkan oelh penggunaanestrogen eksogen
yang tidak teratur. (Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, 2009, Hal 670)
Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama
(ibu anak perempuan, saudara perempuan). Endometriosis yang berat bisa
menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke
Rahim.
2. Apa saja gangguan menstruasi pada remaja dan dewasa ?
16
BAB II
GANGGUAN MENSTRUASI
17
kadang pengobatan terpaksa diberikan atas permintaan pasien karena mengganggu
kegiatan sehari-hari.
Adapun tanda-tanda gangguan haid adalah:
Bagi perempuan tertentu, tidak teraturnya haid merupakan keadaan wajar,
namun bagi perempuan lainnya keadaan ini dapat merupakan tanda bagi
penyakit menahun, kekurangan darah (anemia), gangguan gizi (malnutrisi),
atau mungkin adanya infeksi atau tumor dalam rahim (uterus).
Apabila haid tidak terjadi pada saat yang seharusnya, hal ini mungkin
menunjukkan tanda kehamilan. Akan tetapi masa haid yang tidak teratur atau
tidak mendapat haid sering merupakan keadaan yang wajar bagi banyak remaja
yang baru saja mendapatkan haid dan bagi perempuan yang berusia diatas 40
tahun. Kecemasan dan gangguan emosional dapat menyebabkan seorang
wanita tidak mendapatkan haid.
Apabila perdarahan mulai terjadi selama kehamilan, hal ini hampir selalu
menjadi tanda permulaan suatu keguguran atau abortus (kematian bayi didalam
kandungan).
Apabila masa haid berlangsung lebih dari enam hari, dan darah yang
dikeluarkan banyak dan tidak seperti biasanya, atau haid lebih dari satu kali
dalam sebulan, maka anda harus meminta nasehat dokter
Haid dikatakan normal apabila:
18
kelainan kongenital, gangguan sistem hormonal, masalah kesuburan endometrium,
penyakit-penyakit lain, terdapat tumor di alat kelamin, terdapat penyakit menahun,
ketidakstabilan emosi dan kurang zat makanan (gangguan gizi), gangguan
metabolisme,serta mempunyai nilai gizi lebih yang berkaitan dengan status ekonomi
dan pekerjaan (Yamamoto, K, 2009).
2.3 Klasifikasi Gangguan Menstruasi
19
B.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AMENOREA
1. Faktor Internal
a. Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi amenorrhea adalah vagina tidak tumbuh dan
berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang tumbuh.
Tidak jarang ditemukan kelainan lebih kompleks pada rahim atau rahim tidak
tumbuh dengan sempurna. Kelainan ini disebut ogenesis genitalis bersifat
permanen artinya wanita tersebut tidak akan mendapatkan haid selama-
lamanya. (Pardede,2002).
b. Hormonal
Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endogen) yang dipengaruhi
oleh sistem hormonal yang komplek. Rangsangan yang datang dari luar masuk
dipusat panca indra diteruskan melalui Striaeterminalis menuju pusat yang
disebut “Puberitas Inhibitor” dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan
terhadap hypotalamus, yang akan memberikan rangsangan pada “Hipofise Pars
Posterior” sebagai “Mother of Glad” (Pusat kelenjar-kelenjar). Rangsangan
yang terus menerus datang di tangkap panca indra, dengan makin selektif dapat
lolos menuju hypotalamus dan selanjutnya terus menuju hipofise anterior
(depan) mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk
mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan
hormon spesifiknya yaitu kelenjar tyroid memproduksi hormon tiroksin,
kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron,
sedangkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran
hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh kembang mental dan fisik
(Pardede,2002).
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terganggunya siklus haid,
Kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang
sangat rendah sehingga datangnya haid akan terganggu (Suhaemi, 2006).
2. Faktor Eksternal
a. Status Gizi
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun kuantitas sangat
penting untuk siklus menstruasi. Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu
membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung
20
zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu untuk memelihara
proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih,2004).
b. Gaya Hidup
Gaya hidup terutama perilaku makan dengan porsi yang cukup dan sesuai
jadwal serta mengandung gizi seimbang ( 4 sehat 5 sempurna) dapat
menyebabkan kondisi tubuh terasa fit dan terhindar dari kekurangan gizi
sehingga siklus menstruasi berjalan normal (Soetjiningsih, 2002).
C.KLASIFIKASI AMENORRHEA
C.ETIOLOGI
21
Endometrium tidak bereaksi
3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan
hepar dan ginjal.
D.MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
Tidak terjadi haid
Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
Nyeri kepala
Badan lemah
2. Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan
ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan
pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah
denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan
lengan serta tungkai yang lurus.
3. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
Sakit kepala
Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui )
Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
Vagina yang kering
Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
E.PATOFISIOLOGI
22
gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak
langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin
yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat
menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder.
Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (gonadal
disgenesis). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic
dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun
dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat
menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang banyaksehingga
cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone
steroid seksual (estrogen dan progesteron) tidak tercukupi.
Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan
progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih
banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin
menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun.
Pada keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada
peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya
adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu
kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya
amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormon
seperti osteoporosis.
G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur,
rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
USG
Histerosalpingografi
Histeroskopi
Magnetic Resonance Imaging (MRI).
23
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder
maka diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder, maka
dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar
hormon prolaktin dalam tubuh.
Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila kadar
hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progesterone Challenge Test
adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan endometrium
alam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
24
sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat
memiliki anak)
e. Parut pada rahim,- Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan
intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat
terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi
pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat
dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan foto
rontgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi
pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi
terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim.
2. Gangguan Indung Telur
a. Disgenesis Gonadal,- Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur
yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi
penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual.
b. Kegagalan Ovari Prematur,- Kelainan ini merupakan kegagalan dari fungsi
indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan
sel telur akibat infeksi atau proses autoimun.
c. Tumor Ovarium,- Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur
normal.
3. Gangguan Susunan Saraf Pusat
a. Gangguan Hipofisis,- Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat
mengakibatkan amenorrhea. Hiperprolaktinemia (Hormone prolaktin
berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan
gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan menggunakan
agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam tubuh. Sindrom
Sheehan adalah tidak efisiennya fungsi hipofisis. Pengobatan berupa
penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah berupa
pengangkatan tumor.
b. Gangguan Hipotalamus,- Sindrom polikistik ovari, gangguan fungsi tiroid,
dan sindrom cushing merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan
hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan penyebabnya.
c. Hipogonadotropik,- Penyebabnya adalah kelainan organik dan kelainan
fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk kelainan
fungsional membutuhkan bantuan psikeat
25
2.3.2 DIMENORE
A. DEFENISI
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang di sebabkan oleh kejang otot
uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah dan atau di daerah bujur sangkar
Michaelis . Nyeri dapat terasa sebelum dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau
terus menerus.
Nyeri haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit. Istilah
dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita
mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter.
Dismenore adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya, sehingga memaksa
penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari
untuk beberapa jam atau beberapa hari. Patofisiologi dismenore sampai saat ini
masih belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan,
dikatakan bahwa pada keadaan dismenore kadar prostaglandin meningkat. Kram,
nyeri dan ketidaknyamanan lainnya yang dihubungkan dengan menstruasi disebut
juga dismenore. Kebanyakan wanita mengalami tingkat kram yang bervariasi; pada
beberapa wanita, hal itu muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman ringan dan letih,
dimana beberapa yang lain menderita rasa sakit yang mampu menghentikan
aktifitas sehari-hari. Dismenore dikelompokkan sebagai dismenore primer saat
tidak ada sebab yang dapat dikenali dan dismenore sekunder saat ada kelainan jelas
yang menyebabkannya. Wanita yang tidak berovulasi cenderung untuk tidak
menderita kram menstruasi; hal ini sering terjadi pada mereka yang baru saja mulai
menstruasi atau mereka yang menggunakan pil KB. Kelahiran bayi sering merubah
gejala-gejala menstruasi seorang wanita, dan sering menjadi lebih baik.
Istilah dismenorea atau nyeri haid hanya dipakai jika nyeri haid demikian
hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaannya untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 1997). Ada 2
jenis dismenorea, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Pembagian
dismenorea menurut Sunaryo (1989) adalah sebagai berikut : pertama dismenorea
primer atau esensial, intrinsik, idiopatik, yang pada jenis ini tidak ditemukan atau
didapati adanya kelainan ginekologik yang nyata; yang kedua dismenorea sekunder
atau ekstrinsik, yaitu rasa nyerinya disebabkan karena adanya kelainan pada daerah
pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau
adanya IUD.
26
Menurut Huffman (1968) menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri pada
remaja hampir semuanya disebabkan dismenorea primer. Dismenorea primer
disebabkan karena gangguan keseimbangan fungsional, bukan karena penyakit
organik pelvis, sedangkan dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan
organik di pelvis yang terjadi pada masa remaja.
B KLASIFIKASI
Dismenore terbagi menjadi 2 , yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder :
1. Desminore primer terjadi jika tidak ada penyakit organic, biasanya dari bulan
ke-6 sampai tahun ke-2 setelah menarke. Desminore ini seringkali hilang saat
berusia 25thn atau setelah wanita hamil dan melahirkan pervaginam. Faktor
psikogenik dapat mempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan
ovulasi dan tidak terjadi saat ovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran
menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 alfa (PGF2α) disekresi. Pelepasan
PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitude dan frekuensi reaksiuterus dan
menyebabkan vesospasme arteriol uterus, sehingga menyebabkan iskemia dan
kram abdomen bawah yang bersifak siklik. Respon sistemik terhadap PGF2α
meliputi nyeri punggung , kelemahan, mengeluarkan keringat, gejala saluran
cerna (anoreksia, mual, muntah, diare) dan gejala system saraf pusat (pusing,
sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk) (Heitkemper,dkk 1991). Penyebab
pelepasan prostaglandin yang berlebihan belum diketahui.
2. Desminore sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organic, seperti
endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma ovarium
atau uterus dan polip uterus. IUD juga dapat menyebabkan desminore sekunder.
Desminore sekunder dapat disalah artikan sebagai desminore primer aatau dapat
rancu dengan komplikasi kehamilan dini. Pada kasus pemeriksaan pelvis
abnormal dibutuhkan evaluasi selanjutnya untuk menentukan diagnosis.
Desminore dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia yang
meningkat. Evaluasi yang hati-hati harus dilakukan untuk mencari kelainan
dalam kavum uteri atau pelvis yang dapat menimbulkan kedua gejala tersebut.
Histeroskopi, histerosalpingogram (HSG), sonogram transvaginal (TSV), dan
laproskopi, semuanya dapat digunakan untuk evaluasi. Pengobatak ditujukan
untuk memperbaiki keadaan yang mendasarinya.
C.Etiologi
27
1. Dismenore Primer
Secara umum, nyeri haid timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat
di perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha.
Penyebab Dismenore Primer :
a. Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum. Menurut
Novak dan Reynolds, hormon progesteron menghambat atau mencegah
kontraktilitas uterus sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas
uterus.
b. Kelainan organik
Seperti: retrofleksia uterus, hipoplasia uterus, obstruksi kanalis servikalis,
mioma submukosum bertangkai, polip endometrium.
c. Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
Seperti: rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat
berteduh, konflik dengan kewanitaannya, dan imaturitas.
d. Faktor konstitusi
Seperti: anemia, penyakit menahun, dsb dapat memengaruhi timbulnya
dismenorea.
e. Faktor alergi
Menurut Smith, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada
asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migren, dan asma bronkiale.
2. Dismenore sekunder mungkin di sebabkan oleh kondisi berikut :
a. Endometriosis
b. Polip atau fibroid uterus
c. Penyakit radang panggul
d. Perdarahan uterus disfungsional
e. Prolaps uterus
f. Maladaptasi pemakaian AKDR
g. Produk kontrasepsi yang tertinggal setelah abotus spontan, abortus
terauputik, atau ,melahirkan.
h. Kanker ovarium atau uterus.
2.2.4 Pathofisiologi
dengan keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang diduga timbul karena
prostaglandin.
dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi
pertama. Timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya
waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim
setelah menikah dan melahirkan. Nyeri menstruasi ini normal, namun dapat berlebihan
bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, seperti stres, shock, penyempitan
pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang
Setiap individu bisa mengalami gejala fsik dan gejala psikologis sekaligus, namun
juga bisa mengalami hanya salah satu gejala, baik fisik maupun psikologisnya. Tanda
gejala yang dapat mucul seperti rasa tidak enak di badan, lelah, mual dan muntah,
diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang kala disertai vertigo, perasaan
29
Pada setiap bulannya wanita selalu mengalami menstruasi. Menstruasi terjadi
akibat adanya interaksi hormon di dalam tubuh manusia. Menurut Anurogo (2011:50)
interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, dan indung telur menyebabkan
kemudian akan mememberikan sinyal pada telur di dalam indung telur untuk
berkembang. Telur akan dilepaskan dari indung telur menuju tuba falopi dan menuju
uterus. Telur yang tidak dibuahi oleh sperma akan menyebabkan terjadinya peluruhan
Peningkatan dan penurunan hormon terjadi pada fase folikuler (pertumbuhan folikel
sel telur). Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle Stimulating
Hormone) akan meningkat dan merangsang sel telur untuk memproduksi hormon
estrogen. Pada saat estrogen meningkat maka kadar progesteron akan menurun.
terjadinya proses iskemia serta nekrosis pada sel-sel dan jaringan (Andira, 2010:40).
Iskemia dan nekrosis pada sel dan jaringan dapat menyebabkan timbulnya nyeri saat
menstruasi.
30
Penurunan kadar progesteron juga menyebabkan terganggunya stabilitas
membran dan pelepasan enzim. Stabilitas membaran yang terganggu adalah membran
prostaglandin dalam jumlah yang banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat
arakidonat.
Hasil metabolisme dari asam arakidonat ikut berperan dalam memicu terjadinya
dismenore primer. Asam arakidonat dapat dimetabolisme melalui dua jalur. Jalur
leukotrien berperan serta dalam timbulnya rasa nyeri saat menstruasi (Price, 2015:63).
beberapa cara. Leukotriene bereaksi pada serabut saraf serta otot polos. Menurut
meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri uterus, dan berperan dalam penyusutan
atau penciutan otot polos saat terjadinya peradangan, sehingga terjadilah nyeri
jenis. Prostaglandin jenis yang pertama adalah prostaglandin F2-alfa yang merupakan
31
pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri menstruasi. Kedua adalah
prostaglandin E-2 yang turut serta menyebabkan dismenore primer. Peningkatan level
prostaglandin F2-alfa dan prostaglandin E-2 jelas akan meningkatkan rasa nyeri pada
Selain peranan hormon hasil dari proses fisiologis, dismenore primer juga bisa
diperparah oleh adanya faktor psikologis. Faktor stres ini dapat menurunkan ketahanan
terhadap rasa nyeri. Pada saat stres, tubuh akan memproduksi hormon estrogen
nyeri saat menstruasi. Stres juga memicu peningkatan kelenjar adrenalin dalam
yang berlebihan dapat menimbulkan rasa nyeri yang berlebih pada saat
beberapa hormon di dalam tubuh. Ketika seseorang mengalami stres maka stres
dapat meningkatkan sekresi kortisol adrenal (Angel, Armini, & Pradanie, 2015:274-
275).
32
Sekresi kortisol adrenal menimbulkan beberapa kerugian. Hormon-hormon
tersebut berperan dalam penghambatan beberapa hormon yang lain. Hormon tersebut
1. Riwayat keluarga
Wanita yang sudah menikah mempunyai resiko lebih kecil untuk mengalami
berkontraksi dan merangsang nyeri saat menstruasi. Selain itu pada saat
wanita
33
melakukan hubungan seksual otot rahim mengalami kontraksi yang
Seorang wanita dengan tubuh tidak ideal memiliki resiko lebih besar terhadap
kejadian dismenore. Tubuh yang ideal bukanlah tubuh yang terlalu kurus
ataupun yang terlalu gemuk. Seorang wanita dengan tubuh terlalu kurus
2. Tingkat Stres
Stres seringkali terjadi secara tiba-tiba karena persoalan yang harus dihadapi
Semakin tinggi tingkat stres maka akan semakin tinggi pula tingkat dismenore.
3. Aktifitas Fisik
fisik untuk kepentingan kesehatan. Aktifitas fisik jika dilakukan dengan benar
akan memberikan manfaat bagi tubuh. Semakin rendah aktifitas fisik maka
34
Dismenore primer bukanlah persoalan yang mengancam nyawa penderitanya.
hari. Menurut Martini, Mulyati, & Fratidhina (2014:135-140) dismenore primer dapat
menimbulkan beberapa gejala seperti : (1) Nyeri pada perut bagian bawah; (2) Mual;
(3) Muntah; (4) Diare; (5) Cemas; (6) Depresi; (7) Pusing dan nyeri kepala; (8) letih-
dibiarkan begitu saja. Dismenore primer yang dibiarkan tanpa penanganan akan
penanganan dapat menyebabkan : (1) Depresi; (2) Infertilitas; (3) Gangguan fungsi
seksual (4) Penurunan kualitas hidup akibat tidak bisa menjalankan aktivitas seperti
biasanya; (5) Dapat memicu kenaikan angka kematian (Titilayo et al. 2009).
Dismenore primer akan menurunkan kualitas hidup penderitanya dan akan sangat
35
2. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea) dapat terjadi kapan saja
setelah menarche (haid pertama), namun paling sering muncul di usia 20-an
atau 30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri (relatively painless
cycles). Peningkatan prostaglandin dapat berperan pada dismenorea sekunder,
namun, secara pengertian (by definition), penyakit pelvis yang menyertai
(concomitant pelvic pathology) haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk:
endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis, polip endometrium,
chronic pelvic inflammatory disease, dan penggunaan peralatan kontrasepsi
atau IUD (intrauterine device). Karim Anton Calis (2006) mengemukakan
sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis dismenorea sekunder. Kondisi
patologis pelvis berikut ini dapat memicu atau mencetuskan dismenorea
sekunder :
a. Endometriosis
b. Pelvic inflammatory disease
c. Tumor dan kista ovarium
d. Oklusi atau stenosis servikal
e. Adenomyosis
f. Fibroids
g. Uterine polyps
h. Intrauterine adhesions
i. Congenital malformations (misalnya: bicornate uterus, subseptate uterus)
j. Intrauterine contraceptive device
k. Transverse vaginal septum
l. Pelvic congestion syndrome
m. Allen-Masters syndrome
D. GAMBARAN KLINIS
Menurut Harlow (1996), juga terdapat faktor-faktor risiko yang berhubungan
dengan terjadinya dismenorea yang berat (severe episodes of dysmenorrhea) :
1. Menstruasi pertama pada usia amat dini (earlier age at menarche)
2. Periode menstruasi yang lama (long menstrual periods)
3. Aliran menstruasi yang hebat (heavy menstrual flow)
4. Merokok (smoking)
36
5. Riwayat keluarga yang positif (positive family history)
a. Dismenore Primer
1) Deskripsi perjalanan penyakit :
a) Dismenore muncul berupa serangan ringan, kram pada bagian tengah,
bersifat spasmodis yang dapat menyebar ke punggung atau paha
bagian dalam.
b) Umumnya ketidaknyamanan di mulai 1-2 hari sebelu menstruasi,
namun nyeri yang paling berat selama 24 jam pertama menstruasi dan
mereda pada hari kedua.
c) Dismenore kerpa di sertai efek samping seperti :
Muntah
Diare
Sakit kepala
Sinkop
Nyeri kaki
2) Karakteristik dan faktor yang berkaitan :
a) Dismenore primer umumnya di mulai 1-3 tahun setelah menstruasi.
b) Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun samapai usia 23- 27
tahun, lalu mulai mereda.
c) Umumnya terjadi pada wanita nulipara , kasus ini kerap menuntun
signifikasi setelah kelahiran anak.
d) Lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
e) Dismenore berkaitan dengan aliran menstruai yang lama.
f) Jarang terjadi pada atlet.
g) Jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak
teratur.
h) Nulliparity (belum pernah melahirkan anak)
i) Usia saat menstruasi pertama <12 tahun
b. Dismenore sekunder
1) Indikasi
a) Dismenore di mulai setelah usia 20 tahun
b) Nyeri berdifat unilateral.
2) Faktor yang berhubungan sebagai penyebab
a) PRP
37
Awitan akut
Dispraurenia
Nyeri tekan asala palpasi dan saat bergerak
Massa adneksia yang dapat teraba
b) Endometriosis
Dispsreunia siklik
Intensitas nyeri samakin meningkat sepanjang menstruasi (tidak
terjadi sebelum menstruasi dan tidak berakhior dalam beberapa
jam, seperti pada kasus dismenore primer).
Nyeri yangh menetap bukannya kram dan mungkin spesifik pada
sisi lesi.
Kadang di temukan nodul yang mungkin teraba selama
pemeriksaan.
c) Fibriliomioma dan polip uterus
Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun reproduksi
dari pada dismenore primer.
Disertai perubahan dalam aliran menstruasi.
Nyeri kram
Fibroleimioma yang dapat teraba
Polip yang bisa atau menonjol pada serviks.
d) Prolaps uterus
Awitan dismenore sekunder lebih lambat pada tahun-tahu
reproduktif dari pada dismenore primer.
Lebih umum terjadi pada pasian multipara.
Nyeri punggung awalnya di mulai saat pramenstruasi dan menetap
sepanjang menstruasi.
Disertai disparunia dan nyeri panggul yang dapata di pulihkan
dengan posisi terlentang, atau lutut-dada.
Sistokel dan inkontennesia urine terjadi bersamaan.
38
Diare
Kelelahan
Nyeri kepala
Emosi labil
39
Awitan yang terkait dangan masa menstruasi
Rasa kram spasmodic atau menetap
Lokasi menyeluruh atau spesifik
Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah
Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau paha.
Memburuk saat palpasi atau bergerak
c. Gejala yang berkaitan
Gejala ekstragenetalia
Dispareunia- konstan atau bersiklus yang berhubungna dengan silus
menstruasi.
d. Riwayat obstetri-paritas
e. Pemasangan AKDR
f. Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan dismenore sekunder.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pencatatan usia dan berat badan
b. Pemeriksaan speculum
Observasi ostiumm uteri untuk mendeteksi polip.
Catat warna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina , lakukan
pemeriksaan sediaan basah.
Persiapkan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah bila perlu,
berdasarkan riwayat pasien.
c. Pemeriksaan bimanual
Catat nyeri tekan akibat gerakan serviks
Catat ukuran bentuk dan konsestensi uterus, periksa adanya fibroid.
Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama nyeri unilateral.
Catat bila terdapat sistokel atau prolaps uterus.
F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemerikasaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
menunjang penegakan diagnosa bagi penderita Dismenorea atau mengatasi gejala
yang timbul. Pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab organik dismenorea:
1. Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted diseases.
2. Hitung leukosit untuk menyingkirkan infeksi.
40
3. Kadar human chorionic gonadotropin untuk menyingkirkan kehamilan ektopik.
4. Sedimentation rate.
5. Cancer antigen 125 (CA-125) assay: ini memiliki nilai klinis yang terbatas
dalam mengevaluasi wanita dengan dismenorea karena nilai prediktif
negatifnya yang relatif rendah.
6. Laparoscopy
7. Hysteroscopy
8. Dilatation
9. Curettage
10. Biopsi
11. Endomentrium
G. Penatalaksanaan
a. Dismenore primer
3. Terapi Farmakologi
Obat-
41
obatan paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan,
gangguan yang terjadi benar-benar dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai
adalah ntuk meminimalisir efek dari zat kimia yang terkandung dalam obat.
Terapi es dan terapi panas adalah dua terapi yang berbeda. Terapi es dan
terapi panas dapat dilakukan menggunakan air hangat atau es batu yang
42
tugas seorang perawat. Menurut Judha (2012:54-55) pemberian
c. Pengobatan Herbal
pala, jahe.
d. Relaksasi
1
dalam (contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan). Berbagai
(Anurogo, 2011:111).
2.Dismenore sekunde
1..PRP
a) PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium,
atau peritonitis panggul.
b) Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria
Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram
negative, anaerob, kelompok B streptokokus, dan
mikoplasmata genital. Lakukan kultur dengan benar.
c) Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat
diagnosis di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen
(mis, adhesi, sterilitas). Rekomendasi dari center for disease
control and prevention (CDC) adalah sebagai berikut :
Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama
14 hahri, di tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama
14 hari.
Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan
1g probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin
per oral , 2 kali/ hari selama 14 hari.
Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter
spesialis mengenai kemungkinan pasien di rawat inap
untuk di berikan antibiotic pe IV.
d) Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien
terhadap terpi masih belum di ketahui, pelepasan AKDR di
anjurkan.
2
12. Endometriosis
a) Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopi
b) Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-
obatan lain sesuai anjuran dokter.
13. Fibroid dan polip uterus
a) Polip serviks harus di angkat
b) Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik
harus di rujuk ke dokter.
14. Prolaps uterus
a) Terapi definitive termasuk histerektomi
b) Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi
bersamaan dapat di ringankan dengan beberapa cara berikut :
Latihan kegel
Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan
mengangkat kandung kemih.
2.3.3 ENDOMETRIOSIS
A. DEFINISI
3
hingga menonjol keluar rahim dan menyebabkan pelvic pain.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Endometriosis)
B. Klasifikasi
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari
endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi,
keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini
didapatkan nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan
derajat klasifikasi endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15
adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40
adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).
4
Penyebab
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
- Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
- Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
- Menstruasi yang lama (>7 hari)
- Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
- Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
- Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
- Terpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida,
pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-
sampah perkotaan.
Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi
retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus
selama menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-
organ lain.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori
berikut:
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur
ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam
rongga panggul/perut.
2..Teori sistem kekebalan
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah
selain rahim.
3Teori genetik
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan
yang tinggi terhadap endometriosis.
D. PATOFISIOLOGI
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
5
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen
lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan
permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri
pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat
6
melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba
fallopii.
E.GAMBARAN KLINIK
7
Pada endometriosis jaringan endometrium ditemukan di luar kavum uteri dan di
luar miometrium. Menurut urutan yang tersering endometriosis di temukan
ditempat-tempat sebagai berikut :
1. Ovarium
2. Peritoneum dan ligamentum sakrouterinum, kavum Douglasi; dinding
belakang uterus, tuba Fallopii, plika vesikounterina, logamentum rotondum dan
sigmoid.
3. Septum rektovaginal
4. ingunalis
5.Apendiks
6.Umbilicus
7.Serviks uteri, vagina, kandung kencing, vulva, perineum
8.Parut laparotomy
9.Kelenjar limfe
10.Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan dilengan, paha,
pleura, dan perikardium. (Prawihardjo, Ilmu Kandungan, 2010, Hal 316)
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis,
antara lain:
1. Uji serum
- CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
- Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun
nilai klinis tidak diperlihatkan.
- Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
8
- Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
- MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
- Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
G. Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja,
terapi hormonal, pembedahan dan radiasi
1. Pencegahan
Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling
baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau
hilang pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam
sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan
ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat
anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian
itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometrisis, melainkan
menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan
melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid,
oleh karena itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba
dan rongga panggul.
2. Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan
gejala-gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak
berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu
gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada
wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas,
akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun
tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan
diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang diterangkan, harus
9
dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan
penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa
observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk
mengurangi rasa nyeri.
3. Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
Obat Efek samping
Pil KB Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan,
kombinasi pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2
estrogen- siklus menstruasi, trombosis vena dalam
progestin
Progestin Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana
hati, depresi, vaginitis atrofika
Danazole Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan
rambut, hot flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan
kaki, kram otot, perdarahan diantara 2 siklus, payudara
mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi hati,
sindroma terowongan karpal
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan
suasana hati
4. Pembedahan
Ada 2 macan yaitu :
a. Konservatif
- Laparatomi
- laparaskopi
b. Radikal
Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan
Laparotomi, yakni
a. Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek yaitu sekitar 2 hari, jika dilaparotomi
sekitar 5 hari.
10
b. Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali
sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
c. Ongkos perawatan lebih murah.
Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang
umurnya hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang luas
disertai banyak keluhan. Operasi yang paling radikal adalah histerektomi total,
salpingo-ooferektomi bilateral, dan pengangkatan semua sarang-sarang
endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita kurang dari 40 tahun
dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan ovarium yang
sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul gejala-gejala
pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan timbulnya
osteoporosis.
5. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara
ini tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.
11
180 mmHg dan dapat melampaui 400 mmHg ), terjadi lebih sering( >4-5kali/
10 menit ) dan tidak beritmik. Ketika tekanan intrauterus melampaui tekanan
arteri untuk periode waktu yang terus menerus, hasil iskemi dalam produksi
metabolit anaerob merangsang neuron C tipe kecil, yang berkontribusi pada
nyeri saat dismenorea. Selain itu, PGF2α dan PGE2 dapat menstimulasi
kontraksi otot polos bronkus, usus dan vaskuler, yang menyebabkan
bronkokonstriksi, mual, muntah, diare, dan hipertensi. Dismenorea primer
mulai sebelum atau bertepatan dengan onset menstruasi dan menurun secara
bertahap selama 72 jam berikutnya. Kram menstruasi terjadi intermiten,
intensitasnya bervariasi, dan biasanya berpusat di daerah suprapubik,
meskipun beberapa perempuan juga mengalami nyeri di paha dan punggung
bawah. Penurunan aliran darah ke uterus dan peningkatan hipersensivitas saraf
perifer juga berkontribusi terhadap nyeri yang terjadi. Berbeda dengan
dismenorea primer, perempuan dengan dismenorea sekunder yang
berhubungan dengan kelainan pelvis, seperti endometriosis, nyeri semakin
berat sering terjadi pada pertengahan siklus dan selama seminggu sebelum
menstruasi, beserta gejala dispareunia. Pada perempuan dengan dismenorea
sekunder yang berhubungan dengan mioma uteri, utamanya nyeri disebabkan
karena menoragia, dengan intensitas yang berkorelasi dengan volume aliran
menstruasi.
12
Gambar 2.1 Patogenesis terjadinya gangguan menstruasi
2.5 Pencegahan dan Pengobatan Gangguan Menstruasi
1. Pencegahan
a. Menyeimbangkan hormon tubuh dengan Nutrisi yang cepat diserap
dan dibutuhkan setiap sel dalam tubuh
b. Memperbaiki pola makan dengan memenuhi asupan Nutrisi yang
dibutuhkan tubuh sehingga mengurangi craving makanan yang tidak
sehat dan tidak teratur
c. Menyeimbangkan dan memperbaiki kerja sistem saraf tubuh,
termasuk di otak sehingga tidak mudah stress
d. Melancarkan pencernaan dan mengontrol nafsu makan sehingga
mencegah berat badan berlebihan
e. Cegah dan atasi anemia
f. Olahraga. Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid.
g. Aktivitas seksual. Terdapat laporan bahwa kram akibat haid bisa
berkurang akibat orgasme.
h. Rasa hangat. Nyeri dan kram akibat haid bisa dikurangi dengan
berendam pada air hangat atau menempelkan kompres hangat pada
bagian abdomen.
13
i. Kebersihan menstruasi. Ganti pembalut setiap 4-6 jam. Hindari
menggunakan pembalut atau tampon berparfum, serta deodoran
wanita yang dapat mengiritasi bagian kewanitaan. Douching tidak
disarankan, karena dapat membunuh bakteri alami yang hidup di
vagina. Mandi seperti biasa sudah cukup (Barsom SH., et. al. 2004).
2. Pengobatan
a. Biopsi endometrium
Pada tes biopsi endometrium, dokter akan mengambil sedikit
sampel dari jaringan dinding rahim Anda. Hal ini berguna untuk
mendiagnosis adanya gangguan seperti endometriosis,
ketidakseimbangan hormon, atau adanya potensi kanker.
Endometriosis serta kondisi-kondisi lainnya juga dapat didiagnosis
dengan prosedur laparoskopi. Pada prosedur ini, dokter memasukkan
alat kecil bernama laparoskop melalui sayatan kecil di perut, yang
kemudian diarahkan menuju rahim dan ovarium.
b. Histeroskopi
Prosedur ini menggunakan alat kecil bernama histeroskop yang
dimasukkan melalui vagina dan serviks. Dengan alat ini, dokter dapat
melihat dengan jelas bagian rahim Anda untuk mengetahui adanya
kelainan seperti fibroid atau polip.
c. USG
Tes ultrasonografi atau USG juga dapat dilakukan untuk
mendiagnosis gangguan haid. Tes USG menggunakan gelombang
suara untuk menghasilkan gambar rahim Anda.
d. MRI scan
e. Kuretase
f. Periksa hormone
g. Pengobatan hormon, seperti obat-obatan estrogen atau progesteron,
mungkin akan diresepkan oleh dokter untuk membantu mengatasi
pendarahan berlebih saat menstruasi
14
h. Jika Anda mengalami rasa sakit yang luar biasa saat sedang datang
bulan, dokter akan meresepkan obat-obatan seperti ibuprofen atau
acetaminophen.
i. Penggunaan obat aspirin sangat tidak disarankan karena justru dapat
memperparah aliran darah menstruasi. Anda juga dapat mencoba
mandi air hangat atau menggunakan kompres air hangat untuk
meringankan kram perut akibat menstruasi.
j. obat-obatan hormon seperti pil KB juga dapat memperlambat
pertumbuhan jaringan rahim, serta mengurangi volume darah yang
hilang selama menstruasi.Pemberian suplemen zat besi (Barsom SH.,
et. al. 2004).
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
menyiapkan uterus untuk kehamilan.11 10 Siklus menstruasi dibagi menjadi
siklus ovarium dan siklus endometrium. Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu
fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi
menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase
ekskresi.
3.2 Siklus Menstruasi
Mekanisme terjadinya perdarahan menstruasi terjadi dalam satu siklus terdiri
atas 4 fase:
17
Pada fase ini menunjukkan masa ovarium beraktivitas membentuk
korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah
mengeluarkan sel ovum (telur) pada saat terjadinya proses ovulasi.
Pada fase ini peningkatan hormone progesterone yang bermakna, yang
diikuti oleh penurunan kadar hormone-hormon FSH, estrogen, dan LH.
Keadaan ini digunakan sebagai lapisan endometrium untuk
mempersiapkan dinding rahim dalam menerima hasil konsepsi jika
terjadi kehamilan, digunakan untuk menghambat masuknya sperma ke
dalam uterus dan proses peluruhan dinding rahim yang prosesnya akan
terjadi pada akhir fase ini.
3. Fase menstruasi (hari ke-28 sampai hari ke-2 atau 3)
Pada fase ini menunjukkan masa terjadinya proses peluruhan dari
lapisan endometrium uterus disertai pengeluaran darah dari dalamnya.
Terjadi kembali peningkatan kadar dan aktivitas hormon-hormon FSH
dan estrogen yang disebabkan tidak adanya hormone LH dan
pengaruhnya karena produksi telah dihentikan oleh peningkatan kadar
hormon progesteron secara maksimal. Hal ini mempengaruhi kondisi
flora normal dan dinding-dinding di daerah vagina dan uterus yang
selanjutnya dapat mengakibatkan perubahan-perubahan hygiene pada
daerah tersebut dan menimbulkan keputihan.
4. Fase Regenerasi/Pasca menstruasi (hari ke-1 sampai hari ke-5)
Pada fase ini terjadi proses pemulihan dan pembentukan kembali
lapisan endometrium uterus, sedangkan ovarium mulai beraktivitas
kembali membentuk folikel-folikel yang terkandung di dalamnya
melalui pengaruh hormon-hormon FSH dan estrogen yang sebelumnya
sudah dihasilkan kembali di dalam ovarium.
18
Gambar 3.1 Siklus menstruasi
Proses menstruasi dipengaruhi oleh beberapa hormon, antara lain:
1. Estrogen Hormon estrogen berperan penting dalam
pembentukan fisik dan organ reproduksi wanita, misalnya
dalam pertumbuhan payudara, rambut di sekitar organ intim,
memproduksi sel telur di dalam ovarium, serta mengatur siklus
menstruasi. Estrogen akan meningkat pada fase ovulasi dan
menurun pada fase luteal.
2. Progesteron Salah satu fungsi hormon progesteron adalah
merangsang lapisan dinding rahim untuk menebal dan
menerima sel telur yang siap dibuahi. Kadar hormon ini sangat
rendah pada fase folikuler dan akan mengalami peningkatan
pada fase luteal. Hormon ini diproduksi setelah melewati fase
ovulasi.
3. Hormon pelepas gonadotropin (gonadotropin-releasing
hormone/GnRh) Hormon ini diproduksi di dalam otak dan
berfungsi merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon
perangsang folikel dan hormon pelutein.
4. Hormon perangsang folikel (follicle stimulating hormone/FSH)
Hormon ini berperan dalam produksi sel telur. Dalam siklus
19
menstruasi, kadar hormon ini akan meningkat sebelum fase
ovulasi.
5. Hormon pelutein (luteinizing hormone/LH) Hormon ini
berfungsi merangsang ovarium untuk melepaskan sel telur
selama ovulasi. Jika sel telur bertemu sperma dan dibuahi,
hormon ini akan merangsang korpus luteum untuk
memproduksi progesteron
Setiap bulan wanita melepaskan satu sel telur dari salah satu
ovariumnya. Apabila sel telur tidak mengalami pembuahan
maka akan terjadi perdarahan. Menstruasi terjadi secara
periodik satu bulan sekali. Saat wanita tidak mampu lagi
melepaskan ovum karena sudah habis tereduksi, menstruasi
pun menjadi tidak teratur lagi sampai kemudian berhenti
(menopause). Siklus menstruasi terjadi selama masa reproduksi
dari masa pubertas hingga masa menopause.
Pentingnya dalam mengamati perjalanan siklus menstruasi
setiap wanita agar dapat diusahakan pengaturan siklus apabila
terjadi gangguan proses menstruasi. Dalam praktek
biostimulasi, sinar laser dapat membantu ketepatan waktu
menstruasi agar setiap bulannya teratur (19). Seperti yang
terlihat pada gambar dibawah ini:
20
Gambar 3.2 perubahan hormonal saat menstruasi
21
berkelok, berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari
haid hari pertama.
4. Stadium pregmenstruum atau stadium sekresi, pada stadium ini
endometrium tebalnya menetap, tapi bentuk kelenjar berubah
menjadi panjang dan berliku dan mengeluarkan getah, dalam
endometrium sudah tertimbun glycogen dan kapur yang kelak
diperlukan sebagai makanan untuk telur.
22
BAB IV
PENUTUP
2.
3.
4.
4.1 Kesimpulan
Gangguan menstruasi merupakan keluhan yang sering menyebabkan
seorang wanita datang berobat ke dokter atau ke tempat pertolongan pertama.
Keluhan gangguan menstruasi bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak
jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita, keluarganya bahkan
dokter yang merawatnya. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan
menstruasi ternyata berpengaruh pada aktivitas sehari-hari dan mengganggu
emosional si penderita. (Sarwono, 2011).
Adapun gangguan haid yang terjadi dalam masa reproduksi seperti
hipermenorea, hipomenorea, polimenorea, oligomenorea, amenorea,
premenstrual mention, mastalgia, mittelschmerz, disminore, dan masih banyak
gangguan haid lainnya yang sering dirasakan oleh setiap perempuan.
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan melalui makalah ini adalah:
1. Kepada setiap perempuan, agar selalu memperhatikan siklus haidnya,
untuk menghindari terjadinya gangguan-gangguan yang berhubungan
dengan haid.
2. Untuk menghindari terjadinya sindrom pra-haid, setiap perempuan
dianjurkan untuk melakukan perubahan-perubahan diet atau mengatur
pola makan seperti yang telah dijelaskan pada bab pembahasan.
3. Kepada setiap orang tua, terutama orang tua perempuan, agar dapat
menjelaskan tentang haid kepada anak-anaknya sedini mungkin, untuk
mengurangi rasa takut yang sering dialami oleh anak-anak ketika
menghadapi menarche (haid yang pertama kali datang).
23
4. Kepada tenaga kesehatan, agar dapat menjelaskan mengenai segala hal
yang berhubungan dengan haid, terutama gangguan-gangguan selama
haid.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Biran. 1996. Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Barsom SH., et. al. 2004. Association Between Psychological Stress And
Menstrual Cycle Characteristics In Perimenopausal Women. Women's
Health Issues, 2014. DOI: 10.1016/j.whi.2004.07.006
Singh et al, Indian J Physiol Pharmacol. 2008. 52(4): 389-397. Prevalence And
Severity of Dysmenorrhea: A Problem Related To Menstruation, Among
First And Second Year Female Medical Student. Available from:
http://www.ijpp.com/vol52_4/389- 397.pdf
24