Anda di halaman 1dari 55

LBM 1

KEPUTIHAN
Skenario

Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan


keluar cairan berwarna putih kekuningan dan berbau disertai nyeri perut sebelah
kanan bawah sejak 6 bulan terakhir sudah berobat ke bidan namun tidak ada
perubahan. Pasien juga mengeluh sering demam. Riwayat kehamilan sebanyak 2
kali dan saat ini pasien menggunakan KB IUD selama 9 tahun.

Pada pemeriksaan fisik, kondisi pasien tampak baik, suhu tubuh didapatkan
370C. Pada pemeriksaan abdomen, teraba supel, terdapat nyeri tekan di region
illiaca dextra. Pada pemeriksaan bimanual, portio utuh, erosi (+), teraba radix IUD,
corpus uterus ukuran normal, adneksa kiri dalam batas normal, darah (+),
discharge warna putih kekuningan
Klarifikasi Istilah

1. IUD :intrauterine device, alat kontrasepsi yang masuk ke dalam rahim,


terbuat dari plastik, ataupolyethil.
2. Abdomen teraba supel : abdomen tampak dalam keadaannormal.
3. Adnexa : struktur tambahan dalam suatu organ (dalam hal ini ovarium, tuba
uterina, uterus, danlain-lain)
4. Erosi portio (+) : keabnormalan di sekitar ostium uteri eksternum dengan
gambaran berwarna merah menyala dan mudahberdarah.
5. Radix IUD : benang-benangIUD.
6. Portio utuh : Portio vaginalis memiliki bentuk masihutuh..
6. Keputihan : gejala reaksi inflamasi karenainfeksi.
7. Pemeriksaan bimanual : pemeriksaan dengan menggunakan dua tangan, di
mana tangan kiri menyangga dan tangan kanan meraba masuk kevagina.
8. Akseptor KB : orang yang menerimaKB.
9. Discharge : cairan yang keluar pada suatu ruangan yangberongga.
Identifikasi Masalah

1. Jelaskan mekanisme keluhan pasien diskenario!


2. Apa hubungan riwayat kehamilan dan penggunaan IUD?
3. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
4. Jelaskan perbedaan keputihan fisiologis dan patologis!
5. Jelaskan indikasi, kontra indikasi dan efek samping penggunan IUD!
6. Bagaimana KIE pada pasien diskenario?
7. Apa diagnosa banding pada skenario?
8. Apa diagnosa kerja pada skenario?
1. Jelaskan mekanisme keluhan pasien
diskenario!
Keputihan yang berwarna putih kekuningan, tergolong keputihan
yang abnormal (patologis). Dimana bisa disebabkan oleh beberapa
faktor penyebab diantaranya:

Infeksi , Disebabkan karena bakteri jamur, dan virus.


cairannya bisa berbau
Terjadi karena adanya keputihan dan perubahan dari Ph vagina.
Faktor resiko terdiri dari penggunaan antibiotik, alat kontrasepsi,
hubungan seksual, stress dan hormon. Kondisi tersebut dapat
menurunkan jumlah hidrogen peroksida (H202). Hidrogen peroksida
dihasilkan oleh lactobacillus acidophilus yang merupakan flora normal
dalam vagina maupun serviks.
Dengan menurunnya jumlah hidrogen peroksida, akan
menyebabkan terjadinya perubahan Ph dan memacu pertumbuhan
Gardnella Vaginalis, Mycoplasma Hominis, dan Mobilincus. Organisme
tersebut akan menghasilkan produk metabolit yaitu Amin. Senyawa
Amin yang terdapat dalam vagina yaitu, Putresin, Kadaverin,
Metilamin, Isobutilamin, Histamin, dan Tiramin. senyawa amin yang
dihasilkan tadi merupakan penyebab timbulnya bau pada cairan
tersebut.
2. hubungan riwayat kehamilan dan
penggunaan IUD

Frekuensi persalinan yang sering dapat meningkatkan terjadinya risiko


infeksi apabila kondisi selama persalinan kurang higienis dan steril
Komplikasi yang paling serius yang berhubungan dengan IUD adalah
infeksi. Analisis awal menunjukkan bahwa IUD dapat menyebabkan
penyakit radang panggul (PID).
3. Bagaimana interpretasi hasil
pemeriksaan fisik?

Pemeriksaan Fisik
Kondisi pasien (KU) : keadaan baik
Suhu tubuh : 37C : Normal

Pemeriksaan Abdomen (Prawirohardjo, Sarwono. 2010).


Teraba supel : menandakan abdomen dalam keadaan normal
Nyeri tekan pada region illiaca dextra : menandakan kemungkinan ada
gangguan pada organ-organ di region tersebut.
Pemeriksaan bimanual (Prawirohardjo, Sarwono. 2010).
Erosi (+) : infeksi pada masa reproduktif menyebabkan batas antara
epitel canalis cervicalis dan epitel portio berpindah, infeksi juga dapat
menyebabkan menipisnya epitel portio dan gampang terjadi erosi pada
portio (hubungan seksual)
Teraba radix IUD : artinya tidak ada ekspulsi atau lepasnya benang
IUD
Corpus uterus ukuran normal : menandakan tidak terjadinya
keabnormalan pada corpus uterus pasien
Adneksa kiri dalam batas normal
Darah (+) : menandakan adanya tanda perdarahan yang keluar pada
saat pemeriksaan vagina toucher (VT)
4. Jelaskan perbedaan keputihan
fisiologis dan patologis!

Keputihan fisiologis
Adalah dalam kondisi normal, diamana kelenjar di serviks
menghasilkan cairan bening yang keluar tercampur dengan bakteri,
sel-sel yang terpisah dan cairan vagina dari kelenjar Bartholin. Pada
wanita, keputihan adalah hal yang alami dari tubuh untuk
membersihkan diri, sebagai pelumas dan pertahanan berbagai infeksi.
Dalam kondisi normal keputihan tampak jernih, berwarna putih atau
kekuningan bila kering pada pakaian.
Keputihan patologis
Keputihan dikatakan patologis jika disertai oleh perubahan bau
dan warna serta jumlah yang tidak normal. Keluhan bisa disertai rasa
gatal, edema genital, disuria, nyeri bawah perut atau nyeri pinggang.(
Universitas Sumatera Utara. 2015)
5. Jelaskan indikasi, kontra indikasi , keuntungan,
kerugian dan efek samping penggunan IUD !

Indikasi
Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 5 hari senggama
Perokok
Gemuk ataupun kurus
Kontraindikasi
Belum pernah melahirkan
Adanya perkiraan hamil
Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak
normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker
rahim.
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septik
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yangdapat mempengaruhi kavum uteri
Penyakit trofoblas yang ganas
Diketahui menderita TBC pelvik
Kanker alat genital
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Keuntungan
Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10
tahun
IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih
nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu
menyusui tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
Dapat digunakan sampai menopause
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
Kerugian
mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit
(spoting).
Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. biasanya setelah
itu keluhan akan hilang dengan sendrinya.
Pada saat pemasangan, sebaiknya tidak terlalu tegang, karena ini juga
bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut.
Efek Samping dan Komplikasi
perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar
mensturasi, saat haid lebih sakit
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding
uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering
berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan IUD
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 2 hari
Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih
yang dapat melepas
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
IUD dipasang segera setelah melahirkan)
Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD
mencegah kehamilan normal
Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
6. Bagaimana KIE pada pasien
diskenario?

Menjaga higiene pribadi


Menghindari pemakaian douching vagina terlalu sering
Membersihkan alat kelamin dengan bersih dan benar setelah
BAB/BAK
Hindari memasukkan benda asing sembarangan ke dalam vagina
7. Diagnosa Banding

Vaginosis Bakteri
Trikomoniasis
Servisitis
Vaginosis Bakteri

Definisi
Vaginosis bakterial merupakan salah satu keadaan yang berkaitan
dengan adanya keputihan yang tidak normal pada wanita usia
reproduksi.
Etiologi
Diketahui ada 4 kategori dari bakteri vagina yang berkaitan dengan VB,
yaitu : G.vaginalis, bakteri anaerob, M. hominis dan mikroorganisme
lainnya.
Faktor faktor resiko
Aktivitas seksual
Kebiasaan seksual melalui anus dikatakan juga memegang peranan
dalam terjadinya VB, transfer perineal atau bakteri pada rektum ke
vagina, telah diketahui menjadi konsekuensi pada hubungan seksual
melalui anal.
Douching
Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk menjaga
hiegene wanita bisa menyebabkan VB.
Merokok
dari penelitian yang dilakukan di Inggris dan Swedia, dikatakan
merokok dapat menekan sistem imun, sehingga memudahkan
terjadinya infeksi serta dapat menekan pertumbuhan laktobasilus yang
menghasilkan hydrogen. peroksidase.
Pengunaan AKDR :
Disebabkan oleh bagian ekor dari AKDR yang ada pada endoservik
atau vagina menyebabkan lingkungan untuk berkembangnya bakteri
anaerob dan G.vaginalis , yang mungkin memegang peranan dalam
terjadinya VB pada wanita yang menggunakan AKDR.
Tanda dan gejala
Bau amis, disebabkan oleh produksi amin oleh
bakteri anaerob
ph vagina >4,5
sekret vagina
Clue cells (+) : merupakan sel epitel yang ditempeli
oleh bakteri sehingga tepinya tidak rata
Trikomoniasis

Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang


disebabkan parasit uniselluler Trichomonas vaginalis (T.vaginalis).

Tanda dan gejala


cairan vagina bewarna kuning kehijauan, pada kasus yang berat
dapat berbusa.
cairan vagina berbau tidak sedap
rasa gatal
panas
iritasi
dispareunia
perdarahan vagina abnormal, terutama setelah coitus
disuria ringan
Nyeri abdomen
Pada pemeriksaan vagina dengan spekulum, mukosa
vagina kadang tampak hiperemis dengan bintik lesi
bewarna merah, yang sering disebut dengan
strawberry vaginitis atau colpitis macularis.
(khas)
Patofisiologi

Trichomonas vaginalis -> vagina melalui hubungan seksual, ->


menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara
aktif. -> menyebabkan suplai glikogen untuk lactobacillus menjadi
berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali. -> sehingga
Trichomonas vaginalis memakan dan membunuh lactobacillus dan
bakteri lainnya -> Akibatnya jumlah lactobacillus Dderlein menjadi
sedikit dan dapat hilang sama sekali -> sehingga produksi asam laktat
akan semakin menurun -> pH vagina akan meningkat antara 5,0 dan
5,5. Pada suasana basa seperti ini selain Trichomonas vaginalis
berkembang semakin cepat, akan memungkinkan untuk
berkembangnya mikroorganisme patogen lainnya seperti bakteri dan
jamur.
Servisitis

Definisi
Servisitis adalah infeksi pada serviks uteri, yang terjadi karena luka
kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan
seksual.
Servisitis adalah infeksi pada mulut rahim, yang sering di jumpai pada
infeksi hubungan seksual sedangkan yang bersifat menahun di jumpai
pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan.
Servisitis/ Endoservisitis adalah inflamasi mukosa dan kelenjar serviks
yang dapat terjadi ketika organism mencapai akses ke kelenjar servikal
setelah berhubungan seksual, aborsi, manipulasi intrauterine, atau
persalinan.
Jenis JenisServisitis
Servisitis spesifik
Servisitis spesifik merupakan radang pada serviks yang di
sebabkan oleh kuman yang tergolong penyakit akibat hubungan
seksual, beberapa kuman pathogen tersebut antara lain, Chlamydia
trachomatis, Ureaplasma urealytikum, Trichomonas vaginalis,
Spesies Candida, Neisseria gonorrhoeae, herpes simpleks II
(genitalis),
Servisitis non-spesifik
Beberapa pengaruh predisposisi servisitis non-spesifik antara
lain : trauma pada waktu melahirkan, pemakaian alat pada prosedur
ginekologi, hiperestrinisme, hipoestrinisme, sekresi berlebihan kelenjar
endoserfiks, alkalinisasi mucus serviks, eversi congenital mukosa
endoserviks. Servisitis non-spesifik dapat bersifat akut ataupun kronik
Servisitis akutnon-spesifik
Servisitis ini relative jarang, sebenarnya terbatas pada wanita
pasca melahirkan dan biasanya di sebabkan oleh stafilokokus dan
streptokokus. Infiltrasi peradangan akut sebagian besar cenderung
terbatas pada mukosa superficial dari endoserviks dan kelenjar
endoserviks (endoservisitis) yang di sertai pembengkakan serviks dan
kemerahan pada mukosa endoserviks.

Servisitis kronik non-spesifik


Servisitis kronik non-spesifik mungkin akan mengenai paling
sedikit 50% wanita pada satu saat hidupnya. Servisitis kronik biasanya
di temukan pada pemeriksaan rutin atau karena adanya leokorea yang
parah, bila keluhanya parah diferensiasi dengan karsinoma biasanya
sukar, walau dengankolposkopi maupun biopsy.
Etiologi
Servisitis sering disebabkan oleh infeksi melalui aktivitas seksual,
infeksi menular seksual yang dapat menyebabkan servisitis anatara
lain:
Clamydiatrachomatis
Gonorrhea
Herpes simpleks II(genitalis)
Human Papiloma Virus(HPV-kutil)
Patofisiologi

Luka -> saluran genetalia, yang terjadi pada waktu persalinan atau
tindakan medis yang menimbulkan perlukaan, atau terjadi karena
hubunganseksual.
Selama perkembanganya, epitel silindris penghasil mucus di
endoserviks bertemu dengan epitel gepeng yang melapisi ektoserviks os
eksternal, oleh karena itu keseluruhan serviks yang terpajan dilapisi
oleh epitel gepeng.
Seiring dengan waktu, pada sebagian besar wanita terjadi
pertumbuhan ke bawah, epitel silindris mengalami ektropion, sehingga
tautan skuamokolumnar menjadi terletak dibawah eksoserviks dan
mungkin epitel yang terpajan ini mengalami Erosi.
Remodeling berlanjut dengan regenerasi epitel gepeng dan silindirs
sehingga membentuk zona transformasi.
Pertumbuhan berlebihan epitel gepeng sering menyumbat orifisium
kelenjar endoserviks di zona transformasi dan menyebabkan
terbentuknya kista nabothian kecil yang dilapisi epitel silindirs
penghasil mucus.
Di zona transformasi mungkin terjadi infiltrasi akibat peradangan
banal ringan yang mungkin terjadi akibat perubahan pH vagina atau
adanya mikroflora vagina.
Tanda dan Gejala Penyakit
Keluarnya bercak darah/ perdarahan, perdarahan pascakoitus.
Leukorea(keputihan)
Serviks kemerahan.(pemeriksaan lebihlanjut)
Sakit pinggang bagiansacral.
Nyeri abdomenbawah.
Gatal pada areakemaluan.
Sering terjadi pada usia muda dan seseorang yang aktif dalam
berhubunganseksual.
Gangguan perkemihan (disuria) dan gangguanmenstruasi.
Pada servisitis kronik biasanya akan terjadi erosi, suatu keadaan yang
ditandai oleh hilangnya lapisan superficial epitel skuamosa dan
pertumbuhan berlebihan jaringan endoservik.
Diagnosa kerja
(PELVIC INFLAMMATORY DISEASE)

Definisi
Pelvic inflammatory disease (PID) adalah penyakit infeksi dan
inflamasi pada traktur reproduksi bagian atas, termasuk uterus, tuba
fallopi, dan struktur penunjang pelvis.

Etiologi
disebabkan oleh mikroorganisme penyebab penyakit menular
seksual seperti N. Gonorrhea dan C. Trachomatis. Mikroorganisme
endogen yang ditemukan di vagina juga sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita dengan PID.
Faktor resiko
aktivitas seksual
memiliki pasangan seksual yang multipel,
luka pada mukosa misalnya akbiat AKDR atau kuretase
kontrasepsi, etnik, status postmarita
infeksi bakterial vaginosis
wanita berusia dibawah 25 tahun, menstruasi,
dan tinggal di daerah yang tinggi prevalensi penyakit menular seksual.
Patogenesis
PID disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme secara asenden
ke traktus genital atas dari vagina dan serviks. Mekanisme pasti yang
bertanggung jawab atas penyebaran tersebut tidak diketahui, namun
aktivitas seksual mekanis dan pembukaan serviks selama menstruasi
mungkin berpengaruh
timbul oleh penyebaran asenden langsung mikroorganisme dari
vagina dan serviks. Mukosa serviks menyediakan barier fungsional
melawan penyebaran ke atas, namun efek dari barier ini mungkin
berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal yang timbul selama
ovulasi dan mestruasi.
Gangguan suasana servikovaginal dapat timbul akibat terapi
antibiotik dan penyakit menular seksual yang dapat mengganggu
keseimbangan flora endogen, menyebabkan organisme nonpatogen
bertumbuh secara berlebihan dan bergerak ke atas.
Pembukaan serviks selama menstruasi dangan aliran menstrual
yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan asenden dari
mikrooragnisme. Hubungan seksual juga dapat menyebabkan infeksi
asenden akibat dari kontraksi uterus mekanis yang ritmik. Bakteri
dapat terbawa bersama sperma menuju uterus dan tuba.
Diagnosis, diagnosa PID didasarkan pada trias tanda dan gejala

Anamnesa :
Nyeri abdomen bagian bawah (nyeri tumpul, bilateral, dan konstan.
Nyeri diperburuk oleh gerakan, olahraga, atau koitus.Nyeri dapat juga
dirasakan seperti tertusuk, terbakar, atau kram. Nyeri biasanya
berdurasi <7 hari.
Sekresi cairan vagina
Demam dengan suhu >38, mual, dan muntah.
perdarahan per vaginam, nyeri punggung bawah, dan disuria.
Nyeri organ pelvis

PID dapat didiagnosa dengan riwayat nyeri pelvis, sekresi cairan


vagina, nyeri tekan adnexa, demam, dan peningkatan leukosit.
Pemeriksaan Fisik
Nyeri tekan perut bagian bawah
Pada pemeriksaan pelvis dijumpai : sekresi cairan mukopurulen, nyeri
pada pergerakan serviks, nyeri tekan uteri, nyeri tekan adnexa yang
bilateral
Mungkin ditemukan adanya massa adnexa
Suhu oral lebih dari 38C
ntuk menyingkirkan kemungkinan infeksi saluran kemih.

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit lebih dari
100.000.
Peningkatan erythrocyte sediment rate digunakan untuk membantu
diagnose namun tetap tidak spesifik.
Peningkatan c-reaktif protein, tidak spesifik.
Pemeriksaan DNA dan kultur gonorrhea dan chlamidya digunakan
untuk mengkonfirmasi PID.
Urinalisis harus dilakukan u
Pemeriksaan Radiologi
Transvaginal ultrasonografi : pemeriksaan ini memperlihatkan adnexa,
uterus, termasuk ovaroium. Pada pemeriksaan ini PID akut Nampak
dengan adanya ketebalan dinding tuba lebih dari 5 mm, adanya septa
inkomplit dalam tuba, cairan mengisi tuba fallopi, dan tanda
cogwheel.Tuba fallopi normal biasanya tidak terlihat pada USG.
CT digunakan untuk mendiagnosa banding PID.
MRI jarang mengindikasikan PID. Namun jika digunakan akan terlihat
penebalan, tuba yang berisi cairan dengan atau tanpa cairan pelvis
bebas atau kompleks tubaovarian.
Prosedur Lain
Laparoskopi
Criteria minimum pada laparoskopi untuk mendiagnosa PID
adalah edema dinding tuba, hyperemia permukaan tuba, dan adanya
eksudat pada permukaan tuba dan fimbriae. Massa pelvis akibat abses
tubaovarian atau kehamilan ektopik dapat terlihat.
Endometrial biopsi dapat dilakukan untuk mendiagnosa endometritis
secara histopatologis.
Pencegahan
mecegah terjadi infeksi terutama karena chlamidya.
Peningkatan edukasi masyarakat, penapisan rutin, diagnosis dini
dalam menurunkan angka PID.
Adanya program penapisan penyakit menular seksual. Umumnya
mengadakan penapisan terhadap pria untuk mencegah penularan
kepada wanita.
Pasien yang telah didiagnosa dengan PID atau penyakit menular
seksual harus diterapi hingga tuntas, dan terapi juga dilakukan
terhadap pasangannya untuk mencegah penularan kembali.
Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16
tahun atau lebih.
Kontrasepsi oral dikatakan dapat mengurangi resiko PID.
Semua wanita berusia 25 tahun ke atas harus dilakukan penapisan
terhadap chlamidya tanpa memandang faktor resiko.
Penatalaksanaan
CDC memperbaharui panduan untuk diagnosis dan manajemen PID.
menjadi 3 grup :

Grup 1 : minimum kriteria dimana terapi empiris diindikasikan bila tidak ada
etiologi yang dapat dijelaskan. Kriterianya yaitu adanya nyeri tekan uterin atau
adnexa dan nyeri saat pergerakan serviks.

Grup 2 : kriteria tambahan mengembangkan spesifisitas diagnostic termasuk


kriteria berikut : suhu oral >38,3C, adanya secret mukopurulen dari servical atau
vaginal, peningkatan erythrocyte sedimentation rate, peningkatan c-reactif protein,
adanya bukti laboratorium infeksi servikalis oleh N. gonorhea atau C. trachomatis.

Grup 3 : kriteria spesifik untuk PID didasarkan pada prosedur yang tepat untuk
beberapa pasien yaitu konfirmasi laparoskopik, ultrasonografi transvaginal yang
memperlihatkan penebalan, tuba yang terisi cairan dengan atau tanpa cairan bebas
pada pelvis, atau kompleks tuba-ovarian, dan endometrial biopsy yang
memperlihatkan endometritis.
Terapi pasien rawatan inap
Regimen A :
berikan cefoxitin 2 gram iv atau cefotetan 2 gr iv per 12 jam ditambah
doxisiklin 100 mg per oral atau iv per 12 jam.
Lanjutkan regimen ini selama 24 jam setelah pasien pasien membaik
secara klinis, lalu mulai doxisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama
14 hari.
Jika terdapat abses tubaovarian, gunakan metronoidazole atau
klindamisin untuk menutupi bakteri anaerob.
Regimen B :
berikan clindamisin 900 mg iv per 8 jam
tambah gentamisin 2 mg/kg BB dosis awal iv diikuti dengan dosis
lanjutan 1,5 mg/kg BB per 8 jam.
Terapi iv dihentikan 24 jam setelah pasien membaik secara klinis, dan
terapi per oral 100 mg doxisiklin dilanjutkan hingga 14 hari.
Terapi pasien rawatan jalan
Regimen A :
berikan ceftriaxone 250 mg im dosis tunggal tambah doxisiklin 100 mg oral
2 kali sehari selama 14 hari,
dengan atau tanpa metronidazole 500 mg 2 kali sehari selama 14 hari.
Regimen B :
berikan cefoxitin 2 gr im dosis tunggal dan
proibenecid 1 gr per oral dosis tunggal atau dosis tunggal cephalosporin
generasi ketiga tambah dozisiklin 100 mg oral 2 kali sehari selama 14 hari
dengan atau tanpa metronidazole 500 mg oral 2 kali sehari selama 14 hari.
Pasien dengan terapi intravena dapat digantika dengan terapi per
oral setelah 24 jam perbaikan klinis. Dan dilanjutkan hingga total 14 hari.
Penanganan juga termasuk penanganan simptomatik seperti antiemetic,
analgesia, antipiretik, dan terapi cairan.
Terapi Pembedahan
Pasien yang tidak mengalami perbaikan klinis setelah 72 jam
terapi harus dievaluasi ulang bila mungkin dengan laparoskopi dan
intervensi pembedahan.
Laparotomi digunakan untuk kegawatdaruratan sepeti rupture abses,
abses yang tidak respon terhadap pengobatan, drainase laparoskopi.
Penanganan dapat pula berupa salpingoooforektomi, histerektomi, dan
bilateral salpingooforektomi.
Idealnya, pembedahan dilakukan bila infeksi dan inflamasi telah
membaik.
Prognosis
Prognosis pada umunya baik jika didiagnosa dan diterapi segera.
Terapi dengan antibiotik memiliki angka kesuksesan sebesar 33-75%.
Terapi pembedahan lebih lanjut dibutuhkan pada 15-20% kasus. Nyeri
pelvis kronik timbul oada 25% pasien dengan riwayat PID.
Komplikasi
Abses tuba ovarian adalah komplikasi tersering dari PID akut.
Sekuele yang berkepanjangan, termasuk nyeri pelvis kronik, kehamilan
ektopik, infertilitas, dan kegagalan implantasi dapat timbul pada 25%
pasien. Lebih dari 100000 wanita diperkirakan akan mengalami
infertilitas akibat PID.
Keterlambatan diagnosis dan penatalaksanaan dapat
menyebabkan sekuele seperti infertilitas. Mortalitas langsung muncul
pada 0,29 pasien per 100000 kasus pada wanita usia 15-44 tahun.
Penyebab kematian yang utama adalah rupturnya abses tuba-ovarian.
Kehamilan ektopik 6 kali lebih sering terjadi pada wanita dengan PID.
KESIMPULAN

Dari diskusi tutorial ini dapat diambil kesimpulan bahwa


perempuan, 35 tahun, riwayat kehamilan sebanyak 2 kali dan saat ini
pasien menggunakan KB IUD selama 9 tahun. Namun keluar cairan
warna putih kekuningan dan berbau serta nyeri perut sebelah kiri, dan
demam. Dari pemeriksaan abdomen teraba supel, pemeriksaan
bimanual didapatkan portio utuh dengan adanya erosi portio
mengarah ke cervicitis kronis, teraba radix IUD menunjukkan tidak
adanya ekspulsi (terlepasnya benang IUD), corpus uterus ukuran
normal, terdapat nyeri tekan, adnexa kiri dalam batas normal,
discharge warna putih kekuningan, mengarah pada kecurigaan
vaginosis bakteri, trikomoniasis, servisitis dan PID (pelvic inflamatory
disease) melalui hubungan seksual atau flora normal vagina melalui
radixIUD.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai