“APENDISITIS”
Oleh:
Pembimbing:
2020
1
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berjudul Apendisitis.
bimbingan, masukan dan motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini, saya menyampaikan ucapan terima
kasih kepada dosen yang telah memberi arahan dan penjelasan tentang tata cara
Saya menyadari, penulisan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran
RSU Klungkung.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
2.2 Epidemiologi.......................................................................................8
2.9 Komplikasi...........................................................................................42
2.10............................................................................................................42
BAB.III PENUTUP..........................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................45
3
BAB I
PENDAHULUAN
Appendix merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang
berada di perut kanan bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali
tindakan bedah.
umum pada anak sebelum usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan Appendicitis acuta
peningkatan pemberian resusitasi cairan dan antibiotik yang lebih baik, appendicitis
pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah masih tetap memiliki angka
sulit. Hanya 50-70% kasus yang bisa didiagnosis dengan tepat pada saat penilaian
awal. Angka appendectomy negatif pada pasien anak berkisar 10-50%. Riwayat
perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting
4
tidak dilakukan tindakan pengobatan, maka angka kematian akan tinggi, terutama
disebabkan karena peritonitis dan syok. Reginald Fitz pada tahun 1886 adalah orang
pertama yang menjelaskan bahwa Appendicitis acuta merupakan salah satu penyebab
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Appendix merupakan derivat bagian dari midgut yang terdapat di antara Ileum
dan Colon ascendens. Caecum terlihat pada minggu ke-5 kehamilan dan Appendix
terlihat pada minggu ke-8 kehamilan sebagai suatu tonjolan pada Caecum. Awalnya
Appendix berada pada apeks Caecum, tetapi kemudian berotasi dan terletak lebih
mengalami rotasi. Caecum berakhir pada kuadran kanan bawah perut. Appendix
selalu berhubungan dengan Taenia caecalis. Oleh karena itu, lokasi akhir Appendix
6
Vaskularisasi Appendix berasal dari percabangan A.ileocolica.
submukosanya. Pada usia 15 tahun didapatkan sekitar 200 atau lebih nodul limfoid.
Panjang Appendix pada orang dewasa bervariasi antara 2-22 cm, dengan rata-
rata panjang 6-9 cm. Meskipun dasar Appendix berhubungan dengan Taenia caealis
pada dasar Caecum, ujung Appendix memiliki variasi lokasi seperti yang terlihat
pada gambar di bawah ini. Variasi lokasi ini yang akan mempengaruhi lokasi nyeri
7
Gambar 3. Variasi lokasi Appendix vermicularis1
komponen integral dari sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT), fungsinya
tidak penting dan Appendectomy tidak akan menjadi suatu predisposisi sepsis atau
2.2 Epidemiologi
kemungkinan karena adanya penggunaan antibiotic secara luas. Saat ini apendiktomi
merupakan salah satu pilihan pembedahan. Apenndisitis jarang terjadi pada bayi,
menjadi semakin sering pada masa anak-anak, dan insiden tertinggi terjadi pada umur
8
Ketika pertama kali penyakit ini ditemukan pada abad ke-16, apendisitis
kematian dianggap berasal dari sekum. Sekarang jelas menunjukkan bahwa yang
purulen “iliac tumor” pada inflamasi apendiks, sudah tidak berlaku sejak tahun 1886
setelah Fitz mengemukakan bahwa apendisitis jelas terjadi pada awal kasus yang
telah rupture dan dilakukan apendiktomy, setelah itu pasiennya sembuh dan
peneilitian ini dilaporkan adalah Senn, pada tahun 1889. Groves, dokter di daerah
kasus ini tidak dipublikasikan sampai tahun 1961. Tahun 1889, McBurney
menjelaskan temuan klinis pada apendisitis akut yang sebelumnya telah rupture,
termasuk gambaran abdominal tenderness yang sekarang diberi nama sesuai dengan
dibuat olehMcArthur.3
9
A. Obstruksi
merupakan penyebab umum obstruksi Appendix, yaitu sekitar 20% pada anak
dengan Appendicitis akut dan 30-40% pada anak dengan perforasi Appendix.
Penyebab yang lebih jarang adalah hiperplasia jaringan limfoid di sub mukosa
juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus enterik atau sistemik, seperti measles,
pasien dengan cystic fibrosis. Hal tersebut terjadi karena perubahan pada kelenjar
yang mensekresi mukus. Obstruksi Appendix juga dapat terjadi akibat tumor
carcinoid, khususnya jika tumor berlokasi di 1/3 proksimal. Selama lebih dari 200
tahun, corpus alienum seperti pin, biji sayuran, dan batu cherry dilibatkan dalam
Fecalith ditemukan pada 40% kasus Appendicitis acuta sederhana, sekitar 65%
pada kasus Appendicitis gangrenosa tanpa perforasi, dan 90% pada kasus
10
Gambar 4. Appendicitis (dengan fecalith) 8
pada Appendix normal 0,1 mL. Sekresi sekitar 0,5 mL pada distal sumbatan
akhiran serabut saraf aferen nyeri visceral, mengakibatkan nyeri yang samar-
Distensi berlanjut tidak hanya dari sekresi mukosa, tetapi juga dari
tekanan organ melebihi tekanan vena, aliran kapiler dan vena terhambat
Distensi biasanya menimbulkan refleks mual, muntah, dan nyeri yang lebih
parietal pada regio ini, mengakibatkan perpindahan nyeri yang khas ke RLQ.
11
Mukosa gastrointestinal termasuk Appendix, sangat rentan terhadap
tekanan arteriol, daerah dengan suplai darah yang paling sedikit akan mengalami
vaskuler, infark jaringan, terjadi perforasi biasanya pada salah satu daerah infark
di batas antemesenterik.1,2,6,7
dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat nyeri
mual dan muntah dalam beberapa jam setelah timbul nyeri perut. Jika mual
terjadi gangguan aliran limfatik sehingga terjadi oedem yang lebih hebat. Hal-hal
dan gangren. Setelah itu, bakteri melakukan invasi ke dinding Appendix; diikuti
12
demam, takikardia, dan leukositosis akibat pelepasan mediator inflamasi karena
iskhemia jaringan. Ketika eksudat inflamasi yang berasal dari dinding Appendix
dan nyeri akan dirasakan lokal pada lokasi Appendix, khususnya di titik Mc
Burney’s. Jarang terjadi nyeri somatik pada kuadran kanan bawah tanpa
pelvis, yang terletak dekat ureter atau pembuluh darah testis dapat menyebabkan
peningkatan frekuensi BAK, nyeri pada testis, atau keduanya. Inflamasi ureter
leukositosis > 14.000, dan gejala peritonitis pada pemeriksaan fisik. Pasien dapat
tidak bergejala sebelum terjadi perforasi, dan gejala dapat menetap hingga > 48
jam tanpa perforasi. Peritonitis difus lebih sering dijumpai pada bayi karena bayi
tidak memiliki jaringan lemak omentum, sehingga tidak ada jaringan yang
13
melokalisir penyebaran infeksi akibat perforasi. Perforasi yang terjadi pada anak
yang lebih tua atau remaja, lebih memungkinkan untuk terjadi abscess. Abscess
tersebut dapat diketahui dari adanya massa pada palpasi abdomen pada saat
pemeriksaan fisik.6
dijumpai pada anak-anak, yang terjadi dalam jangka waktu yang pendek, akibat
B. Bakteriologi
didapatkan bakteri jenis anaerob, dibandingkan yang didapatkan dari 25% cairan
tekanan lumen dan iskemik dinding lumen. Flora normal Colon memainkan
didapatkan lebih dari 14 jenis bakteri yang berbeda dikultur pada pasien yang
mengalami perforasi.2 Flora normal pada Appendix sama dengan bakteri pada
Colon normal. Flora pada Appendix akan tetap konstan seumur hidup kecuali
Porphyomonas gingivalis. Bakteri ini hanya terlihat pada orang dewasa. Bakteri
14
yang umumnya terdapat di Appendix, Appendicitis acuta dan Appendicitis
perforasi adalah Eschericia coli dan Bacteriodes fragilis. Namun berbagai variasi
dan bakteri fakultatif dan anaerob dan Mycobacteria dapat ditemukan. 1,2,7
perforata dan non perforata masih dipertanyakan kegunaannya. Saat hasil kultur
secara spesifik sangat bervariasi. Kultur peritoneal harus dilakukan pada pasien
dengan keadaan imunosupresi, sebagai akibat dari obat-obatan atau penyakit lain
antibiotik terbatas 24-48 jam pada kasus Appendicitis non perforata. Pada
leukosit normal atau pasien tidak demam dalam 24 jam. Penggunaan irigasi
15
antibiotik pada drainage rongga peritoneal dan transperitoneal masih
kontroversi.2,6
dengan kandungan serat rendah, lebih banyak lemak, dan gula buatan
Divertikel, carcinoma Colorectal lebih sering pada orang dengan diet seperti
di atas dan lebih jarang diantara orang yang memakan makanan dengan
kandungan serta lebih tinggi. Burkitt mengemukakan bahwa diet rendah serat
berperan pada perubahan motilitas, flora normal, dan keadaan lumen yang
A. Gejala Klinis
dengan nyeri perut yang didahului anoreksia.12,13 Gejala utama Appendicitis acuta
adalah nyeri perut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium, lalu
menetap, kadang disertai kram yang hilang timbul. Durasi nyeri berkisar antara
1-12 jam, dengan rata-rata 4-6 jam. Nyeri yang menetap ini umumnya
lokasi nyeri, sebagai contoh; Appendix yang panjang dengan ujungnya yang
16
pelvis menyebabkan nyeri suprapubis, retroileal Appendix dapat menyebabkan
biasanya suhu naik hingga 38oC. Tetapi pada keadaan perforasi, suhu tubuh
meningkat hingga > 39oC. Anoreksia hampir selalu menyertai Appendicitis. Pada
75% pasien dijumpai muntah yang umumnya hanya terjadi satu atau dua kali
saja. Muntah disebabkan oleh stimulasi saraf dan ileus. Umumnya, urutan
munculnya gejala Appendicitis adalah anoreksia, diikuti nyeri perut dan muntah.
2,8
Bila muntah mendahului nyeri perut, maka diagnosis Appendicitis diragukan.
gastroenteritis.
Sebagian besar pasien mengalami obstipasi pada awal nyeri perut dan
banyak pasien yang merasa nyeri berkurang setelah buang air besar. Diare timbul
2,3,8
pada beberapa pasien terutama anak-anak. Diare dapat timbul setelah
Skor Alvarado
dan diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu; skor <6 dan skor >6. Selanjutnya
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu radang akut dan bukan radang akut.11
17
Gejala Appendicitis yang terjadi pada anak dapat bervariasi, mulai dari
yang menunjukkan kesan sakit ringan hingga anak yang tampak lesu, dehidrasi,
nyeri lokal pada perut kanan bawah, bayi yang tampak sepsis. Pasien dengan
khas.12,13
tingkat inflamasi pada Appendix. Hampir semua pasien merasa nyeri pada nyeri
menunjukkan gejala lokal yang minimal. Adanya psoas sign, obturator sign, dan
18
Diagnosis Appendicitis sulit dilakukan pada pasien yang terlalu muda atau
terlalu tua. Pada kedua kelompok tersebut, diagnosis biasanya sering terlambat
penyakit pada bayi, hanya dijumpai gejala letargi, irritabilitas, dan anoreksia.
B. Tanda Klinis
dengan gerakan yang minimal. Anak yang menggeliat dan berteriak-teriak, pada
perangsangan ureter sehingga nyeri yang timbul menyerupai nyeri pada kolik
renal.6
kanan, karena pada sikap itu Caecum tertekan sehingga isi Caecum berkurang.
Hal tersebut akan mengurangi tekanan ke arah Appendix sehingga nyeri perut
berkurang. 6
19
Gambar 5. Posisi yang dilakukan untuk mengurangi nyeri perut10)
bahwa letak anatomis Appendix sebenarnya dapat pada semua titik, 360 o
adanya nyeri di antara costa 12 dan spina iliaca posterior superior. Appendicitis
nyeri pada pemeriksaan rektum (Rectal toucher). Namun, pemeriksaan ini tidak
a. Rovsing’s sign
Jika LLQ ditekan, maka terasa nyeri di RLQ. Hal ini menggambarkan
b. Psoas sign
Pasien berbaring pada sisi kiri, tangan kanan pemeriksa memegang lutut
pasien dan tangan kiri menstabilkan panggulnya. Kemudian tungkai kanan pasien
kekakuan musculus psoas kanan akibat refleks atau iritasi langsung yang berasal
dari peradangan Appendix. Manuver ini tidak bermanfaat bila telah terjadi
rigiditas abdomen.
20
Gambar 6. Dasar anatomis terjadinya Psoas sign 10
c. Obturator sign
memposisikan sendi lutut pasien dalam posisi fleksi dan articulatio coxae dalam
posisi endorotasi kemudian eksorotasi. Tes ini positif jika pasien merasa nyeri di
21
Gambar 8. Dasar anatomis Obturator sign10
dikatakan positif bila pada saat dilepaskan, pasien merasakan nyeri di RLQ.
e. Wahl’s sign
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri pada saat
f. Baldwin’s test
Manuver ini dikatakan positif bila pasien merasakan nyeri di flank saat
g. Defence musculare
22
Nyeri pada daerah cavum Douglasi terjadi bila sudah ada abscess di
i. Nyeri pada pemeriksaan rectal toucher pada saat penekanan di sisi lateral
1. Laboratorium
didapatkan pada keadaan akut, Appendicitis tanpa komplikasi dan sering disertai
predominan polimorfonuklear sedang. Jika hitung jenis sel darah putih normal
tidak ditemukan shift to the left pergeseran ke kiri, diagnosis Appendicitis acuta
harus dipertimbangkan. Jaranghitung jenis sel darah putih lebih dari 18.000/ mm3
pada Appendicitis tanpa komplikasi. Hitung jenis sel darah putih di atas jumlah
tanpa abscess.
CRP (C-Reactive Protein) adalah suatu reaktan fase akut yang disintesis
oleh hati sebagai respon terhadap infeksi bakteri. Jumlah dalam serum mulai
leukosit ≥ 11000, dan persentase neutrofil ≥ 75% memiliki sensitivitas 86%, dan
spesifisitas 90.7%.
saluran kemih. Walaupun dapat ditemukan beberapa leukosit atau eritrosit dari
23
iritasi Urethra atau Vesica urinaria seperti yang diakibatkan oleh inflamasi
Appendix, pada Appendicitis acuta dalam sample urine catheter tidak akan
ditemukan bakteriuria.
2. Ultrasonografi
bagian usus yang nonperistaltik yang berasal dari Caecum. Dengan penekanan
USG dari Appendix normal, yang dengan tekanan ringan merupakan struktur
terlihat dan tidak tampak adanya cairan atau massa pericaecal. Sewaktu diagnosis
Appendicitis acuta tersingkir dengan USG, pengamatan singkat dari organ lain
dalam rongga abdomen harus dilakukan untuk mencari diagnosis lain. Pada
96% dan spesifitasnya sebesar 85%-98%. USG sama efektifnya pada anak-anak
24
USG memiliki batasan-batasan tertentu dan hasilnya tergantung pada
Appendix mungkin tidak tertekan karena proses inflamasi Appendix yang akut
melainkan karena terlalu banyak lemak. USG negatif palsu dapat terjadi bila
dinilai membesar dan dikelirukan oleh usus kecil, atau bila Appendix mengalami
3. Pemeriksaan radiologi
Appendicitis acuta, kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus,
25
hal ini merupakan temuan yang tidak spesifik. Adanya fecalith jarang terlihat
pada foto polos, tapi bila ditemukan sangat mendukung diagnosis. Foto thorax
kadang disarankan untuk menyingkirkan adanya nyeri alih dari proses pneumoni
radioisotop leukosit. Meskipun CT Scan telah dilaporkan sama atau lebih akurat
daripada USG, tapi jauh lebih mahal. Karena alasan biaya dan efek radiasinya,
penemuan yang tidak spesifik akibat dari masa ekstrinsik pada Caecum dan
Appendix yang kosong dan dihubungkan dengan ketepatan yang berkisar antara
dipersiapkan untuk pasien yang diagnosisnya diragukan dan tidak boleh ditunda
Gambar 10. Gambaran CT Scan abdomen: Appendicitis perforata dengan abscess dan
26
G
ambar 11. Gambaran CT Scan abdomen: Penebalan Appendix (panah) dengan appendicolith1)
dari akut abdomen. Hal ini karena manifestasi klinik yang tidak spesifik untuk
suatu penyakit tetapi spesifik untuk suatu gangguan fisiologi atau gangguan
fungsi. Jadi pada dasarnya gambaran klinis yang identik dapat diperoleh dari
27
berbagai proses akut di dalam atau di sekitar cavum peritoneum yang
anatomi dari inflamasi Appendix, tingkatan dari proses dari yang simple sampai
sekarang ini telah menurun. Nyeri biasanya kurang atau bisa lebih difus dan rasa
sakit tidak dapat ditentukan lokasinya secara tepat seperti pada Appendicitis.
2) Gastroenteritis akut
Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah dibedakan
akut self limited dari berbagai macam sebab, yang ditandai dengan adanya diare,
28
mual, dan muntah. Nyeri hiperperistaltik abdomen mendahului terjadinya diare.
karena nyeri epigastrik dapat muncul sebagai gejala lokal pada awal penyakit ini,
dibedakan dengan adanya pembesaran dan nyeri Vesikula seminalis pada waktu
4) Diverticulitis Meckel
acuta. Perbedaan preoperatif hanyalah secara teoritis dan tidak penting karena
5) Intususseption
berbeda. Umur pasien sangat penting, Appendicitis sangat jarang dibawah umur
umur 2 tahun. Pasien biasanya mengeluarkan tinja yang berdarah dan berlendir.
Massa berbentuk sosis dapat teraba di RLQ. Terapi yang dipilih pada
29
intususseption bila tidak ada tanda-tanda peritonitis adalah barium enema,
sedangkan terapi pemberian barium enema pada pasien Appendicitis acuta sangat
berbahaya.
6) Chron’s enteritis
dan anorexia. Mual dan muntah yang jarang, dapat mengarahkan diagnosis
8) Epiploic appendagitis
torsi Colon. Gejala dapat minimal atau terjadi gejala abdomen yang dapat
berlangsung hingga beberapa hari. Pasien tidak tampak sakit, jarang terjadi mual
dan muntah, dan nafsu makan tidak berubah. Terdapat nyeri tekan pada daerah
yang terkena. Pada 25% kasus, nyeri berlangsung terus menerus hingga epiploic
30
Pyelonephritis acuta, terutama yang terletak di sisi kanan dapat menyerupai
Appendicitis acuta letak retroileal. Rasa dingin, nyeri costo vertebra kanan, dan
hematuria, dan atau tanpa demam atau leukositosis mendukung adanya batu.
dapat ditemukan gambaran yang sangat mirip dengan peritonitis difus sekunder
sekunder.
Nyeri abdomen merupakan gejala yang paling menonjol, namun nyeri sendi,
13) Yersiniosis
31
Infeksi Yersinia menyebabkan berbagai macam gejala klinik, termasuk
ringan dan self limited, namun pada beberapa dapat terjadi sepsis sistemik yang
tidak boleh menunda operasi, karena secara klinis Appendicitis yang disebabkan
oleh Yersinia tidak dapat dibedakan dengan Appendicitis oleh sebab lainnya.
yang tersering adalah PID, ruptur folikel de Graaf, kista atau tumor ovarium,
Infeksi ini biasanya bilateral tapi bila yang terkena adalah tuba sebelah
kanan dapat menyerupai Appendicitis. Mual dan muntah hampir selalu terjadi
32
Ruptur Folikel de Graaf
nyeri yang ringan pada abdomen bagian bawah. Bila cairan sangat banyak dan
berasal dari ovarium kanan, dapat dikelirukan dengan Appendicitis. Nyeri dan
nyeri tekan agak difus. Leucositosis dan demam minimal atau tidak ada. Karena
mittelschmerz.
2.7 Penatalaksanaan
1. Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan gejala klinis
profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai pada kasus akut, digunakan
33
Open Appendectomy
Horizontal Oblique
Pararectal/ Paramedian
rectus abdominis karena fascianya ada 2 agar tidak tertinggal pada waktu
penjahitan. Bila yang terjahit hanya satu lapis fascia saja, dapat terjadi
hernia cicatricalis.
serabut otot.
34
a. Incisi apponeurosis M. Obliquus abdominis externus dari lateral atas ke
medial bawah.
Keterangan gambar:
Satu incisi kulit yang rapi dibuat dengan perut mata pisau. Incisi kedua
externus.
Keterangan gambar:
Dari tepi sarung rektus, fascia tipis M. obliquus internus diincisi searah
35
Keterangan gambar:
Pada saat menarik M. obliquus internus hendaklah berhati-hati agar tak terjadi
externus dan internus. Tarikan yang terlalu keras akan merobek pembuluh dan
membahayakan saraf.
d. Peritoneum dibuka.
Keterangan gambar:
ialah pinset jaringan De Bakey. Asisten juga mengangkat dengan cara yang
36
sama pada sisi di sebelah dokter bedah. Dokter bedah melepaskan pinset,
memasang lagi sampai dia yakin bahwa hanya peritoneum yang diangkat.
Keterangan gambar:
seperti pada gambar. Cara lainnya ialah dengan mengklem ujung bebas
37
f. Appendix di klem pada basis (supaya terbentuk alur sehingga ikatan jadi
pertama diikat dengan benang yang diabsorbsi (supaya bisa lepas sehingga
tidak terbentuk rongga dan bila terbentuk pus akan masuk ke dalam
Caecum).
38
o Dibuat jahitan tabak sak pada Caecum, puntung Appendix diinversikan
i. Bila huruf g tidak dapat dilakukan, maka Appendix dipotong dulu, baru
Laparoscopic Appendectomy
sangat berguna untuk pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah.
39
Gambar Posisi operasi Laparoscopic Appendectomy 1
2. Hernia cicatricalis.
3. Ileus
dan erosi kecil pada gaster dan jejunum, mungkin karena emboli retrograd dari sistem
2.9 Komplikasi
1. Perforasi
2. Peritonitis
40
3. Appendicular infiltrat
2.10 Prognosis
Mortalitas dari Appendicitis di USA menurun terus dari 9,9% per 100.000
pada tahun 1939 sampai 0,2% per 100.000 pada tahun 1986. Faktor- faktor yang
diagnosis dan terapi, antibiotika, cairan i.v., yang semakin baik, ketersediaan
darah dan plasma, serta meningkatnya persentase pasien yang mendapat terapi
BAB III
PENUTUP
41
3.1 Kesimpulan
merupakan derivat bagian dari midgut, yang lokasi anatomisnya dapat berbeda
nyeri berpindah, dan gejala sisa klasik berupa nyeri periumbilikal kemudian
yang tidak terlalu tinggi. Tanda klinis yang dapat dijumpai dan manuver
diagnostik pada kasus Appendicitis adalah Rovsing’s sign, Psoas sign, Obturator
sign, Blumberg’s sign, Wahl’s sign, Baldwin test, Dunphy’s sign, Defence
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Lally KP, Cox CS, Andrassy RJ, Appendix. In: Sabiston Texbook of Surgery.
17th edition. Ed:Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 2004: 1381-93
2. Jaffe BM, Berger DH. The Appendix. In: Schwartz’s Principles of Surgery
Volume 2. 8th edition. Ed: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Pollock RE. New York: McGraw Hill Companies Inc. 2005:1119-34
43
3. Way LW. Appendix. In: Current Surgical Diagnosis & Treatment. 11 edition.
Ed:Way LW. Doherty GM. Boston: McGraw Hill. 2003:668-72
4. Human Anatomy 205. Retrieved at October 20 th 2011 From:
http://www.talkorigins.org/faqs/vestiges/vermiform_Appendix.jpg
5. http://www.med.unifi.it/didonline/annoV/clinchirI/Casiclinici/Caso10/Appendicit
is1x.jpg
6. Ellis H, Nathanson LK. Appendix and Appendectomy. In : Maingot’s Abdominal
Operations Vol II. 10th edition. Ed: Zinner Mj, Schwartz SI, Ellis H, Ashley SW,
McFadden DW. Singapore: McGraw Hill Co. 2001: 1191-222
7. Soybel DI. Appedix In: Surgery Basic Science and Clinical Evidence Vol 1. Ed:
Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass HI,
Thompson RW. New York: Springer Verlag Inc. 2000: 647-62
8. Prinz RA, Madura JA. Appendicitis and Appendiceal Abscess. In: Mastery of
Surgery Vol II. 4th edition. Ed: Baker RJ, Fiscer JE. Philadelphia. Lippincott
Williams & Wilkins. 2001: 1466-78
9. Hardin DM. Acute Appendicitis: Review and Update. American Academy of
Family Physician News and Publication. 1999;60: 2027-34. Retrieved at October
20th2011. From: http://www.aafp.org/afp/991101ap/2027.html
10. http://www.alkalizeforhealth.net/gifs/naturesplatform.gif
11. Owen TD, Williams H, Stiff G, Jenkinson LR, Rees BI. Evaluation of the
Alvarado score in acute Appendicitis. Retrieved at June 25th 2007. From:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/picrender.fcgi?artid=1294889&blobtype=pdf
44
45