Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu
syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya
Oleh :
Pembimbing :
dr. Mohammad Nasir, Sp.OG(K)
RESUME
1.1. Gonore
Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS)
yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,
urethra, endocervix, rectum, dan pharynx. Infeksi ini bisa tidak menimbulkan gejala
(Morel, 2010). Gonore merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan
kedua tersering dari IMS di Amerika. Gonore dapat ditularkan melalui hubungan seks
vaginal, anal dan oral dengan pasangan yang terinfeksi bakteri N. gonorrhoeae. Gonore
juga dapat ditularkan melalui ibu yang sedang mengandung kepada bayi yang ada dalam
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada perempuan berbeda dengan laki-laki.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin laki-laki dan
perempuan. Pada perempuan, penyakit akut maupun kronik, gejala subjektif jarang
ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. Pada umumnya
perempuan datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Gejala pertama pada laki-laki
berupa uretritis sedangkan pada perempuan berupa uretritis dan servisitis. Masa tunas
gonore sangat singkat, pada laki-laki umumnya berkisar 2-5 hari, kadang lebih lama.
Gejala tersebut dapat menyebabkan komplikasi lokal maupun sistemik selain itu juga
2
Menurut WHO, pada tahun 2008 terjadi peningkatan infeksi N. gonorrhoeae yang
signifikan selain di benua Eropa dan daerah Timur Tengah, yaitu dari sebanyak 87,7 juta
kasus pada tahun 2005 menjadi 106,1 juta kasus pada tahun 2008. Pada Benua Afrika
insidensi penderita gonore perempuan sebanyak 9,6 juta kasus, sedangkan laki-laki
sebanyak 11,6 juta kasus. Pada Tahun 2008, di Benua Amerika penderita gonore
perempuan 4,4 juta kasus, sedangkan laki-laki sebanyak 6,6 juta kasus. Di Asia
Tenggara insidensi penderita gonore perempuan sebanyak 7,5 juta kasus, sedangkan
laki-laki 18,0 juta kasus. Insidensi penderita gonore perempuan di Benua Eropa
sebanyak 1,9 juta kasus, sedangkan laki-laki sebanyak 1,6 juta kasus. Di Timur tengah
insidensi penderita gonore perempuan sebanyak 1,2 juta kasus sedangkan laki-laki 1,9
juta kasus. Data mengenai IMS secara keseluruhan menurut SDKI 2012. Laki-laki
kawin usia 15-54 tahun yang berobat IMS ke klinik, dokter, atau tenaga kesehatan
lainnya sebanyak 45%, 8% membeli obat sendiri ke apotik, 6% membeli obat dari
sumber lain selain apotik, dan sebanyak 39% tidak melakukan pengobatan IMS.
Di Indonesia, IMS yang paling banyak ditemukan adalah sifilis dan gonore.
Prevalensi infeksi menular di Indonesia yakni kota Bandung sebanyak 37,4% untuk
kasus gonore, klamidia 34,5%, dan sifilis 25,2%. Di Surabaya prevalensi infeksi
klamidia 33,7%, sifilis 28,8%, dan gonore sebanyak 19,8%. Jakarta sebagai ibu kota
negara Republik Indonesia memiliki jumlah kasus gonore sebanyak 29,8%, sifilis 25,2%
dan klamidia 22,7%. Di Medan angka kejadian syphilis terus meningkat setiap tahun.
Peningkatan penyakit ini terbukti sejak tahun 2003 meningkat 15,4%, sedangkan pada
tahun 2004 terus menunjukkan peningkatan menjadi 18,9%, sementara pada tahun 2005
terhadap IMS. Angka kejadian infeksi menular seksual pada LSL di Amerika meningkat
3
cukup tinggi. Berbagai faktor penyebab tingginya angka kejadian HIV dan IMS pada
LSL adalah berhubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi dan ahkirnya
menularkan dirinya sendiri, perilaku seks yang tidak menggunakan kondom dan
perilaku seks melalui anal, serta pandangan masyarakat yang buruk terhadap LSL dapat
mempengaruhi kesehatan dari LSL (Center for Disease Control and Prevention, 2016).
akan diberikan kepada seseorang dengan hasil tes gonore positif, seseorang yang
berhubungan seks dengan pasangan yang terinfeksi dengan ada atau tidak adanya gejala
dalam kurun waktu enam puluh hari, dan bayi yang lahir dari ibu yang menderita gonore
(Marshall, 2014). Upaya pencegahan yang harus dilakukan agar tidak tertular IMS
pasangan anda sedang menderita gonore, gunakan kondom dengan benar setiap kali
berhubungan seks, berpikir dua kali sebelum berhubungan seks terutama jika bukan
dengan pasangan tetap, batasi jumlah pasangan dalam berhubungan seks, dan
mengetahui status diri sendiri apakah sedang menderita IMS sehingga dapat menjauhkan
pasangan dari risiko tertular IMS (Center for Disease Control and Prevention, 2016)
Pada LSL didapatkan beberapa gejala klinik yang jarang didapatkan pada pasangan
heteroseksual yaitu infeksi oropharyngeal maupun anal karena perilaku seks mereka
yang menyimpang seperti anal sex dan oral sex. Tingginya insidensi LSL mungkin juga
akan berdampak pada tingginya infeksi gonore yang ada saat ini.
Yayasan X adalah yayasan yang menampung para LSL di Kota Bandung. Visi
yayasan ini adalah menambah rasa percaya diri kepada LSL agar dapat berdaya dan
diskriminasi di masyarakat. Berbagai kegiatan dilakukan oleh yayasan ini salah satunya
dengan mengadakan kegiatan penyuluhan dan skrining gratis mengenai IMS dan
4
HIV/AIDS rutin setiap bulannya.
1.2. Sifilis
“Satu, memenjarakan para pekerja seks tidak akan menghapuskan prostitusi. Dua,
semakin tersembunyi dan sulit bergerak, semakin parah pula kerentanan mereka terhadap
kemiskinan dan penyakit menular seksual (PMS). Hal ini dikonfirmasi oleh laporan “Crimes
menganalisis dampak kriminalisasi dan penutupan lokalisasi di Malang, Jawa Timur, pada
Pada Juli 2014, Pemkab Malang mengumumkan akan menutup lokalisasi di wilayah
tersebut sebagai “kado ulang tahun” untuk Kabupaten Malang. Alih-alih memberikan
manfaat, Malang mendapati kado ulang tahunnya berbuah sebaliknya. Lima tahun setelah
lokalisasi ditutup dan pekerja seks dikriminalisasi, laporan menunjukkan bahwa jumlah
pekerja seks kembali melambung seperti semula. Bedanya, mereka terpapar risiko kesehatan
yang lebih tinggi dengan akses ke kondom yang dibatasi dan menjadi tingginya angka
dikriminalisasi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas seks yang dilakukan tanpa
dikriminalisasi semakin sulit karena tidak ada lagi atau pekerja kesehatan yang menyediakan
kondom dengan harga murah kepada pekerja seks (Cameron, et al., 2020).
Dampak kesehatan dari kriminalisasi pekerja seks ini juga tidak hanya kepada mereka,
tetapi juga klien dan pasangan mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko laki-
laki selaku klien untuk tertular PMS meningkat menjadi 22-59,3%. Perempuan non-pekerja
5
sekspun mengalami kenaikan risiko menjadi 13,6- 48,3%. “Oleh karena itu, dampak dari
kriminalisasi terhadap kesehatan publik dalam jangka panjang, terutama di negara seperti
Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) tahun
2014 Nafsiah Mboi mengenai penutupan lokalisasi Gang Dolly pada 19 Juni 2014 bukanlah
sebuah solusi permanen untuk mengatasi masalah prostitusi di Surabaya, Jawa Timur. Ia
khawatir hal itu bakal meningkatkan potensi penularan infeksi menular seksual (IMS) dan
penularan di luar kelompok berisiko, seperti ibu rumah tangga dan bayi.
(Jakarta), praktik prostitusi tetap berlangsung dan menyebar ke wilayah lain. Bedanya, PSK
yang menjajakan diri tidak terlokalisasi lagi. Mereka ditampung di rumah-rumah penduduk.
Imbasnya, dinas kesehatan, LSM kesehatan, dan dinas sosial kesulitan mendata dan memberi
Dampak paling berbahaya, ialah potensi penyakit menular seksual yang akan
meningkat. Pasalnya, PSK yang memiliki penyakit IMS tidak bisa terkontrol. Akibatnya,
lelaki yang menggunakan jasa mereka berisiko menularkan penyakit ke istri dan bayi
mereka.
memperbesar terjadinya risiko penularan (re-infeksi). Lesi sifilis terbuka juga dapat
meningkatkan risiko penularan HIV dan transmisi (CDC, 2009). Ada korelasi yang kuat
antara penyebaran PMS konvensional dan Penularan HIV dan pada kedua IMS ulseratif dan
non-ulseratif telah ditemukan meningkatkan risiko penularan HIV secara seksual (Chin,
2006).
Penyakit kelamin (veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya
6
sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonorhea. Pengetahuan di bidang kesehatan
berkembang pesat sehingga ditemukan diagnosa penyakit kelamin baru yang disebut sexual
transmitted disease (STD) atau IMS. Kejadian IMS sebagian besar negara relatif tinggi dan
setiap tahun ditemukan kasus baru. Komplikasi dari IMS antara lain kemandulan, kecacatan,
gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker, dan juga kematian. (Fahmi dkk, 2014)
Angka kejadian IMS dari 340 juta kasus baru yang dapat disembuhkan (sifilis, gonore,
infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi setiap tahunnya pada laki-laki dan
perempuan usia 15-49 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia,
angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika
bagian Sahara, Amerika Latin, dan Karibean. Prevalensi IMS di negara berkembang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan di negara maju. Pada perempuan hamil di dunia, angka
kejadian sifilis 10-100 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kejadiannya pada
Di Indonesia sendiri, kejadian infeksi menular seksual yang paling banyak ditemukan
adalah sifilis dan gonore. Jumlah kasus sifilis yang dilaporkan selama lima tahun terakhir
yaitu 37.040, kasus duh uretra (Uretritis non-gonokokus) sebanyak 52.951 kasus, kasus
pengeluaran duh vagina sebanyak 280.634 kasus, kasus ulkus genital sebanyak 8.695 kasus.
Terdapat kecenderungan pada wanita antara tahun 2011 dan 2016, jumlah kasus wanita yang
melaporkan mengalami pengeluaran duh vagina adalah 79. 268 kasus (Kemenkkes RI, 2017).
Kejadian remaja sifilis di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2014
mencapai 42 juta jiwa atau 19,34% dari seluruh penduduk Indonesia. Masa remaja adalah
masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadi
kematangan seksual, yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai 20 tahun. Tingginya angka
kejadian penyakit menular seksual di kalangan remaja terutama wanita, merupakan bukti
7
bahwa pengetahuan remaja akan penyakit menular seksual masih rendah. Wanita dalam hal
Provinsi Jawa Timur ditetapkan sebagai wilayah dengan prevalensi IMS yang
terkonsentrasi bersama 5 provinsi lainnya, yaitu DKI Jakarta, Papua, Bali, Riau dan Jawa
Barat. Jumlah penderita kasus IMS di Provinsi Jawa Timur tahun 2016 yang ditemukan pada
laki-laki Sifilis sebanyak 328 kasus (64.19%). Sedangkan jumlah kasus yang ditemukan pada
Sifilis memiliki dampak besar bagi kesehatan seksual, kesehatan reproduksi, dan
kehidupan sosial. Populasi berisiko tertular sifilis meningkat dengan adanya perkembangan
dibidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasi penduduk (Kemenkes RI, 2017).
Penularan penyakit sifilis dapat terjadi melalui kontak langsung ataupun tidak
langsung. Penularan sifilis secara langsung melalui perpindahan bakteri Treponema Pallidum
yang terdapat pada lesi di area genital dan kulit luar area genital. Sejumlah penelitian
menyebutkan bahwa Treponema pallidum di kulit manusia dan membran mukosa memiliki
kecenderungan untuk masuk menembus kulit normal dan membran mukosa. Penularan sifilis
secara tidak langsung dapat terjadi seperti melalui penggunaan barang yang bersifat pribadi
seperti handuk, pisau cukur, alas tidur dan tinggal dalam kamar yang sama ataupun
Menurut WHO terdapat beberapa cara pencegahan untuk menekan angka kejadian
IMS dan HIV/AIDS yaitu dengan tidak melakukan seks pranikah pada remaja, mengurangi
jumlah pasangan seksual (be faithful), menggunakan kondom saat berhubungan seksual,
memutuskan rantai penularan infeksi, serta meningkatkan akses dan layanan pencegahan
komprehensif. Layanan pencegahan IMS pada pusat pelayanan kesehatan yaitu pemberian
kondom untuk pria maupun wanita, konseling pada pasien IMS yang berupa edukasi tentang
8
pencegahan infeksi HIV pada seseorang yang berisiko terhadap penyakit tersebut, dan
Dalam agama Islam sendiri Perilaku seks tanpa ikatan tergolong dalam perbuatan zina
dan zina sendiri telah secara tegas dilarang agama seperti pada Al-Qur’an Surat Al-Nisa ayat
32 Allah berfirman “Dan janganlah kamu mendekati Zina; (Zina) itu sesungguhnya suatu
perbuatan keji, dan satu jalan yang buruk”. Diharamkanya Zina adalah karena perbuatan zina
dapat menyebabkan keturunan yang pada akhirnya sangat di mungkinkan anak yang
dilahirkan menjadi terlontar. Dalam hadist riwayat Baihaqi dari Anas yang dikutip Mujab
Mahali menyebutkan ada 6 perkara yang akan diberikan Allah kepada para pezina baik yang
diberikan di dunia maupun di akhirat, ke 3 perkara yang akan di berikan didunia adalah
Hilangnya kewibawaan dari wajahnya, berkurangnya barakah umur, dan dilanda kekafiran
yang terus menerus. Sedangkan 3 perkara yang diberikan di akhirat adalah mendapat
kemurkaan Allah, dihisab dengan berat, dan mendapat siksa neraka (Ismail, 2017).
pentingnya pendidikan seks baik di rumah maupun di sekolah. Hal ini mengakibatkan
mahasiswa untuk mencari tahu sendiri informasi mengenai seks melalui teman, buku-buku
Porno, Video, VCD, DVD, maupun Hand Phone. Media-media tersebut memberi peluang
yang besar dalam akses Informasi tanpa sensor sehingga menambah daya dorong seksual
yang sangat mungkin mengakibatkan mahasiswa terlibat dalam perilaku seks bebas.
Lingkungan pergaulan yang kurang baik, melemahnya fungsi dan kontrol keluarga, serta
keterasingan yang dialami individu dan kurangnya pengetahuan yang benar mengenai
persoalan seksual yang sehat termasuk pengetahuan mengenai penyakit menular seksual
adalah faktor penyebab timbulnya perilaku seksual di kalangan masyarakat. Selain faktor
tersebut, kurangnya aktivitas keberagamaan juga menjadi salah satu faktor penyebab
9
timbulnya perilaku seksual.
Prostitusi telah ada sepanjang sejarah manusia. Di Indonesia sejarah pelacuran dapat
ditelusuri sejak berlakunya sistem kolonial, yang ditandai dengan penamaan Gang Dolly dan
beberapa tempat prostitusi yang sudah dikenal sejak zaman kolonial Belanda. Prostitusi telah
menjadi sorotan beberapa waktu lalu, karena merupakan masalah moral, sosial dan agama.
Prostitusi sering dibicarakan, mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan masalah yang
berskala nasional ini. Prostitusi memiliki dimensi yang sangat kompleks sebab berkaitan erat
dengan masalah penyimpangan tatanan nilai dan norma agama, budaya masyarakat serta
terkait erat dengan masalah ekonomi, ketertiban dan Kesehatan (Kartono, 2005).
Belakangan ini sedang heboh berita tentang prostitusi online melalui smartphone yang
melakukan transaksi jual beli pekerja seks komersial (PSK), baik laki-laki maupun
perempuan yang menjadi sasaran targetnya. Berbagai alasan orang-orang yang tidak
pelacuran, seperti alasan strategis dan aman. Media ini memang lebih aman jika
dibandingkan dengan langsung menjajakan di pinggir jalan ataupun tepat lokalisasi. Dengan
adanya media ini seseorang bisa lebih leluasa dalam bertransaksi, tidak harus saling bertemu
antara seorang pelaku prostitusi dengan orang yang ingin memakai jasanya (Kartono, 2005).
Dunia maya kini sudah menjadi bagian hidup dari masyarakat. Media sosial sebagai
salah satu produk dari dunia maya, mampu mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang
dekat. Dengan kecanggihan teknologi, bertemu dengan orang baru di dunia maya bukan lagi
hal yang sulit. Dahulu hanya dengan perangkat komputer atau laptop bisa mengakses media
sosial, sekarang ini dengan fasilitas smartphone (telepon pintar) kita bisa lebih mudah
10
mengaksesnya. Berbagai macam aplikasi dimunculkan dalam smartphone untuk
Kasus yang yang pernah ada adalah terungkapnya kasus prostitusi online yang
dilakukan di tower J lantai 5 dan tower H lantai 8 Apartemn Kalibata City, Jakarta Selatan.
Polisi menangkap pria bernama Faisal alias Ical yang merupakan tersangka prostitusi online.
Modus yang dipakai adalah dengan menawarkan PSK yang menjadi anak buahnya melalui
forum semprot.com yang merupakan forum khusus dewasa. Faisal mematok tarif muali dari
Rp 600 ribu sampai 3 juta per jam. Parahnya, Faisal memeperkerjakan anak dibawah umur,
bahkan salah satunya berusia 14 tahun. Mirisnya lagi, Faisal memperkerjakan perempuan
yang tengah hamil enam bulan. Faisal menggunakan apartemen di Tower Jasmine lantai 5
sebagai tempat untuk menampung para PSK. Sementara tempat untuk melakukan prostitusi
Salah satu dampak dari protitusi online pada Kesehatan utamanya yaitu HIV/AIDS.
HIV terus menjadi masalah kesehatan utama pada masyarakat di dunia, menurut WHO telah
lebih dari 35 juta jiwa penderita sejauh ini. Pada 2017, 940.000 orang di dunia meninggal
karena penyebab terkait HIV. Data WHO menunjukan di dunia ada sekitar 36,9 juta orang
yang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2017 dengan 1,8 juta orang baru terinfeksi pada
tahun 2017. Sebanyak 59% orang dewasa dan 52% anak-anak yang hidup dengan HIV
menerima terapi antiretroviral (ART) seumur hidup pada tahun 2017 (WHO, 2017).
Menurut WHO, Afrika adalah wilayah yang paling banyak, dengan 25,7 juta orang
hidup dengan HIV pada tahun 2017. Wilayah Afrika juga menyumbang lebih dari dua
pertiga dari total infeksi HIV baru di dunia. Setelah Afrika disusul oleh Asia Tenggara
dengan penderita HIV paling banyak kedua. Di Indonesia sendiri yang masuk dalam wilayah
Asia Tenggara memiliki angka penderita yang cukup tinggi dan terjadi peningkat setiap
11
tahunnya (WHO, 2017).
Berdasarkan laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI pada 17 Februari 2020, pada triwulan
keempat tahun 2019 dalam jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS dengan skala nasional
Provinsi Jawa Timur ada di puncak epidemi HIV/AIDS nasional dengan jumlah kasus
77.963 yang terdiri atas 57.176 HIV dan 20.787 AIDS (Kemenkes, 2020).
Sedangkan pada triwulan pertama tahun 2020 juga Jawa Timur pula yang ada di
puncak epidemi HIV/AIDS berdasarkan laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI, 29 Mei 2020,
dengan jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 79.577 yang terdiri atas 58.673 HIV dan 20.904
AIDS. Dari data kasus HIV/AIDS di Jawa Timur dalam waktu tiga bulan yaitu Januari –
Maret 2020 ada penambahan kasus baru HIV sebanyak 1.497 dan AIDS sebanyak 117.
Dengan tambahan kasus HIV ini berarti terjadi insiden infeksi HIV baru di masyarakat.
(Kemenkes, 2020).
dibandingkan homoseksual dan Data kasus HIV & AIDS paling banyak ditemukan pada
kisaran umur 20-29 tahun (PKBI, 2015). Lamanya waktu untuk terinfeksi dapat sangat
bervariasi antar individu. Jika dibiarkan tanpa pengobatan, sebagian besar orang yang
terinfeksi HIV akan mengembangkan tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-10 tahun,
walaupun ini bisa lebih pendek. Waktu antara tertular HIV dan diagnosis AIDS biasanya
antara 10–15 tahun, tetapi terkadang dapat lebih lama. Terapi antiretroviral (ART) dapat
jumlah virus dalam darah orang yang terinfeksi (dikenal sebagai 'viral load') (WHO,2017).
Masa antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya gejala-gejala penyakit (masa inkubasi)
adalah 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan
pada orang dewasa. Pola penularan HIV berdasarkan kelompok umur dalam 5 tahun terakhir
12
tidak banyak berubah. Infeksi HIV paling banyak terjadi pada kelompok usia produktif 25-49
tahun, diikuti kelompok usia 20-24 tahun (Kemenkes, 2014). Dari data tersebut setiap
tahunnya kasus HIV paling banyak terdapat pada usia rentang 25-49 tahun, sedangkan masa
inkubasi HIV dibutuhkan 5 hingga 10 tahun untuk dapat terdeteksi, sehingga kemungkinan
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bauk
secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan
yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko
atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Sifat dan berperilaku
Berdasarkan Analisis Data Riskesdas tahun 2010, pengetahuan HIV dan AIDS pada
remaja dengan katagori baik diketahui sebesar 51,1 persen, sedangkan remaja dengan
pengetahuan HIV dan AIDS kurang sebesar 48,9 persen. Persentase remaja yang mampu
menjawab dengan benar pengetahuan HIV dan AIDS hanya sebesar 0,3 persen (Sudikno,
2010). Menurut penelitian Rahmawati, (2014), yang menyebukan tidak ada perbedaan yang
terlalu besar antara pengetahuan baik dan sedang, hal ini terjadi karena responden memiliki
Berdasarkan data tersebut, perlu adanya intervensi atau tindakan seperti promosi
WHO tahun 2018, promosi kesehatan yaitu suatu proses yang memungkinkan masyarakat
meningkatkan atau mengontrol kesehatan diri. Ini mencakup intervensi sosial dan lingkungan
yang dirancang untuk memberi manfaat dan melindungi kesehatan dan kualitas hidup
13
individu dengan mengatasi dan mencegah akar penyebab kesehatan yang buruk, tidak hanya
Hal tersebut merupakan salah satu penanggulangan HIV/AIDS dengan cara promotif
media cetak, media elektronik, media sosial, perkumpulan sosial budaya untuk mewujudkan
pada remaja diperlukan pemilihan media yang tepat. Pemilihan media merupakan unsur yang
dapat diartikan sebagai media yang memberikan pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional yang mengandung unsur-unsur pengajaran. Salah satu media yang dapat
digunakan yaitu media audio visual atau video, karena masyarakat akan lebih cepat
dalam dosa besar dan mempunyai sanksi yang besar. Islam tidak membedakan apakah
tindakan tersebut atas dasar suka sama suka, paksaan, tidak beda pula, apakah ada tuntutan
mendekati zina adalah perbuatan cabul yang dapat menyebabkan dan mengakibatkan
Dalam al-Qur’an, larangan perbuatan mendekati zina terdapat dalam surat al-Isra ayat 32
“dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
14
dari Tim Pentashih Mushaf al-Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia, adalah karena
perbuatan ina itu merupakan perbuatan yang keji yang mengakibatkan kerusakan, antara lain
menjadi ragu-ragu terhadap anaknya, apakah anak ntersebut lahir itu sebagai keturunannya
yang sah atau hasil perzinaan. Dugaan suami terhadap istri melakukan zina dengan laki-laki
perbuatan zina banyak menimbulkan terjadinya tindak pidana terhadap nyawa atau
3. Perbuatan zina dapat merusak ketenangan hidup berumah tangga. Seorang wanita atau
seorang lelaki yang telah berbuat zina menimbulkan stikma atau noda keluarga dalam
serta tidak ada ketenangan dalam hubungan hidup berumah tangga, terlebih lagi jika zina itu
4. Perbuatan zina dapat menghancurkan kehidupan rumah tangga atau keluarga yang
bersangkutan. Hal itu karena, suami atau istri yang melakukan zina berarti ia telah menodai
keluarga atau rumah tangganya, sehingga akan sukar untuk dielakkan dari kehancuran rumah
tangga.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
seksual. Penyakit menular seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal
(Sjaiful, 2007).
dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan
(Sjaiful, 2007).
3.1. Gonore
3.1.2 Definisi
Gonorrhea merupakan salah satu infeksi menular seksual, dimana penyakit ini
Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah dan biasaya penyakit ini
menyerang selaput lendir, mucous, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya
(CDC, 2013).
3.1.3 Etiologi
16
Gonorrhea disebabkan oleh bakteri gram negatif Neisseria gonorrhoeae.
Bakteri Neisseria gonorrhoeae berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8μ, panjang
1,6 μ dan bersifat tahan terhadap suasana asam akan tetapi tidak tahan lama
berada pada udara bebas, bakteri ini akan cepat mati pada keadaan kering dan
faring, dan konjungtiva. Transmisi penyakit ini terjadi melalui inokulasi langsung
dari sekresi yang telah terinfeksi melalui kontak mukosa ke mukosa lainnya.
kontak oro-anal ibu yang mentransmisikan kepada anaknya anaknya pada saat
3.1.4 Patofisiologi
yang bersifat intraseluler yang mempengaruhi epitel kuboid atau kolumner pada
hostnya. Virulensi dan patogenitas bakteri ini tergantung pada banyak hal,
penetrasi seluruhnya diantara sel dalam ruang sub epitel. Karakteristik respon host
17
pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses submukosa dan discharge purulen.
Apabila tidak diobati, infiltrasi makrofag dan limfosit akan digantikan oleh
mengarah ke infeksi jaringan lalu hal ini diikuti dengan inflamasi kronis dan
fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, eksudat berwarna kuning
dan kental, disertai rasa nyeri saat membuang air kecil. Infeksi uretra pada pria
dapat menjadi infeksi yang asimptomatik. Sedangkan pada wanita, infeksi primer
sekresi cairan mikropurulen. Hal ini dapat berkembang ke tuba uterine, dan
pembentukan papula dan pustula yang hemorrages) yang terdapat pada tangan,
lengan, kaki, dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada
lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endokarditis yang disebabkan oleh gonokokus
2012).
serum tetapi bakteri ini relatif resisten terhadap obat anti mikroba. Akan tetapi
terjadi hal sebaliknya ketika gonokokus menginfeksi sampai ke dalam aliran darah
dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten terhadap serum tetapi
peka terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal dari auksotipe
18
N, 2012).
3.1.5 Diagnosis
Adapun beberapa tata laksana diagnosis yang dilakukan untuk menindak lanjuti
3.1.6 Anamnesis
mengidentifikasi pasangan seksual pasien yang dapat dilakukan oleh tenaga medis
2011).
Adapun informasi faktor risiko yang dapat digali dari melakukan anamnesis
19
1) Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
Adapun beberapa pertanyaan yang perlu ditanyakan kepada pasien antara lain
pacar, suami/isteri
seksual
20
Dari beberapa pertanyaan di atas, maka beberapa gejala yang akan dikeluhkan
eksudat uretra (>80%) dan dysuria (>50%). Gejala ini biasanya dikeluhkan
sekitar 2-8 minggu setelah exposure. Sedangkan pada pasien laki-laki yang
genital tract berkaitan dengan infeksi endoserviks dan uretra dan termasuk
keluhan gatal pada organ genitalia, peningkatan eksudat vagina (>50%), nyeri
3) Pada pasien yang mengalami infeksi rectal dan faring maka akan jarang
Pemeriksaan fisik pada pasien yang mengalami infeksi menular seksual harus
2011).
Pasien perempuan diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dalam posisi
21
Gambar 2.1 Posisi Litotomi Sumber: Kemenkes RI, 2011
Pemeriksa duduk dengan nyaman ambil melakukan inspeksi dan palpasi mons
pubis, labia, dan perineum. Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke
RI, 2011).
1) Perhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung, serta daerah skrotum.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara melakukan inspeksi dan palpasi
pada daerah genitalia, perineum, anus dan sekitarnya (Kemenkes RI, 2011).
3) Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak
Dari hasil pemeriksaan fisik maka akan didapatkan hasil berupa (Bignell dan
Unemo, 2014):
22
1) Laki-laki akan sering ditemukan eksudat mukopurulent pada uretra yang
tanda dan gejala, ataupun pasien yang asimptomatik (Kemenkes RI, 2011).
1) Pemeriksaan mikroskopis
sensitivitas >90% untuk pasien laki-laki yang simptomatis dan 50-75% untuk
pasien laki-laki asimptomatik dan spesifisitas >90 pada pasien laki-laki yang
2013).
23
Gambar 2.2 Sediaan hapusan serviks disertai diplokokus gram negatif dan leukosit
Polimorfonuklear (PMN)
adalah hasil yang lebih cepat diketahui. Tapi untuk meningktakan sensitivitas,
dengan pemeriksaan kultur dan NAAT, akan tetapi jika pada pemeriksaan
melihat apakah adanya resistensi pada pengobatan infeksi tersebut (Bontovics dan
Allen, 2013).
faring karena memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang rendah (Bontovics dan
Allen, 2013).
2) Kultur
mengptimalkan hasil kultur bakteri. Kultur bakteri ini dapat dilakukan pada
beberapa anatomi tubuh yang mengalami infeksi antara lain uretra, serviks,
faring, rectal, konjungtiva, joint fluid dan darah akan tetapi kultur tidak
disarankan menggunakan spesimen yang berasal dari urine (Bontovics dan Allen,
2013).
Awal diperkenalkan pada tahun 1990 dan merupakan diagnosis yang sangat
24
sederhana dengan sensitivitas lebih baik dibandingkan dengan kultur bakteri
serviks, dan uretra. Pemeriksaan menggunakan urine biasanya memang lebih tidak
invasive tapi jika dilakukan pada wanita maka sensitivitasnya lebih rendah
Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah tidak dapat mengetahui hasil yang
dan juga pemeriksaan ini tidak disarankan untuk dilakukan pada sample yang
4) PCR
PCR merupakan suatu amplifikas DNA enzimatik yang sangat sensitif dan
spesifik terhadap suatu organism tertentu berdasarkan target gen primer yang
dimiliki. Fungsi PCR ini adalah untuk mendeteksi DNA organisme tertentu
walaupun dengan spesimen dalam jumlah yang terbatas dengan spesimen yang di
ambil dari mana saja yang diduga mengalami gangguan (Afriana N, 2012).
3.1.6 Penatalaksanaan
1) Farmakologi
Pengobatan dalam mengatasi infeksi gonorrhea lebih sering menggunakan
terapi single dose dengan tujuan untuk mengatasi kepatuhan pasien dalam
single oral dose. Selain cefriaxone terdapat beberapa antibiotik yang dapat dipilih
dan memberikan efek yang cukup baik, antara lain ciprofloxacin, ofloxacin,
25
2014).
konfirmasi tentang keamanan penggunaan. Tapi untuk ibu hamil dan menyusui
ciprofloxacin dengan dosis 500 mg. namun terapi ini tidak boleh diberikan untuk
dosis 100.000 unit/kg berat badan, dengan dikombinasi dengan probenecid 25g/kg
berat badan. Tetapi terdapat beberapa pilihan terapi yang dapat dipilih untuk terapi
26
Sedangkan terapi untuk pasien yang mengalami infeksi pada konjungtiva
mata, mata pasien awalnya harus diirigasi menggunakan larutan saline steril lalu
selama 3 hari lalu, jika pasien memiliki riwayan alergi penicillin maka obat
pasien yang mengalami gonoblenore dirawat oleh bagian ilmu penyakit mata
2) Non Farmakologi
berupa tes diagnosis dan jika pasangan sex juga mengalami infeksi positif maka
Unemo, 2014)
3.2. Sifilis
3.3.1 Definisi
Treponema pallidum (T. pallidum) dan merupakan salah satu bentuk infeksi
menular seksual. Selain sifilis, terdapat tiga jenis infeksi lain pada manusia yang
disebabkan oleh treponema, yaitu: non venereal endemic syphilis (telah eradikasi),
Sifilis secara umum dapat dibedakan menjadi dua: yaitu sifilis kongenital
(ditularkan dari ibu ke janin selama dalam kandungan) dan sifilis yang didapat /
27
acquired (ditularkan melalui hubungan seks atau jarum suntik dan produk darah
yang tercemar).
3.3.3 Diagnosis
tingkat Puskesmas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan sindrom dan
pemeriksaan serologis.
Secara umum, tes serologi sifilis terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Tes non-treponema
Termasuk dalam kategori ini adalah tes RPR (Rapid Plasma Reagin) dan
bahan-bahan lipid sel-sel T. Pallidum yang hancur. Antibodi ini dapat timbul
28
sebagai reaksi terhadap infeksi sifilis. Namun antibodi ini juga dapat timbul pada
berbagai kondisi lain, yaitu pada infeksi akut (misalnya: infeksi virus akut) dan
penyakit kronis (misalnya: penyakit otoimun kronis). Oleh karena itu, tes ini
bersifat non-spesifik, dan bisa menunjukkan hasil positif palsu. Tes non-spesifik
dipakai untuk mendeteksi infeksi dan reinfeksi yang bersifat aktif, serta memantau
keberhasilan terapi. Karena tes non spesifik ini jauh lebih murah dibandingkan tes
spesifik treponema, maka tes ini sering dipakai untuk skrining. Jika tes non spesifik
menghemat biaya, Namun hasil positif pada tes non spesifik treponema tidak selalu
berarti bahwa seseorang pernah atau sedang terinfeksi sifilis. Hasil tes ini harus
ini mendeteksi antibodi yang bersifat spesifik terhadap treponema. Oleh karena itu,
tes ini jarang memberikan hasil positif palsu. Tes ini dapat menunjukkan hasil
positif/reaktif seumur hidup walaupun terapi sifilis telah berhasil. Tes jenis ini tidak
dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi aktif dan infeksi yang telah
sedang mengalami infeksi aktif. Tes ini juga tidak dapat membedakan infeksi T
29
riwayat pajanan dan riwayat perjalanan ke daerah endemis treponematosis lainnya
dan non-treponema, dibutuhkan untuk diagnosis dan tatalaksana pasien sifilis oleh
petugas kesehatan. Hasil tes treponema memastikan bahwa pasien pernah terinfeksi
3.3.4 Tatalaksana
Pada saat sebelum injeksi benzathin benzylpenicillin lakukan uji penisilin terlebih
30
Sifilis laten Benzathine benzylpenicillin Doksisiklin100 mg Eritromisin 500
2,4 juta IU, injeksi IM, satu per oral, 2 kali /hari mg per oral,4 kali
kali/minggu selama 3 minggu minimal 30 hari /hari minimal 30
berturut turut ATAU Seftriakson 1 hari
gr, injeksi IM 1
kali /hari selama 10
hari
Pasien dengan sifilis dini dan telah diterapi dengan adekuat harus dievaluasi
secara klinis dan serologis tiap 3 bulan selama satu tahun pertama (bulan ke 3, 6, 9,
12) dan setiap 6 bulan di tahun kedua (bulan ke 18, dan 24).
Tes TPHA dan titer RPR harus dilakukan pada tiga bulan setelah terapi untuk
sifilis primer dan sekunder, titer RPR diperlukan untuk mengevaluasi keberhasilan
terapi dan mendeteksi infeksi ulang (reinfeksi). Terapi dianggap berhasil jika titer
RPR turun. Jika titer tidak turun atau malah naik, kemungkinan terjadi reinfeksi dan
ulangi terapi. Pada bulan ke 3, 6, 9, 12, 18 dan 24 bulan setelah terapi: Jika titer
RPR tetap sama atau bahkan turun, terapi dianggap berhasil dan pasien cukup di
observasi.
Jika titer RPR meningkat, obati pasien sebagai infeksi baru dan ulangi terapi. Jika
RPR non reaktif atau reaktif lemah (serofast) maka pasien dianggap sembuh. Pada
semua stadium, ulangi terapi jika terdapat gejala klinis sifilis dan terdapat
peningkatan titer RPR (misal dari 1:4 menjadi 1:8) yang terpenting adalah semua
31
3.3.1 Definisi
gejala yang didapat akibat dari penurunan respon sistem kekebalan tubuh akibat
Virus (HIV) adalah virus yang bereplikasi didalam sistem imun tubuh dan
merupakan salah satu retrovirus karena dapat mengubah urutan sistem rantai
dalam sel inang (Price & Wilson, 2006; Pinsky & Douglas, 2009; Corwin, 2008).
3.3.2 Etiologi
Penyebab terjadinya AIDS berasal dari infeksi virus HIV. Virus ini dahulu
disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (Human T Lympotrophic Virus III /
HTLV-III) atau virus limfadenopati, adalah suatu retrovirus manusia dari famili
lentivirus (Price & Wilson, 2006). Terdapat dua tipe virus HIV yang sudah
Virus HIV-1 merupakan tipe yang paling umum dan virulen menginfeksi
manusia dimana sebanyak 90% kejadian infeksi HIV yang terjadi di dunia berasal
3.3.3 Patofisiologi
Virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen dan
mempunyai materi genetik RNA yang mampu menginfeksi limfosit CD4 (Cluster
(Price & Wilson, 2006; Pasek, dkk., 2008; Wijaya, 2010). Virus HIV cenderung
32
menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen CD4 terutama
sistem kekebalan tubuh. Virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel
Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada
alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang
banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri (Price & Wilson, 2006;
Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral akut
atau Acute Retroviral Syndrome. Sindrom ini diikuti oleh penurunan jumlah CD4
dan peningkatan kadar RNA HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan akan
menurun dalam beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada
1,5 – 2,5 tahun sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load (jumlah
virus HIV dalam darah) akan cepat meningkat pada awal infeksi dan pada fase
akhir penyakit akan ditemukan jumlah CD4 < 200/mm3 kemudian diikuti
timbulnya infeksi oportunistik, berat badan turun secara cepat dan muncul
bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun (Pinsky & Douglas, 2009;
Corwin, 2008). Secara ringkas, perjalanan virus HIV dapat dilihat di bagan
berikut:
33
Tabel 2.1 Klasifikasi infeksi HIV yang didasarkan pada patofisiologi penyakit seiring memburuknya
Kelas Kriteria
Grup I 1. Infeksi akut HIV
2. Gejala mirip influensa, mereda sempurna
3. Antibodi HIV negatif
HIV asimtomatik 1. Antibodi HIV positif
Grup II 2. Tidak ada indikator klinis atau laboratorium adanya
imunodefisiensi
HIV simtomatik 1. Antibodi HIV positif
Grup III 2. Limfadenopati generalisata persisten
Grup IV-A 1. Antibodi HIV positif
2. Penyakit konstitusional (demam atau diare menetap,
menurunnya BB > 10% dibandingkan berat normal
Grup IV-B 1. Sama seperti grup IV-A
2. Penyakit neurologik (demensia, neuropati,
mielopati)
34
Grup IV-C 1. Sama seperti grup IV-B
2. Hitung limfosit CD4+ kurang daripada 200/µl
Grup IV-D 1. Sama seperti grup IV-C
2. Tuberkolosis paru, kanker serviks, atau keganasan
lain
Sumber: Centers for Disease Control and Prevention, 2011
Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang
berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air
susu ibu (Wijaya, 2010). Terdapat dua cairan utama dalam transmisi virus HIV
yakni, transmisi seksual dan non seksual. Transmisi seksual melalui hubungan
seksual baik heteroseksual, homoseksual, oral seks maupun anal seks. Transmisi
yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik dan alat
tato) yang telah terkontaminasi darah yang terinfeksi virus HIV. Transmisi
transplasental yakni penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak yang
dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui (Siregar, 2004;
Wijaya, 2010).
klinis dalam bentuk keganasan dan infeksi opurtunistik. Jenis keganasan yang
paling sering dijumpai pada keganasan lain yang pernah dilaporkan terjadi pada
pasien yang terinfeksi HIV adalah myeloma multipel, leukemia limfositik akut sel
35
pankreas, kanker serviks, dan kanker testis (Price & Wilson, 2006; Smeltzer &
Bare, 2010).
Pasien AIDS rentan terhadap terhadap infeksi protozoa, bakteri, fungus, dan
virus. Pneumonia Pnuemocytis Carinii (PPC) adalah infeksi serius yang paling
sering dijumpai dengan gejala panas yang pendek, sesak nafas, batuk, nyeri dada,
dan demam. Hal ini hampir serupa tanda dan gejalanya dengan pasien AIDS yang
opurtunistik yang disebabkan oleh virus sangat beragam dan merupakan penyebab
semakin parahnya patologi yang terjadi (Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare,
2014).
3.3.6 Tatalaksana
obat antiviral. Tipe obat yang pertama yang digunakan secara luas adalah analog
rantai DNA menjadi RNA pada virus HIV. Obat ini secara signifikan menurunkan
level plasma RNA dari HIV untuk beberapa bulan tetapi tidak menghentikan
progresivitas HIV akibat virus yang berevolusi dan menjadi resisten (Pasek, dkk.,
fokus tindakan yang perlu dilakukan untuk memutus transmisi HIV (Permenkes
RI, 2013). Pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan pada tingkat pencegahan yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tersier (Murti, 2010). Dalam pencegahan dan
HIV/AIDS.
36
Tabel 2.2 Tabel tingkat pencegahan HIV/AIDS
Tingkat Jenis intervensi Tujuan intervensi Bentuk intervensi pada
pencegahan HIV/AIDS
Pencegahan Modifikasi determinan Mencegah atau 1) Peningkatan kesehatan dengan
primer /faktor risiko/kausa menunda pendidikan kesehatan reproduksi
penyakit, sebelum penyakit tentang HIV/AIDS,
dimulainya perubahan standarisasinutrisi, menghindari
patologis, dilakukan pada seks Bebas
tahap suseptibel dan 2)Perlindungan khusus,misalnya
induksi penyakit, promosi imunisasi, kebersihan pribadi,
kesehatan terkait penyakit pemakaian kondom
B. PANDANGAN ISLAM
Dalam pandangan Islam, sakit marupakan musibah yang dapat menimpa siapa saja,
termasuk orang-orang saleh dan berakhlak mulia sekalipun. Artinya, orang yang
37
terkena penyakit belum tentu sakitnya itu akibat perbuatan dosa yang dilakukannya,
tetapi boleh jadi merupakan korban perbuatan orang lain. Allah swt. berfirman :
Artinya : Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-
orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya. ( QS Al-Anfal : 25 )
Pada dasarnya ajaran Islam sarat dengan tuntunan untuk berpola hidup sehat secara
dan berobat jika sakit, bersabar dan banyak beristighfar jika mendapat musibah,
pantang berputus asa, dan agar merawat serta memperlakukan orang yang sakit
dengan baik.
Apabila sedang tertimpa musibah, termasuk jika sedang sakit, kita perintahkan
Artinya : … dan bersabaralah atas apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS Luqman: 17)
Jika suatu saat kita khilaf melakukan perbuatan keji, diperintahkan untuk segera
ingat kepada Allah, beristighfar dan tidak terus menerus laut dalam lembah dosa.
38
Artinya : Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah?. Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Qsan :
135 )
Para ahli tafsir berpendapat bahwa pengertian perbuatan keji (fahisyah) dalam ayat
tersebut ialah dosa besar yang mudaratnya tidak hanya menimpa diri pelaku
perbuatan dosa tersebut, melainkan juga dapat menimpa orang lain, seperti zina
dan riba.
Selain bersabar, kita juga diperintahkan untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah
Artinya : … dan janganlah kamu sekalian berputus asa dari rahmat Allah,
sesungguhnya tidak akan berputus asa kecuali kaum kafir. (QS Yusuf : 78)
Meski demikian, tanpa mengurangi perlakuan baik kepada orang yang sakit, Islam
penyakit dari orang yang sakit dengan mengorbankan orang orang sehat.
Artinya : Bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan mendatangkan bahaya yang
lain.
39
Menurut kaidah hukum Islam yang lain menyebutkan :
Menurut kaidah tersebut, sekiranya ada dua factor tarik menarik antara nilai positif
Ajaran Islam sarat dengan tuntunan untuk selalu menghindari hal-hal yang dapat
Artinya : Tidak boleh membahayakan diri sendiri, dan tidak boleh membahayakan
orang lain.
pengertiannya yang luas yang menurut ajaran Islam merupakan perbuatan keji
40
yang diharamkan dan dikutuk oleh Allah swt. Tidak hanya pelakunya yang dikenai
sanksi hukuman yang berat, tetapi seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan
perzinaan.
Perkawinan penderita HIV/AIDS dengan orang yang sehat, jika HIV/AIDS hanya
dipandang sebagai sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan, maka hukumnya
makruh. Tapi jika HIV/AIDS selain dipandang sebagai penyakit yang sulit
disembuhkan juga diyakini dapat membahayakan/ menular kepada orang lain, maka
hukumnya haram.
Suami atau isteri yang menderita HIV/AIDS wajib menggunakan alat, obat atau
metode yang dapat mencegah penularan virus HIV/AIDS . Kaidah hokum Islam
Artinya : Tidak boleh membahayakan diri sendiri, dan tidak boleh membahayakan
orang lain.
Wanita penderita HIV/AIDS yang hamil, baik hamil dengan suaminya atau hamil
Artinya : Janganlah kamu sekalian membunuh anak cucu manusia karena takut
41
Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak cucu manusia… (QS Al-
Isra’ : 70 )
Artinya : Ada seorang wanita dari Juhainah mendatangi Nabi saw. dan mengaku
memanggil walinya dan bersabda : perlakukanlah dia dengan baik, dan jika kelak
42
DAFTAR PUSTAKA
(http://indonesia.irib.ir/editorial/cakrawala/item/94876-darurat-prostitusi-online-dari-dedueh-
tata-papi-mike-apartemen-kalibata)
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 6, (Semarang: Wicaksana, 1994), 568-
569.
Faizah A, Siregar. 2008. AIDS dan Upaya Penanggulangannya di Indonesia. Medan: USU
Digital Library. Available From : http://repository.usu.ac.id. [Accesed 4 Maret 2010].
Infodatin. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Situasi dan Analisis
HIV/AIDS. Kemenkes RI.
InfoDATIN. 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
PKBI DIY. Data Kasus HIV dan AIDS D.I Yogyakarta. PKBI DIY. (2015) https://pkbi-
diy.info/data-kasus-hiv-aids-d-i-yogyakarta/
Sudikno, B. S., Siswanto. 2010. Pengetahuan HIV Dan AIDS Pada Remaja Di Indonesia
(Analisis Data Riskesdas 2010). jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 3, Agustus 2011 :
145 -154.