Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di
negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang sebenarnya diberbagai
negara tidak diketahui dengan pasti. IMS merupakan satu kelompok penyakit
yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Berdasarkan laporan –
laporan yang dikumpulkan oleh WHO (World Health Organization), setiap tahun
diseluruh negara terdapat sekitar 250 juta penderita baru yang meliputi penyakit
gonore, sifilis, herpes genetalis dan jumlah tersebut menurut hasil analisis WHO
cenderung meningkat dari waktu kewaktu (Daili, 2004, p.251). Terdapat lebih dari
15 juta kasus IMS dilaporkan pertahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-
24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular
IMS, 2 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini (Center for Disease
Control and Preventation,2004). Saat ini di dunia terjadi peningkatan jumlah
penderita HIV/AIDS dari 36.6 juta pada tahun 2002 menjadi 39.4 juta orang pada
tahun 2004 sedangkan di Asia diperkirakan mencapai 8,2 juta orang dengan
HIV/AIDS (UNAIDS, 2004).
Di Indonesia beberapa tahun terakhir ini tampak kecenderungan
meningkatnya prevalensi IMS misalnya prevalensi sifilis meningkat sampai 10%
pada beberapa kelompok WTS (Wanita Tuna Susila), 35% pada kelompok waria
dan 2% pada kelompok ibu hamil, prevalensi gonore meningkat sampai 30 – 40%
pada kelompok WTS dan juga pada penderita IMS yang berobat ke rumah sakit.
Demikian juga prevalensi HIV pada beberapa kelompok perilaku risiko tinggi
meningkat tajam sejak tahun 1993 (Daili, 2004, pp.252-253). Penderita IMS di
Jawa Tengah terdapat 1454 jiwa pada tahun 2003 dan mengalami peningkatan
pada tahun 2004 menjadi 2329 jiwa, untuk semua jenis kasus IMS dan semua
jenis golongan umur (Dinkes Jateng 2004).
Jumlah kasus IMS di Kota Semarang pada tahun 2008 berdasarkan laporan dari
bulan Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 mencapai 481 kasus (Dinas
Kesehatan Provinsi Jateng, 2008). Meskipun demikian kemungkinan kasus yang
sebenarnya dipopulasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular seksual mempunyai target bahwa seluruh
kasus IMS yang ditemukan harus diobati sesuai standar (Profil Jateng, 2008). IMS
terjadi pada umur 12-20 tahun, pada tahun 2003 sebanyak 163 kasus terdiri dari
70 kasus pada pria dan 93 kasus pada wanita di Semarang (Dinkes kota Semarang
2004). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2009, ada
beberapa IMS yang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 diantaranya
kandidiasis dari 443 menjadi 308, bakteri vagina dari 151 menjadi 144, HIV dari
114 menjadi 9, gonorrhoe dari 120 menjadi 71, condyloma acuminate dari 95
menjadi 68, herpes genetalis dari 68 menjadi 59, AIDS dari 23 menjadi 17 dan
syphilis dari 6 menjadi 2. Demikian pula beberapa kasus yang meningkat antara
lain herpes simplex dari 140 menjadi 149 dan trichomonas vaginalis dari 6
menjadi 9. Pada tahun 2008 ditemukan infeksi menular seksual jenis baru yang
belum ditemukan pada tahun 2009, ada yang mengalami penurunan dibanding
tahun 2008 yaitu clamidia dari 1 menjadi 0 dan chancroid dari 2 menjadi 0
sedangkan yang mengalami peningkatan yaitu NGU (Non Gonore Uretritis) dari
22 menjadi 25. Meskipun begitu belum semua unit pelayanan baik rumah sakit
maupun Puskesmas melaporkan data IMS ke Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Berdasarkan data IMS bulan Februari 2010 di Puskesmas Lebdosari sebagai
Puskesmas induk di daerah lokalisasi penelitian, ditemukan wanita pekerja seks
yang terinfeksi gonore / suspek gonore, kondiloma akuminata dan keluarnya duh
(cairan) tubuh pada vagina wanita pekerja seks. Jumlah penderita gonore / suspek
gonore sebanyak 41 orang (23,7%), yang terdiri dari usia 15 – 24 tahun sebanyak
14 orang (8,1%) dan usia 25 – 49 tahun sebanyak 27 orang (15,6%). Sedangkan
jumlah penderita kondiloma akuminata terdapat 1 orang yaitu usia 25 – 49 tahun.
Jumlah kasus keluarnya cairan pada vagina wanita pekerja seks terdapat 28 orang
(16,2%), yang terdiri dari usia 15 – 24 tahun sebanyak 14 orang (8,1%) dan usia
25 – 49 tahun sebanyak 14 orang (8,1%). Jumlah WPS yang berkunjung ke klinik
IMS pada bulan Februari 2010 sebanyak 173 WPS , masing – masing dengan usia
15 – 24 tahun ada 63 WPS, usia 25 – 49 tahun ada 110 WPS. Dari data Puskesmas
di atas terdapat masalah yaitu semakin tinggi umur wanita pekerja seks maka
semakin rentan mereka terkena infeksi menular seksual. Dari studi kasus yang
peneliti lakukan ada sebagian wanita pekerja seks ataupun pelanggan yang enggan
memakai kondom. Padahal penggunaan kondom bisa memperkecil kejadian
infeksi menular seksual dikalangan wanita pekerja seks tersebut Hanya sebagian
kecil dari mereka yang terbebas dari infeksi kelamin. Di lokalisasi Sunan Kuning
telah didirikan klinik kesehatan dan penyuluhan – penyuluhan kesehatan untuk
para wanita pekerja seks serta pembagian kondom gratis secara rutin setiap 1
minggu sekali / 2 minggu sekali sesuai kebutuhan, yang diselenggarakan oleh
petugas kesehatan. Akan tetapi kejadian infeksi menular seksual di lokalisasi
Sunan Kuning masih cukup tinggi. Berdasarkan estimasi dari Dinas Kesehatan
terdapat sekitar 1500 pekerja seks, yang beroperasi di lokalisasi Sunan Kuning,
Gambilangu dan jalanan. Jumlah pria yang menjadi pelanggan mencapai 30.000
orang setiap minggu dan 50% dari pelanggan tersebut memiliki pasangan tetap
atau istri (LSM Griya Asa, 2005).
Infeksi menular seksual ini tidak hanya berdampak pada diri wanita yang
menderita IMS, tetapi juga bisa menularkan kepada laki – laki yang menggunakan
jasanya kemudian bisa ditularkan keistrinya. Sehingga istrinya berisiko tertular
IMS dari suami yang sejak dulu atau sekarang menggunakan jasa pekerja seks
tanpa menggunakan kondom. Jika si istri kelak hamil bisa ditularkan kejanin yang
dikandungnya yang menyebabkan kelainan pada janin / bayi misalnya bayi berat
lahir rendah (BBLR), infeksi bawaan sejak lahir, bayi lahir mati dan bayi lahir
belum cukup umur (Widyastuti, 2009,p.39) Berdasarkan uraian tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran umur, pendidikan
dan pengetahuan tentang perilaku pencegahan infeksi menular seksual pada
wanita pekerja seks di lokalisasi Sunan Kuning kota Semarang tahun 2010”.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. Alokasi Waktu
1. Apersepsi : 10 menit
2. Kegiatan pembuka : 5 menit
3. Penjelasan/uraian materi : 30 menit
4. Evaluasi dan penutup : 15 menit
J. Strategi Instruksional
1. Menjelaskan materi pengajaran
2. Menggunakan media pengajaran untuk mempermudah pemahaman peserta
penyuluhan
3. Memberikan kesempatan bertanya pada peserta penyuluhan
4. Mengadakan evaluasi
K. Media Penyuluhan
Leaflet
Power Poin
L. Sumber
Setiyaningrum, E. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana & Kesehatan
Reproduksi. Jakarta Timur : CV.Trans Info Media
N. Variasi Pengajaran
1. Suara ; intonasi dan volume digunakan untuk memperjelas suatu pernyataan
atau pertanyaan
2. Kontak mata
3. Menggunakan waktu hening sejenak
4. Menggunakan variasi media pengajaran seperti leaflet
O. Evaluasi
1. Struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan 3 minggu sebelum kegiatan, materi
penyuluhan telah dipersiapkan 2 minggu sebelum kegiatan, dan
pemberitahuan ke sekolah telah dilakukan 1 minggu sebelum kegiatan.
2. Proses
a. Pesertanya terdiri dari siswa/i kelas x SMA 4 PASUNDAN
b. Tempat : di sekolah SMA 4 PASUNDAN
3. Hasil
Dari pertanyaan yang di berikan kepada siswa/i kelas X SMA
PASUNDAN, peserta mampu menjawab pertanyaan dengan benar.
Sehingga menurut standar penilaian yang ditetapkan, penyuluhan ini
dikatakan berhasil.
PROSES BELAJAR
Tahap Kegiatan peserta Penyuluhan Kegiatan Metode Medi
peserta a
penyuluhan
Pra Menyiapkan perlengkapan
Set ruangan
Pembukaa - Mengucapkan salam - Menjawab Tanya
n - Menyampaikan tujuan salam jawab
penyuluhan - Menyetujui
tujuan
penyuluha
n
Uraian Menjelaskan pengertian Menceritak Cerama Powe
Materi Infeksi Menular Seksual an h r
(IMS) pengalama point
Menjelaskan hal-hal yang nnya dan
menyebabkan Infeksi tentang Leafl
Menular Seksual (IMS) Infeksi et
Menyebutkan tanda dan gejala Menular
Infeksi Menular Seksual Seksual
(IMS) (IMS) Tanya
Seksual - Menyima
- Menyima
k
- Menyima
k
- Menyima
k
Penutup -Menyimpulkan materi yang -Menyimak Cerama
telah di sampaikan pertanyaan h
-Memberikan kesempatan bertany
a -Mengajukan Tanya
-Menjawab pertanyaan pertanyaan jawab
-Mengakhiri penyuluhan dengan -Menyimak Cerama
mengucapkan salam pertanyaan h
-Menjawab
salam
Materi Penyuluhan
A. PENGAERTIAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS / PMS)
Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan
beberapa diantaranya sangat populer di indonesia yaitu sifilis dan gonore,
dengan samakin majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan
peradaban masyarakat, banyak ditemukkan penyakit baru, sehingga istilah
tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexually transmitted disease
(STD) atau penyakit menular seksual (PMS) (Hakim, 2009; Daili,2009).
5. HIV / AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menurunkan sistem kekebalan tubuh. Sedangkan, AIDS (Acquired
Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan berbagai
penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh.
Kejadian HIV / AIDS dapat diibaratkan sebagai fenomena
gunung es, yaitu diantara yang terinfeksi, banyak yang tidak
terdeteksi.
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun
seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui
untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi, tersebut seperti
keganasan, obat – obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah
dikenal dan sebagainya.
Gejala – gejala :
Menurut WHO (2017) gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap
infeksi.
Minggu pertama setelah infeksi awal, individu mungkin
tidak mengalami gejala atau penyakit mirip influenza
termasuk demam, sakit kepala, ruam, atau sakit
tenggorokan.
Berikutnya karena infeksi semakin memperlemh sistem
kekbaln tubuh, sesorang dapat mengebangkan tanda dan
gejala lainnya seperti kelenjar getah bening yang
membengkak, penurunan berat badan, demam, diare dan
batuk.
Tanpa pengobatan, mereka juga dapat mengembangkan
penyakit parah seperti TB, meningitis, Kriptokokus, infeksi
bakteri dan kanker yang parah seperti limfoma dan sarkoma
kaposi.
Penularan :
Media penularan
- Cairan darah
- Cairan sperma
- Cairan vagina
Cara penularan
- Hubungan seks yang tidak aman, bergnati –
ganti pasangan tanpa memakai kondom
- Penggunaan jarum suntik yang tidak steril (yang
tercemar virus HIV)
- Tranfusi darah dengan pendonor yang terinfeksi
virus HIV
- Wanita hamil dengan HIV kepada janin yang
dikandungnya
Pencegahan :
Untuk umum
- Tidak melakukan hubungan seksual pranikah
- Setia pada satu pasangan
- Gunakan kondom
- Jangan gunakan narkoba
- Sosialisasi mengenai HIV / AIDS
Untuk remaja
- Tidak melakukan seks pranikah
- Mencari info tentang HIV / AIDS
- Mendiskusikan HIV / AIDS
- Tidak menggunakan NAPZA (khususnya
metode suntik) dan sebagaiannya.
Selanjutnya penyuluhan diakhiri dengan sesi diskusi oleh para siswi yang
ingin menanyakan lebih lanjut tentang Infeksi Menular Seksual.
3. Evaluasi
a. Struktur
1) Peserta yang mengikuti pendidikan kesehatan terdiri dari 34 siswi dari
SMA 4 Pasundan.
2) Setting tempat sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
3) Peralatan yang digunakan selama penyuluhan adalah leaflet, laptop,
proyektor.
4) Mahasiswa memfasilitasi peserta selama pelaksanaan
b. Proses
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada hari Kamis, 5 April 2018 pukul
10.30-11.30 WIB dan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan kontrak
waktu yang telah ditentukan berdasarkan peraturan yang disediakan,
peserta hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Hasil
1) 70% peserta tampak antusias dalam memperoleh informasi tentang
Infeksi Menular Seksual
2) 100% peserta tampak puas dengan hasil diskusi tentang Infeksi
Menular Seksual dengan masukan-masukan yang diberikan oleh
mahasiswa dan pembimbing akademik profesi keperawatan STIKes
Rajawali Bandung.
Dokumentasi
DAFTAR HADIR
Tanya Jawab