Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No.

2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENYAKIT
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) PADA IBU RUMAH
TANGGA DI PUSKESMAS TULANG BAWANG BARAT

Nurmala*, Idawati*
*Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang

Data Pasien Puskesmas Kibang Budi Jaya pada tahun 2015 menunjukkan terdapat sebanyak 4 (3,17%)
kasus kasus IMS. Kejadian IMS di salah satu Puskesmas Tulang Bawang Barat memiliki prevalensi
kejadian IMS yang lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan
dan sikap tentangpenyakitIMS pada Ibu Rumah Tangga di Puskesmas Tulang Bawang Barat. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan desaincrossectional. Subjek penelitian
ini adalah ibu rumah tangga yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kibang Budijaya. Teknik sampling
menggunakan accidental sampling sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 69 responden.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan proporsi
responden didominasi responden yang berusia>16 tahun, berpendidikan rendah, berstatus menikah,
berpengetahuan kurang tentang IMS dan sebagian besar memiliki sikap yang negatif tentang IMS.
Penelitian ini menyarankan agar meningkatkan akses pelayanan dalam bentuk konseling kesehatan
seksual di tempat-tempat atau kegiatan yang sudah umum ada, baik di Posyandu, maupun pemeriksaan
VCT, dan pada saat pemeriksaan IVA, bidanjuga dapat mengambil peran aktif dalam rangka memberikan
informasi IMS kepada ibu rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Kata kunci: Infeksi Menular Seksual (IMS)

LATAR BELAKANG Asia Selatan dan Asia Tenggara yaitu


sebanyak 151 juta, diikuti Afrika sekitar
Infeksi Menular Seksual (IMS) 70 juta, dan yang terendah adalah
masih menjadi masalah kesehatan Australia dan Selandia Baru sebanyak 1
masyarakat yang ada di seluruh dunia, di juta. Semakin lama jumlah penderita IMS
Negara maju (industri) maupun di Negara semakin meningkat dan penyebarannya
berkembang. Tingginya prevalensi semakin merata di seluruh dunia. WHO
kejadian infeksi penyakit menular seksual memperkirakan morbiditas IMS di dunia
tersebut berkaitan dengan praktek perilaku sebesar ± 250 juta orang setiap
pencegahan IMS dan HIV/AIDS yang tahunnya. Peningkatan insidensi IMS ini
masih sangat rendah, seperti rendahnya terkait juga dengan perilaku berisiko
angka pemakaian pelindung kondom pada tinggi yang ada di masyarakat dewasa ini
saat berhubungan seksual,diperkirakan75- (Widoyono, 2011).
80% penularan terjadi melalui hubungan Kejadian IMS di Indonesia
seksual dan 5-10%diantaranya melalui cenderung meningkat secara keseluruhan
hubungan homoseksual (Pusat Penelitian (Gonore, Sifilis) tercatat pada tahun 2011
dan Pengembangan Pemberantasan sebanyak 11.280 dari jumlah tersebut
Penyakit, Dep Kes RI 2005). kasus ghonorrhea sebanyak 5.131 (45,4%)
WHO memperkirakan setiap tahun kasus, sifilis sebanyak 4725 (41,8%) kasus,
terdapat kurang lebih 350 juta penderita dan pada tahun 2012 meningkat sebanyak
baru IMS di negara berkembang termasuk 13.043 kasus yang terdistribusi sebanyak
Indonesia, prevalensi gonorrhea 6003 (46,0%) kasus gonorrhea, 5216
menempati tempat teratas dari semua jenis (40,0%) kasus sifilis (Kemenkes RI, 2010).
IMS yaitu 32,4%, sifilis sebesar 21,7%. Catatan kasus IMS di Provinsi
Penderita IMS sebagian besarberada di Lampung Tahun 2013 sebanyak 1674

[186]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

dengan rincian sebanyak 481 (41,0%) dengan jenis Sifilis dan gonore, sedangkan
kasus sifilis, 475 (40,5%) kasus gonorrhea di Puskesmas Kibang Budi Jaya pada
91 (7,8%), dan 127 (10,8%) kasus IMS tahun 2015 terdapat sebanyak 4(3,17%)
lainnya, sedangkan pada tahun 2014 kasus, dari 126 kunjungan yaitu penyakit
ditemukan 1.393 kasus IMS dengan rincian IMS dengan jenis Sifilis (Ditjen P2P
574 (41,2%) sifilis, 511 (36,7%) gonore Kemenkes RI, 2015).
dan 121 (8,7%) kasus IMS lainnya pada Berdasarkan data tersebut diatas
tahun 2015 kejadian IMS sebanyak 365 kejadian IMS di Puskesmas Kibang Budi
kasus (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jaya memiliki prevalensi kejadian IMS
Lampung, 2015). yang lebih tinggi bila dibandingkan
Faktor yang dapat mempengaruhi Puskesmas Panaragan Jaya hal tersebut
tingginya insiden IMS, antara lain: mengindikasikan bahwa Puskesmas
Perubahan demografik secara luar biasa, Kibang Budi Jaya merupakan puskesmas
meningkatnya jumlah penduduk dengan yang memiliki fasilitas lebih lengkap
pesat, pergerakan masyarakat yang seperti pemeriksaan PAP Smear, sehingga
bertambah, dengan berbagai alasan. indikasi terhadap kejadian IMS lebih dapat
Misalnya : pekerjaan, liburan, pariwisata, diketahui.
rapat/kongres/seminar, kemajuan social
ekonomi, terutama dalam bidang industry
menyebabkan lebih banyak kebebasan METODE
social dan lebih banyak waktu yang
terbuang. Perubahan sikap dan tindakan Rancangan penelitian yang
akibat perubahan – perubahan demografik digunakan adalah penelitian deskriptif
di atas, terutama dalam bidang agama dan yaitu suatu metode penelitian yang
moral. Kelalaian beberapa Negara dalam dilakukan dengan tujuan untuk membuat
pemberian pendidikan kesehatan dan gambaran tentang suatu keadaan secara
pendidikan seks khususnya. Perasaan aman objektif. Penelitian dilakukan untuk
pada penderita karena kemudahan memperoleh Gambaran Pengetahuan Dan
memperoleh obat antibiotik yang dijual Sikap Tentang Penyakit Infeksi Menular
bebas. Akibat dari pemakaian antibiotic Seksual (IMS) Pada Ibu Rumah Tangga Di
tanpa petunjuk yang sebenarnya, maka Puskesmas Tulang Bawang Barat. Analisis
timbul resistensi kuman terhadap antibiotic data yang digunakan dalam penelitian ini
tersebut. Fasilitas kesehatan yang kurang adalah deskriptif dengan analisis univariat
memadai trutama fasilitas laboratorium yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
dan klinik pengobatan. Banyaknya kasus hasil penelitian, untuk mengetahui
asimtomatik, merasa tidak sakit, tetapi distribusi frekuensi variabel.
dapat menulari orang lain (Daili, 2010).
Data yang diperoleh di Kabupaten
Tulang bawang barat pada tahun 2013 HASIL
sebanyak 95 kasus dengan rincian
sebanyak 32 kasus sifilis, 57 kasus Analisis Univariat
gonorhe dan 15 kasus HIV AIDS, pada
tahun 2014 sebanyak 7 kasus HIV AIDS, Tabel 1: Distribusi Frekuensi Ibu Rumah
tahun 2015 sebanyak 8 kasus HIV AIDS. Tangga Berdasarkan Umur
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
kejadian IMS di Kabupaten Tulang Usia f %
Bawang Barat (Profil Dinas Kesehatan >16 tahun 60 87
Kabupaten Tulang Bawang Barat, 2015). ≤16 tahun 9 13
Sebagai perbandingan hasil pre Jumlah 69 100
survey di Puskesmas Panaragan jaya tahun
Diketahui bahwa distribusi frekuensi
2015 terdapat sebanyak 2 (2,56%) kasus
umur ibu rumah tangga didominasi oleh
dari 78 kunjungan berupa penyakit IMS

[187]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

responden yang berusia > 16 tahun yaitu pada pernyataan tentang pengertian
sebanyak 60 orang (87,0%). penyakit ketika dinyatakan bahwa
penyakit Infeksi Menular Seksual adalah
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Ibu rumah penyakit yang menyerang pada alat
Tangga Berdasarkan Pendidikan kelamin perempuan atau laki-laki akibat
melakukan hubungan seksual dinyatakan
Pendidikan f % ‘Ya’ oleh sebanyak 26 (37,7%) responden,
Rendah 56 81,2 dinyatakan tidak oleh sebanyak 19 (27,5%)
Tinggi 13 18,8 responden dan dinyatakan ‘tidak tahu’ oleh
Jumlah 69 100 sebanyak 24 (34,8%) responden. Hasil ini
menunjukkan bahwa proporsi ibu rumah
Diketahui bahwa distribusi frekuensi tangga yang mengetahui pengertian IMS
tingkat pendidikan ibu rumah tangga lebih lebih sedikit dibandingkan dengan ibu
dari separuh berpendidikan rendah yaitu yang tidak mengetahui pengertian IMS.
sebanyak 56 orang (81,2%). Pada pernyataan tentang gejala ibu
yang menderita penyakit Infeksi Menular
Tabel 3: Distribusi Frekuensi Ibu Rumah Seksual adalah nyeri disekitar alat kelamin
Tangga Berdasarkan Status yang dinyatakan ‘Ya’ oleh sebanyak 17
Penikahan (24,6%) dan dinyatakan tidak tahu oleh 31
(44,9%) responden serta dinyatakan tidak
Status Pernikahan f % oleh sebanyak 21 (30,4%) responden.
Menikah 53 76,8 Hasil ini menunjukkan bahwa banyak ibu
Cerai/Janda 16 23,2 yang kurang memahami bahwa salah satu
Jumlah 69 100 gejala IMS adalah adanya nyeri di sekitar
alat kelamin.
Diketahui bahwa distribusi frekuensi Pada pernyataan tentang apa yang
status pernikahan ibu rumah tangga harus dilakukan oleh penderita Penyakit
sebagian besar berstatus menikah yaitu Infeksi Menular Seksual agar sembuh
sebanyak 53 orang (76,8%). dengan tidak berhubungan seksual
samasekali dinyatakan oleh sebanyak 12
Tabel 4: Distribusi Frekuensi Pengetahuan (17,4%) yang menjawab ya sementara
tentang Penyakit Infeksi Menular sebagian besar lainnya menjawab tidak dan
Seksual (IMS) pada Ibu rumah tidak tahu. Data ini menunjukkan bahwa
Tangga ibu rumah tangga banyak yang tidak
mengetahui bahwa salah satu upaya tidak
Pengetahuan f %
tertular IMS adalah dengan tidak
Kurang 41 59,4
melakukan hubungan seksual sama sekali.
Cukup 18 26,1
Pengetahuan responden paling
Baik 10 14,5 rendah tampak dari pernyataan; ‘menurut
Jumlah 69 100 ibu apa saja yang dapat menyembuhkan
Diketahui bahwa tingkat (IMS) yang dijawab dengan jawaban
pengetahuan tentang penyakit Infeksi menggunakan obat kanker yang dinyatakan
Menular Seksual (IMS) pada ibu rumah oleh 32 (46,4%) dengan pernyataan tidak
lebih banyak yang berpengetahuan kurang tahu. Pada pernyataan tentang HIV adalah
yaitu sebanyak 41 (59,4%). virus yang mengganggu sistem kekebalan
dalam tubuh manusia yang dapat menular
melalui kontak dengan darah sebagian
PEMBAHASAN besar memberikan pernyataan tidak tahu
yaitu sebanyak 40 (58,0%).
Analisis Item Berdasarkan penjelasan dan hasil
Berdasarkan hasil analisis terhadap penelitian tentang pengetahuan di atas
item pertanyaan maka diketahui bahwa maka dapat diketahui ada beberapa

[188]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

pengetahuan yang kurang baik terkait bahwa responden memiliki usia > 16
dengan penyakit infeksi menular seksual Tahun yaitu sebesar 71.3%, sedangkan
yang perlu mendapat perhatian, yaitu usia <16 Tahun sebesar 28.8%. Hasil
tentang kurang pahamnya responden penelitian tidak sejalan dengan teori Noor
tentang apa yang harus dilakukan penderita (2007) menyatakan bahwa umur adalah
IMS agar sembuh, kurangnya pengetahuan lama waktu hidup atau ada. Umur
tentang bahwa HIV merupakan virus yang merupakan salah satu sifat karakteristik
mengganggu sistem kekebalan dalam tentang orang yang sangat utama. Umur
tubuh manusia yang dapat menular melalui mempunyai hubungan dengan tingkat
kontak dengan darah, serta kurangnya keterpaparan, besarnya rresiko serta sifat
pengetahuan obat dan langkah apa yang resistensi.
dapat dilakukan untuk menyembuhkan Secara konseptual umur
IMS. didefinisikan dengan adalah satuan waktu
Hasil analisis item sikap juga yang mengukur waktu keberadaan suatu
menggambarkan sikap reponden tentang benda atau makhluk, baik yang hidup
Infeksi Menular Seksual (IMS). maupun yang mati. Menurut Andri (2009)
berdasarkan hasil penelitian diketahui yaitu usia turut mempengaruhi seseorang
bahwa pada pernyataan; ‘menurut saya dalam mempersepsi suatu objek yang
HIV/AIDS dapat disembuhkan dengan memungkinkan seseorang memeproleh
cara minum obat antibiotik’ dijawab oleh pengalaman serta pengetahuan yang lebih
responden dengan jawaban beragam, luas, oleh karenanya usia ibu dijadikan
sebanyak 19 (27,5%) menyatakan sangat sebagai salah satu indikator yang
setuju dan sebanyak 35 (50,7%) memungkinkan seseorang mendapatkan
menyatakan sangat tidak setuju. Hasil stimuli yang menginformasikan sesuatu
pernyataan sangat tidak setuju yang untuk memperoleh pengalaman yang baru.
jumlahnya lebih banyak dari yang tidak Berdasarkan pemaparan tersebut
setuju mengindikasikan bahwa responden penulis berpendapat bahwa umur atau usia
banyak yang tidak memahami bahwa ibu akan mengantarkan ibu untuk
HIV/AIDS dapat disembuhkan dengan memahami tentang penyakit Infeksi
mengkonsumsi antibiotik merupakan Menular Seksual (IMS). Secara
pernyataan yang tidak sesuai atau kurang kontekstual dapat dijelaskan bahwa beda
tepat. usia, beda pula risiko dan kondisi yang
Hasil penelitian menggambarkan akan dialami baik dari aspek fisiologis,
proporsi ibu rumah tangga di Puskesmas aspek psikologis dan aspek lainnya. Secara
Kibang Budi Jaya Kabupaten Tulang fisiologis usia berhubungan dengan
Bawang Barat Tahun 2017 lebih banyak struktur organ, fungsi faal, komposisi
didominasi oleh ibu rumah tangga yang biokimiawi termasuk sistem hormonal
berusia >16 tahun (87,0%). seorang wanita. Perbedaan fungsi faal,
Distribusi umur yang paling banyak komposisi biokimiawi, dan sistem
memiliki rentang umur antara >16 tahun hormonal pada suatu periode umur
menunjukkan bahwa masyarakat umumnya menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi
di Puskesmas Kibang Budi Jaya yang dibutuhkan oleh masing-masing umur
menjalankan perannya sebagai ibu rumah dan keseluruhannya berkaitan dengan
tangga dalam usia yang produktif. Dilihat perannya sebagai ibu rumah tangga. Secara
dari aspek demografis diketahui perubahan psikologis usia berkaitan dengan
sikap masyarakat tentang pernikahan yang pengalaman, lingkungan, dan proses
kecenderungan usia menikah dilakukan belajar yang dialaminya, sejauh dan
setelah anak menyesaikan pendidikan atau sebanyak apa informasi tentang infeksi
tidak menikah dahulu sebelum bekerja. menular seksual yang bisa diperoleh oleh
Hasil penelitian ini sejalan dengan individu.
hasil penelitian Putri (2015) yang
menghasilkan proporsi dari penelitiannya

[189]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

Pendidikan Dari penjelasan diatas dapat menurut


Berdasarkan hasil penelitian pendapat peneliti bahwa tingkat
diperoleh gambaran bahwa distribusi pendidikan tetap menjadi elemen penting
frekuensi tingkat pendidikan ibu rumah dalam pembentukan perilaku yang secara
tangga di Puskesmas Kibang Budi Jaya spesifik diimplementasikan pada
Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun perilakunya yang tidak menuju pada
2017 lebih dari separuh berpendidikan perilaku risiko kejadian IMS, dari
rendah yaitu sebanyak 56 orang (81,2%). pendidikan distribusi informasi dan pesan
Hasil penelitian tersebut diolah semakin rendah pendidikan maka
mengidikasikan bahwa responden lebih arus informasi dan pesan tentang objek
banyak yang berpendidikan rendah. menjadi terbatas sedangkan semakin tinggi
Pendidikan rendah pada penelitian ini tingkat pendidikan seseorang berarti
adalah pendidikan SMA ke bawah, artinya memiliki potensi memperoleh informasi
meskipun proporsi pendidikan rendah, dan pesan yang lebih luas. Tingkat
penduduk khususnya ibu rumah tangga pendidikan berpengaruh terhadap
sudah banyak yang berpendidikan SMA. pengetahuan, sikap dan perilaku seksual
Hasil penelitian tidak sejalan dengan seseorang sehingga sangat berasosiasi kuat
hasil penelitian Romadaniah (2013) yang dengan kejadian IMS. Kerentanan
menggambarkan proporsi ibu rumah seseorang karena rendahnya tingkat
tangga yang pendidikan rendah lebih pendidikan membuat seseorang mengalami
sedikit jumlahnya (30,1%) dibandingkan defisit informasi tentang IMS termasuk
yang berpendidikan tinggi. Perbedaan ini cara penularan dan pencegahannya.
dapat saja terjadi karena perbedaan lokasi Padahal tanpa tahu cara penularan dan
penelitian yang mencakup kultur, tradisi, pencegahan yang tepat, mustahil seseorang
kondisi sosial demografis yang berbeda dapat melindungi diri dari risiko tertular
antara satu wilayah dengan wilayah IMS.
lainnya. Hakikatnya pengetahuan tetap Berdasarkan pemaparan tersebut
memberikan kontribusi terhadap maka penulis berpendapat bahwa
bagaimana seseorang memberikan respon pendidikan merupakan salah satu faktor
terhadap objek tertentu. predisposisi untuk terjadinya perubahan
Faktor pendidikan ini menurut prilaku pada seseorang, artinya bahwa ibu
Notoatmodjo (2010) dianggap penting dengan tingkat pendidikan yang lebih
karena dari pendidikan seseorang dapat tinggi akan menjadikan ia menjalankan
mengetahui dan melaksanakan perannya peran sebagai ibu rumah tangga secara
secara sosial. Pendidikan adalah upaya baik dan melakukan upaya pencegahan
persuasi atau pembelajaran kepada terhadap penularan infeksi penyakit
masyarakat agar mau melakukan tindakan menular seksual.
(praktik) untuk memelihara untuk Berdasarkan distribusi dan proporsi
mengatasi masalah-masalah dan untuk yang diperoleh ternyata lebih banyak ibu
meningkatkan kesehatannya. yang memiliki tingkat pendidikan
Hasil penelitian ini sejalan dengan menengah namun tidak sedikit pula yang
penelitian penelitian Sugiharti dan Lestari memiliki tingkat pendidikan rendah, hal
(2008) yang menyimpulkan bahwa tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan seseorang dapat mendorongnya pendidikan masyarakat secara umum
untuk melakukan seusatu yang berkaitan kurang baik. Kondisi demografis yang
dengan kesehatannya. Hasil penelitian dilihat dari sisi pendidikan ini dapat
Reihana (2011) menyatakan bahwa memberikan sumbangsih dan potensi
pendidikan yang tinggi mempunyai bahwa masyarakat akan mudah menerima
peluang 2,7 kali untuk mempunyai dan merespon informasi yang berkaitan
partisipasi dalam melakukan perilaku dengan perilaku kesehatan secara lebih
seksual yang sehat terbuka. Pada kenyataannya perbedaan
pendidikan seseorang akan membedakan

[190]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

sejauhmana respon seseorang terhadap penghalang seseorang untuk melakukan


informasi atau objek baru khususnya yang hubungan seksual secara bebas, namun jika
berkaitan dengan perubahan perilaku statusnya tidak menikah dapat lebih mudah
kesehatan. membawanya kepada perilaku seksual
yang tidak mempertimbangkan risiko
Status Pernikahan tertular IMS
Hasil penelitian menunjukkan
proporsi status penikahan ibu rumah Pengetahuan
tangga dimana sebagian besar berstatus Berdasarkan hasil penelitian
menikah yaitu sebanyak 53 orang (76,8%). diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan
Secara konseptual dijelaskan bahwa tentang penyakit Infeksi Menular Seksual
status menikah adalah ikatan lahir batin (IMS) pada ibu rumah tangga di
antara seorang pria dengan seorang Puskesmas Kibang Budi Jaya Kabupaten
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan Tulang Bawang Barat Tahun 2017 lebih
membentuk keluarga (rumah tangga), hal banyak yang berpengetahuan kurang yaitu
ini dijelaskan dalam Pasal 1 UU No 1 sebanyak 41 (59,4%).
tahun 1974 tentang Perkawinan. Jika Hasil Penelitian ini Romadaniah
dikaitkan dengan masalah penelitian maka (2013) yang menghasilkan gambaran
status pernikahan berarti mengumpulkan pengetahuan responden yang lebih
data tentang status marital responden didominasi oleh pengetahuan kurang
sesuai dengan kategori menikah, cerai (58,1%), menurut penelitian ini kurangnya
atau janda yang ditinggal mati pengetahuan responden karena kurangnya
pasangannya. paparan informasi yang diterima oleh
Kondisi yang diperoleh dari hasil responden. Penelitian Fatimah (2013)
penelitian dapat memberikan gambaran menggambarkan bahwa sebagian besar
bahwa secara marital, risiko IMS masih responden yang menjadi objek
dapat diantisipasi, mengingat IMS lebih penelitiannya memiliki tingkat
banyak terjadi pada status marital tidak pengetahuan cukup mengenai IMS. Dari
atau belum menikah. Hal ini sejalan kedua hasil penelitian tersebut dapat
dengan penelitian Murtyastutik (2007) diketahui bagaimana pengetahuan orang
meneliti tentang penderita Gonore di Divisi bisa saja berbeda tergantung dari
Penyakit Menular Seksual Unit Rawat bagaimana informasi tersebut diterima dan
Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin disebarkan kepada mereka. Penelitian
RSU Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2002– yang dilakukan sebelumnya oleh
2006 menjelaskan hasil penelitian bahwa Panenga (2014), sesuai dengan hasil
angka kejadian Gonore pertahunnya dalam penelitian ini yaitu pengetahuan
kurun waktu 2002–2005 relatif stabil. responden mengenai penyakit menular
Hasil penelitian ini sesuai dengan seksual paling banyak berada pada
Penelitian Chatarina 2003 bahwa Insiden kategori cukup 56.05%.
IMS lebih tinggi pada orang yang belum Secara konseptual Notoadmojdo
menikah, bercerai, atau orang yang (2010) menyatakan bahwa pengetahuan
terpisah dari keluarganya bila adalah hasil pengindraan manusia atau
dibandingkan dengan orang yang sudah hasil tahu seseorang terhadap objek
kawin. melalui alat indra (mata, hidung, telinga,
Berdasarkan penjelasan tersebut dan sebagainya) (Notoadmodjo, 2010). Hal
maka menurut peneliti bahwa penularan yang dimaksud tahu disini responden
penyakit IMS biasanya terjadi karena dapat mengetahui segala bentuk
seringnya seseorang melakukan hubungan informasi tentang IMS. Cara pengukuran
seksual, ikatan perkawinan yang dilakukan pengetahuan dapat dilakukan dengan
seseorang seharusnya dianggap sebagai berbagai cara, antara lain dengan
ikatan agung yang harus dijaga, oleh membedakan tingkat pendidikan,
karenanya status menikah menjadi wawancara, angket, mengamati

[191]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

(mengobservasi) perilaku seseorang sikap tentang penyakit Infeksi Menular


terhadap suatu pemecahan masalah dan Seksual (IMS) pada ibu rumah tangga di
melakukan pengujian (test) pengetahuan Puskesmas Kibang Budi Jaya Kabupaten
(Notoatmodjo, 2012) Tulang Bawang Barat Tahun 2017, dimana
Pengetahuan responden tentang sebagian besar memiliki sikap yang negatif
IMS yang rendah disebabkan karena yaitu sebanyak 48 orang (69,6%).
respon responden yang cenderung pasif Notoatmodjo (2012) mendefinisikan
terhadap informasi tentang IMS, karena bahwa sikap seseorang adalah predisposisi
umumnya dipahami bahwa IMS hanya bisa (keadaan mudah terpengaruh) untuk
terjadi pada orang-orang yang memiliki memberikan tanggapan terhadap
perilaku seksual yang menyimpang atau rangsangan lingkungan, yang dapat
perilaku berganti-ganti pasangan yang memulai ataupun membimbing tingkah
hanya terjadi pada wanita pekerja seksual laku orang tersebut. Sikap juga
atau laki-laki hidung belang. didefinisikan sebagai evaluasi umum yang
Perbedaan hasil penelitian satu dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
dengan lainnya termasuk dengan hasil orang lain, objek atau issue. Sikap adalah
penelitian ini bisa disebabkan oleh merupakan reaksi atau respon seseorang
penggunaan parameter yang berbeda dan seseorang yang masih tertutup terhadap
sampel yang digunakan. Secara teoritis stimulus serta pandangan atau perasaan
pengetahuan merupakan pengertian atau yang disertai kecendrungan untuk
mengerti benar tentang sesuatu. Pengertian bertindak sesuai objek tersebut.
dapat juga diartikan sebagai penerimaan Mengenai sikap ini, temuan-temuan
dengan cermat dari stimuli atau isi pesan penelitian mengenai sikap menghasilkan
secara cermat dari apa yang disampaikan proporsi atau gambaran yang beragam.
(Notoatmodjo, 2010). Banyak penelitian yang menyimpulkan
Berdasarkan penjelasan tersebut adanya proporsi yang lebih didominasi
maka penulis berpendapat bahwa dengan sikap responden yang negatif
pengetahuan sangat penting dalam terhadap kejadian IMS atau penelitian lain
membentuk sikap dan perilaku, terutama menunjukkan proporsi yang sebaliknya.
berkaitan dengan upaya pencegahan agar Penelitian Fatimah (2013) yang
tidak terpapar penyakit infeksi menular menghasilkan gambaran sikap positif lebih
seksual pada ibu rumah tangga. mendominasi dibandingkan responden
Pengetahuan yang benar akan yang bersikap kurang baik yaitu (70%) dari
menghasilkan perilaku yang benar. Masih 50 responden yang diteliti.
adanya responden yang memiliki Berdasarkan hasil penelitian tersebut
pengetahuan rendah sudah selayaknya maka penulis berpendapat bahwa sikap
mendapatkan perhatian dengan dapat memberikan efek secara psikologis
memperluas sasaran target promosi terhadap perubahan perilaku dalam hal ini
kesehatan tentang IMS kepada sasaran adalah pencegahan terhadap IMS. Oleh
yang lebih luas. Selama ini promosi karenanya intervensi promosi kesehatan
kesehatan atau penyuluhan tentang IMS yang dapat dilakukan adalah
hanya intens dilaksanakan kepada memformulasikan bentuk, cara, dan
kelompok risiko tinggi seperti para pelaku strategi promosi kesehatan yang mengacu
seks menyimpang atau remaja, padahal ibu pada 3 domain psikologis yaitu perubahan
rumah tangga juga memiliki risiko yang kognitif, perubahan afektif dan perubahan
sama karena berkaitan dengan perilaku psikomotor dengan demikian dari
seksualnya sendiri atau perilaku seksual pengetahuan yang diperoleh responden
dengan pasangannya. akan membentuk sikap positif tentang IMS
kemudian mendorong responden
Sikap melakukan pencegahan dan upaya agar
Berdasarkan hasil penelitian terhidan dari paparan IMS.
diperoleh hasil bahwa distribusi frekuensi

[192]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

Banyak kondisi-kondisi KESIMPULAN


ketergantungan yang dapat mengubah
sikap individu. Oleh karena itu, sejauh Penelitian ini menyimpulkan bahwa
mana prediksi perilaku dapat disandarkan umur didominasi oleh responden yang
pada sikap akan berbeda dari waktu ke berusia > 16 tahun yaitu sebanyak 60
waktu dan dari satu situasi ke situasi orang (87,0%), tingkat pendidikan ibu
lainnya. Sikap merupakan reaksi atau rumah tangga, lebih dari separuh
respon yang masih tertutup dari berpendidikan rendah yaitu sebanyak 56
seseorang terhadap stimulus atau objek. orang (81,2%) dan distribusi frekuensi
Sikap membuat seseorang mendekati status pernikahan ibu rumah tangga
atau menjauhi orang lain atau objek sebagian besar berstatus menikah yaitu
lain, tetapi sikap yang positif atau sebanyak 53 orang (76,8%).
mendukung terhadap nilai-nilai kesehatan Tingkat pengetahuan tentang
tidak selalu terwujud dalam tindakan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)
nyata. pada ibu rumah tangga lebih banyak yang
Terbentuknya suatu sikap banyak berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 41
dipengaruhi oleh faktor perangsang yang (59,4%). Terdapat beberapa pengetahuan
timbul di lingkungan sosial dan juga yang kurang baik terkait dengan IMS yang
kebudayaan misalnya keluarga, norma, perlu mendapat perhatian, yaitu kurang
adat istiadat dan kepercayaan. Sikap pahamnya responden tentang apa yang
seseorang tidak selalu menjelma dalam harusdilakukanpenderitaIMS agar sembuh,
bentuk perbuatan atau tingkah laku kurangnya pengetahuan tentang bahwa
tindakan. Hal ini disebabkan karena sikap HIV merupakan virus yang
akan terwujud di dalam suatu tindakan mengganggusistemkekebalandalamtubuhm
tergantung pada situasi saat itu, anusia yang dapatmenularmelalui
misalnya seseorang yang memiliki sikap kontakdengandarah, serta kurangnya
positif terhadap pencegahan Infeksi pengetahuan tentang upaya apa yang
Menular Seksual untuk menjaga dapatdilakukan untuk menyembuhkanIMS.
kesehatan. Sikap tentang penyakit Infeksi
Sikap akan diikuti atau tidak diikuti Menular Seksual (IMS) pada ibu rumah
oleh tindakan, mengacu kepada tangga sebagian besar memiliki sikap yang
pengalaman orang lain. Seseorang akan negatif yaitu sebanyak 48 orang (69,6%).
melakukan upaya pencegahan ketika Terdapat beberapa pernyataan sikap
mendapatkan informasi bahwa ibu rumah negatif yang tergambar dari jawaban
tangga juga bisa saja terpapar IMS. Sikap responden yang meliputi beberapa hal,
juga dapat diikuti atau tidak diikuti oleh yaitu kesalahpahaman bahwa HIV/AIDS
suatu tindakan berdasarkan pada banyak dapat disembuhkan dengan obat antibiotik,
atau sedikitnya pengalaman seseorang, ketidaknyamanan dalam penggunaan
misalnya jika keluarga atau teman kondom saat berhubungan seksual dan
mengalami keputihan setelah kurangnya pemahaman tentang perlunya
menggunakan salah satu permbersih cair, menghindari penggunaan pisau cukur
maka seseorang kemudian menggunakan bersama-sama untuk menghindari
sabun pembersih lain untuk digunakan. penularan IMS melalui kontak darah.
Nilai-nilai di masyarakat apapun selalu Berdasarkan pada kesimpulan yang
berlaku nilai-nilai yang menjadi telah diuraikan penulis menyarankan agar
pegangan setiap orang dalam petugas kesehatan di Puskesmas
menyelenggarakan hidup bermasyarakat. melakukan penyuluan kesehaatan kepada
ibu rumah tangga di Wilayah yang
berpotensi tinggi terhadap kejadian IMS
yang materinya lebih banyak difokuskan
pada upaya dan langkah kesembuhan,
penyuluhan tentang HIV/AIDS dan cara

[193]
Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN 1907 - 0357

penularan dan langkah pencegahannya Penularan IMS di Wilayah Kerja


baik melalui informasi tentang tindakan Puskesmas Kom Yos Sudarso
medis apa yang harus dilakukan atau Pontianak. Tanjung Pura
dengan merubah perilaku penderita IMS. Notoatmodjo. Soekidjo. 2012. Promosi
Materi-materi tersebut perlu dirangkum Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
menjadi tulisan dalam bentuk leaflet Rineka Cipta. Jakarta
kemudian dibagikan kepada ibu rumah Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Pendidikan
tangga. dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
Dinkes Provinsi Lampung. 2016. Profil
DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
tahun 2015.
Azizah, Noor. 2007. Keefektifan Dinkes Kab. Tulang Bawang. 2016. Profil
Penggunaan Model Pembelajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang
Kooperatif Tipe NHT (Numbered- Bawang Barat tahun 2015.
Head-Together). Skripsi UNNES. Panenga,T.D,. Noor, MR., & Triwanti.
Chatarina, W, U,. 2003. Faktor-Faktor 2014. Tingkat pengetahuan Tentang
Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Infeksi Menular Seksual
Infeksi HPV 16/18. 2003. Pada Siswa SMA Di Banjar Masin.
http://adln.lib.unair.ac.id Jurnal Berkala Kedokteran, Vol 1
Daili, SF, 2010. Tinjauan Penyakit (2); 95-101
Menular Seksual dalam Ilmu Putri, NT,. 2015. Tingkat pengetahuan
Pemyakit Kulit dan Kelamin. Balai Remaja tentang infeksi menular
Penerbit FKUI. Jakarta seksual. Cinebong bogor
DepKes RI 2005. Pusat Penelitian dan Reviliana, dkk. 2011.Faktor-faktor Yang
Pengembangan Pemberantasan Mempengaruhi Tingginya Kejadian
Penyakit, Direktorat Jenderal PPM Infeksi Menular Seksual Di
& PLP. Jakarta Lokalisasi Gang Sadar Baturaden
Ditjen P2P Kemenkes RI, 2015. Kota Banyumas
Pencegahan dan Pengendalian Romadaniah, A,R,. 2013.Gambaran
Penyakit. Jakarta Pengetahuan Ibu Tentang Hiv/Aids
Fatimah,S. 2013. Hubungan Antara Dan Faktor-Faktor Yang
Pengetahuan Dan Sikap Pasien Berhubungan Di Uptd Puskesmas
Infeksi Menular Seksual (Ims) Pondok Gede. Kota Bekasi
Dengan Perilaku Pencegahan

[194]

Anda mungkin juga menyukai