Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan

tindakan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada Nn. L post

apendiktomi di ruang irna 2 RSUD dr sayidiman magetan. Pembahasan

tentang proses asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi keperawatan, dan

evaluasi.

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama di dalam

memberikan asuhan keperawatan. Perawat harus mengumpulkan data tentang

status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan

berkesinambungan. Kebenaran data sangat penting dalam merumuskan

diagnosa keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta melakukan

tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan

data ini juga harus dapat menggambarkan status kesehatan klien dan kekuatan

masalah-masalah yang dialami oleh klien (Hutahaean, 2010). Sumber data

didapatkan dari pasien, keluarga, atau orang yang terkait, anggota tim

kesehatan, rekam medis, dan catatan lainnya (Hutahaean, 2010).

45
46

Menurut Sjamsuhidajat (2004), manifestasi apendisitis akut didasari oleh

radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai

maupun todak disertai rangsangan peritoneum lokal. Gejalanya nyeri samar-

samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral didaerah epigastrium di

sekitar umbilicus, keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah, nafsu

makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah

ke titik McBurney.

Pada kasus Nn. L, klien mengatakan bahwa nyeri perut bagian kanan bawah

dirasa sejak keluhan ± 1 minggu nyeri perut kanan bawah sebelum dirawat di

rumah sakit, Pada saat dilakukan pengkajian, Nn. L sebelum pembedahan

apendektomi mengeluh hilangnya nafsu makan.

Gambaran ultrasonografi abdomen bisa meningkatkan akurasi diagnosis.

Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis

apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Kesalahan

diagnosis lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan lelaki

mengingat pada perempuan, terutama yang masih muda sering timbul

gangguan yang menyerupai apendisitis akut. Keluhan itu berasal dari

genetalia interna karena ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau gangguan

ginekologi lainnya. Untuk menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis

akut, bila diagnosis meragukan, sebaiknya penderita diobservasi di rumah

sakit dengan frekuensi setiap 1- 2 jam. Ultrasonografi dapat meningkatkan

akurasi diagnostic (Sjamsuhidajat, 2004). Menurut Sjamsuhidajat (2004),


47

diagnosis apendisitis akut baru dapat ditegakkan jika semua syarat terpenuhi

yaitu riwayat nyeri perut kanan bawah yang lebih dari dua minggu, terbukti

terjadi radang akut apendiks baik secara makroskopik maupun mikroskopik,

dan keluhan menghilang pasca apendiktomi. Bila diagnosis klinis sudah jelas,

tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik adalah

apendektomi. Pada Nn. L pemeriksaan USG pada tanggal 11 maret 2020 jam

09.23 WIB dilakukan di RSUD dr sayidiman magetan dengan hasil gambaran

appendisitis akut, tidak tampak infiltrat maupun perforasi).

Berdasarkan tanda dan gejala serta Usg abdomen dengan hasil gambaran

proses radang diregio mc burney (appendisitis akut), maka dr B Sp.B

memberikan saran pada keluarga Nn. L, klien untuk segera dilakukan

dioperasi. Nn. L dilakukan operasi atau pembedahan pada tanggal 11 maret

2020 pukul 10.00 WIB selesai pukul 12.00 WIB.

Apendiktomi merupakan pembedahan atau operasi klasik pengangkatan

apendiks. Apendiktomi direncanakan pada infiltrate periapendikuler tanpa pus

yang telah ditenangkan. Sebelumnya pasien diberi antibiotik kombinasi yang

aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu

sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan apendiktomi (Sjamsuhidajat, 2004).

Tindakan apendiktomi merupakan peristiwa kompleks sebagai ancaman

potensial atau aktual kepada integritas seseorang baik biopsikososial spritual

yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Rasa nyeri tersebut biasanya

timbul setelah operasi. Nyeri merupakan sensasi subjektif, rasa yang tidak
48

nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial

(Siswati, 2010). Pada pengkajian Nn. L didapatkan nyeri secara teori termasuk

dalam kategori nyeri akut. Hal ini disebabkan oleh karena nyeri akut terjadi

setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki

awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat)

dan berlangsung untuk waktu singkat (Prasetyo, 2010).

Kasus pada Nn. L nyeri yang dirasakan setelah pembedahan apendiktomi

adalah nyeri dirasa saat bergerak. Pada tindakan pembedahan abdomen atau

apendiktomi merupakan penyebab terjadinya nyeri karena adanya trauma atau

insisi pembedahan, karena saat bergerak bisa memicu atau faktor terjadinya

nyeri. Quality (Q) merupakan kualitas nyeri yang diungkapkan secara

subyektif oleh pasien (Potter, 2005). Nn. L mengatakan kualitas nyeri seperti

ditusuk-tusuk. Kualitas nyeri pada pasien pembedahan biasanya terasa panas

dan tertusuk-tusuk karena adanya insisi. Region (R) merupakan area dimana

nyeri dirasakan. Nn. L merasakan nyeri di perut kanan bawah kuadran 4. Pada

pembedahan abdomen, nyeri dirasakan pada letak anatomi yang mengalami

tindakan pembedahan. Severe (S) merupakan parameter dari tingkatan nyeri

dimana pada insisi abdomen. Nn. L mengatakan skala nyeri 4, nyeri akan

terasa sedang setelah pembedahan dan akan berkurang dalam beberapa waktu

yang didukung dengan pemberian analgesik. Pengukuran skala nyeri terdiri

dari Verbal Description Scale (VSD), Numerical Rating Scale (NRS), dan

Visual Analog Scale (VAS). Pada kasus Nn. L, penulis mengkategorikan


49

skala nyeri kedalam data subyektif karena penulis menggunakan skala nyeri

numerik dimana hasil dari skala numerik merupakan apa yang diungkapkan

oleh pasien. Time (T) merupakan waktu saat nyeri muncul. Nn. L mengatakan

nyeri hilang timbul. Pada post-apendiktomi nyeri akan terasa terus-menerus

setelah efek anestesi menghilang kemudian akan berkurang secara periodik

(Potter, 2005).

Pada pengkajian fisik abdomen, perawat memerlukan pengkajian fisik

dan neurologis berdasarkan riwayat nyeri klien. Daerah yang sangat nyeri

harus diperiksa untuk melihat apakah palpasi atau manipulasi pada daerah

tersebut meningkatkan sensasi nyeri. Selama melakukan pemeriksaan umum,

perawat memperhatikan adanya petunjuk-petunjuk yang mengindikasikan

nyeri (Potter, 2005). Pada pemeriksaan fisik abdomen, dilakukan dengan cara

Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, Palpasi (IAPP). Inspeksi meliputi ada luka post

operasi diperut kanan bawah, tertutup kassa, warna kulit sekitar luka tidak

kemerahan, umbilikus bersih. Hal ini terjadi karena pada tanggal 27 April

2015 pukul 09.00 WIB pasien dilakukan pembedahan apendiksitis sehingga

menimbulkan luka insisi pembedahan. Auskultasi peristaltik usus 5 kali per

menit. Suara perut saat diperkusi tidak terkaji. Pada saat palpasi, terdapat

nyeri tekan pada bagian perut kanan bawah (kuadran 4) atau daerah post

operasi apendiktomi, karena luka insisi post operasi apendisitis itulah yang

menyebabkan nyeri dimana secara anatomis luka apendisitis pada kuadran

kanan bawah (Sjamsuhidajat, 2004).


50

Anda mungkin juga menyukai