SKRIPSI
Disusun oleh:
1
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Disusun oleh:
2
3
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:
“Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping Menghadapi
Objective Structured Clinical Examination (Osce) Mahasiswa Semester II Stikes
Jendral A. Yani Yogyakarta”.
Skripsi ini dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan
berbagai pihak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini
penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya
kepada:
1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes, selaku direktur Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
2. Tetra Saktika.A, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.MB selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3. Fajriyati Nur Azizah M. Kep.,Sp. Kep. J selaku Pembimbing dalam
penyusunan skripsi.
4. Retno Sumiyar Rini, M.Med.,Ed selaku penguji atas segala masukan,
bimbingan, dan arahan sehingga terselesaikan skripsi ini.
5. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes selaku direktur Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
6. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan tahun 2016 selaku responden
yang telah mengisi kuesioner.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar
harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
INTISARI x
ABSTACT xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
E. Keaslian Penelitian 7
6
D. Variabel Penelitian 32
E. Definisi Operasional 32
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data 33
G. Validitas dan Reliabilitas 36
H. Pengolahan dan Analisis Data 37
I. Etika Penelitian 40
J. Rencana Penelitian 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44
A. Hasil 44
B. Pembahasan 47
C. Keterbatasan Penelitian 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54
A. Kesimpulan 54
B. Saran 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Kecemasan dan Kemampuan Adaptasi 32
Tabel 3.2 Kisi-kisi Variabel Kecemasan 34
Tabel 3.3 Teknik Penelitian Instrument Zung Self-Rating Anxiety Scale 34
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Mekanisme Koping 35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuesi Karakteristik Mahasiswa 45
Tabel 4.2 Tingkat kecemasan mahasiswa menghadapi OSCE 46
Tabel 4.3 Mekanisme Koping mahasiswa menghadapi OSCE 46
Tabel 4.4 Hasil Uji Koefisien Lambda 47
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Rentang Respon Kecemasan 16
Gambar 2 Kerangka Teori 27
Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian 28
9
DAFTAR LAMPIRAN
10
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN MEKANISME
KOPING MENGHADAPI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL
EXAMINATION (OSCE) MAHASISWA SEMESTER II
STIKES JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
Daeng Muhammad Rafiki , Fajriyati Nur Azizah2, Retno Sumiyar Rini3
1
INTISARI
Latar Belakang : Mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari pasti pernah
mengalami kecemasan. Kecemasan muncul antara lain ketika menghadapi tes
keterampilan objective structured clinical examination (OSCE), sikap penguji,
situasi ujian, standar kelulusan ujian dan keefektifan keterampilan mahasiswa.
Kecemasan yang timbul pada saat ujian keterampilan keperawatan diperkirakan
dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan dalam berpikir dan bertindak saat
ujian. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai pada ujian.
Karena semakin tinggi level kecemasan maka perlu adanya mekanisme koping
yang di gunakan individu dalam mengatasi kecemasan yang terjadi. Individu yang
memiliki mekanisme koping positif (adaptif) dan efektif maka dapat meredakan
atau menghilangkan kecemasan, sebaliknya jika mekanisme koping yang negatif
(maladaptif) dan tidak efektif akan memperburuk kesehatan dan memperbesar
potensi terjadinya sakit.
Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan kecemasan terhadap mekanisme
koping menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE)
mahasiswa semester II Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non
eksprimental, dengan rancangan deskriptif korelasional dan pendekatan cross
sectional. Sampel sebanyak 98 responden dari semester II menggunakan simple
random sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisis univariabel dan
analisis bivariabel menggunakan coefficient lambda dengan tingkat kemaknaan
p<0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antar variabel.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden tidak
memiliki cemas (44,3%) dan mekanisme koping adaptif 74,7% sedangkan
maladaptif 25,3%. Hasil analisis hipotesis korelasi antara tingkat kecemasan
dengan mekanisme koping menghadapi OSCE (p=0,018).
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan
dengan mekanisme koping menghadapi Objective Structured Clinical
Examination (OSCE). Saran untuk institusi keperawatan dapat mengalokasikan
waktu pada mahasiswa untuk latihan mandiri. Bagi peneliti selanjutnya
melakukan penelitian lainya dengan observasi, wawancara atau memberikan
pendidikan kesehatan tentang cara mengurangi kecemasan.
Kata Kunci : Kecemasan, Mekanisme Koping, OSCE.
1
Mahasiswa PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2
Dosen Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3
Dosen Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
11
RELATIONSHIP WITH AN AFFORDABLE LEVEL OF COOPERATIVE
MECHANISM OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION
(OSCE) STUDENTS SEMESTER II STIKES JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
Daeng Muhammad Rafiki , Fajriyati Nur Azizah2, Retno Sumiyar Rini3
1
ABSTRACT
Background : Students in everyday life must have experienced anxiety. Anxiety
arises, among others, when facing the objective structured clinical examination
(OSCE) skills test, the attitude of the examiner, the test situation, the exam
passing standards and the effectiveness of student skills. The anxiety that arises
during the nursing skills exam is thought to interfere with the concentration and
ability to think and act during the exam. So it will greatly affect the results
achieved on the exam. Because of the higher level of anxiety it is necessary to
have coping mechanisms that individuals use in overcoming anxiety that occurs.
Individuals who have positive (adaptive) and effective coping mechanisms can
relieve or eliminate anxiety, whereas negative coping mechanisms (maladaptive)
and ineffective will worsen health and increase the potential for illness.
Method : This research uses non exprimental quantitative method, with
correlational descriptive design and cross sectional approach. The sample was 98
respondents from the second semester using simple random sampling. Data
analysis used is univariable analysis and bivariable analysis using lambda
coefficient with significance level p <0,05 means there is significant relation
between variable.
Results : The results showed that the majority of respondents did not have anxiety
(44.3%) and adaptive coping mechanism 74.7% while maladaptif 25.3%. The
result of hypothesis correlation analysis between anxiety level with coping
mechanism facing OSCE (p = 0,018).
Conclusion : There is a significant relationship between anxiety levels and coping
mechanisms against Objective Structured Clinical Examination (OSCE).
Suggestions for nursing institutions can allocate time to students for self-training.
For the next researcher to conduct other research by observation, interview or
provide health education on how to reduce anxiety.
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan individu yang
mengalami perubahan emosional yang dapat menyebabkan keadaan patologis
apabila terus berkembang, sehingga perlu dilakukan antisipasi agar kesehatan jiwa
mahasiswa dapat terjaga (Idaiani, Suhardi, & Kristanto, 2009). Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi gangguan jiwa berat pada
penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi rumah
tangga yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan
terbanyak pada penduduk yang tertinggi di pedesaan (18,2%), serta pada
kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%).
Prevelensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 persen.
Provinsi dengan prevalensi gangguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.
Gangguan mental emosional apabila tidak ditangani secara optimal akan
menyebabkan gangguan jiwa. Menurut Depertemen Kesehatan Republik
Indonesia (Depkes, 2013), gangguan mental emosional adalah istilah yang sama
dengan distres psikologik. Kondisi ini adalah keadaan yang mengindikasikan
seseorang sedang mengalami perubahan psikologis. Gangguan jiwa yang
dimaksud tidak hanya gangguan jiwa berat psikosis dan skizofrenia, tetapi
kecemasan, depresi, penggunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adatif
(NAPZA) juga menjadi masalah jiwa.
Kecemasan merupakan salah satu gangguan mental emosional berupa
kekhawatiran atau ketakutan yang obyeknya atau sumbernya tidak jelas dan tidak
diketahui terhadap ancaman yang akan datang. Menurut Nanda (2015), cemas
merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu)
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
13
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
Menurut Keliat, Wiyono, Susanti (2011), kecemasan yang dialami oleh setiap
individu biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti perasaan takut tidak
diterima dalam lingkungan tertentu, rasa frustasi akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan, pengalaman traumatis seperti trauma perpisahan, kehilangan
atau bencana, ancaman terhadap konsep diri, dan ancaman terhadap integritas diri.
Kecemasan yang muncul pada setiap individu kadang disertai dengan respon fisik
yang tidak menentu, respon kognitif, dan respon perilaku serta emosi.
Kecemasan umumnya adalah suatu hal yang sulit, tidak menyenangkan dan
tidak menikmati situasi-situasi tertentu. Namun, masyarakat lebih sering
menghindari situasi yang membuat mereka merasa cemas. Akibatnya masyarakat
kehilangan kesempatan untuk menikmati hidup mereka atau sesuatu yang sangat
mereka nikamti (Richard &Susun, 2010). Jika tidak diobati, maka tingkat
kecemasan yang dimulai pada kehidupan cenderung akan bertambah meningkat
dan menyebabkan gangguan jiwa (Essau, Sasagawa & Ishikawa, 2010).
Mahasiswa pun rentan mengalami kecemasan, tuntutan sehari-hari yang dihadapi
mahasiswa biasanya berupa perubahan lingkungan belajar, tugas, praktikum
laboratorium dan ujian. Kecemasan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa
terutama kecemasan sedang hingga panik. Karena semakin tinggi level kecemasan
maka perlu adanya mekanisme koping yang di gunakan individu dalam mengatasi
kecemasan yang terjadi. Pada penelitian Hidayati, Reni, dkk (2012) yang
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan
spiritual remaja dengan mekanisme koping yang digunakan. Dimana semakin
tinggi kecerdasan spiritual seorang remaja semakin adaptif pula mekanisme
koping yang digunakan untuk mengatasi kecemasan yang dialami remaja.
Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat professional
yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan. Pada hasil
penelitian Rizka (2009) dikatakan bahwa terdapat hubungan antara kecemasan
dengan prestasi belajar pada remaja. Sebanyak 33,3% remaja mengalami
kecemasan sedang dan sebanyak 66,7% mengalami kecemasan ringan. Remaja
yang mengalami kecemasan sedang cenderung mempunyai mekanisme koping
14
yang kurang baik sehingga nilai prestasi belajar remaja kurang baik dibandingkan
remaja yang memiliki mekanisme koping yang baik mengalami kecemasan
ringan.
Koping adalah usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi stres
psikologis (Potter & Perry 2010). Faktor yang terpenting dalam menyelesaikan
gejala kecemasan adalah penggunaan mekanisme koping adaptif. Individu yang
memiliki mekanisme koping positif (adaptif) dan efektif maka dapat meredakan
atau menghilangkan kecemasan, sebaliknya jika mekanisme koping yang negatif
(maladaptif) dan tidak efektif akan memperburuk kesehatan dan memperbesar
potensi terjadinya sakit (Sholeh, 2006). Menurut Stuart (2013) mengatakan bahwa
biasanya individu menghadapi kecemasan menggunakan mekanisme koping yang
berfokus pada masalah, mekanisme koping berfokus pada kognitif, dan
mekanisme koping berfokus pada emosi.
Berdasarkan penelitian Al-dubai, et al., (2011) mahasiswa yang sedang
mempelajari ilmu kesehatan menggunakan berbagai stretegi koping, yaitu strategi
yang positif seperti, koping keagamaan (religius) 15%, aktif koping 13%, dan
penerimaan 13%, selebihnya menggunakan stretegi pengingkaran seperti,
penolakan 15%, mencela diri sendiri (16%), merokok (14%), dan konsumsi
alkohol atau obat-obatan terlarang (14%). Berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi kemampuan koping adaptif seseorang. Salah satunya adalah
karakteristik psikologis yang dimiliki oleh seseorang, termasuk di dalamnya
kemampuan keseimbangan emosi (Sholeh, 2006).
Individu yang mempunyai pengendalian diri yang baik, maka akan dapat
mengelola emosi yang dirasakan dengan baik. Seseorang yang memiliki emosi
baik, akan mengambil tindakan cukup simpatik ketika dihadapkan pada situasi
yang menegangkan, sehingga ketika menghadapi masalah seseorang dapat
mengendalikan emosi dengan menggunakan mekanisme koping yang efektif
(Goleman, 2009).
15
Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta merupakan salah satu institusi
penyelenggara pendidikan kesehatan yang berdiri pada tanggal 05 Juni 2006 di
Yogyakarta untuk menyelenggarakan Program Studi Ilmu Keperawatan jenjang
program sarjana (S-1), Program Studi Kebidanan jenjang program diploma (D-III)
dan Program Studi Rekam medis jenjang program diploma (D-III). Mahasiswa S1
keperawatan merupakan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan di kelas dan
pembelajaran praktek di laboratorium. Pembelajaran materi diberikan pada saat
dilakukan perkulihan sebelum mahasiswa melakukan praktek di laboratorium.
Salah satu metode penilaian yang bisa menjadi pemicu kecemasan adalah
OSCE selain stressor psikososial, beragamnya metode pembelajaran di Program
Studi Ilmu Keperawatan merupakan salah satu stressor pencetus kecemasan.
Seperti yang dikatakan Cornell (2007), kecemasan akademik adalah hasil proses
biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian,
perubahan terjadi dalam respon terhadap situasi akademik, seperti menyelesaikan
tugas-tugas di sekolah, diskusi di kelas atau ketika ujian.
Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dikembangkan untuk
menjawab problem-problem yang berhubungan dengan ujian klinik konvensional
berdasarkan standar bangsal (Rumah Sakit). OSCE disusun sedemikian rupa
sehingga semua mahasiswa menghadapi bahan-bahan yang identik dan sangat
mirip, demikian penguji yang sama atau sistem penilaian yang merujuk pada
kriteria dan terstandardisasi sehingga tidak ada variasi dalam penilaian penguji
(Riwanto, 2008). Ujian OSCE pada sebagian mahasiswa sering dirasakan sebagai
stressor yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan yang timbul pada saat
ujian keterampilan keperawatan diperkirakan dapat mengganggu konsentrasi dan
kemampuan dalam berpikir dan bertindak saat ujian. Sehingga akan sangat
berpengaruh terhadap hasil yang dicapai pada ujian tersebut, menurut hasil (Dwi
2016), terdapat korelasi antara kecemasan terhadap tes keterampilan (OSCE)
terhadap skor OSCE (р=0,036). Mahasiswa yang mengalami kecemasan pada
umumnya adalah mahasiswa yang memiliki mekanisme koping yang kurang baik.
Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Apastolo, Mendes, Azeredo (2006), yang
16
mengemukakan bahwa kecemasan sering timbul pada mereka yang sukar
beradaptasi di lingkungan yang baru.
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada mahasiswa S1 keperawatan Stikes
Jenderal A. Yani Yogyakarta dan dari pengalaman pribadi, merasakan kecemasan
pada saat akan menghadapi OSCE. Wawancara dilakukan pada tanggal 03 Febuari
2017 terhadap 25 responden yang terdiri dari 5 mahasiswa semester IV yang
pernah melakukan OSCE dan 20 mahasiswa semester II yang baru melakukan
OSCE. Hasil wawancara didapatkan 23 mengatakan cemas pada saat akan
menghadapi OSCE dan 2 orang mengatakan biasa saja. Kecemasan dirasakan
karena berbagai hal dan mekanisme koping setiap individu yang berbeda-beda.
Hal ini mempengaruhi saat mereka ujian, diantaranya tremor saat melakukan
praktik, hilang konsentrasi dan gugup. Kemampuan keterampilan yang belum
maksimal sebagai faktor pemicu timbulnya kecemasan. Adapun karena fenomena
dan hasil wawancara diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping
Menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Mahasiswa
Semester II Stikes Jendral A. Yani Yogyakarta”. Peneliti memilih semester II,
karena mahasiswa pada semester ini baru satu kali melakukan OSCE, sehingga
tingkat kecemasan mereka masih tinggi dengan tingkat stase yang berbeda dari
sebelumnya, sedangkan dari hasil observasi belum ada yang meneliti tentang
tingkat kecemasan OSCE di Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
adakah hubungan kecemasan terhadap mekanisme koping menghadapi Objective
Structured Clinical Examination (OSCE) mahasiswa semester II Stikes Jenderal
A. Yani Yogyakarta?
17
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kecemasan terhadap mekanisme koping
menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE) mahasiswa
semester II Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi
OSCE.
b. Mengetahui mekanisme koping mahasiswa menghadapi OSCE.
c. Mengetahui keeratan hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme
koping mahasiswa menghadapi OSCE.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya mengenai hubungan tingkat kecemasan
terhadap mekanisme koping menghadapi Objective Structured Clinical
Examination (OSCE) mahasiswa semester II Stikes Jenderal A. Yani
Yogyakarta.
2. Praktis
a. Bagi responden/mahasiswa
Meningkatkan pengetahuaan bagi mahasiswa sehingga diharapkan lebih
mempersiapkan mental dan psikologis, berkaitan dengan menghadapi
OSCE.
b. Bagi institusi Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta
Bahan refrensi untuk mengambil lanjut, terkait hal-hal yang diperlukan
untuk mendapatkan persiapan mahasiswa untuk menghadapi OSCE.
c. Bagi Laboratorium
Penelitian ini diharapkan menambah masukan dan informasi mengenai
hubungan tingkat kecemasan terhadap mekanisme koping menghadapai
OSCE mahasiswa II Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta dan dari pihak
18
laboratorium untuk memfasilitasi atau membantu kesiapan mahasiswa
dalam menghadapi OSCE.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran
untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang keperawatan jiwa yang
didapat di bangku kuliah, serta dapat menambah wawasan dan kepekaan
peneliti terhadap kondisi-kondisi nyata pada mahasiswa menghadapi
OSCE berkaitan dengan hubungan tingkat kecemasan terhadap
mekanisme koping menghadapi OSCE mahasiswa semester II serta
menjadi dasar penelitian dengan topik yang sama atau sejenis.
E. Keaslian Penelitian
Sejauh yang penulis ketahui berdasarkan telaah pustaka, belum pernah
dilakukan penelitian mengenai hubungan tingkat kecemasan terhadap mekanisme
koping menghadapi OSCE mahasiswa semester II Stikes Jenderal A. Yani
Yogyakarta, penelitian yang berkaitan dengan OSCE pernah dilakukan adalah :
1. Fikri (2016), melakukan suatu penelitian mengenai Hubungan Tingkat
Spiritualitas Dengan Tingkat Kecemasan Dan Mekanisme Mahasiswa
Tingkat Pertama FKIK UMY 2015/2016. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kecemasan
dan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama FKIK UMY. Menggunakan
metode non eksperimental, survei dengan rencana penelitian cross sectional.
Hasil penelitian ini uji korelasi spreaman untuk hubungan tingkat spiritualitas
dengan tingkat kecemasan p=0,827 (p>0,05) dan hasil uji kolmogorov-
Smirnov untuk hubungan tingkat spiritualitas dengan mekanisme koping
p=0,636.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel penelitian dan tempat
penelitiannya. Subyek penelitian ini adalah hubungan tingkat kecemasan
dengan mekanisme koping mahasiswa yang telah melakukan OSCE dan
tempat penelitiannya di Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.
19
2. Rahmawati (2016), merupakan suatu penelitian mengenai Hubungan
Kecerdasan Emosional Dengan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tahun
Pertama Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
kecedaran emosional dengan mekanisme koping. Metode penelitian ini
bersifat deskriptif, sistem pengambilan sampel dengan cara random sampling
dan pengukaran data menggunakan kuisioner. Data yang diperoleh
menggunakan Contingency Coefficient. Hasil penelitian semakin tinggi
kecerdasan emosional maka mekanisme koping semakin adaptif, dengan nilai
r=0,452 yang berarti keeratan hubungan sedang.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel penelitian dan tempat
penelitiannya. Subyek penelitian mahasiswa semester II dan tempat penelitian
di Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.
3. Rosita (2011), melakukan suatu penelitian mengenai Gambaran Tingkat
Kecemasan Mahasiswa Dalam Menghadapi Praktek Klinik Keperawatan Jiwa
di STIKES Yarsi Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik
keperawatan jiwa di STIKES Yarsis. Desain penelitian ini adalah deskriptif,
menggunakan tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi praktek klinik keperawatan
jiwa di STIKES Yarsis sebagian besar mengalami kecemasan sedang.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada metode penelitian, variabel
penelitian dan tempat penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan
korelasi, subyek penelitian mahasiswa semester II dan bertempat di Stikes
Jenderal A. Yani Yogyakarta.
4. Dwi (2016), melakukan suatu penelitian mengenai Hubungan antara
Kecemasan Mahasiswa PSIK UMY saat Menghadapi ujian Objective
Structured Clinical Examination (OSCE) terhadap skor OSCE. Tujuan dari
penelitian ini adalah terdapat hubungan antara ketidakyakinan standar
kelulusan OSCE dan kecemasan terhadap tes keterampilan OSCE terhadap
skor OSCE. Desain penelitian ini adalah kuantitatif non-eksperimental yang
20
bersifat deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional. Hasil
penelitian menujukan skor OSCE didominasi oleh 3 skill yang lulus
berjumlah 29 responden (32,2%), analisa korelasi antara kecemasan terhadap
tes ketarampilan (OSCE) terhadap skor OSCE (р=0,036).
Perbedaan dengan ini adalah variabel penelitian dan tempat penelitiannya.
Subyek penelitian ini adalah mekanisme koping menghadapi OSCE dan
tempat penelitianya di Stikes Jenderal A. Yani Yogyakarta.
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
56
Selama mengikuti Pendidikan Sarjana Keperawatan di Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta perkuliahan yang digunakan adalah Problem based
learning, terdiri dari kuliah, tutorial dan skill lab dan OSCE yang dilakukan
di laboratorium Keperawatan. Laboratorium Keperawatan didesain seperti
Mini Hospital dan terbagi menjadi beberapa unit/ruangan yaitu keperawatan
dasar, keperawatan maternitas, keperawatan gawat darurat, keperawatan
gerotik, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa, keperawatan komunitas.
Dengan adanya laboratorium keperawatan diharapkan mahasiswa sudah
terbiasa dengan suasana perawatan yang ada di rumah sakit.
Objective Structured Clinical Examination (OSCE) adalah ujian
keterampilan (skills) yang dilaksanakan diakhir semester. Dalam OSCE akan
diujikan seluruh keterampilan yang telah dipelajari selama satu semester
(keterampilan dalam tiga blok). Mahasiswa dinyatakan lulus jika
mendapatkan nilai minimal 56.mahasiswa dengan nilai yang kurang dari nilai
tersebut wajib mengikuti ujian ulang (remediasi) sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Mahasiswa yang masih belum lulus setelah satu kali ujian
remediasi boleh mengikuti ujian remediasi disemster lain pada saat Blok yang
bersangkutan berjalan. Syarat mengikuti ujian OSCE di Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta adalah kehadiran praktikum 100%.
2. Analisa Hasil Penelitian
Subyek penelitian adalah mahasiswa keperawatan semester II Stikes
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta yang 79 mahasiswa. Gambaran tentang
karakteristik subjek penelitian dijelaskan dalam bentuk distribusi frekuensi
berdasarkan variabel dalam penelitian.
a. Analisis Univariabel
Hasil analisis univariabel bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik dari subyek penelitian sehingga kumpulan data tersebut
berubah menjadi informasi yang berguna. Homogenitas dan karakteristik
responden pada penelitian ini disajikan dalam tabel 4.1.
1) Karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin dan usia sebagai
berikut:
57
Tabel 4.1 Distribusi Frekuesi Karakteristik Mahasiswa di Stikes
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta pada Bulan Agustus Tahun 2017
(n=79)
Karakter Mahasiswa Frekuensi (f) Persentase (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 24 30,4%
Perempuan 55 69,6%
Total 79 100%
Usia
18-19 tahun 50 63,3%
≥ 20 tahun 29 36,7%
Total 79 100%
Jumalah 79 100
58
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas mahasiswa tidak
mengalami cemas dengan jumlah 35 mahasiswa (44,3%), mengalami
kecemasan berat 2 mahasiswa (2,5%).
3) Mekanisme Koping mahasiwa menghadapi OSCE
Gambaran mekanisme koping mahasiswa menghadapi OSCE dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Mekanisme Koping mahasiswa menghadapi OSCE di Stikes
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta pada Bulan Agustus Tahun 2017
(n=79)
Mekanisme Koping Frekuensi (f) Presentase (%)
Adaptif 59 74,7
Maladaptif 20 25,3
Jumlah 79 100
Adaptif Maladaptif
Normal 32 3
Kecemasan Ringan 24 8 0,018
Kecemasan Sedang 3 7
Kecemasan Berat 0 2
Total 59 20
59
Berdasarkan tabel 4.4 mengenai hasil uji statistik koefisien lambda
antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping didapatkan nilai
p=0,018<0,05 maka diterima, artinya ada hubungan antara tingkat
kecemasan dengan mekanisme koping. Hal ini menunjukan bahwa
semakin tinggi tingkat kecemasan maka semakin maladaptif mekanisme
koping mahasiswa.
B. Pembahasan
1. Tingkat kecemasan mahasiswa menghadapi OSCE
Mahasiswa yang sudah menghadapi OSCE pada umumya memiliki
tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi OSCE bervariatif mulai
dari tidak ada cemas, ringan, dan sedang, berat. Menurut Sadock (2010),
kecemasan merupakan “kesulitan” atau “kesusahan” dan menjadikan
konsekuensi normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru,
penemuan identitas dan makna hidup.
Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian besar mahasiswa tidak
merasakan cemas saat menghadapi OSCE sebanyak 44,3%. Hal ini dilatar
belakangi bahwa kecemasan tentang situasi ujian dapat teratasi dengan
adanya sistem belajar mandiri mahasiswa sebelum OSCE dan adanya
sumber koping menunjukan koping adaptif. Belajar mandiri dengan sistem
simulasi terbukti mengurangi stres mahasiswa yang pada akhirnya
berpengaruh pada performa yang lebih baik ketika melakukan ujian
keterampilan dibandingkan dengan mahasiswa yang latihan simulasi
didampingi instruktur (Mills, et al., 2016). Stunden, et al., (2015),
menambahkan bahwa mahasiswa yang telah terpapar simulasi skenario
sebelum OSCE atau OSCA menunjukan koping yang lebih baik selama
OSCE/OSCA.
Kecemasan berat terdapat pada penelitian ini 2,5% mahasiswa. Hal ini
menunjukan tingkat cemas berat sangat sedikit dibandingakan dengan
cemas sedang sesuai hasil penelitian pada mahasiswa yang mengalami
60
kecemasan berat disebabkan oleh aspek perilaku dan afektif. Hal ini
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rushfortr (2007) bahwa
kecemasan pada saat melaksanakan tes keterampilan adalah peristiwa yang
penuh tekanan meskipun mahasiswa sudah mempersiapkan dengan baik,
dan berdampak buruk terhadap pada performa mahasiswa.
Tes keterampilan (OSCE) merupakan salah satu bentuk evaluasi atau
ujian keterampilan untuk penilaian kemampuan klinik,teknik dan prosedur
keterampilan secara terstruktur dan bersifat objektif, melalui tes
keterampilan mahasiswa dinilai secara bersamaan kemampuan
pengetahuan, psikomotorik dan sikap (Zayyan, 2011). Tes keterampilan
(OSCE) telah valid dan riliabel serta dapat digunakan un tuk menilai
keterampilan klinis sebagai bagian dari pendidikan profesi kesehatan
seperti dokter, farmasi, perawat dan intitusi kesehatan lainya. Mahasiswa
yang mengikuti ujian OSCE diwajibkan bisa mendemonstrasikan
kemampuan skill yang dimiliki dengan pos/ruangan yang dibuat berbeda-
beda. Mahasiswa akan melewati beberapa stasiun yang setiap stasiun
menguji skill yang berbeda dengan penguji yang berbeda-beda, pada setiap
stasiun mahasiswa akan diuji dalam waktu 5-10 menit dibawah
pengamatan penguji, selain itu akan terdengar tanda dan mahasiswa harus
berpindah ke pos/ruangan berikutnya (Widyandana, 2008).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mery (2014) yang menjelaskan
bahwa kecemasan mahasiswa timbul ketika menghadapi tes keterampilan
(OSCE). Agustiar (2010) mengatakan bahwa timbulnya kecemasan
mengahadapi ujian karena ujian dipersepsikan sebagai suatu yang sulit,
menentang dan mengancam, individu memandang dirinya sendiri sebagai
seorang yang tidak sanggup atau mampu mengerjakan ujian. Selain itu,
individu hanya terfokus pada bayangan-byangan konsekuensi buruk yang
tidak diinginkannya.
Menurut Colbert-Getz JM, et al., (2013) mahasiswa yang mengalami
kecemasan dengan tingkat kecemasan ringan mempunyai performa dan
prestasi yang baik yang lebih baik dibandinkan mahasiswa yang memiliki
61
tingkat sedang dan berat. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Akbar (2015) yang menjelaskan bahwa prestasi mahasiswa yang
dipengaruhi oleh rasa cemas seperti misalnya mahasiswa yang memiliki
kecemasan yang berat tidak akan bisa berprestasi sebaik siswa yang
memiliki kecemasan yang rendah. Dengan kata lain mahasiswa yang
memiliki kecemasan yang tinggi akan memiliki prestasi yang lebih rendah
dari pada siswa yang mengalami kecemasan rendah.
62
Augesti, G., Lisiswanti, R., Saputra, O., Nisa, K. (2015) mahasiswa
tingkat awal mengalami masa adaptasi dari lingkungan sekolah ke
lingkungan perkuliahan, terkait dengan jadwal perkuliahan seperti tugas,
kuliah, tutorial dan clinical skill lab yang padat dan baru dirasakan
pertama kali setelah memasuki dunia perkuliahan, sedangkan pada
mahasiswa yang tingkat akhir sudah mampu beradaptasi dengan
lingkungan dan perkuliahan sehingga membantu mahasiswa dalam proses
pembelajaran. Individu yang memiliki mekanisme koping positif (adaptif)
dan efektif maka dapat meredakan atau menghilangkan stres, sebaliknya
jika mekanisme koping yang negatif (maladaptif) dan tidak efektif akan
memperburuk kesehatan dan memperbesar potensi terjadinya sakit
(Sholeh, 2006).
Mekanisme koping seseorang dipengaruhi oleh karakteristik individu
seperti usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan suku. Menurut Jahja (2011)
perkembangan remaja terbagi dalam 3 tahap yaitu: remaja tahap awal (usia
12-15 tahun), remaja tahap menengah (usia 15-18 tahun), remaja tahap
akhir (19-22 tahun), dan perkembangan dewasa awal berkisar antara umur
21-40 tahun. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa remaja yang
menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar berusia 19 tahun
yaitu pada tahap remaja akhir. Pada tahap remaja akhir individu telah
mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Hal
ini didukung oleh teori yang dijelaskan oleh Lukman (2009) bahwa usia
mempengaruhi daya tangkap dan pola fikir seseorang. Semakin bertambah
usia semakin berkembang pula daya tanggap dan pola fikir sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin baik, sehingga dalam proses berfikir
individu lebih memungkinkan untuk menggunakan koping yang positif
(Hurlock, 2004).
3. Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada mahasiswa
menghadapi OSCE
Berdasarkan pada tabel 4.4 hasil tabulasi silang menunjukan bahwa
nilai p=0,018 yang mana nilai p-value tersebut lebih kecil dari 0,05
63
sehingga hipotesisnya diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan
antara tingkat kecemasan dengan mekanisme koping mahasiswa
menghadapi OSCE semester II Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tri (2015) dengan hasil terdapat hubungan antara tingkat kecemasan
dengan mekanisme koping mahasiswa. Hal ini diperkuat dengan penelitian
penelitiaan Rizka (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
kecemasan dengan prestasi belajar pada remaja. Sebanyak 33,3% remaja
mengalami kecemasan sedang dan sebanyak 66,7% mengalami kecemasan
ringan. Remaja yang mengalami kecemasan sedang cenderung memiliki
mekanisme koping yang kurang baik sehingga nilai prestasi belajar remaja
kurang baik dibandingkan remaja yang memiliki mekanisme koping yang
baik mengalami kecemasan ringan. Penelitian Dwi (2016), di PSIK UMY
bahwa ada hubungan kecemasan mahasiswa PSIK UMY saat menghadapi
ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) terhadap skor
OSCE. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati (2016) yaitu mereka yang memiliki mekanisme koping baik
mengambil keputusan dan melakukan tindakan yang tepat saat situasi
kritis dan mendesak.
Penelitian Cazzell & Rodriguez (2011) dalam studi kualitatif yang
dilakukan pada mahasiswa keperawatan setelah melaksanakan OSCE
dengan hasil bahwa, mahasiswa keperawatan mengalami kecemasan
mengenai standar kelulusan, kehilangan kendali dan bahkan merasa
dibawah tekanan. Hal tersebut diperkuat oleh Delaney, et al., (2015). Yang
menyatakan bahwa, kecemasan yang dialami mahasiswa keperawatan
mengenai performa akademik dan ujian keterampilan dapat memicu stres
selama masa pendidikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Untari (2014) mengenai hubungan
antara kecemasan dengan Prestasi ujian OSCE pada Mahasiswa Akper
PKU Muhammadiyah Surakarta yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara kecemasan dengan prestasi ujian. Fidment (2012)
64
menjelaskan bahwa mahasiswa merasakan cemas saat melaksanakan tes
keterampilan (OSCE). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan
Rushfort (2007) bahwa kecemasan pada saat tes keterampilan adalah
peristiwa yang penuh tekanan meskipun mahasiswa sudah mempersiapkan
dengan baik, dari dampak buruk terhadap pada performa mahasiswa.
Menurut Cato (2013), lingkungan ujian, teknologi dan metode dalam ujian
keperawatan yang diadakan oleh setiap institusi keperawatan bisa
menyebabkan kecemasan pada mahasiwa yang selanjutnya terbukti dapat
mengganggu proses pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan oleh Goleman (2009) mengatakan bahwa seseorang yang
memiliki emosi yang baik, akan mengambil tindakan yang cukup simpatik
ketika dihadapkan pada situasi yang menegangkan, sehingga ketika
menghadapi masalah seseorang dapat mengendalikan emosi dengan
menggunakan mekanisme koping yang efektif. Individu yang memiliki
mekanisme koping positif (adaptif) dan efektif maka dapat meredakan atau
menghilangkan kecemasan, sebaliknya jika mekanisme koping yang
negatif (maladaptif) dan tidak efektif akan memperburuk kesehatan dan
memperbesar potensi terjadinya sakit (Sholeh, 2006).
Mekanisme koping pada dasarnya adalah mekanisme pertahanan diri
terhadap perubahan yang terjadi baik dalam diri maupun di luar diri
(Stuart, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Shaban, et al., (2013)
mengatakan bahwa, koping strategi yang paling umum yang digunakan
oleh mahasiswa adalah problem-solving behaviour diikuti oleh sikap
optimis. Dalam strategi ini mahasiswa melakukan perubahan dalam proses
belajar yang awalnya malas belajar menjadi lebih rajin belajar, dan
percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.
Menurut Stuart (2013) ketika mahasiwa mengalami kecemasan,
individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mengatasi
cemas, kemampuan individu, dukung sosial, asset material, keyakinan
positif individu. Apabila individu tidak mampu mengatasi keccemasan
secara konstruktif, maka dapat menjadi penyebab terjadinya perilaku yang
65
patologis. Model yang dipakai dalam pengolongan mekanisme koping
menurut Stuart (2013) mekanisme koping yang berfokus pada masalah
adalah mekanisme koping yang melibatkan tugas dan upaya langsung
untuk melibatkan tugas dan upaya langsung untuk mengatasi ancaman itu
sendiri, mekanisme koping berfokus pada kognitif adalah dimana
seseorang mencoba untuk mengontrol makna dari suatu masalah dan
dengan menetralisirnya, dan mekanisme koping berfokus pada emosi
adalah dimana pasien berorientasi pada tekanan emosional moderat,yang
dikenal sebagai mekanisme pertahanan, melindungi orang dari perasaan
tidak mampu dan tidak berharga dan mencegah kecemasan.
Sikap optimis sering dihubungkan dengan adanya hasil positif termasuk
harapan mengenai masa depan, kesehatan secara umum, kesehatan mental
yang lebih baik, peningkatan keberhasilan dalam kerja dan strategi koping
ketika menghadapi situasi yang mengarah pada stres (Parashar, 2012).
Zhao, et al., (2015), menyatakan bahwa strategi koping yang baik melalui
sikap optimis mahasiswa keperawatan terbukti mampu membawa mereka
kehasil ujian keterampilan yang baik, mengurangi stres, dan menimbulkan
kepercayaan diri ketika akan menghadapi situasi OSCE. Jan & Popescu
(2014) menambahkan, sikap dan pemikiran optimis merupakan koping
yang baik dan terbukti membawa pemikiran mahasiwa ke arah pemikiran
dan perasaan positif dalam menghadapi lingkungan yang dapat memicu
kecemasan.
C. Keterbatasan Penelitian
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Perlunya persiapan mental dalam menghadapi OSCE dan menguasai
materi dan skill yang akan diujikan, tidak hanya persiapan ilmu pengetahuan.
2. Bagi Intitusi Keperawatan
Saran yang dapat diberikan adalah mengalokasikan waktu kepada
mahasiswa untuk latihan mandiri, berdiskusi tentang tips sukses menghadapi
OSCE, dan untuk menurunkan kecemasan mahasiswa.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan
metode yang lainya yaitu dengan observasi, wawancara atau memberikan
pendidikan kesehatan tentang cara mengurangi kecemasan pada saat ujian.
Serta dapat meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor kecemasan seperti jenis
kelamin dan usia.
67
DAFTAR PUSTAKA
Agustiar, W., & Asmi, Y. (2010). Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional dan
Motivasi belajar pada Siswa Kelas XII SMA Negeri “X” Jakarta Selatan.
Jurnal Psikologi. Vol 8. No1, 9 - 15.
Al- Dubai, S. A., R., Al- Naggar, R. A., Alshagga, M. A., & Rampal, K., G.
(2011, Juli-September). Stress and Coping Strategies of Students in
aMedical Faculty in Malaysia. Original Article of University Sains
Malaysia. Diaskes 26 Juni 2017.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3216229/
Augesti, G., Lisiswanti, R., Saputra, O., Nisa, K. (2015). Diffrences In Stress
Level Between First Year and Last Year Medical Students In Medical
Faculty of Lampung University. J Majority. 4 (4), 50-56. Diaskes 10
Januari 2017. http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/03/Gita-
Augesti.pdf
Bartfay, W.J., Rombough ,R., Howse, E., & Leblanc, R. (2004). The OSCE
Approach in Nursing Education: Objective Structured Clinical
Examinations can be Effective Vehicles for Nursing Education and
Practice by Promoting the Mastery of Clinical Skills and Decision-
making in Controlled and Safe Learning Environments. The Canadian
Nurse. pp: 18-25. Diaskes 10 Januari 2017.
http://file.scirp.org/pdf/OJN_2014093013311349.pdf
68
Brannick, M.T., korkmaz, H.T., & Prewett, M. (2011). A systematic Review of
the Reliability of Objective Structured Clinical Examination Scores.
Medical Education 45 : 1181-1189. Diaskes 10 Januari 2017.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-
2923.2011.04075.x/epdf
Cazzell, M., & Rodriguez, A. (2011). Qualitative Analysis of Student Beliefs and
Attitudes After an Objective Structured Clinical Evaluation: Implications
forAffective Domain Learning in Undergraduate Nursing
Education(Abtract). Nursing Education. Vol. 12, 711-715.
Colbert - Getz JM. (2013). How do gender and anxiety affect students’self -
assasment and actual performance on a high - stakes clinical skills
examination?. Academic Medicine; 88(1): 44 - 8.
Delaney, C., Barrere, C., Robertson, S., Zuhourek, R., Diaz, D., & Lachapelle, L.
(2015). Pilot Testing Of The NURSE Stres Management Intervention.
Jurnal Of Holistic Nursing.
69
Tri. (2015). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Mekanisme Koping
Mahasiswa Semester II D-III Keperawatan dalam Menghadapi Praktek
Klinik Keperawatan Di Universitas Nusantara PGRI Kediri. Skripsi.
70
Hidayati, Reni. dkk. 2012. Kecerdasan emosi, stress kerja dan kinerja karyawan.
Jurnal Psikologi. Volume 2, No.1. Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Jan, L. K., & Popescu, L. (2014). Israel Nursing Students Stress Sources And
Coping Strategies During Their First Clinical Experience In Hospital
Wards - A Qualitative Research. Revista De Asistenta Sociala, Anul XIII.
Vol. 4, 163 - 188.
Junger, J., Schafer, S., Roth, C., Schellberg, D., Friedman, B. D. M., & Nikendei,
C. (2005). Effect of Basic Clinical Skills Training on Objective
Structured Clinical Examination Performance. Medical Education, 39,
pp. 1015-1020.
Ibrahim, AS. (2012). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Edisi Pertama.Jakarta: Salemba Medika.
Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. (2010) Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. Tangerang: Bina Rupa Aksara.
Keliat BA, Wiyono AP, Susanti H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa :
CMHN (intermedian course). Jakarta: EGC.
71
Lallo, D. A., Kandou, L. F. J., & Munayang, H. (2013). Hubungan kecemasan dan
hasil ujian UAS-1 mahasiswa baru fakultas kedokteran universitas Sam
Ratulangi Manado tahun ajaran 2012/2013. E-Journal Universitas Sam
Ratulangi. Vol 1, no 2.
Mansur, H. (2009). Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Mary R. A., Marslin, G., Franklin G., & Sheeeba, C. J. (2014). Test Anxiety Level
of Board Exam Going Student in Tamil Nadu, India. Hindawi Publishing
Corporation. No: 1- 9.
Mills, B., Carter, O. B., Ross, N. P., Quick, J. K., & Reid, C. J. (2016). The
Contribution Of Instuctor Presence To Social Evaluation Anxiety,
Immersion And Performance Within Simulation-Based Learning
Environmrnts: A With In – Subject Randomised Cross - Over Trial With
Paramedic Students (Abstract). Australian Journal Of Paramedicine.
Vol. 13, No. 2.
Nanda. (2015). Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Alih bahasa. Budi Anna Kelia
[et al.]. Ed.10. Jakarta : EGC.
72
Parashar, F. (2012). Optimism And Pessimism. Diaskes 26 Juni 2017.
Http://Positivepsychology.Org.Ik/Pp-Theory/Optimism/98-Optimism-
And-Pessimism.Html.
Potter dan Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Buku 2. Edisi &. Jakarta:
Salemba Medika.
Richard, & Susun. (2010). Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer
Publishing Company.
Rizka. (2009). Hubungan Kecemasan dengan Prestasi Belajar pada Remaja Putri
dengan Obesitas pada Remaja Putri dengan Obesitas di SMU 1, SMU 2
dan SMU 10 Padang Tahun 2009. Tesis, Fakultas Kedokteran.
73
Rufaidah. (2006). Konsep Holistik Dalam Keperawatan Melalui Pendekatan
Model Adaptasi Sistem Callista Roy. Volume 2 Nomor 1. Sumatra Utara:
Jurnal Keperawatan.
Shadia, A. E., Hanaa, A. E., Hewida, A. H., Nagwa, A. E. F., & Anas, H. E. S.
(2010). An Introduction of OSCE versus Traditional Methods in Nursing
Education: Faculty Capacity Building and Students Perspec- tives.
Journal of American Science, 6, 1002-1014.
Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Alih Bahasa Ramona
P. Kapoh & Egi Komara Yudha. Jakarta: EGC.
Stunden, A., Halcomb, E., & Jefferies, D. (2015). Tools To Reduce First Year
Nursing Students Anxiety Levels Prior To Undergoing Objective
Structured Clinical Assessment (OSCA) And How This Impacts On The
Students Experience Of Their First Clinical Placement. Nurse Education
Today. Vol. 35. Issue 9, 987 - 991
Su, B. H., Shen, W.C., & Chen, W. (2005). Objective Structured Clinical
Examination (OSCE): A comparison of Interpersonal Skills Scores with
Written OSCE score. Mid Taiwan J MED, 10: 32-37.
Tilton, S.R. (2008). Review of The State-Trait Anxiety Inventory (STAI). New
Notes, Volume 48, Issue 2. Diaskes 26 Juni 2017.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22959685
74
Untari, I. (2014). Hubungan Antara Kecemasan dengan Prestasi Uji OSCE pada
mahasiswa Akper PKU Muhammdiyah Surakarta. Jurnal Kebidanan.
Vol. VI, No. 01.
White, C. B., Ross, P. T., & Gruppen, L. D. (2009). Remediating Students Failed
OSCE Performances at One School: The Effects of self Assesment,
Reflection, and Feedback. Academic Medicine. 84(5): 651-654.
Zhao, F. F., Lei, X. L., He, W., Gu, Y. H., & Li, D. W. (2015). The Study Of
Perceived Stress, Coping Strategy And Self - Efficacy Of Chinese
Undergraduate Nursing Students In Clinical Practice, International.
Journal Of Nursing Practice. Vol. 21. Issue 4, 401 - 409.
75
Lampiran 3
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan
anda atau apa yang anda rasakan pada saat melaksanakan OSCE.
Keterangan:
1. TD : Tidak Pernah
2. KK : Kadang-kadang
3. SR : Sering
4. SL : Selalu
No Pernyataan Jawaban
TP KK SR SL
1 Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan
cemas dari biasanya
2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
3 Saya merasa seakan tubuh saya berantakan
atau hancur
4 Saya mudah marah, tersinggung atau panic
5 Saya selalu merasa semuanya baik-baik saja
dan tidak ada hal buruk yang akan terjadi
6 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar
7 Saya sering terganggu oleh sakit kepala,
nyeri leher atau nyeri otot
8 Saya merasa badan saya lemah dan mudah
lelah
9 Saya dapat istirahat atau duduk dengan
tenang
10 Saya merasa jantung saya berdebar-debar
dengan keras dan cepat
11 Saya sering mengalami pusing
12 Saya sering pingsan atau merasa ingin
pingsan
13 Saya dapat bernafas dengan nyaman/mudah
14 Saya merasa kaku atau mati rasa dan
kesemutan pada jari-jari saya
15 Saya merasakan sakit perut atau gangguan
pencernaan
16 Saya sering kencing dari pada biasannya
17 Tangan saya biasanya kering dan
hangat/tidak dingin
78
No Pernyataan TP KK SR SL
18 Wajah saya terasa panas dan kemerahan
19 Saya dapat tidur dengan mudah dan dapat
istirahat malam dengan baik
20 Saya mengalami mimpi-mimpi buruk
79
Lampiran 4
MEKANISME KOPING
Petunjuk: isilah pertanyaan dibawah ini dengan member tanda centang (√) pada
kolom yang telah disediakan. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan kondisi saat
saudara/I berada dalam suatu masalah sebenarnya.
Keterangan:
1. (SS) : Sangat setuju
2. (S) : Setuju
3. (KS) : Kurang setuju
4. (TS) : Tidak setuju
5. (STS) : Sering tidak setuju
No Pernyataan Jawaban
SS S KS TS STS
1 Dalam menyelesaikan masalah, saya
memikirkan cara yang paling tepat untuk
menyelesaikan masalah
2 Mencoba untuk menyelesaikan suatu
permasalahan tahap demi tahap
3 Saya menyakiti diri sendiri ketika ada masalah
yang tidak terselesaikan
4 Untuk melupakan kemarahan, saya sering
membanting pintu, bantal, buku, dll
5 Saya meminta bantuan teman/ sahabat ketika
ada masalah
6 Saya berdamai dengan takdir, terkadang saya
hanya sedang tidak beruntung
7 Saya tidak mau bertemu dengan orang lain
ketika saya adalah masalah
8 Saya memendam sendiri masalah yang saya
hadapi
9 Saya selalu berfikir positif terhadap setiap
masalah yang saya hadapi
10 Ketika ada masalah frekuensi ibadah saya
meningkat
11 Ketika ada masalah, saya bertindak seolah-olah
tidak mengalami masalah sama sekali
12 Saya sering mencoba untuk melupakan masalah
dari dalam pikiran dan memikiran sesuatu yang
lain.
13 Saya mencoba memandang masalah sebagai
bagian kehidupan yang harus saya jalani
80
No Pernyataan SS S KS TS STS
14 Ketika saya ada masalah saya menjadi lebih
kuat
15 Saya menghabiskan waktu untuk bermain
game/gedget
16 Saya menghindari masalah saya dengan
berjalan-jalan dan berbelanja
17 Ketika ada masalah, saya bertindak seolah-olah
tidak mengalami masalah sama sekali
18 Saya menolak untuk percaya bahwa saya sedang
memiliki masalah
19 Ketika saya ada masalah, saya berusaha untuk
melupakan masalah dan meninggalkannya
20 Ketika saya memiliki masalah, saya
menyalahkan orang lain atas masalah saya
81
Lampiran 10
89
90