Anda di halaman 1dari 91

PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN

KECEMASAN PADA PELAKU RAWAT (CAREGIVER) PASIEN STROKE


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPAJA

SKRIPSI

DISUSUN OLEH
FAHRI RAMADHANI
17111024110326

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2019
Pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap Penurunan Kecemasan
pada Pelaku Rawat (Caregiver) Pasien Stroke Di Wilayah Kerja
PUSKESMAS Sempaja

SKRIPSI

DISUSUN OLEH
FAHRI RAMADHANI
17111024110326

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2019
Pengaruh Aromaterapi Lavender terhadap Penurunan Kecemasan pada
Pelaku Rawat (Caregiver) Pasien Stroke di Wilayah Kerja PUSKESMAS
Sempaja

Fahri Ramadhani1, Muhammad Bachtiar Safrudin2, Dwi Rahmah Fitriani3


Program Studi Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur

Jln. Ir. H. Juanda No. 15. Samarinda

fahri6451@gmail.com
081349004226

INTISARI
Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami gelisah, ke
khawatiran atau cemas dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan
tidak spesifik serta dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak
berdaya. Kecemasan yang dialami oleh caregiver dalam jangka waktu yang
panjang dapat mengakibatkan depresi pada caregiver itu sendiri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan
kecemasan pada pelaku rawat (caregiver) pasien stroke di wilayah kerja
Puskesmas Sempaja. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimen
dengan rancangan the one group pretest-postest design. Jumlah responden
sebanyak 17 orang. Penelitian ini menggunakan uji non-parametik Wilcoxon
Signed Ranks Test. Berdasarkan hasil penelitian pada pengaruh aromaterapi
lavender terhadap penurunan kecemasan pelaku rawat (caregiver) pasien stroke
didapatkan nilai asymp. Sig (2-tailed) ( 0,000 < 0,005). Maka H0 ditolak dan Ha
diterima sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang
bermakna dalam pemberian aromaterapi lavender terhadap penurunan
kecemasan pelaku rawat (cargiver) pasien stroke di wilayah kerja Puskesmas
Sempaja.

Kata Kunci : Aromaterapi lavender, kecemasan, pelaku rawat (caregiver)

Lavender Aromatherapy influence to Decrease Anxiety in Hospitalized


1
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2
Dosen Ilmu keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
3
Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
Performers (Caregiver) in the Work Area Stroke Patients Health Sempaja

Fahri Ramadhani4, Muhammad Bachtiar Safrudin5, Dwi Rahmah Fitriani6


Nursing Science Study Program, Faculty Of Health And Pharmacy Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur

Jln. Ir. H. Juanda No. 15. Samarinda

fahri6451@gmail.com
081349004226

ABSTRACT
Anxiety is a condition where a person experiences anxiety, worries or anxiety to
respond to threats in a vague and non-specific, and are associated with feelings
of uncertainty and helplessness. Anxiety experienced by the caregiver in the long
term can lead to depression in the caregiver's own. This study aimed to
determine the effect of lavender aromatherapy to decrease anxiety in caregivers
of stroke patients in Puskesmas Sempaja. This study uses a pre-experimental
design with the design of the one-group pretest-posttest design. The number of
respondents as many as 17 people. This study used a non-parametric test of
Wilcoxon Signed Ranks Test. Based on the results of research on the effects of
lavender aromatherapy on anxiety reduction caregivers asymp values obtained
stroke patients. Sig (2-tailed) (0.000 <0.005). Then H0 is rejected and Ha
accepted so that it can be concluded that there is a significant influence in the
administration of lavender aromatherapy to decrease anxiety caregivers stroke
patients in Puskesmas Sempaja.

Keywords : Aromatherapy lavender, anxiety, caregivers

MOTTO

4
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Kalimantan Timur
5
Dosen Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Kalimantan Timur
6
Dosen Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Kalimantan Timur
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya”

(QS. AL-BAQARAH:49)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(QS. AL-INSYIRAH:5)

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, shalawat dan salam semoga senantiasa

tercurah pada baginda Rosulullah Muhammad SAW.

Terwujudnya Skripsi dengan judul “Pengaruh Aromaterapi Lavender

Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pelaku Rawat (Caregiver) Pasien

Stroke Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja” ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik

tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Bambang Setiaji, MS selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur.

2. Ibu Ns. Dwi Rahmah Fitriani., M.Kep selaku Ketua Progam Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

3. Kepada Ibu Ns. Milkathun, M. Kep selaku koordinator mata ajar

skripsi.

4. Kepada bapak Ns. M. Bachtiar Safrudin, M.Kep., S.p. Kep. Kom

sebagai pembimbing, terima kasih untuk segala kesabaran dan

bimbingannya, yang telah meluangkan waktu melakukan bimbingan

dari awal hinggal akhir proses penyusunan skripsi ini.


5. Bapak Ns. Andri Praja Satria. S.Kep.,M.Sc selaku dosen penguji 1

yang telah menyediakan waktu dan bersedia menguji Skripsi ini.

6. Kepada kedua orang tua Lukman dan Ruhida yang terus

memberikan doa, dukungan dan motivasi yang tak ternilai harganya

mulai kecil hingga saat ini.

7. Kepada saudara saya Azkiya Nurul Saffanah yang memberikan

dukungan dan semangat untuk menyelesaikan Skripsi ini.

8. Kepada sahabat dan teman-teman seperjuangan, Dwi Yuda Rivai,

Muhammad Ridho, Bagus Dwi Pamungkas, Edo Febrian, Hardian,

Kevin Primadi Saputra, Jaya, Dayat, yang selalu ada sampai saat

ini.

9. Kepada teman satu kampung terima kasih atas kesabaran, motivasi

dan bantuan yang begitu banyak telah saya rasakan selama ini,

juga Ahmad Robianto, M Rizky Abdulyansah, Indra Irawan,

Sindarta, Arbaen yang selalu memberi dukungan dan meramaikan

kontrakan.

10. Dan kepada seluruh teman-teman seperjuangan dikelas yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala

kebersamaan, persahabatan dan pengertian yang kita jalin selama

ini, semoga hal itu dapat kita pertahankan sampai akhir hayat kita.

Semoga segala bantuan yang tak ternilai harganya ini mendapat

imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,


oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan. Penulis

berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi karya yang

memberi dampak positif buat kita semua, Amin Ya Rabbal’Alamiin.

Samarinda,

Fahri Ramadhani
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian....................................... i

Intisari ............................................................................................ ii

Motto ............................................................................................ iii

Kata Pengantar................................................................................ iv

Daftar Isi........................................................................................... vii

Daftar Tabel ..................................................................................... ix

Daftar Gambar ................................................................................. x

Daftar Lampiran .............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian.................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian.................................................................. 6

E. Keaslian Penelitian................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 9

A. Telaah Pustaka....................................................................... 9

B. Penelitian Terkait.................................................................... 30

C. Kerangka Teori Penelitian...................................................... 31

D. Kerangka Konsep Penelitian.................................................. 33

E. Hipotesis................................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN..................................................... 35

A. Rancangan Penelitian............................................................ 35

B. Populasi dan Sampel.............................................................. 36

C. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 39

D. Definisi Operasional............................................................... 39

E. Instrumen Penelitian............................................................... 41

F. Uji Validitas dan Reliabilitas................................................... 41

G. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 42

H. Teknik Analisa Data................................................................ 43

I. Etika Penelitian....................................................................... 47

J. Jalannya Penelitian................................................................ 48

K. Jadwal Penelitian.................................................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN......................................................... 51

A. Gambaran Umum................................................................... 51

B. Hasil Penelitian....................................................................... 53

C. Pembahasan........................................................................... 58

D. Keterbatasan Penelitian......................................................... 68

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN............................................. 69

A. Kesimpulan............................................................................. 69

B. Saran...................................................................................... 71

Daftar Pustaka................................................................................. 73

Lampiran
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................... 39

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden .................................... 52

Tabel 4.2 Skor Kecemasan Sebelum Intervensi.............................. 54

Tabel 4.3 Skor Kecemasan Sesudah Intervensi.............................. 55

Tabel 4.4 Frekuensi Kecemasan Sebelum Intervensi...................... 55

Tabel 4.5 Frekuensi Kecemasan Sesudah Intervensi...................... 56

Tabel 4.6 Uji Normalitas................................................................... 57

Tabel 4.7 Uji Wilcoxon Signed Ranks Test....................................... 58


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori Penelitian ................................ 32

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep Penelitian ........................... 34

Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ..................................... 36


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Biodata Peneliti

Lampiran 2: Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3: Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4: Kuisioner HARS (Hamilton Rating Scale For Anxiety)

Lampiran 5: Lembar Konsultasi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular

penyebab kematian dan kecacatan. Setelah penyakit jantung

koroner dan kanker baik dinegara maju dan berkembang, stroke

merupakan penyakit penyebab kematian ketiga. Secara global, 15

juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal

dan sisanya mengalami kecacatan permanen. Kematian akibat

stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan

darah tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke

disebabkan tingginya kadar glukosa dalam tubuh (World Health

Organization, 2018).

Di Indonesia penyakit tidak menular menunjukkan adanya

kecenderungan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut

hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah 0,8%, dan 2013

tampak kecenderungan peningkatan prevalensi stroke

berdasarkan diagnosis pada penduduk yang berumur 15 tahun

keatas sebesar 7%, fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut,

tahun 2018 prevelensi stroke meningkat menjadi 10,9%.

(Riskesdas, 2018). Dari hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2018,


Kalimantan Timur berada pada posisi pertama dengan prevalensi

stroke tertinggi sebesar 14,7% dibandingkan dengan provinsi

lainnya. Prevalensi stroke terendah terletak di daerah Papua

dengan jumlah 4,1% (Riskesdas, 2018). Menurut data Rekam

Medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda jumlah pasien di

ruang Unit Stroke tahun 2017 yaitu sebanyak 488 pasien, dimana

untuk Stroke Non Hemoragik berjumlah 274 pasien dan Stroke

Hemoragik berjumlah 214 pasien.

Berdasarkan data dari Badan Penyelenggaraan Kesehatan

(BPJS) tahun 2015, biaya pelayanan kesehatan pada penyakit

stroke menghabiskan biaya sebesar Rp.1,15 triliun, dan meningkat

pada tahun 2016 sebesar Rp.1, 27 triliun, yang berarti meningkat

sebesar 10,4% dalam kurun waktu 1 tahun (Riskesdas, 2013).

Penatalaksanaan stroke terbagi menjadi dua tahap. Tahap

pertama yaitu tahap akut, dan tahap kedua adalah rehabilitasi

tahap akut. Peran keluarga dalam rehabilitasi insan pasca stroke

sangatlah besar. Sejalan dengan hal itu pemulihan pasien akan

sangat terbantu jika keluarga memberikan dorongan,

memperlihatkan kepercayaan pada perbaikan pasien dan

memungkinkan pasien melakukan banyak hal yang dapat dilakukan

dan hidup semandiri mungkin. Banyaknya tanggung jawab ini

menjadi tantangan tersendiri bagi anggota keluarga dengan posisi

pelaku rawat (caregiver) (Friedemann, 2016).


Keberadaan caregiver sebagai penerus program rehabilitasi

dari pelayanan kesehatan awal pasien pasca stroke dirawat

semakin memiliki peran yang signifikan, sehingga keberhasilan

perawatan berkelanjutan dirumah juga salah satunya karena

peranan caregiver. Namun ketika berada di rumah, ada beberapa

kendala yang pelaku rawat rasakan, sebanyak 40% caregiver

mengalami gejala somatik atau mengalami gangguan kesehatan.

(Purdani, 2016).

Caregiver burden atau beban caregiver adalah akumulasi

beban secara fisik, emosional, dan finansial yang diakibatkan oleh

beratnya peran sebagai pemberi perawatan (Cumming (2011)

dalam Rachmat, 2016). Menurut Viana, et al., (2013), sebanyak

40% dari hampir 50.000 caregiver pasien penyakit kronis di 19

negara merasakan beban dalam menjalankan perannya.

Sedangkan menurut Fitrikasari, et al., (2012), sebanyak 89 dari 100

caregiver di Semarang merasa terbebani dengan peran yang

dijalankan.

Caregiver harus membagi waktu antara pekerjaan, keluarga

dan merawat penderita stroke. Karena sifatnya yang melemahkan

dan kronis, merawat korban stroke seringkali memberi beban pada

caregiver. Semakin tinggi derajat kecacatan pasien stroke semakin

tinggi pula beban yang dirasakan oleh caregiver yang dapat

mempengaruhi kondisi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi mereka.


Sekitar 30-68% caregiver yang merawat penderita stroke

mengalami beban psikis yaitu kecemasan dan depresi. Kecemasan

yang dialami oleh caregiver dalam jangka waktu yang panjang

dapat mengakibatkan depresi pada caregiver itu sendiri (Agusthia,

2018).

Kecemasan yang dialami pasien dan keluarga biasanya

terkait dengan ancaman keselamatan jiwa dan segala macam

perubahan yang akan dialami cargever. Kecemasan adalah

keadaan dimana seseorang mengalami gelisah, ke khawatiran atau

cemas dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan

tidak spesifik serta dihubungkan dengan perasaan tidak menentu

dan tidak berdaya. Secara teoritis kecemasan dapat diatasi

dengan menggunakan terapi farmakologi dan terapi

nonfarmakologi. Terapi farmakologi menggunakan obat-obatan

antidepresan golongan Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor

(SSRI) dan Serotinin and Norepinephirine Reuptake Inhibitors

(SNRI). Adapun terapi nonfarmakologi iyalah komunikasi terapeutik,

psikofarma, psikoterapi, psikoreligius, teknik distraksi dan relaksasi

aromaterapi (Fatmawati, 2016).

Menggunakan aromaterapi sebagai terapi penyembuhan

nonfarmakologi. Aromaterapi merupakan tindakan terapeutik

dengan menggunakan minyak essensial untuk meningkatkan

keadaan fisik dan psikologi menjadi lebih baik. Setiap minyak


essensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti antibakteri,

antivirus, diuretik, vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal.

Ketika minyak essensial dihirup, molekul masuk ke rongga hidung

dan merangsang sistem limbik di otak, yang berhubungan dengan

memori dan emosi (Ana, 2010).

Salah satu aromaterapi yang dapat digunakan untuk

menurunan tingkat kecemasan adalah lavender yang sebagian

besar mengandung linalool dan linalool asetat sekitar 30-60% dari

total berat minyak, dimana linalool merupakan kandungan yang

diketahui dapat memberikan efek relaksasi (Nuraini, 2014).

Aromaterapi jenis lavender adalah jenis aromaterapi yang

dinilai dapat mengurangi perasaan negatif pada tubuh seperti

cemas, depresi, sedih, dan emosi lainnya. Aromaterapi ini dapat

digunakan melalui beberapa cara, yaitu inhalasi, berendam, pijat

dan kompres. Dari cara tersebut, tehnik inhalasi adalah cara yang

termudah untuk di aplikasikan. Minyak lavender yang mengandung

linalool menjadi salah satu aromaterapi yang banyak digunakan,

secara inhalasi (dihirup). Lavender yang diteteskan sebanyak lima

tetes dengan air 30 ml yang diuapkan selama 15 menit untuk

dihirup secara inhalasi oleh pasien. Dampak positif aromaterapi

terhadap penurunan tingkat kecemasan akan lebih dirasakan

apabila diberikan secara langsung (inhalasi) karena hidung

mempunyai kontak langsung dengan bagian-bagian otak yang


bertugas merangsang terbentuknya efek yang ditimbulkan

aromaterapi. (Dila, 2017).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Sempaja dengan metode wawancara,

kepada 5 pelaku rawat pasien stroke yang diwawancarai 3 orang

pelaku rawat diantaranya merasa cemas dengan tugasnya sebagai

caregiver. Pemilihan lokasi penelitian yaitu di wilayah kerja

Puskesmas Sempaja dikarenakan data dari riset kesehatan daerah

tahun 2018, Kalimantan Timur berada pada posisi pertama dengan

prevalensi stroke tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya

dan di Sempaja sendiri beda pada posisi dua dengan pasien stroke

yang ada di Samarinda.

Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik ingin mengetahui

lebih jauh tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap

penurunan kecemasan pada pelaku rawat (caregiver) pasien stroke

di wilayah kerja Puskesmas Sempaja. Sehingga penelitian ini

diberikan judul “Pengaruh Aromatherapi Lavender Terhadap

Penurunan Kecemasan Pada Pelaku Rawat (Caregiver) Pasien

Stroke Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja”.

A.

B. Rumusan Masalah
Bersarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Penurunan Kecemasan Pada Pelaku Rawat

(Caregiver) Pasien Stroke Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja?”

A.

B.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh aromaterapi lavender terhadap

penurunan kecemasan pada pelaku rawat (caregiver) pasien

stroke di wilayah kerja Puskesmas Sempaja.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik responden pada pelaku rawat

(caregiver) pasien stroke di wilayah kerja Puskesmas

Sempaja.

b. Mengidentifikasi kecemasan pada caregiver sebelum dan

setelah diberikan aromaterapi lavender.

c. Menganalisa pengaruh aromaterapi lavender terhadap

penurunan kecemasan pada pelaku rawat (caregiver) pasien

stroke di wilayah kerja Puskesmas Sempaja.

C.
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

ilmiah bagi perkembangan ilmu keperawatan, khususnya pada

bidang komunitas, terutama yang berhubungan dengan

aromaterapi lavender terhadap penurunan kecemasan pada

pelaku rawat (caregiver) pasien stroke.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi pelaku rawat

Pelaku rawat dapat menggunakan penelitian ini sebagai

landasan untuk menggunakan aromaterapi lavender untuk

menurunkan kecemasan.

b) Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

penelitian selanjutnya dan di masa depan dapat menjadi

kerja sama yang baik antara Institusi kesehatan dan

caregiver.

c) Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti

sendiri dalam memberikan pengetahuan pada caregiver

tentang pengaruh aromaterapi lavender dapat menurunkan

kecemasan.

d) Bagi peneliti selanjutnya


Penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sumber data

atau masukan untuk melaksakan penelitian juga tentang

pengaruh aromaterapi lavender dalam penurunan

kecemasan pasien stroke.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian dilakukan oleh Purdani (2016), meneliti “Studi

Deskriptif Beban Caregiver Insan Pasca Stroke Di Rumah Sakit

Panti Wilasa dr. Cipto Semarang”. Penelitian ini menggunakan

desain korelasi deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

Sampel penelitian berjumlah 30 caregiver. Data dianalisis

dengan univariat dan bivariat. Analisis bivariat dengan uji chi

square. Perbedaan penelitian yaitu desain yang peneliti

gunakan kuasi eksperimen dengan pendekatan without control,

sampel penelitian berjumlah 15 cargiver, dan tempat penelitian

di wilayah kota Samarinda.

2. Penelitian lain oleh Fetriyah (2016), “Pengalaman Keluarga

Dalam Merawat Anggota Keluarga Paska Stroke di Wilayah

Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin” rancangan penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Populasi adalah

keluarga yang dipilih secara purposive dengan teknik

wawancara mendalam di wilayah kerja Puskesmas Pekauman

Banjarmasin yang dilakukan pada bulan April 2016. Perbedaan


penelitian yaitu pada pendekatan menggunakan without control,

dan tempat penelitian di wilayah kota Samarinda.

3. Penelitian Wulandari (2016) yang berjudul “Efektivitas Relaksasi

Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Kecemasan di

Posyandu Lansia Desa Plesungan Karanganyar”. Metode

penelitian dengan menggunakan pre experimental design.

Jumlah sampel 15. Analisis data menggunakan uji paired

sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan aromaterapi

lavender efektif untuk menurunkan kecemasan lansia.

Perbedaan penelitian yaitu sasaran peneliti pada pelaku rawat

(caregiver) dan tempat penelitian di wilayah kota Samarinda.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Caregiver

Orang yang memberikan bantuan terkait perawatan diri

sehari-hari kepada orang yang membutuhkan bantuan

disebabkan karena keterbatasan dan penyakit yang dialaminya

disebut caregiver (Sukmarini, 2009). Caregiver adalah suatu

unit sosial yang biasanya termasuk pasangan, anak, keluarga,

yang memberikan bantuan perawatan diri terhadap individu

yang sedang sakit atau cacat yang tidak mampu melakukan

aktivitas sehari-hari (Pallet dalam Fadilla, 2014).

a. Jenis-jenis Caregiver
Jenis caregiver terbagi menjadi caregiver formal dan

informal. Caregiver formal adalah perawat atau tenaga ahli

yang telah terlatih dan dibayar untuk memberikan

perawatan. Selain perawatan sehari-hari, caregiver formal

juga memberikan perawatan medis (McConnell & Rigs

dalam Sheets and Gleason, 2010). Sedangkan caregiver

informal tidak terlatih dan tidak dibayar karena berasal dari

kerabat dekat (Hung, et al., 2012).

b. Karakteristik Caregiver

Menurut McQuerrey (2012), caregiver harus memiliki

karakteristik yang baik, yaitu:

1) Emphaty. Seorang caregiver yang baik harus memiliki

kemampuan empati, tanpa melihat jenis kelamin dan

usia individu tersebut. Ketika melakukan perawatan,

kemampuan untuk mengerti secara personal individu

yang sakit adalah hal yang sangat penting. Caregiver

harus mampu untuk memahami bagaimana agar

membuat individu yang sakit merasa nyaman dan

merasa diperhatikan.

2) Patience. Individu yang menerima perawatan biasanya

bergantung pada orang yang merawatnya namun

merasa dirinya cukup mandiri (self sufficient), sehingga

hal tersebut dapat membuat mereka merasa frustasi dan


emosi. Ketika individu tidak mampu mengekspresikan

perasaannya secara verbal dan mulai memberontak,

caregiver harus mampu untuk tetap bersabar dan tidak

terbawa situasi atau ikut merasa emosi.

3) Realistic Outlook. Perawatan sering kali dilakukan dalam

jangka waktu yang panjang demi memenuhi kebutuhan

sehari-hari individu. Caregiver yang baik menyadari

ketidakmampuan individu dalam melakukan aktifitasnya

dan tidak merasa bosan dalam menjalankan tugasnya

serta selalu bersemangat dalam memberikan perawatan

dan dukungan pada individu.

4) Soothing Nature. Caregiver yang baik harus tahu

bagaimana cara membuat individu merasa tenang dan

tidak cemas, dengan cara menjadi pendengar dan

pendukung yang baik bagi individu.

5) Strong Constitution. Tugas seorang caregiver terkait

dengan aktivitas sehari-hari yang tidak mampu dilakukan

individu, meliputi mandi, berpakaian, makan, toileting, dll.

Caregiver yang baik tidak akan merasa malu dengan

tugas yang dilakukannya.

6) Reliability. Individu yang menerima perawatan biasanya

bergantung penuh dan tidak bisa terpisah dari

caregivernya, sehingga caregiver harus memberikan


perawatan yang baik secara konsisten, baik dalam

pemberian makanan, obat, dan perawatan lainnya agar

kebutuhan sehari-hari individu dapat terpenuhi secara

maksimal.

c. Tugas-tugas Caregiver

Menurut Garnand (2012), tugas caregiver secara

spesifik ada 3, yaitu:

1) Medical Support atau dukungan medis, berupa jadwal

berobat, membantu dalam mengkonsumsi obat,

memonitor efek pengobatan, memanajemen luka yang

timbul, dan memonitor petunjuk medis.

2) Insurance and Financial Management atau pengaturan

jaminan dan keuangan, berupa menggunakan atau

menemukan asuransi untuk pengobatan jika terdapat

obat-obat baru yang mahal, menyeleksi rencana

asuransi yang tepat, dan menyelamatkan keuangan

dengan cara menabung.

3) Household Management atau manajemen rumah tangga,

berupa memanajemen nutrisi, keamanan, mengontrol

infeksi, memberikan dukungan baik secara fisik,

emosional maupun spiritual.

Menurut Widiastuti (2009), tugas caregiver tidak hanya

berfokus pada aktivitas rumah tangga, melainkan dibagi


dalam 4 kategori, yaitu:

1) Physical Care atau perawatan fisik, berupa memberi

makan, mengganti pakaian, memotong kuku,

memandikan, membersihkan tempat tidur, dll.

2) Social Care atau kepedulian sosial, berupa mengunjungi

tempat hiburan, mengantar/menjadi supir, menjadi

sumber informasi bagi individu terkait perawatan maupun

kabar sosial.

3) Emotional Care, berupa perhatian, kepedulian, kasih

sayang yang ditunjukkan kepada individu tidak hanya

melalui perkataan, tetapi juga melalui perawatan yang

dilakukan.

4) Quality Care, berupa melakukan pemantauan terhadap

tindakan keperawatan, pengobatan, dan kesehatan

individu.

2. Kecemasan

Kecemasan merupakan reaktivitas emosional berlebihan,

depresi yang tumpul, atau konteks sensitif, respon emosional

(Clift, 2011). Pendapat lain menyatakan bahwa kecemasan

merupakan perwujudan dari berbagai emosi yang terjadi karena

seseorang mengalami tekanan perasaan dan tekanan batin.

Kondisi tersebut membutuhkan penyelesaian yang tepat

sehingga individu akan merasa aman. Namun, pada


kenyataannya tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan

baik oleh individu bahkan ada yang cenderung di hindari.

Situasi ini menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan

dalam bentuk perasaan gelisah, takut atau bersalah

(Supriyantini, 2010).

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian

yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak

tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat

terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun gangguan

sakit (Suprijati, 2014). Menurut Rachmad (2009), kecemasan

timbul karena adanya sesuatu yang tidak jelas atau tidak

diketahui sehingga muncul perasaan yang tidak tenang, rasa

khawatir, atau ketakutan. Ratih (2012) menyatakan kecemasan

merupakan perwujudan tingkah laku psikologis dan berbagai

pola perilaku yang timbul dari perasaan kekhawatiran subjektif

dan ketegangan.

a. Jenis-jenis kecemasan

Menurut Freud (1938) dalam Stuart and Sundeen (2013),

ada 2 jenis kecemasan yaitu :

1) Kecemasan primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya

stimulus tiba-tiba dan trauma pada saat kelahiran,

kemudian berlanjut dengan kemungkinan tidak


tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan.

Penyebab kecemasan primer adalah ketegangan atau

dorongan yang diakibatkan faktor internal.

2) Kecemasan Sub Sekunder

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud

melihat ada jenis kecemasan lain akibat konflik emosi

antara 2 elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Freud

menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego

sebagai pengembang id dan super ego berada pada

kondisi bahaya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kecemasan Caregiver

1) Faktor Caregiver

a) Usia

Menurut Grant et al (2013), caregiver yang lebih tua

yang merasa distress dalam menjalankan perannya

akan meningkatkan beban caregiver karena kurangnya

support. Sementara itu, caregiver yang berusia muda

akan lebih mendapatkan tekanan yang kuat (Joanna

Briggs Institute, 2012).

b) Jenis Kelamin

Hasil sebuah studi menyatakan bahwa wanita

mengalami level kecemasan lebih besar daripada laki-

laki (Joanna Briggs Institute, 2012). Caregiver


perempuan akan mengalami depresi yang lebih tinggi

dan kepuasan hidup yang rendah dibandingkan dngan

caregiver laki-laki (Pottie et al., 2014).

c) Ras

Ras kaukasoid memiliki beban caregiver yang lebih

tinggi. Perbandingan studi yaitu dengan ras Afrika,

Amerika, Hispanik, dan Indian (Joanna Briggs Institute,

2012).

d) Pendapatan

Caregiver dengan tingkat pendapatan rendah

cenderung memiliki tingkat beban yang lebih tinggi. Hal

ini terjadi sebagai akibat dari tekanan finansial (Joanna

Briggs Institute, 2012).

e) Status Pekerjaan

Caregiver yang memiliki pekerjaan cenderung

memiliki beban caregiver yang lebih tinggi.

Penyebabnya karena harus membagi antara waktu

pekerjaan dengan perannya sebagai caregiver,

terutama individu yang membutuhkan bantuan total,

sehingga beban caregiver akan semakin berat (Hsu et

al., 2015).

f) Status Kesehatan
Caregiver yang tidak sehat atau mengalami sakit

akan memiliki level beban caregiver yang tinggi.

Terlebih lagi karena ditambah dengan tekanan fisik,

spiritual, emosional, dan ekonomi (Joanna Briggs

Institute, 2012).

g) Status Perkawinan

Penelitian menyatakan bahwa status perkawinan

antara caregiver dengan individu yang sakit dapat

berpengaruh pada beban caregiver. Selain status

perkawinan, komunikasi juga berpengaruh dalam beban

caregiver (Grant et al., 2013).

2) Faktor Pasien

a) Usia Pasien

Semakin tua usia pasien, semakin tinggi pula beban

caregiver. Kemunduran psikologi yang terjadi karena

semakin tingginya usia berimbas pada peningkatan

kebutuhan akan pengasuhan (Hsu et al., 2015).

b) Kondisi Penyakit

Caregiver akan semakin merasa stress ketika

penyakit yang diderita pasien semakin berat atau

bertambah. Stress meningkat karena pasien akan

membutuhkan lebih banyak perawatan (Henriksson &

Areatedt dalam Puspitasari, 2017).


c) Lama Rawat

Caregiver dapat mengalami stress yang tinggi pada

masa awal perawatan. Hasil penelitian menunjukkan

tingkat stress menurun setelah masa perawatan selama

lebih dari dua tahun (Joanna Brigs Institute, 2012).

c. Pengukuran kecemasan

Hamilton rating scale for anxiety (HARS) digunakan

untuk menilai tingkat kecemasan. Instrumen pengumpulan

data HARS telah digunakan sebelumnya oleh Larasati (2012)

dengan topik dan sasaran yang berbeda (Kristina, 2017)

Instrumen ini bersifat komprehensif dan digunakan

untuk menilai tingkat kecemasan yang dirasakan oleh pelaku

rawat. Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan

yang didasarkan pada munculnya gejala – gejala pada

individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS

terdapat 14 gejala yang nampak pada individu yang

mengalami kecemasan. Skala penilaian HARS kecemasan

terdiri dan 14 item, meliputi: (a) Perasaan cemas, (b)

Ketegangan (c) Ketakutan (d) Gangguan tidur (e) Gangguan

kecerdasan (f) Perasaan depresi (g) Gejala somatik (h)

Gejala sensorik (i) Gejala kardiovaskuler (j) Gejala

pernapasan (k) Gejala gastrointestinal (l) Gejala urogenital

(m) Gejala vegetatif (n) Perilaku (Kaustar, 2015).


Setelah pengisian kuesioner, peneliti melakukan

skoring penilaian dengan interpretasi: <14 Tidak ada

kecemasan, 14-28 kecemasan ringan, 29-42 kecemasan

sedang, 43-56 Kecemasan berat.

3. Stroke

Serangan otak merupakan istilah penyakit umum yang lebih

dikenal dengan stroke. Penyebabnya yaitu adanya hambatan

atau ruptur pada pembuluh darah di otak (Anne de Silva, 2014).

Keadaan ini merupakan defisit pada bagian neurologis secara

mendadak karena penyakit serebrovaskuler, dimana aliran

darah terganggu karena adanya sumbatan , thrombus ataupun

embolus dan ruptur pada pembuluh darah (Morton, 2012).

a. Etiologi

Menurut Muttaqin (2008), etiologi stroke yaitu:

1) Trombosis Serebral

Trombosis terjadi karena adanya oklusi pada

pembuluh darah. Oklusi ini akan menyebabkan iskemi

jaringan otak sehingga menimbulkan oedema dan

kongesti di sekitarnya.

2) Hemoragi

Perdarahan terjadi karena aterosklerosis dan

hipertensi. Pecahnya pembuluh darah mengakibatkan

darah merembes kedalam parenkim otak yang dapat


mengakibatkan terjadinya penekanan, pergeseran dan

pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak

akan membengkak, jaringan otak tertekan, herniasi otak.

3) Hipoksia Umum

Terdapat beberapa penyebab hipoksia umum.

Diantaranya adalah hipertensi yang parah, Cardiac

Pulmonary Arrest, dan output turun disekitar aritmia.

4) Hipoksia Setempat

Penyebabnya yaitu spasme arteri serebral yang

disertai dengan perdarahan subarachnoid. Selain itu juga

disebabkan oleh vasokontriksi arteri otak disertai sakit

kepala migraine.

b. Klasifikasi Stroke

Menurut Pudiastuti (2011), stroke dibagi menjadi dua,

yaitu:

1) Stroke Hemoragik

Merupakan perdarahan otak dan subarachnoid.

Disebabkan oleh pembuluh darah otak yang pecah di

daerah otak tertentu. Biasanya terjadi saat individu

sedang melakukan aktivitas tertentu, tapi juga bisa terjadi

saat individu sedang istirahat. Biasanya kesadaran

individu akan menurun. Perdarahan otak dibagi menjadi

dua, yaitu:
a) Perdarahan Intra Serebral

Penyebab utamanya adalah hipertensi yang

mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak,

membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan

menimbulkan oedema pada otak. Terjadinya

peningkatan TIK secara cepat dapat mengakibatkan

kematian mendadak karena herniasi otak.

b) Perdarahan Subaraknoid

Berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM.

Aneurisma ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi

willisi dan cabang-cabangnya yg berlokasi di luar

parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke

ruang subaraknoid menyebabkan peningkatan TIK

secara mendadak, struktur peka nyeri yang meregang,

dan vasospasme pembuluh darah otak.

2) Stroke Non Hemoragik

Dapat berupa iskemia, thrombosis serebral, dan

emboli. Biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru

bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan

namun terjadi iskemia yang menyebabkan hipoksia lalu

menimbulkan edema sekunder. Umumnya kesadaran

baik.

c. Manifestasi Klinis Stroke


Menurut Wijaya dan Putri (2013), bahwa gejala stroke

adalah:

1) Timbulnya defisit neurologis mendadak atau subakut

yang didahului dengan gejala prodomal. Terjadi pada

saat istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya

tidak menurun kecuali bila embolus yang terjadi cukup

besar.

2) Gejala yang terjadi pada perdarahan intraserebral yaitu

gejala prodromal yang tidak jelas kecuali nyeri pada

bagian kepala karena hipertensi. Kualitas nyeri hebat,

mual muntah sering terjadi pada awal serangan.

3) Kesadaran menurun dengan cepat. Sebagian besar

kesadaran berubah menjadi koma (65% terjadi kurang

dari setengah jam, 23% antara setengah sampai dua jam

dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari).

4) Pada perdarahan subaraknoid terdapat nyeri kepala

hebat dan akut. Kesadaran bervariasi.

5) Edema papil dapat terjadi bila terdapat perdarahan

subhialoid. Penyebab perdarahan yaitu pecahnya

aneurisma pada arteri karotis interna.

6) Gejala neurologis yang timbul tergantung pada beratnya

pembuluh darah yang pecah dan lokasi pecahnya

pembuluh darah. Gejala yang muncul meliputi


kelumpuhan pada wajah dan satu atau lebih anggota

tubuh, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih

anggota badan, perubahan mendadak status mental,

afasia (bicara tidak lancar), ataksia anggota tubuh, mual

muntah dan nyeri kepala.

7) Gejala khusus yaitu hemiplegia dan hemiparesis. Selain

itu juga ditandai dengan menurunnya tonus otot

abnormal.

8) Hilangnya kemampuan untuk berkomunikasi, misalnya

disartria (kesulitan bicara karena paralisis otot yang

bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara). Dapat

juga terjadi disfasia atau afasia (kehilangan bicara yang

terutama ekspresif/ represif).

9) Gangguan persepsi berupa homonimus hemianopsia

(kehilangan setengah lapang pandang dimana sisi visual

yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis).

Selain itu juga dapat terjadi amforfosintesis (keadaan

dimana individu cenderung berpaling/hanya menoleh ke

satu arah).

10) Gangguan visual spasial. Gangguan ini terjadi dalam

mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area

spasial.
11) Kehilangan sensori berupa tidak mampu merasakan

posisi dan gerakan bagian tubuh (kehilangan

propriosetik). Gejala lain yaitu sulit menginterpretasikan

stimulasi visual, taktil dan auditorius.

4. Aromaterapi lavender

Aromaterapi adalah alat atau pengobatan yang

menggunakan aroma atau bau-bauan yang berasal dari

tumbuhan-tumbuhan seperti bunga atau pohon yang aromanya

wangi dan enak (Craig Hospital, 2012). Aromaterapi adalah

penggunaan esensial tanaman secara terkendali untuk tujuan

terapeutik (Posadzki et al, 2012).

a. Jenis-jenis dan khasiat aromaterapi

Berdasarkan kegunaannya, aromaterapi dapat dibedakan

menjadi dua macam. Pertama sebagai minyak wangi,

kesenangan, rekreasi atau kebersihan. Sedangkan yang

kedua aromaterapi digunakan untuk tujuan terapeutik,

dengan cara diekstrak dan diolah dengan tepat. Menurut

Maifrisco (2008), jenis-jenis aromaterapi yaitu:

1) Lavender, dianggap paling bermanfaat dari semua

minyak astiri, lavender dikenal untuk membantu

meringankan nyeri, sakit kepala, insomnia, cemas,

ketegangan dan stress (depresi) melawan kelelahan dan


mendapatkan untuk relaksasi, merawat agar tidak infeksi

paru-paru,sinus, termasuk jamur vaginal, radang

tenggorokan, asma, kista dan peradangan lain.

Meningkatkan daya tahan tubuh, regenerasi sel, luka

terbuka, infeksi kulit dan sangat nyaman untuk kulit bayi

dan lain-lain.

2) Black Cherry, dengan aroma yang kuat namun

menyegarkan, cocok untuk digunakan pada ruang

pertemuan.

3) Cendana atau sandalwood, membantu memunculkan ide

kreatif, mengurangi depresi, mengatasi insomnia dan

masalah lain yang dapat memicu stress, serta dapat

digunakan sebagai alat meditasi.

4) Cinnamon, mengandung antibiotik, antiseptik, dan

antivirus yang dipercaya dapat melindungi tubuh dari

kuman.

5) Eucalyptus, atau yang dikenal dengan nama kayu putih,

digunakan untuk menghilangkan bau dan bakteri secara

efektif. Selain itu, eucalyptus juga bersifat antiseptik dan

antiviral.

6) Freesia, memiliki aroma yang sangat khas. Disarankan

untuk menggunakan dengan takaran yang tepat agar

mendapatkan wangi yang pas.


7) Gardenia, biasanya paling banyak disukai oleh wanita.

8) Honey Suckle, dapat memunculkan rasa nyaman dan

rileks karena aromanya yang bersahabat.

9) Jasmine, dapat membuat suasana menjadi lebih romantis.

10) Juniper Berry, dapat menurunkan emosi dengan

aromanya yang sangat maskulin.

11) Lemon, dapat meningkatkan rasa percaya diri,

ketenangan, menenangkan saraf tanpa kehilangan

kesadaran, dan menenangkan suasana.

12) Mawar atau rose, dapat meringankan depresi, frigiditas,

saraf yang tegang, sakit kepala, insomnia,

menyeimbangkan hormon, mengobati kulit kering, pecah-

pecah, menua dan eksem.

13) Pachouli, memiliki aroma yang eksotik dan berhubungan

dengan aktivitas masak-memasak.

14) Peppermint, memiliki aroma yang segar. Dapat

membangkitkan suasana, mengurangi sakit perut,

ketegangan dan sakit kepala.

15) Pine, memiliki aroma khas seperti kayu yang

mengingatkan dengan suasana diluar ruangan.

16) Pikake atau plumeria, merupakan aroma khas dari Hawaii

yang dapat membangkitkan ingatan tentang suasana

pantai.
17) Rosemary, dapat digunakan untuk meringankan kelelahan

pada otot dan pikiran, serta meningkatkan konsentrasi.

18) Sage, dapat memberikan rasa tenang, mengatasi sakit

selama menstruasi, dan mengatur sistem saraf pusat.

19) Sweet Orange, dapat membangkitkan gairah dan

semangat pada pria.

Dari uraian diatas tentang jenis dan khasiat aromaterapi,

bahwa aromaterapi lavender sangat berhasiat untuk

penurunan kecemasan.

b. Mekanisme Aromaterapi Lavender

Mekanisme fisiologis tubuh terhadap aromaterapi dimulai

dengan proses inhalasi atau dihirup. Aroma yang masuk

akan diproses di sistem limbik. Sistem limbik adalah struktur

bagian didalam otak yang terletak dibawah korteks serebral,

dan berfungsi sebagai pusat rasa nyeri, pengontrol rasa

sedih, senang, depresi, dan lain-lain. Komponen kimia dari

aromaterapi yang masuk ke sistem limbik akan diproses lalu

menimbulkan efek menenangkan sehingga dapat

mengurangi stress atau kecemasan (Prima, 2013). Tehnik

aromaterapi inhalasi dapat digunakan untuk meningkatkan

relaksasi dan kenyamanan (Jaelani, 2009).

Hidung sebagai organ penciuman dapat membedakan

lebih dari 100.000 aroma yang berbeda tanpa disadari.


Aroma yang dicium memiliki pengaruh secara langsung pada

otak yang berkaitan dengan mood, emosi, ingatan, dan

pembelajaran. Misalnya, dengan mencium aromaterapi jenis

lavender dapat meningkatkan gelombang alfa didalam otak,

yang membantu menciptakan timbulnya suasana yang rileks

dan menenangkan (Maifrisco, 2008).

Aromaterapi lavender mempunyai aroma yang segar dan

mampu merangsang sensori, sehingga mempengaruhi organ

lainnya yang memunculkan efek yang kuat terhadap emosi.

Aroma yang ditangkap oleh reseptor mengirimkan informasi

ke otak yang mengatur emosi dan memori, lalu mengirimkan

informasi ke hipothalamus yang mengatur sistem internal

tubuh, seperti seksualitas, suhu tubuh, dan reaksi terhadap

stress (Wahyuningsih, 2014).

Proses penciuman diawali dengan masuknya molekul bau

dalam olfactory ephitelium. Lalu bau tersebut akan

ditransmisikan ke pusat penciuman. Kemudian, sel-sel

neuron di pusat penciuman menginterpretasikan bau

tersebut dan mengirimkan ke sistem limbic, lalu dikirim lagi

ke hipothalamus. Selanjutnya, seluruh unsur pada

aromaterapi akan dikirim dari sistem sirkulasi ke organ tubuh

yang membutuhkan (Frayusi, 2012).

c. Kontraindikasi Aromaterapi lavender


Pada penggunaan aromaterapi dengan cara inhalasi perlu

memperhatikan riwayat penyakit dahulu dan sekarang

responden. Menurut Kumalasari (2012), tidak ada indikasi

mutlak untuk penggunaan aromaterapi pada beberapa

keadaan seperti adanya riwayat epilepsi, alergi, asma, dan

flu karena dapat menyebabkan sakit kepala dan mual.

5. Pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan

kecemasan pelaku rawat (caregiver) pasien stroke.

Kurangnya pelayanan kesehatan jangka panjang

khususnya pada bidang stroke menyebabkan perawatan pada

insan pasca stroke diberikan kepada anggota keluarga yang

tidak siap menjadi caregiver. Walaupun perawatan di rumah

tidak membutuhkan banyak biaya dan lebih nyaman bagi insan

pasca stroke, namun hal tersebut dapat mengganggu

kesehatan fisik dan psikologis caregiver (Kamel dalam

Rachmat, 2016).

Kecemasan yang dirasakan caregiver dapat terjadi karena

besarnya beban yang dirasakan dibandingkan dengan

kapasitas fisik dan mental yang dimiliki caregiver (Garces

dalam Rachmat, 2016). Semakin tinggi beban caregiver,

kemungkinan terjadinya depresi dan kecemasan pada caregiver

pun semakin meningkat (Denno, et al., 2013).


Aromaterapi lavender adalah salah satu jenis aromaterapi

yang dapat mengurangi gangguan psikologis seperti depresi,

cemas, stress, dan sebagainya. Adanya kandungan linalool

asetat oil dalam aromaterapi jenis ini mampu mengendorkan

urat syaraf dan otot yang tegang, sehingga dapat digunakan

untuk memanajemen stress (Santi, 2013).

Mekanisme fisiologis aromaterapi lavender secara inhalasi

dimulai dengan masuknya molekul aromaterapi yang dihirup ke

sistem limbik melalui indra penciuman. Sistem limbik

merupakan pusat pengaturan emosi di otak yang mengontrol

rasa senang, sedih, depresi, dan emosi lainnya. Efek

aromaterapi lavender yang mampu menurunkan stress akan

bereaksi terhadap tubuh setelah proses inhalasi tersebut.

Melalui efek relaksasi tersebut, beban yang dirasakan caregiver

terkait kelelahan atas perawatan insan pasca stroke yang tinggi

diharapkan dapat menurun (Santi, 2013).

B. Penelitian Terkait

1. Penelitian dilakukan oleh Purdani (2016), meneliti “Studi

Deskriptif Beban Caregiver Insan Pasca Stroke Di Rumah Sakit

Panti Wilasa dr. Cipto Semarang”. Penelitian ini menggunakan

desain korelasi deskriptif dengan pendekatan cross sectional.

Sampel penelitian berjumlah 30 caregiver. Data dianalisis


dengan univariat dan bivariat. Analisis bivariat dengan uji chi

square. Perbedaan penelitian yaitu desain yang peneliti gunakan

kuasi eksperimen dengan pendekatan without control, sampel

penelitian berjumlah 15 cargiver, dan tempat penelitian di wilayah

kerja Puskesmas Sempaja.

2. Penelitian Agianto (2017) yang berjudul “Supportive Care Needs

Pada Keluarga Pasien Stroke di Klinik Syaraf Banjarmasin,

Indonesia”. Metode penelitian yaitu deskriptif dengan

menggunakan kuesioner dan total 112 responden. Analisa data

yaitu distribusi frekuensi. Hasil penelitian yaitu supportive care

needs pada caregivers di masyarakat berada pada tingkat

sedang (100%, n=112). Perbedaan penelitian yaitu metode

penelitian yang digunakan, menggunakan 15 responden, dan

tempat penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sempaja.

3. Penelitian Wulandari (2016) yang berjudul “Efektivitas Relaksasi

Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Kecemasan di

Posyandu Lansia Desa Plesungan Karanganyar”. Metode

penelitian dengan menggunakan pre experimental design.

Jumlah sampel 15. Analisis data menggunakan uji paired sample

t-test. Hasil penelitian menunjukkan aromaterapi lavender efektif

untuk menurunkan kecemasan lansia. Perbedaan penelitian yaitu

sasaran peneliti pada pelaku rawat (cargiver) dan tempat

penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sempaja.


Formal
C. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori penelitian adalah model yang menerangkan

bagaimana hubungan dari suatu teori dengan faktor-faktor yang

penting untuk diketahui dalam suatu penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmojo, 2012).

Adapun kerangka teori yang dapat digambarkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut

Faktor yang
mempengaruhi
Caregiver kecemasan caregiver:
1. Usia caregiver
Informal 2. Jenis Kelamin
3. Suku
Stroke
4. Pendidikan
Serangan otak yang 5. Pekerjaan
disebabkan oleh 6. Penghasilan
hambatan atau ruptur 7. Perkawinan
pada pembuluh darah 8. Hubungan
di otak (Anne de Silva, keluarga
2014).
9. Usia pasien
10. Kondisi
Kecemasan pada penyakit
caregiver pasien pasca 11. Lama waktu
stroke: rawat pasien
1. Fisik
2. Emosional (Joanna Briggs
3. Ekonomi Institute, 2012)
4. Sosial
5. Hubungan
antara
pasien
dengan
caregiver

(Seng et al., 2010)


Aromaterapi lavender

Penggunaan esensial
tanaman secara
Keterangan: terkendali untuk tujuan
terapeutik (Posadzki et
= Diteliti al, 2012).

= Tidak diteliti

Gambar 2.1: Kerangka teori penelitian

D. Kerangka Konsep Penelitian

Notoadmojo (2012) mengatakan bahwa kerangka konsep

merupakan penjabaran secara visual terkait konsep dan variabel

yang diteliti/ diukur. Aspek-aspek yang telah dipilih pada kerangka

teori memiliki pengaruh dengan masalah penelitian secara spesifik.

Adapun beberapa variabel yang terdapat pada penelitian ini

yaitu:

1. Variabel Independen (Variabel bebas)

Adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain.

Variabel independen dapat di manipulasi, di ukur, dan di amati

untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel

independen pada penelitian ini yaitu aromaterapi lavender.

2. Variabel Dependen (Variabel terikat)


Adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel yang

lain. Varianel dependen di ukur dan di amati untuk menentukan

ada tidaknya pengaruh dari variabel independen. Variabel

dependen pada penelitian ini yaitu kecemasan caregiver pasien

stroke di wilayah kerja Puskesmas Sempaja.

Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

Variabel Dependen
Variabel Independen
Kecemasan Pelaku rawat
Aromaterapi Lavender
(cargiver)

Gambar 2.2: Kerangka konsep penelitian

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka penelitian yang telah disusun, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender untuk

penurunan kecemasan pelaku rawat (caregiver) pasien stroke di

wilayah kerja Puskesmas Sempaja.

Ha: Ada pengaruh aromaterapi lavender untuk penurunan

kecemasan pelaku rawat (caregiver) pasien stroke di wilayah kerja

Puskesmas Sempaja.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting

dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Dapat

digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam penelitian untuk

mencapai suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian

dan merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat

oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan (Nursalam, 2008).

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

eksperimen dengan desain pre-eksperimen design yang

menggunakan rancangan the one group pretest-posttest design,

rancangan ini terdiri dari satu kelompok (tidak ada kelompok

kontrol), sedangkan proses penelitiannya dilaksanakan dalam tiga

tahap, yaitu tahap pertama melaksanakan pretest untuk mengukur

kondisi awal responden sebelum diberikan perlakuan, yang kedua

memberikan perlakuan, dan yang terakhir melakukan post-test

untuk mengetahui keadaan variabel terkait sesudah diberikan

perlakuan (Yusuf, 2017).

Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :


O1 X O2
Pretest Perlakuan Postest

Gambar 3.1: Rancangan penelitian

Keterangan :

O1 = Sebelum diberikan perlakukan, dikenankan semua subjek

(O) diberikan pretest untuk mengukur kecemasan pelaku rawat

(caregiver) pasien stroke pada responden.

X = Perlakuan aromaterapi lavender pada responden

O2 = Berikan posttest pada responden yang telah diberikan

perlakuan.

B. Populasi dan sampel

Adapun populasi dan sampel yang ditetapkan dalam

penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut :

1. Populasi

Menurut Setiawan dan Prasetyo (2015), populasi merupakan

sekumpulan atau agregat obyek atau unit analisis kemana

generalisasi di rumuskan dan darimana sampel diambil. Populasi

dapat FINIT (terbatas) atau INFINIT (tidak terbatas). Populasi

merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian

dalam sebuah penelitian (Sumanto, 2014).


Adapun populasi dari penelitian ini adalah caregiver pasien

stroke di wilayah kerja Puskesmas Sempaja sebanyak 29 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan

mewakili populasi tersebut (Yusuf, 2017). Teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini yaitu teknik simple random sampling

yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang

kepada seluruh populasi untuk menjadi sampel, dengan harapan

bahwa sampel yang diperoleh merupakan sampel yang

representatif.

Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2013), ukuran sampel

dalam penelitian eksperimen sederhana sebanyak 10 sampai 15

responden, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel minimal

sebesar 15 caregiver.

Untuk menghindari drop out, maka jumlah sampel perlu

ditambah atau dikoreksi dengan menggunakan rumus estimasi

drop out sebagai berikut:

n
n*¿
(1−f )

15
n*¿ = 17
(1−0,1)

Keterangan:

n*= besar sampel setelah dikoreksi


n= jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya

f= prediksi presentase sampel drop out (10%)

Dari haril perhitungan dengan menggukan rumus estimasi

drop out didapatkan hasil 17 sempel. Dengan alasan tertentu

peneliti mengambil sampel sebanyak 17 orang.

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari

populasinya, peneliti juga telah menentukan kriteria sampel yang

akan membantu mengurangi bias hasil penelitian. Adapun kriteria

sampel penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi merupakan ciri-ciri

yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat

diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi merupakan ciri-ciri

anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2012).

3. Kriteria Inklusi

a. Pelaku rawat (caregiver) pasien stroke

b. Pasien stroke yang berdomisili di wilayah Puskesmas

Sempaja

c. Caregiver dapat membaca dan menulis

d. Pasien stroke yang tidak mampu melakukan aktivitas sehari-

hari

e. Caregiver yang merawat pasien stroke di rumah


4. Kriteria Eksklusi

a. Pasien stroke tidak berdomisili di wilayah kerja Puskesmas

Sempaja

b. Caregiver tidak bersedia menjadi responden

c. Cargiver yang tidak menyukai aromaterapi lavender

d. Caregiver dengan gangguan penciuman

C. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Sempaja, dan dimulai pada bulan juni 2019.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel

yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang

bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Adapun definisi operasional

penelitian ini dijabarkan untuk mengarahkan kepada pengukuran

atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan

serta pengembangan instrumen (alat ukur) dalam tabel sebagai

berikut:
Tabel 3.1: Definisi operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional pengukuran

Variabel- Aromaterapi Observasi Diberikan


Independen adalah alat aromatera
: pengobatan pi
Aromaterapi non lavender
Lavender farmakologi
yang
menggunakan
senyawa
aromatik dari
tumbuhan
untuk
mempengaruhi
suasana hati
atau
kesehatan
seseorang.
Waktu
penelitian
dilakukan
pada bulan
juni 2019.
Pemberian
aromaterapi
dilakukan
selama satu
minggu dan
dievaluasi
pada hari
terakhir

Dependen : Tekanan dari Digunakan <14 Ordinal


Kecemasan berbagai kuesioner Tidak ada
pada pelaku aspek yang HARS versi kecemasa
rawat dirasakan oleh indonesia n
(Caregiver) pelaku rawat yang telah 14-28
Pasien (caregiver) dilakukan kecemasa
Stroke di pasien stroke uji dan n ringan
wilayah dari awal hasil 29-42
kerja karena ayah, diperoleh kecemasa
Puskesmas ibu, istri, dari data n sedang
Sempaja suami, anak, primer yang 43-56
atau saudara di dapat Kecemasa
terdiagnosa langsung n berat
stroke hingga dari
setelah caregiver
serangan keluarga
stroke akut pasien
stroke,
serta
menggunak
an skala
likert dalam
pengkodea
n
E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial alam yang diamati atau

mengukur variabel dalam penelitian itu sendiri. Dalam penelitian ini,

penelitian menggunakan instrumen kuesioner Hamilton Rating

Scale For Anxiety.

Skala penilaian HARS terdiri dan 14 item pertanyaan dengan

skor penilaian 0-4. Skoring penilaian dengan interpretasi: <14 Tidak

ada kecemasan, 14-28 kecemasan ringan, 29-42 kecemasan

sedang, 43-56 Kecemasan berat.

F. Uji Validitas dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas kuesioner HARS yang dilakukan dengan uji

corrected item total correlation bertanda positif dan lebih besar

dari 0.05. Hasil uji validitas penelitian sebelumnya adalah dari 14

item di dapatkan soal 1, 0.464 soal 2, 0.511 soal 3, 0.366 soal 4,

0.397 soal 5, 0.589 soal 6, 0.538 soal 7, 0.288 soal 8, 0.589 soal

9, 0.345 soal 10, 0.434 soal 11, 0.208 soal 12, 0.352 soal 13,

0.461 soal 14, 0.365. dari hasil diatas dinyatakan bahwa 14 item

pertnyaan valid dengan nilai validitas terendah 0.208 dan nilai


validitas tertinggi 0.589, menggunakan 40 sampel. Memiliki nilai

positif dan lebih besar dari syarat 0.05 (Kautsar, 2015).

Dalam penelitian ini peneliti tidak perlu melakukan uji

validitas karena instrumen yang akan digunakan sudah baku

yaitu menggunakan alat ukur Hamilton Rating Scale For Anxiety

yang akan digunakan untuk mengukur kecemasan pelaku rawat

(caregiver) pada pasien stroke.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas kuesioner HARS dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach. Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai koefisien

Alpha Cronbach> nilai koefisien pembanding 0.06. Hasil uji

Reliability Statistics terlihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha adalah

0.793 dengan jumlah items 14 butir. Oleh karena nilai

Cronbach’s Alpha = 0.793 ternyata lebih besar dari 0.06, maka

kuisioner yang digunakan terbukti reliabel 0.793>0.6 (Kautsar,

2015).

Pada penelitian ini tidak menggunakan uji reliabilitas karena

alat ukur Hamilton Rating Scale For Anxiety telah diuji oleh

expert di bidangnya sesuai dengan standar.

G. Teknik pengumpulan data


Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan

dengan menggunakan teknik kuesioner dengan melewati prosedur

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Memberi penjelasan kepada responden tentang tujuan dan

manfaat dari penelitian ini. Responden diberitahukan bahwa

jawaban dari responden dijamin kerahasiaannya dan penelitian

dapat menambah ilmu bagi responden.

2. Membagikan lembar kuesioner dan menjelaskan tata cara

pengisian. Kuesioner dibagikan lalu memberitahukan bahwa

kuesioner diisi dengan memberi tanda contreng pada jawaban

yang dianggap menggambarkan perasaan responden.

3. Memberikan waktu 10 menit bagi responden untuk mengisi

kuesioner pretest.

4. Setelah selesai diisi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti.

Peneliti mengumpulkan hasil dari kuesioner yang telah diisi oleh

responden.

5. Memberikan perlakuan aromaterapi selama 1 minggu dengan

waktu 10-15 menit. Setelah perlakuan selesai peneliti

memberikan waktu 10 menit untuk mengisi lembar postest.

6. Setelah selesai diisi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti.

H. Teknik Analisa Data

1. Pengolahan Data
Menurut Riyanto (2011), data yang terkumpul diolah atau

dilakukan analisis setelah kuesioner diisi lengkap oleh

responden. Analisa data bertujuan untuk mengubah data menjadi

informasi. Pada data yang terkumpul selanjutnya data diorganisir

atau diklasifikasikan sesuai tujuan penelitian dengan langkah-

langkah meliputi:

a. Editing

Peneliti mengecek kembali jawaban dari responden apakah

ada yang sudah diisi sesuai perintah atau belum.

b. Coding

Peneliti mengkodekan jawaban dengan menggunakan skala

likert, dengan format untuk skala 0 tidak ada, skala 1 ringan,

skala 2 sedang, skala 3 berat, dan skala 4 berat sekali.

c. Processing

Peneliti memasukkan data kuesioner responden untuk diolah

kedalam SPSS.

d. Cleaning

Peneliti mengecek kembali apakah masih terdapat data yang

kurang atau tertinggal.

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan secara statistik antara lain diolah

melalui dua cara yaitu analisa univariat, analisa bivariat, dan


analisa multivariat (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini

yang dilakukan yaitu analisa bivariat.

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan uji non

parametik karena data tidak berdistribusi normal, dengan

menggunakan uji wilcoxon.

Uji wilcoxon (uji nonparametrik) merupakan uji alternatif jika

paired t test (uji parametrik) tidak memenuhi syarat (Sapiyudin,

2012). Teknik ini merupakan penyempurnaan dari uji tanda (sign

test). Kalau dalam uji tanda besarnya selisih nilai angka antara

positif dan negatif tidak diperhitungkan. Sedangkan, dalam uji

Wilcoxon ini diperhitungkan (Sugiyono, 2009).

Untuk menggunakan uji ini mula-mula kita mengurutkan

selisih-selisih menurut peringkat berdasarkan nilai mutlaknya

masing-masing. Kemudian kita memberikan tanda-tanda selisih

(beda) yang semula kepada peringkat-peringkat yang dihasilkan

dan setelah itu melakukan dua penjumlahan, yakni: penjumlahan

peringkat-peringkat bertanda positif (Riwidikdo, 2013).

T −μ T
Z=
σT

Dimana T = jumlah jenjang/rengking yang kecil

n(n+1)
μT =
4
σ T=
√ n(n+ 1)(2 n+1)
24

dengan demikian dapat dimasukkan kedalam rumus sebagai

berikut :

Z=
T− [ n(n+1)
4 ] (Sugiyono, 2009).

√ n ( n+1 ) (2 n+1)
24

3. Uji Normalitas

Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji

Shapiro-wilk. Pada uji normalitas data yang menggunakan

Shapiro-wilk, biasanya sampelnya kurang dari atau sama dengan

50 (Sopiyudin, 2013). Dasar pengambilan keputusan dalam uji

normalitas dan adapun rumus uji Shapiro-Wilk:

a. Jika Sig. (Signifikansi) atau nilai probalitas ≤ 0,05 maka data

berditribusi tidak normal.

b. Jika Sig. (Signifikansi) atau nilai probalitas ≥ 0,05 maka data

berdistribusi normal.

c. sebelum dilakukan intervensi adalah 0,017 < 0,05.

d. sesudah dilakukan intervensi adalah 0,033 < 0,05.

Dari uji normalitas data Shapiro-wilk didapatkan nilai

probalitas sebelum dilakukan intervensi < 0,05 dan sesudah

dilakukan intervensi < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data

tidak berdistribusi normal.


I. Etika Penelitian

Hidayat (2009), menjelaskan masalah etika penelitian

merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,

mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan

manusia, maka sebagai etika penelitian harus diperhatikan yaitu:

a. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan responden yang dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan (Hidayat, 2009). Sebelum menjadi

responden, pelaku rawat (caregiver) diberikan informasi tentang

tujuan penelitian agar responden penelitian memahami maksud,

tujuan, serta dampaknya.

b. Anonimity (Tanpa Nama)

Anonymity adalah etika keperawatan dengan memberikan

jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2009). Peneliti menjaga

kerahasian identitas responden sehingga hanya peneliti yang

mengetahui jawaban dari masing-masing responden, berupa

nomor urut pada lembar kuasioner.


c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentiality adalah masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

penelitian (Hidayat, 2009). Kerahasiaan informasi ini selanjutnya

peneliti masukkan dalam bentuk kode-kode saja dan lembar

kuasioner asli yang telah diisi responden peneliti simpan dengan

baik dan setelah penelitian ini selesai maka lembar kuasioner

tersebut akan peneliti musnahkan dalam jangka waktu minimal 5

tahun atau sesuai dengan ketentuan akademik.

J. Jalannya Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini meliputi pengumpulan data

dengan menggunakan kuasioner yang dilaksanakan sebagai

berikut:

a. Tahap persiapan pembuatan proposal. Tahap awal dalam

pembuatan proposal penelitian, melakukan studi pendahuluan

untuk memperoleh data yang dibutuhkan serta dokumentasi

Selain itu mencari literature yang berhubungan dengan masalah

penelitian.
b. Pembuatan proposal. Setelah mendapat ijin dari institut

pendidikan, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mencari

data yang dibutuhkan kemudian membuat BAB 1, 2, 3. Dalam

penyusunan proposal ini disertai dengan konsultasi kepada

pembimbing. Selanjutnya peneliti mencari referensi untuk konsep

teori dan metode penelitian. Kemudian dilakukan pembuatan

lembar observasi.

c. Setelah proposal penelitian disetujui, peneliti melakukan sidang

proposal.

d. Setelah selesai sidang proposal dilakukan revisi kembali

membuat proposal untuk perbaikan proposal.

e. Setelah perbaikan proposal dinyatakan sependapat.

f. Melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Sempaja.

Memberikan kuesioner kepada responden sebelum diberikan

intervensi, setelah kuesionel di isi, peneliti melakukan intervensi

pada responden dan melakukan ovservasi selama 1 minggu,

setelah 1 minggu peneliti memberikan kembali kuesioner kepada

responden.

g. Peneliti memasukkan data untuk membuat BAB 4 dan 5. Dalam

penyusunan ini disertai dengan konsultasi kepada pembimbing.

h. Setelah disetujui, peneliti melakukan sidang hasil.

i. Seleeai sidang hasil dilakukan revisi kembali untuk perbaikan.

j. Setelah perbaikan skripsi dinyatakan sependapat.


Bulan

Kegiatan Penelitian Juni juli agustus april juni juli

Studi Pendahuluan

Penyusunan
Proposal

Sidang Proposal

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Ujian Hasil

Publikasi

K. Jadwal Penelitian

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan hasil


pembahasan serta memberikan saran kepada berberapa pihak agar dapat

dijadikan acuan untuk perkembangan keilmuan khususnya di bidang

keperawatan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Persentasi tingkat kecemasan pada pelaku rawat (caregiver)

pasien stroke di dapat hasil sebagai berikut.

Total skor kecemasan sebelum diberikan aromaterapi

lavender pada 17 responden yang telah adalah diteliti 4 orang

dengan skor 18, 2 orang dengan skor 19, 1 orang dengan skor

20, 1 orang dengan skor 21, 1 orang dengan skor 24, 1 orang

dengan skor 25, 2 orang dengan skor 26, 2 orang dengan skor

27, 1 orang dengan skor 33, 1 orang dengan skor 35 dan 1

orang dengan skor 41.

Setelah diberikan aromaterapi lavender pada 17

responden didapatkan hasil adalah 3 orang dengan skor 11, 1

orang dengan skor 12, 3 orang dengan skor 13, 5 orang

dengan skor 19, 2 orang dengan skor 20, 1 orang dengan skor

24 dan 2 orang dengan skor 26.

Sebelum diberikan aromaterapi dari 17 responden yang

telah diteliti 7 orang (41.2%) mengalami kecemasan ringan, 7


orang (41.2%) mengalami kecemasan sedang dan 3 orang

(17,6%) mengalami kecemasan berat.

Sesudah diberikan aromaterapi dari 17 responden yang

telah diteliti 7 orang (41,2%) tidak ada mengalami kecemasan,

7 orang (41,2%) mengalami kecemasan ringan dan 3 orang

(17,6%) mengalami kecemasan sedang.

2. Dari hasil uji Wilcoxon (nonparametik) diketahui bahwa nilai

asymp. Sig (2-tailed) adalah 000 < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh sebelum diberikan

aromaterapi pada pelaku rawat (caregiver) dan sesudah

diberikan aromaterapi pada pelaku rawat (caregiver).

3. H0 ditolak atau ada pengaruh yang signifikan (bermakna)

terhadap penurunan kecemasan pada pelaku rawat (caregiver)

pasien stroke di wilayah kerja Puskesmas Sempaja.

B. Saran

Setelah menyajikan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat

diberikan adalah:

1. Bagi pelaku rawat (caregiver)

Diharapkan bisa menerapkan aromaterapi lavender agar

dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dialami selama

merawat pasien stroke.

2. Bagi institusi pendidikan


a. Hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan di

perpustakaan sehingga menjadi bahan referensi bagi yang

membacanya.

b. Sebagai pengembangan dan evaluasi baik dalam isi maupun

metode yang digunakan dalam penelitian ini.

3. Bagi peneliti

a. Diharapkan hasil penelitian dapat berguna untuk diri sendri

dan orang lain.

b. Dapat menambah keilmuan dan dari hasil penelitian.

4. Bagi peneliti selanjutnya

a. Hasil penelitian ini sebagai data dasar untuk penelitian

selanjutnya yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan perawat dalam berhubungan dengan kegiatan

penelitian keperawatan.

b. Perlu adanya penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai

faktor-faktor apa saja yaitu faktor usia, faktor jenis kelamin

dan ras yang dapat mempengaruhi kecemasan pelaku rawat

(caregiver).

DAFTAR PUSTAKA
Agianto. Setiawan, H. (2017). Jurnal Supportive Care Needs Pada
Keluarga Pasien Stroke Di Klinik Syaraf Banjarmasin, Indonesia.
Diakses tanggal 22 Juli 2018.

Alfarisi, W. (2015). Efektifitas Pemberian Aromaterapi Lavender Dan Musik


Instrumental Relaksasi Terhadapkecemasanpasien Hemodialisa
Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Vol 2
Anne de Silva, Deidre., etc. (2014). Understanding Stroke: A Guide for
Stroke Survivors and Their Families. Singapore National Stroke
Association.

Baum et al. (2015). Adapting The Home After A Stroke. National Institute
Of Neurological Disorders And Stroke.

Donsu, J.D.T. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press. Cetakan I.

Elizabeth Palermo. (2014). Stroke: Symptoms, Tests and Treatment


[Internet]. [diakses 11 November 1015]

Erva Elli Kristanti. (2010) Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap


Penurunan Derajat Kecemasan Pada Lansia Di Panti Wredha St.
Yoseph Kediri.

Frayusi, A. (2012). Pengaruh Pemberian Terapi Wewangian Aromaterapi


Lavender (Lavandala Agustifolia) Secara Oles Terhadap Skala
Nyeri Pada Klien Infark MiokardiumDi CVCU RSUP Dr M Djamil
Padang, Skripsi. Universitas Andalas.

Friedemann, M.-L., (2016). An Instrument To Evaluate Effectiveness In


Family. Western Journal Of Nursing Research, (MAY 1991)

Garnand, John J. (2012). Cancer Caregiver Roles: What You Need to


Know. BalboaPress: United States

Grant, et al. (2013). Family Caregiver Burden, Skills Preparedness, and


Quality of Life in Non-small Cell Lung Cancer. City of Hope
National Medical Center, Duarte, CA, USA.

Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta: Salemba Medika.
.
Hsu et al. (2015). Factors Associated With High Burden In Caregivers of
Older Adults With Cancer. Department of Medical Oncology and
Therapeutics Research: California.

Hung JW, et al. (2012). Factors associated with Strain in Informal


Caregivers of Stroke Patients. Department of Rehabilitation,
Kaohsiung Chang Gung Memorial Hospital, Taiwan.

Kautsar, F. (2015) Uji Validitas dan Reliabilitas Hamilton Anxiety Rating


Scale Terhadap Kecemasan dan Produktivitas Pekerja Visual
Inspection PT. Widatra Bhakti

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar; RISKESKDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI

Kumalasari, E.P. (2012). Manfaat Aromaterapi (aroma lavender) Terhadap


Penurunan Tingkat Nyeri Ibu Pada Persalinan Kala I Fase aktif Di
Bidan Praktek Swasta Wilayah Kerja PUSKESMAS Ngletih
Kecamatan Pesantren.

Maifrisco. (2008). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender dan Lemon


Terhadap Penurunan Stress Mahasiswa Fakultas Psikologis
Universitas Airlangga yang Mengikuti Mata Kuliah Statistik II.
Surabaya, Universitas Airlangga.

McQuerrey, L. (2012). Good Qualities of A Caregiver. Tanggal akses 24


Juli 2018.

Morton. (2012). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik. Vol 1.


Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Sistem Persarafan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba
Medika.

Myron F. Weiner, Anne M. Lipton. (2009). The American Psychiatric


Publishing Textbook of Alzheimer Disease and Other Dementias.
American Psychiatric Publication.

Neufeld, Harrison, Kim & Schulz, Sullivan-Bolyai, Deatrick, Gruppuso,


Tamborlane, & G., (2009). Caregiver

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan edisi revisi.


Jakarta: Rineka Cipta.

Nurdin, O.R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan


Aromaterapi Lavender Untuk Penurunan Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi Apendiksitis.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Dinas Kesehatan (2018). Profil
kesehatan tahun 2018.

Posadzki,Paul. (2012). Adverse Effects of Arromatherapy: A Systematic


Review of Case Reports and Case Series, International Journal of
Risk & Safety in Medicine. Diakses tanggal 24 Juli 2018.

Pottie et al. (2014). Informal Caregiving of Hospice Patients. Journal of


Palliative Medicine, Vol. 17, No.7, Palliative Care Review.

Purdani, K.S. (2014). Hubungan Discharge Planning Dalam Pelaksanaan


Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUD Tugurejo
Semarang Dengan Beban Caregiver Insan Pasca Stroke Di
Semarang. Tesis. Diakses tanggal 22 Juli 2018.

Purdani, K.S. (2016). Jurnal Studi Deskriptif Beban Caregiver Insan Pasca
Stroke di Rumah Sakit Panti Wilasa dr. Cipto Semarang. Diakses
tanggal 22 Juli 2018.

Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan: dengan Aplikasi SPSS Dalam


Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rohima Press.

Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Santi, D.R. (2013). Pengaruh Aromaterapi Blended Peppermint dan


Ginger Oil terhadap Rasa Mual pada Ibu Hamil Trimester Satu di
Puskesmas Rengel Kabupaten Tuban

Seng et al. (2010). Caregiving Burden Among Caregivers of Patients With


Schizophrenia: A Prospective Cross Sectional Study. Department
of Pharmacy Practice: Lam Guntur.

Satriya, A. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien


Chronic Kidney Disiase (CKD) Dengan Efek Pemberian Terapi
Akupresur Dan Aromaterapi Bunga Lavender Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Di Ruang Hemodialisa Rsud
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. KIAN. Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Setiawan, D. Prasetyo, H. (2015). Meodologi Penelitian Kesehatan untuk
Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Sheets, C. Mahoney, G. (2010). Caregiver Support in the Veterans Health


Administration: Caring ForThose Who Care. American Society on
Aging.
Sopiyudin, D. (2013). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.
Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukmarini, N. (2009). Optimalisasi Peran Caregiver Dalam


Penatalaksanaan Skizofrenia. Bandung: Majalah Psikiatri XLII (1).

Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS


(Center of Academic Publishing Service).

The Joanna Briggs Institute Annual Report. (2012). University of Adelaide:


Australia.

Umi Hanik Fetriyah (2016). Pengalaman Keluarga Dalam Merawat


Anggota Keluarga Paska Stroke Diwilayah Kerja Puskesmas
Pekauman Banjarmasin

Wahyuningsih. (2014). Efektifitas Aromaterapi Lavender (Lavandula


Angustifolia) Dan Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Primigravida di BPS Utami Dan
Ruang Ponek RSUD Karanganyar. Skripsi. STIKES Kusuma
Husada Surakarta.

Widiastuti, R. (2009). Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita


Penyakit Alzheimer. Medan: F.Psikologi USU.

Widyastuti, Y. (2013). Efektivitas Aromaterapi Lavender Dalam


Menurunkan Nyeri Dan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
Fraktur Femur Di Rs Ortopedi Prof. Dr.R Soeharso Surakarta.

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2,


Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.

World Health Organization (WHO) 2018 . Stroke, Cerebrovascular


accident
Wulandari, I.H. Safitri, W. (2016). Jurnal Efektivitas Relaksasi Aromaterapi
Lavender Terhadap Penurunan Kecemasan Di POSYANDU
Lansia Desa Plesungan Karanganyar. Diakses tanggal 22 Juli
2018..

Yusuf, A. Muri. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan


Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
BIODATA PENELITI

A. Data Pribadi

Nama : Fahri Ramadhani

Tempat, tgl lahir : Sangkulirang, 26 Januari 1998

Alamat Asal : Jl. Tanjung Pura, Sangkulirang

Alamat di Samarinda : Jl. Sambutan Asri, Samarinda

B. Riwayat Pendidikan

1. Tamat SD tahun 2009 di SDN 006 Sangkulirang

2. Tamat SMP tahun 2012 di SMPN 1 Sangkulirang

3. Tamat SMA tahun 2015 di SMAN 1 Sangkulirang

Samarinda,

Mahasiswa

Fahri Ramadhani
NIM.17111024110326
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Assalamualaikum wr.wb, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fahri Ramadhani

NIM : 17111024110326

Saya adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan

Timur jurusan Ilmu Keperawatan yang akan melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Kelelahan

Kerja Pada Pelaku Rawat (Caregiver) Pasien Stroke Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sempaja”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan kecemasan pada

pelaku rawat (caregiver).

Dengan ini saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk turut

berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar

persetujuan dan bersedia mengisi penyataan dalam kuesioner.

Setiap jawaban yang Bapak/Ibu berikan mohon sesuai dengan kondisi

Bapak/Ibu saat ini, sehingga mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Jawaban yang diberikan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan

digunakan untuk penelitian.

Demikian saya sampaikan, atas perhatian dan partisipasi Bapak/ibu

semua dalam membantu kelancaran penelitian ini, saya ucapkan terima

kasih.

Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Kode responden (diisi oleh peneliti): ........................................................

Setelah mendapat penjelasan, saya bersedia berpartisipasi sebagai

responden penelitian dengan judul “Pengaruh Aromaterapi Lavender

Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pelaku Rawat (Caregiver) Pasien

Stroke Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja”.

Nama : Fahri Ramadhani

NIM : 17111024110326
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif pada

saya dan segala informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaannya

karena itu jawaban yang saya berikan adalah yang sebenar-benarnya.

Berdasarkan semua penjelasan diatas, maka dengan ini saya

menyatakan secara sukarela bersedia menjadi dan berpartisipasi aktif

dalam penelitian.

Samarinda,................................2019

(Responden)
Kuesioner Data Demografi

Berilah tanda checklist (√) pada pilihan yang Anda anggap benar.

1. Umur :......... tahun

2. Jenis kelamin :

Laki-laki Perempuan

3. Pekerjaan :

Tidak bekerja PNS

Pegawai Swasta Wirausaha


HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Nomor Responden :

Nama Responden :

Tanggal Pemeriksaan :

Skor : 0 = tidak ada


1 = ringan
2 =sedang
3 =berat
4 = berat sekali

Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan


14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat
sekali

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
14 - Tinitus
Tingkah Laku Pada Wawancara
-- Penglihatan
Gelisah Kabur Skor total=
-- Muka Tidak Tenangatau Pucat
Merah
-- Jari Merasa Lemah
Gemetar
-- Perasaan ditusuk-Tusuk
Kerut Kening
9 Gejala
- Muka Kardiovaskuler
Tegang
-- Takhikardia
Tonus Otot Meningkat
-- Berdebar
Napas Pendek dan Cepat
-- Nyeri
Muka di Dada
Merah
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau
Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
10 Gejala Sekejap
Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
k j
o e
d n
e i
re s p
s k e
p e k c
o l e t o
n U a rj o d
d s m a x x x x x t i
e i i a 1 1 1 1 1 a n
n a n n x x x x x x x x x 0 1 2 3 4 l g
usia
1
Frequency Percent Valid Percent 2
Cumulative
1 9 1 4 3 2 3 1 2 1 2 3 3 1 2 2 1Percent 1 7 3
2 4
19 2 0 11 4 3 45,9 5,9
4 3 2 4 3 1 45,9
2223432
20 2 1 5,9 5,9 3 11,8
28
3 8 11
2 2 35,9 3
4 3 2 2 3 3 2 5,9 3 2 1 2 5 417,6
3 3
30 4 0 21 1 4 35,9 5,9 23,5
22122112 3 4 3 3 3 4
35 3 2 11,8 11,8 2 35,3
36
5 5 22
1 2 2 2
11,8 3 1 1 2 1 1 1
11,8
1 1 2 1 1 347,1
3 2
38 6 5 1 3 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 6 358,8
2 11,8 11,8
Valid
40 3 1 5,9 5,9 2 64,7
45
7 6 22 2 2 11,8 1 1 2 3 2 1 3 411,83 2 1 1 1 7 376,5
3 1
47 8 6 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 9 382,4
1 5,9 5,9

55 3 1 5,9 5,9 2 88,2


60
9 8 11
2 1 25,9 3
2 2 2 1 2 2 2 5,9 2 3 1 1 6 394,1
1 3 1
62 0 8 21 3 1 25,9 5,9
1 2 1 1 1 9 100,0
3
1212121
Total 1 4 17 pekerjaan
100,0 100,0 2
1 0Frequency
2 4 4 2Percent 2 2 3Percent
2 2 1 1 1 Valid 1 1 1 1 Cumulative
4 3
1 4 2Percent
2 5 2 3 2411212221 2 2 1 2 5 3
pns 2 11,8 11,8 11,8
1 4 1
pegawai 3 5 1 4 31 1 2 1 17,6 1 1 1 1 2 2 2 17,6
1 1 1 8 3 29,4

Valid wirausaha 1 4 4 23,5 23,5 1 52,9


jeniskelamin
4 7 2 4 1212212111 1 1 1 1 8 3
tidak bekerja 8 Percent 47,1 Valid Percent
47,1 Cumulative 100,0
1 Frequency
5 2
Total 5 5 1 4 171 2 2 2100,0 2 2 1 1 1 1 2100,0
1 1 1 0Percent
3
laki-laki 1 6 9 52,9 52,9 1 52,9
6 0 1 4 1111221111 1 1 2 2 8 3
Valid perempuan 8 47,1 47,1 100,0
1 6 1
Total 7 2 2 417 1 2 1 100,01 1 2 1 1 1 2 100,0
1 2 1 1 8 3
kod usi jeni pek x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 tot cod
e a s erja al ing
res kel an
pon ami
den n
1 19 1 4 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 19 3
2 20 1 4 2 2 1 1 1 2 3 2 1 3 2 2 2 2 26 3
3 28 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 24 3
4 30 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 3 2 3 2 26 3
5 35 2 1 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 20 3
6 35 1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 19 3
7 36 2 2 1 1 1 2 1 2 0 3 2 3 2 0 1 0 19 3
8 36 1 3 1 1 0 0 0 1 1 0 2 2 1 2 1 1 13 2
9 38 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 20 3
10 38 2 3 0 1 1 1 0 1 1 2 0 0 1 1 1 1 11 2
11 40 2 4 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 19 3
12 45 2 3 2 3 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 19 3
13 45 1 4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 11 2
14 47 2 4 0 2 1 1 2 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11 2
15 55 1 4 1 1 1 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 13 2
16 60 1 4 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 2 2 12 2
17 62 2 4 2 1 1 1 0 1 0 1 1 2 1 1 0 1 13 2
pre

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

ringan 7 41,2 41,2 41,2

sedang 7 41,2 41,2 82,4


Valid
berat 3 17,6 17,6 100,0

Total 17 100,0 100,0

post

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak ada 7 41,2 41,2 41,2

ringan 7 41,2 41,2 82,4


Valid
sedang 3 17,6 17,6 100,0

Total 17 100,0 100,0

WILXOCON

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

pre 17 24,41 6,774 18 41


post 17 17,35 5,171 11 26

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Negative Ranks 17 a
9,00 153,00

Positive Ranks 0b ,00 ,00


post - pre
Ties 0 c

Total 17

a. post < pre


b. post > pre
c. post = pre

Anda mungkin juga menyukai