TESIS
OLEH
MaizelFitri, S. Farm, Apt
1221012046
YaalahSesungguhnyaakumohond
Kepada – Mu petunjukketagwaan, kesucian
Diridankekayaanjiwa
( Sr. Muslim, Jarmizi, danIbnuMajah ).
KupersembahkanhanyatulisiniuntukAyahandadanIbundatercinta,
kakak-kakakdanadikkutersayang
Serta suamikutercintadananak-anakkutersayang yang selalu
T abah, sabarmengertidanmembantukudalampenyelesaikantesisini.
T elahkuraih yang pernahkudambakandalamKehidupkuberkatusaha, Dorongandandoa
yang akanSelalukubutuhkanSemogaapa yang
kuraihiniMenjadititikawalPerjuangankudalammeraih masa depan.
T erimakasihpadabapakDeddy Almasdi yang
telahmembimbingkudenganpenuhkesabarandalampenyelesaiantesisini
danT erimakasihkepadadosen-dosenqu yang
telah memberiilmudanmasukankepadaqudalammenyelesaikanstudiini. Semoga Allah
SWT membalassegalakebaikan yang telahdiberikan. . . . Amin
T erimakasihatassemangatdanBantuannya kepada sahabat-sahabat yang selalu
Solid kepadaqubaikdisaatsenangmaupunsusah.
KATA PENGANTAR
Andalas Padang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargan
terhadap topik penelitian yang telah penulis pilih untuk dikaji dengan
2. Bapak Dr. Yufri Aldi, M. Si, Apt, Bapak Dr. Erizal, M. Si, apt, dan
Bapak Prof. Dr. H. Helmi Arifin, MS, Apt, yang telah bertindak
hasil penelitian.
yang selalu memberikan doa dan dorongan moril agar penulis bisa
terakhir penulis tesis ini. Juga mohon maaf karena barangkali kurang
ini.
8. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah ikut
Penulis
ABSTRAK
Halam
an
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 7
1.6 Hipotesis ........................................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................... 10
2.1 Kepuasan Pelanggan .................................................................................... 10
2.1.1Karakteristik
Pelanggan......................................................................12
4.1.3TingkatKepuasan Pasien................................................................................56
4.2 Pembahasan......................................................................................................61
5.2 Saran.............................................................................................................75
DAFTAR PUSTA
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
(UU No.44, 2009). Dari defenisi tersebut yang dimaksud dengan pelayanan
juga pelayanan farmasi yang memadai sebagai salah satu pelayanan kesehatan.
Pelayanan farmasi di rumah sakit dijalankan oleh suatu unit di rumah sakit yang
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit yang
rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan
2004).
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu (Siregar, 2004). Hal
yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
terhadap pengguna layanan. Kualitas layanan ini pada akhirnya dapat memberikan
jasa dalam hal ini pihak instalasi farmasi dengan pasien sebagai pelanggan,
memberikan dasar yang baik bagi terciptanya loyalitas pelanggan dan membentuk
bagi penyedia jasa tersebut (Tjiptono, 2007). Kualitas pelayanan farmasi dapat
dipersepsikan baik dan memuaskan pasien jika jasa yang diterima sesuai atau
jelek atau tidak memuaskan jika pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang
(Farris, 1993). Pelayanan kesehatan yang bermutu akan tergantung pada proses
1999).
sakit telah banyak dilakukan, salah satunya di Rumah Sakit Pendidikan Nigeria
model ideal referent yang telah dikembangkan dan divalidasi oleh Larson et al
Avaibility, Drug quality, General satisfaction dan Continuity with the Pharmacy)
kemudian di up-date dan validasi lagi oleh Larson et al (2002) menjadi 2 dimensi
Dari kuesioner validasi terbaru ini didapatkan hasil pada rumah sakit di
Nigeria hampir separuh dari pasien (46%) menyatakan kurang puas dengan
juga telah dilakukan penelitian untuk menilai tingkat kepuasan pasien terhadap
mutu pelayanan. Hasil penelitian ini menyatakan hampir separuh dari pasien
(49%) kurang puas (Hardi, 2010). Penelitian yang telah dilakukan di RSUD
kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan rumah sakit, belum secara khusus untuk
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Masalah utama yang dihadapi IFRS
sebagai suatu lembaga jasa pelayanan farmasi di rumah sakit adalah apakah
pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan harapan pasien atau belum?
Mentawai.
merugikan instalasi farmasi dari aspek bisnis karena pasien akan beralih ketempat
lain. Dampak yang timbul tidak saja pada pasien yang bersangkutan tetapi kesan
buruk ini akan diceritakan kepada orang lain sehingga citra instalasi farmasi,
terutama para petugasnya termasuk apoteker akan buruk/negatif. Oleh karena itu
Instalasi Farmasi dituntut untuk selalu menjaga kepercayaan dan kepuasan pasien
penelitian terhadap mereka perlu dilakukan agar pelayanan yang diberikan sesuai
dengan yang diharapkan. Hal inilah salah satu wujud nyata dari perubahan
pelayanan dari paradigma lama yang berorientasi pada obat (drug oriented) ke
paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dalam bidang
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan farmasi sebagai masukan yang sangat
meningkatkan kinerja internal petugas farmasi dan pihak manajemen Rumah Sakit
ini adalah:
1. Untuk melihat tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUD
berdasarkan pendapatan.
1. Ilmu Pengetahuan
Dasar untuk pemikiran selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi peneliti terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik pada umumnya
2. Bagi peneliti
pelayanan publik khususnya berkenaan dengan objek yang diteliti saat ini yaitu
Sebagai input atau bahan masukan untuk perbaikan kualitas pelayanan guna
datang.
status demografi pasien terhadap tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Instalasi
1.6. Hipotesis
berdasarkan Gender.
Gender.
berdasarkan Usia.
berdasarkan Pendidikan.
Pendidikan.
berdasarkan Pekerjaan.
Pekerjaan.
H0 5 : Tidak ada perbedaan kepuasaan terhadap layanan kefarmasian
Pendapatan.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin satis (artinya cukup
baik, memadai) dan facio (melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan
2007). Dalam kajian literatur kepuasan pelanggan yang dilakukan Giese & Cote
dari Washington State University seperti yang dikutip oleh Tjiptono (2007), kedua
psikis pada saat itu dan pengaruh lingkungan pada waktu itu. Tingkat kepuasan
antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnya berbeda-beda karena
kepuasan pasien merupakan hasil penilaian perasaan yang lebih bersifat subjektif
(Utama, 2003).
atau hasil suatu produk/jasa dan harapan-harapannya. Jika kinerja tersebut berada
sebaliknya jika kinerja memenuhi harapan pelanggan akan merasa sangat puas.
komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya.
Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan
memberi komentar yang baik tentang perusahaan. Proses kepuasan pelanggan
Utama (2003) bahwa kepuasan selalu dinyatakan sebagai suatu hasil perbandingan
dari beberapa keadaan pada suatu saat tertentu. Konsep ini didukung oleh Azwar
(1996) yang menyatakan bahwa, seseorang akan terpuaskan jika tidak ada selisih
telah menjadi bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien rumah sakit.
Selain itu kepuasan dapat juga dinyatakan sebagai cara pasien mengevaluasi
sampai seberapa besar tingkat kualitas pelayanan di rumah sakit, sehingga dapat
persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap selanjutnya, sehingga
pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan dan semakin
banyak kekurangan dalam hal penting yang dibutuhkan, akibatnya rasa ketidak
keputusan.
b. Umur, yang dinyatakan dalam satuan tahun sesuai dengan pernyataan pasien.
e. Pendapatan, adalah jumlah gaji atau penghasilan dalam bentuk uang atau
pelanggan yang dipengaruhi oleh faktor –faktor sebagai berikut (Jadgish, 1995):
1. Kebutuhan dan keinginan, yaitu berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan oleh
2. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dan layanan baik dari
4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran atau persepsi yang timbul dari
pelanggan disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
pelayanan tidak tepat waktu dan kesalahan pencatatan transaksi. Sebaliknya faktor
eksternal yang diluar kendali perusahaan seperti keadaan cuaca, gangguan pada
komplain, tetapi mereka praktis tidak akan membeli atau menggunakan jasa
g. Peluang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang yang
bersangkutan
4. Keramahtamahan
diantaranya faktor kesadaran para pejabat atau petugas yang berkecimpung dalam
pelayanan umum, faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan, faktor
kebutuhan hidup minimum, faktor keterampilan petugas dan faktor sarana dalam
1. Kualitas produk
2. Kualitas pelayanan
Salah satu konsep service quality adalah servqual sangat tergantung dari tiga
3. Faktor Emosional
yang berhubungan dengan gaya hidup. Kepuasan pelanggan didasari atas rasa
4. Harga
kepuasan yang relatif besar dalam industri ritel. Harga yang murah akan
5. Kemudahan
jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman, dan efisien
Tjiptono (1996) menyatakan dalam kepuasan pasien ada beberapa aspek yang
mempengaruhinya:
1. Aspek kenyamanan, meliputi lokasi rumah sakit, kebersihan rumah sakit.
melayani pasien.
khusus bebas pulsa, website yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya
metoda ini.
telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi dan
interview saja yang diperlukan, tetapi pemantauan customer loss rate juga
b. Derived satisfaction
c. Problem analysis
yang mereka hadapi berkaitan dengan produk atau jasa perusahaan dan saran-
Teknik ini yang dikemukan pertama kali oleh Martilla & James (1977)
mengetahui sampai sejauh mana kinerja pelayanan yang telah diberikan dan
Hubungan transaksi antara penyedia jasa dan pelanggan tidak berakhir setelah
penjualan selesai namun berupaya untuk menjalin suatu kemitraan jangka panjang
dengan pelanggan secara terus agar terjadi pembelian ulang. Penerapannya dapat
dilakukan dengan cara dibentuknya customer database yang tidak hanya berisi
nama pelanggan tapi juga mencakup hal-hal penting lainnya, misalnya frekuensi
potongan harga khusus dan memberikan jaminan referensi bagi pelanggan yang
tinggi pada jasanya namun akan terdapat pelanggan yang tidak keberatan dengan
tingginya harga tersebut. Perusahaan yang memberikan layanan superior ini pada
akhirnya akan meraih laba dan tingkat pertumbuhan yang pesat dibandingkan
dengan pesaingnya.
3. Unconditional guarantees
jual yang baik dan mampu menyediakan media efisien dan efektif untuk
kepuasan kepada pelanggan yang pada akhirnya akan menjadi sumber yang
berguna untuk menyempurnakan kualitas jasa dan kinerja perusahaan serta akan
meningkatkan motivasi para karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih
Kemudian sumber masalah ini perlu diatasi, ditindaklanjuti dan diupayakan agar
dimasa mendatang tidak timbul masalah yang sama. Terdapat empat aspek yang
dan kewajaran dalam memecahkan suatu masalah serta adanya kemudahan bagi
dan public relations kepada setiap manajemen dan karyawan dapat dilakukan
pelanggan dalam proses pengembangan jasa dan produk sedini mungkin sehingga
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah salah satu departemen atau unit dari
suatu rumah sakit dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa
yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang
resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, dan
langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit yang
rumah sakit yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan
kesehatan, dan kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang
para apoteker rumah sakit, anggota profesi, dan spesialis yang serumpun.
penelitian.
3. Mengembangkan kemampuan administrasi dan manajemen, penyediaan obat
rumah sakit.
Tugas pokok dari Instalasi farmasi rumah sakit adalah (Depkes, 2006) :
rumah sakit.
Fungsi farmasi rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang bermutu
perbekalan farmasi.
(PFT).
yang optimal bagi semua penderita, menjamin mutu tertinggi dan pelayanan
dengan biaya yang paling efektif serta memberikan pendidikan dan pengetahuan
baru di bidang kefarmasian melalui penelitian bagi staf medik, mahasiswa, dan
Farmasi lebih terlihat sebagai proses penyediaan obat sebagai barang dari pada
merupakan bagian dari proses medik (Siregar, 2004). Pemberian obat kepada
penderita bukan lagi didasarkan pada tersedia atau tidaknya obat tersebut,
melainkan juga perlu diketahui apakah obat telah dipilih secara tepat indikasi,
tepat dosis, tepat pasien, tepat pemberian, bebas dari interaksi obat yang
berbahaya, efek samping obat terkendali dan tepat harga terutama bagi penderita
samping obat, menentukan rute pemberian obat, dan penggunaan obat secara
rasional.
2. Mendapatkan rekam medis untuk digunakan dalam pemilihan obat yang tepat
pengobatan.
pasien.
adverse drug reactions dari obat-obat yang diresepkan. Obat menjadi lebih mahal,
farmasis untuk menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehingga
pasien membaik dan kualitas hidupnya meningkat. Peran farmasis dalam asuhan
proses terapi, farmasis memeriksa kembali semua informasi dan memilih solusi
terbaik bagi DRP (Drug Related Problem) pasien. Diakhir proses terapi, menilai
hasil intervensi farmasis sehingga didapatkan hasil optimal dan kualitas hidup
menggunakan terapi obat, pertimbangan memilih obat, dosis, rute dan metoda
pasien rawat inap dan rawat jalan melalui informasi penting tentang dosis, cara
pakai, kontra indikasi, efek samping konseling dan edukasi untuk obat bebas dan
obat yang diresepkan, pemberian label, leaflet, brosur, buku edukasi, pembuatan
buku riwayat pengobatan pasien, serta jadwal minum obat (Yusmainita, 2001).
Ada 11 jenis masalah yang dialami penderita berkaitan dengan obat (DRP)
2. Pasien memerlukan terapi obat, tetapi mendapat obat yang indikasinya tidak
3. Pasien memerlukan terapi obat, tetapi mendapat obat yang salah (Improrer
drug dosage)
4. Pasien memerlukan terapi obat dan menerima dosis obat yang kurang (sub
therapeutic dosage).
5. Pasien memerlukan terapi obat, tetapi mendapat dosis obat yang berlebih (over
pelayanan farmasi bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit
yang baik. Tujuannya agar setiap pelayanan yang ditetapkan dapat memuaskan
diproduksi rumah sakit sesuai CPBO (Cara Pembuatan Obat yang Baik),
kerja terkait.
yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar
IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh apoteker yang punya
terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan pekerjaan
fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang dihasilkan
Di IFRS harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat
1. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenal oleh masyarakat
2. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
kesalahan penyerahan.
5. Masyarakat diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk
pendingin.
brosur/materi informasi.
meja dan kursi serta lemari untuk penyimpanan catatan medikasi pasien.
d. Ruang racikan.
dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu, kelembaban
dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan
1. Pemantauan
pelayanan farmasi.
2. Penilaian
3. Tindakan
4. Evaluasi
jangka panjang.
5. Umpan balik
suatu tolak ukur yang menunjukkan ukuran kepatuhan terhadap standar yang
diselenggarakan.
2. Unsur proses
3. Unsur lingkungan
ditetapkan oleh lembaga yang berwenang dan standar lain yang relevan dan
kebutuhan, proses dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan mutu
(Depkes, 2006) :
1. Prospektif
2. Konkuren
apoteker.
3. Retrospektif
sesuai standar.
wawancara langsung.
Barat. Mentawai berada pada jarak 150 km dilepas pantai pulau sumatera.
Kabupaten seluas daratan ± 7.000 km² (Seberut 4.480 km2, Sipora 845 km2, Pagai
1,675 km2 ). Didiami oleh 78.511 jiwa yang sebagian besar adalah masyarakat asli.
Bahasa yang digunakan oleh orang mentawai adalah bahasa Mentawai Pulau-
pulau besar yang banyak didiami penduduk di Mentawai adalah pulau Sipora,
Pagai Utara, Pagai Selatan dan Siberut. Ibukota Kabupaten Mentawai adalah
Rumah adat orang mentawai adalah uma dengan kepala suku nya bergelar
kenaikan permukaan air laut. Pada zaman pleistocene glaciation, Orang Mentawai
perkirakan telah ada disuatu pulau sejak tahun 200 dan 500 SM. Bermigrasi dari
utara melalui Pulau Siberut kemudian bergerak keselatan menuju Sipora dan
pulau Pagai. Bahasa, adat dan kebiasaan hidup sangat berbeda dengan Sumatera
Pada awal abad ke 17 orang portugis membuat Peta Mentawai dengan nama
“Mintaon”, peta tersebut dibuat tahun 1606. Pada Agustus tahun 1792 seorang
karyawan British East India Company John Crisp mengunjungi Pagai (Poggy)
tahun 1799. John Crisp adalah orang pertama yang mengenalkan mentawai pada
sastra barat. Pada tanggal 10 Juli 1864 menjadi bagian dari Hindia Belanda.
Mentawai memiliki banyak pulau-pulau indah dengan ombaknya yang besar, yang
sangat bagus untuk berselancar. Pariwisata nya mulai dikenal pada pertengahan
tahun 1990 oleh seorang peselancar dari Australia menemukan ombak yang bagus
untuk berselancar. Sejak saat itulah Mentawai ramai dikunjungi oleh turis untuk
melihat keindahan alam lain. Di Mentawai sekarang telah banyak berdiri resort-
Perekonomian Suku Asli Mentawai didasari atas sagu dan talas, dengan
menganut paham animisme yang percaya bahwa segala sesuatu mulai dari
manusia hingga kera, batu hingga cuaca, mempunyai roh yang terpisah dari
dibalik semua hal yang disebut “kina ulau” atau “diluar jangkauan”. seperti
manifestasi penciptaan roh atau jiwa. Upacara keagaman yang didaerah kepulauan
bagian selatan disebut dengan “puliajat” atau “Punen”. Selama upacara upacara
senang.
resmikan oleh Gubenur Sumatera Barat pada tanggal 21 Maret 2006 dengan
dan diberi kode pengenal yaitu dengan nomor 13 01 0 10. RSUD Kabupaten
surat keputusan Bupati Nomor 101 Tahun 2006 tentang Penetapan Rumah Sakit
Mentawai, mulai dari rumah sakit sampai posyandu. Secara keseluruhan terjadi
Kepulauan Mentawai. Pada tahun 2014 tercatat jumlah sarana kesehatan sebanyak
sakit pada tahun 2016 di rawat jalan sebanyak 6670orang, rawat inap sebanyak
584 orang, BOR 85,7%, dan LOS 43 hari. Dari hasil observasi di Kabupaten
Kepulauan Mentawai masih ada yang menggunakan pengobatan Tradisional salah
tidur terdiri dari 6 tempat tidur dikelas I dan59 tempat tidur dikelas III ditambah
dengan6 tempat tidur bayi baru lahir. RSUD Kabupaten Kepulauan Mentawai
membutuhkan penambahan jumlah ruang rawat inap dan tempat tidur serta
masyarakat sehat dan sejahtera tahun 2015 dan misinya mewujudkan pelayanan
yang bermutu sesuai dengan stándar bagi semua lapisan masyarakat dengan moto
“Rumah Sakit Kesehatan Anda, Amanah Kami” serta strategi rumah sakit dalam
orang, Dokter gigi 3 orang, Perawat 25 orang, Bidan 18 orang, Apoteker 3 orang,
jurusan.
Mentawai diantaranya:
d. Pelayanan bedah
f. Pelayanan Psikoterapi
g. Pelayanan radiologi
i. Pelayanan farmasi
j. Pelayanan gizi
m. Pengelolaan limbah
o. Pelayanan ambulans
q. Pelayanan laundry
menggunakan metode Ideal referent yang terdiri dari dua dimensi yakni friendly
pendidikan Nigeria. Dari penelitian ini didapatkan hasil, hampir separuh dari
pasien (46%) menyatakan kurang puas dengan kinerja pelayanan yang dirasakan.
farmasi meliputi: harga obat, lokasi apotik, stock obat, kompetensi farmasis,
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit seperti halnya Dyah
Nurul Maharani, dkk (2016) tentang analisis pengaruh kepuasan pasien terhadap
kualitas pelayanan resep di apotek Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Luwuk
tentang tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap kualitas pelayanan Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Kabupaten Sragen. Selain itu penelitian yang
dilakukan Cut Zuliati Muli (2009) tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap
kepuasan pasien rawa tinap di Puskesmas Kota Medan. Selanjutnya RSUD
pasien di rumah sakit, diantaranya Hardi (2010) tentang analisis tingkat kepuasan
pasien umum dan jamkesmas terhadap pelayanan rawat inap kelas III RSUD
Pasaman Barat dan Khairani (2011) tentang analisis faktor yang mempengaruhi
kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan RSUD Pasaman Barat. Kedua
penelitian ini menggunakan metode servqual dengan hasil penelitian yang hampir
sama bahwa persepsi pasien terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit
cukup memuaskan.
(2002) dengan dua dimensi kepuasan pasien terhadap pelayanan farmasi Friendly
METODOLOGI PENELITIAN
Mentawai yang berlokasi diJalan Raya Tuapejat Km.9, dan dilaksanakan dari
2002 ). Dalam penelitian ini populasi yang dimaksudkan adalah pasien rawat jalan
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan
2002).
Responden yang dipilih adalah pasien rawat jalan yang punya pengetahuan
sudah menikah dan sudah pernah mendapatkan rawat jalan di RSUD Kabupaten
n = Z1 - a/2 P(1-P)
d2
Keterangan :
n = Jumlah sampel
p = Asumsi proporsi pasien yang puas dan yang tidak puas yaitu
Besar sampel yang pada penelitian ini adalah 106 orang antisipasi ketidak
dimensi yaitu :
1. Penjelasan (Explanation)
2. Perhatian (Consideration)
sebagai berikut:
Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah isi dari
butir pertanyaan dalam suatu kuesioner sudah valid dan reliabel. Uji validitas
menunjukkan sejauh mana alat pengukur (kuesioner) mengukur apa yang ingin
Pearson (Umar, 2003) dengan bantuan SPSS versi 16.00 for windows. Jika
r hitung lebih besar dari r tabel maka pertanyaan dikatakan valid (Ghozali, 2006).
alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Uji reliabilitas
untuk instrumen menggunakan Cronbach’s Alpha dengan bantuan SPSS 16.00 for
windows. Hasil uji reliabilitas jika nilai koefisien alpa cronbach> 0,6 dikatakan
Data penelitian ini dianalisis dengan dua cara, yaitu analisa deskriptif dan
serinci mungkin dari data yang diperoleh. Semua hasil yang diperoleh dari
dulu distribusi datanya dengan menggunakan uji normalitas. Jika distribusi data
yang didapatkan tidak normal akan di uji dengan statistik non parametrik. Analisis
Kepulauan Mentawai.
3.5 Defenisi Operasional
Defenisi
No Variabel Indikator Penilaian
Operasional
1. Dimensi Suasana Persepsi pasien mengenai pelayanan yang
Friendly nyaman dan baik dalam hal: Skala Likert
Explanation bersahabat
yang a. Penampilan apotik 1 = Tidak Puas
pasien saat b. Kesediaan menjawab pertanyaan 2 = Kurang Puas
dirasakan pasien 3 = Cukup Puas
menerima c. Komunikasi baik dengan apoteker 4 = Puas
pelayanan. d. Apoteker menjelaskan masalah obat 5 = Sangat Puas
e. Kecepatan melayani resep
f. Pelayanan petugas apotek
g. Kejelasan informasi obat apoteker
h. Arahan tentang cara penggunaan obat
i. Pelayanan apotik keseluruhan
j. Apoteker menjawab pertanyaan
dengan baik dan benar.
k. Petugas apotek ramah dan sopan
Skala Likert
2. Dimensi Kegiatan a. Kepedualian apoteker terhadap
Managing pengaturan kondisi kesehatan. 1 = Tidak Puas
therapy pengobatan b. Apoteker menjelaskan cara 2 = Kurang Puas
pasien oleh menyimpan obat pasien. 3 = Cukup Puas
apoteker. c. Apoteker memecahkan masalah
terkait obat pasien. 4 = Puas
d. Informasi apoteker tentang berapa
kali dan lama pakai obat. 5 = Sangat Puas
e. Saran apoteker untuk meningkatkan
kesehatan.
f. Kerahasiaan informasi pribadi
pasien.
g. Apoteker menjelaskan hal yang perlu
dihindari selama mengkonsumsi
obat.
h. Apoketer menjelaskan efek samping
obat pasien.
i. Waktu konsultasi yang disediakan
apoteker.
BAB IV
Pada penelitian ini yang menjadi reponden adalah pasien rawat jalan,
117 orang. Pengumpulan data telah dilakukan pada tanggal 4 April s/d 29 Juni
referent dari Almasdy, dkk (2013) melalui penyebaran kuesioner pada 117 pasien
rawat jalan. Metode ideal referent ini dirancang khusus untuk menilai kepuasan
dalam kuesioner sebanyak 20 item. Kuesioner ini terlebih dahulu dilakukan uji
validasi dan reabilitas sebelum disebar ke pasien. Adapun pasien yang dijadikan
responden adalah pasien rawat jalan yang mengetahui siapa apoteker dan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom = n-k
dalam hal ini 10-2 atau df 8 dan satu arah pengujian dengan alpha 0,05 didapat r
tabel 0,632. Jika r hitung untuk r tiap butir pertanyaan bernilai positif dan lebih
besar dari r tabel ( lihat corrected item-total correlation ) maka butir pertanyaan
tersebut dikatakan valid (Danang, 2010). Dari SPSS for windows versi 16
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Analisis Validitas Instrumen kepuasan pasien rawat
jalan terhadap layanan kefarmasian di Out Put Stasistik Instalasi
Farmasi RSUD Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Nomor
r-hutung r-tabel Keputusan
Instrumen
1 0,831 0,632 Valid
2 0,675 0,632 Valid
3 0,784 0,632 Valid
4 0,667 0,632 Valid
dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban seseorang secara berulang terhadap
nilai cronbach alpha> 0,60 (Danang, 2010). Dari pengujian menggunakan SPSS
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Analisis Reabilitas Instrumen kepuasan pasien rawat
jalan terhadap layanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD
Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Subjek penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang menerima pelayanan
1 Jenis kelamin
Pria 59 50.4
Wanita 58 49,6
Total 117 100,0
2 Usia
Muda ( < 35 Tahun) 56 47.9
Pertengahan (35 - 59 Tahun) 47 40.2
Tua ( ≥ 60 Tahun) 14 12.0
Total 117 100,0
3 Pendidikan
Rendah (SD) 22 18.8
Menengah (SLTP, SLTA) 64 54.7
Tinggi (Akademi, PT) 31 26.5
Total 117 100,0
4 Pekerjaan
PNS 35 29,9
Wiraswasta 16 13,7
Pegawai Swasta 18 15.4
Ibu Rumah Tangga 21 17.9
Tani 5 4.3
Mahasiswa 7 6.0
Buruh 9 7.7
Nelayan 6 5.1
Total 117 100,0
5 Pendapatan Per Bulan
Kosong 24 20
Rendah ( < 1 Juta) 17 15
Menengah ( 1 – 3 Juta) 48 41
Tinggi ( > 3 Juta) 28 24
Total 117 100,0
4.1.3 Tingkat kepuasan pasien
adalah cukup puas hal ini diketahui, disimpulkan dari nilai rata-rata dari jawaban
tabel 4.4 :
No Range Nilai
4 4 - <5 Puas
5 5 Sangat Puas
Nilai rata-rata jawaban pasien 3,36 berarti berada pada nilai cukup puas.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien dengan Kepuasan Pasien
Terhadap Layanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten
Kepulauan Mentawai.
No TidakPuas Puas P
< 60 ≥ 60
1 Jenis kelamin
Pria 23 36 0,709
Wanita 25 33
Total 48 69
2 Usia
Muda ( < 35 Tahun) 21 35 0,671
Pertengahan ( 35 - 59 Tahun) 20 27
Tua ( ≥ 60 Tahun) 7 7
Total 48 69
3 Pendidikan
Rendah (SD) 8 14 0,810
Menengah (SLTP, SLTA) 26 38
Tinggi (Akademi, PT) 14 17
Total 48 69
4 Pekerjaan
PNS 19 16 0,261
Wiraswasta/PegawaiSwasta 12 22
Buruh/Nelayan/Tani 8 12
Ibu Rumah Tangga/Mhsw 9 19
Total 48 69
5 Pendapatan Per Bulan
Rendah ( < 1 Juta) 3 14 0,098
Menengah ( 1 – 3 Juta) 23 25
Tinggi ( > 3 Juta) 14 14
Total 48 69
4.1.4 Grafik Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien dengan Kepuasan Pasien
terhadap Layanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Kabupaten
Kepulauan Mentawai.
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Tua
Pria
Wiraswasta/Pegawai Swasta
Usia
Wanita
Pekerjaan
Tinggi
Tinggi
Jenis kelamin
Pendidikan
Buruh/Nelayan/Tani
Menegah
PNS
Puas ≥ 60
(49.6%). Berdasarkan uji statistik chi square di peroleh nilai p= 0.709 (p>0.05)
maka Ho1 diterima, artinya tidak ada perbedaan kepuasan terhadap layanan
banyak ditemukan pada pasien usia muda (47.9%) dibandingkan pasien usia
pertengahan (40.2%) dan usia tua (12.0%). Berdasarkan uji statistik Chi Square
di peroleh nilai p = 0.671 (p> 0.05). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan kepuasan dan usia terhadap layanan kefarmasian di
(6.0%), buruh (7.7%) dan nelayan (5.1%). Berdasarkan uji statistik Chi Square di
Kepulauan Mentawai.
Berdasarkan uji statistik Chi Square pada variabel pendapatan perbulan di peroleh
nilai p = 0.098 (p> 0.05). Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang berpendapatan rendah (<1 juta), menengah (1-3 juta) dan tinggi (> 3 juta).
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Penelitian Kepuasaan Pasien Rawat
Jalan terhadap Layanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD
Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Nilai
Hipotesis Hasil
Probabilitas
4.2 Pembahasan
perempuan.
Kepulauan Mentawai tahun 2016: 7.254 pasien yang terdiri dari 3.625 laki-laki
perempuan.
pasien
dan penghasilan.
perbedaan gender, pasien pria lebih banyak (50,4%) sedangkan pasien wanita
(49,6%). Adapun perbedaan tingkat kepuasan berdasarkan gender pasien dari uji
Chi Square tidak terdapat perbedaan signifikan (p> 0,05) antara gender dengan
menyatakan tidak ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat
kepuasan. Fenomena ini disebabkan karena tidak ada perbedaan persepsi antara
pria dan wanita terhadap layanan kefarmasian yang mereka terima. Kesamaan
persepsi antara pria dan wanita ini disebabkan latar belakang pendidikan mereka
Kepulauan Mentawai.
Selanjutnya dari segi perbedaan usia, pasien dominan pasien yang berusia
muda (<35 tahun) dan yang paling sedikit pasien yang berusia tua (≥60 tahun).
kepuasan pasien dari uji Chi Square didapatkan tidak ada perbedaan signifikan (p
>0,05) antara usia dengan tingkat kepuasan pasien terhadap layanan kefarmasian
metode Ideal referent, menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara
dengan pendapat Barata (2006) bahwa usia tidak dapat menjadi tolak ukur untuk
dapat lebih berpengalaman dan lebih puas dibandingkan dengan seseorang yang
lebih tua. Pendapat ini sejalan dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini
dimana perbedaan usia tidak menentukan tingkat kepuasan seseorang. Hal ini juga
sependapat dengan penelitian Lidya Pusparia (2010) yang menyatakan tidak ada
adalah tingkat pendidikan menengah yakni SLTP dan SLTA (54.7%) artinya lebih
Adapun perbedaan tingkat kepuasan berdasarkan pendidikan dari uji Chi Square
diketahui, tidak terdapat perbedaan signifikan (p> 0,05) antara tingkat pendidikan
penelitian Lidya Puspita (2010) yang menyatakan tidak ada perbedaan signifikan
antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepuasan. Hasil ini bertolak belakang
kategori, dimana kategori yang dominan adalah tani, pegawai negeri diikuti
dengan wiraswasta, pegawai swasta, ibu rumah tangga, mahasiswa, buruh, dan
berdasarkan jenis pekerjaan pasien dari uji Chi Square didapatkan, tidak ada
perbedaan signifikan (p> 0,05) antara jenis pekerjaan dengan tingkat kepuasan
Kepulauan Mentawai. Hasil ini sesuai dengan penelitian Azuka et al (2004) yang
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kepuasan
pasien dengan jenis pekerjaan. Hal ini juga sependapat dengan penelitian Lidya
Pusparia (2010) yang menyatakan tidak ada perbedaan signifikan antara pekerjaan
dengan tingkat kepuasan (tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat
kepuasan). Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan oleh populasi dan
sampel yang berbeda, tempat penelitian, waktu penelitian, tingkat pendidikan dan
layanan kefarmasian.
Hasil uji Chi Square juga menggambarkan tidak ada perbedaan tingkat
kepuasan dari berbagai jenis pekerjaan, dimana pasien yang bekerja sebagai
pekerjaan sebagai wiraswasta, ibu rumah tangga dan buruh karena dari jumlah
responden tidak ada satu pun yang tidak puas. Tingkat kepuasan terendah pada
pasien yang bekerja sebagai pegawai negeri, hal ini disebabkan karena orang yang
tentang tugas dan fungsi apoteker dalam layanan kefarmasian serta lebih kritis dan
objektif dalam memberikan penilaian terhadap layanan yang diterima dari instansi
seperti Ibu Rumah Tangga dan buruh, hal ini disebabkan karena pada umumnya
konseling tentang obat, bagi mereka yang penting dapat obat tanpa memikirkan
menengah (41%) dan penghasilan rendah (15%). Dari hasil diketahui bahwa
hal ini dikarenakan jenis pekerjaan responden yang dominan adalah pegawai
kepuasan pasien berdasarkan pendapatan per bulan dari uji Chi Square
didapatkan, tidak terdapat perbedaan signifikan (p> 0,05) antara penghasilan per
tinggi akan merasa tidak puas dengan orang yang berpenghasilan rendah karena
orang yang berpenghasilan tinggi lebih banyak kebutuhan pelayanan kesehatan
yang harus terpenuhi. Hal ini juga tidak sependapat dengan penelitian Lidya
Pusparia (2010) yang menyatakan ada perbedaan signifikan antara jenis kelamin
dengan tingkat kepuasan. Hal ini juga bertolak belakang dengan penelitian
rumah sakit perlu mengetahui kualitas pelayanan yang telah diberikan dan sampai
seberapa jauh mempengaruhi kepuasan pasiennya. Hal ini penting sebagai acuan
diberikan bisa mencapai tingkat kepuasan yang optimal, seiring dengan visi
sejahtera tahun 2015 dan misi rumah sakit mewujudkan pelayanan prima,
seluruh karyawan.
metode ideal referent. Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja layanan
kesehatan yang diterima sesuai atau melebihi dari harapan dan sebaliknya ketidak
puasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan
banyak dari pada wanita dengan tingkat kepuasan wanita lebih rendah dari pria.
Hal ini disebabkan karena pada umumnya pasien pria berpendidikan tinggi dan
apoteker dan ingin mendapatkan layanan kefarmasian yang lebih baik untuk
dengan kategori usia <35 tahun, sedangkan dari segi latar belakang pendidikan
SLTA) hal ini karena secara umum pendidikan pasien mayoritas berpendidikan
menengah.
Dari segi jenis pekerjaan, pasien didominasi oleh pegawai negeri hal ini
memahami tugas dan fungsi dari profesi apoteker dalam layanan kefarmasian di
pegawai swasta, buruh, tani, nelayanan atau pun mahasiswa. Selanjutnya dilihat
dari segi penghasilan pasien per bulan yang terbanyak masuk kategori pasien
Dari gambar 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab
adanya skala prioritas rumah sakit yang lebih mengutamakan untuk pembangunan
ruang rawat inap pasien. Kondisi apotek yang ada sekarang sangat terbatas karena
penanda suatu apotek, yang ada pada ruang depan hanya seorang apoteker dengan
resep yang akan diberikan ke pasiennya dan sebuah komputer di sudut ruangan.
Bangunan dan tata ruang apotek lebih mirip dengan poliklinik rawat jalan
lainnya sehingga ada beberapa pasien yang tidak tahu keberadaan apotek saat
pertama kali berkunjung ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Penyebab lain kurang
daya manusia di apotek dalam mengatasi jalur antrian yang tidak beraturan dan
ruangan khusus untuk apoteker memberikan konsultasi pada pasien dalam rangka
jalan (apotek) maupun rawat inap. Disamping itu juga pada Instalasi Farmasi
Dalam mengatasi masalah diatas ada beberapa hal yang dapat dilakukan :
menyediakan dan menjual alat kesehatan dan obat-obat yang sering diperlukan
2. Dalam mengatasi masalah jalur antrian yang tidak beraturan dengan cara
sumber daya yang ada. Selanjutnya dalam mengintervensi beban kerja ini
yang dilakukan yaitu jumlah resep per hari, pada hari apa saja jumlah
4. Bangunan apotek yang menyerupai poliklinik rawat jalan lainnya dan papan
nama apotek yang tidak begitu besar dan jelas akibatnya ketika pasien baru
apotek tersebut. Untuk itu sebaiknya tanda petunjuk atau tanda pengenal
1332/Menkes/SK/X/2002, yaitu :
a. Ukuran : berukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm
b. Warna dan tulisan: tulisan hitam diatas papan putih dengan tinggi huruf
Papan nama tersebut harus memuat informasi tentang apotek seperti: nama
apotek, alamat apotek dan nomor SIA (Surat Izin Apotek), Nama APA
pasien oleh apoteker yang berguna dalam memberikan pemahaman yang benar
waktu yang disediakan apoteker untuk konseling adalah ruang konseling yang
tidak tersedia dan belum adanya komitmen apoteker di instalasi farmasi RSUD
survey yang peneliti lakukan di lapangan Apoteker selama ini belum melakukan
Kepulauan Mentawai adalah pelayanan resep, sementara resep yang dilayani rata-
rata 40 lembar per hari dengan jumlah tenaga sebanyak 8 orang yang terdiri dari 2
orang Apoteker dan 6 orang Asisten Apoteker. Hal ini sebenarnya bisa
Dalam mengatasi masalah ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan
antara lain :
1. Untuk mengatasi masalah ruang koseling yang tidak tersedia, dapat diatasi
misalnya dengan membuat sekat antar ruangan agar pasien yang ingin
(reward) berupa insentif kepada apoteker sesuai dengan jasa yang telah
Salah satu cara bisa dengan selalu meng up date informasi tentang obat
kepercayaan diri apoteker sebagai mitra dokter dan tenaga kesehatan lainnya
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
agar pasien yang ingin berkonsultasi tetap bisa terlayani dengan baik.
(reward) berupa insentif kepada apoteker sesuai dengan jasa yang telah
diberikannya.
tampak jelas.
2. Peneliti selanjutnya
Andrade, T.U, D.M, Burini, M.O, Mello, N.S, Bersacula, R.A, Saliba, F.T,
Bravin, N.S, Bissoli., 2009. Evaluation of the Satisfaction Level of
Patients Attended by a Pharmaceutical Care Program in a Private
Communitarian Pharmacy in Vitoria (ES, Brazil), Brazillian Journal of
Pharmaceutical Sciences.
Azeredo, T.B, Maria, A.U, Vena L Angela E, Monica R., 2009. User Satisfaction
with Pharmacy Services in the Brazilian National STD/AIDS Program :
Validity and Reabilit Issue, Cad Saude Publica, hal.1597 – 1609.
Danag S., 2010. Uji Khi Kuadrat dan Regresi untuk Penilitian, Edisi, I,Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Deria, Putri, Dila., 2014. Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap Layanan
Kefarmasian Instalasi Farmasi RSUD Pasaman Barat, Tesis Program
Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.
Farris, K.B, Kirking, d. 1993. Assessingthe Quality of Pharmaceutical Care :
Application of the concepts of Quality Assessment from Medical Care,
Ann Pharmacther.
Hardi, J., 2010. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Umum dan Jamkesmas
terhadap Pelayanan RSUD Kabupaten Pasaman Barat, Tesis Program
Pascasarjana Universitas Andalas Padang.
Irawan, H., 2007. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, PT. Elex Media Kompetindo,
Jakarta.
Jadgish dan Milind, 1995. Pelanggan Kunci Keberhasilan, Mitra Utama, Jakarta.
Kotler, P., 2003. Marketing Management, 11 th ed. Upper Saddle River, N.J,
Prentice Hall.
Larso L.N, Rover J.P, Mackeigan L.D., 2002. Patient Satisfaction with
Pharmaceutical Care : Update of Validated Instrument. J. Am. Pharm
Assoc.
Lument, B., 1989. Pelayanan Medis;mCitra, Konflik dan Harapan, Yogyakarta,
Kanisius.
Lwanga and Lemeshow S., 1991. Sampel Size Determination in Health Studies,
World Health organization, Geneva.
Manurung, L.P, 2010. Analisis Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan
terhadap Pelayanan Instalasi Farmasi dengan Minat Menebus Kembali
Resep Obat di Instalasi Farmasi RSUD Budhi Asih Tahun 2010, Tesis
FKM Universitas Indonesia, Jakarta.
Paul K. and Gray, C.D., 2008, SPSS 15 Mode Simple, Psychology Press, New
York.
Pertiwi, D., Khasanah, I., 2010. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap
Kepuasan Konsumen R.S. St. Elisabeth Semarang.
Pohan I., 2003. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan, Kesaint Blanct, Bekasi.
Rahmani, VF., 2009. Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan terhadap
Kualitas Pelayanan (Studi Kasus : RSU Bhakti Asih Tangerang), Skripsi
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Bogor.
Rahmulyono, A., 2008. Analisisis Pengaruh Kualitas terhadap Kepuasan Pasien
Pukesmas Depok I di Sleman, Skipsi Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.
Rober A., Abrams R., Aron D., 2002. Patiients Safety Efforts Should Focus on
Medical Errors.
Sabarguna, B.C., 2004, Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit, Edisi Kedua,
Yogyakarta.
Singarimbun, M., 1995, Metode Penelitian Survai, PT. Pustaka LP3ES Indonesia,
Jakarta.
Singgih S., 2008, Panduaan Lengkap Menguasai SPSS 16, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Siregar, J.P., dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Penerapan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Somani, S.M, Daniel, C.E, Jermstad, R.L., 1982. Patient Satisfaction with
Outpatient Pharmaceutical Services, American Journal Hospital
Pharmaceutical.
Suparto, J., 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Tjiptono F. dan Gregorius C., 2007. Ervice, Quality and Satisfaction, Andi Offset,
Yogyakarta.
Tjiptono, F., 1996. Manajemen Jasa, edisi Kedua, Andi Offset, Yogyakarta.
Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Undang- Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Utama, S., 2005. Memahami Fenomena Kepuasan Pasien Rumah Sakit, jurna
Manajemen Pelayanan Kesehatan, Jakarta.
Zoran S., Bogdan V, Zorica N., Ljubica S., 2010. Assessment of Patient
Satisfaction with Pharmaceutical Community Services in R. Macedonia,
Macedonia Pharmacetical bulletin.
KUESIONER
Saatinipenelitisedangmelakukansurveikepuasanpasienrawatjalanterhadaplayanank
efarmasian di InstalasiFarmasiRumahSakitUmum Daerah (RSUD)
KabupatenKepulauan Mentawai. PartisipasiAndasangat kami
harapkandalammengisikuesionerini. Masukandaninformasi di InstalasiFararmasi
yang Andaberikanakansangatbergunabagipeningkatankualitaslayanankefarmasian
di Instalasifarmasi RSUD KabupatenKepulauan Mentawai.Kami harapinformasi
yang
andaberikanadalahsesuaidengankeyakinanAnda.Bilaterdapatkesulitanmenjawab,
dapatbertanyalangsungkepadapeneliti.
TerimakasihatasbantuandankesediaanAndameluangkanwaktuuntukmengisikuesio
nerini.
PembimbingI :
Mahasiswi
MaizelFitri,S.Farm.Apt
Hp.085274134777
Sebelummengisipertanyaandibawahini,
apakahAndamengetahuisiapaituApotekersertatugasdanfungsinyadalampelayananf
armasi di RumahSakit?
Ya (Lanjutkandenganmengisipertanyaanberikut)
Tidak (Tidakperlumelanjutkankepertanyaanselanjutnya)
1. Jeniskelamin
priawanita
2 Usia …… tahun
Pertanyaan-
pertanyaanberikutmemintaAndauntukmenunjukkantingkatkepuasanAndadenganla
yanankefarmasian di InstalasiFarmasiRumahSakitUmum Daerah
KabupatenKepulauan Mentawai. GunakanlahSkalaberikutini:
1. = TidakPuas
2. = KurangPuas
3. = CukupPuas
4. = Puas
5. = SangatPuas
2.1 PenampilanApotiksesuaidenganfungsinya 1 2 3 4 5
2.2 Kesediaanapotekeruntukmenjawab 1 2 3 4 5
pertanyaananda
2.4 Kemampuanapotekerdalammenjelaskan 1 2 3 4 5
masalah yang mungkinterjadidenganobat
Anda
2.5 Kecepatandalammelayaniresepanda. 1 2 3 4 5
2.6 Kemampuanpetugasapotekdalam 1 2 3 4 5
memberikanpelayanan.
2.9 PelayananApotikrawatjalankeseluruhan. 1 2 3 4 5
2.10 ApotekermenjawabpertanyaanAndadengan 1 2 3 4 5
baik.
2.11 KeramahandankesopananpetugasApotek 1 2 3 4 5
dalammenjalankantugasnya.
2.13 Apotekermenjelaskancarapenyimpanan 1 2 3 4 5
obat yang benar.
2.14 KeterlibatanApotekerdalammemecahkan 1 2 3 4 5
masalah yang terkaitdenganobatanda.
2.15 InformasiyangdiberikanApotekertentang 1 2 3 4 5
berapa kali danberapa lama obattersebut
harusdiminum.
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.899 .896 20
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted
Lampiran 5
Karakteristik/ Demografi Pasien
Subjek penelitian ini adalah pasien rawat jalan yang menerima pelayanan farmasi
di Instaslasi Farmasi RSUD Mentawai
jk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
us
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pdd
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pp
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
CROSSTABS
/TABLES=jk BY kpuasan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet3] D:\maizel maizel\1.sav
Cases
jk * kpuasan Crosstabulation
kpuasan
jk pria Count 23 36 59
wanita Count 25 33 58
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,79.
Crosstabs
[DataSet3] D:\maizel maizel\1.sav
Cases
us * kpuasan Crosstabulation
kpuasan
us muda Count 21 35 56
pertengahan Count 20 27 47
tua Count 7 7 14
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 5,74.
Crosstabs
Cases
kpuasan
pdd sd Count 8 14 22
smp_sma Count 26 38 64
akademi_pt Count 14 17 31
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 9,03.
Crosstabs
[DataSet3] D:\maizel maizel\1.sav
Cases
kpuasan
pk pns,tni,polri Count 19 16 35
wiraswasta Count 3 13 16
irt Count 6 15 21
tani Count 3 2 5
mahasiswa Count 3 4 7
buruh Count 3 6 9
nelayan Count 2 4 6
Chi-Square Tests
a. 7 cells (43,8%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 2,05.
Crosstabs
[DataSet3] D:\maizel maizel\1.sav
Cases
pp * kpuasan Crosstabulation
kpuasan
pp 0 Count 8 16 24
rendah Count 3 14 17
menengah Count 23 25 48
tinggi Count 14 14 28
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 6,97.