Anda di halaman 1dari 60

SKRIPSI

HUBUNGAN KARSINOMA NASOFARING DENGAN


KEJADIAN DEPRESI PADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN

Oleh :

FAUZI AHMAD HASIBUAN


NIM : 130100070

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HUBUNGAN KARSINOMA NASOFARING DENGAN
KEJADIAN DEPRESI PADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :
FAUZI AHMAD HASIBUAN
NIM : 130100070

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

ABSTRAK

Latar belakang: Karsinoma nasofaring adalah salah satu keganasan yang paling
sering ditemukan pada kepala dan leher. Hampir 60% keganasan kepala dan leher
merupakan karsinoma nasofaring. Pasien yang menderita kanker akan mengalami
perubahan status emosi. Depresi adalah bagian dari perubahan status emosi atau
gangguan mood ataupun gangguan suasana hati yang ditandai dengan tidak
mampunya mengendalikan diri dan perasaan pengalaman subjektif akan adanya
penderitaan yang berat. Depresi pada pasien kanker merupakan akumulasi dari
berbagai aspek, terkait penyakit yaitu, derajat stadium, prognosis yang buruk, dan
rasa sakit.
Tujuan penelitian: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan karsinoma
nasofaring dengan kejadian depresi pada pasien rawat inap di RSUP Haji Adam
Malik Medan.
Metodologi: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan design
cross sectional, dilakukan pada 27 responden pada awal bulan Oktober 2016 –
akhir bulan Oktober 2016. Alat ukur depresi menggunakan Beck Depression
Inventory (BDI). Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner.
Hasil: Hasil dari 27 responden tidak terdapat hubungan kanker nasofaring dengan
kejadian depresi di RSUP Haji Adam Malik medan pada bulan Oktober tahun
2016, didapatkan P Value 0,069 (>0.05).
Kesimpulan: Bahwa kanker nasofaring tidak memiliki hubungan dengan kejadian
depresi di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Kata kunci: Depresi, Kanker Nasofaring

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

ABSTRACT

Background: Nasopharyngeal cancer is one of the most common malignancies in


head and neck. 60% of malignancies in head and neck patients is nasopharyngeal
cancer. Patient with cancer can have an impact on change of emotion. Depression
is part of a change in emotional status or mood disorder or even a mental
disorder characterized by inability to control themselves and their sense of
subjective experience of a severe suffering. Depression in patient cancer is
accumulate from any aspects, disease, stadium, bad prognosis, and pain.
Objective: The aim of this study is to know relation of nasopharyngeal cancer
with depression at RSUP Haji Adam Malik Medan.
Methodology: This study is observational analytic with cross-sectional design of
the study, was conducted in 27 respondents, in early October 2016 until end of
October 2016.Beck Depression Inventory (BDI) were used in the evaluation of
depression. Data was collected by conducting questionnaires.
Result: The result of 27 respondents, there is no relationship between breast
cancer and depression at RSUP Haji Adam Malik Medan in October 2016, with P
value 0.069 (>0.05).
Conclusion: Nasopharyngeal cancer have no relationship with depression in
RSUP Haji Adam Malik Medan.

Keywords: Depression, Nasopharyngeal Cancer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
“Hubungan Karsinoma Nasofaring Dengan Kejadian Depresi Pada Pasien Rawat
Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”, sebagai tahahapan
akhir penelitian dalam rencana akhir pembelajaran program studi S-1 Kedokteran
di Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih penulis ucapkan kepada orang tua penulis, Ibunda Mahdalena
Pane dan Ayahanda Ahmad Zubeir Hasibuan, serta adik dan seluruh keluarga atas
dukungannya baik berupa dukungan moril, materil dan kasih sayang sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi sebagai suatu syarat kelulusan dan merain
gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked).
Selain itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
tinggi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan serta
bimbingan, terutama ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat kepada
penulis, antara lain:

1. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K) selaku dekan Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara
2. Dr Siti Hajar Haryuna selaku dosen pembimbing akademik.
3. Dr.dr Farhat selaku dosen pembimbing 1 penyusunan Skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu dan tenaga, serta memberikan arahan,
dukungan moral, dan kemudahan dalam proses bimbingan penyusunan
Skripsi ini.
4. dr. Dewi Indah Sari selaku dosen pembimbing II penyusunan Skripsi yang
telah banyak meluangkan waktu dan tenaga, serta memberikan arahan,
dukungan moral, dan kemudahan dalam proses bimbingan penyusunan
Skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

5. Zaidar S Sabrina selaku teman kelompok penelitian penulis yang telah


sama-sama berjuang dan saling memberikan semangat dalam penyusnan
Skripsi ini.
6. Fannia Rizki Amalia yang telah membantu dan memberikan berbagai
semangat serta motivasi selama penyusunan Skripsi ini.
7. David J R P, Fanny Fadhillah, Rahmadiansyah, , Rizka Annisa H, Ruri
Putri Utami, selaku teman-teman seperjuangan dan selalu memberikan
motivasi dan semangat.
Akhirnya penulis mengharapkan masukan dan saran demi perbaikan dan
penyempurnaan penelitian ini dan juga untuk menambah ilmu pengetahuan
penulis untuk masa yang akan datang.

Medan, 20 Desember, 2016


Penulis

(Fauzi Ahmad Hasibuan)


130100070

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
ABSTRACT ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
1.5. Hipotesis Penelitian................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5


2.1. Anatomi Nasofaring ............................................................... 5
2.2. Karsinoma Nasofaring ........................................................... 6
2.2.1. Definisi Karsinoma Nasofaring.................................. 6
2.2.2. Manifestasi Klinis ...................................................... 6
2.2.3. Pemeriksaan Penunjang ............................................. 7
2.2.4. Klasifikasi Stadium .................................................... 7
2.2.5. Penatalaksanaan ......................................................... 9
2.3. Depresi ................................................................................... 9
2.3.1. Definisi Depresi ......................................................... 9
2.3.2. Epidemiologi .............................................................. 9
2.3.3. Faktor Resiko ............................................................. 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii

2.3,4. Gejala Klinis............................................................... 11


2.3.5. Klasifikasi .................................................................. 11
2.3.6. Diagnosa ..................................................................... 11
2.4. Hubungan Antara Kanker Nasofaring dan Depresi ............... 13

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP


PENELITIAN ................................................................................ 15
3.1. Kerangka Teori....................................................................... 15
3.2. Kerangka Konsep ................................................................... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................. 17


4.1. Jenis Penelitian ....................................................................... 17
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 17
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 17
4.4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 18
4.5. Cara Kerja .............................................................................. 18
4.6. Alur Penelitian ....................................................................... 19
4.7. Jadwal Penelitian.................................................................... 20
4.8. Rincian Biaya ......................................................................... 21
4.9. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ........................... 21
4.10 Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 25


5.1. Hasil Dan Pembahasan ........................................................... 25
5.2. Analisis Univariat................................................................... 26
5.3. Analisis Bivariat ..................................................................... 26
5.4. Pembahasan ............................................................................ 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 33


6.1. Kesimpulan ............................................................................ 33
6.2. Saran....................................................................................... 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


viii

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 35

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Tumor Primer 7


2.2. Klasifikasi Kelenjar Getah Bening 8
2.3. Klasifikasi Metastasis 8
2.4. Pengelompokan Stadium 8
2.5 Penilaian Kuesioner BDI 12
2.6 Penggolongan Tingkat Depresi 13
2.7 Respon Normal Dalam Menghadapi Kanker 13
4.1 Rencana waktu dan tahap penelitian 20
4.2 Rincian biaya kegiatan 21
Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat 25
5.1
tinggal, tingkat pendidikan terakhir, dan status perkawinan
Distribusi Frekuensi Depresi Pada Kanker Nasofaring 26
5.2
Menggunakan BDI
5.3 Umur Responden dengan Kejadian Depresi 26
5.4 Sebaran jenis kelamin pasien dengan kejadian depresi 27
5.5 Sebaran tempat tinggal dengan kejadian depresi 27
5.6 Sebaran tingkat pendidikan terakhir dengan kejadian depresi 28
5.7 Sebaran status perkawinan dengan kejadian depresi 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Nasofaring 5


Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian 15
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian 16
Gambar 4.1. Alur Penelitian 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xi

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Keterangan
AJCC American Joint Committee on Cancer
BDI Beck Depression Inventory
DNA Deoxyribonucleic Acid
EBV Epstein-Barr Virus
KGB Kelenjar Getah Bening
KNF Karsinoma Nasofaring
MRI Magnetic Resonance Imaging
RSUPHAM Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
TNM Tumor Node Metastasized
UICC Union Internationale Contre le Cancer
WHO World Health Organisation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Subyek Penelitian


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Subyek Penelitian
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 5 Izin Penelitian
Lampiran 6 Kartu Pengambilan Data
Lampiran 7 Ethical Clereance
Lampiran 8 Data Responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kanker telah menewaskan sebanyak 7.6 juta jiwa atau sekitar 13% dari
seluruh kejadian kematian yang terjadi di seluruh dunia dan World Health
Organisation (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 prevalensi kematian akibat
kanker akan lebih dari 13.1 juta kasus.1 Secara nasional prevalensi penyakit
kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4% atau
diperkirakan sekitar 347.792 orang.2
Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan utama baik di dunia maupun
di Indonesia. Insidens kanker meningkat dari 12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi
14,1 kasus 2012. Sedangkan kematian dikarenakan oleh kanker meningkat dari
7,6 juta pada tahun 2008 menjadi 8,2 tahun 2012. Kanker menjadi penyebab
kematian kedua di dunia, yaitu 13% setelah penyakit kardiovaskular. 1
Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor epitel yang terdapat pada kepala
dan leher dengan manifestasi yang unik dan memiliki faktor – faktor etiologi
termasuk faktor makanan, virus, dan genetik. Walaupun begitu tidak ditemukan
adanya hubungan yang jelas antara KNF dengan konsumsi rokok dan alkohol di
daerah endemik.3 Karsinoma nasofaring atau yang disebut juga dengan ‘tumor
Kanton’ (Canton tumor), merupakan neoplasma epitel skuamuosa dengan insiden
tersering pada traktus aerodigestif bagian atas, dan memiliki angka mortalitas
yang cukup tinggi. Secara global kira – kira 65.000 kasus baru dan 38.000
kematian per tahun.4
Kejadian KNF yang paling tinggi adalah pada ras Mongoloid di Asia dan Cina
Selatan, dengan jumlah 100 kali dibanding jumlah KNF pada ras Kaukasia.5 Karsinoma
nasofaring merupakan penyakit endemik di Asia Tenggara, Cina Selatan, dan Afrika
Utara. Menurut perhitungan WHO, 80% kejadian karsinoma nasofaring paling banyak
terjadi di Cina dan relatif sering ditemukan di negara Asia Tenggara.6

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Di Indonesia, karsinoma nasofaring adalah salah satu keganasan yang paling


sering ditemukan pada kepala dan leher. Hampir 60% keganasan kepala dan leher
merupakan karsinoma nasofaring. Karsinoma nasofaring berada pada urutan
keempat dalam urutan kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker mulut rahim,
payudara, dan kulit.5
Individu yang menderita kanker mengalami perubahan status emosi. Banyak
aspek yang mempengaruhi kejadian ini antara lain rasa takut akan kematian,
pergeseran paham atas gambaran diri atau harga diri, berubahnya fungsi dan status
sosial serta perubahan status ekonomi. Perubahan status emosi atau mental yang
paling banyak terjadi pada penderita kanker adalah cemas dan depresi.7,8
Depresi adalah bagian dari perubahan status emosi atau gangguan mood
ataupun suasana hati yang ditandai dengan tidak mampunya mengendalikan diri
dan perasaan pengalaman subjektif akan adanya penderitaan yang berat. Gejala –
gejala yang paling sering ditemukan pada pasien yang mengalami depresi adalah
kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, kehilangan
nafsu makan, dan muncul pikiran mengenai kematian atau ide bunuh diri.9
Depresi pada pasien kanker merupakan akumulasi dari berbagai aspek, terkait
penyakit yaitu lama penyakit, derajat stadium, prognosis yang buruk, dan rasa
sakit. Terkait pasien yaitu ketakutan akan adanya rasa sakit, kematian, kehilangan
kontrol dan kemandirian, serta merasa tidak berdaya. Terkait penanganan yaitu
efek samping terapi, lamanya waktu penanganan, perawatan berulang, dan
mahalnya biaya. Terkait tim medis kurangnya komunikasi dan informasi.10
Penyakit kanker nasofaring, pengobatannya, dan efek samping pengobatan
memiliki pengaruh yang jelas terhadap status mental pasien, pasien juga
melaporkan keluhan fisik dan fungsional seperti depresi.4
Berdasarkan hal-hal berikut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan karsinoma nasofaring dengan kejadian depresi
pada pasien rawat inap di RSUPHAM Medan”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat hubungan antara kanker nasofaring dengan depresi?

1.3. Tujuan penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
Karsinoma Nasofaring dengan Kejadian Depresi pada pasien rawat inap di RSUP
Haji Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proporsi kelompok usia penderita kanker nasofaring yang
dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
2. Mengetahui proporsi jenis kelamin penderita kanker nasofaring yang dirawat
inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
3. Mengetahui proporsi geografis penderita kanker nasofaring yang dirawat inap
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
4. Mengetahui proporsi tingkat pendidikan penderita kanker nasofaring yang
dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
5. Mengetahui proporsi status perkawinan penderita kanker nasofaring yang
dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
6. Untuk mengetahui perbedaan gambaran tingkat depresi pada pasien kanker
nasofaring yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik
Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi klinisi
a. Meningkatkan kesadaran klinisi akan depresi yang terjadi pada pasien
kanker nasofaring agar dapat dibantu secara farmakologi maupun
psikoterapi dalam meningkatkan kualitas hidup pasien.
b. Usaha dalam membantu klinisi terhadap perencanaan perawatan gejala
depresi yang terdapat pada pasien kanker nasofaring.
c. Sebagai bahan klinisi untuk memberikan edukasi kepada keluarga pasien
yang menderita kanker nasofaring.
2. Bagi masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan hubungan kanker nasofaring dengan
tingkat depresi.
3. Bagi institusi
Dapat dijadikan informasi untuk merencanakan program tatalaksana yang
mengikutsertakan depresi sebagai salah satu komplikasi dan sebagai acuan
untuk penyuluhan pencegahan depresi.
4. Bagi pemerintah
Dapat dijadikan informasi untuk merencanakan program yang memandang
depresi sebagai salah satu komplikasi dari kanker nasofaring dan membuat
tindakan prevensi terhadap depresi pada pasien kanker nasofaring.
5. Bagi peneliti
Memberikan gambaran nyata tentang depresi yang dialami pasien kanker
nasofaring

1.5. Hipotesis Penelitian


1. Terdapat hubungan antara kanker nasofaring dengan depresi.
2. Terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, lokasi geografis, tingkat
pendidikan, dan status perkawinan,dengan derajat depresi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Nasofaring


Nasofaring merupakan celah sempit yang terdapat di belakang rongga hidung.
Bagian superior dan posterior dibentuk oleh basis sphenoid, basis occiput dan ruas
pertama axis. Bagian anterior berhubungan dengan koana dari rongga hidung.
Tube eustachian berada pada dinding samping dan pada bagian depan dan
belakang terdapat ruangan berbentuk koma atau yang disebut dengan torus
tubarius. Bagian atas dan samping dari tours tubarius merupakan reses dari
nasofaring yang disebut dengan fossa rosemuller. Orofaring berhubungan
langsung dengan nasofaring pada bagian soft palatum.11,12

Gambar 2.1. Anatomi nasofaring12

5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6

2.2. Karsinoma Nasofaring


2.2.1. Definisi Karsinoma Nasofaring
Karsinoma nasofaring adalah tumor atau keganasan yang bermanifestasi pada
daerah nasofaring yaitu pada daerah atas tenggorokan dan belakang hidung.
Karsinoma ini paling banyak terjadi oleh karena keganasan sel tipe skuamosa. 13
Karsinoma nasofaring merupakan bentuk keganasan yang berasal dari sel
epitel yang melapisi permukaan nasofaring, Kanker nasofaring adalah keganasan
kepala dan leher yang mempunyai karakteristik yang khas baik secara histologi,
epidemiologi dan biologi.14

2.2.2. Manifestasi Klinis


Pada stadium dini karsinoma nasofaring sangat sulit dikenali. Penderita
biasanya datang pada stadium lanjut saat sudah muncul benjolan pada leher,
terjadi gangguan saraf, atau metastasis jauh. Gejala yang muncul dapat berupa
hidung tersumbat, epistaksis yang ringan, telinga berdengung, telinga terasa
penuh, nyeri telinga, diplopia dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V, VI), dan
muncul benjolan pada leher.13
Gejala kanker nasofaring sangat tergantung dengan lokasi anatomi dari
tumor primer maupun metastasisnya. Gejala yang paling sering muncul dapat
dibagi menjadi empat kategori, 1) Gejala telinga: Gangguan pendengaran, otore,
otalgia dan tinnitus. Gejala ini dikarenakan adanya gangguan fungsi tuba
eustachius oleh karena tumor yang menutupi muara tuba atau perluasan tumor ke
lateroposterior sehingga menggangu kerja otot untuk membuka tuba. Jenis
gangguan pendengaran yang sering timbul adalah gangguan konduktif. 2) Gejala
hidung: adanya rasa tersumbat pada hidung yang progresif, epistaksis, dan post
nasal drip yang bercampur darah. 3) Gejala Neurologi/ saraf: gejala ini
diakibatkan dengan ada nya keterlibatan saraf-saraf kranial. Apabila tumor meluas
ke arah superior akan mengganggu saraf III sampai VI, dan apabila perluasan ke
lateral dapat melibatkan saraf kranial IX sampai XII. Saraf kranial yang paling
sering terlibat adalah III, V, VI, dan XII. 4). Benjolan yang tidak nyeri di leher.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Lebih dari 50% pasien dengan kanker nasofaring memiliki keluhan utama adanya
benjolan di leher. 13

2.2.3. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis karsinoma nasofaring dapat diambil dari kecurigaan klinis,
pemeriksaan yang teliti, pemeriksaan endoskopi dan biopsi, CT scan dan MRI.
Titer antibodi terhadap Epstein-Barr virus (EBV) dan deteksi adanya DNA EBV
dalam darah pasien. 13
Pemeriksaan radiologik berupa CT scan atau MRI nasofaring berguna untuk
melihat tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitar dan kelenjar getang
bening. Pengambilan spesimen biopsi dari nasofaring dapat diakukan. 13

2.2.4. Klasifikasi Stadium


Klasifikasi TNM (AJCC/UICC 2002).13

Tabel 2.1. Klasifikasi Tumor Primer13

Tumor primer (T)


Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor terbatas pada nasofaring
Tumor meluas ke jaringan lunak nasofaring dan/atau nasal fossa
T2 T2a Tanpa perluasan ke parafaringeal
T2b Dengan perpanjangan ke parafaringeal
T3 Tumor masuk e struktur tulang dan atau sinus paranasal/orofaring
Tumor dengan perluasan intrakranial dan atau keterlibatan saraf
T4
cranial intfratemporal fossa, hipofaring atau orbita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Tabel 2.2. Klasifikasi Kelenjar Getah Bening13


KGB regional (N)
NX KGB regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak terdapat metastasis ke KGB regional
Metastasis bilateral di KGB, 6cm atau kurang di atas fosa
N1
supraklavikula
Metastasis bilateral di KGB, 6cm atau kurang dalam dimensi
N2
terbesar di atas fossa supraklavikula
Metastasis di KGB, ukuran >6cm
N3 N3a Ukuran >6cm
N3b Perluasan ke fossa supraklavikula

Tabel 2.3. Klasifikasi Metastasis13


Metastasis Jauh (M)
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis ke KGB regional
Metastasis bilateral di KGB, 6cm atau kurang di atas fosa
M1
supraklavikula

Tabel 2.4. Pengelompokan Stadium13


Pengelompokan Stadium
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1 T1 N0 M0
Stadium IIA T2a N0 M0
T1 N1 M0
T2a N1 M0
Stadium IIB
T2b N0 M0
T2b N1 M0
M0
T1 N2
M0
T2a N2
M0
Stadium III T3 N0
M0
T3 N1
M0
T3 N2
T4 N0 M0
Stadium IV A T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IV B Semua T N3 M0
Stadium IVC Semua T Semua N M0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

2.2.5. Penatalaksanaan
Menurut panduan nasional penanganan kanker nasofaring terapi dapat
mencakup radiasi, kemoterapi, kombinasi keduanya, dan didukung dengan terapi
simptomatik sesuai dengan gejala.13
1. Radioterapi
Radioterapi merupakan modalitas utama dalam menatalaksana kanker
nasofaring yang masih dalam batas lokoregional, karena tumor ini dapat
sensitif terhadap radioterapi.
2. Kemoterapi
Kombinasi radiokemoterapi sebagai radiosensitizer terutama diberikan pada
pasien dengan T3-T4 dan N2-N3.
3. Obat-obatan simptomatik
Keluhan yang biasa timbul akibat pengobatan radiasi adalah reaksi akut pada
mukosa mulut, nyeri pada saat mengunyah dan menelan.
Keluhan ini dapat dikurangi dengan obat kumur yang mengandung antiseptik
dan adsringent. Bila ada tanda-tanda moniliasis, dapat diberikan antimikotik.

2.3. Depresi
2.3.1. Definisi depresi
Depresi merupakan suatu kumpulan gejala yang manifestasinya dapat
berbeda-beda pada setiap individu. Depresi adalah bagian dari kelompok
gangguan suasana hati yang memiliki gejala: hilangnya rasa kegembiraan,
berkurangnya stamina yang mengakibatkan mudah lelah, letih, dan menurunkan
aktivitas sehari-harinya. Depresi juga dapat memperparah penyakit dan
meningkatkan disabilitas. Depresi yang berlangsung dengan penyakit kronik akan
memperburuk kondisi kesehatan dan meningkatkan resiko kematian. 15

2.3.2. Epidemiologi
Riset kesehatan dasar 2007, terdapat 19 juta penderita gangguan jiwa di
Indonesia. Prevalensi masalah mental emosional yaitu depresi dan kecemasan ada
sebanyak 11,60% dari seluruh penduduk Indonesia atau sekitar 24.708.000 jiwa. 16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

2.3.3. Faktor Resiko


Faktor resiko terjadinya depresi, adalah:
1. Jenis Kelamin
Depresi lebih sering terjadi pada wanita. Beberapa berpendapat bahwa
wanita lebih sering pergi mencari pelayanan medis sehingga depresi lebih
sering terdiagnosis. Ada pula yang berpendapat bahwa wanita lebih sering
terpajan dengan stressor lingkungan dan abangnya terhadap stressor lebih
rendah bila disbanding pria.
2. Usia
Depresi banyak terjadi pada usia muda. Rata-rata umur antara 20-40
tahun. Faktor sosial sering menempatkan seseorang yang berusia muda
pada resiko yang tinggi.
3. Status Perkawinan
Gangguan depresi mayor lebih sering dialami oleh seseorang yang telah
bercerai atau berpisah jika dibandingkan dengan yang menikah atau
lajang.
4. Geografis
Penduduk kota lebih sering menderita depresi dibandingkan dengan
penduduk desa.
5. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang menderita gangguan depresi lebih tinggi pada
subyek penderita depresi bila dibandingkan dengan kontrol.
6. Stressor Sosial
Keadaan yang dirasakan sangat menekan seseorang sehingga seseorang
tidak dapat beradaptasi dan bertahan.
7. Dukungan Sosial
Terdiri atas empat komponen yaitu: jaringan sosial, interaksi sosial,
dukungan sosial yang didapat dengan dukungan instrumental.
8. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dianggap memiliki peran pending dalam menentukan kualitas
manusia, semakin tinggi pendidikan manusia, maka akan semakin berkualitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

2.3.4.Gejala Klinis
Menurut Maslim gejala klinis utama depresi adalah 17
1. Mood depresif
2. Kehilangan minat serta kegembiraan
3. Berkurangnya energi (rasa lelah dan hipoaktivitas)

Gejala klinis tambahan:


1. Konsentrasi dan perhatian yang berkurang
2. Perasaan bersalah dan tidak berguna
3. Pandangan masa depan yang suram
4. Pandangan untuk bunuh diri
5. Tidur terganggu
6. Berkurangnya nafsu makan

2.3.5. Klasifikasi
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Jiwa ke – III depresi dapat
dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu18
1. Ringan, jika terdapat gejala yang dirasakan sekarang – terdapat dua dari tiga
gejala tambahan yang sudah berlangsung – berlangsung minimal dua minggu
dan tidak disertai dengan adanya gejala berat. Sedikit mengganggu dalam
pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.
2. Sedang, berlangsung sekarang – minimal terdapat dua dari tiga gejala utama
ditambah tiga gejala tambahan. Terdapat gangguan yang nyata dalam
pekerjaan dan kegiataan sosial yang biasa dilakukan.
3. Berat, terdapat ketiga gejala utama depresi dan terdapat empat gejala
tambahan, beberapa diantaranya berintensitas berat.

2.3.6. Diagnosa
Beck Depression Inventory II (BDI II)
Beck Depression Inventory (BDI) adalah kumpualan pertanyaan yang
berfungsi untuk menggambarkan intensitas, berat, dan kedalaman depresi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

pasien yang didiagnosa psikiatri. Pengukuran ini terdiri dari 21 poin pertanyaan,
masing masing dengan skor setiap poin 0-3 yang mengindikasikan beratnya
gejala. Pertanyaan – pertanyaan dari BDI itu menilai mood, pesimisme, perasaan
gagal, rasa tidak puas pada diri sendiri, perasaan bersalah, penghukuman diri,
benci terhadap diri sendiri, ide bunuh diri, menangis, “irritability”, “social
withdrawal”, “body image”, kesulitan untuk bekerja, insomnia, kelelahan, nafsu
makan, penurunan berat badan. Pertanyaan butir 16 mengenai perubahan pola
tidur dan butir 18 mengenai perubahan selera makan. Pengukuran pada butir ini
terdiri dari 0, 1a, 1b, 2a, 2b, 3a, 3c.19
Secara luas, BDI telah dites untuk validitas isi, validitas terkini, dan validitas
konstruksi. BDI mempunyai validitas isi karena BDI telah disusun dari sebuah
konsesus diantara klinisi tentang simptom depresi yang ditunjukkan oleh pasien
psikiatri. Validitas terkininya adalah sebuah ukuran seberapa jauh tes tersebut
dapat sesuai dengan stándar yang telah ada sebelumnya; sekitar 35 studi telah
menunjukkan validitas terkini antara BDI dan alat ukur depresi lainnya seperti
Hamilton Depresión Scale dan Minnesota Multiphasic Personality Inventory-D.
Berdasarkan faktor biologis, sikap dan perilaku, tes untuk validitas konstruksi
(derajat sejauh mana tes mengukur konstruksi internal atau variabel) telah
menunjukkan bahwa BDI berkaitan dengan simptom depresi, anxietas, stress,
kesepian, pola tidur, alkoholisme, bunuh diri, dan penyesuaian diri. BDI juga
secara luas telah dites untuk reliabilitas. Berdasarkan beberapa penelitian, BDI
ádalah alat ukur yang telah valid dan reliable.20 Adapun penggolongan tingkat
depresi pada tabel 2.6.19
Masing-masing gejala memiliki tingkat intensitas sebagai berikut :

Tabel 2.5. Penilaian Kuesioner BDI18


Penilaian BDI
A 0 Tidak ada gejala
B 1 Gejala Ringan
C 2 Gejala Sedang
D 3 Gejala Berat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Tabel 2.6. Penggolongan Tingkat Depresi19


Penggolongan tingkat depresi
Skor 0 -13 Depresi Minimal
Skor 14 – 19 Depresi Ringan
Skor 20 – 28 Depresi Sedang
Skor 29 – 63 Gejala Berat

2.4 Hubungan antara kanker nasofaring dan depresi


Ketika seseorang didiagnosa menderita kanker, makan akan terjadi reaksi
emosional. Tahapan reaksi emosional dapat dilihat pada table 2.7. 21
Tabel 2.7. Respon normal dalam menghadapi kanker
Fase Gejala Interval waktu
Fase I Ketidakpercayaan, < 1 minggu
Respon awal penolakan, keputusasaan

Fase II Anxietas, depresi, anoreksia, 1 – 2 minggu


Disforia insomnia, konsentrasi
berkurang, disabilitas fungsi
Fase III Mulai setuju dengan pilihan 2 minggu sampai berbulan-

Adaptasi yang tersedia. Menemukan bulan, mungkin berhasil,


alasan untuk optimis dan mungkin tidak.
beraktivitas seperti biasa

Menderita kanker merupakan hal yang berat bagi pasien. Walaupun saat ini
keberhasilan terapi kanker sudah lebih terbukti, namun pasien kerap saja
mengalami permasalahan jangka panjang, misalnya ketakutan akan kembalinya
kambuh kanker terebut (rekurensi). Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa
sekitar 1% - 54% pasien kanker akan mengalami suatu fase depresi mayor.
Menurut Widjaja sebanyak 16 – 25% pasien yang menderita kanker sekaligus
menderita depresi. Sekitar 6% dari seluruh populasi umum yang mengalami
depresi, sedangkan pada penderita kanker didapati 15 – 25% pasien yang
mengalami depresi. Persentase ini meningkat dengan parahnya morbiditas dan
peningkatan stadium dari penyakit kankernya. Semkin tinggi stadium suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

kanker maka semakin besar pasien tersebut akan mengalami kanker. 22 Menurut
Hasil penelitian diatas menunjukan adanya hubungan antara penderita kanker
dengan depresi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

Gambar 3.1. Kerangka Toeri

15
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16

3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian


ini adalah :

Gambar 3.2. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel Dependen

: Variabel Independen

: Varabel Kendali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik
observasional dengan menggunakan metode studi cross sectional untuk melihat
adanya hubungan kanker nasofaring dengan depresi.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Tempat ini dipilih karena mempunyai pasien karsinoma nasofaring yang
dirawat inap. Penelitian ini di mulai pada awal bulan Oktober 2016 sampai dengan
akhir bulan Oktober 2016.

4.3. Populasi dan Sampel Peneltian


4.3.1. Populasi
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pasien karsinoma nasofaring
yang dirawat inap di RSUPHAM pada bulan Oktober 2016.

4.3.2. Besar Sampel


Pada penelitian ini perkiraan besar sampel dapat dihitung dengan
menggunakan rumus simple random sampling:
Z21-α/2 p (1-p) (1,96)2 . 0.5 . (1-0.5)
n= =
d2 (0.2)2
= 24.01
n : besar sampel minimum
Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
p : harga proporsi di populasi
d : kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18

4.3.3. Kriteria Inklusi


1. Pasien rawat inap yang telah didiagnosis menderita kanker nasofaring.
2. Bersedia menjadi sampel penelitian dan dapat memahami dan menjawab
pertanyaan sesuai daftar wawancara yang digunakan.

4.3.4. Kriteria Eksklusi


1. Penderita dengan keadaan tertentu tidak dapat dilakukan komunikasi secara
langsung.
2. Penderita yang pernah menderita depresi dan gangguan jiwa lainnya
sebelumnya.

4.4. Teknik Pengumpulan Data


Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu dengan
melakukan wawancara pada pasien karsinoma nasofaring di RSUPHAM. Data
yang diteliti adalah hasil dari wawancara dengan menggunakan Beck Depression
Inventory (BDI) pada semua penderita karsinoma nasofaring yang memenuhi
kriteria inklusi.

4.5. Cara Kerja


1. Meminta kesediaan seluruh populasi untuk dijadikan sampel penelitian dan
dijelaskan tujuan serta manfaat penelitian yang akan dilaksanakan.
2. Menentukan sampel penelitian dan disesuaikan dengan kritria inklusi yang
sudah ditetapkan.
3. Pencatatan data – data dari semua pasien kanker nasifaring yang telah
dipilih.
4. Penentuan derajat depresi pada pasien kanker nasofaring dengan
menggunakan Beck Depression Inventory.
5. Selanjutnya dilakukan analisis data yang telah dikumpulkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

4.6. Alur Penelitian

Pasien Kanker
Nasofaring

Kriteria Kriteria
Inklusi Eksklusi

Pemeriksaan
BDI

Hasil/Data

Analisa Data

Hasil

Gambar 4.1. Alur Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

4.7. Jadwal Penelitian


Penelitian ini diawali dari tahap persiapan hingga seminar proposal yang
dimulai pada Maret sampai Juni. Selanjutnya tahap pengambilan data penelitian
melalui wawancara yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai
November 2016.

Tabel 4.1 Rencana waktu dan tahap penelitian

Bulan ke
No Kegiatan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan √
Bimbingan dan
2 pembuatan √ √ √ √
proposal
3 Seminar Proposal √
4 Revisi Proposal √
5 Penelitian √ √
Bimbingan,
pengolahan data
6 √ √ √
dan penyusunan
hasil penelitian
Presentasi hasil
7 √
peneltiain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

4.8. Rincian Biaya


Perencanaan biaya yang diperlukan untuk kegiatan penelitian adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.2 Rincian biaya kegiatan


No Keterangan Biaya
1 Pembuatan proposal Rp 200.000,00
2 Materi untuk literature Rp 300.000,00
3 Biaya survey penelitian di lokasi Rp 75.000,00
4 Transportasi Rp 100.000,00
5 Biaya penggandaan kuesioner Rp 50.000,00
6 Biaya penggandaan lembar persetujuan Rp 50.000,00
7 Biaya izin penelitian di lokasi Rp 150.000,00
8 Total Rp 925.000,00

4.9. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif


Variabel Tingkat depresi
Definisi operasional Tingkat depresi pasien kanker nasofaring
Depresi merupakan suatu gangguan suasana perasaan
yang ditandai dengan afek depresif, penurunan energi,
kehilangan minat, kurangnya percaya diri, dsb.
Cara Ukur Wawancara
Alat ukur Kuesioner BDI (beck depression inventory)
Hasil ukur Skor depresi :
0–9 : Depresi Ringan
10 – 16 : Depresi Sedang
17 – 29 : Depresi Berat
30 – 63 : Depresi Sangat Berat
Skala ukur Ordinal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Variabel Pasien kanker nasofaring


Definisi operasional Pasien kanker nasofaring adalah pasien yang menderita
kanker nasofaring dengang semua stadium dan dirawat
inap.
Cara Ukur Observasi
Alat ukur Rekam medis
Hasil ukur Pasien positif menderita kanker nasofaring
Skala ukur Nominal

Variabel Usia pasien


Definisi operasional Usia pasien pada saat dilakukan penelitian.
Cara Ukur Wawancara
Alat ukur Lembar kuesioner
Hasil ukur Usia pasien dengan kategori :
0 – 20 tahun
21 – 40 tahun
41 – 60 tahun
>61 tahun
Skala ukur Ordinal

Variabel Jenis Kelamin


Definisi operasional Perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologis.
Cara Ukur Wawancara
Alat ukur Lembar kuesioner
Hasil ukur Jenis Kelamin :
Laki – laki
Perempuan
Skala ukur Nominal

Variabel Geografis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Definisi operasional Lokasi tempat tinggal pasien


Cara Ukur Wawancara
Alat ukur Lembar kuesioner
Hasil ukur Geografis dengan kategori :
Pedesaan
Perkotaan
Skala ukur Nominal

Variabel Tingkat pendidikan


Definisi operasional Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan formal
terkahir yang diikuti oleh pasien
Cara Ukur Wawancara
Alat ukur Lembar kuesioner
Hasil ukur Tingkat pendidikan pasien yaitu SD, SMP, SMA, PT.
Skala ukur Ordinal

Variabel Status perkawinan pasien


Definisi operasional Status perkawinan pasien pada saat dilakukan penelitian.
Cara Ukur Wawancara
Alat ukur Lembar kuesioner
Hasil ukur Status perkawinan dengan kategori :
Belum menikah
Menikah
Cerai
Skala ukur Nominal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

4.10. Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh kemudian diolah dengan analisis Spearman dan atau
analisis statistik lainnya. Analisis faktor resiko dilakukan dengan uji asosiasi OR,
dengan asumsi, penelitiannya cross sectional, tetapi faktor resiko (selain kanker
nasofaringnya sendiri) terjadi lebih awal dari depresinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Karakteristik Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilakukan di Ruang rawat inap Rindu A 3
bagian Telinga Hidung Tenggorokan RSUP Haji Adam Malik Medan dari tanggal
19 September 2016 sampai dengan 19 Oktober 2016. Jumlah sampel pada
penelitian ini berjumlah 27 responden yang memenuhi kriteria inklusi.
Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
tingkat pendidikan terakhir, dan status perkawinan dapat dilihat pada tabel 5.1
dibawah ini.

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
tingkat pendidikan terakhir dan status perkawinan.
Karakteristik N=27 Persentase (%)
Umur (tahun)
0 – 20 Tahun 1 3.7
21 – 40 Tahun 10 37
41 – 60 Tahun 15 55.6
>61 Tahun 1 3.7
Jenis Kelamin
Laki – Laki 19 70.4
Perempuan 8 29.6
Tempat Tinggal
Medan 18 66.7
Luar Medan 9 33.3
Tingkat Pendidikan Terakhir
SD 3 11.1
SMP 5 18.5
SMA 16 59.3
Perguruan Tinggi 3 11.1
Status Perkawinan
Menikah 21 77.8
Tidak Menikah 6 22.2

25
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas dari 27 responden, karakteristik berdasarkan


umur cenderung menderita kanker nasofaring pada kelompok 41-40 tahun
sebanyak 15 orang (55.6%). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mendominasi
sebanyak 19 orang (70.4%). Responden yang bertempat tinggal di Kota Medan
yang menderita kanker nasofaring sebanyak 18 orang (66.7%). Tingkat
pendidikan terakhir yang paling banyak menderita kanker nasofaring adalah SMA
dengan jumlah orang sebanyak 16 orang (59.3%). Sedangkan responden yang
telah menikah sebanyak 21 orang (77.8%). Berdasarkan stadium yang paling
banyak adalah stadium IV sebanyak 16 orang (55.2%).

5.2. Analisis Univariat


Distribusi frekuensi pada kanker nasofaring di RSUP Haji Adam Malik
Medan dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Depresi Pada Kanker Nasofaring Menggunakan BDI
Tingkat Depresi Frekuensi (n) Persentase (%)
Depresi Minimal 6 22.2
Depresi Ringan 6 22.2
Depresi Sedang 6 22.2
Depresi Berat 9 33.3
Total 27 100

Berdasarkan Tabel 5.2 di atas menunjukkan tingkat depresi paling banyak dialami
penderita kanker nasofaring adalah depresi berat berjumlah 9 orang (33.3%).

5.3 Analisi Bivariat


Tabel 5.3 Sebaran Umur Responden dengan Kejadian Depresi
Umur Tingkat Depresi P
Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
<20 Tahun 0 0% 0 0% 1 3.7% 0 0%
21-40 Tahun 3 11.1% 2 7.4% 2 7.4% 3 11.1%
0.069
41-60 Tahun 3 11.1% 4 14.8% 2 7.4% 6 22.2%
>60 Tahun 0 0% 0 0% 1 3.7% 0 0%
Total 6 22.2% 6 22.2% 6 22.2% 9 33.3%
Pearson Correlation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Dari tabel 5.3 diatas dapat diamati bahwa tingkat depresi yang paling banyak
terjadi pada penderita kanker nasofaring adalah kelompok umur 41-60 tahun
(55.6%). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna di tingkat depresi pada pasien
kanker nasofaring berdasarkan usia.

Tabel 5.4 Sebaran jenis kelamin pasien dengan kejadian depresi


Jenis
Tingkat Depresi p
Kelamin
Minimal Ringan Sedang Berat
N % n % n % n %
Pria 3 11.1% 6 22.2% 3 11.1% 7 25.9% 0.094
Wanita 3 11.1% 0 0% 3 11.1% 2 7.4%
Total 6 22.2% 6 22.2% 6 22.2% 9 33.3%
Pearson Correlation

Dari tabel 5.4 diatas dapat diamati bahwa tingkat depresi paling banyak
terjadi pada jenis kelamin Pria (70.4%). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
pada pasien kanker nasofaring berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5.5 Sebaran tempat tinggal dengan kejadian depresi


Tempat Tinggal Tingkat Depresi p
Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Medan 4 14.8% 2 7.4% 4 14.8% 8 29.6% 0.272
Luar Medan 2 7.4% 4 14.8% 2 7.4% 1 3.7%
Total 6 22.2% 6 22.2% 6 22.2% 9 33.3%
Pearson Correlation

Dari tabel 5.5 diatas dapat diamati bahwa tingkat depresi paling banyak
terjadi pada pasien yang tinggal di Kota Medan (66.7%). Tidak terdapat
perbedaan yang bermakna pada pasien kanker nasofaring berdasarkan tempat
tinggal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Tabel 5.6 Sebaran tingkat pendidikan terakhir dengan kejadian depresi


Tingkat
Tingkat Depresi p
Pendidikan
Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
SD 0 0% 1 3.7% 1 3.7% 1 11.1%
SMP 3 11.1% 1 3.7% 1 3.7% 0 0%
0.130
SMA 3 11.1% 4 14.8% 2 7.4% 7 25.9%
Perguruan Tinggi 0 0% 0 0% 2 7.4% 1 3.7%
Total 6 22.2% 6 22.2% 6 22.2% 9 33.3%
Pearson Correlation

Dari tabel 5.6 diatas dapat diamati bahwa tingkat depresi yang paling banyak
terjadi pada pasien yang tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMA (Sekolah
Menegah Atas). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada pasien kanker
nasofaring berdasarkan tingkat pendidikan terakhir.

Tabel 5.7 Sebaran status perkawinan dengan kejadian depresi


Status
Tingkat Depresi p
Perkawinan
Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Menikah 5 18.5% 6 22.2% 4 13.8% 6 22.2% 0.408
Tidak Menikah 1 3.7% 0 0% 2 7.4% 3 11.1%
Total 6 22.2% 6 22.2% 6 22.2% 9 33.3%
Pearson Correlation

Dari tabel 5.7 diatas dapat diamati bahwa tingkat kejadian depresi paling
banyak terjadi pada pasien yang telah menikah berdasarkan status perkawinan.
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada penderita kanker nasofaring
berdasarkan status perkawinan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

5.4 Pembahasan
Berdasarkan data karakteristik responden dari kategori kelompok umur
pada tabel 5.1 di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan bahwa responden
kanker nasofaring pada kelompok umur 0-20 tahun sebanyak 1 orang (3.7%),
umur 21-40 tahun sebanyak 10 orang ( 37%), umur 41-60 tahun sebanyak 15
orang (55.6%) dan umur >61 tahun 1 orang (3.7%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chang (2006) yang menunjukkan
bahwa umur rata-rata pasien didiagnosis kanker nasofaring pada umur 50-59
tahun.23Asroel pada tahun 2002 yang menyatakan bahwa kanker nasofaring
ditemukan pada usia produktif yaitu 30-60 tahun, dengan usia terbanyak adalah
40-50 tahun.24 Semakin meningkat usia, semakin besar kemungkinan terkena
kanker. Hal ini dapat terjadi untuk kanker paru-paru, payudara, usus besar, prostat
dan lambung. Kanker tersebut jarang terjadi pada orang yang berusia 30 tahun
kebawah. Faktor-faktor yang memiliki peran dalam perubahan sel manusia
menuju keganasan memerlukan puluhan tahun untuk mencetuskan kelainan
tersebut.25
Berdasarkan karakteristik responden dari kategori jenis kelamin pada tabel
5.1 didapatan bahwa laki-laki 19 (70.4%), sedangkan perempuan 8 (29.6%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Chang (2006) yang menyimpulkan bahwa
insidensi kanker nasofaring dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi pada pria
dibanding wanita.23 Penelitian yang dilakukan oleh Leung (2013) berdasarkan
jenis kelamin di RSU Kaohsiung Yuan pada pasien kanker nasofaring melaporkan
bahwa penderita kanker nasofaring laki-laki sebanyak 59 orang (82%) dan wanita
13 (18%).26
Berdasarkan data distribusi dari kategori alamat pada Tabel 5.1 didapatkan
sebanyak 18 responden (66.7%) beralamat di kota Medan, sedangkan yang
beralamat di luar kota Medan sebanyak 9 responden (33.3%). Pasien kanker
nasofaring lebih banyak terdapat di kota Medan dibandingkan luar kota Medan
dikarenakan RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit terbesar
yang mempunyai kelengkapan fasilitas dibanding dengan rumah sakit lain yang
berlokasi di kota Medan. Menurut penelitian yang dilakukan Oemaiti pada tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

2011 insidens kanker meningkat di daerah perkotaan dibanding pedesaan, hal ini
disebabkan karena penduduk perkotaan mendapatkan paparan informasi tentang
kanker yang lebih banyak dibandingkan penduduk pedesaan. Dengan demikian
motivsai untuk berobat pada pasien kanker daerah perkotaan tinggi, sehingga
memberikan prevalensi yang tinggi. Hasil ini memberi gambaran bahwa akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan
dengan pedesaan sehingga masyarakat perkotaan lebih tahu apakah mereka
terkena kanker.27
Berdasarkan karakteristik responden dari kategori tingkat pendidikan terakhir
didapati SD sebanyak 3 responden (11.1%) , SMP sebanyak 5 responden (18.5%),
SMA sebanyak 16 responden 56.3%), Perguruan Tinggi sebanyak 3 responden
(11.1%).Pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian kanker,
maka dapat dikatakan penderita kanker yang berpendidikan rendah memiliki
kecenderungan status sosial ekonomi yang rendah yang mana akan berpengaruh
terhadap pemeliharaan kesehatan. Tingkat pendidikan yang rendah cenderung
terjadi keterlambatan dalam upaya diagnosis dini ke pelayanan kesehatan akibat
kurangnya paparan informasi.28 Informasi melalui media cetak dan elektronik
hanya dapat menjangkau masyarakat yang sosial ekonominya bagus. 29
Berdasarkan hasil karakteristik pada tabel 5.1 didapati sebanyak 21
responden (77.8%) berstatus menikah, sedangkan 9 penderita (33.3%) berstatus
belum menikah.
Namun hasil dari uji yang dilakukan oleh peneliti adalah tidak terdapat
hubungan karakteristik demografi dengan tingkat depresi pada pasien kanker
nasofaring yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharmilah pada tahun 2013 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna dari karakteristik
demografi dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara di RSMS
Purwekerto. 30
Berdasarkan distribusi frekuensi depresi pada kanker nasofaring dengan
menggunakan alat ukur BDI pada Tabel 5.2 didapatkan bahwa responden yang
mengalami depresi minimal sebanyak 6 responden (22.2%), responden yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

mengalami depresi ringan sebanyak 6 responden (22.2%), responden yang


mengalami depresi sedang sebanyak 6 responden (22.2%), sedangkan responden
yang mengalami depresi berat sebanyak 9 responden (33.3%). Pasien yang
didiagnosis kanker akan mengalami reaksi penolakan saat pertama mengetahui
diagnosisnya. Keadaan tersebut sangat sulit bagi pasien untuk dapat menerima
dirinya sebagai seorang yang sakit. Pasien yang mengalami depresi menyadari
bahwa dirinya tidak hidup sesuai dengan idealnya sehingga menyebabkan
perasaan tidak berdaya dan putus asa. Depresi bisa terjadi akibat pengobatan
kanker yang sangat membebani pasien dibanding penyakitnya itu sendiri, seperti
operasi dan kemoterapi. Pengobatan tersebut dapat mengakibatkan perasaan nyeri
setelah operasi dan kerusakan tubuh yang berpotensi menyebabkan hilangnya
fungsi tubuh yang tidak dapat diperbaki.6 Respon terhadap pengobatan kanker
sangat berhubungan dengan kejadian depresi. Hal ini dikarenakan efek samping
kemoterapi yaitu alopesia, mual, muntah dan hot flushes. Alopesia merupakan
efek samping yang paling umum ditakuti dan memberikan efek traumatis bagi
pasien.31
Ginting et al menyatakan dari penelitian yang telah dilakukan bahwa pasien
penyakit kronis di Indonesia memiliki religiusitas yang cukup kuat sehingga dapat
mengurangi emosi-emosi negatif seperti kecemasan, kemarahan dan depresi.
Religiusitas dapat berkontribusi dalam meredam emosi-emosi negatif. Orang yang
religius memperlakukan tubuhnya sebagai sesuatu yang patut diharigai. Dengan
religiusitas yang tinggi lebih menghargai makna hidup dan dapat memaknai
dukungan sosial.32. Menurut peneliti hal ini merupakan alasan mengapa pasien
kanker nasofaring yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tidak
memiliki hubungan yang bermakna terhadap kejadian depresi.
Hasil uji statisktik menunjukkan bahwa seluruh variable tidak memiliki
hubungan yang bermakna. Hal ini disebabkan distribusi subyek penelitian yang
tidak tersebar secara merata dan didominasi oleh kelompok tertentu. Selain itu,
jumlah subyek penelitian yang digunakan juga dapat mempengaruhi hasil
penelitian dikarenakan jumlahnya yang minimum. Peningkatan jumlah subyek
penelitian diperlukan untuk meningkatkan ketepatan hasil penelitian karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

sebagian besar penelitian dengan hasil tidak bermakna secara statistic dikarenakan
33
jumlah subyek penelitian yang sedikit. Selain itu pada penelitian ini terdapat
beberapa hal yang tidak dilihat oleh peneliti seperti stadium, riwayat pengobatan,
jenis pengobatan, lama pengobatan, dukungan keluarga, sosial ekonomi. Menurut
beberapa penelitian stadium, riwayat pengobatan, jenis pengobatan, lama
pengobatan, dukungan keluarga, sosial ekonomi dapat mempengaruhi seorang
penderita kanker terkena depresi.10,16,17,28,29.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Tidak tererdapat hubungan antara kanker nasofaring dengan kejadian depresi
dari segala karakteristik di RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. Sebagian besar responden kanker nasofaring di RSUP Haji Adam Malik
Medan mengalami depresi minimal sebesar 22.2%, depresi ringan sebesar
22.2%, diikuti dengan dpresi sedang 22.2%, sedangkan depresi berat sebesar
33.3%.
3. Responden kanker nasofaring pada kelompok umur 0-20 tahun sebanyak 1
orang (3.7%), umur 21-40 tahun sebanyak 10 orang ( 37%), umur 41-60
tahun sebanyak 15 orang (55.6%) dan umur >61 tahun 1 orang (3.7%).
4. Responden dalam kategori jenis kelamin didapatan bahwa laki-laki 19
(70.4%), sedangkan perempuan 8 (29.6%).
5. Berdasarkan lokasi geografis sebanyak 18 responden (66.7%) beralamat di
kota Medan, sedangkan yang beralamat di luar kota Medan sebanyak 9
responden (33.3%).
6. Berdasarkan karakteristik responden dari kategori tingkat pendidikan terakhir
didapati SD sebanyak 3 responden (11.1%) , SMP sebanyak 5 responden
(18.5%), SMA sebanyak 16 responden 56.3%), Perguruan Tinggi sebanyak 3
responden (11.1%).
7. Berdasarkan hasil karakteristik status perkawinan didapati sebanyak 21
responden (77.8%) berstatus menikah, sedangkan 9 penderita (33.3%)
berstatus belum menikah.

33
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34

6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi instansi terkait dan tenaga kesehatan khususnya di RSUP Haji Adam
Malik Medan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan
perawatan terhadap pasien kanker nasofaring dengan tidak melupakan aspek
psikologisnya.
2. Perlu dipertimbangkan adanya kerja sama antara Departemen Telinga Hidung
Tenggorikan Kepala Leher dengan Departemen Psikiatri dalam bentuk
konsultasi psikiatri.
3. Perlu diadakan publikasi bahwa gangguan kejiwaan khususnya depresi dapat
berkaitan dengan masalah kesehatan fisik terutama dengan kejadian kanker
dan dapat dilakukan penyuluhan – penyuluhan ke daerah pedesaan mengenai
informasi kanker nasofaring.
4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor – faktor lain yang
mempengaruhi depresi pada pasien kanker nasofaring di RSUP Haji Adam
Malik Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hilangkan Mitos Kanker.


Kementrian Kesehatan Republik Indoneisa; 2014.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Stop Kanker. Data penyakit
kanker: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
3. Al-Sarraf M, Reddy M S. Nasopharyngeal Carsinoma. Current Treatment
Options on Oncology. Curr Treat Options Oncol. 2002;3(1), 21-32.
4. Kurniati D, Kuhuwael F, Punagi A Q. Quality of Life Assessment in
Nasopharyngeal Carsinoma Patients With Karnofsky Performance in Scale,
EORTC QLQ-C30 and EORTC QLQ-H & N35 in Makassar. 2012; 3.
5. Munir D. Epidemiologi. In: Buku Karsinoma Nasofaring (Kanker Tenggorok)
edisi revisi. Medan: USU Press; 2010. p. 1
6. Desen W. Tumor Kepala dan Leher., In: Willie Japaries, editor. Buku Ajar
Onkologi Klinis edisi ke 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2012. p. 263, 425
7. Videbeck S L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008.
8. Varcarolis, Elizabeth M, Halter, Margaret J. Foundations of Phychiatrics
Mental Health Nursing; A Clinical Approach 6 th edition. New York: Elsevier
inc; 2010.
9. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis Jilid satu. Dr.I.made Wiguna S, Editor. Jakarta: Bina
Rupa Aksara; 2010. p. 113 – 83.
10. Teodora BA, Ianovici N, Bancila S. Modifying Factors of Chronic Pain
Perceptions in Oncological Patients. Therapeutics, Pharmacology and Clinical
Technology. 16(2); 2012. p. 226-31.
11. Barnes L. Eveson JW. Reichart P. Sidrasky D. Pathology and Genetic Head
and Neck Tumours. Lyon: IARC Press; 2003. p. 82-97.124-5.
12. S Leu-Yi, Jhen-Chuan Lee. Carcinoma in the Pharynx:
Nasopharynx,Oropharynx and Hypopharynx. Original Article. J. Chinese
Oncol. Soc. Vol 25. 2009: 102-13.
13. Komite Nasional Penanggulangan Kanker . Panduan Nasional Penanganan
Kanker Nasofaring. Komite Nasional Penanggulangan Kanker; 2015.
14. Adham M, Andriastuti M, Irwan, Lisnawati, Ukhrowiyah Y. Diagnosis dan
Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring pada anak; 2009.
15. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Psikiatri FK Unika Atmajaya; 2007.
16. Pratama AS. Asuhan Keperawatan Pada Sdr. Y Dengan Gangguan Perilaku
Kekerasan Di Ruang Amarta Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Latar
Belakang Masalah; 2012. p. 2.

35
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36

17. Yulita SM. Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker
Payudara Yang Sedang Menjalani Kemoterapi di RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh; 2014. p. 23.
18. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya;
2001.
19. Ventegovel P, Azimi S, Jalal S, Kortmann F. Mental health care reform in
Afganistan.; 2011.
20. Beck AT, Sterr RA, Garbin MG. Psychometric properties of the Beck
Depression Inventory: Twenty-five years of evaluation. “Clinical Psychology
Review”. 1988. p. 8: 77-100.
21. Holland, Jimmie C, Friedlander, Miriam M. Oncology Psychosomatic
Medicinie Edisi 1. New York: Lippincott William dan Wilkins; 2006. p. 122
– 73.
22. Widjaja M. Hubungan Antara Kanker Payudara pada Wanita Dengan Depresi;
2010. p. 39.
23. Chang ET, Adami HO. The enigmatic epidemiology of nasopharyngeal
carcinoma. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev; 2006.
24. Ramsi L, Nasution YU. Karsinoma Nasofaring. Program & Abstrak PITIAPI.
Medan: FK USU, 2001.h.9.
25. Jong WD, Kanker, apakah itu? Pengobatan, harapan hidup, dan Dukungan
Keluarga. Jakarta: Arcan:2004, p. 217-22.
26. Leung SW, Lee TF. Treatment of Nasopharyngeal Carcinoma by
Tomotheraphy: Five-year Experience. Taiwan, 2013. p.2
27. Oemaiti R, Rahajeng E, Kristanto AY. Tumor’s Prevalence and Influence’s
Factors in Indonesia. Jakarta, 2011. h. 198.
28. Melia E, Putrayasa I, Azis A. Hubungan Antara Frekuensi Kemoterapi
Dengan Status Fungsional Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi di
RSUP Sanglah Denpasar. Denpasar, 2013. h.4.
29. Desanti OI, Sunraningsih IS. Persepsi Wanita Berisiko Kanker Payudara
Tetang Pemeriksaan Payudara Sendiri di Kota Semarang. Semarang, 2010. h.
152-161.
30. Suharmilah, Setyaningsih TRB, Wijayana KA. Faktor-faktor yang
berhubungan dengan tingkat depresi pada pasien kanker payudara yang sudah
mendapatkan terapi di rumah sakit margono soekarjo purwokerto. Purwokerto;
2013.h. 411
31. Chintamani, et al. The Correlation of Anxiety and Depression Levels with
Response to Neoadjuvant Chemotherapy in Patients With Breast Cancer.
Journal of The Royal Society of Medicine. 2011. 2: 315.
32. Ginting H, Naring G. Beruntunglah Bangsa Indonesia Karena Masih Percaya
Tuhan. Universitas Kristen Maranatha. Bandung, 2012: 12.
33. Madiyono B et all. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis. Edisi III. Editor: Sudigdo Sastroasmoro, Sofyan Ismael.
Jakarta: Sagung Seto. Hal 302, 313.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN

Selamat Pagi
Saya Fauzi Ahmad Hasibuan yang sedang menjalani pendidikan kedokteran di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya mengadakan penelitian
dengan judul ‘Hubungan Karsinoma Nasofaring Dengan Kejadian Depresi Pada
Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”. Saya
mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan daripada kanker nasofaring dengan tingkat depresi pada pasien kanker
nasofaring. Manfaat dari penelitian ini adalah memberi pengetahuan kepada
Bapak/Ibu bahwa adanya hubungan antara kanker nasofaring dengan tingkat
depresi serta membantu Institusi dalam mencanangkan pengobatan yang
mengikutsertakan depresi sebagai salah satu komplikasi daripada kanker
nasofaring.
Bapak/Ibu sekalian, berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan bahwa pasien
kanker sering mengalami gejala depresi.
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang akan saya berikan, akan saya lakukan setelah
mendapat persetujuan dari pihak Bapak/Ibu. Saya akan memberikan pertanyaan
ini dalam bentuk kuesioner terwawancara. Kuesioner terdiri dari 21 pertanyaan
yang masing-masing mendeskripsikan tentang gejala depresi yang terdapat pada
Bapak/Ibu saat ini. Selain itu saya juga akan memberikan beberapa pertanyaan
untuk mengetahui karakteristik daripada subyek penelitian saya.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela tidak akan terjadi
perubahan mutu pelayanan dari dokter bila Bapak/Ibu tidak bersedia mengikuti
penelitian ini. Bapak/Ibu tetap mendapat pelayanan kesehatan standar rutin sesuai
dengan standar prosedur pelayanan.
Pada penelitian ini, identitas Bapak/Ibu akan disamarkan. Hanya dokter, peneliti,
anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat datanya. Kerahasiaan
data Bapak/Ibu akan dijamin sepenuhnya. Bila data Bapak/Ibu dipublikasikan
kerahasiaan tetap terjaga.
Jika selama menjalankan penelitian ini akan terjadi keluhan pada Bapak/Ibu,
silahkan menghubungi saya Fauzi Ahmad Hasibuan (HP: 082273220175)
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan
waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,

Peserta Penelitian Peneliti

__________________ (Fauzi Ahmad Hasibuan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*)
Alamat :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan
bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Peserta Penelitian Medan,...............2016


Mahasiswa Peneliti

Fauzi Ahmad Hasibuan

Keterangan : *) coret yang tidak perlu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3
KUESIONER

A. A.Status Pasien dan Data Demografi


Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Tingkat Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :(Menikah/Belum Menikah/Cerai)
Suku :
B. Kuesioner Tingkat Depresi
BECK’S DEPRESSION INVENTORY (BDI)

Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu

1. Apakah saat ini anda merasa sedih?


a. Saya tidak merasa sedih.
b. Saya merasa sedih.
c. Saya sedih sepanjang waktu dan tidak dapat mengubahnya.
d. Saya begitu sedih atau tidak gembira sehingga saya sama sekali tidak suka.

2. Apakah harapan anda untuk masa depan?


a. Saya tidak berkecil hati tentang masa depan.
b. Saya merasa berkecil hati tentang masa depan.
c. Saya merasa tidak memiliki apa-apa yang diharapkan.
d. Saya merasa bahwa masa depan tidak ada harapan dan bahwa
segalanya tidak dapat membaik.

3. Apakah anda merasa gagal?


a. Saya tidak merasa gagal.
b. Saya merasa telah gagal lebih dari rata-rata orang.
c. Saat saya melihat masa lalu, semua yang dapat saya lihat adalah
banyak kegagalan.
d. Saya merasa saya adalah orang yang gagal total.

4. Apakah anda merasakan kepuasan dalam hidup ini?


a. Saya mendapatkan banyak kepuasan dari banyak hal, seperti biasanya.
b. Saya tidak menikmati hal-hal seperti biasanya.
c. Saya tidak lagi mendapat kepuasan sesungguhnya dari setiap hal.
d. Saya tidak puas dan bosan dengan segala sesuatu.

5. Apakah anda merasa bersalah terhadap sesuatu?


a. Saya tidak merasa bersalah.
b. Saya merasa bersalah dalam sebagian kecil waktu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Saya merasa agak bersalah dalam sebagian besar waktu.
d. Saya merasa bersalah sepanjang waktu.

6. Apakah kegagalan yang pernah anda alami sebagai hukuman?


a. Saya tidak merasa sedang dihukum.
b. Saya merasa mungkin dihukum.
c. Saya perkirakan saya dihukum.
d. Saya merasa saya sedang dihukum.

7. Apakah anda merasa kecewa dengan diri anda?


a. Saya tidak merasa kecewa pada diri saya.
b. Saya kecewa pada diri saya.
c. Saya jijik dengan diri saya.
d. Saya membenci diri saya.

8. Apakah anda masih mempunyai minat terhadap orang lain?


a. Saya tidak kehilangan minat pada orang lain.
b. Saya kurang berminat pada orang lain dibanding biasanya.
c. Saya kehilangan sebagian besar minat saya pada orang lain.
d. Saya kehilangan semua minat saya pada orang lain.

9. Apakah anda dapat membuat suatu keputusan?


a. Saya membuat keputusan sebaik yang saya dapat.
b. Saya menunda membuat keputusan lebih dari biasanya.
c. Saya sangat sulit membuat keputusan dibanding biasanya.
d. Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.

10. Apakah anda merasa diri anda lebih buruk dari biasanya?
a. Saya tidak merasa tampak lebih buruk dari biasanya
b. Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.
c. Saya merasa terdapat perubahan menetap pada penampilan saya yang
membuat saya terlihat tidak menarik.
d. Saya yakin bahwa saya tampak buruk.

11. Apakah anda bisa bekerja seperti biasanya?


a. Saya dapat bekerja sebaik biasanya.
b. Saya memerlukan usaha extra untuk memulai mengerjakan sesuatu.
c. Saya harus sangat memaksa diri untuk melakukan sesuatu.
d. Saya tidak dapat bekerja sama sekali.

12. Apakah anda bisa tidur dengan nyenyak?


a. Saya dapat tidur sebaik biasanya.
b. Saya lebih mudah lelap dibanding biasanya.
c. Saya bangun 1-2 jam lebih awal dari biasanya dan merasa sulit untuk
kembali tidur.
d. Saya bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya dan tidak bisa kembali tidur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13. Apakah anda mudah merasa lelah?
a. Saya tidak merasa lelah lebih dari biasanya.
b. Saya lebih mudah lelah dibanding biasanya.
c. Saya lelah setelah melakukan sebagian besar pekerjaan.
d. Saya terlalu lelah untuk melakukan apapun

14. Apakah nafsu makan anda berkurang?


a. Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari biasanya.
b. Nafsu makan saya tidak sebaik biasanya.
c. Nafsu makan saya jauh lebih buruk sekarang.
d. Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali.

15. Apakah anda selalu merasa bersalah?


a. Saya tidak merasa lebih buruk dibanding dengan orang lain.
b. Saya kritis terhadap diri saya untuk kelemahan atau kesalahan saya.
c. Saya menyalahkan diri saya untuk kesalahan saya sepanjang waktu.
d. Saya menyalahkan diri saya untuk setiap hal buruk yang terjadi.

16. Apakah anda ingin bunuh diri?


a. Saya tidak terfikir untuk bunuh diri.
b. Saya berfikir untuk bunuh diri tetapi tidak akan melakukannya.
c. Saya ingin bunuh diri.
d. Saya akan bunuh diri jika ada kesempatan.

17. Apakah saat ini merasakan gangguan pada kesehatan?


a. Saya tidak lebih khawatir tentang kesehatan dibanding biasanya.
b. Saya khawatir tentang masalah fisik seperti sakit dan nyeri atau gangguan
lambung atau kontipasi (sulit buang air besar)
c. Saya sangat khawatir tentang masalah fisik, dan sulit untuk memikirkan
banyak hal lain.
d. Saya begitu khawatir tentang masalah fisik saya sehingga saya tidak dapat
melakukan hal-hal lain.

18. Apakah anda selalu menangis?


a. Saya tidak menangis lagi dibanding biasanya.
b. Saya lebih banyak menangis sekarang dibandingkan biasanya.
c. Saya menangis sepanjang waktu sekarang.
d. Saya biasanya bisa menangis, tetapi sekarang saya tidak dapat menangis
meskipun saya ingin.

19. Apakah anda masih mempunyai minat terhadap seks?


a. Saya tidak memperhatikan adanya perubahan minat terhadap seks
belakangan ini.
b. Saya kurang tertarik terhadap seks dibanding biasanya.
c. Saya sangat kurang tertarik terhadap seks sekarang.
d. Saya benar-benar hilang minat terhadap seks.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20. Apakah saat ini anda merasa kesal?
a. Sekarang saya tidak lebih kesal dibanding biasanya.
b. Saya lebih mudah terganggu atau kesal dibanding biasanya.
c. Sekarang saya merasa kesal sepanjang waktu.
d. Saya tidak dibuat kesal sama sekali oleh hal-hal yang biasanya membuat
saya kesal.

21. Apakah anda merasa berat badan anda menurun?


a. Jika ada penurunan berat badan, saya tidak banyak mengalaminya
belakangan ini.
b. Berat badan saya berkurang lebih dari 2,5 kg.
c. Berat badan saya berkurang lebih dari 5 kg.
d. Berat badan saya berkurang lebih dari 7,5 kg

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fauzi Ahmad Hasibuan

Tempat/tanggal lahir : Medan, 23 Oktober 1996

Agama : Islam

Alamat : Jalan Rajawali II no 189, Perumnas Mandala, Medan

Orang Tua :

 Ayah : Ahmad Zubeir Hasibuan


 Ibu : Mahdalena Pane

Riwayat Pendidikan :

1. TK Fatimuriddhha (2000-2001)
2. SD Negeri 066662 Medan (2001-2007)
3. SMP Negeri 4 Medan (2007-20010)
4. SMA Negeri 1 Medan (2010-2013)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013 – Sekarang)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota SCORA Divisi NAPZA (2014 – 2015)


2. Ketua Umum SCORA (2015 – 2016)
3. Anggota Divisi Logistik IMPM USU (2015 – 2016)
4. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat IMPM USU (2015-2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampian 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai