MAKALAH
SISTEM RESPIRASI 1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
CA NASOFARING
Dosen pembimbing : Suratmi, S.Kep. Ns. M.kep
Disusun Oleh : Kelompok 1 (2A)
1. Andri Wijaya (1402011392)
2. Dewi Nur Fitriana (1402011400)
3. Lukvian Lingga Anggara (1402011412)
4. Novita Sari (1402011419)
5. Oktaria Firman Naf’ah (1402011424)
6. Vicky Charchev Yusa S (1402011437)
7. Ninda Junita (1402011881P)
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas luasnya
limpahan rahmat dan hidayah-Nya hingga akhirnya makalah “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Ca Nasofaring” ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Shalawat dan salam tidak
lupa kami panjatkan atas junjungan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
para sahabatnya serta ummatnya yang senantiasa iltizam diatas kebenaran hingga akhir
zaman.
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas
mata kuliah “SISTEM RESPIRASI I”. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan
penulisan makalah ini penuh keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu,
saran yang konstruktif merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan banyak bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, kami menyampaikan penghargaan atas apresiasi yang telah disumbangkan
kepada penulis serta ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dosen pembimbing Ibu “Suratmi, S.Kep. Ns. M.kep” .
2. Serta teman-teman yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat pahala yang berlipat ganda disisi
Allah SWT.Akhirnya penulis berharap semoga jurnal penelitian ini dapat bermanfaat.
Allahumma Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Pengertian karsinoma nasofaring............................................................ .3
2.2 Etiologi dari karsinoma nasofaring......................................................... 3
2.3 Anatomi dari fisiologi nasofaring........................................................... 6
2.3 Tanda dan gejala karsinoma nasofaring.................................................. 8
2.5 Patofisiologi karsinoma nasofaring......................................................... 9
2.6 Pencegahan karsinoma nasofaring.......................................................... 11
2.7 Pathway pada karsinoma nasofaring....................................................... 12
2.8 Pemeriksaan penunjangan pada karsinoma nasofaring........................... 13
2.9 Penatalaksanaan karsinoma nasofaring................................................... 15
2.10 Proknosis pada karsinoma nasofaring................................................... 17
2.11 Komplikasi karsinoma nasofaring......................................................... 17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA NASOFARING
3.1 Pengkajian............................................................................................... 19
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................... 26
3.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................... 26
3.4 Implememntasi Keperawatan.................................................................. 32
3.5 Evaluasi................................................................................................... 34
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................. 35
4.2 Saran....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai
diantara tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring temasuk dalam lima
besar tumor ganas, dengan frekuensi tertinggi (bersama tumor ganas serviks uteri, tumor
payudara, tumor getah bening dan tumor kulit), sedangkan di daerah kepala dan leher
menduduki tempat pertama (KNF mendapat persentase hampir 60% dari tumor di daerah
kepala dan leher, diikuti tumor ganas hidung dan sinus paranasal 18%, laring 16%, dan tumor
ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah).
Santoso (1988) mendapatkan jumlah 716 (8,46%) penderita KNF berdasarkan data
patologi yang diperoleh di Laboratorium Patologi anatomi FK Unair Surabaya (1973-1976)
diantara 8463 kasus keganasan diseluruh tubuh. Di bagiam THT Semarang mendapatkan 127
kasus KNF dari tahun 2000-2002. Survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada
tahun 1980 secara “pathology based” mendapatkan angka pravalensi karsinoma nasofaring
4,7 per 100.000 penduduk atau diperkirakan 7000-8000 kasus per tahun diseluruh Indonesia.
Penanggulangan karsinoma nasofaring sampai saat ini masih merupakan suatu masalah,
hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta letak
nasofaring yang tersembunyi, dan tidak mudah diperiksa oleh mereka yang bukan ahli
sehingga diagnosis sering terlambat, dengan ditemukannya metastasis pada leher sebagai
gejala pertama. Dengan makin terlambatnya diagnosis maka prognosis (angka bertahan hidup
5 tahun) semakin buruk.
Dengan melihat hal tersebut, diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat
berperan dalam pencegahan, deteksi diri, terapi maupun rehabilitasi dari karsinoma
nasofaring ini. Penulis berusaha untuk menuliskan aspek-aspek yang dirasakan perlu untuk
dipahami melalui tinjauan pustaka dalam referat ini dan diharapkan dapat bermanfaat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien dengan karsinoma nasofaring ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan karsinoma nasofaring
BAB II
PEMBAHASAN
Fungsi nasofaring
Sebagai jalan udara pada respirasi
Jalan udara ke tuba eustachii
Resonator
Sebagai drainage sinus paranasal kavum timpani dan hidung
- Geografis - infeksi
- Jenis kelamin - Genetik
- Pekerjaan - Gaya Hidup
- Makanan diawetkan
Virus Eistain Barr
2.6 Patway Karsinoma Nasofaring
Metastasis sel-sel kanker getah bening melalui aliran limfe
Nyeri
Penyumbatan Muara tuba
Karsinoma Nasofaring
Pertumbuhan dan perkembangan sel-sel kanker di kelenjar getah bening
Pertumbuhan sel abnormal
Kelenjar melekat pada otot dan sulit digerakkan
Penekanan pada tuba eustacius
Benjolan massa pada leher bagian samping
Menembus kelenjar dan mengenai otak dibawahnya
Obstruksi jalan nafas
Hidung tersumbat dan adanya sekret
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Mengiritasi sel nasofaring
Hambatan komunikasi verbal
Gangguan Pendengaran
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencapai diagnosis dini harus melaksanakan hal berikut (Lucente, 2011) :
1. Tindakan kewaspadaan, perhatikan keluhan utama pasien.
Pasien dengan epiktasis aspirasi balik, hidung tersumbat menetap, tuli unilateral,
limfadenopati leher tak nyeri, sefalgia, rudapaksa saraf kranial dengan kausa yang tak jelas,
dan keluhan lain harus diperiksa teliti rongga nasofaringya dengan nasofaringoskop indirek
atau elektrik.
2. Pemeriksaan kelenjar limfe leher.
Perhatikan pemeriksaan kelenjar limfe rantai vena jugularis interna, rantai nervus aksesorius
dan arteri vena transvesalis koli apakah terdapat pembesaran.
3. Pemeriksaan saraf kranial
Terhadap saraf kranial tidak hanya memerlukan pemeriksaan cermat sesuai prosedur rutin
satu persatu , tapi pada kecurigaan paralisis otot mata, kelompok otot kunyah dan lidah
kadang perlu diperiksa berulang kali, barulah ditemukan hasil yang positif
4. Pemeriksaan serologi virus EB
Dewasa ini, parameter rutin yang diperiksa untuk penapisan kanker nasofaring adalah VCA-
IgA, EA-IgA, EBV-DNAseAb. Hasil positif pada kanker nasofaring berkaitan dengan kadar
dan perubahan antibodi tersebut. Bagi yang termasuk salah satu kondisi berikut ini dapat
dianggap memilki resiko tinggi kanker nasofaring :
i. Titer antibodi VCA-IgA >= 1:80
ii. Dari pemeriksaan VCA-IgA, EA-IgA dan EBV-DNAseAb, dua diantara tiga indikator
tersebut positif.
iii. Dua dari tiha dari indikator pemeriksaan diatas, salah satu menunjukkan titer yang tinggi
b. Kemoterapi
Kemoterapi meliputi kemoterapi neodjuvan, kemoterapi adjuvan dan kemoradioterapi
konkomitan. Formula kemoterapi yang sering dipakai adalah : PF ( DDP + 5FU ),
kaboplatin+5FU, paklitaksel +DDP, paklitasel +DDP +5FU dan DDP gemsitabin , dll (Wei
& Sham, 2005).
DDP : 80-100 mg/m2 IV drip hari pertama ( mulai sehari sebelum kemoterapi , lakukan
hidrasi 3 hari )
5FU : 800-1000 mg/m2/d IV drip , hari ke 1-5 lakukan infus kontinyu intravena.
Ulangi setiap 21 hari atau:
Karboplatin : 300mg/m2 atau AUC = 6 IV drip, hari pertama.
5FU : 800-1000/m2/d IV drip , hari ke 1-5 infus intravena kontinyu.
Ulangi setiap 21 hari.
c. Terapi Biologis
Dewasa ini masih dalam taraf penelitian laboraturium dan uji klinis.
d. Terapi Herbal TCM
Dikombinasi dengan radioterapi dan kemoterapi, mengurangi reaksi radiokemoterapi ,
fuzhengguben ( menunjang, memantapkan ketahanan tubuh) , kasus stadium lanjut tertentu
yang tidak dapat diradioterapi atau kemoterapi masih dapat dipertimbangkan hanya diterapi
sindromnya dengan TCM. Efek herba TCM dalam membasmi langsung sel kanker dewasa ini
masih dalam penelitian lebih lanjut.
e. Terapi Rehabiltatif
Pasien kanker secara faal dan psikis menderita gangguan fungsi dengan derajat bervariasi.
Oleh karena itu diupayakan secara maksimal meningkatkan dan memperbaiki kualitas
hidupnya.
f. Rehabilitas Psikis
Pasien kanker nasofaring harus diberi pengertian bahwa pwnyakitnya berpeluang untuk
disembuhkan, uapayakan agar pasien secepatnya pulih dari situasi emosi depresi.
g. Rehabilitas Fisik
Setelah menjalani radioterapi, kemoterpi dan terapi lain, pasien biasanya merasakan kekuatan
fisiknya menurun, mudah letih, daya ingat menurun. Harus memperhatikan suplementasi
nutrisi , berolahraga fisik ringan terutama yang statis, agar tubuh dan ketahanan meningkat
secara bertahap.
h. Pembedahan
Dalam kondisi ini dapat dipertimbangkan tindakan operasi :
1. Rasidif lokal nasofaring pasca radioterapi , lesi relatif terlokalisasi.
2. 3 bulan pasca radioterapi kurtif terdapat rasidif lesi primer nasofaring
3. Pasca radioterapi kuratif terdapat residif atau rekurensi kelenjar limfe leher.
4. Kanker nasofaring dengan diferensiasi agak tinggi seperti karsinoma skuamosa grade I, II,
adenokarsinoma.
5. Komplikasi radiasi.
(Zulkarnain Haq, 2011)
2. Retropariden sindrom
Tumor tumbuh ke depan kearah rongga hidung kemudian dapat menginfiltrasi ke sekitarnya.
Tumor ke samping dan belakang menuju ke arah daerah retropharing dimana ada kelenjar
getah bening. Tumor ini menekan saraf N. IX, N. X, N. XI, N. XII dengan manifestasi gejala.
N. IX : kesulitan menelan karena hemiparesis otot konstriktor superior serta gangguan pada
sepertiga belakang lidah.
N. X : hiper/hipoanestesi mukosa palatum mole, faring dan laring, disertai gangguan
respirasi dan saliva.
N. XI : kelumpuhan/atrofi oto trapezius, otot SCM serta hemiparese palatum mole.
N. XII : hemiparalisis dan atrofi sebelah lidah.
Sindrom horner : kelumpuhan N, simpaticus servicalis, berupa penyempitan disura
palpebralis, Onoftalmus dan miosis.
Sel-sel kanker dapat mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai organ
tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati, dan paru. Hal ini
merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk. Dalam penelitian lain ditemukan bahwa
karsinoma nasofaring dapat mengadakan metastase jauh, ke paru-paru dan tulang, masing-
masing 20% sedangkan ke hati 10%, ginjal 0,4%, dan tiroid 0,4%.
BAB III
Asuhan Keperawatan Karsinoma Nasofaring
3.1 Pengkajian
A. Identitas
1. biodata klien
a. Nama : tidak mempengaruhi
b. Tempat tanggal lahir : tidak mempengaruhi
c. Umur : meningkat setelah umur 30 tahun, puncaknya pada umur 40-59 tahun dan menurun
setelahnya
d. Jenis Kelamin : Lebih dominan Laki-laki daripada perempuan
e. Suku Bangsa : lebih dominan ras cina
f. Status Perkawinan : tidak mempengaruhi
g. Pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan
penyakit ini maka akan mengabaikan bahayanya penyakit ini
h. Pekerjaan : bagi orang yang tempat kerjaannya sering kontak dengan zat karsinogen dan
penghasilan kurang sehingga kebutuhan sosial ekonomi rendah maka akan menyebabkan dan
memperparah penyakit ini
i. Status Ekonomi : Lebih banyak dimiliki status ekonomi menegah ke bawah yang sering
mengkonsumsi ikan asin
j. Alamat : mungkin dipengaruhi lingkungan dan kebiasaan hidup di rumah yang kurang sehat
k. Tanggal Masuk : tidak mempengaruhi
l. No. Register : tidak mempengaruhi
2. Penanggung Jawab
a. Nama :
b. Alamat :
c. Umur :
d. Jenis Kelamin :
e. Pendidikan :
f. Tempat/Tanggal Lahir :
g. Hubungan dengan
klien :
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama (keluahan yang pertama kali dirasakan dan diucapkan klien) Leher terasa
nyeri, semakin lama semakin membesar, susah menelan, hidung terasa tersumbat, telinga
seperti tidak bisa mendengar, penglihatan berkunang-kunang, badan merasa lemas, serta BB
turun drastis dalam waktu singkat.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (Tanyakan keluhan yang dirasakan sekarang)
P : Nyeri karena gangguan pada nasofaring
Q : Nyeri tak terbayangkan dan tak dapat diungkapkan, terlihat membesar pada bagian leher
dan terasa banyak gangguan pada hidung, telinga, dan mata, nyeri dirasakan setiap waktu
R : Keluhan dirasakan pada bagian dalam hidung, telinga, mulut dan menyebar
S : Keluhan yang dirasa mengganggu aktivitas, skala nyeri 10
T : Nyeri hilang timbul dan lebih sering saat bernafas dan menelan, keluhan muncul secara
bertahap
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu (Tanyakan apakah klien pernah menderita penyakit yang
mempermudah terjadinya ca nasofaring)
Mempunyai profil HLA, pernah menderita radang kronis nasofaring
4. Riwayat Kesehatan Keluarga (Tanyakan apakah ada kluarga yang menderita penyakit yang
menyebabkan ca nasofaring)
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan (Tanyakan tentang lingkungan klien)
Terbiasa terhadap lingkungan karsinogen
D. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan atau keadaan umum
Secara keseluruhan keadaan tidak baik, BB menurun
2. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien tidak begitu terkontrol, mata : 2, Respon Verbal : 5, Respon motor : 4, indra
penciuman terganggu, ketajaman terganggu, berjalan sempoyongan, tidak bisa seimbang
3. Tanda-Tanda Vital
1. Suhu Tubuh : 37,5oC
2. Tekanan Darah : 140/90 mmHg
3. Nadi : 94 x/menit
4. RR : 24 x/menit
4. Pemeriksaan Head to Toe
a. Pemeriksaan Kepala
1. Tulang tengkorak : Inspeksi (bentuk mesocepal, ukuran kranium, bulat sempurna, tidak ada
deformitas, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kepala) Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
2. Kulit kepala : Inspeksi (kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada skuama, tidak ada
kemerahan, tidak ada nevus)
3. Wajah : Inspeksi (ekspresi wajah bingung, keadaan simetris, tidak ada edema, dan tidak ada
massa) Palpasi : (tidak ada kelainan sinus)
4. Rambut : Inspeksi (rambut kotor, ada ketombe, ada uban) Palpasi (rambut rontok)
5. Mata : Inspeksi (bulat besar, bersih tidak cowong, simestris, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, pupil isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya positif, gerakan mata tidak normal,
fungsi penglihatan tidak terlalu baik) Palpasi (bola mata normal, tidak ada nyeri tekan)
6. Hidung : Inspeksi (keadaan kotor, ada lendir, ada polip, ada pernafasan cuping hidung,
ada deviasi septum, mukosa lembab, kesulitan bernafas, warna cokelat, tidak ada benda
asing) Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
7. Telinga : Inpeksi (Simetris, bersih, fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada
serumen, tidak terdapat kelainan bentuk) Palpasi (normal tidak ada lipatan, ada nyeri)
8. Mulut : Inspeksi (kotor, tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, lidah simetris, lidah
kotor, gigi kotor, ada sisa makanan, berbau, gigi atas dan bawah tanggal 3/2, sebagian
goyang, faring ada pembekakan, tonsil ukuran tidak normal, uvula tidak simetris) Palpasi
(tidak ada lesi)
9. Leher dan Tenggorok : Inspeksi dan Palpasi (Tidak ada pembesaran jvp, ada
pembesaran limfe, leher panas)
b. Pemeriksaan Dada dan Thorak
1. Paru-paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada tidak normal, tidak ada batuk, nafas dada, frekuensi
nafas 24 x/menit.
Palpasi : Suara fremitus kanan-kiri, tidak ada nyeri tekan, .
Perkusi : Sonor pada saluran lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tidak ada weezing.
2. Jantung :
Inspeksi : Normal (Iktus kordis tidak tampak).
Palpasi : Normal (Iktus kordis teraba pada V±2cm)
Perkusi : Normal (Pekak)
Auskultasi : Normal (BJ I-II Murni, tidak ada gallop, tidak ada murmur)
c. Pemeriksaan Payudara
Inspeksi : Bersih, tidak ada pembekakan, bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut datar, tidak ada bekas post operasi, warna cokelat, permukaan normal
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit normal, Hepar tidak teraba, limpa tidak
teraba, Ginjal tidak teraba, tidak ada ascites, tidak ada nyeri pada Titik Mc. Burney
Perkusi : Timpani, tidak ada cairan atau udara
e. Pemeriksaan Anus dan Genitalia
1. Anus
Inspeksi : Warna cokelat, tidak ada bengkak atau inflamasi
Palpasi : Feses keras, tidak ada darah, tidak ada pus, tidak ada darah
2. Genitalia
Wanita
Inspeksi : Warna merah muda, tidak berbau, tidak ada lesi, nodul, pus, daerah bersih, bentuk
simetris, tidak varices
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, Fungsi Reproduksi baik, tidak terpasang DC
Laki-Laki
Inspeksi : Ada rambut pubis, kulit penis normal, lubang penis ditengah, kulit skrotum halus,
tidak ada pembekakan, posisi testis norma
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada batang penis dan skrotum
f. Pemeriksaan Ekstremitas
1. Ekstremitas Atas :
Inspeksi : Jari tangan lengkap, kuku bersih, bentuk simetris, tidak ada sianosis di lengan
kanan atas, tidak ada edema.
Palpasi : Denyut nadi 94 x/menit, kuku normal, kekuatan menggenggam normal
2. Ektremitas Bawah :
Inspeksi : bentuk simetris, warna kulit cokelat, kuku bersih, ada bulu, tidak ada lesi, tidak ada
edema, tidak ada sianosis, persendian normal.
Palpasi : Nadi 94 x/menit, tidak ada nyeri tekan
3. Tulang Belakang :
Inspeksi : Postul normal, vertebra normal, lengkungan normal
Palpasi : Otot bekerja baik
g. Pemeriksaan Kulit
Inspeksi : Kulit bersih, Kulit pucat, kulit kering, tidak ada lesi
Palpasi : Tekstur tidak normal pada bagian leher, ada turgor
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Labolatorium
o Hb : 11,9 g/dl
o Leukosit : 3000 sel/mm3
o Trombosit : 556000/mm3
o Ht : 35,4%
o Eritrosit : 4,55 x 106/mm3
o LED : 10
Pemeriksaan Diagnostik
kopi : Melihat Liang telinga, membran timpani
2. Nasofaringoskopi : Ada massa di hidung atau nasofaring
3. Rinoskopi anterior : Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung mungkin hanya
banyak sekret. Sedangkan pada tumor eksofilik tampak tumor di bagian belakang rongga
hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif.
4. Rinoskopi posterior : Pada tumor endofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak
lebih menonjol, tak rata, dan puskularisasi meningkat. Sedangkan pada tumor eksofilik
tampak masa kemerahan.
5. Biopsi multiple
6. Radiologi : Thorak PA, Foto tengkorak, CT Scan, Bone Scantigraphy (bila dicurigai
metastase tulang)
7. Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untuk mengetahui perluasan tumor kejaringan sekitar yang
menyebabkan penekanan atau infiltrasi kesaraf otak, manifestasi tergantung dari saraf yang
dikenai
3.6 Evaluasi
Hari/Tgl/Ja
No. Dx Evaluasi TTD
m
Senin, 1. S : pasien mengatakan nyeri pada leher
P : Nyeri karena gangguan pada nasofaring
Q : Nyeri seperti ditekan-tekan, terlihat membesar
pada bagian leher
R : Nyeri pada hidung, telinga, mulut dan
menyebar
1/06/2015
S : Skala nyeri 5
T : Mulai 3 bulan yang lalu, nyeri hilang timbul
dan lebih sering saat bernafas dan menelan
O : terlihat menahan nyeri
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan (1, 2, 3, 4, 5, 6)
S: Klien mengatakan masih merasakan gangguan
pernafaan
O: Klien terlihat tidak merasa nyaman, RR:
2.
20x/menit, S: 37,50C
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
S : pasien mengatakan kondisinya sedikit kuat
O : pasien kuat berdiri
3.
A : masalah sebagian teratasi
P : intervensi dilanjutkan
S : Klien mengatakan masih sedikit gatal
O : Klien merasa kurang nyaman
4.
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S : klien mengatakan susah bergaul/berkomunikasi
dengan orang lain
O : Klien tidak dapat melakukan komunikasi
5.
verbal dengan baik
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S : Klien mengatakan leher masih besar
O : Klien masih menahan diri
6..
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh pada ephitalial pelapis
ruangan dibelakang hidung (nasofaring) dan belakang langit-langit rongga mulut dengan
predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Kanker ini lebih sering ditemukan pada
pria dibanding wanita dengan rasio 2-3-1 dan apa sebabnya belum dapat diungkapkan dengan
pasti, mungkin ada hubugannya dengan faktor genetic, kebebasan hidup, pekerjaan dan lain-
lain. Karsinoma nasofaring menimbulkan sindrom penyumbatan tuba dengan tuli konduktif
sebagai keluhan. Perluasan infiltratif karsinoma nasofaring berikutnya membangkitkan
perdarahan dan penyumbatan jalan lintasan napas melalui hidung. Setelah itu, pada tahap
berikutnya dapat timbul gangguan menelan dan kelumpuhan otot mata luar (paralisis okular).
Untuk mencapai diagnosis harus melaksanakan Pemerksaan fisik maupun Pemeriksaan
Diagnostik diantaranya CT Scan, MRI, dll. Pada Karsinoma nasofaring biasanya dilakukan
pengobatan Radioterapi maupun Kemoterapi.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang Karsinoma
Nasofaring yang sangat berbahaya. Lalu dapat mendeteksi awal terhadap gejala karsinoma
nasofaring karena seringkali penderita karsinoma nasofaring terdeteksi pada stadium lanjut.
Dan bagi pembaca yang berprofesi sebagai perawat atau tenaga medis lainnya agar lebih
memahami tentang Karsinoma Nasofaring sehingga dapat lebih memahami kebutuhan klien,
memberi motivasi, memberi pengetahuan, dan memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
NINDA JUNITA
Aku seorang mahasiswa keperawatan yang saat ini sedang menekuni profesi
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2016 (1)
o ▼ Mei (1)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA NASOFARING
Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.