OLEH KELOMPOK 7 :
TA. 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Telah disetujui untuk dilakukan seminar kasus di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
pada hari
Mengetahui,
NIP. 03049
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmatnya dan karunianya. Penulis dapat menyelesaikan makalah seminar kasus
dengan tepat waktu. Penulisan makalah seminar kasus ini dibuat sebagai salah satu
tugas dari Prodi Profesi di Stikes Hang Tuah Surabaya. Makalah seminar kasus ini
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis CVA non
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Laksamana TNI dr. Ahmad Samsul Hadi selaku Kepala Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya
4. Ibu Ceria Nurhayati, S.Kep Ns.M.Kep selaku pembimbing institusi yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk memberi arahan dan bimbingan dalam
ii
Penulis menyadari tentang segala keterbatasan kemampuan dan pemanfaatan
literatur, sehingga makalah seminar kasus ini dibuat dengan sederhana dan isinya jauh dari
sempurna. Semoga seluruh budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
balasan dari Allah Yang Maha Pemurah. Akhirnya penulis berharap bahwa makalah seminar
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................2
1.3 Manfaat................................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI........................................................................................5
2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitus..........................................................................5
2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus....................................................................................6
2.1.2 Etiologi Diabetes Mellitus....................................................................................7
2.1.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus...............................................................................8
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus............................................................................8
2.1.5 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus...................................................................9
2.1.6 Komplikasi Diabetes Mellitus..............................................................................9
2.1.7 Pemeriksan Diagnostik Diabetes Mellitus...........................................................9
2.1.8 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus....................................................................10
2.2 Konsep Dasar Stroke..........................................................................................11
Web of Caution (WOC)............................................................................................12
2.2.1 Definisi CVA.....................................................................................................13
2.2.2 Etiologi CVA.....................................................................................................14
2.2.3 Manifestasi Klinis..............................................................................................15
2.2.4 Patofisiologi.......................................................................................................16
2.2.5 Komplikasi.........................................................................................................17
2.2.6 Penatalaksanaan.................................................................................................18
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................20
2.3 Konsep dasar asuhan keperawatan.....................................................................24
BAB 3 Tinjauan Kasus..............................................................................................38
iv
v
v
BAB 1
PENDAHULUAN
akibatkkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare 2013).
CVA non hemoragik adalah stroke yang di sebabkan karena penyumbatan pembuluh
darah di otak oleh thrombosis maupun emboli sehingga suplai glukosa dan oksigen
ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai
stroke mencapai angka 43 juta pasien di dunia. Stroke adalah penyebab kematian ke-
yang meninggal sebanyak 149.000 jiwa. Hampir setengah dari pasien CVA yang
meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus Cva tertinggi yang terdiagnosis tenaga
kesehatan terjadi pada usia >75 tahun (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-
24 tahun (0,2%). Prevalensi berdasarkan jenis kelamin yaitu lebih banyak pada laki-
tenaga kesehatan atau gejala yang menyerupai stroke, prevelensi stroke di NTT
adalah 7,1 per 1000 penduduk. Menurut kabupaten/kota prevalensi stroke berkisar
antara 2,5% - 21,4% dan kabupaten sumba barat mempunyai prevalensi lebih tinggi
1
2
gejala.
tenaga kesehatan terjadi pada usia >75 tahun (50,2%) dan terendah pada kelompok
usia 15-24 tahun (0,6%). Prevalensi berdasarkan jenis kelamin yaitu lebih banyak
Stroke atau yang dikenal juga dengan istilah gangguan peredaran darah otak,
disebut juga sebagai serangan otak (brain attack) di tandai dengan hilangnya
fungsi neurologis. Cva non hemoragik terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba-tiba terganggu (iskemik) yang disebabkan oleh oklusi atau stenosis arteri.
Perawat merupakan agen penting dalam merawat pasien penyakit stroke non
hemoragik, penanganan yang di berikan kepada pasien CVA non homeragik Yaitu
ini, penulis tertarik untuk membuat studi kasus dengan judul “Asuhan
Ramelan Surabaya”.
1.2 Tujuan
non hemoragik
1.3 Manfaat
1.3.1 Penulis
dapat menjaga dan merawat anggota keluarga yang sakit terutama Cva non
hemoragik.
dengan CVA non hemoragik yang dapat digunakan bagi praktik mahasiswa
keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
insulin atau menurunnya kerja insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh
pankreas yang berfungsi untuk menyalurkan glukosa dalam darah masuk ke dalam sel
dan jika insulin tidak ada atau kurang jumlahnya maka akan menyebabkan
peningkatan kadar glukosa dalam darah (Sari, Yamin & Santoso, 2018). Diabetes
2.1.2 Etiologi DM
1) Factor genetic, yaitu penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
5
6
2) Factor imunologi, yaitu pada diabetes tipe 1 terdapat suatu proses autoimun.
3) Factor lingkungan
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Imunologi
1) Factor endogen
tonus vaskuler
resiko lain
2.1.3 Klasifikasi DM
Diabetes Mellitus (DM) yang terjadi karena destruksi sel beta di pankreas yang
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 diakibatkan oleh resistensi insulin. Insulin dalam
jumlah yang cukup tidak dapat bekerja secara optimal sehingga dapat
terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk
c. Diabetes Gestasional
Diabetes Mellitus (DM) tipe lain disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta,
pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sondrom genetik
2.1.4 Patofisiologi DM
beberapa faktor tergantung dari tipe diabetesnya. Diabetes Melitus tipe 1 ditandai
oleh adanya defisiensi insulin secara absolut yang disebabkan karena adanya
kerusakan sel beta pankreas akibat dari gangguan auto imun. Sedangkan Diabetes
Mellitus tipe 2 disebabkan karena beberapa faktor diantaranya faktor genetik, gaya
gejala klasik Diabetes Mellitus yaitu Poli uri, Polidipsi, dan Poliphagi. Gejala Poli uri
merupakan suatu kondisi dimana seseorang akan mengalami peningkatan buang air
kencing berlebihan atau sering buang air kencing. Sedangkan Gejala polidipsi
merupakan suatu kondisi yang sering merasa haus, terkait dengan situasi seringnya
seseorang buang air kencing karena jumlah buang air kecil terjadi secara terus-
menerus dan berlebihan. Gejala ketiga adalah kondisi poliphagi yang merupakan
peningkatan nafsu makan, kondisi ini sering disebabkan karena adanya penurunan
kadar insulin dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel
tubuh menurun, sehingga tubuh berusaha menggunakan glukosa dari non karbohidrat
yaitu protein dan lemak melalui proses liposis. Peningkatan proses liposis dan
2017).
Menurut (Smeltzer & Bare, 2013) ada beberapa gejala khas dari DM yaitu:
b. Polydipsia (peningkatan rasa haus), terjadi akibat volume uri yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel dan intrasel, sehingga
yang kronis, katabolisme protein dan lemak, serta kelaparan relative sel
Sedangkan gejala tidak khas dari DM antaranya lemas, kesemutan, luka yang
sulit sembuh, gatal, penglihatan kabur. Apabila ditemukan gejala khas DM,
pemeriksaan glukosa darah abnormal hanya satu kali sudah cukup untuk menegakkan
diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala khas maka diperlukan 2 kali
2.1.6 Komplikasi DM
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
dapat dialami 1-2 kali per minggu, kadar gula darah yang terlalu rendah
b. Hiperglikemia
Terjadi apabila kadar gula darah yang meningkat secara tiba-tiba dan
kemolakto asidosis.
2. Komplikasi Kronis
a. Komplikasi makrovaskuler
dan stroke.
b. Komplikasi mikrovaskuler
a. A1C atau Hb A1c >6,5%. Kadar A1C memperlihatkan kadar glukosa darah rata-
b. Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (7,0 mmol/L), puasa diartikan pasien
d. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥200mg/dL (11,1 mmol/L). cara
darah puasanya. Setelah itu pasien dipersilahkan untuk makan, dan 2 jam
2.1.8 Penatalaksanaan DM
a. Medis
2) Insulin
laktat, gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral dosis optimal, stres
makan, gangguan fungsi ginjal atau hal yang berat, kontraindikasi dan
b. Edukasi
bagian dari upaya pencegahan. Edukasi perawatan kaki merupakan salah satu
edukasi yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kaki diabetik karena
c. Diet
jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori terutama pada mereka yang
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
rumus :
13
d. Latihan / olahraga
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggi selama ± ½ jam. Adanya
2.2.1 Pengertian
baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis
dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak (Wijaya
& Putri 2013), stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare
2013).
Cva adalah sindroma klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal
maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan
dapat menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain yang jelas selain kelainan
pembuluh darah di otak oleh thrombosis maupun emboli sehingga suplai glukosa dan
oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai
2.2.2 Patofisiologi
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau
cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular)
atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung).
Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Wijaya & Putri
2013).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah, terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif.
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding
pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada
15
darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur. Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri
atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,
hernisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke
batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus
perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons. Jika sirkulasi serebral
anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan
yang bervariasi salah satunya henti jantung (Wijaya & Putri 2013).
16
17
18
19
2.2.3 Etiologi
1. Trombosis serebri
umum dari stroke (Smeltzer & Bare 2013). Thrombosis ditemukan pada
40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologi.
2. Emboli serebri
dalam jantung
3. Hemoragi
4. Aterosklerosis
darah.
5. Infeksi
6. Jenis kelamin
7. Obat-obatan
8. Hipotensi
seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan
menahun.
dari jantung).
21
2.2.4 Manifestasi
neurologik, gejala muncul akibat daerah otak tertentu tidak berfungsi akibat
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Gejala
gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralysis dan hilang atau
4. Dysphagia
5. Kehilangan komunikasi
6. Gangguan persepsi
2.2.5 Komplikasi
1. Hipoksia
3. embolisme serebral
4. dekubitus.
2.2.6 Penatalaksanaan
1. Fase Akut:
emobolik.
dexamethason.
berkurang .
b. Program fisiotherapi
23
1. Angiografi serebral
2. Lumbal pungsi
pertama.
3. CT scan.
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
otak.
4. MRI
5. USG Doppler
karotis).
6. EEG
2.2.1 Pengkajian
Menurut Wiyaja & Putri 2013 anamnesa pada stroke meliputi identitas
1. Identitas Klien
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
2. Keluhan utama
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain
gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh
6. Pengkajian psikososiospiritual
7. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan
f. B6 (Bone)
kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuhh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuhh, adalah tanda yang lain.
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
dan istirahat.
29
Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting
i. Status Mental
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya
j. Fungsi Intelektual
nyata.
k. Kemampuan Bahasa
bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior
dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu
klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan
bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir
rambutnya.
a. Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
c. Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis
pada tubuhh.
persepsi.
membuka mulut.
trapezius.
j. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuhh
sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
Tertahan
menurun.
33
34
3 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Memantau adanya nyeri/ keluhan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam fisik yang lain
Penurunan Kekuatan Otot diharapkan dapat memenuhi 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik 2. Memantau toleransi fisik pasien
kriteria hasil : lainnya 3. Memantau frekuensi jantung dan
(SDKI 2016, D.0054, Hal a. Pergerakan ekstremitas 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan tekanan darah
124) meningkat dari skala 2 pergerakan 4. Memantau kondisi umum pasien
(cukup menurun) menjadi 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah saat melakukan mobilisasi
skala 3 (sedang) sebelum memulai mobilisasi 5. agar keluarga mampu membantu
b. Kekuatan otot meningkat 4. Monitor kondisi umum selama melakukan pasien
dari skala 2 (cukup mobilisasi 6. untuk mengetahui tujuan
menurun) menjadi skala 3 Terapeutik prosedur mobilisasi
(sedang) 7. membantu pasien agar tidak
c. Kaku sendi menurun dari 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat terjadinya dikubitus pada pasien
skala 2 (cukup meningkat) bantu missal pagar tempat tidur
menjadi skala 3 (sedang) 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
d. Kelemahan fisik menurun 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dari skala 2 (cukup dalam meningkatkan pergerakan
meningkat) menjadi skala 3 Edukasi
(sedang)
1. Jelaskan tujuan prosedur mobilisasi
(L.05042 SLKI 2016, Hal 65) 2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana dengan miring
kanan dan miring kiri
Kulit/Jaringan berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi perubahan sirkulasi, perubahan perubahan status nutrisi, dan
dengan Penurunan Mobilitas diharapkan dapat memenuhi status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu penurunan kelembapan
kriteria hasil : lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas 2. Mempertahankan posisi nyaman
(SDKI 2016, D.0129, Hal a. Hidrasi meningkat dari skala klien untuk pasien
282) 2 (cukup menurun) menjadi Terapeutik 3. Agar tidak terjadi integritas kulit
skala 3 (sedang) 4. Agar kondisi kulit tetap membaik
b. Kerusakan lapisan kulit 5. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring 5. Mempertahankan kelembapan
menurun dari skala 2 (cukup 6. Lakukan pemijatan pada area penonjolan, kulit pasien
meningkat) menjadi skala 3 jika perlu 6. Mempertahankan kondisi tubuh
(Sedang) 7. Bersihkan perinela dengan air hangat, pasien dari dehidrasi
c. Suhu kulit membaik dari terutama saat diare 7. Untuk meningkatkan kebutuhan
skala 2 (cukup memburuk) 8. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada nutri tercukupi
menjadi skala 3 (sedang) kulit kering
Edukasi
(L.14125 SLKI 2016, Hal 33)
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
Perawatan Integritas Kulit ( 1.11353 SIKI
2016 Hal. 316)
dari skala 2 (cukup 1. Atur posisi untuk mencegah aspirasi 5. Memberikan kenyamanan pada
menurun) menjadi skala 3 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien setelah dibersihkan
(sedang) 3. Bersihkan mulut dan hidung 6. Agar pasien lebih merasa
c. Membran mukosa membaik 4. Berikan kenyamanan selama muntah (mis. nyaman selama muntah
dari skala 2 (cukup Kompres dingin di dahi atau sediakan 7. Agar pasien lebih merasa
memburuk) menjadi skala 3 pakaian yang kering dan bersih) nyaman ketika melakukan terapi
(sedang) nonfarmakologis
Edukasi 8. Agar pasien beristirahat dengan
(L.03020 SLKI 2016, Hal 41) cukup
1. Anjurkan penggunaan teknik 9. Agar memudahkan pasien ketika
nonfarmakologis untuk mengelola muntah ingin muntah
(mis. Hipnosis, relaksasi, terapi musik,
akupresur)
2. Anjurkan memperbanyak istirahat
3. Anjurkan membawa kantong plastik untuk
menampung muntah
Kolaborasi
1. Identitas
Nama : Tn.S Suku Bangsa : Sunda
Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA
Umur : 75 Tahun Pekerjaan : Purn TNI
Agama : Islam Pgg jwb : BPJS Hankam
Status : Menikah
Alamat : Sidoarjo
2. Keluhan Utama :
Kelurga pasien mengatakan kaki dan tangan bagian kiri tidak bisa digerakkan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluarga pasien mengatakan bahwa Tn.S dibawa ke IGD RSAL Dr.Ramelan pada
tanggal 22 November 2020 diantar oleh keluarga pada pukul 08.00 WIB karena
mengalami penurunan kesadaran dan pada tanggal 22 November 2020 pukul 13.30
Tn.S dipindahkan ke Ruang I-Bedah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Keluarga pasien mengatakan 3 minggu yang lalu sempat di rawat inap dengan kondisi
yang sama (penurunan kesadaran dan mengalami kelemahan anggota sebelah kiri) di
sertai Hematemesis. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien mempunyai
riwayat penyakit DM pada tahun 2017 dan Hipertensi pada tahun 2018
Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga pasien mengatakan, di keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit DM, Hipertensi, dan CVA non hemoragik
Riwayat alergi:
Keluarga pasien mengatakan, pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan,
minuman, dan obat
Genogram :
40
: Laki-laki : Pasien
Kemampuan akativitas:
Masalah Keperawatan: Bersihan Jalan Napas
5. B2 Kardiovaskuler (Blood)
Ictus cordis : Normal Irama jantung: Regular
Nyeri dada : Tidak jika ya, jelaskan (PQRST):
Bunyi jantung: S1 S2 Tunggal Bunyi jantung tambahan: Tidak
CRT : < 2 detik Akral: Hangat
Oedema : Tidak Jika ya, jelaskan: -
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak
Perdarahan : Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
6. B3 Persarafan (Brain)
GCS Eye :4 Verbal : 5 Motorik: 6 Total: 15
Refleks Fisiologis
Biceps: +/- Triceps: +/- Patella: +/-
Refleks Patologis:
Kaku Kuduk : Bruzinski I: Bruzinski II: Kernig:
Nervus Kranial
NI : Tidak ada kelainan fungsi penciuman
NII : Tidak Terkaji
NIII : Pada mata pasien sebelah kiri tidak dapat membuka secara penuh
NIV : Pada mata pasien sebelah kiri tidak mampu menggerakan bola mata
NV : Adanya gangguan menelan
NVI : Pada mata pasien sebelah kiri tidak mampu menggerakan bola mata
NVII : Wajah pasien asimetris, dapat membuka mata dengan stimulus tepukan dan
suara
NVIII : Fungsi pendengaran baik
NIX : Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut
NX : Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut
NXI : Pasien kesulitan mengangkat lengan dan kaki bagian kiri
NXII : Tidak terkaji
42
1111 4444
1111 4444
Fraktur: Tidak
Masalah Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
10. Endokrin
Throid : Tidak terdapat pembesaran Thyroid
Hiperglikemia : Terdapat hiperglikemi
Hipoglikemia : Tidak mengalami Hipoglikemi
Masalah Keperawatan: Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
11. Seksual Reproduksi
Menstruasi terakhir :-
Masalah menstruasi :-
Pap smear terakhir :-
Pemeriksaan payudara/ testis sendiri tiap bulan : Tidak
Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : Tidak
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
12. Kemampuan Perawatan Diri
Aktivitas SMRS MRS
Mandi 3 3
Berpakaian/ dandan 3 3
Toileting/ eliminasi 3 3
Mobilitas di tempat tidur 3 3
Berpindah 4 4
Berjalan 4 4
Niak Tangga 4 4
Berbelanja 4 4
Memasak 4 4
Pemeliharaan rumah 4 4
Alat Bantu Berupa
Keterangan
Skor 1: Mandiri
2: Alat bantu
3: Dibantu orang lain dan alat
4: Tergantung/ tdk mampu
Masalah Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
45
jika ya, jelaskan : Karena anggota gerak bagian kiri tidak bisa di gerakkan
sehingga menghambat aktivitasnya
Aktivitas sehari-hari : Mendengarkan berita di tv, bercerita, dsbnya
Rekreasi : Menonton Tv dan bermain dengan cucunya
Olahraga : Tidak pernah
Sistem pendukung : Keluarga Hubungan dg orang lain : Baik
Kegiatan ibadah : Sholat 5 waktu
16. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Hematologi
Tgl pemeriksaan : 23 Nov 2020
Hasil Pemeriksaan Hasil Hasil Normal
WBC 11,81 4,0-10,0
RBC 5,0 3,5-5,5
HGB 15,3 13,2-17,3
HCT 45,1 37,0-54,0
MCV 90,1 80,0-100,0
MCH 30,6 27,0-34,0
MCHC 34,0 32,0-36,0
RDW_CV 13,5 11,0-16,0
RDW_SD 46,2 35,0-56,0
PLT 287 150,0-450,0
MPV 9,4 6,5-12,0
PDW 15,9 15,0-17,0
PCT 0,268 0,108-0,282
Albumin 2,01 3,40-4,80
HbA1C 7,2 4,5-6,3
Ttd perawat
49
- Kekuatan Otot :
1111 4444
1111 4444
Prioritas Masalah
Tanggal
No Masalah Keperawatan Paraf
ditemukan teratasi
1 Bersihan jalan napas tidak 22 November
efektif berhubungan 2020
dengan sekresi yang
tertahan
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Rasional
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o Keperawatan
1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan asuhan Observasi
tidak efektif
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor frekuensi, kedalaman 1. Untuk mengetahui frekuensi,
berhubungan dengan
diharapkan kemampuan dan usaha napas kedalaman dan usaha nafas
sekresi yang tertahan membersihkan secret atau 2. Monitor bunyi napas pasien
obstruksi jalan napas untuk 3. Monitor jumlah, warna, aroma 2. Untuk mengetahui bunyi
(D.0001 SDKI Tahun mempertahankan jalan napas sputum nafas pasien
2016 Halaman 18) tetap paten dengan Kriteria 3. Untuk mengetahui jumlah,
hasil: (L.01001 SLKI Tahun Terapeutik warna, aroma sputum
2016 Halaman 18) 4. Lakukan penghisapan lendir
1. Produksi sputum menurun kurang dari 15 detik 4. Agar jalan nafas pasien tidak
dari skala 2 (cukup 5. Berikan oksigen, jika perlu tersumbat
meningkat) menjadi 3 5. Agar pola nafas pasien
(sedang) Kolaborasi menjadi efektif
2. Frekuensi napas membaik 6. Kolaborasi pemberian
dari skala 2 (cukup bronkodilator, ekspektoran, 6. Untuk memberikan terapi
memburuk) menjadi 3 mukolitik, jika perlu pemberian oksigen
(sedang)
3. Pola napas membaik dari Manajemen Jalan Napas (1.01011
skala 2 9cukup memburuk) SIKI Tahun 2016 Halaman 186)
menjadi 3 (sedang)
2 Gangguan integritas
Setelah dilakukan asuhan Observasi
kulit / jaringan
keperawatan selama 3 x 24 jam 1 Identifikasi perubahan sirkulasi, 1. Untuk mengetahui kondisi
berhubungan dengan
diharapkan keutuhan kulit atau perubahan status nutrisi, perubahan yang dialami
gangguan mobilitas jaringan meningkat dengan penurunan kelembaban, suhu pasien
Kriteria Hasil: (L.14125 SLKI lingkungan ekstrem, penurunan
(D.0129 SDKI Tahun Tahun 2016 halaman 33) mobilitas klien
2016 Halaman 282) 1. Hidrasi meningkat dari
skala 2 (cukup menurun)
53
Kolaborasi
55
Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan asuhan Dukungan Perawatan Diri : Observasi :
b/d Gangguan keperawatan selama 3x24 jam Mandi 1. Agar mengetahui kebiasaan
Muskuloskeletal diharapkan memenuhi kriteria (I.11352) SIKI Hal 39 mandi pasien
hasil : 2. Agar bantuan yang
Observasi :
1. Mempertahankan diberikan sesuai dengan
kebersihan diri meningkat 1. identifikasi usia dan budaya kebutuhan
2. mempertahankan dalam membantu kebersihan Terapiutik
kebersihan mulut diri 1. Untuk membantu
3. minat melakukan 2. identifikasi jenis bantuan yang kebutuhan kebersihan diri
perawatan diri meningkat di butuhkan pasien
Terapiutik : 2. Untuk memberikan
1. Sediakan peralatan mandi kenyamanan pasien.
2. Sediakan lingkungan yang 3. Untuk memberikan rasa
aman dan nyaman nyaman dan aman pada diri
3. Fasilitas menggosok pasien
gigi,sesuai kebutuhan 4. Untuk memberikan rasa
4. Fasilitas mandi,sesuai aman dan nyaman pada diri
kebutuhan pasien
5. Pertahankan kebiasaan 5. Untuk memandirikan
kebersihan diri keluarga pasien
6. Berikan bantuan sesuai tingkat Edukasi :
kemandirian 1. Agar pasien memiliki minat
Edukasi : dalam menjaga kesehatan
diri pasien
1. Jelaskan manfaat mandi dan 2. Agar keluarga dapat
dampak tidak mandi terhadap
56
D. Implementasi Keperawatan
Tanggal No.Dx Jam Implementasi TTD Evaluasi
23/11/2020 07.00 Timbang Terima Perawat Dx 1 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
S : Keluarga Pasien mengatakan pasien tampak
gelisah dan susah saat bernafas.
O:
4 07.30 Melakukan pemberian nutrisi (susu) - Pasien tampak lemah
melalui NGT 200 ml - suara nafas pasien terdengar Ronchi
- Hasil Vital Sign :
TD :150/90 mmHg,
S : 36,3ºC,
Melakukan pemberikan obat oral dan N : 87 x/menit,
1,2,3,4 08.00 injeksi SPO2 : 89%
- Platogrix (Tab) 1x1 (10 mg) RR : 22 x/menit
- Inj. Novorapid 4 ui/SC A : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif belum
- Amlodipin (Tab) 1x10mg/oral teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no 1,2,3,4,7
08.30 Melakukan tindakan nebulizer
(Bromexin : 120 ml) Dx 2 Integritas kulit
S : Keluarga Pasien mengatakan pasien hanya
beraktivitas diatas tempat tidur, aktivitas dibantu
09.00 Melakukan pengkajian dan O:
memberikan ROM pasif pada Tn.S - Pasien tampak lemah
1 - Pasien tampak semua aktivitas dibantu
- Kekuatan Otot
09.10 Mengganti cairan infus NS16 tetes/ 1111 4444
menit 1111 4444
11.30 Mengobservasi vital sign dan mengkaji Dx3 Gangguan Mobilitas Fisik
kesadaran pasien : S : keluarga pasien mengatakan, pasien sulit saat
- GCS : 456 menggerakkan tubuh bagian kiri
- TD : 150/90 mmHg, O:
1,2,3,4 - S : 37,3ºC - kekuatan otot pada ektremitas bawah kiri
- N : 87 x/menit mengalami penurunan
- SPO2 : 96% - Pasien tampak kesulitan menggerakan
- RR : 22 x/menit anggota tubuh bagian kiri
- Pasien tampak semua aktivitas dibantu
3 12.30 Melakukan pemberian Inj - Kekuatan otot
- Simvastatin (Tab) 1x1 10mg 1111 4444
- Inj Novorapid 4ui/SC 1111 4444
24/11/2020 1,2,3,4 05.00 Mengobservasi vitalsign dan kesadaran : Dx 1 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
S : suara nafas pasien masih terdengar whezing
GCS : 456
O:
TD : 130/90 mmHg, - Pasien tampak lemah
- Hasil TTV : TD :130/90 mmHg,
S :36,9ºC,
S : 36,3ºC, N : 87 x/menit, SPO2 : 89%,
N : 83 x/menit, RR : 22 x/menit
A : Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif belum
RR : 22 x/menit,
teratasi
SPO2 : 99% P : intervensi dilanjutkan no 1,2,3,4,6,7
1 09.00 Menganjurkan mobilisasi sederhana yang disekah pagi hari dan sore hari
O:
harus dilakukan
- pasien tampak bersih dan wangi
3 09.30 A:
- masalah Defisit perawatan diri teratasi
Melakukan pemberian obat Inj obat
P:
1,2,3,4 10.00 Novorapid 4ui/SC - Intervensi dihentikan
Cinam 4x1,5 mg
26/12/2020 1,2,3,4 07.00 Melakukan timbang terima dengan Dx 1 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
S : Keluarga mengatakan masih terdengar suara
perawat
nafas wheezing pada pasien
O:
1,2,3,4 07.20 Menanyakan kabar dan kondisi pasien saat
- Pasien tampak lemah
ini kepada keluarga - Hasil TTV :
TD : 140/70 mmHg
S :36,4ºC
3 07.25 Menganjurkan keluarga untuk tetap N : 86 x/menit
64
O:
4 12.16 Melakukan pemberian nutrisi susu (120
- pasien terpasang NGT
ml) pada pasien melalui sonde - pasien mendapat nutrisi dari selang NGT
P: Intervensi dihentikan
4 18.10 Melakukan pemberian inj. novorapid
4ui/sc