ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN RPK (RISIKO PERILAKU KEKERASAN)
OLEH :
1. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri
orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk,
yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau perilaku kekerasan
terdahulu (riwayat perilaku kekerasan) (Damaiyanti dan Iskandar, 2014)
Menurut Yosep, (2010) perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan
ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan
tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari
individu. Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif)
sampai pada respon sangat tidak normal (maladaptif) (Damaiyanti dan Iskandar,
2014).
3. TANDA DAN GEJALA
Menurut Yosep (2010), perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda
dan gejala perilaku kekerasan:
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Jalan mondar-mandir (Damaiyanti dan Iskandar, 2014).
4. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko menurut Nanda-I, (2018-2020):
a. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
1) Akses pada senjata
2) Impulsive
3) Bahasa tubuh negative
4) Pola kekerasan tidak langsung
5) Pola kekerasan diarahkan pada orang lain
6) Pola ancaman kekerasan
7) Pola perilaku kekerasan antisosial
8) Perilaku bunuh diri
9) Riwayat penganiayaan pada masa kanak-kanak
10) Riwayat merencanakan pembakaran
11) Riwayat kasar pada binatang
12) Riwayat pelanggaran kendaraan bermotor
13) Riwayat penyalahgunaan zat
14) Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
15) Gangguan fungsi kognitif
16) Gangguan neurologis
17) Intoksikasi patologi
18) Komplikasi perinatal
19) Komplikasi prenatal
20) Gangguan psikosis
b. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
1) Isyarat perilaku niat bunuh diri
2) Konflik orientasi seksual
3) Konflik hubungan interpersonal
4) Masalah pekerjaan
5) Menjalani tindakan seksual autoerotic
6) Kurang sumber personal
7) Isolasi social
8) Ide bunuh diri
9) Rencana bunuh diri
10) Petunjuk verbal niat bunuh diri
11) Usia ≥ 45 tahun
12) Usia 15 - 19 tahun
13) Riwayat upaya bunuh diri berulang
14) Status pernikahan
15) Pekerjaan
16) Pola kesulitan dalam keluarga
17) Masalah kesehatan mental
18) Masalah kesehatan fisik
19) Gangguan psikologis.
5. ETIOLOGI
a. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan
adalah:
1) Teori biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap, neurotransmitter, dendrit,
akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat ransangan dan
pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Genetic factor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku
agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat
dormant (potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika terstimulasi oleh
faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karyotype XYY, pada umumnya
dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut
hukum akibat perilaku agresif.
c) Cycardian rhytm (irama sirkardian tubuh)
Irama sirkardian tubuh, memegang peranan pada individu. Menurut penelitian
pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya
pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi
untuk bersikap agresif.
d) Biochemistry factor
Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak (epineprin, norepineprin,
dopamin, asetilkolin dan serotonin) sangatt berperan dalam penyampaian
informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar
tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan akan dihantar melalui
impuls neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui serabut efferent.
Peningkatan hormon androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dan
GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya perilaku agresif.
e) Brain area disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom otak organik, tumor
otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. (Damaiyanti dan Iskandar, 2014)
2) Teori psikologis
a) Teori psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang
seseorang (life span history). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan
fase oral antara usia 0-2 tahun di mana anak tidak dapat mendapat kasih sayang
dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri
yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidarberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku
tindak kekerasan.
b) Imitation, modeling and information processing thory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang
mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media
atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam
suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan
pemukulan pada boneka dengan reward positif pula (makin keras pukulannya
akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihi dan mecium
boneka tersebut dengan reward positif pula (makin baik belaiannya mendapat
hadiah coklat). Setelah anak-anakkeluar dan diberi boneka ternyata masing-
masing anak berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya.
c) Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan
terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan
dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa
agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan (Damaiyanti dan
Iskandar, 2014).
b. Faktor presipitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
seringkali berkaitan dengan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan
sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi
3) Kesulitan dalam mengonsumsikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan keluarga.
7. SUMBER KOPING
Menurut Stuart dan Laraia (2001), sumber koping dapat berupa aset ekonomi,
kemampuan dan keterampilan, teknik defensif, dukungan sosial dan motivasi.
Hubungan antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sangat berperan
penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk kesehatan dan energi,
dukungan spiritual, keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan masalah dan
sosial, sumber daya sosial dan material, dan kesejahteraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai dasar harapan
dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi hal yang paling buruk.
Keterampilan pemecahan masalah termasuk kemampuan untuk mencari
informasi, mengidentifikasi masalah, menimbang alternatif dan melaksanakan
rencana tindakan. Keterampilan sosial memfasilitasi penyelesaian masalah yang
melibatkan orang lain, meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan kerjasama
dan dukungan dari orang lain, dan memberikan kontrol sosial individu yang lebih
besar. Akhirnya, aset materi beripa barang dan jasa yang bisa dibeli dengan uang.
Sumber koping sangat meningkatkan pilihan seseorang mengatasi di hampir
semua situasi stres. Pengetahuan dan kecerdasan yang lain dalam menghadapi
sumber daya yang memungkinkan orang untuk melihat cara yang berbeda dalam
menghadapi stres. Akhirnya, sumber koping juga termasuk kekuatan ego untuk
mengidentifikasi jaringan sosial, stabilitas budaya, orientasi pencegahan kesehatan
dan konstitusional (Damaiyanti dan Iskandar, 2014).
8. MEKANISME KOPING
Menurut Stuart dan Laraia (2001), mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain:
a) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan
sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat bencai pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya
sejak kecil bahwa menbenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk
oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakan.
d) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman
suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e) Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia baru
saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya.
Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya (Damaiyanti dan Iskandar,
2014).
9. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Faktor penyebab perilaku kekerasan menurut Yosep (2009), pada dasarnya
pengkajian pada klien perilaku kekerasan ditujukan pada semua aspek, yaitu
biopsikososial-kultural-spiritual.
1) Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah,
pupil melebar, pengeluaran urin meningkat. Ada gejala yang sama dengan
kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku dan reflex cepat. Hal ini disebabkan oleh
energy yang dikeluarkan saat marah bertambah.
2) Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit
hati, menyalahkan dan menuntut.
3) Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual,
peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat
perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,
bagaimana informasi diproses, diklarifikasi dan diintegrasikan.
4) Aspek social
Meliputi interaksi social, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa
sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara
keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari
orang lain, menolak mengikuti aturan.
5) Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa (Damaiyanti dan Iskandar, 2014).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Risiko perilaku kekerasan
2) Harga diri rendah kronik
3) Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
(Damaiyanti dan Iskandar, 2014).
Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
EFFECT
Perilaku kekerasan
CORE PROBLEM
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan
2 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara perilaku kekerasan
fisik yaitu 2 pukul kasur dan bantal Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien
3 Menganjurkan klien memasukkan kedalam kegiatan harian perilaku kekerasan
SP3P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk
2 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan sengan cara minum obat (discharge planning)
verbal/ social Menjelaskan follow up klien setelah pulang
3 Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian
SP4P
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual
3 Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian
SP5P
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan minum
obat
3 Menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian
(Damaiyanti dan Iskandar, 2014)
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
N
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN
TGL O EVALUASI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
DX
1 2 3 4 5 6
Perilaku kekerasan S1P1 perilaku kekerasan Melakukan SP1P perilaku S: “saya mau berbincang 10 menit saja.”
kekerasan: “Saya mudah marah bila keinginan saya tidak
1. Mengidentifikasi penyebab dipenuhi orang tua saya”
perilaku kekerasan “Saya langsung teriak - teriak dan membanting
2. Mengidentifikasi tanda dan barang apapun disekitar saya”
gejala perilaku kekerasan “Saya menjadi jengkel dan barang-barang saya
3. Mengidentifikasi akibat rusak”
perilaku kekerasan “Biasanya saya langsung pergi dan main buat
4. Menyebutkan cara mengontrol menenangkan hati”
perilaku kekerasan “Saya mau latihan kalau marah saya Tarik nafas
5. Membantu latihan cara 1 dalam.. Tarik dari hidung perlahan dan keluarkan
perilaku kekerasan: latihan lewat mulut dan diulang sebanyak 5 kali”
nafas dalam “Saya mau latihan nafas dalam setiap pagi jam
6. Menganjurkan memasukkan 7.00 dan sore jam 16.00”
dalam jadwal harian O: pembicaraan cepat, mata melotot, klien
terlihat gelisah, klien menulis dijadwal harian
latihan Tarik nafas dalam setiap hari pukul 07.00
dan 16.00
A: SP1P tercapai
P: perawat: SP2P pada pukul 09.00 diruang
perawatan klien.
Klien: motivasi klien untuk latihan mengontrol
marah Tarik nafas dalam sesuai jadwal harian
setiap hari pukul 07.00 dan 16.00.
A: SP2P tercapai
A: SP3P tercapai
A: SP4P tercapai
P:
Perawat: lakukan SP5P pada pukul 09.00 di
ruang perawatan klien
Klien: motivasi klien untuk sholat 5 waktu sesuai
jadwal sholat setiap hari
A: SP5P tercapai
P:
Perawat: lanjutkan SP budaya perilaku kekerasan
pukul 10.00 di ruang perawatan klien
Klien: motivasi klien untuk minum obat sesuai
jadwal harian setiap hari pukul 7 pagi, 1 siang,
dan 7 malam.
(Damaiyanti dan Iskandar, 2014)
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
STIKES HANG TUAH SURABAYA
Ruangrawat :……………………………
Tanggaldirawat/MRS :…...……………………….
1. IDENTITASKLIEN
Nama : Tn. J
Tanggal pengkajian : 26 Oktober 2020
Umur : 38 tahun RM No. : xxxxxx00
2. ALASANMASUK
Pada tahun 2011 klien mengatakan mengamuk dan memukul ayahnya
karena tidak diberi uang untuk membeli rokok, klien merasa marah dan
jengkel.
3. FAKTORPREDISPOSISI
1) Pernahmengalamigangguanjiwadimasalalu:Ya
2) Pengobatansebelumnya: Kurangberhasil
3) Trauma:
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Penolakan Tahun
Lain-lain Tahun
Jelaskan No. 1,2,3 : Awalnya klien mengalami perceraian setelah perceraian
± sebulan, klien menjadi murung, pendiam dan suka tersinggung. Awal mula
klien mengamuk 8 tahun yang lalu disebabkan karena klien tidak
diberikan uang untuk membeli rokok oleh Ayahnya, klien sempat memukul
Ayahnya. Sejak saat itu keluarga memutuskan untuk membawa dan
memeriksakan klien ke Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Setelah satu
bulan klien kembali di rawat di RSJ Menur, keluarga klien sempat menolak
klien untuk pulang ke rumah karena takut akan dipukul lagi. Setelah lima
(5) kali masuk RSJ Menur sampai saat ini klien tidak pernah kambuh lagi,
klien terakhir masuk RS pada bulan Desember tahun 2018
4) Adakahanggotakeluargayangganguanjiwa?
Tidak ada
Kopingkeluargatidakefektif:Kompromi
Pengalamanmasalaluyangtidakmenyenangkan?
Keluarga klien mengatakan dahulu klien merupakan kepala keluarga yang
memiliki istri yang pemarah, jika klien marah klien tidak pernah
mengungkapkan marah kepada istrinya, klien selalu diam. Setelah klien
bercerai dengan istrinya klien menjadi suka marah, klien memiliki 2 orang
anak, anak 1 klien meninggal. Pada tahun 2011 klien pernah memukul
bapaknya karena tidak diberikan uang rokok.
4. PEMERIKSAANFISIK
1) Tanda vital: 120/80 mmHg; N: 84 x/mnt; S: 363 oC; RR: 18 x/mnt
2) Ukuran :Berat Badan: 57 kg;TinggiBadan: 162 cm
3) Keluhanfisik:Tidakada
Jelaskan: klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5. PSIKOSOSIAL
1) Genogram:
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Cerai
: Tinggal serumah
Jelaskan:
Pola asuh: klien mengatakan sejak kecil apabila kemauannya tidak
dituruti, klien akan membating barang-barang yang di rumah.
Pengambilan keputusan: klien mengatakan bila klien mengalami
masalah, yang menyelesaikan hanya dirinya sendiri dan hanya biasa
memendam, tidak mau mengungkapkan ke yang lain
Komunikasi: klien mengatakan tidak mau berkomunikasi dengan
orang yang tidak tepat menurutnya
Masalah Keperawatan: Kopingkeluargatidakefektif
2) KonsepDiri
a) Citra tubuh: klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang menurutnya
jelek, karena ini sudah pemberian Tuhan.
b) Identitas diri: klien mengatakan klien seorang laki-laki yang tinggal
dengan kedua orang tuanya dan satu anaknya. Klien berstatus duda
dengan satu anak perempuannya.
c) Peran: klien mengatakan bekerja sebagai cleaning service di pabrik.
d) Ideal diri: klien mengatakan ingin bekerja dengan gaji yang bisa
mencukupi kebutuhannya dan juga orang tuanya. Karena sekarang di
tinggal bersama dengan orang tuanya. Dan ingin menikah lagi bila
memang bertemu dengan jodohnya.
e) Harga diri: klien merasa tidak percaya diri terhadap dirinya, karena klien
takut jika klien kambuh lagi.
Masalah Keperawatan: ketakutan
3) Hubungan Sosial:
a) Orang yang berarti: klien mengatakan orang yang berarti baginya adalah
anak perempuannya dan juga kedua orang tuanya.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: klien mengatakan jika
di dalam rumah klien akrab dengan anggota keluarga yang tinggal
serumah. Klien jarang keluar rumah.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: klien mengatakan
tidak akan berkomunikasi dengan orang yang tidak tepat menurutnya.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4) Spiritual
a) Nilai dan Keyakinan: klien mengatakan beragama islam.
b) Kegiatan ibadah: klien mengatakan sholat 5 waktu saat di rumah.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
6. STATUSMENTAL
a. Penampilan: klien memakai pakaian yang rapi, makan dengan baik,
mandi dengan teratur.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
b. Pembicaraan:
Klien mampu diajak berbicara secara kooperatif, berbicara dengan suara
yang cukup keras dan jelas
Masalah Keperawatan: risiko perilaku kekerasan
c. Aktivitas motorik:
Tenang. Saat ditanya apakah klien masih suka marah-marah, klien
mengatakan klien marah jika merasa terganggu.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
d. Afek danEmosi
Afek:
Labil, saat ditanya sejak kapan klien marah-marah, wajah klien berubah
menjadi sedih. Nada bicara pelan.
Masalah Keperawatn: perubahan peforma peran
Alam perasaan (emosi):
Sedih, klien mengatakan setelah bercerai klien mulai marah-marah karena
selalu memendam amarah saat sebelum bercerai. Untuk saat ini klien
mengatakan sudah tidak emosi.
Masalah Keperawatan: Ketakutan
f. Persepsi – sensorik:
Pada saat terakhir klien masuk RS pada bulan Desember tahun 2018, klien
mengatakan bahwa klien ingat terakhir kambuh karena mendengan bisikan
dan marah-marah.
Masalah Keperawatan: resiko halusinasi
g. ProsesPikir
Prosespikir(arusdanbentukpikir):
Saat ditanya klien menjawab sesuai dengan pertanyaan, tidak diulang-ulang.
MasalahKeperawatan: tidak ada masalah keperawatan
h. Isi Pikir:
Tidak dapat dikaji
Waham: tidak dapat dikaji
i. Tingkat Kesadaran:
Tidak ada gangguan kesadaran, tidak ada gangguan disorientasi waktu
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
j. Memori: klien menjawab semua pertanyaan di masalalu meskipun itu lebih dari 1
tahun
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
k. TingkatKonsentrasidanberhitung:
Saat ditanya jika klien mendapatkan gaji dan uang gaji di kurangi biaya
sekolah anak klien. Klien menjawab pertanyaan berhitung dengan benar.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
l. Kemampuan Penilaian:
Saat diberi pertanyaan jika bangun tidur apa yang akan dilakukan pertama
kali klien menjawab mandi terlebih dahulu.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
m. Daya Tilik Diri:
Klien mengatakan jika sakitnya bukan karena bercerai tetapi karena klien
tidak dapat mengontrol emosinya.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
7. KEBUTUHAN PERENCANAANPULANG
a. Kemampuanklienmemenuhikebutuhan:
Kemampuan Memenuhi
Ya Tidak
Kebutuhan
Makanan
Keamanan
Perawatan Kesehatan
Pakaian
Transportasi
Tempat Tinggal
Keuangan
Lain-lain
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
b. Kegiatanhidupsehari-hari(ADL):
Perawatandiri
c. Nutrisi:
1) Apakah anda puas dengan pola makan anda? Puas
2) Apakahandamakanmemisahkandiri? tidak
3) Frekuensimakansehari: 3x(kali)
4) Frekuensikudapansehari: 2x(kali)
5) Nafsu makan : normal
6) Berat badan tetap
:
BBsaatini:57 KgBBterendah: 50KgdanBBtertinggi 57Kg
MasalahKeperawatan: tidak ada masalah keperawatan
d. Tidur:
1) Apakahadamasalahtidur?Tidak ada
2) Apakahmerasasegarsetelahbanguntidur? iya
3) Apakahadakebiasaantidursiang? tidak karena sibuk bekerja
4) Apakahadayangmenolongandamempermudahuntuktidur? tidak ada
5) Tidur malam jam: 22.00 1) Bangun jam: 04.30
6) Apakahadagangguantidur? tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
e. Kemampuankliendalamhal-halberikutini:
1) Mengantisipasikebutuhansendiri: iya
2) Membuatkeputusanberdasarkankeinginansendiri: iya, kadang jika ada
keputusan yang sulit klien akan meminta bantuan pada ayahnya dan
Tuhan.
3) Mengaturpenggunaanobat: iya
4) Melakukanpemeriksaankesehatan:klien rutin untuk kontrol
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
f. Klienmemilikisistempendukung:
Keluarga : Ada
Terapis : : Tidakada
Temansejawat: Ada
Kelompoksocial: Ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
g. Apakahklienmenikmatisaatbekerja,kegiatanproduktifatauhobi?
Ya/ menikmati
Masalah keperawatan:tidak ada masalah keperawatan
8. Mekanismekoping
Adaptif: teknik relaksasi
Masalahkeperawatan: tidak ada masalah keperawatan
terakhir kambuh
(desember 2018) karena
mendengar bisikan, dan
marah-marah.
Klien mengatakan
pernah
tidak diberi,
O:
Klien terlihat tenang
Klien berbicara dengan
suara
cukup keras dan jelas
Pohon Masalah:
Risiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (effect)
Perilaku kekerasan (core problem)
Halusinasi (causa)
Koping individu tidak efektif (causa)
DIAGNOSA PERENCANAAN
TGL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI
Selasa, Perilaku kekerasan 7. Klien dapat 1. Klien mau membalas 7. Beri salam/ panggil Hubungan saling percaya
27/10/2020 membina salam nama klien merupakan landasan
hubungan saling 2. Klien mau menjabat 8. Sebutkan nama utama untuk hubungan
percaya tangan perawat sambal jabat selanjutnya
3. Klien mau tangan
menyebutkan nama 9. Jelaskan maksud
4. Klien mau tersenyum hubungan interaksi
5. Klien mau kontak 10.Jelaskan tentang
mata kontrak yang akan
6. Klien mengetahui dibuat
nama perawat 11.Beri rasa aman dan
7. Menyediakan waktu sikap empati
untuk kontrak 12.Lakukan kontak
singkat tapi sering
8. Klien dapat Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi 3. Klien dapat mengungkapkan
penyebab mengungkapkan 1. Beri kesempatan untuk perasaannya dapat
perilaku perasaannya mengungkapkan membantu mengurangi
kekerasan 4. Klien dapat perasaannya stress dan penyebab
mengungkapkan 2. Bantu klien untuk perasaan jengkel/ kesal
penyebab perasaan mengungkapkan dapat diketahui
jengkel/ kesal (dari penyebab jengkel/ kesal
diri sendiri, dari
lingkungan/ orang
lain)
9. Klien dapat 4. Untuk mengetahui hal
mengidentifikasi yang dialami dan
tanda-tanda 1. Klien dapat 4. Anjurkan klien dirasa saat jengkel
perilaku mengungkapkan mengungkapkan apa 5. Untuk mengetahui
kekerasan perasaan saat marah/ yang dialami saat tanda-tanda klien
jengkel marah/ jengkel jengkel/ kesal
2. Klien dapat 5. Observasi tanda 6. Menarik kesimpulan
menyimpulkan tanda- perilaku kekerasan bersama klien supaya
tanda jengkel/ kesal pada klien klien mengetahui
yang dialami 6. Simpulkan bersama secara garis besar
klien tanda-tanda tanda-tanda marah/
jengkel/ kesal yang kesal
10. Klien dapat dialami klien.
mengidentifikasi 4. Mengeksplorasi
perilaku 4. Klien dapat perasaan klien
kekerasan yang mengungkapkan terhadap perilaku
biasa dilakukan perilaku kekerasan 1. Anjurkan klien untuk kekerasan yang biasa
yang biasa dilakukan mengungkapkan dilakukan
5. Klien dapat bermain perilaku kekerasan 5. Untuk mengetahui
peran dengan yang biasa dilakukan perilaku kekerasan
perilaku kekerasan klien yang biasa dilakukan
yang biasa dilakukan 2. Bantu klien bermain dan dengan bantuan
6. Klien dapat peran sesuai dengan perawat bisa
mengetahui cara yang perilaku kekerasan membedakan perilaku
biasa dapat yang biasa dilakukan konstruktif dan
menyesuaikan 3. Bicarakan dengan klien destruktif
masalah atau tidak apakah cara yang klien 6. Dapat membantu klien
lakukan masalahnya dapat menemukan
11. Klien dapat selesai? cara yang dapat
mengidentifikasi menyelesaikan
akibat perilaku masalah
kekerasan Klien dapat menjelaskan
akibat dari cara yang 3. Membantu klien untuk
digunakan klien 3. Bicarakan akibat atau menilai perilaku
kerugian dari cara kekerasan yang
yang dilakukan klien dilakukannya
4. Bersama klien 4. Dengan mengetahui
menyimpulkan akibat akibat perilaku
vara yang dilakukan kekerasan diharapkan
oleh klien klien dapat merubah
perilaku destruktif
yang dilakukannya
12. Klien dapat menjadi perilaku yang
mengidentifikasi konstruktif.
cara konstruktif
dalam merespon Klien dapat melakukan 5. Agar klien dapat
terhadap cara berespon terhadap mempelajari cara yang
kemarahan. kemarahan secara 4. Tanyakan pada klien lain yang konstruktif
konstruktif “apakah ia ingin 6. Dengan
mempelajari cara mengidentifikasi cara
baru yang sehat?” yang konstruktif
5. Berikan pujian jika dalam merespon
klien mengetahui cara terhadap kemarahan
lain yang sehat dapat membantu klien
6. Diskusikan dengan menemukan cara yang
klien cara lain yang baik untuk
sehat mengurangi
e. Secara fisik: Tarik kejengkelannya
nafas dalam jika sehingga klien tidak
sedang kesal/ stress lagi
memukul bantal/ 7. Reinforcement positif
Kasur atau olah raga dapat memotivasi klien
atau pekerjaan yang dan meningkatkan
memerlukan tenaga harga dirinya
f. Secara verbal: 8. Berdiskusi dengan
katakana bahwa anda klien untuk memilih
sedang kesal/ cara yang lain sesuai
tersinggung/ jengkel dengan kemampuan
(saya kesal anda klien
berkata seperti itu;
saya marah karena
mama tidak
memenuhi keingina
saya
g. Secara social:
lakukan dalam
kelompok cara-cara
marah yang sehat;
latihan asentif.
Latihan manajemen
perilaku kekerasan.
h. Secara spiritual:
anjurkan klien
sembahyang, berdo’a/
13. Klien dapat ibadah lain; meminta
mendemonstrasika pada Tuhan untuk
n cara mengontrol diberi kesabaran,
perilaku kekerasan Klien dapat mengadu pada Tuhan
mendemonstrasikan kekerasan/
cara mengontrol kejengkelan.
perilaku kekerasan 6. Memberikan simulasi
d. Fisik: Tarik nafas kepada klien untuk
dalam, olah raga, 6. Bantu klien memilih menilai respon
menyiram tanaman cara yang paling tepat perilaku kekerasan
e. Verbal: untuk klien secara tepat
mengatakannya 7. Bantu klien 7. Membantu klien
secara langsung mengidentifitasi dalam membuat
dengan tidak manfaat cara dipilih keputusan terhadap
menyakiti 8. Bantu keluarga klien cara yang telah
f. Spiritual: untuk menstimulasi dipilihnya dengan
sembahyang, berdo’a cara tersebut (role melihat manfaatnya
atau ibadah lain play) 8. Agar klien mengetahui
9. Berreinforcement cara marah yang
14. Klien positif atau konstruktif
mendapat keberhasilan klien 9. Pujian dapat
dukungan menstimulasi cara meningkatkan
keluarga dalam tersebut motivasi dan harga
mengontrol 10. Anjurkan klien untuk diri klien
perilaku Keluarga klien dapat: menggunakan cara 10. Agar klien dapat
kekerasan c. Menyebutkan cara yang telah dipelajari melaksanakan cara
merawat klien yang saat jengkel/ marah yang telah dipilihnya
berperilaku jika ia sedang kesal/
kekerasan 6. Identifikasi marah
d. Mengungkapkan rasa kemampuan keluarga 6. Kemampuan keluarga
puas dalam merawat merawat klien dari dalam
klien sikap apa yang telah mengidentifikasi akan
dilakukan keluarga memungkinkan
terhadap klien selama keluarga untuk
ini melakukan penilaian
7. Jelaskan peran serta terhadap perilaku
keluarga dalam kekerasan
merawat klien 7. Meningkatkan
8. Jelaskan cara cara pengetahuan keluarga
merawat klien: tentang cara merawat
d. Terkait dengan cara klien sehingga
mengontrol perilaku keluarga terlibat
marah secara dalam perawatan klien
konstruktif 8. Agar keluarga dapat
e. Sikap tenang, bicara merawat klien dengan
tenang dan jelas perilaku kekerasan.
f. Membantu klien 9. Agar keluarga
mengenal penyebab ia mengetahui cara
marah merawat klien melalui
15. Klien dapat 9. Bantu keluarga demonstrasi yang
menggunakan mendemonstrasikan dilihat keluarga secara
obat-obatan cara merawat klien langsung
yang diminum 10. Bantu keluarga 10. Mengeksplorasi
dan mengungkapkan perasaan keluarga
kegunaannya 1. Klien dapat perasaannya setelah setelah melakukan
(jenis, waktu, menyebutkan obat- melakukan demonstrasi
dosis dan efek). obatan yang diminum demonstrasi
dan kegunaannya
(jenis, waktu, dan 7. Jelaskan jenis-jenis
efek) obat yang diminum 7. Klien dan keluarga
2. Klien dapat minum klien pada keluarga dapat mengetahui
obat sesuai program klien nama-nama obat yang
pengobatan 8. Diskusikan manfaat diminum oleh klien.
minum obat dan 8. Klien dan keluarga
kerugian berhenti dapat mengetahui
minum obat tanpa kegunaan obat yang
seijin dokter dikonsumsi klien
9. Jelaskan prinsip 9. Klien dan keluarga
benar minum obat mengetahui prinsip
(baca nama yang benar agar tidak
tertera pada botol terjadi kesalahan
obat, dosis obat, dalam mengkonsumsi
waktu dan cara obat
minum) 10. Klien dapat memiliki
10. Ajarkan klien minta kesadaran pentingnya
obat dan minum tepat minum obat dan
waktu bersedia minum obat
11. Anjurkan klien dengan kesadaran
melaporkan pada sendiri
perawat/ dokter jika 11. Mengetahui efek
merasakan efek yang samping sedini
tidak menyenangkan mungkin sehingga
12. Beri pujian, jika klien tidakan dapat
minum obat dengan dilakukan sesegera
benar. mungkin untuk
menghindari
komplikasi
12. Reinforcement positif
dapat memotivasi
keluarga dan klien
serta dapat
meningkatkan harga
diri
Implementasi dan Evaluasi
Nama: Karlina Ardi W NIM: 2030059
Tgl Dx Kep Implementasi Evaluasi Tnd tgn
Selasa, Risiko Melakukan SP 1 klien S: Karlina
27/ 10/ 2020 perilaku risiko perilaku kekerasan: Klien mengatakan “iya sus,
10.00 kekerasan silahkan datang lagi besok
1. Membina hubungan
sekitar jam 10 pagi”
saling percaya dengan
Klien mengatakan mengerti
cara (menjelaskan
tentang perilaku kekerasan
maksud dan tujuan
“bisa sus”
interaksi, jelaskan
O: Klien tampak tenang dan
tentang kontrak yang
senang saat dikunjungi
akan dibuat, beri rasa
Klien mampu mengulangi
aman dan sikapempati)
yang peneliti jelaskan.
2. Diskusikan bersama
Klien mampu
klien tentang perilaku
meredemonstrasikan cara
kekerasan (penyebab,
mengendalikan perilaku
tanda dan gejala,
kekerasan dengan cara fisik
perilaku yang muncul
1 tarik napas dalam
dan akibat dari
A: SP 1 klien risiko perilaku
perilakutersebut)
kekerasan teratasi
3. Latih klien melakukan
P: Lanjutkan SP 2 klien
cara mengontrol
risiko perilaku kekerasan
kemarahan dengan cara
pada pertemuan berikutnya.
ajarkan teknik
nafasdalam
Rabu, 4. Ajarkan kepada S : “bisa sus”
28/10/2020 klien latihan fisik 2 O: Klien mampu
10.00 (pukul Kasur meredemonstrasikan cara
danbantal) mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik
2 (pukul Kasur dan bantal).
A: SP 2 klien risiko perilaku
kekerasan teratasi.
P: Lanjutkan SP 3 klien
risiko perilaku kekerasan
pada pertemuan berikutnya.
Kamis, Melakukan SP 3 klien S: “Bisa sus”
29/10/2020 risiko perilaku kekerasan, “Berbicara baik-baik.
10.00 Melatih klien melakukan Meminta dengan baik
cara-cara mengontrol misalnya kawan saya mau
kemarahan: minta makanan itu boleh
kah?”
5. Mengajarkan kepada
“Menolak dengan baik
klien bicara yang baik
misalnya maaf kawan saya
bila sedang marah. Ada
sedang sibuk”
tiga cara :
“Mengungkapkan perasaan
a. Meminta dengan baik
marah misalnya kawan
tanpa marah
jangan seperti itu saya tidak
b. Menolak dengan baik
suka dan jadi kesal kalau
c. Mengungkapkan
kamu seperti itu”
perasaan kesal
O: klien mampu
meredemonstrasikan cara
mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara
bicara yang baik bila sedang
marah.
A: SP 3 klien teratasi.
P: Lanjutkan SP 4 klien
risiko perilaku kekerasan
pada pertemuan berikutnya.
Jum’at, Melakukan SP 4 klien S: “Iya sus”
30/10/2020 risiko perilaku “jika saya marah saya akan
10.00 kekerasan, banyak beristigfar”
O: klien mampu
6. Melatih klien
meredemostrasikan cara
melakukan cara mengontrol perilaku
mengontrol kemarahan kekerasan secara spiritual
dengan mempraktikan A: SP 4 klien risiko
cara spiritual perilaku kekerasan teratasi.
(beribadah) P: Lanjutkan SP 5 klien
risiko perilaku kekerasan
pada pertemuan berikutnya.
Sabtu, Melakukan SP 5 klien S : “Saya mengerti jadwal
31/10/2020 risikoperilaku kekerasan: minum obat jam setengah
10.00 7
7. Bantu klien mengontrol
pagi dan jam 5 sore, obatnya
perilaku kekerasan
ada 1 macam”
klien dengan minum
“Nama obat haloperidol
obat secara teratur dan
gunanya agar rileks, tidak
masukan dalam jadwal
tegang dan marah
kegiatan harian.
berkurang” “kadang saya
lupa nama obatnya sus,
catat saya dikertas ini”
“Sebelum saya minum obat
saya harus liat ditempat
obat ada nama saya atau
bukan, berapa macam obat
dan nama obatnya benar
atau tidak” “Setiap sebulan
sekali saya juga dapat obat
suntik sus , biasanya tanggal
10 saya ke RS”
“Iya sudah tau sus, obat itu
penting jadi saya harus
minum obat terus ya sus?”
O: klien mampu
menyebutkan prinsip 5
benar minum obat, namun
terkadang klien lupa dan
harus diingatkan oleh
perawat.
Dan telah mampu
memasukkan kedalam
jadwal harian klien.
A: SP 5 klien risiko perilaku
kekerasan teratasi sebagian.
P: lakukan evaluasi dan
terminasi pertemuan
selanjutnya.
Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan pada Keluarga
Hari/Tgl
Dx Kep Implementasi Evaluasi
Selasa, Risiko Melakukan SP 1 keluarga klien S:
perilaku risiko perilaku kekerasan:
27/10/2020 Keluarga mengatakan mengerti
kekerasan
1. Memberikan penyuluhan cara merawat klien RPK.
14.00
kepada keluarga tentang
Keluarga mengatakan tidak
cara merawat klienperilaku
menemui kendala dalam mengurus
kekerasan di rumah.
klien.
2. Diskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam O: keluarga terlihat rileks saat di
O: klien mampu
meredemostrasikan cara
mengontrol perilaku kekerasan
secara sosial atau verbal dan
mampu mengajarkan kepada klien.
A: SP 2 keluarga klien risiko
perilaku kekerasan teratasi.
P: Lanjutkan SP 3 keluarga klien
risiko perilaku kekerasan pada
pertemuan berikutnya.
Sabtu, Melakukan SP 3 Keluarga S: keluarga mengatakan telah bisa
klien risiko perilaku kekerasan: mebuat jadwal aktivitas untuk
31/10/2020
7. Membantu klien klien.
14.00 membuatjadwalaktivitas Keluarga merasa senang dapat
sehari-hari untuk klien dan membuatkan jadwal.
melakukan evaluasi terhadap Keluarga mengerti jadwal minum
perasaan kliensetelah obat klien jam jam setengah 7 pagi
dilakukan SP3 Keluarga dan jam 5 sore, obatnya ada 1
klien risiko macam.
perilakukekerasan. Keluarga mengerti bahwa
8. Membantu klien untuk obathaloperidol gunanya agar
mengontrol perilaku rileks, tidak tegang dan marah
kekerasan klien dengan berkurang.
minum obat secara teratur O: keluarga terlihat mampu
dan memasukkan dalam membuatkan jadwal untuk klien.
jadwal kegiatan harian. Keluarga mampu menyebutkan
prinsip 5 benar minum obat.
A: SP 3 Keluarga klien
risiko perilaku kekerasan teratasi.
P: lakukan evaluasi dan terminasi
pada pertemuan berikutnya.
Daftar Pustaka