ARI YUNICA
NIM 2111102414053
ARI YUNICA
NIM 2111102414053
Menyetujui
Tim Penguji
(……………………….) (………………………..)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi
S1 Kesehatan Lingkungan
(……………………………….)
ii
ANALISIS DETERMINAN KEDISIPLINAN PENGUNJUNG PUSKESMAS
DALAM PENERAPAN PROTOKOL KESEHATAN SEBAGAI UPAYA
PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19 DI PUSKESMAS LABANAN,
KECAMATAN TELUK BAYUR
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala
yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis
mampu menyelesaikan Skripsi berjudul “ANALISIS DETERMINAN
KEDISIPLINAN PENGUNJUNG PUSKESMAS DALAM PENERAPAN
PROTOKOL KESEHATAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN
PENULARAN COVID-19 DI PUSKESMAS LABANAN, KECAMATAN
TELUK BAYUR” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Lingkungan (S. KL) pada Program Studi Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa
adanya bimbingan, bantuan, dukungan dan nasehat dari berbagai pihak selama
penyusunan Skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Bambang Setiaji, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur.
2. Ghozali, MH., M.Kes, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
3. Hansen., S.KM, M.KL, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Kalimantan
Timur.
4. Andi Daramusseng, S.KM., M.Kes, selaku Dosen Wali dan Dosen
Pembimbing Skripsi atas segala bimbingan, saran dan arahan yang diberikan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Seluruh dosen beserta staff Prodi Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur yang telah
bersedia memberikan ilmu pengetahuan yang tak terhingga selama penulis
menempuh pendidikan di Prodi Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Lingkungan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
6. Kedua orang tua penulis, H. Suparno, A.Md, Kep dan Hj. Sulastri, yang selalu
memberikan nasehat, kasih sayang, doa serta atas kesabarannya luar biasa
iv
dalam setiap tahapan hidup penulis, yang merupakan anugerah terbesar dalam
hidup.
ARI YUNICA
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
1. Tujuan Umum 5
2. Tujuan Khusus 5
D. Manfaat Penelitian 6
E. Urgensi Penelitian 7
F. Luaran 7
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan 44
B. Saran 45
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit menular yang muncul di tahun 2019 disebabkan oleh
Coronavirus Disease yang dinamakan Sars-CoV2, dimana penularannya dapat
terjadi pada hewan dan manusia dengan gejala ringan hingga berat tergantung
kekuatan imun seseorang (Nasution et al., 2021). Covid-19 merupakan virus
sangat berbahaya, World Health Organization (WHO) sudah mendeklarasikan
secara resmi bahwa virus ini sebagai pandemi global tahun 2020 (Ramayanti,
2021). Dengan adanya pernyataan ini, kondisi saat ini tidak boleh disepelekan
dikarenakan sepanjang sejarah hanya terdapat beberapa penyakit digolongkan
sebagai pandemi. Pandemi sendiri adalah sebuah epidemic yang menyebar ke
berbagai negara dan menjangkiti banyak orang. Istilah pandemi ditujukan atas
tingkatan penyebarannya saja bukan terkait dengan tingkat keparahan suatu
penyakit (Ilpaj & Nurwati, 2020).
Berdasarkan Media Informasi Resmi Terkini terkait Penyakit Infeksi
Emerging (Kementerian Kesehatan, 2022) bahwa kasus positif dan kematian
di dunia sejak penyakit ini ditemukan sampai dengan saat ini sudah mencapai
516.476.402 kasus terkonfirmasi dan 6.258.023 kasus yang meninggal dunia.
Di Indonesia sendiri, Tim Komunikasi Komite Penanganan Corona Virus
Disease 2019 dan Pemulihan Ekonomi Nasional pada tanggal 11 Mei 2022
telah mengumumkan bahwa terdapat 400 kasus tambahan positif dan 8
meninggal dunia sehingga jumlah pasien terkonfirmasi positif dari awal kasus
hingga hari ini mencapai 6.049.541 kasus dan kasus kematian mencapai
156.424 kasus.
Covid-19 telah menyebar keseluruh wilayah di Indonesia termasuk di
Kabupaten Berau. Kasus di Kabupaten Berau dari awal sampai dengan hari ini
yaitu 17.320 kasus positif dan 16.884 kasus kematian. Di Kabupaten Berau
terdapat 21 Puskesmas dan ada 3 kriteria puskesams yaitu perkotaan, terpencil
1
serta sangat terpencil. Salah satu puskesmas terpencil yang mempunyai kasus
terbanyak ialah Puskesmas Labanan dengan jumlah kasus terkonfirmasi positif
sebanyak 582 dan 12 kasus kematian (Rifani, 2021).
Pada Siaran Pers Presiden tertanggal 17 Mei 2022 yang terkait dengan
“Kelonggaran Penggunaan Masker”, Presiden Jokowi mengatakan jika “Kasus
Covid di Indonesia mulai melandai dan situasi mulai turun, masyarakat diberi
kelonggaran terhadap penggunaan masker untuk diluar ruangan, tetapi untuk
masyarakat dengan komorbit dan tidak bisa diberikan vaksin disarankan tetap
menggunakan masker, kemudian untuk yang sakit dianjurkan tetap beristirahat
dirumah”. Dalam menanggapi siaran pers tersebut, banyak masyarakat tidak
patuh atas aturan protokol kesehatan dan sering tidak menggunakan masker di
dalam ruangan, contohnya di Puskesmas Labanan masih banyak pasien sering
masuk tidak memakai masker atau sering melepas masker di dalam ruangan.
Penularan Covid-19 pada manusia umumnya dipengaruhi oleh interaksi
sosial yang dilakukan, misalnya di sekolah, kantor dan lingkungan masyarakat
(Herawati & Indragiri, 2021). Berdasarkan hasil riset (Webster et al., 2020)
dari Departemen Psikologi Universitas Sheffield, menyatakan bahwa banyak
faktor mempengaruhi kepatuhan masyarakat selama wabah Covid-19, yakni
berkisar 0 sampai 92,8%. Faktor utama ialah pengetahuan masyarakat tentang
wabah penyakit menular dan aturan terkait karantina. Pengetahuan merupakan
faktor yang secara konsisten mempengaruhi kepatuhan.
Merujuk hasil penelitian (Ginting et al., 2021) melalui 6 indikator yang
dinilai, bahwa responden perempuan jauh lebih patuh pada perilaku penerapan
protokol kesehatan apabila dibandingkan dengan laki-laki. Sebanyak 8,02%
responden menyatakan bahwa jarang atau tidak pernah menggunakan masker,
22,29% jarang atau tidak pernah menggunakan handsanitizer, 24,62% jarang
maupun tidak pernah mencuci tangan selama 20 detik dengan sabun, sebanyak
18,16% jarang bahkan menghindari berjabat tangan, 23,32% jarang atau tidak
menghindari kerumunan dan 26,46% jarang atau tidak pernah menjaga jarak
minimal satu meter. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan dalam
penerapan protokol tersebut salah satunya karena tidak adanya sanksi apabila
2
tidak menerapkan protokol kesehatan, hal ini dapat diartikan bahwa kesadaran
masyarakat masih kurang.
Sedangkan survei tingkat kepatuhan penerapan protokol kesehatan di
tempat kerja yang dilaksanakan oleh (Yuantari et al., 2021) didapatkan hasil
sebanyak 27,38% responden mengaku jika lingkungan tempat kerjanya belum
menerapkan wajib menjaga jarak, 17,44% mengaku jika lingkungan kerjanya
tidak menerapkan cuci tangan dengan handsanitizer, 5,65% mengaku bahwa
lingkungan tempat kerjanya belum menerapkan memakai masker serta 5,65%
mengaku lingkungan tempat kerjanya belum menerapkan pemeriksaan dengan
thermogun.
Merujuk Survei Balitbang Kementerian Kesehatan RI yang dilakukan
oleh (Media & Afriyani, 2020) terkait pengetahuan, sikap serta perilaku hidup
sehat masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19 di Sumatera Barat,
menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, perilaku benar dan baik cukup tinggi
yakni 70,67%. Akan tetapi, hal ini tidak dibarengi dengan praktik disiplin oleh
masyarakat karena masih ada 5,3% responden yang tidak selalu menggunakan
masker jika keluar rumah serta perilaku aktivitas fisik responden yang selalu
melakukan olahraga 30 menit sehari masih rendah, yakni 21,2%. Riset yang
dilakukan oleh (Aslamiyah & Nurhayati, 2021) terkait faktor psikososial dari
ketidakpatuhan masyarakat di masa pandemi menunjukan bahwa terdapat tiga
prediktor utama, diantaranya aspek psikologis, sosial, ekonomi dan budaya
serta persepsi terhadap otoritas pemerintah.
Merujuk hasil penelitian (Yanti et al., 2020), pengetahuan masyarakat,
sikap dan perilaku menuju kebijakan jarak sosial sebagai sarana dalam rangka
untuk mencegah transmisi Covid-19 di Indonesia dan kepatuhan masyarakat
terhadap jarak sosial ialah bagian kontrol pandemi. Strategi pemerintah dalam
mengatasi wabah Covid-19 berbasis semangat gotong royong yaitu pentingnya
strategi penanganan yang baik antara pemerintah dengan masyarakat sehingga
bisa bersikap positif menghadapi situasi sulit dan diharapkan jumlah kematian
rendah bahkan virus ini akan segera teratasi dan menghilang dari bumi ini.
3
Upaya dalam mencegah penyebaran Covid-19, pemerintah mengambil
kebijakan yang disebut protokol kesehatan, yaitu kebijakan 3 M (Mengenakan
Masker, Mengatur Jarak dan Mencuci Tangan). Namun, 3M ini masih belum
mampu mencegah penyebaran virus secara optimal, sehingga pemerintah telah
membuat aturan baru yaitu 5M yang ditambah aspek Menghindari Kerumunan
dan Mengurangi Mobilitas (Kementrian Kesehatan, 2021).
Kabupaten Berau telah membuat aturan, yaitu Peraturan Bupati Nomor
1 Tahun 2021 tentang penegasan terhadap seseorang yang melanggar protokol
kesehatan dan akan mendapatkan denda, yakni apabila tidak memakai masker
akan di denda sebesar Rp.150.000. Akan tetapi, masih banyak warga yang
melanggar dan tidak memakai masker. Penggunaan masker adalah cara paling
optimal mencegah diri dari virus Covid-19. Peraturan yang dibuat oleh Bupati
Berau ini juga di terapkan di tiap-tiap Puskesmas terutama bagi pengunjung,
baik pasien maupun keluarga pasien.
Salah satu dari lembaga pelayanan kesehatan masyarakat yang sudah
menerapkan aturan ini adalah Puskesmas Labanan. Kebijakan di tindak lanjuti
dengan “apabila tidak menggunakan masker, maka pasien tidak akan dilayani,
mencuci tangan sebelum masuk dan dilarang berkerumun” dikarenakan masih
banyak pasien yang berobat tidak disiplin. Aturan ini dibuat guna mencegah
penyebaran Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Labanan.
Penerapan protokol kesehatan dalam menurunkan penularan Covid-19
sangat berhubungan sekali dengan tingkat pengetahuan masyarakat agar dapat
terbentuk suatu perbuatan seseorang dalam melakukan tindakan dan perilaku.
Pengetahuan ini biasanya diperoleh dari informasi buku maupun media sosial.
Pengetahuan yang baik atas penanganan Covid-19 memberikan pengetahuan
tentang cara mencegah diri dari penularan virus (Kurniawan & Sutan, 2021).
Selain faktor pengetahuan, jenis kelamin dan kategori usia merupakan
faktor yang juga berpengaruh pada kedisiplinan penerapan protokol kesehatan.
Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa kepatuhan kaum perempuan lebih
tinggi dari para pria, serta responden kaum tua lebih acuh terhadap peraturan
protokol kesehatan dibandingkan kaum muda (Ain et al., 2022).
4
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk
melaksanakan riset berjudul “Analisis Determinan Kedisiplinan Pengunjung
Puskesmas Dalam penerapan Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan
Penularan Covid-19 Di Puskesmas Labanan, Kecamatan Teluk Bayur”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana gambaran kategori usia responden di Puskesmas Labanan?
2. Bagaimana gambaran jenis kelamin responden di Puskesmas Labanan?
3. Bagaimana gambaran kebijakan pemerintah dalam penerapan protokol
kesehatan responden di Puskesmas Labanan?
4. Bagaimana gambaran pengetahuan responden tentang penerapan protokol
kesehatan di Puskesmas Labanan?
5. Apakah ada hubungan antara kategori usia dengan kedisiplinan
pengunjung puskesmas dalam penerapan protokol kesehatan ?
6. Apakah ada hubungan jenis kelamin dengan kedisiplinan pengunjung
puskesmas dalam penerapan protokol kesehatan ?
7. Apakah ada hubungan kebijakan pemerintah dengan kedisiplinan
pengunjung puskesmas dalam penerapan protokol kesehatan ?
8. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan kedisiplinan pengunjung
puskesmas dalam penerapan protokol kesehatan?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan dalam rangka menganalisis
determinan kedisiplinan pengunjung Puskesmas Labanan dalam penerapan
protokol kesehatan berdasarkan indikator jenis kelamin, usia, pengetahuan
serta kebijakan pemerintah.
5
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kategori usia responden di Puskesmas
Labanan.
b. Untuk mengetahui gambaran jenis kelamin responden di Puskesmas
Labanan.
c. Untuk mengetahui gambaran kebijakan pemerintah dalam penerapan
protokol kesehatan responden di Puskesmas Labanan.
d. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden tentang penerapan
protokol kesehatan di Puskesmas Labanan.
e. Untuk mengetahui hubungan antara kategori usia dengan kedisiplinan
pengunjung puskesmas dalam penerapan protokol kesehatan.
f. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kedisiplinan
pengunjung puskesmas dalam penerapan protokol kesehatan.
g. Untuk mengetahui hubungan kebijakan pemerintah dengan kedisiplinan
pengunjung puskesmas dalam penerapan protokol kesehatan.
h. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kedisiplinan
pengunjung puskesmas dalam penerapan kesehatan.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Untuk Penelitian
Hasil riset ini dapat memberikan pengetahuan bahwa kedisiplinan
pengunjung puskesmas terhadap protokol kesehatan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor-faktor.
2. Manfaat Untuk Instansi
Untuk memberi informasi terhadap Instansi bahwa adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi terhadap kedisiplinan pengunjung puskesmas
dalam penerapan protokol kesehatan sehingga nantinya mampu dibuatkan
peraturan yang sesuai.
3. Manfaat Untuk Masyarakat
6
Untuk memberi pemahaman atau pendekatan terhadap masyarakat
atas pentingnnya disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan guna untuk
mencegah Virus Covid-19.
E. URGENSI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk melihat permasalahan yang muncul yaitu
kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan.
Terutama bagi para pengunjung Puskesmas Labanan, baik pasien maupun
pengantar pasien, pengunjung sering sekali melanggar aturan-aturan yang ada
yaitu mematuhi protokol kesehatan. Permasalahan ini sering sekali muncul
dan susah dikendalikan. Ketidakdisiplinan pada penerapan protokol kesehatan
ini dilakukan oleh para pengunjung dengan berbagai bentuk karakter, jenis
kelamin maupun usia, sehingga riset ini untuk melihat beberapa faktor yang
membuat pengunjung tidak disiplin dalam rangka untuk penerapan protokol
kesehatan yaitu usia, jenis kelamin, kebijakan pemerintah dan juga tingkat
pengetahuan yang kurang dari masyarakat.
F. LUARAN PENELITIAN
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini dapat dilihat pada table berikut:
Target Jenis Luaran Indikator Capaian
2022 Publikasi Jurnal Ilmiah Terbit
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. COVID-19
1. Pengertian
Berdasarkan pendapat dari (WHO, 2020), Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus baru
ditemukan. Kebanyakan orang terinfeksi virus ini akan mengalami penyakit
pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan
khusus. Orang tua dan masyarakat yang memiliki komorbit, seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, pernapasan kronis dan kanker memungkin tertular
Covid-19. Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) ialah penyakit disebabkan
oleh turunan coronavirus baru, yakni ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus,
dan ‘D’ disease (penyakit).
Penyakit yang disebabkan oleh jangkitan virus Corona atau disebut
juga SARS-CoV-2 merupakan jenis virus yang menjangkiti bagian sistem
pernafasan seseorang sehingga bisa mengakibatkan terjadinya infeksi pada
paru-paru dengan dampak paling serius adalah menyebabkan kematian.
Jenis virus tersebut sangat cepat menyebar dari setiap manusia tanpa
mengenal usia sehingga harus diwaspadai penyebarannya (Handayani et al.,
2020).
2. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, pengidap infeksi Covid-19 akan merasakan beberapa
gejala, diantaranya adalah demam tinggi, nyeri kepala maupun otot, batuk,
sesak dan berbagai gejala lain (Putri & Anulus, 2020). Sedangkan penelitian
yang pernah dilaksanakan oleh (Karyono & Wicaksana, 2020) ada beberapa
gejala yang paling sering ditemukan pada penderita Covid-19, diantaranya
kelemahan (44%), batuk (76%), demam (98%), ada juga pasien mengalami
diare 3%, batuk darah 5%, sakit kepala 8%, produksi sputum (28%) serta
sejumlah 55% penderita juga mengalami sesak pada pernafasan.
8
Berdasarkan pendapat (Izzatika et al., 2021) menyatakan jika adanya
gejala lain berkaitan pencernaan manusia. Sakit abdominal adalah indikator
efek samping terparah yang diakibatkan Covid-19 dengan tingkat 2,7% dari
penderita, sedangkan 5,6% disertai dengan muntah dan juga 7,8% mengidap
diare (Azwar et al., 2020). Pemeriksaan toraks para pasien Covid-19 dengan
CT Scan mampu menghasilkan adanya beberapa gejala abnormalitas yang
ditemukan sebagai kondisi yang bisa dikatakan jarang ditemukan. Manusia
yang terkena infeksi, akan tetapi tidak menunjukkan gejala apapun akan bisa
mendatangkan risiko tertinggi penularan virus Covid-19 kepada orang lain.
3. Penularan
Penularan Covid-19 ini umumnya terjadi ketika ada kontak langsung
dengan penderita maupun terkena droplet yang kemudian bisa menyebabkan
virus menginfeksi orang lain melalui kulit atau jaringan lainnya. Dari suatu
kajian terkait pengukuran dari kecepatan penularan virus dilihat dari waktu
inkubasinya, kemunculan gejala hingga setelah dinyatakan terkena Covid-19
dan diisolasi, ditemukan bahwa penularannya dapat tersebar kepada 3 orang
sekaligus yang dekat dengan pasien. Namun, apabila penularan terjadi pada
saat inkubasi bisa mengakibatkan risiko lebih besar dalam menularkan virus
(Idriasari et al., 2022).
4. Diagnosis
a. Kasus Suspek
Apabila terjadi pada seseorang beberapa karakteristik berikut, antara lain:
1) Jika seseorang mengidap satu di antara beberapa gejala klinis maupun
epidemologis yaitu akan mengalami demam dengan suhu > 38 Derajat
Celcius maupun disertai batuk, setidaknya tiga gejala terparah, seperti
batuk, demam tinggi, sakit kepala, lemas, myalgin, sakit tenggorokan,
sesak nafas, saluran pernafasan terhambat, diare, kesadaran menurun,
muntah ataupun mual.
9
2) Seorang yang terkena pneumonia atau sesak napas.
3) Seorang yang terkena akan kehilangan kemampuan dalam penciuman
dan perasaan, tetapi tidak ditemukan akibat lain yang dapat dikenali
(Handayani et al., 2020).
b. Kasus Probable
Berdasarkan kasus suspek bagi penderita yang kemudian meninggal
dunia dengan beberapa ciri klinis akurat dari Covid-19 dan mempunyai
karakteristik belum pernah melakukan pengecekan maupun sudah pernah
melakukan pengecekan RT-PCR sekali tetapi hasilnya negatif sedangkan
pemeriksaan kedua tidak dilakukan (Khaerunnisa et al., 2022).
c. Kasus Konfirmasi
Pasien akan dikatakan positif terkena Covid-19 dapat terbukti dari
hasil pengecekan RT-PCR. Terbagi kasus konfirmasi ini pada dua bagian
yakni tanpa gejala dan yang bergejala tertentu (Pasha et al., 2022).
d. Kontak Erat
Adalah pihak yang telah melakukan kontak dengan pasien terkena
Covid-19. Maksud dari riwayat kontak ini adalah sebagi berikut:
1) Sudah bertemu atau kontak langsung dengan pasien probable maupun
konfirmasi dengan jarak minimal 1 meter dan waktu sekitar 15 menit
maupun lebih lama.
2) Bersentuhan fisik dengan pasien probable maupun konfirmasi.
3) Pihak yang merawat penderita, baik probable dan terkonfirmasi tetapi
tidak mengenakan APD secara lengkap.
4) Kondisi lain memungkinkan terjadinya kontak yang ditentukan oleh
penyelidik.
5) Pemberian pengobatan ke para pasien Covid-19 masih hanya sebatas
memberikan penurun demam. Karena sampai saat ini, obat khususnya
belum ditemukan, maka sebaiknya tiap orang harus menjaga imunitas
agar terhindar dari virus ini (Surendra et al., 2021).
10
5. Penerapan Protokol Kesehatan
Peranan penting sebagai pemutus mata rantai dari penyebaran Covid-
19 ialah masyarakat supaya sumber baru penyebaran tidak terbentuk karena
penyebarannya terjadi melalui infeksi lendir hidung maupun liur dari setiap
orang yang dapat terjadi dimana saja terutama ketika suasana sedang ramai
dan terjadi interaksi. Menurut (Kementerian Kesehatan, 2020), secara
prinsip untuk dapat mencegah dan mengendalikan Covid-19 bisa dijalankan
melalui pencegahan penularan ke seseorang. Terjadinya penyebaran virus
Covid-19 dari droplet seorang penderita kemudian menjangkit ke orang lain
melalui mulut bahkan hidung, sehingga pencegahannya dilakukan melalui
beberapa upaya, yaitu:
1) Menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci dan mnggunakan sabun
serta air mengalir minimal 40 detik maupun dengan handsanitizer selama
setidaknya 20 detik.
2) Hindari menyentuh area mata, hidung dan mulut dengan tangan kotor.
3) Selalu mengenakan masker sebagai perlindungan terhadap jangkitan
virus ketika bepergian keluar maupun saat melakukan interaksi dengan
banyak orang yang bisa saja terjangkit Covid-19.
4) Mengatur jarak yang aman setidaknya 1 meter dari seseorang agar tidak
terkena droplet ketika orang lain bersin dan batuk maupun melalui teknik
lain agar bisa terhindar.
5) Memberikan batasan terhadap orang lain yang ingin berinteraksi apabila
kondisi kesehatannya belum diketahui.
6) Setelah pulang dari bepergian, hendaknya langsung mandi dan ganti baju
jika akan berinteraksi dengan anggota keluarga.
7) Menjaga imunitas melalui penerapan hidup yang bersih dan sehat, selalu
mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi, berolahraga dan istirahat
serta minum vitamin.
8) Menggunakan obat herbal untuk menjaga kesehatan dan selalu bugar.
9) Tetap mengontrol penyakit bawaan agar tidak semakin parah.
11
10) Menjaga kesehatan fisik dan mental, apabila sedang sakit setidaknya agar
menjaga etika ketika bersin maupun batuk. Jika sakitnya tidak kunjung
sembuh sebaiknya langsung melakukan pemeriksaan juga menjalankan
protokol kesehatan dimanapun.
12
Covid-19 dengan alasan wanita mempunyai waktu lebih banyak dalam
membaca dan mempelajari cara pencegahan penyakit.
c. Kebijakan Pemerintah
Upaya dalam pencegahan penyebaran Covid-19 ini menyebabkan
pemerintah mengambil suatu kebijakan yang disebut protokol kesehatan,
diantaranya adalah Mengenakan Masker, Mengatur Jarak serta Mencuci
Tangan. Namun, aturan 3 M ini masih belum mencegah penyebaran virus
secara optimal. Kemudian Pemerintah membuat aturan baru, yaitu 5 M,
ditambah dengan aspek Menghindari Kerumunan, Mengurangi Mobilitas
(Kemeskes, 2021).
Kaitannya dengan upaya pencegahan dan pengendalian jangkitan
Covid-19, maka Pemerintah Kabupaten Berau mengatur kebijakan dalam
mengadaptasi kebiasaan baru di masa pandemi, sebagaimana dituangkan
pada peraturan No.360/638/BPBD/2021, No.172/63/DPRD/XI/2021, No.
B/886/XI/2021, No.KEP/57/XI/2021, No.B-1622/0.4.14/CS/XI/2021 dan
peraturan No.B-1071/HK.009/XI/2021. Aturan ini berisi terkait dengan
penerapan protokol kesehatan pada saat menjalankan aktivitas-aktivitas
usaha dalam menghindari jangkitan Covid-19, yakni melalui pemakaian
masker, rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir serta
dengan handsanitizer, selalu memastikan berada pada jarak aman agar
mencegah kerumunan, tidak mendatangi lokasi zona merah di sekitar.
d. Pengetahuan
1) Definisi Pengetahuan
Perilaku atau sikap seseorang terhadap kondisi kesehatan dapat
tercermin dari pengetahuan yang dimiliki. Hal ini karena pengetahuan
merupakan hasil penginderaan seseorang terhadap suatu objek dari
beberapa organ indera, seperti telinga, hidung, mulut, mata dan lain
sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Cakupan aspek pengetahuan secara
kognitif yaitu mengetahui, mengerti, mengaplikasikan, menganalisis,
mensintesis dan mengevaluasi (Budiman & Riyanto, 2013).
13
Seseorang dapat memperoleh pengetahuan setelah mengindera
beberapa objek yang melalui panca inderanya, seperti dengan melihat,
mendengar, mencium, merasa serta meraba. Sikap seseorang sangat
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan
ialah kekuatan sebab kecenderungan implementasinya lebih mengarah
pada kekuasaan dan eksploitasi terhadap objek ataupun subjek. Hal ini
mengisyarakatkan bahwa pengetahuan tidak berdampak apapun, sebab
penggunaannya hanya sebagai pemenuhan intelektualitas bukan pada
penerapannya (Wawan & Dewi, 2018).
2) Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Berikut merupakan beberapa aspek yang bisa berpengaruh pada
pengetahuan seseorang menurut (Budiman & Riyanto, 2013), yakni:
a) Pendidikan
Sebagai upaya dalam rangka membentuk kepribadian matang
dan berkompeten di suatu bidang, kegiatannya dilakukan sepanjang
kehidupan ialah usaha memperoleh pendidikan. Tingginya jenjang
pendidikan mengindikasikan bahwa seseorang banyak memperoleh
informasi yang berpengaruh pada tingginya pengetahuan mereka.
Namun, harus diketahui jika pendidikan rendah bukan berarti akan
berwawasan rendah karena pengetahuan dapat diperoleh dari mana
saja Informasi
Pendidikan diartikan sebagai segala berita maupun fenomena
yang diketahui, selain itu ada juga yang mengatakan jika informasi
sebagai bentuk transfer ilmu (wawasan). Dapat ditemukan berbagai
informasi yang didapat dari hasil kajian terhadap kondisi sekeliling
kemudian akan dilakukan komunikasi serta pendidikan yang secara
formal maupun informal.
b) Sosial, Budaya dan Ekonomi
Tingkat perekonomian seseorang akan berdampak pada aspek
penyediaan fasilitas yang sesuai atas kebutuhan dalam menjalankan
14
suatu aktivitas, menyebabkan pengetahuan juga dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian.
c) Lingkungan
Kondisi sekeliling individu disebut dengan lingkungan, baik
berbentuk kelompok sosial, fisik maupun kondisi geografis. Karena
lingkungan juga memiliki pengaruh atas aspek tingkat pengetahuan
individu yang mana terjadi interaksi akibat pengetahuan pada suatu
lingkungannya.
d) Pengalaman
Kondisi maupun fenomena yang pernah dialami seseorang di
masa lalu disebut sebagai pengalaman. Kompetensi yang ada dalam
diri individu sangat dipengaruhi oleh pengalaman, begitu juga pada
aspek proses pengembangan keterampilan dari seseorang yang bisa
berpengaruh pada peningkatan pengetahuan dirinya.
e) Usia
Usia berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam berpikir
dan berpengetahuan. Semkain meningkatnya usia berdampak pada
kemampuan memahami pengetahuan akan menjadi lebih baik serta
mengalami perkembangan. Namun, usia lanjut dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan dan daya ingat.
3) Metode Mendapatkan Pengetahuan
a) Metode Non Ilmiah
(1) Teknik Coba-Coba
Langkah percobaan ini bisa dilaksanakan berdasarkan pada
beberapa potensi dalam penyelesaian masalah. Jika percobaan
pertama gagal, akan dicoba lagi dengan menggunakan metode
yang lain. Kemudian, apabila kembali terjadi kegagalan, dapat
melakukan percobaan lainnya hingga ditemukan solusi atas
permasalahan.
15
(2) Cara Kebetulan
Suatu kebenaran ditemukan tanpa dilakukan kajian dengan
sengaja oleh penemunya.
(3) Melalui Otoritas
(4) Dari Pengalaman Pribadi
Pengetahuan dapat diperoleh dari para pemimpin di suatu
masyarakat yang berkuasa, baik secara formal maupun informal
begitu juga dengan pemimpin agama dan yang lainnya. Dapat
dikatakan jika pengetahuan diperoleh dari pemilik kekuasaan,
seperti dari pemerintah, tokoh adat maupun agama bahkan para
ilmuan. Dari pandangan ini kemudian masyarakat akan mampu
menerima pandangan orang lain tanpa melakukan peninjauan
ulang atas bukti kebenaran yang didasarkan pada fakta-fakta
pandangan pribadinya. Pengetahuan juga bisa didapat melalui
pengalaman pribadi dengan pengulangan berbagai pengalaman
pada masa untuk menemukan solusi permasalahan.
(5) Cara Akal Sehat
Kebenaran biasanya juga didapatkan dengan akal sehat. Di
zaman dahulu sebelum perkembangan pengetahuan, orang tua
menerapkan metode sanksi fisik agar anaknya mengikuti saran
atau kemauan mereka serta mendisiplinkan kehidupan anaknya.
Sehingga metode hukuman itu akan mengalami perkembangan
dalam bentuk teori sebagai salah satu metode untuk mendidik
anak.
(6) Melalui Jalan Pikiran
Nalar dapat digunakan oleh seseorang dalam mendapatkan
pengetahuan, bisa juga dikatakan bahwa pengetahuan diperoleh
dengan pemikiran dari berbagai metode yang dianggap efektif.
(7) Induksi
Diartikan induksi sebagai proses dalam penentuan konklusi
diawali dengan pemberian pertanyaan dari khusus menuju yang
16
sifatnya umum. Dalam artian lain, akan dibuat suatu kesimpulan
berdasarkan atas pengalaman tangkapan indera yang kemudian
dilanjutkan dengan adanya hasil pengamatan atau kajian.
b) Metode Ilmiah
Pengetahuan bisa diperoleh melalui metode lebih modern dan
berkembang yang mampu menghasilkan pemikiran logis, ilmiah
serta tersistem. Metode ini disebut dengan riset atau penelitian.
4) Cara Pengukuran Pengetahuan
Dikatakan oleh (Arikunto, 2010), pengetahuan seseorang dapat
diukur dari penilaian secara kuantitatif dengan persentase:
a) Baik : hasil presentase : 76% -100%
b) Cukup : hasil presentase : 56% -75%
c) Kurang : hasil presentase : >56%
e. Sikap
Sikap atau perilaku dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan, hal
ini seperti yang dikatakan oleh (Sono, 2020) bahwa ada korelasi di antara
sikap terhadap risiko tertularnya penyakit, tingkat kesehatan maupun
kematian. Karena tidak patuhnya seseorang pada aturan tertentu mampu
mengakibatkan adanya dampak buruk yang menimpa dirinya, begitupun
jika patuh pada aturan juga berdampak baik untuk diri sendiri.
f. Pekerjaan
Kegiatan yang bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan hidup dari
seseorang dan keluarganya ialah melalui proses bekerja, sehingga mampu
menghasilkan uang (Alfa, 2020).
g. Pendidikan
Pendidikan adalah ukuran dalam memberikan nilai atas kecakapan
individu ketika berinteraksi secara optimal. Rendahnya mutu pendidikan
individu akan berdampak pada rendahnya kesadaran dalam rangka untuk
menaati protokol kesehatan. Pendidikan akan memengaruhi diperolehnya
17
berbagai informasi secara cepat, tepat serta banyak yang berdampak pada
sikap seseorang (Safitri, 2021).
h. State of Art
No Judul Artikel Penulis Tahun Variabel Metode penelitian Hasil penelitian
1 Faktor-faktor Yang Imelda Iriana 2021 Pengetahuan, Jenis penelitian yang Dari hasil
Mempengaruhi Purba, Donal Sikap, Sarana digunakan korelasi penelitian ini
Tingkat Kepatuhan Nababan, dan analitik dengan bahwa factor yang
Pasien Terhadap Taruli Prasarana, pendekatan cross mempengaruhi
Protokol Rohana Persepsi sectional. Pengumpulan tingkat kepatuhan
Kesehatan Dalam Sinaga, data menggunakan data pasien terhadap
Pencegahan Covid Janno Sinaga primer dan sekunder, protokol Kesehatan
19 Di Puskesmas Analisa data yang dalam pencegahan
Simalingkar digunakan adalah Covid 19 di
Medan Tahun Analisa univariat, Puskesmas
2021 bivariat, dan Simalingkar Medan
multivariat. adalah Sikap.
2 Kepatuhan Harmawati, 2021 Kepatuhan Penelitian ini Dari hasil
Pengunjung Etri Yanti. dan merupakan penelitian penelitian ini
Puskesmas protokol kuantitatif dengan didapatkan
Terhadap Protokol kesehatan desain penelitian cross terjadinya
Kesehatan 3 M sectional perubahan yaitu
(Memakai Masker, adanya
Mencuci Tangan, peningkatan
Menajga Jarak dan pengetahuan pasien
Menghindari dan keluarga pasien
Kerumunan) dalam upaya
pencegahan dini
terhadap diabetes
militus tipe 2.
3 Determinan Chandrika 2021 Determinan, Penelitian ini Data umum
Kepatuhan Fahira Kepatuhan, merupakan penelitian responden dalam
masyarakat Quamila, Kebijakan, kuantitatif dengan penelitian ini
terhadap kebijakan Septo Pembatasan desain penelitian cross adalah responden
pembatasan Pawelas sectional. Populasi terbanyak adalah
kegiatan Arso, Wulan dalam penelitian ini perempuan 96
masyarakat dalam Kusumastuti adalah seluruh respnden (68,6%),
pencegahan masyarakat yang berusia 17 – 25
penyebaran covid- berdomisili atau tahun (62,1%),
19 berkegiatan di Kota berpendidikan
Semarang menengah (55,0%),
tidak bekerja
18
(50,7%), berstatus
sebagai warga Kota
Semarang (75,0%).
4 Faktor-Faktor Lisa Ayu 2021 Kepatuhan, Penelitian ini Menunjukkan
Yang Lestari Protokol merupakan penelitian bahwa terdapat
Mempengaruhi Kesehatan kuantitatif dengan hubungan yang
Kepatuhan desain penelitian cross bermakna dengan
Pegawai Dalam sectional, Populasi kepatuhan protokol
Penerapan dalam penelitian ini kesehatan pegawai
Protokol adalah seluruh pegawai yaitu ketersedian
Kesehatan Sebagai daerah dan pegawai fasilitas dan sarana
Upaya Pencegahan pusat dengan jumlah (p=0,044)
Penularan Covid- sampel 344 orang dan sedangkan
19 Di Kota dipilih menggunakan pengetahuan
Pasangkayu purposive sampling. (p=0,495),
Pengumpulan data dukungan rekan
dilakukan kerja (p=1,000),
menggunakan sikap (p=0,685),
kuesioner secara luring dan perilaku
dimana kuesioner (p=0,339), tidak
dinyatakan reliabel berhubungan
dengan nilai cronbach
alpha sebesar 0,6
sampai dengan 0,8 yang
diuji terhadap 100
sampel.
5 Perilaku Penerapan Bayu Seno 2021 Perilaku, Jenis penelitian yang Dari kegiatan ini
Protokol Aji, Febrie Penerapan dilakukan pada didapatkan bahwa
Kesehatan Covid- Wulandari, Pengalaman Belajar hasil penelitian
19 Ghina Lapangan kali ini pada 30 orang
Yusriyah adalah observasional responden Desa
dengan desain studi Sumur Batu,
yang digunakan pada menunjukkan
studi ini adalah desain 43,33% termasuk
cross sectional. Hasil: kedalam kategori
Berdasarkan hasil perilaku yang
analisis yang telah buruk dalam
dilakukan, didapatkan PENERAPAN
skor rata-rata responden protokol kesehatan.
sebelum dilakukan Nilai p-value pada
intervensi adalah 82,33 hasil analisis
dengan standar deviasi bivariat
16,54. Sedangkan skor menggunakan
rata-rata responden metode chi square,
setelah dilakukan dapat diketahui
intervensi adalah 91,67 bahwa tidak ada
19
dengan standar deviasi satupun variabel
12,88. Maka dari itu, yang berhubungan
dapat diketahui bahwa secara signifikan
skor rata-rata responden dengan perilaku
meningkat sebesar 9,34 penerapan protokol
kesehatan.
i. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan suatu hubungan berbagai variabel
yang dijelaskan secara lengkap, dan nantinya akan menjelaskan suatu
sebab dan akibat dalam sebuah kejadian.
PENCEGAHAN COVID-19
KEBIJAKAN
PROTOKOL JENIS KELAMIN PENGETAHUAN
KESEHATAN
PEKERJAAN PENDIDIKAN
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep adalah gambaran hubungan antara berbagai variabel
yang dikembangkan oleh peneliti setelah menelaah berbagai teori yang terkait
kemudian menyusun konsep sendiri yang akan digunakannya sebagai suatu
landasan untuk penelitiannya (Masturoh & Anggita, 2018). Adapun kerangka
konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Indipenden Variabel Dependen
1. Usia
2. Jenis Kelamin Kedisiplinan
3. Peran Kebijakan Protokol
Pemerintah Kesehatan
4. Tingkat
Pengetahuan
B. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional yaitu baik variabel dependen maupun independen
diteliti sekaligus pada waktu bersamaan (snap of the population). Tiap subjek
riset hanya diobservasi sekali saja serta pengukuran terhadap suatu variabel
subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2012). Cross Sectional memiliki
tujuan dalam rangka mengetahui besaran penyakit kesehatan dan mengetahui
hubungan antara faktor-faktor tertentu dengan masalah kesehatan.
21
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Dalam riset ini ditetapkan populasinya yaitu sejumlah masyarakat
yang telah menggunakan pelayanan Puskesmas Labanan di 3 (tiga) bulan
terakhir tahun 2022 sejumlah 1.252 orang pasien.
2. Sampel
Sampel diartikan sebagai unit dari jumlah populasi mencakup beberapa
anggota yang dipilih. Syarat sampel ialah harus mampu merepresentasikan
populasi yang digunakan (Sugiyono, 2017). Peneliti menerapkan metode
Slovin untuk mencari jumlah sampel diperlukan, yaitu sebagai berikut:
Rumus :
N
n=
N (e)2 +1
N
n= 2
N (e) +1
1.252
n=
1.252( 0.1)2 +1
1.252
n=
12,52+1
1.252
n=
13,52
n = 92,60
n = 93 (Pembulatan dari 92,60)
Keterangan :
n= Jumlah sampel
N= Jumlah populasi
e= Batas toleransi error (10%)
22
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah accidental sampling. Sampling insidental/accidental sampling
merupakan teknik pengambilan sampel didasarkan pada suatu kejadian
ketidaksengajaan ketika peneliti bertemu dengan pasien untuk dijadikan
sampel dengan kriteria tertentu, yaitu :
a. Kriteria Inklusi
Kondisi ini disebut sebagai kriteria ketika subjek pada riset mampu
merepresentasikan sampel sebagaimana syarat yang ditentukan.
Cakupan dari kriteria ini, yaitu:
1) Pasien Puskesmas Labanan.
2) Usia pasien minimal 15 tahun.
3) Pasien bersedia dijadikan responden.
b. Kriteria Eksklusi
Kondisi ini disebut sebagai kriteria ketika subjek riset tidak mampu
merepresentasikan sampel sebab syarat tidak mampu dipenuhi, apabila
terdapat halangan tertentu sehingga individu tersebut menolak dijadikan
responden ataupun kondisi tidak bisa dilaksanakannya. Diantara kriteria
ini, yaitu:
1) Usia pasien dibawah 15 tahun.
2) Pasien yang tidak berkenan menjadi responden.
D. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian merupakan suatu karakteristik untuk dikaji dan
diamati dengan nilai yang bervariasi dan bisa diukur (Agus, 2022). Dalam
penelitian ini digunakan dua jenis variabel, diantaranya:
1. Variabel Bebas (Independent) : Usia, Jenis Kelamin, Kebijakan
Pemerintah dan Tingkat Pengetahuan.
2. Variabel Terikat (Dependent) : Kedisiplinan Pengunjung Puskesmas.
23
E. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF
Penguraian mengenai variabel kajian atau kondisi yang bisa diukur
berdasarkan variabel disebut sebagai definisi operasional. Selain itu, juga
digunakan dalam pemberian arahan atas kajian dan pengamatan dilakukan
kepada variabel dan mengembangkan instrumen (Notoatmodjo, 2012).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi Cara
Variabel Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional Pengukuran
1 2 3 4 5
Kedisiplinan Kedisiplinan Wawancara, Disiplin: Jika Nominal
penerapan prokes penerapan protokol perhitungan memiliki skor
kesehatan adalah range skor 20-25 dan hasil
memakai masker, adalah nilai observasi
mencuci tangan, tertinggi menunjukkan
menjaga jarak dikurangi kesesuaian
nilai Tidak Disiplin:
terendah, Jika memiliki
dibagi dua skor 5-19 dan
dengan porsi hasil observasi
75% dan menunjukkan
25% kesesuaian
Usia Kategori Usia Wawancara, Kategori usia Nominal
responden kategorisasi produktif 15–
usia menurut 64 th
Badan Pusat kategori usia
Statistik tidak produktif
(BPS) > 65 th
24
Masyarakat. 16-20
Tidak baik =
kepatuhan
protokol
kesehatan
karena
kebijakan
Pemerintah
dianggap tidak
baik jika skor
4-15
Tingkat Tingkat pengetahuan Wawancara Baik= Tingkat Nominal
pengetahuan responden tentang pengetahuan
penerapan protokol baik jika skor
kesehatan 76%-100%
Tidak
Baik=Tingkat
pengetahuan
tidak baik jika
skor <75%
F. PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah Data Primer
dan Data Sekunder.
1. Data primer merupakan sumber data yang langsung diberikan kepada
pengumpul data atau peneliti melalui wawancara, kuesioner, observasi
maupun gabungan ketiganya (Sugiyono, 2014). Data primer penelitian
ini didapat dari pengisian kuesioner dan wawancara langsung terhadap
responden tentang faktor yang berhubungan dengan tingkat kedisiplinan
pengunjung puskesmas Labanan terhadap protokol kesehatan Covid-19.
2. Data sekunder ialah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data atau peneliti, misalnya melalui dokumen. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku artikel jurnal,
koran, majalah dan sejenisnya yang berkaitan dengan topik kajian.
25
G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilaksanakan berdasarkan hasil catatan, deskripsi,
reduksi analisis selanjutnya diberi penafsiran. Dalam menganalisis data
difokuskan pada usaha mengembangkan fakta secara mendalam tanpa
ditambahkan pada kondisi tertentu. Peneliti menjalankan suatu prosedur
berikut untuk menjelaskan hasil risetnya:
a. Editing
Editing ialah tahapan dimana data yang sudah dikumpulkan dari
hasil pengisian kuesioner disunting kelengkapan jawabannya. Jika di
saat penyuntingan ternyata ada ketidaklengkapan pengisian jawaban,
maka harus dilakukan pengumpulan data ulang.
b. Coding
Coding adalah tahapan dimana peneliti membuat lembaran kode
dibuat sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur digunakan.
c. Entry Data
Setelah data di coding, langkah selanjutnya adalah melakukan
entry data atau memasukan data kuesioner kedalam komputer.
d. Cleaning
Cleaning data merupakan aktivitas dalam rangka pengecekan
kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.
2. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat.
a. Analisis univariat adalah analisis untuk mengetahui gambaran dari
tiap variabel independen dan variabel dependen.
b. Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui hubungan 2
variabel (variabel independent dan dependen). Analisis bivariat ialah
analisis yang dilakukan setelah melakukan analisis univariat dengan
tujuan untuk mengetahui karakteristik atau distribusi setiap variabel.
26
Analisis bivariat dilakukan terhad dua variabel yang diduga memiliki
hubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012).
3. Instrumen Penelitian
Instrumen berkaitan erat dengan metode yang digunakan dalam
penelitian. Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan antara lain:
a. Wawancara
Wawancara merupakan pedoman peneliti dalam mewawancarai
subjek penelitian untuk menggali sebanyak-banyaknya tentang apa,
mengapa dan bagaimana terkait permasalahan yang diberikan oleh
peneliti. Wawancara pada riset ini merujuk atas pedoman wawancara
sebagai garis besar dari pertanyaan-pertanyaan peneliti yang akan
diajukan kepada pengunjung puskesmas sebagai subjek penelitian.
b. Kuesioner
Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner. Variabel pengetahuan diukur dengan skala
pilihan jawaban yakni “benar” dan “salah” dan variabel Kedisiplinan
Penerapan Protokol Kesehatan dan Kebijakan Pemerintah akan
diukur dengan skala Likert. Nilai jawaban yang diberikan memakai
sistem skala lima, tanggapan-tanggapan tersebut diberi bobot nilai
sebagai berikut:
1) Sangat Setuju ( SS ) :5
2) Setuju ( S ) :4
3) Ragu-ragu ( R ) :3
4) Tidak Setuju ( TS ) :2
5) Sangat Tidak Setuju ( STS ) : 1
c. Observasi
Observasi merupakan pedoman bagi peneliti untuk mengadakan
pengamatan dan pencarian sistematik terhadap fenomena diteliti.
27
Selain menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian, peneliti
juga melakukan uji instrumen penelitian berupa:
a. Uji Validitas
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah construct
validity dengan menerapkan Product Moment Pearson Correlation yang
digunakan untuk menguji apakah tiap-tiap butir pertanyaan benar-benar
telah mengungkapkan faktor-faktor atau individu yang ingin diselidiki
(internal consistency). Asumsi bahwa tiap-tiap butir dalam satu variabel
mengungkapkan variabel bersangkutan, maka skor butir harus memiliki
skor positif dengan skor variabel (Hadi, 2012).
Rumus:
n ∑ xy−(∑ x )( ∑ y )
Γ xy=
√ {n ∑ x −(∑ x ) }{n ∑ y −(∑ x ) }
2 2 2 2
Keterangan:
Γ xy = Koefisien korelasi skor item dan skor total
n = Jumlah subyek penelitian
Σxy = Jumlah skor item dengan skor total
Σx2 = Jumlah skor item kuadrat
Σy2 = Jumlah skor total kuadrat
Σx = Jumlah tiap item
Σy = Jumlah tiap total item
Cara baca r tabel dan dasar pengambilan keputusan:
1) Apabila nilai rhitung > r tabel, serta nilai signifikansi < 0,05, maka
instrumen tersebut dinyatakan valid.
2) Apabila nilai rhitung ≤ r tabel, serta nilai signifikansi > 0,05, maka
instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
28
Dimana x dan y adalah skor dari masing-masing variabel, sedangkan n
banyaknya sampel. Hasil perhitungan nilai signifikansi akan dibandingkan
dengan taraf signifikan 5%. Apabila hasil perhitungan nilai signifikansi
korelasi product moment di bawah taraf signifikan 5 %, maka pertanyaan
dalam kuesioner tersebut dinyatakan valid. Uji validitas pada penelitian ini
dilakukan dengan mengambil sampel sejumlah 30 responden Pengunjung
Puskesmas Labanan. Hasil Uji Validitas penelitian adalah sebagai berikut:
29
b. Uji Reliabilitas
H. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil
penelitian. Jadwal penelitian ini maksimal 4 bulan, dimulai Maret sampai
bulan Desember 2022 bertempat di Puskesmas Labanan Kecamatan Teluk
Bayur Kabupaten Berau.
30
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian
Bulan
No Kegiatan
Maret Juni Juli Agus Des
Penyusunan dan Konsultasi
1.
Proposal
2. Seminar Proposal
Perbaikan proposal
Perijinan
3. Penelitian di lapangan
Analisis Data
Penyusunan Laporan Akhir
4. Seminar Hasil Penelitian
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
32
Jumlah penduduk di wilayah UPT Puskesmas Labanan pada Tahun
2021 sebanyak 10.045 jiwa, jumlah penduduk laki-laki yakni 5.436 jiwa dan
jumlah penduduk perempuan sebanyak 4.609 jiwa, dengan wilayah kampung
yang memiliki jumlah penduduk tertinggi ialah kelurahan/kampung Labanan
Makmur sebesar 3.224 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah adalah di
kelurahan/kampung Labanan Makarti yaitu sebesar 1.357 jiwa.
B. Karakteristik Responden
Analisis deskriptif dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan
usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan status vaksin.
Tabel 4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia
Tidak Produktif (>65 Tahun) 5 5,37
Produktif (15-64 Tahun) 88 94,63
Total 93 100
33
Jenis Kelamin
Laki-laki 45 48,38
Perempuan 48 51,62
Total 93 100
Pekerjaan
Pegawai Pemerintah 14 15,05
Pegawai Swasta 33 35,48
Petani 20 21,51
Ibu Rumah Tangga 18 19,36
Wiraswasta 5 5,38
Mahasiswa 3 3,22
Total 93 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 2 2,15
Sekolah Dasar (SD) 5 5,37
Sekolah Menengah Pertama (SMP) 6 6,45
Sekolah Menengah Atas (SMA) 66 70,97
Perguruan Tinggi 14 15,06
Total 93 100
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa responden pada penelitian ini
sebanyak 93 orang dan semua responden telah mengisi kuisioner dimana usia
mayoritas responden berasal dari kelompok usia produktif, yaitu sejumlah 88
orang (94,63%) dan responden terkecil berasal dari kelompok usia yang tidak
produktif sebanyak 5 orang (5,37%) dari total 93 responden. Responden pada
penelitian ini paling banyak berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 48
orang (51,62%) dan laki-laki sebanyak 48 orang (48,38%). Sedangkan dari
aspek pekerjaan, mayoritas responden adalah pegawai swasta sebanyak 33
orang (35,48%) dan paling sedikit berasal dari kalangan mahasiswa sebanyak
3 orang (3,22%). Untuk aspek pendidikan terakhir atau tingkat pendidikan,
mayoritas responden berpendidikan tingkat SMA, yaitu sebanyak 66 orang
34
(70,97%) dan paling sedikit adalah responden tidak sekolah sebanyak 2 orang
(2,15%).
C. Analisis Univariat
Adapun karakteristik variabel dalam penelitian ini adalah kedisiplinan
penerapan protokol kesehatan, usia, jenis kelamin, pengetahuan dan kebijakan
pemerintah yang mana penjelasannya sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Kedisiplinan Penerapan Protokol kesehatan
Kedisiplinan penerapan protokol kesehatan dapat dilihat pada tabel 4.3 dan
4.4 berikut ini.
Tabel 4.3 Distribusi Kategori Penerapan Protokol Kesehatan
Kedisiplinan Penerapan Frekuensi
Protokol Kesehatan n %
Disiplin 64 68,81
Tidak Disiplin 29 31,19
Total 93 100
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa sebanyak 64 orang (8,81)
responden yang mempunyai disiplin yang baik dalam menjalakan protocol
kesehatan. Sebanyak 29 orang (31,19) responden menunjukkan perilaku
tidak disiplin dalam menerapkan protocol kesehatan.
2. Variabel Independen
Gambaran variabel independent dapat dlihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.4. Distribusi Variabel Usia
Frekuensi
Usia
n %
Tidak Produktif
5 5,4
(>65 Tahun)
Produktif
88 94,63
(15-64 Tahun)
Total 93 100%
Sumber : Data Primer 2022
35
Variabel usia pada penelitian ini diukur dengan menggunakan 1 buah
pertanyaan. Berdasarkan hasil jawaban dari pertanyaan ini, diketahui bahwa
usia responden menjadi 2 kategori, yaitu produktif (remaja dan dewasa) dan
tidak produktif (lansia). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 88 orang
(94.63 %) responden merupakan usia produktif, sedangkan 5 orang (5,37%)
responden merupakan usia tidak produktif dari total 93 orang responden.
36
Tabel 4.7. Distribusi Variabel Peran Kebijakan Pemerintah
Peran Kebijakan Frekuensi
Pemerintah n %
Tidak Baik 25 26,9
Baik 68 73,1
Total 93 100%
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa aspek kebijakan
pemerintah menjadi 2 kategori, yaitu kurang baik dan baik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 68 orang (73,1%) responden menganggap kebijakan
pemerintah adalah baik, sedangkan 25 orang (26,9%) responden
menganggap kebijakan pemerintah kurang baik dari 93 orang responden.
D. Analisis Bivariat
Uji Chi Square bertujuan untuk menguji dan menjelaskan hubungan
antara variabel-variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
Variabel independen adalah variabel yang menerangkan hubungannya dengan
variabel dependen, biasanya menggunakan simbol X. Variabel dependen
adalah variabel yang akan diestimasi, biasanya menggunakan simbol Y. hasil
uji korelasi dengan menggunakan Chi Square dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
1. Hubungan antara Variabel Usia Dengan Kedisiplinan Penerapan Protokol
Kesehatan
Variabel usia pada penelitian ini memiliki 2 kategori, produktif (remaja
dan dewasa) dan tidak produktif (lansia). Hasil uji menggunakan Chi Square
antara usia dengan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan.
Tabel 4.8. Hasil Uji Bivariat Usia Dengan Kedisiplinan Penerapan
Protokol Kesehatan
Penerapan Protokol Kesehatan
Usia Tidak Disiplin Disiplin Total 95% CI P-Value
n % n % n %
Tidak Produktif 0 0 5 100 5 100
1,49 (1,28-1,72) 0.320
Produktif 29 32,95 59 67,05 88 100
37
Sumber : Data Primer 2022
Merujuk tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa proporsi kedisiplinan penerapan
protokol kesehatan lebih banyak terdapat pada responden dengan kelompok
umur produktif (67,05%) jika dibandingkan dengan umur tidak produktif yang
mana pada usia tidak produktif (lansia) seluruhnya disiplin dalam menerapkan
protokol kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh bahwa p=0,320 (p>0,05),
berarti tidak ada hubungan antara umur dengan kedisiplinan dalam
menerapakan protokol kesehatan di Puskesmas Labanan (95% CI = 1,28-1,72).
2. Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kedisiplinan Penerapan
Protokol Kesehatan
Variabel jenis kelamin dalam penelitian ini mempunyai 2 kategori,
yaitu laki-laki dan perempuan. Hasil uji menggunakan Chi square antara jenis
kelamin dengan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan.
Tabel 4.9. Hasil Uji Bivariat Jenis Kelamin Dengan Kedisiplinan
Penerapan Protokol Kesehatan
Penerapan Protokol Kesehatan
Jenis Total
Tidak Disiplin Disiplin 95% CI P-Value
Kelamin
n % n % N %
Laki-Laki 7 15,55 38 84,45 45 100
4,59 (1,71-12,31) 0,003
Perempuan 22 45,83 26 54,17 48 100
Sumber : Data Primer 2022
Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh hasil bahwa proporsi kedisiplinan
penerapan protokol kesehatan lebih banyak terdapat pada responden dengan
jenis kelamin laki-laki (84,45%) jika dibandingkan jenis kelamin perempuan.
Hasil uji statistik diperoleh p=0,003 (p<0,05), berarti ada hubungan antara
umur dengan kedisiplinan dalam menerapakan protokol kesehatan di
Puskesmas Labanan (95% CI = 1,71-12,31).
38
Variabel jenis kelamin pada penelitian ini mempunyai 2 kategori, yaitu
baik dan kurang baik. Hasil uji menggunakan Chi square antara pengetahuan
dengan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan.
39
Penerapan Protokol Kesehatan
Penerapan Protokol Kesehatan
Kebijakan Total
Tidak Disiplin Disiplin 95% CI P-Value
Pemerintah
n % n % N %
Baik 6 8,82 62 91,18 68 100
Kurang Baik 23 92 2 8 25 100 118,8 (22,36- 631,46) 0,000
Sumber : Data Primer 2022
Merujuk tabel 4.12 didapatkan hasil proporsi kedisiplinan penerapan
protokol kesehatan lebih banyak terdapat pada responden yang paham terkait
Kebijakan Pemerintah (91,8%) jika dibandingkan dengan responden yang tidak
memahami Kebijakan Pemerintah. Hasil uji statistik diperoleh p=0,000
(p<0,05), berarti Kebijakan Pemerintah berpengruh positif dan signifikan
terhadap kedisiplinan dalam menerapakan protokol kesehatan di Puskesmas
Labanan (95% CI = 22,36-631,46).
E. Pembahasan
1. Hubungan Usia dengan Kedisiplinan Penerapan Protokol Kesehatan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebanyak 88 orang
(94,63%) merupakan responden yang berusia 15-64 tahun (usia produktif),
dan 5 orang (5,37) adalah responden berusia tidak produktif yaitu diatas 64
tahun (lansia). Hubungan antara variabel usia dengan kedisiplinan untuk
penerapan protokol kesehatan berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan
nilai p-value sebesar 0,320, sehingga p-value lebih besar dari alpha (0,05)
dan H0 diterima, artinya bahwa variabel usia tidak memiliki hubungan
signifikan dengan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan. Hal ini
karena adanya proporsi tidak semua mempunyai akses informasi yang
sama antara usia produktif (15-64 tahun) dan usia tidak produktif (>65
tahun). Responden berusia 15-64 tahun cenderung mempunyai perilaku
pencegahan yang baik jika dibandingkan usia >65 tahun. Karena
responden dengan usia produktif jauh lebih aktif dalam menerima
40
informasi dan aktif dalam mencari sumber informasi baik terutama dalam
bentuk media sosial.
Usia menjadi faktor penghambat sumber informasi bagi masyarakat
untuk mendapatkan pengetahuan terkait pencegahan Covid-19, masyarakat
dengan kategori umur yang berbeda ini memungkinkan memiliki keaktifan
dan keterpaparan informasi yang berbeda-beda (Fauzi et al.,2022). Adapun
penelitian yang sejalan dengan penelitian ini ialah yang dilakukan oleh (A.
Sari & Budiono, 2021) menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara
usia dengan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan Covid-19 (p-value
0,834). Penelitian sejalan lainnya adalah yang telah dilakukan oleh
(Wijaya, 2021) bahwa tidak ada hubungan signifikan antara umur dengan
kedisiplinan penerapan protokol kesehatan Covid-19 (p-value 1,00).
Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Fithri et al., 2022)
diketahui bahwa responden dengan usia lebih dari 25 tahun cenderung
tidak menggunakan masker jika dibandingkan dengan usia dibawah 25
tahun dan responden dengan usia dibawah 25 tahun cenderung tidak
mencuci tangan dibandingkan dengan usia diatas 25 tahun. Responden
lansia menggunakan masker dengan baik lebih rendah dibanding dengan
remaja serta responden lansia memiliki perilaku cuci tangan dengan baik
jika dibandingkan dengan remaja (Waliyanti et al., 2021). Bukan berarti
semakin tinggi usia semakin baik perilakunya, tetapi perilaku yang baik
juga memiliki faktor pendukung lainnya. Saat pandemi Covid-19,
masyarakat dengan usia remaja akan lebih mudah menggali informasi
dibandingkan dengan usia dewasa atau lansia, karena masyarakat usia
remaja termasuk ke dalam generasi z, yaitu generasi mulai hidup dengan
perkembangan teknologi yang cepat. Selain itu, remaja memiliki persepsi
risiko yang lebih tinggi terkait kecemasan dan ketakukan atas kematian
dibandingkan orang dewasa (Ahmed & Sintayehu, 2022).
41
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin mempunyai
hubungan yang positif dan signifikan terhadap kedisiplinan pada
penerapan protokol kesehatan pengunjung Puskesmas Labanan
ditunjukkan melalui nilai Sig. sebesar 0,003. Jenis kelamin sangat
mempengaruhi dalam kedisiplinan penerapan protokol kesehatan karena
responden perempuan sangat aktif dan antusias dalam menerima
informasi, berbeda dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian (Pratiwi & Kardiwinata, 2022) dimana jenis kelamin
mempunyai hubungan signifikan dengan kepatuhan melaksanakan
protokol kesehatan Covid-19 pada remaja Kecamatan Mengwi Kabupaten
Badung.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Utami et al., 2020) bahwa tingkat kepatuhan dalam melaksanakan
protokol kesehatan Covid-19 berdasarkan jenis kelamin, perempuan lebih
patuh jika dibandingkan dengan laki laki. Penelitian yang di lakukan oleh
(Lokantara et al., 2022) jika masyarakat berjenis kelamin perempuan
cenderung lebih mematuhi protokol kesehatan Covid-19.
Perbedaan gender mempengaruhi perilaku kesehatan laki-laki dan
perempuan. Laki-laki lebih agresif, arogan, kompetitif, dominan, mandiri
serta tidak emosional sedangkan perempuan lebih penyayang, cemas,
penuh kasih, bergantung, emosional, lembut, sensitif dan patuh.
Kepribadian yang dimiliki itulah yang tampaknya membuat perempuan
lebih mementingkan kesehatan daripada laki-laki (Bangsa et al., 2021).
42
dikarenakan pentingnya penerapan protokol kesehatan pada masa pandemi
Covid-19. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh (Mardiati & Ghozali, 2021) yang menyatakan bahwa
pengetahuan mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan
kepatuhan protokol kesehatan pada remaja SMK Negeri 2 Tenggarong.
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa masih terdapat responden
yang tidak mematuhi protokol kesehatan namun memiliki pengetahuan
yang cukup. Berdasarkan hasil penemuan di lapangan, beberapa
masyarakat tidak percaya dengan bahaya penularan Covid-19. Mayoritas
responden sekedar mengetahui penerapan atas protokol kesehatan yang
perlu dilakukan selama pandemi, tetapi mereka merasa tidak nyaman
untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga
jarak serta juga menghindari keramaian. Pengetahuan masyarakat yang
masih perlu ditingkatkan antara lain tentang pemahaman masyarakat yang
beranggapan jika yang berbahaya itu apabila Covid-19 menyerang orang
yang memiliki komorbid saja, namun ada yang merasa bahwa penyakit ini
ringan dan tidak begitu serius apabila terkena orang yang tidak memiliki
penyakit bawaan (Zheng et al., 2020).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting
dalam membentuk perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang
memiliki hubungan positif terhadap tingkah laku yang dilakukannya, hal
ini didukung oleh teori Green dalam (Notoatmodjo, 2012) yang
mengatakan jika perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan.
Pengetahuan adalah faktor krusial/penting yang dapat berpengaruh
terhadap perubahan perilaku, dan individu bisa memperoleh pengetahuan
dan keterampilan melalui proses belajar. Pengetahuan masyarakat yang
masih perlu diluruskan dan perilaku kepatuhan masyarakat yang masih
negatif bisa diupayakan melalui aktifitas pembelajaran dari pihak yang
menyelenggarakan (Syafel & Fatimah, 2020). Pengetahuan masyarakat
khususnya dalam mencegah transmisi penyebaran virus SARS-CoV-2
sangat berguna dalam menekan penularan virus tersebut (Jr et al., 2022).
43
4. Hubungan Kebijakan Pemerintah Dengan Kedisiplinan Penerapan
Protokol Kesehatan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran kebijakan
pemerintah efektif dalam meningkatkan kedisiplinan masyarakat
mematuhi protokol kesehatan Covid 19, hal ini ditunjukkan dengan nilai
Sig. sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan protokol
kesehatan berupa pengunaan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak
sepenuhnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kedisiplinan
penerapan protokol kesehatan.
Penelitian ini didukung oleh penelitian (Anggraini, 2021) dimana
sebagian besar responden disiplin dalam mengimplementasikan protokol
kesehatan sebanyak 74,2% dan berkategori baik dalam upaya pencegahan
Covid-19 sebanyak 51,6%. Sebagian besar responden terlihat disiplin
dalam mengimplementasikan protokol kesehatan dibuktikan dengan
penggunaan masker pada setiap aktivitas, kebiasaan mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah beraktivitas serta
menjaga jarak 1-2 meter saat berinteraksi dengan orang lain dan selalu
terkait penerapan PHBS guna meningkatkan daya tahan tubuh. Dikatakan
disiplin jika seseorang tersebut menjalani aturan yang berlaku dan merasa
takut melanggarnya, sedangkan makna ketidakdisiplinan dap diartikan
daya tahan tubuh.
Seseorang dikatakan disiplin apabila seseorang tersebut menjalani
aturan dan ketentuan yang berlaku dan merasa takut jika melanggarnya,
sedangkan makna ketidakdisiplinan dapat diartikan bahwa seseorang
tersebut tidak mentaati aturan dan ketentuan yang berlaku dan jika tidak
melaksanakan seseorang tersebut tidak merasa khawatir akan sanksi dari
pelanggaran yang dilakukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Saifudin & Rahman, 2022) bahwa pihak yang
terlibat pada pelaksanaan kebijakan protokol kesehatan di Kecamatan
Banjarmasin Utara saling melakukan koordinasi melalui pertemuan
44
langsung maupun tidak langsung serta kecenderungan pelaksanaannya
disetujui dalam rangka untuk diimplementasikannya.
45
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui uji analisis korelasi dengan
menggunakan Chi Square terkait analisis determinan kedisiplinan
pengunjung Puskesmas dalam penerapan protokol kesehatan sebagai upaya
pencegahan penularan Covid-19 pada penelitian ini didapatkan beberapa
kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Gambaran usia diketahui sebanyak 88 orang (94,63) merupakan responden
berusia produktif (15-64 Tahun).
2. Gambaran jenis kelamin pada penelitian ini diketahui paling banyak
adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 48 orang (54,17%).
3. Gambaran pengetahuan diketahui 62 orang (78,49%) responden
mempunyai pengetahuan yang baik terkait penerapan protokol kesehatan
dalam rangka pencegahan penularan Covid-19.
4. Gambaran peran kebijakan pemerintah pada penelitian ini diketahui bahwa
62 responden (91,18%) mentaati kebijakan pemerintah selama berkunjung
ke Puskesmas.
5. Tidak terdapat hubungan signifikan antara usia (p-value 0,320) dengan
kedisiplinan dalam penerapan protokol kesehatan untuk pencegahan
penularan Covid-19 di Puskesmas Labanan
6. Terdapat hubungan signifikan dan positif antara jenis kelamin (p-value
0,003) terhadap penerapan protokol kesehatan dalam rangka untuk
pencegahan penularan Covid-19 di Puskesmas Labanan.
7. Terdapat hubungan signifikan dan positif antara pengetahuan (p-value
0,000) terhadap penerapan protokol kesehatan di Puskesmas Labanan.
8. Terdapat hubungan signifikan dan positif antara kebijakan pemerintah (p-
value 0,000) terhadap penerapan protokol kesehatan dalam pencegahan
penularan Covid-19 di Puskesmas Labanan.
46
B. Saran
1. Puskesmas
a. Aspek kebijakan pemerintah sebagai variabel yang paling dominan
dapat ditingkatkan peran sertanya melalui kedisiplinan penerapan
penggunaan masker, aktivitas mencuci tangan, menjaga jarak dan
konsumsi makanan sehat dan berkualitas sebagai upaya
penanggulangan Covid 19, karena status pandemic masih berlaku dan
belum dinyatakan berakhir.
b. Pengetahuan tentang Covid 19 lebih disosialisasikan kepada warga agar
tercipta pemahaman dan kesadaran bersama tentang pentingnya disiplin
penerapan protokol kesehatan dalam penanggulangan Covid 19.
2. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan untuk dikembangkan
dan diimplikasikan sebagai langkah-langkah didalam mendorong motivasi
berprestasi dibidang akademik pada mahasiswa.
3. Mahasiswa/ Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan wacana
praktis berkaitan dengan disiplin penerapan protokol kesehatan
penanggulangan Covid 19 pada masyarakat.
47
Daftar Pustaka
48
Media Leaflet. JAMALI: Jurnal Abdimas Madani Dan Lestari, 04(1), 25–30.
Ilpaj, S. M., & Nurwati, N. (2020). Analisis Pengaruh Tingkat Kematian Akibat
Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat Di Indonesia. Jurnal
Pekerjaan Sosial, 3(1), 16–28.
Izzatika, M., Syakurah, R. A., & Bonita, I. (2021). Indonesia’s Mental Health
Status During the Covid-19 Pandemic. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi,
6(2), 78–92.
Jr, R. M., Maestrado, R., Buta, J., Rondilla, E., Alsaqri, S., & Villareal, S. (2022).
Knowledge and Attitudes Toward COVID-19 Vaccination Among Student
Nurses from Saudi Arabia. Jurnal Ners, 17(1), 31–35.
Karyono, D. R., & Wicaksana, A. L. (2020). Current Prevalence, Characteristics
and Comorbidities of Patients with COVID-19 in Indonesia. Journal of
Community Empowerment for Health, 3(2), 77–84.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus deases (Covid-19). In Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (Vol. 5).
Kementerian Kesehatan RI (2021). Kesiapan Kementerian Kesehatan RI dalam
Menghadapi Outbreak Novel Coronavirus. In Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan. (2022). Perkembangan Situasi Penyakit Infeksi
Emerging Minggu Epidemiologi ke-38 Tahun 2022. Infeksiemerging
Kemkes, September, 1–3.
Khaerunnisa, R., Rumana, N. A., Yulia, N., & Fannya, P. (2022). Gambaran
Karakteristik Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Mekar Sari Bekasi Tahun
2020-2021. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 10(1), 64–
72.
Kurniawan, D., & Sutan, A. J. (2021). Penggunaan Sosial Media Dalam
Menyebarkan Program Vaksinasi Covid-19 Di Indonesia. Jurnal Kebijakan
Publik, 12(1), 27–34.
Lokantara, D. M., Putri, D. W. B., & Aman, I. G. M. (2022). Gambaran
Pengetahuan, Sikap dan Praktik Masyarakat Terhadap Protokol Kesehatan
dalam Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 Di Kecamatan Denpasar
Barat. Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian, 3(2), 184–190.
Mardiati, U., & Ghozali. (2021). Hubungan Antara Pengetahuan Dengan
Kepatuhan Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19 pada Remaja Di SMK
Negeri 2 Tenggarong. BSR: Borneo Student Research, 3(1), 701–706.
Masturoh, I., & Anggita, N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.
Media, Y., & Afriyani. (2020). Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Masyarakat
Sumatera Barat Terhadap Covid-19. Inovasi, 17(2), 129–139.
Nasution, N. H., Hidayah, A., Sari, K. M., & Cahyati, W. (2021). Gambaran
Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan Covid-19 Di Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua, Kota Padangsidimpuan. Indonesian Health
Scientific Journal, 6(1), 107–114. https://doi.org/10.51933/health.v6i1.419
Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Pasha, E. Y., Suherdin, & Sani, D. N. (2022). Edukasi Terapi Farmakologi Covid-
49
19 Pada Pasien Tanpa Gejala dan Gejala Ringan yang Melakukan Isolasi
Mandiri di Desa Cimekar. Jurnal ASTA: Andi Masyarakat Kita, 02(01), 91–
102.
Pratiwi, N. K. I., & Kardiwinata, M. P. (2022). Penerapan Protokol Kesehatan
Covid-19 oleh Remaja Di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Tahun
2021. Arc. Com. Health, 9(1), 127–142.
Putri, S. I., & Anulus, A. (2020). Preventive Actions to Minimizing the
Coronavirus Disease 19 (COVID-19 ) Transmissions Among Health
Workers: a Systematic Review Europe. Journal of the Medical Sciences,
52(3), 148–157.
Ramayanti, E. D. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Corona Virus
Disease-19 (Covid-19) Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat. Jurnal
Kesehatan, 10(1), 1–12.
Rifani, D. N. (2021). Pelayanan Publik Pada Masa Pandemi Covid-19 Di
Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau. Sawala: Jurnal Administrasi
Negara, 9(2), 115–124. https://doi.org/10.30656/sawala.v9i2.3761
Saifudin, & Rahman, G. (2022). Implementasi Kebijakan Pemerintah Terhadap
Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Di
Kecamatan Banjaramasin Utara. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan
Lahan Basah, 7(April), 64–73.
Sari, A., & Budiono, I. (2021). Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pencegahan Covid-19. IJPHN: Indonesian Journal of Public Health and
Nutrition, 1(1), 50–61.
Sari, A. R., Rahman, F., Wulandari, A., Pujianti, N., Laily, N., Vina, Anhar, Y.,
Anggraini, L., Azmiyannoor1, M., Ridwan, A. M., & Muddin, F. I. I. (2020).
Perilaku Pencegahan Covid-19 Ditinjau dari Karakteristik Individu dan Sikap
Masyarakat. JPPKMI: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Masyarakat Indonesia, 1(1), 32–37.
Sekaran, Uma. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Setyawan, I. A., Setiawati, O. R., Dharmawan, A. K., & Pramesti, W. (2021).
Pengaruh Stres dengan Perilaku Olahraga Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Selama Pandemi Covid-19. JIKSH: Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, 10(1), 241–247.
Sono, G. C. (2020). Melawan Virus Corona Covid-19 Dengan Kekuatan Mental
dan Pikiran. Jakarta: Serambi buku.
Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& D. Bandung:
Alfabeta.
Surendra, H., Rf, I., Djaafara, B. A., Ekawati, L. L., Saraswati, K., Adrian, V.,
Oktavia, D., Salama, N., Lina, R. N., Andrianto, A., Lestari, K. D., Burhan,
E., Shankar, A. H., Thwaites, G., Baird, J. K., & Hamers, R. L. (2021).
Clinical Characteristics and Mortality Associated with COVID-19 in Jakarta,
Indonesia: A Hospital-Based Retrospective Cohort Study. The Lancet
Regional Health - Western Pacific, 9, 1–9.
Syafel, A. B., & Fatimah, A. (2020). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Dengan Kepatuhan Ibu Rumah Tangga Dalam Pencegahan Covid-19 Di RT
02 RW 05 Kabandungan I Desa Sirnagalih Bogor. JURMA: Jurnal Program
50
Mahasiswa Kreatif, 4(1), 112–123.
Utami, R. A., Mose, R. E., & Martini. (2020). Pengetahuan, Sikap dan
Keterampilan Masyarakat Dalam Pencegahan Covid-19 Di Provinsi DKI
Jakarta. Jurnal Kesehatan Holistic, 4(2), 68–77.
Waliyanti, E., Sulistiyaningrum, A., Oktariza, A., & Nurrahaf, S. H. (2021).
Determinants Factors Affecting the Implementation of the COVID-19 Health
Protocol in the Community. Bali Medical Journal, 10(3), 1058–1065.
https://doi.org/10.15562/bmj.v10i3.2863
Wawan, A., & Dewi, M. (2018). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Media.
Webster, R. K., Brooks, S. K., Smith, L. E., Woodland, L., Wessely, S., & Rubin,
G. J. (2020). How to Improve Adherence with Quarantine: Rapid Review of
the Evidence. Public Health, 182, 163–169.
WHO. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19 ). World Health
Organization, April, 1–12.
Wijaya, R. E. (2021). Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Penerapan Protokol Kesehatan di Ditpolairud Polda Sumatera
Selatan. Jurnal Kesehatan Saelmakers, 4(2), 420–431.
Yanti, N. P. E. D., Nugraha, I. M. A. D. P., Wisnawa, G. A., Agustina, N. P. D., &
Diantari, N. P. A. (2020). Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang
Covid-19 dan Perilaku Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 8(3), 485–490.
Yuantari, M. C., Rachmani, E., Rimawati, E., Handayani, S., & Kusuma, E. J.
(2021). Analisis Penerapan Protokol Kesehatan Terhadap Tingkat Kepatuhan
Pada Pekerja informal Selama Pandemi Covid-19. VisiKes: Jurnal
Kesehatan, 20(1), 200–208.
Zhang, Y., & Ma, Z. F. (2020). Impact of the COVID-19 Pandemic on Mental
Health and Quality of Life among Local Residents in Liaoning Province ,
China : A Cross-Sectional Study. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 17(2381), 1–12.
Zheng, Z., Peng, F., Xu, B., Zhao, J., Liu, H., & Peng, J. (2020). Risk Factors of
Critical & Mortal COVID-19 Cases: A Systematic Literature Review and
Meta-Analysis. Journal of Infection, 81(January), 16–25.
51
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda ceklis √ pada kotak
jawaban yang telah disediakan.
Bagian 1
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama/Inisial :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan : Tidak Sekolah SD/ Sederajat
SMP/ Sederajat SMA/ Sederajat
Perguruan Tinggi/Sederajat
6. Status Vaksin : Belum Vaksin
Dosis Pertama
Dosis Kedua
Dosis Ketiga ( Booster )
Bagian 2
Petunjuk pengisian kuesioner
Pengetahuan
Berikan tanda ceklis (√) pada kolom yang dianggap benar
52
NO PERNYATAAN Benar Salah
1 Covid-19 adalah penyakit menular dan
berbahaya
2 Covid-19 menyerang semua usia
3 Covid-19 rentan bagi orang yang memiliki
penyakit bawaan
4 Covid-19 menular melalui percikan-percikan
dari hidung atau mulut yang keluar saat orang
yang terinfeksi Covid-19 batuk, bersin atau
berbicara
5 Covid-19 bukan penyakit yang mematikan
6 Covid-19 dapat dicegah dengan memakai
masker sesuai aturan
7 Covid-19 dapat dicegah dengan tertib mencuci
tangan sesuai aturan
8 Covid-19 dapat dicegah dengan disiplin
menjaga jarak dengan orang lain
9 Covid-19 dapat dicegah dengan rutin
mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi
10 Vaksin Covid-19 tidak berpengaruh untuk
pencegahan virus Covid-19
Kebijakan Pemerintah
Berikan tanda ceklis (√) pada kolom yang dianggap sesuai dengan kondisi yang
anda yang sebenarnya.
NO PERNYATAAN SS S R TS STS
1 Aturan PPKM yang diterapkan
pemerintah efektif mencegah penyebaran
Covid-19
53
2 Saya menggunakan masker karena
mengikuti kebijakan pemerintah yang
mengharuskan penggunaan masker di
tempat tertutup
3 Saya rajin mencuci tangan karena
mengikuti kebijakan pemerintah yang
mengharuskan rajin mencuci tangan
ketika akan dan selesai beraktivitas
4 Saya tertib menjaga jarak dengan orang
lain karena mengikuti kebijakan
pemerintah yang mengharuskan menjaga
jarak dengan orang lain untuk mencegah
penularan Covid-19
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
R = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Disiplin
Berikan tanda ceklis (√) pada kolom yang dianggap sesuai dengan kondisi yang
anda yang sebenarnya.
NO PERNYATAAN SS S R TS STS
1 Saya selalu memakai masker sesuai
anjuran prokes (menutupi hidung dan
mulut) pada saat berada di tempat
umum/dalam gedung/tempat yang ramai
2 Masker yang digunakan responden sesuai
dengan standar anjuran pemerintah
menggunakan masker kain 3 lapis atau
54
masker medis
3 Masker yang saya gunakan dalam
keadaan bersih
4 Saya selalu mencuci tangan di air
mengalir menggunakan sabun
5 Saya selalu menjaga jarak saat
berdekatan dengan orang lain
Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
R = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
55
LEMBAR OBSERVASI RESPONDEN
Nomor Kuesioner:
Nama Responden:
Halaman ini adalah kontrol bagi peneliti terhadap responden, terutama pada saat
responden mengisi kuesioner pada beberapa aspek sebagai berikut:
No Pernyataan Ya Tidak
1 Responden menggunakan masker kain 3 lapis atau masker
medis sesuai S.E. Kementerian Kesehatan Nomor
HK.02.02/I/385/2020
2 Masker dalam keadaan bersih
3 Responden menggunakan masker dengan benar
4 Responden pada saat penelitian menerapkan menjaga jarak
dengan orang lain
56
LAMPIRAN
57
58
Surat Persetujuan Penelitian
59
Dokumentasi Pengisian Kuisioner
60
DATA DESKRIPTIF RESPONDEN
61
DATA UJI VALIDITAS VARIABEL PENELITIAN
PENGETAHUAN
62
63
DATA UJI RELIABILITAS VARIABEL PENELITIAN
PENGETAHUAN
jumlah 23 26 27 27 28 26 29 26 29 25 266
p 0,766667 0,866667 0,9 0,9 0,933333 0,866667 0,966667 0,866667 0,966667 0,833333 0,886667
q 0,233333 0,133333 0,1 0,1 0,066667 0,133333 0,033333 0,133333 0,033333 0,166667 0,113333
pq 0,178889 0,115556 0,09 0,09 0,062222 0,115556 0,032222 0,115556 0,032222 0,138889 0,100489
sum pq 0,971111
varians 1,912644
0,509242
Reliabilitas 0,809
64
65
DATA UJI UNIVARIAT PENELITIAN
usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak produktif 5 5.4 5.4 5.4
produktif 88 94.6 94.6 100.0
Total 93 100.0 100.0
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 48 51.6 51.6 51.6
laki-laki 45 48.4 48.4 100.0
Total 93 100.0 100.0
pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 14 15.1 15.1 15.1
Baik 79 84.9 84.9 100.0
Total 93 100.0 100.0
peraturan pemerintah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 25 26.9 26.9 26.9
Baik 68 73.1 73.1 100.0
Total 93 100.0 100.0
disiplin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak disiplin 29 31.2 31.2 31.2
disiplin 64 68.8 68.8 100.0
Total 93 100.0 100.0
66
DATA UJI BIVARIAT PENELITIAN
1. Data Usia
Crosstab
disiplin
tidak disiplin disiplin Total
usia tidak produktif Count 0 5 5
% within usia 0.0% 100.0% 100.0%
produktif Count 29 59 88
% within usia 33.0% 67.0% 100.0%
Total Count 29 64 93
% within usia 31.2% 68.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 2.394 a
1 .122
Continuity Correction b
1.105 1 .293
Likelihood Ratio 3.865 1 .049
Fisher's Exact Test .320 .147
Linear-by-Linear Association 2.369 1 .124
N of Valid Cases 93
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.56.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
For cohort disiplin = disiplin 1.492 1.288 1.727
N of Valid Cases 93
67
2. Jenis Kelamin
Crosstab
disiplin
tidak disiplin disiplin Total
jenis kelamin Perempuan Count 22 26 48
% within jenis kelamin 45.8% 54.2% 100.0%
laki-laki Count 7 38 45
% within jenis kelamin 15.6% 84.4% 100.0%
Total Count 29 64 93
% within jenis kelamin 31.2% 68.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.922 a
1 .002
Continuity Correctionb 8.561 1 .003
Likelihood Ratio 10.315 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 9.815 1 .002
N of Valid Cases 93
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.03.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for jenis kelamin 4.593 1.714 12.313
(perempuan / laki-laki)
For cohort disiplin = tidak 2.946 1.396 6.219
disiplin
For cohort disiplin = disiplin .641 .481 .856
N of Valid Cases 93
68
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 4.593
ln(Estimate) 1.525
Standard Error of ln(Estimate) .503
Asymptotic Significance (2-sided) .002
Asymptotic 95% Confidence Common Odds Ratio Lower Bound 1.714
Interval Upper Bound 12.313
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .539
Upper Bound 2.511
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed
under the common odds ratio of 1.000 assumption. So is the natural log of the estimate.
3. Pengetahuan
Crosstab
disiplin
tidak disiplin disiplin Total
pengetahuan kurang baik Count 12 2 14
% within pengetahuan 85.7% 14.3% 100.0%
Baik Count 17 62 79
% within pengetahuan 21.5% 78.5% 100.0%
Total Count 29 64 93
% within pengetahuan 31.2% 68.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 22.838a 1 .000
Continuity Correction b
19.945 1 .000
Likelihood Ratio 21.661 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 22.593 1 .000
N of Valid Cases 93
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.37.
b. Computed only for a 2x2 table
69
Risk Estimate
N of Valid Cases 93
70
4. Kebijakan Pemerintah
Crosstab
disiplin
tidak disiplin disiplin Total
kebijakan pemerintah kurang baik Count 23 2 25
% within kebijakan 92.0% 8.0% 100.0%
pemerintah
Baik Count 6 62 68
% within kebijakan 8.8% 91.2% 100.0%
pemerintah
Total Count 29 64 93
% within kebijakan 31.2% 68.8% 100.0%
pemerintah
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 58.933a 1 .000
Continuity Correction b
55.120 1 .000
Likelihood Ratio 60.898 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 58.299 1 .000
N of Valid Cases 93
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.80.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
71
For cohort disiplin = tidak 10.427 4.815 22.581
disiplin
For cohort disiplin = disiplin .088 .023 .332
N of Valid Cases 93
72