OLEH
Putri Ayu Pratiwi
Kp.12.19.019
Ular adalah salah satu binatang yang anggap berbahaya, walaupun ada beberapa
jenis ular yang dianggap tidak berbahaya seperti ular sawah. Ular akan mematuk
korbannya bila ia merasa bahaya, tanpa terkecuali untuk manusia. Salah satu jenis
ular yang mematuk adalah ular poleng. Dalam lontar Usadha Taru Pramana yang
disusun ke dalam bentuk buku oleh Sri Jumadiah dituliskan bahwa obat jika
dipatuk ular poleng adalah dengan pucuk awar-awar brahma. Pucuknya tersebut
dicampur dengan mesui, dan belerang merah. Setelah itu diulig (dihaluskan)
kemudian diurapkan di bagian tubuh yang bengkak akibat diparuk ular tersebut.
Dalam teks tersebut disebutkan seperti ini: Titiang taru awar-awar brahma, daun
titiang panes, babakan muang akah panes. Titiang dados anggen tamba janma
gutgut lelipi poleng, ambil muncuk titiang, makanti ring mesui, warirang bang,
ulig, anggen ngurapin besehnia.
2. Pohon Cemara Untuk Obat Jaran Guyang
Pohon yang biasanya dipakai tanaman hias dan memiliki ujung lancip
memyerupai kerucut ini ternyata punya khasiat yang luar biasa. Dapat dipakai
untuk obat bagi orang yang terkena pangeger jaran guyang dan juga pengasih-
asih. Dalam buku Usadha Taru Pramana yang disusun oleh Sri Jumadiah
disebutkan mengenai pohon cemara sebagai berikut. Titiang taru cemara, daun
panes, daging panes, akah dumalada, daun titiang dados anggen tamba tutuh mata,
janma keni pangeger jaran guyang, muang piwelas, ra, tanah pempatan, tigang
gembel, cakcak, ulig. Artinya: saya pohon cemara, daun dan pohon panas, akar
sedang, daun saya bisa digunakan sebagai obat tetes mata, digunakan untuk
mengobati orang yang terkena pangeger jaran guyang dan pengasih-asih, campur
dengan tanah perempatan tiga genggam, lalu digiling. Ini berarti untuk mengobati
orang yang terkena pengeger jaran goyang maupun pengasih-asih, daun cemara
digunakan sebagai obat tetes mata. Untuk membuat obat tetes matanya tinggal
dicampur tanah perempatan jalan sebanyak tiga genggam kemudian dihaluskan.
Dalam Lontar Usada Rare disebutkan untuk obat cacingan yaitu kulit
pohon kamboja, kunir, ketumbah, diramu dan dijadikan bedak tubuh. Ada pula
penggunaan sarana daun wani, meduri, empu kunir, jahe, dilumatkan dan
ditempelkan di ubun-ubun. Selain itu obat perut cacingan, menggunakan sarana
akar kasegsegan, mahmah, yang digunakan menetesi mata pasien. Apabila
cacingnya tidak keluar, sarananya diganti dengan kapur bubuk, kencur, diramu
untuk bedak, dan untuk obat minum, menggunakan nira manis, air liur, getah
ampalas, lalu diramu. Sementara jika bayi cacingan menahun digunakan sarana
kapur, merica, dipendam dalam abu panas, setelah matang, diperas untuk menetesi
mata.
Semua orang pasti sudah tahu pohon kamboja atau dalam istilah Balinya
adalah jepun. Sebagian orang Bali tahu bahwa bunga kamboja tersebut baunya
harum dan sering dipakai untuk metanding, menghias pretima, maupun untuk
hiasan di rambut. Namun tidak semua orang tahu bahwa kulit pohon (babakan)
kamboja memiliki khasiat untuk pengobatan tradisional.Kulit pohon (babakan)
kamboja digunakan sebagai boreh (obat luar) untuk obat sakit pinggang. Caranya
campur dengan pamor (kapur sirih) bubuk, setelah itu diulig dan diurapkan atau
dioleskan pada pinggang yang sakit.