Tesis
Disusun oleh:
Anisa Kharismawati
14/372985/PTK/9933
Tesis ini saya persembahkan untuk Suami saya Ardiyanto dan Anak
saya Daffa Nareswara Ardiyan serta Ibu Bapak dan Mama Bapak.
Terima kasih untuk semua kasih sayang dan semangat yang tak
pernah habis
iv
KATA PENGANTAR
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Implementasi Lean Healthcare Pada Pasien Bpjs Rawat Jalan Di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta“. Banyak sekali dukungan, doa, dan bantuan yang penulis
dapatkan untuk menyelesaikan tesis ini. Karena itu dalam kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Suami saya Ardiyanto terima kasih telah mengajarkan artinya berjuang serta
anak saya Daffa Nareswara Ardiyan yang selalu menemani.
2. Orang tua, Ibu Suryati dan Bapak Agus Sutriasno, juga Mama Endang dan
Bapak Priyanto. Terima kasih untuk semua do’a dan dukungan.
3. Adik-adik saya Bachtiar Rifa’i dan Hasan Albana juga Mbak Aprilina Nur
Priastuti dan Mas Rangga. Terima kasih untuk semua do’a dan dukungan
4. Bapak M.K. Herliansyah, S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen pembimbing dan
Ketua Program Studi S2 Teknik Industri yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan studi dan tesis.
5. Ibu Anna Maria Sri Asih, ST., MM., MSc., Ph.D, Ibu Nur Aini Masruroh, ST,
M.Sc., Ph.D dan Ibu Bertha Maya Sopha, ST, M.Sc., Ph.D selaku tim dosen
penguji yang telah memberikan masukan-masukan untuk perbaikan tesis.
6. Seluruh dosen, staf, serta karyawan Jurusan Teknik Mesin dan Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
7. Teman-teman S2 Teknik Industri UGM, khususnya angkatan 2014 dan
teman-teman HIMMPAS Pascasarjana UGM yang selalu mendukung dan
banyak membantu.
8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
KATA PENGANTAR v
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
INTISARI xiii
ABSTRAK xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Batasan Masalah dan Asumsi 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
vii
3.7.2 Langkah-langkah dalam Membuat FMEA 16
BAB IV METODE PENELITIAN 19
4.1. Objek dan Lokasi Penelitian 19
4.2. Jenis Data 19
4.3. Alat Penelitian 19
4.4. Metode Pengumpulan Data 20
4.5. Metode Pengolahan Data 20
4.6. Prosedur Penelitian 21
viii
BAB VI PENUTUP 47
6.1. Kesimpulan 47
6.2. Saran 48
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 49
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
INTISARI
xiii
ABSTRACT
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini jasa pelayanan kesehatan ditantang untuk menjadi jasa layanan yang
terjangkau, mudah diakses, aman, teliti, efisien dan biaya seefektif mungkin
(Poksinska, 2010). Salah satu dari layanan kesehatan tersebut adalah rumah sakit.
Tugas dari rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Maka pihak rumah sakit harusnya dapat memenuhi tugas tersebut
dengan baik. Selain itu semakin meningkatnya persaingan antar rumah sakit yang
ada, menuntut pihak rumah sakit untuk selalu berbenah diri agar dapat berkompetisi
dengan rumah sakit-rumah sakit yang lain.
Namun pada realitanya yang paling sering pasien temui saat ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang ada di Indonesia adalah
waktu menunggu yang lama dan proses administrasi yang berbelit-belit. Salah satu
contoh dari bagian pelayanan rumah sakit yang sering mengalami kepadatan pasien
dan proses administrasi yang lama adalah bagian BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial). BPJS merupakan jaminan kesehatan bagi pesertanya yang
tujuannya adalah memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang
layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarga. Pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada peserta BPJS haruslah memperhatikan mutu pelayanan,
berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektivitas tindakan, kesesuaian dengan
kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya.
Dengan keadaan seperti ini tentu saja kepuasan pasien BPJS terhadap rumah
sakit akan menurun. Selain itu rumah sakit akan semakin sulit untuk bersaing
dengan rumah sakit lainnya. Biasanya hal-hal tersebut disebabkan oleh aktivitas-
aktivitas yang sebenarnya dapat dihindari, seperti sistem pencatatan pasien masuk
yang masih berbasis pencatatan manual dan prosedur yang berbelit-belit serta
kadang dokter yang datang terlambat, perawat yang kesulitan mencari rekam medis
atau tata letak peralatan yang tidak efektif.
1
2
Begitu pula masalah yang dihadapi oleh salah satu Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta. Rumah sakit tersebut menginginkan proses jasa yang efektif dan
efisien terutama pada bagian BPJS yang pesertanya paling banyak dibandingkan
dengan peserta bagian lainnya. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, tentu saja
terlebih dahulu membuat setiap lini yang berhubungan pada pelayanan peserta
BPJS efektif dan efisien agar dapat menghasilkan jasa pelayanan kesehatan dengan
kualitas baik. Untuk mencapai hal tersebut rumah sakit perlu melakukan perbaikan
terus menerus dengan mengurangi aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah
dan meminimalkan terjadinya berbagai pemborosan. Salah satu pendekatan yang
dapat digunakan adalah Lean Healthcare.
4
5
Selain itu René (2009) melakukan penelitian mengenai penerapan lean pada
Laboratorium Histologi, dengan menggunakan teknik 5S, yaitu sebuah teknik yang
terdiri atas seiri, seiton, seison, seiketsu dan shitsuke. Seiri adalah memisahkan
benda yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan, seiton adalah menyusun
dengan rapi dan mengenali benda untuk mempermudah penggunaaan, seiso adalah
selalu membersihkan, menjaga kerapian dan kebersihan, seiketsu adalah terus
menerus mempertahankan 3S sebelumnya dan shitsuke adalah membuat pekerja
terbiasa menaati aturan. Dengan penerapan teknik tersebut dapat meningkatkan
produktivitas dan mengurangi error terutama pada masalah alur kerja.
Miller & Chalapati (2014) melakukan penelitian lean pada salah satu
Rumah Sakit di Negara berkembang yaitu India. Disana mereka mendapatkan
6
masalah yang lebih kompleks yaitu panjangnya antrian pasien dan aliran informasi
yang masih belum baik antara tiap lini. Pasien harus menunggu lama untuk dapat
bertemu dengan dokter, hal ini disebabkan oleh perlunya informasi tambahan yang
dapat mendukung diagnosis dokter seperti cek laboratorium atau X-Ray. Dengan
demikian pasien harus menunggu lagi untuk mendapatkan tes yang diinginkan dan
memasukkan antrian lagi untuk mengetahui diagnosis dari dokter. Selain itu bagian
resepsionis memerlukan banyak waktu untuk memasukkan data ke dalam sistem
sehingga terkadang melakukan banyak kesalahan akibat terburu-buru. Begitu pula
yang terjadi pada sistem penagihan yang belum terhubung dengan sistem back-up
rumah sakit sehingga rumah sakit tidak tahu apakah pasien memiliki asuransi dari
pihak ketiga atau mereka dapat memperkirakan tagihan untuk pelanggan dengan
pembayaran tunai. Setelah implemetasi lean pada rumah sakit tersebut dapat
meningkatkan jumlah pasien yang dapat ditangani dari sebelumnya 40 pasien
perhari menjadi 120 pasien perhari serta rata-rata waktu tunggu yang sebeumnya
lebih dari 1 jam menjadi 15 menit. Teknik yang digunakan adalah value stream
mapping (VSM) dan sistem tarik “pull”.
pelayanan pasien rawat jalan dan pasien rawat inap adalah mencari dokumen rekam
medis, pasien mendatangi ruang pemeriksaan yang salah, perpindahan pasien yang
berlebih dan menunggu obat di bagian farmasi. Rekomendasi perbaikan yang
diberikan adalah peletakkan dokumen pad arak penyimpangan status rekam medis
pada tempat yang lebih ergonomis, pembuatan alat control visual, pengkondisian
meja pegawai, denah rumah sakit yang dilengkapi foto, diagram alir pelayanan,
perbaikan papan nama, pembedaan loket resep racikan dan non racikan, pemberian
nomor antrian dan pelabelan rak obat. Berikut ini adalah posisi penelitian diantara
penelitian yang sejenis:
2. René 2009 √ √
Keterangan :
ED : Emergency Department OPD : Out Patient Departement
BAB III
LANDASAN TEORI
8
9
5. Pursue perfection
Perbaikan yang dilakukan secara terus menerus sehingga waste yang
terjadi dapat dihilangkan secara total dari proses yang ada.
1) Over Processing
Melakukan kegiatan atau langkah-langkah yang tidak perlu dan tidak
memberi nilai tambah. Seperti menduplikat informasi dan menanyakan
kerincian pasien beberapa kali.
2) Defect/correction
Pengerjaan ulang karena proses rusak. Seperti penerimaan kembali karena
gagal pelepasan, reaksi obat yang merugikan dan mengulangi tes karena
tidak memberikan informasi yang benar.
3) Inventory
Banyaknya pekerjaan yang sedang berjalan dan infromasi persediaan atau
pasien yang menunggu dalam antrian. Seperti kelebihan persediaan di
gudang yang tidak digunakan, pasien tunggu yang dipulangkan dan daftar
tunggu
4) Over Production
Memproduksi lebih banyak dari yang dibutuhkan, atau lebih cepat dari pada
proses selanjutnya. Misal meminta tes yang tidak perlu pada bagian patologi
5) Transportation
Perpindahan material yang tidak dibutuhkan. Misal staf berjalan ke ujung
bangsal untuk mengambil catatan.
6) Waiting
Operator tidak dapat memproses pekerjaan mereka karena mereka
menunggu orang, peralatan atau informasi. Misal menunggu pasien,
menunggu staf atau menunggu hasil, resep dan obat-obatan dari dokter
untuk pasien yang dipulangkan.
7) Motion
Gerakkan operator berjalan dan mencari yang tidak diperlukan. Sesuatu
yang tidak mudah dijangkau dan tidak mudah diakses. Misal gerakkan staf
dalam mencari dokumen lembar obat yang tidak diletakkan di tempat yang
benar, menyimpan jarum suntik di ujung ruangan dan tidak memiliki
peralatan dasar di setiap ruang pemeriksan
13
Apabila berbicara tentang waste, maka perlu adanya suatu definisi yang
jelas tentang jenis aktivitas yang terjadi di dalam suatu sistem produksi. Berikut
adalah jenis aktivitas yang sering terjadi dalam proses produksi (Hines & Taylor,
2000):
Stream Mapping atau juga sering dikenal dengan Big Picture Mapping
merupakan alat yang digunakan untuk menggambarkan sistem secara
keseluruhan dan value stream yang ada didalamnya. Alat ini
menggambarkan aliran material dan informasi dalam suatu value stream.
Untuk membuat Value Stream Mapping terdapat empat tahapan yaitu :
1. Mengidentifikasi famili produk dan menentukan famili produk yang
akan diamati.
2. Membuat current state map untuk famili produk yang diamati.
3. Mengembangkan future state map, yaitu kondisi yang diinginkan
berdasarkan kondisi existing dalam usaha pengurangan waste.
4. Mengembangkan rencana langkah kerja untuk menciptakan “value”
yang direncanakan guna mencapai future state map.
Untuk membuat Value Stream Mapping harus diperhatikan symbol-simbol
yang digunakan, seperti pada Gambar 3.2
METODE PENELITIAN
Objek utama dari penelitian ini adalah bagian BPJS mulai dari pendaftran
sampai ke pengambilan obat pada bagian farmasi di RS Bethesda. Penelitian
dilakukan di RS Bethesda yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman 70, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia pada tanggal 16 Januari-16 Februari 2016.
1. Stopwatch
Stopwatch digunakan ntuk mengukur waktu proses dan waktu tunggu pada
masing-masing bagian yang terlibatt dalam pelayanan pasien BPJS
2. Software Microsoft Visio
Software microsoft visio digunakan untuk membuat value stream mapping
dan fishbone diagram
19
4.4 Metode Pengumpulan Data
Observasi secara langsung untuk mengetahui alur dari pasien BPJS dan
menghitung waktu proses tiap bagian, waktu tunggu dan waktu kedatangan pasien..
Kemudian setelah mendapatkan alur pasien BPJS dan data waktu proses dan waktu
tunggu pasien membuat Value Stream Mapping. Selanjutnya mengidentifikasi
waste yang terjadi. Setelah itu menyebarkan kuisioner waste kritis pada petugas
yang terkait terhadap pelayanan pasien BPJS rawat jalan, untuk mendapatkan jenis
waste dan peringkat keseringan terjadinya waste yang terdapat pada bagian
pelayanan pasien BPJS rawat jalan. Setelah didapatkan waste kritis selanjutnya
dianalisa menggunakan fishbone diagram, agar diperoleh penyebab dari waste
tersebut. Kemudian menganalisa mode kegagalan dengan FMEA dan memberikan
20
21
Mulai
Studi Literature
Studi Lapangan
Identifikasi Masalah
Pengambilan Data
Selesai
1. Studi Literature
Langkah pertama dalam penelitian ini adalai studi literature yang
berhubungan dengan penelitian yaitu konsep rumah sakit, lean healthcare, fishbone
diagram dan FMEA serta penelitian yang terkait sebelumnya.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan merupakan studi awal obyek penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui dan memahami kondisi rumah sakit, gambaran sistem dan proses
pelayanan aktual, serta beberapa permasalahan yang terjadi di rumah sakit.
3. Identifikasi Masalah
Langkah selanjutnya adalah membuat perumusan masalah yang diperoleh
melalui analisis gap antara teori yang ada dengan yang terjadi di lapangan.
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah mengeliminasi waste yang terdapat
pada bagian BPJS Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
4. Pengambilan Data
Pengambilan data primer dilakukan dengan pengukuran waktu secara
langsung terhadap waktu proses tiap bagian, waktu tunggu pasien dan waktu
kedatangan pasien.
5. Pembuatan Value Stream Mapping
Fungsi pembuatan value stream mapping ini adalah untuk memetakan aliran
informasi dan alur pasien pada bagian BPJS saat ini serta rata-rata waktu tunggu
pasien dan rata-rata waktu pelayanan pasien.
6. Identifikasi Waste yang Terjadi
Mengidentifikasi waste yang terjadi di sistem pelayanan pasien BPJS rawat
jalan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
7. Menyebarkan Kuisioner Waste Kritis pada Petugas
Kuisioner waste kritis disebarkan pada 7 orang petugas yang terlibat
langsung pada pelayanan pasien BPJS rawat jalan. Kuisioner ini bertujuan untuk
mengetahui waste kritis atau waste yang paling sering terjadi pada pelayanan pasien
BPJS rawat jalan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
23
Berdasarkan hasil pengamatan, kondisi aliran fisik yang terjadi pada proses
pelayanan pasien rawat jalan BPJS di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta adalah
sebagai berikut:
24
25
1. Aliran informasi dimulai pada saat pasien mengambil nomor antrian pada
mesin antrian. Nomor antrian akan masuk secara otomatis pada bagian
pendaftaran.
3. Setelah pasien diperiksa oleh dokter, dokter memberikan resep obat yang
selanjutnya pasien bawa ke bagian farmasi.
26
Setelah mengetahui aliran fisik dan aliran informasi maka value stream
mapping dapat dibuat. Berikut ini alur pasien rawat jalan BPJS yang tergambar pada
value stream mapping diagram:
BPJS
Da
ta
Ob
Pasien Datang Pasien Pulang
at
ien
Pas
dan
ta
da
Da
ta
Penyakit Dalam
Pa
s
ie
OP : 3 server
n
PT : 553.63 s
ien WT : 2737.85 s
Pas
Da
Re
ta
ta
Da
se
Ob
p
at
ien
da
Pas
n
ta Aktivitas 6, 7, 8
da
Da
ta
Pa
sie
n
Data Pasien Resep
Pendaftaran Penyakit Saraf Pengambilan Obat
OP : 5 server OP : 3 server OP : 4 server
PT : 182.97 s PT : 325.71 s PT : 170.17 s
WT : 2636.74 s WT : 2993.07 s WT : 2767.35 s
Aktivitas 5 Aktivitas 9
Da
ta
Pas
ien Aktivitas 6, 7, 8
Aktivitas 1, 2, 3, 4 sep
Aktivitas 10, 11, 12, 13
Re
14, 15, 16, 17 dan 18
Klinik Lain
OP : -
PT : -
WT : -
Keterangan :
Gambar 5.1 Value Stream Mapping Pelayanan Pasien Rawat Jalan BPJS
Waktu tunggu pasien pada bagian pendaftaran mulai dari setelah pasien
mengambil nomor antrian sampai pasien dipanggil oleh petugas pendaftaran, waktu
tunggu pasien tersebut adalah 2636,74 detik dan waktu proses adalah lamanya
waktu pelayanan yang dilakukan petugas pendaftaran, waktu proses pasien pada
bagian pendaftaran adalah 182.97 detik. Waktu tunggu pasien pada bagian penyakit
dalam mulai dari setelah pasien mengambil mendapat antrian sampai pasien
dipanggil untuk pemeriksaan dokter, waktu tunggu pasien tersebut adalah 3502.33
detik dan waktu proses adalah lamanya waktu pemeriksaan dokter, waktu proses
pasien pada bagian penyakit dalam adalah 553.63 detik. Waktu tunggu pasien pada
bagian penyakit saraf mulai dari setelah pasien mengambil mendapat antrian
sampai pasien dipanggil untuk pemeriksaan dokter, waktu tunggu pasien tersebut
27
adalah 3702.09 detik dan waktu proses adalah lamanya waktu pemeriksaan dokter,
waktu proses pasien pada bagian penyakit saraf adalah 325.71 detik. Waktu tunggu
pasien pada bagian farmasi dimulai dari setelah pasien menaruh resep obat pada
petugas penerima resep sampai pasien dipanggil oleh petugas pemberi obat, waktu
tunggu pasien tersebut adalah 1613 detik dan waktu proses adalah lamanya waktu
pemberian obat, waktu proses pasien pada bagian farmasi adalah 170.17 detik.
Waktu proses terlama adalah bagian penyakit dalam yaitu 553.63 detik dan waktu
tunggu terlama terdapat pada bagian penyakit saraf yaitu 5702.09 detik.
Tabel 5.1 Identifikasi Aktivitas Pada Pelayanan Pasien BPJS Rawat Jalan
Keterangan:
VA: Value adding activity
NVA: Non value adding activity
NNVA: Necessary non value adding activity
29
Pada Tabel 5.1 terdapat 9 aktivitas yang tergolong value adding activity, 3
aktivitas yang tergolong non value adding activity dan 6 aktifitas yang tergolong
necessary non value adding activity. Untuk 3 aktivitas yang tergolong non value
adding activity yaitu pasien menunggu panggilan nomer antrian pada bagian
pendaftaran, pasien menunggu panggilan sesuai dengan nomor antrian pada klinik
dan pasien menunggu obat pada bagian farmasi. Aktivitas yang tergolong non value
adding activity merupakan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah pada
suatu produk atau jasa di mata customer dan merupakan waste yang harus segera
dihilangkan.
1. Waiting
2. Defect/Correction
Terjadi error pada sambungan data atau layanan sistem BPJS ketika petugas
pendaftaran ingin menginputkan data pasien dan terdapat pengecekan
berulang-ulang pada bagian farmasi saat memastikan obat yang diberikan
pasien sudah benar.
3. Transportation
ke bagian rekam medis.Namun hal ini hanya terjadi pada salah seorang
dokter yang tidak menggunakan e-rekam medis.
4. Over Processing
Pada tahap identifikasi waste kritis ini dilakukan penyebaran kuisioner pada
petugas yang terkait langsung dalam pelayanan pasien BPJS rawat jalan. Kuisioner
disebarkan pada 7 orang petugas yang terlibat langsung dalam pelayanan pasien
BPJS rawat jalan dan selanjutnya pengolahan hasil kuisioner dilakukan dengan
menggunakan metode Borda yaitu dengan memberikan peringkat untuk masing-
masing jenis waste serta mengalikannya dengan bobot yang telah sesuai yaitu
peringkat 1 mempunyai bobot tertinggi yaitu (n-1) demikian seterusnya. Sehingga
didapatkan waste dengan bobot tertinggi yang merupakan waste kritis atau waste
yang paling sering terjadi pada proses pelayanan pasien BPJS rawat jalan.
Peringkat
No Waste Total Persentase Rank
1 2 3 4 5 6 7
1 Over Processing 0 1 4 1 0 1 0 25 17% 3
2 Defect/Correction 2 1 2 1 0 0 1 28 19% 2
3 Inventory 2 0 0 0 1 2 2 16 11% 6
4 Over Production 0 0 0 0 4 0 3 8 5% 7
5 Transportation 0 0 2 2 2 1 0 19 13% 4
6 Waiting 2 3 0 2 0 0 0 33 22% 1
7 Motion 0 2 0 2 0 2 1 18 12% 5
Bobot 6 5 4 3 2 1 0 100%
Total 147
31
Berdasarkan hasil kuisioner pada Tabel 5.1 maka dapat diketahui urutan
peringkat keseringan terjadinya waste pada proses pelayanan pasien rawat jalan
BPJS. Berikut ini adalah diagram peringkat keseringan terjadinya waste:
22%
Persentase
19%
17%
13% 12% 11%
5%
Waste
Gambar 5.2 Diagram Peringkat Waste Pada Pelayanan Pasien Rawat Jalan BPJS
Berdasarkan grafik diatas maka waste yang paling kritis adalah waste
waiting dengan persentase sebesar 22% lalu diikuti dengan waste defect/correction
dengan persentase sebesar 19%.
manusia
Papan persyaratan
kurang terlihat
Pasein tidak
mengetahui persyaratan
Petugas menunggu
pasien melengkapi berkas
Pasien Menunggu
Gambar 5.3 Cause and Effect Diagram Waste Waiting Bagian Pendaftaran
Waste waiting yang terjadi pada bagian pendaftaran disebabkan oleh faktor
manusia yaitu petugas yang menunggu pasien melengkapi berkas persyaratan, hal
ini terjadi karena pasien tidak mengetahui persyaratan apa saja yang harus
dipersiapkan. Ketidaktahuan pasien ini dikarenakan papan persyaratan yang ada
tidak begitu terlihat.
5.5.2 Cause and Effect Diagram Waste Waiting Bagian Penyakit Saraf
Manusia
Dokter ada jadwal
Jumlah pasien terlalu banyak visit
Pasien Menunggu
Gambar 5.4 Cause and Effect Diagram Waste Waiting Bagian Penyakit Saraf
33
Waste waiting yang terjadi pada bagian penyakit saraf disebabkan oleh
faktor manusia yaitu jumlah dokter tidak sebanding dengan jumlah pasien karena
jumlah pasien pada penyakit saraf yang terlalu banyak dan terkadang dokter datang
terlambat.
5.5.3 Cause and Effect Diagram Waste Waiting Bagian Penyakit Dalam
Manusia
Dokter ada jadwal
Jumlah pasien terlalu banyak visit
Pasien Menunggu
Gambar 5.5 Cause and Effect Diagram Waste Waiting Bagian Penyakit Dalam
Waste waiting yang terjadi pada bagian penyakit dalam juga disebabkan
oleh faktor manusia yaitu jumlah dokter tidak sebanding dengan jumlah pasien
karena jumlah pasien pada penyakit dalam yang terlalu banyak dan terkadang
dokter datang terlambat.
manusia
Pasien Menunggu
Petugas sedikit
Menghubungi dokter
Proses
Gambar 5.6 Cause and Effect Diagram Waste Waiting Bagian Farmasi
34
Waste waiting yang terjadi pada bagian farmasi disebabkan faktor manusia
dan faktor proses. Pada faktor manusia terjadi pengecekan obat yang berulang-
ulang dan pemberitahuan pada pasien untuk membayar obat yang tidak ditanggung
oleh BPJS. Pada faktor proses petugas harus melakukan verifikasi obat dengan
BPJS untuk mengetahui apakah obat tersebut ditanggung oleh BPJS atau tidak. Jika
tidak ada maka akan dicari obat sejenis dan jika obat sejenis juga tidak ada maka
pasien diminta membayar tersebut ke loket Bank yang tersedia di Rumah sakit.
Selain itu petugas menghubungi dokter yang memberikan resep untuk memberi
tahu bahwa obat yang diresepkan tidak ada dan menanyakan ke dokter apakah boleh
menggantinya dengan obat sejenis.
Ocurance,O
Detection,D
Proses Kegagalan Kegagalan Potensial saat ini
Severiry, S
Kegagalan
RPN
Penerimaan Petugas Pasien lain 5 Pasien tidak 4 Belum ada 6 120
berkas menunggu menunggu lama mengetahui
persyaratan pasien persyaratan
melengkapi
berkas
persyaratan Pasien lain 5 Papan 4 Papan 5 100
menunggu lama persyaratan pemberitahuan
kurang terlihat diletakkan
jelas ditengah kursi
penunggu
Pemeriksaan Jumlah dokter Pasien 7 Jumlah pasien 8 Belum ada 7 392
penyakit saraf tidak sebanding menunggu lama terlalu banyak
dengan jumlah
pasien
Dokter datang Pasien 7 Dokter ada 8 Membuat 6 336
terlambat menunggu lama jadwal visit jadwal dokter
atau kunjungan
Pemeriksaan Jumlah dokter Pasien 7 Jumlah pasien 8 Belum ada 7 392
penyakit dalam tidak sebanding menunggu lama terlalu banyak
dengan jumlah
pasien
Dokter datang Pasien 7 Dokter ada 8 Membuat 6 336
terlambat menunggu lama jadwal visit jadwal dokter
atau kunjungan
Pemberian obat Pengecekan Pasien 5 Memastikan 8 Ada petugas 3 120
berulang-ulang menunggu lama obat yang khusus
diberikan pengecekan
benar
Obat tidak Menghubungi 5 Tidak semua 7 Belum ada 6 210
termasuk dokter untuk obat obat
tanggungan pengganti ditanggung
BPJS oleh BPJS
Waktu Pasien 7 Petugas sedikit 8 Belum ada 7 392
verifikasi obat menunggu lama
dengan BPJS
lama
Dari hasil FMEA diketahui bahwa nilai RPN terbesar adalah 392 terjadi
pada bagian penyakit saraf, penyakit dalam dan juga pada proses pemberian obat
dibagian farmasi. Pada bagian penyakit saraf dan penyakit dalam terjadi proses
menunggu yang terlalu lama dikarenakan jumlah pasien yang terlalu banyak tidak
sebanding dengan jumlah dokter yang melayani selain itu juga pada proses
36
pemberian obat dibagian farmasi hal ini disebabkan proses verifikasi obat dengan
BPJS yang menghabiskan waktu lama.
WT nyata−WT skenario
Persentase Pengurangan WT = Total WT pada sistem nyara × 100% (5.1)
Berikut ini adalah gambaran umum sistem pada proses pelayanan pasien
BPJS rawat jalan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta:
16. Setelah obat siap, petugas peracik obat akan menyerahkan obat pada
petugas pengecekan obat
17. Petugas pengecekan obat melakukan pengecekan obat untuk
menyesuaikan dengan resep obat
18. Selanjutnya obat yang sudah siap diberikan pada petugas pemberi obat
19. Petugas pemberi resep akan memanggil pasien dan menyerahkan obat
5.7.2 Membangun Model
Asumsi dan batasan yang digunakan untuk membuat model bertujuan agar
menghasilkan model yang dapat memprsentasikan sistem nyata. Selain itu batasan
digunakan agar lebih fokus dalam menyelesaikan permasalahan.
Batasan yang digunakan dalam model antara lain:
1. Waktu pelayanan pasien BPJS rawat jalan yaitu selama 5 hari dari hari Senin
sampai Jumat
2. Model simulasi pada shift 1 yang diterapkan RS Bethesda Yogyakarta yaitu
pukul 07:00 – 14:00
3. Penelitian tidak berfungsi untuk menganalisa biaya-biaya yang terkait dengan
kebijakan di farmasi
Asumsi yang digunakan dalam model antara lain:
1. Pada model simulasi tidak terdapat perbedaan kedatangan pasien dan waktu
pelayanan server setiap hari.
2. Shift kerja dari semua petugas yang terkait adalah 07.00 – 14.00 tanpa ada
waktu istirahat kecuali pada dokter. Untuk dokter bagian penyakit saraf dan
penyakit dalam memliki jadwal tertentu dengan penggunaan dokter perhari
rata-rata 3 dokter dan rata-rata total waktu pelayanan dari 3 dokter tersebut
adalah 8 jam, seperti yang terdapat pada lampiran 23.
39
3. Jumlah pasien yang menuju ke klinik saraf adalah 26% dari total keseluruhan
pasien yang mendaftar pada bagian pendaftaran. Ini diperoleh dari banyaknya
jumlah pasien yang mendaftar ke klinik saraf di bagi dengan total keseluruhan
jumlah pasien yang mendaftar.
4. Jumlah pasien yang menuju ke klinik dalam adalah 26% dari total keseluruhan
pasien yang mendaftar pada bagian pendaftaran. Ini diperoleh dari banyaknya
jumlah pasien yang mendaftar ke klinik penyakit dalam di bagi dengan total
keseluruhan jumlah pasien yang mendaftar.
6. Satuan yang digunakan sebagai input dalam model yaitu detik (second)
8. Pasien yang telah mendapat obat dianggap langsung keluar dari sistem
10. Waktu transfer dari tempat tunggu pendaftaran ke petugas pendaftaran adalah 5
detik
11. Waktu transfer dari petugas pendaftaran ke tiap-tiap klinik adalah 30 detik
12. Waktu transfer dari tiap-tiap klinik ke bagian farmasi adalah adalah 60 detik
13. Waktu transfer dari petugas penerima resep ke bagian peracik obat adalah 5
detik
14. Waktu transfer dari peracik obat ke petugas pengecekan obat adalah 5 detik
15. Waktu transfer dari petugas pengecekan obat ke bagian pemberi obat adalah 5
detik
16. Dokter yang bertugas pada bagian saraf dan penyakit dalam berjumlah 3 orang
dokter
40
No Aktivitas Distribusi
Jika dalam menjalankan simulasi tidak keluar peringatan seperti gambar 5.7
maka model yang dibuat telah sesuai dengan keinginan pembuat model.
(𝑍 𝑎/2)𝑥 𝑠 2
n’ = [ℎ𝑎𝑙𝑓 𝑤𝑖𝑑𝑡ℎ] (5.2)
(𝑡𝑛−1,𝑎/2) 𝑥 𝑠 )
half width = (5.3)
√𝑛
Dengan:
s = standart deviasi
n -1 = 9
𝑎 = 0.05
(2.26 𝑥 1.032)
half width =
√10
1.96 𝑥 1.032 2
n’ = [ ]
0.737
Setelah model simulasi di run sampai 8 kali replikasi diperoleh hasil output
pasien farmasi sebanyak 53 pasien. Jika dibandingkan dengan output pasien pada
sistem nyata dengan ouput pasien pada model tidak berbeda signifikan dan hasilnya
sudah sesuai dengan sistem nyatanya.
Waktu tunggu rata-rata pasien penyakit saraf setelah 8 kali replikasi adalah
170.42 menit dan waktu tunggu rata-rata pasien penyakit dalam setelah 8 kali
replikasi adalah 192.54 menit. Selanjutnya perbaikan akan ditujukan untuk
mengurangi waktu tunggu pasien.
5.7.7.1 Alternatif 1
mengetahui tingkat pengurangan waktu tunggu dari sistem nyata. Tabel 5.6
merupakan Tabel tingkat perubahan waktu tunggu pasien dari alternatif 1
Tabel 5.6 Hasil Alternatif 1
Persentase
WT Sistem WT Alternatif
Entitas Pengurangan
Nyata (menit) 1 (Menit)
WT
Pasien Penyakit
192.54 128.37 33.33%
Dalam
Rata-rata 181.48 133.4 26.05%
5.7.7.2 Alternatif 2
Persentase
WT Sistem WT Alternatif
Entitas Pengurangan
Nyata (menit) 1 (Menit)
WT
5.7.7.3 Alternatif 3
resep pada bagian farmasi yang sebelumnya dilakukan jika sudah terkumpul
6 resep dalam alternatif skenario 3 ini proses verifikasi dilakukan jika sudah
terkumpul 6 resep.
Setelah dilakukan running model diketahui bahwa waktu tunggu
pasien saraf adalah 148.39 menit dan waktu tunggu pasien penyakit dalam
adalah 139.01 menit. Hasil waktu tunggu pasien dari alternatif 3 kemudian
dibandingkan dengan waktu tunggu pasien pada sistem nyata untuk
mengetahui tingkat pengurangan waktu tunggu dari sistem nyata. Tabel 5.8
merupakan Tabel tingkat perubahan waktu tunggu pasien dari alternatif 3
Tabel 5.8 Hasil Alternatif 3
Persentase
WT Sistem WT Alternatif
Entitas Pengurangan
Nyata (menit) 1 (Menit)
WT
Permasalahan yang terjadi bagian penyakit saraf dan penyakit dalam yaitu
pasien yang menunggu lama untuk mendapatkan pemeriksaan dokter sehingga
perbaikan yang direkomendasikan adalah pembatasan jumlah pasien perhari
Sedangkan pada bagian farmasi untuk mengurangi waktu tunggu pemberian obat,
perbaikan yang direkomendasikan adalah melakukan proses verifikasi resep yang
dilakukan oleh petugas penerima resep setelah terkumpul 4 resep.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Hasil identifikasi dan brainstorming dengan pihak rumah sakit didapatkan waste
yang terjadi dalam proses pelayanan pasien BPJS rawat jalan antara lain: Waiting
pada bagian pendaftaran, bagian penyakit saraf, bagian penyakit dalam serta
bagian farmasi. Defect/correction pada bagian pendaftaran. Transportation dan
Over Processing pada bagian penyakit dalam.
2. Waste kritis yang terjadi pada pelayanan pasien BPJS rawat jalan adalah waste
waiting yang terjadi pada semua bagian. Aktivitas menunggu oleh petugas pada
bagian pendaftaran karena ada beberapa pasien yang belum melengkapi
persyaratan. Selain itu aktivitas menunggu juga terjadi pada bagian klinik
penyakit dalam dan klinik saraf karena dokter yang datang terlambat dan
aktivitas menunggu oleh pasien pada bagian farmasi karena petugas harus
memverifikasi obat yang akan diberikan sesuai dengan obat yang disediakan
oleh BPJS.
3. Berdasarkan hasil RPN pada FMEA yang tertinggi sebesar adalah 392 terjadi
pada bagian penyakit saraf, penyakit dalam dan juga pada proses pemberian obat
dibagian farmasi maka perbaikan diprioritaskan pada bagian tersebut. Pada
bagian penyakit saraf dan penyakit dalam perbaikan yang direkomendasikan
adalah pembatasan jumlah pasien perhari sebanyak 48 pasien. Sedangkan pada
bagian farmasi perbaikan dilakukan dengan melakukan proses verifikasi resep
yang dilakukan oleh petugas penerima resep setelah terkumpul 4 resep.
Rekomendasi perbaikan tersebut dapat mengurangi waktu tunggu pasien sebesar
30.61%
47
48
6.2 Saran
dapat menganlisa lean healthcare hingga ke sistem BPJSnya tidak hanya sistem di
Rumah Sakit
DAFTAR PUSTAKA
Bilsel, R. Ufuk and Lin, Dennis K.J. Ishikawa Cause and Effect Diagrams
Using Capture Recapture Techniques. Quality Technology
& Quantitative Management (QTQM) Vol 9 No. 2. 2012: PP 137 –
152
Emerson, G. and Juan, A,G,. 2013, Lean Health Care, a look through its
tools, an approach from literature, EAFIT University
Eric, W, D., Anguelov, Z,. Vetterick, D., Eller, A and Singh, S., 2009,
Application Of Lean Manufacturing Technique In The Emergency
Department, The Journal Emergency Medicine, Vol.37, No.2
Harrel, C., Ghosh, B, K., and Bowden, R, O., 2003 Simulation Using
Promodel. Second Edition., McGraw-Hill
Hines, P. and Taylor, D., 2000, Going Lean. Lean Interprise Research
Centre, Cardiff Business School.
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/health+care (online
accesed 17 June 2015).
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/03/06/13410467/IDI.Kami.Tak.
Seperti.Penjual.Karcis (online accesed 3 July 2016)
Jane, A., et al., 2013, A mixed model study evaluating lean in the
transformation of an Orthopaedic, The College of Radiographers.
Published by Elsevier Ltd
46
47
Kalsaas, B., 2002, Value Stream Maaping An Adequate Method For Going
Lean, Departement of Industrial Economics and Technology
Management, Norwegian University of Technology and Science
Mc. Williams., Douglas L., and Edem G., 2008, Value Stream Mapping to
Improve Productivity in Transmission Case Machining,
Proceedings of the 2008 Industrial Engineering Research
Conference, J. Fowler and S. Mason. Eds.
Miller, R., and Chalapati, N., 2014,Utilizing Lean Tools To Improve Value
And Reduce Outpatient Wait Times In An Indian Hospital,
Leadership in Health Service Vol. 28 No.1, Emerald Group
Publishing Limited
Womack et al., 1996, Lean Thingking: Banish waste and create wealth in
your coorporation, New York: Simon & Schuster.
49
50
0 202 10
11 66 45
27 90 161
16 159 18
22 47 79
4 74 15
14 14 30
20 14 47
24 0 33
25 17 62
20 7 9
78 22 14
18 11 40
153 90 36
40 88 152
9 12 23
25 29 2
69 70 55
15 28 39
110 143 140
10 133 4
133 31 5
68 3 129
134 99 54
22 138 69
10 8 5
75 150 100
10 88 56
60 4 18
202 184 9
62
Lampiran 16 Hasil Simulasi Model Nyata 8 kali Replikasi 07:00 s/d 12:00
68
Lampiran 17 Hasil Simulasi Model Nyata 8 kali Replikasi 07:00 s/d 14:00
69
Location
Entities
Resources
Processing
73
Arrivals
Varriabels
74
Penerima resep
& verifikasi
Pintu Keluar
Keterangan :
: Aliran proses pasien
: Aliran proses obat
R.T : Ruang Tunggu
75