Oleh:
MARTHA NABABAN
NIM: 11212095
Oleh
MARTHA NABABAN
11212095
i
Proposal Penelitian dengan judul:
Mengetahui
Ka. Prodi S1 Keperawatan
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Peenguji I
Penguji II
Penguji III
.........................................................
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL 0
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN v
KATA PENGATAR 1
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Perumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Deskripsi Teori Dan Penelitian Terkait 8
1. Konsep Penyakit Jantung Koroner 8
2. Konsep CABG 18
3. Konsep Edema 23
4. Konsep Kompresi/Balut Tekan 28
5. Penelitian Terkait 34
B. Kerangka Teori 37
BAB III : KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERSIONAL
A. Kerangka Konsep 39
B. Definisi Operasional 41
C. Hipotesa 42
BAB IV : METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 45
B. Populasi dan Sample 45
iv
C. Tempat Penelitian 47
D. Waktu Penelitian 47
E. Etika Penelitian 48
F. Alat Pengumpulan Data 49
G. Prosedure Pengumpulan Data 51
H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 53
BAB V : HASIL PENELITIAN
A. Univariat
B. Bivariat
BAB VI : PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Karakteristik
B. Keterbatasan penelitian
BAB VII : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Dengan Potensi Penurunan Kejadian
Edema Tungkai Kaki Pada Pasien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere”
Penelitiaan ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Skripsi pada Program
Studi S1 Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Peneliti
menyadari banyak pihak yang turut membantu sejaknawal penyususnan sampai
selesainya penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada
1. Dr. Theryoto, M.Kes, Sp.OK., MARS, selaku Direktur Utama
PERTAMEDIKA/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Asep Saefudin., SH., MM., CHRP., CHRA, selaku Ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Sos., S.Kep., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, SKp., M.Si., M.Kep, selaku Wakil Ketua I Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE., MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
6. Achirman, SKM., M.Kep, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
7. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
8. Heny Fitriany,SAB,SKM,M.Kes, selaku Pembimbing Skripsi yang dengan
kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis selama proses penelitian
ini.
1
2
9. Dr. Hoyi Siantoresmi MARS, selaku Direktur Rumah Sakit Jantung Diagram
Cinere tempat penelitian.
10. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
11. Orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam melakukan
penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan
waktunya.
12. Para responden atas keikutsertaan dan kerjasamanya, sehingga laporan penelitian
ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
13. Teman-teman Angkatan XV Program Studi S1 Keperawatan - Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
14. Teman-teman di diruangan yang telah membantu dan mensupport, sehingga
laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
15. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut
berpartisipasi sehingga selesainya penelitian ini.
Peneliti
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami Penyakit jantung
coroner adalah dengan obat-obatan, Percutanious Coronary Intervention (PCI)
dan Coronary Artery Bypass Graft (Fahriah, 2014). CABG dapat dilakukan pada
pasien yang mengalami artherosklerosis dengan 3 atau lebih penyumbatan pada
arteri koroner atau penyumbatan yang signifikan pada Left Main Artery Coroner
(Udjianti 2010).
Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi CABG yaitu edema pada kaki atau
lengan yang diambil pembuluh darahnya untuk pencakokan, dampak yang dapat
4
terjadi jika edema tungkai kaki tidak dapat segera diatasi juga dapat menyebabkan
baal atau mati rasa, kelemahan ekstremitas, kesulitan mobilisasi, gangguan
istirahat dan dapat menyebabkan penyembuhan yang lama. Edema terjadi karena
kerusakan dari kemampuan pompa jantung untuk meningkatkan tekanan
hidrostatik pada ekstremitas disebabkan oleh sirkulasi yang buruk yang akan
menghasilkan kebocoran kapiler dan akumulasi cairan pada area yang tergantung
seperti ekstremitas bawah (Elizabeth, 2014).
Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi edema pada kaki adalah
dengan terapi kompresi. terapi kompresi adalah tekanan yang digunakan dari luar
atau penahan statis untuk ekstremitas bawah yang memfasilitasi aliran normal
vena, bertujuan untuk memperbaiki efisiensi pemompaan betis, meningkatkan
fungsi katup, membalikkan kebocoran kapiler, mengurangi diferensial tekanan
dan mengontrol edema (Bryant, 2000)
Stoking kompresi merupakan suatu alat yang tepat untuk klien yang akan
membutuhkan kompresi eksternal untuk kaki pada tingkat yang ditentukan
(Barbara, 2000). Terapi kompresi sering digunakan untuk mencegah edema post
operasi. Penggunaan stoking rutin mempunyai efek positif pada pencegahan
edema pada graft tungkai dan komplikasi luka setelah operasi CABG (Alireza,
2014).
Kompresi merupakan teknik menekan rasa nyeri pasca operasi dan dapat
mengurangi edema dengan cara mencegah pembentukan hematoma di sepanjang
bagian dari vena yang telah diangkat. Kompresi ini juga dapat meningkatkan
aliran balik vena ekstremitas bawah, sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, stocking kompresi elastis
adalah salah satu cara yang paling digunakan untuk fase profilaksis dan
pemeliharaan edema ekstremitas bawah, karena cara ini dianggap efektif dan
mudah dalam penggunaannya. maka salah satu cara paling penting untuk
5
menekan edema tungkai setelah operasi CABG adalah terapi kompresi dengan
stoking kompresi medis (Alireza, 2014). Namun, belum banyak peneliti yang
melakukan penelitian untuk mengevaluasi efek menguntungkan dari stoking
elastis pada pencegahan dan pengobatan edema ekstremitas bagian bawah di
Indonesia.
Data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
prevalensi penyakit jantung koroner meningkat seiring dengan bertambahnya
umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0% dan 3,6%, menurun
sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi jantung koroner berdasarkan
wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5%, dan berdasarkan
diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5%. Berdasarkan data WHO tahun 2012,
jumlah kasus bedah jantung dapat berjumlah 20.000 kasus tiap tahun, jumlah
tersebut dapat meningkat. Diperkirakan sebanyak 800.000 operasi CABG di
seluruh dunia setiap tahunnya. Prevalensi jantung koroner berdasarkan
terdiagnosis dokter tertinggi di Sulawesi Tengah 0,8% diikuti Sulawesi Utara,
DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7%. Sementara prevalensi jantung koroner
menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti
Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).
Dalam penanganan pada penyakit jantung di Rumah Sakit Jantung Diagram yang
berada di Cinere Kabupaten Depok, terdapat beberapa terapi medis yang dapat di
6
Berdasarkan hasil observasi awal pada bulan Juli 2022 didapatkan 17 pasien post
Operasi CABG, dan didapatkan semua pasien post operasi CABG mengalami
edema tungkai kaki. Sebanyak 12 (70,6%) pasien mengalami edema tungkai kaki
karena tidak menggunakan stoking secara rutin dan 5 (29,4%) pasien tidak
mengalami edema karena rutin menggunakan stocking, Sebanyak 12 (70,6%)
pasien yang mengalami edema tungkai kaki tersebut, telah disarankan untuk
selalu memakai stocking saat aktifitas dirumah sakit. Sebanyak 7 (41,3%) pasien
setelah 1 minggu menggunakan stocking secara rutin tampak edema berkurang,
dan 5 (29,3%) pasien mengatakan jarang menggunakan stocking tampak edema
juga berkurang, namun kurang maksimal dibandingkan dengan pasien yang rutin
menggunakan stocking.
Berdasarkan latar belakang diatas dan belum ada yang melakukan penelitian
tentang masalah yang ada di tempat peneliti bekerja, sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Balut Tekan
(Stoking) dengan Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki pada
Pasien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere”
7
B. Perumusan Masalah
Penyakit jantung coroner adalah sumbatan pada pembuluh dara arteri, dapat
terjadi satu pembuluh dan lebih, tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan
tindakan obat-obatan, dan tindakan medis seperti PCI dan CABG. CABG adalah
suatu tindakan medis untuk penyakit jantung koroner yang melibatkan
penggunaan bagian vena atau arteri untuk membuat koneksi (bypass) antara aorta
dan arteri koroner melewati sumbatan. Tindakan ini dapat dilakukan jika
sumbatan pada arteri coroner terletak pada Left Mean dan jika sumbatan terjadi
pada tiga cabang arteri >70%. Tujuan dari tindakan CABG adalah untuk
memperpanjang masa hidup pasien. Namun tindakan operasi CABG juga
memiliki komplikasi seperti Infeksi, Penurunan curah jantung, hipotensi,
hipertensi, stroke dan juga edema tungkai kaki.
Edema tungkai kaki adalah komplikasi dari suatu procedure tindakan operasi
CABG, yang mana dspat terjadi edema karena operasi CABG membuat jalan
dengan cara mengambil vena saphenous lalu meletakan di arteri sengan membuat
jalan antara arteri yang tersumbat. Sehingga pembuluh darah arteri yang telah
dilakukan pencakokan tersebut dapat terjadi perembesan darah ke pembuluh
darah kapiler, sehingga dapat terjadi edema pada tungkai.
Edema yang terjadi pada pasien post oeprasi CABG selalu dapat terjadi, Edema
sendiri sangat memiliki dampak jika tidak segera diatasi, dampak yang dapat
terjadi seperti infeksi, nyeri, dan dapat juga terjadi perawatan yang lama.
Sehingga harus dapat segera diberi tindakan baik secara medis maupun non
medis, secara medis seperti dengan pemberian obat-obtana, sedangkan tindakan
non medis dapat diberikan intervensi dengan cara memberikan tekanan atau
kompresi pada kaki dengan stoking. Dengan cara menekan kaki yang telah
8
dilakukan pencakokan untuk operasi CABG. Sehingga tekanan dan aliran darah
dapat meningkat dan lancar.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk Apakah ada pengaruh
penggunaan balut tekan (stoking) dengan potensi penurunan kejadian edema
tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft di ruang rawat
inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi
penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary
Artery Bypass Graft di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram
Cinere.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan pada pasien Coronary Artery Bypass
Graft (CABG) di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere.
b. Mengidentifikasi nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dilakukan
balut tekan (stoking).
9
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian yang dapat diambil adalah:
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan pelayanan
keperawatan yang lebih baik dalam upaya menangani edema tungkai kaki dan
mencegah komplikasi pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft
(CABG) dengan benar dan tepat.
b. Manifestasi Klinis
Menurut Sahrudin (2021) tanda dan gejala yang dapat terjadi jika
mengalami penyakit jantung coroner yaitu bervariasi tergantung dari
tingkat dan derajat penyempitan aliran pembuluh darah arteri koroner.
Bila suplai oksigen dan nutrisi masih mencukupi, maka tanda dan gejala
klinis biasanya tidak muncul. Tanda dan gejala klinis yang berarti
biasanya muncul apabila penyempitan arteri coroner sudah melebihi 50%.
Tanda dan gejala klinis juga dipengaruhi tingkat kebutuhan oksigen dan
nutrisi miokardium. Aktifitas fisik seperti olahraga, stress, bahkan makan,
hingga kerja berat lainnya dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
miokardium. Tanda dan gejala klinis penyakit jantung koroner dapat
8
11
d. Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, angka
kematian penyakit jantung koroner sekitar 17 juta (sekitar 30%) kematian
setiap tahunnya di seluruh dunia. Lebih dari 50% klien dengan penyakit
jantung koroner adalah usia 65 tahun atau lebih, 80% kematian disebabkan
oleh infark miokardium yang terjadi pada kelompok usia tersebut. Pria
memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung pada usia
yang lebih muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa
menopause (National Cholesterol Education Program, 2002).
12
e. Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah sistemik pada hipertensi menimbulkan
peningkatan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri,
sehingga beban kerja jantung bertambah, akibatnya terjadi hipertrofi
ventrikel kiri untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kemampuan
ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi
kompensasi dapat terlampaui; kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas
suplai pembuluh koroner menyebabkan iskemia miokardium lokal.
Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel
pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium.
total aliran ke bagian hilir, atau jika suatu ruang jantung mengalami
hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi
(Santoso, 2005)
f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurhidayat, (2011) pemeriksaan penunjang pada PJK, yaitu:
1) Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan LDL (≥ 130 mg/dL), HDL (pria ≤ 40 mg/dL,
wanita ≤ 50 mg/dL), kolesterol total (≥ 200 mg/dL), dan trigliserida (≥
150 mg/dL), CK (pria ≥ 5-35 Ug/ml, wanita ≥5-25 Ug/ml), CKMB (≥
10 U/L), troponin (≥ 0,16 Ug/L), SGPT (pria ≥ 42 U/L, wanita 32
U/L), SGOT (pria ≥ 37 U/L, Wanita ≥ 31 U/L).
2) Elektrokardiogram (EKG)
Pada hasil pemeriksaan EKG untuk penyakit jantung coroner yaitu
terjadinya perubahan segmen ST yang diakibatkan oleh plak
aterosklerosis maka memicu terjadinya repolarisasi dini pada daerah
yang terkena infark atau iskemik. Hal tersebut mengakibatkan oklusi
arteri koroner yang mengambarkan ST elevasi pada jantung sehingga
disebut STEMI. Penurunan oksigen di jaringan jantung juga
menghasilkan perubahan EKG termasuk depresi segmen ST. dimana
gelombang T menggalami peningkatan, dan amplitudo gelombang ST
atau T yang menyamai atau melebihi amplitude gelombang QRS (Sari,
2019).
3) Foto rontgen dada
Foto rontgen dada dapat melihatada tidaknya pembesaran
(kardiomegali), menilai ukuran jantung dan dapat meliat gambaran
paru. Yang tidak dapat dilihat adalah kelainan pada koroner. Dari
ukuran jantung yang terlihat pada foto rontgen dapat digunakan untuk
penilaian seorang apakah sudah mengalami PJK lanjut.
15
4) Echocardiography
Untuk mengambil gambar dari jantung memerlukan pemeriksaan
scanner menggunakan pancaran suara. Untuk melihat jantung
berkontraksi serta melihat bagian area mana saja yang berkontraksi
lemah akibat suplai darahnya berhenti (sumbatan arteri koroner).
5) Treadmill
Dengan menggunakan treadmill dapat diduga apakah seseorang
menderita PJK. Memang tingkat akurasinya hanya 84% pada laki-laki
dan 72% pada perempuan. Dapat diartikan dari 100 orang laki-laki
yang terbukti cuma 84 orang
6) Katerisasi Jantung
Pemeriksaan katerisasi jantung dilakukan dengam memasukan
semacam selang seukuran lidi yang disebut kateter. Selang in langsung
dimasukkan ke pembuluh nadi (arteri). Kemudian cairan kontras
disuntikan sehingga akan mengisi pembuluh koroner. Kemudian dapat
dilihat adanya penyempitan atau bahkan penyumbatan. Hasil katerisasi
ini akan dapat ditentukan untuk penanganan lebih lanjut, yaitu cukup
menggunakan obat saja atau intervensi yang dikenal dengan balon.
g. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien post operasi CABG
yaitu sebagai berikut:
1) Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif merupakan kongesti pada sistem sirkulasi
miokardium. Gagal jantung kongestif merupakan suatu keadaan
dimana jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Wicaksono, 2019).
2) Syok Kardiogenik
16
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada PJK menurut Le Mone, Priscilla, dkk (2019) yaitu
pengobatan farmakologi, non farmakologi dan revascularisasi
miokardium. Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun cara pengobatan
sifatnya menyembuhkan. Dengan kata lain diperlukan modifikasi gaya
hidup agar dapat mengatasi faktor penyebab yang memicu terjadinya
penyakit. Penatalaksanaan yang perlu dilakukan meliputi:
1) Pengobatan farmakologi
a) Nitrat
Nitrat termasuk nitrogliserin dan preparat nitrat kerja lama,
digunakan untuk mengatasi serangan angina dan mencegah angina.
Karena nitrat mengurangi kerja miokardium dan kebutuhan
oksigen melalui dilatasi vena dan arteri yang pada akhirnya
mengurangi preload dan afterload. Selain itu juga dapat
17
2) Non Farmakologi
1) Memodifikasi pola hidup yang sehat dengan cara olahraga ringan
2) Mengontrol faktor resiko yang menyebabkan terjadinya PJK,
seperti pola makan,dll.
3) Melakukan teknik distraksi dengan cara mendengarkan music dan
relaksasi dengan cara nafas dalam
4) Membatasi aktivitas yang memperberat aktivitas jantung
3) Tindakan Medis
18
Tindakan medis pada pasien dengan PJK menurut Smeltzer & Bare
(2008) adalah;
1) Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
Percutaneous Coronary Intervention adalah prosedur intervensi
non bedah dengan menggunakan kateter untuk melebarkan atau
membuka pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon
atau stent. Proses penyempitan pembuluh darah koroner ini dapat
disebabkan oleh proses aterosklerosis atau trombosis.
2) Pembedahan
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) adalah tindakan
pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami
sumbatan 3 atau lebih pada pembuluh darah arteri coroner, stenosis
(penyempitan lumen > 70% pada 3 arteri yaitu arteri koronaria
komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri desenden anterior
sinistra, dan Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan.
b. Tujuan
Menurut Smeltzer & Bare (2008) tujuan dilakukan tindakan Coronary
Artery Bypass Grafting yaitu;
a. Meningkatkan aliran darah ke pembuluh darah jantung
b. Mencegah terjadinya kematian jaringan yang luas
c. Meningkatkan kualitas hidup
d. Meningkatkan toleransi aktifitas yang dari sebelumnya
e. Memperpanjang masa hidup
c. Indikasi
Indikasi CABG menurut American Heart Association (AHA) dalam
Ignatavisius & Workman (2006)
1) Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan
2) Angina yang tidak dapat di kontrol dengan terapi medis
3) Angina yang tidak stabil
4) Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah
yang maksimal
5) Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang
mengancam daerah miokardium
6) Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA dan trombolitik
7) Sumbatan/stenosis LAD dan LCx pada bagian proksimal > 70 %
8) Satu atau dua vessel disease tanpa stenosis LAD proksimal yang
signifikan
9) Pasien dengan komplikasi kegagalan PTCA
20
10) Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel disease)
dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien dengan 2
sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan
pada pasien dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil
atau tidak stabil dan lesi proksimal LAD yang berat
11) Pasien dengan stenosis (penyempitan lumen > 70%) pada 3 arteri yaitu
arteri koronaria komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri
desenden anterior sinistra.
d. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien CABG menurut Smeltzer &
Bare, 2008) yaitu;
1) Nyeri Pasca Operasi
Setelah dilakukan bedah jantung, pasien dapat mengalami nyeri yang
diakibatkan luka insisi dada atau kaki, selang dada atau peregangan iga
selama operasi. Ketidaknyamanan insisi kaki sering memburuk setelah
pasien berjalan khususnya bila terjadi pembengkakan kaki.
Peregangan otot punggung dan leher saat iga diregangkan dapat
menyebabkan ketidaknyamanan punggung dan leher. Nyeri dapat
merangsang system saraf simpatis, meningkatkan frekuensi jantung
danmtekanan darah yang dapat mengganggu hemodinamik pasien.
Ketidaknyamanan dapat juga mengakibatkan penurunan ekspansi
dada, peningkatan atelektasis dan retensi sekresi. Tindakan yang harus
dilakukan yaitu memberikan kenyamanan maksimal, menghilangkan
faktor-faktor peningkatan persepsi nyeri seperti ansietas, kelelahan
dengan memberikan penghilang nyeri.
2) Penurunan Curah Jantung
Disebabkan adanya perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup
atau keduanya. Bradikardia atau takikardi pada paska operasi dapat
menurunkan curah jantung. Aritmia sering terjadi 24 jam–36 jam
21
3) Perubahan Cairan
Setelah operasi Coronary Bypass Grafting volume cairan tubuh total
meningkat sebagai akibat dari hemodilusi. Peningkatan vasopressin,
dan non perfusi ginjal yang mengaktifkan mekanisme renin
angiotensin aldosterone (RAA).
4) Hipotensi
Pada graft vena safena dapat kolaps jika tekanan perfusi terlalu rendah,
vena tidak memiliki dinding otot seperti yang di miliki oleh arteri,
sehingga mengakibatkan iskemia miokard. Hipotensi juga dapat
disebabkan oleh penurunan volume intravaskuler, vasodilatasi sebagai
akibat penghangatan kembali, kontraktilitas ventrikel yang buruk atau
disritmia.Tindakan dengan pemberian cairan atau obat vasopressor
22
5) Hipertensi
Hipertensi setelah paska operasi jantung dapat menyebabkan rupture
atau kebocoran jalur jahitan dan meningkatkan pendarahan. Dapat juga
disebabkan karena riwayat hipertensi, peningkatan kadar katekolamin
atau renin, hipotermia atau nyeri, terkadang ditemukan tanpa penyebab
yang jelas. Hipertensi dapat disebabkan oleh narkotik analgesik atau
sedatif intravena. Hipertensi ini umumnya bersifat sementara dan
dapat di turunkan dalam 24 jam. Bila tidak mungkin, anti hipertensi
oral dapat di mulai untuk memudahkan penghentian nitroprusid. Pada
klinik sering digunakan gabungan inotropik dan vasodilator seperti
golongan milirinone
D. Konsep Edema
a. Definisi
Edema adalah kondisi vena yang terbendung terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intra vaskuler (tekanan yang mendorong darah mengalir di
dalam vaskuler oleh kerja pompa jantung). Sehingga menimbulkan
pembesaran cairan plasma ke ruang interstitium (Grossman & Brown,
2009). Dalam keadaan ini klien yang mengalami edema pada daerah
ekstremitas akan berdampak pada kemandirian pasien atau pun aktivitas
sehari-hari sehingga kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas
menjadi terhenti. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi.
b. Etiologi
Menurut Siregar, (2010) penyebab edema antara lain:
1) Varises, katup didalam pembuluh darah vena yang berfungsi untuk
memompa darah dari kaki ke arah atas tidak berfungsi, sehingga aliran
terbendung. Maka tekanan pendorong atau tekanan hidrostatik didalam
vena meningkat sehingga air keluar masuk kebawah kulit dan terjadi
bengkak.
2) Gagal jantung dapat menimbulkan bengkak di tungkai, perut (acites).
Bengkak juga dapat timbul di paru yang disebut sebagai edema paru.
Edema paru akan menimbulkan sesak yang hebat. Edema diatas
25
c. Gejala Edema
Menurut Siregar, (2010) gejala edema dibawah kulit mengakibatkan kulit
terlihat bengkak dan mengkilat serta pada penekanan di daerah bengkak
tersebut akan menyebabkan lubang yang lambat kembali ke posisi
sebelum ditekan. Gejala yang muncul akan terasa pegal di tungkai, sepatu
terasa lebih sempit, dan berjalan terasa berat.
d. Patofisiologi
Menurut Tamsuri, (2009), jumlah cairan dan natrium yang berlebihan
dalam kompartemen ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotik.
Akibatnya cairan keluar dari sel sehingga menyebabkan penumpukan
cairan dalam ruang interstisial. Edema terjadi jika ada peningkatan
produksi cairan interstisial atau gangguan perpindahan cairan intertisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:
1) Permeabilitas kapiler meningkat yang menyebabkan perpindahan
cairan dari kapiler menuju ruang interstisial
2) Tekanan hdrostatik kapiler meningkt yang menyebaban cairan dalam
pembuluh darah terdorong ke ruang interstisial.
26
e. Pemeriksaan
Pemeriksaan kulit ekstremitas bawah, perhatikan beberapa hal dibawah
ini:
1) Suhu: insufisiensi arteri akan sering menyebabkan kulit terasa dingin.
Infeksi, di sisi lain, menyebabkan hiperemia dan relative lebih hangat
pada sisi yang terinfeksi. Punggung tangan pemeriksa mungkin
sensitif untuk mendeteksi perbedaan suhu ini. Bandingkan satu kaki
dengan yang lainnya. Perhatikan bahwa dalam kasus di mana
insufisiensi arteri dan infeksi terjadi secara bersamaan (yang cukup
umum terjadi), aliran darah terganggu dapat menghasilkan suhu kulit
menurun (dan juga kurang kemerahan).
2) Edema: Cairan yang mengumpul pada satu lokasi pada kaki dan
pergelangan kaki karena efek gravitasi. Hal ini terkait dengan
beberapa gangguan
27
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan edema menurut Alireza (2014) adalah dengan terapi
kompresi yaitu intervensi yang paling umum untuk mengobati gangguan
pembuluh vena dan limfatik. Terapi kompresi ini dapat menekan nyeri
pasca operasi dan edema dengan mencegah pembentukan hematoma di
sepanjang kursus dari vena yang sudah diangkat. Terapi Kompresi ini juga
dapat meningkatkan aliran balik vena ekstremitas bawah, sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan. salah satu yang paling sering
menggunakan teknik kompresi medis selama fase profilaksis dan
pemeliharaan edema ekstremitas bawah karena kemudahan penggunaan
dan fungsi terapeutik.
Penatalaksanaan Menurut Villeco & Otr (2012) adalah berupa elevasi 30°
menggunakan gravitasi untuk meningkatkan aliran vena dan limpatik dari
29
kaki. Vena perifer dan tekanan arteri dipengaruhi oleh gravitasi. Pembuluh
darah yang lebih tinggi dari jantung gravitasi akan meningkatkan dan
menurunkan tekanan perifer sehingga mengurangi edema.
b. Tujuan
Terapi kompresi bertujuan untuk memperbaiki efisiensi pemompaan betis
(calf pump), meningkatkan fungsi katup, membalikkan kebocoran kapiler,
mengurangi diferensial tekanan dan mengontrol edema (Maryunani,
2013).
c. Manfaat
Adapun, beberapa manfaat kesehatan dari penggunaan stocking kompresi
antara lain:
30
d. Indikasi
Indikasi klinis untuk penggunaan stoking kompresi adalah penyakit vena
kronik primer (primary chronic venous disease), pasien pasca operasi atau
tata laksana intervensional varises, pencegahan tromboembolisme vena,
sindrom pasca trombosis, limfedema dan edema kaki kronis,
tromboflebitis superficial, dan kehamilan.
(Bryant, 2000)
4) Kompresi tinggi
Tujuan dari kompresi ini untuk penyakit limfedema dan woody
fibrosis, ukuran kompresi yang digunakan >40 mmHg.
h. Pengkajian
Menurut Maryunani (2013), pengkajian pada ekstremitas bawah harus
dilakukan sebelum menggunakan terapi kompresi, diantaranya;
1) Pemeriksaan riwayat Kesehatan
2) Pemeriksaan pada seluruh kaki dari lutut bawah sampai malleolus,
observasi adanya edema, dermatitis vena dan varises. Kaji keadaan
perfusi, seperti waktu pengisian vena (vena refill time) normal >20
detik, ada atau tidak adanya nadi dengan mempalpasi dorsalis pedis
dan nadi tibial posterior.
di luar. Bagian jari kaki stoking jangan dibalik. Pegang bagian jari
kaki stoking dari dalam
4) Tarik bagian atas stoking menuruni lengan untuk membalik sisi
dalamnya ke luar
Jepit bagian jari kaki stoking agar tidak turut terbalik saat menarik
bagian atas stoking
5) Keluarkan tangan dari dalam stoking
Keluarkan tangan dari dalam stoking dengan hati-hati agar sisi dalam
bagian atas stoking tetap berada di luar dan bagian jari kaki stoking
siap dikenakan
6) Duduk di kursi atau tepi tempat tidur
Stoking kompresi susah dikenakan, khususnya jika ujung kaki sulit
dijangkau. Duduklah di kursi atau tepi tempat tidur agar Anda dapat
membungkuk dan menjangkau ujung kaki.
7) Kenakan sarung tangan karet atau lateks
Stoking kompresi lebih mudah dipegang dan ditarik jika mengenakan
sarung tangan. Kenakan sarung tangan yang terbuat dari lateks, seperti
yang biasa digunakan oleh tenaga medis profesional, atau bahan lain
yang serupa. Sarung tangan karet untuk mencuci piring juga dapat
digunakan.
8) Masukkan jari kaki ke dalam stoking
Masukkan jari kaki ke ujung stoking dan rapikan stoking agar bagian
jari kaki stoking sejajar, rata, dan lurus.
9) Tarik stoking sampai tumit
Tahan ujung stoking dengan jari kaki dan tarik stoking sampai tumit
sehingga seluruh telapakan kaki terbalut stoking.
10) Tarik stoking ke atas
Tarik stoking dengan telapak tangan sampai betis. Tarik stoking ke
atas sehingga sisi dalam bagian atas stoking yang berada di luar akan
kembali berada di dalam (menempel di kulit). Stoking lebih mudah
35
F. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian terkait yang mendasari penelitian ini yaitu:
a. Penelitian yang dilakukan Alireza (2014) adalah tentang edema setelah
operasi CABG dengan stoking kompresi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengevaluasi efektifitas stoking kompresi pada pencegahan edema
donor tungkai dan komplikasi luka setelah operasi CABG jenis penelitian
ini adalah studi kohort prospektif, yang terdiri dari 100 pasien yang
menjalani operasi CABG di Rajaie Cardiovascular Medical and Research
Center. Klien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A yang
menggunakan stoking secara rutin dan kelompok B yang tidak
menggunakan stoking. Tingkat edema pada donor ektremitas, perbedaan
lingkar betis dan paha sebelum dan sesudah operasi pada minggu pertama,
36
kedua dan keempat dicatat dan dianalisa secara statistik. Hasil dari
penelitian yaitu berat badan pasien (P = 0,02) dan tingkat aktivitas sehari-
hari mereka (P = 0,002) merupakan faktor yang signifikan untuk kejadian
edema tungkai donor. Insiden dan derajat edema tungkai bawah secara
signifikan lebih rendah pada kelompok paparan 4 minggu setelah operasi
(P <0,001). Perbedaan pinggiran betis sebelum (pada waktu masuk) dan
setelah operasi (dalam 1, 2 dan 4 minggu) antara dua kelompok juga
signifikan secara statistik (P = 0,41, P = 0,39, P = 0,40). Komplikasi luka
ekstremitas bawah lebih tinggi pada pasien yang mengalami edema perifer
pada minggu ke-4 pasca CABG (P = 0,09).
b. Penelitian yang dilakukan Fahriah H Djafar (2015) yang berjudul
hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan
kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery
Bypass Graft di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita Jakarta Tahun 2015. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan penggunaan stoking dengan potensi penurunan kejadian edema
tungkai kaki, pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft
diruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi
penelitian adalah klien post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. Sampel yang diambil 30
orang dengan menggunakan teknik purposive dengan kriteria: klien post
operasi CABG yang mengalami edema tungkai kaki dan menggunakan
stoking sudah 2 minggu yang berada di Ruang Rehabiltasi Medik Pusat
Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. Hasil penelitian terdapat
hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap penurunan kejadian
edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft
(CABG). P value < α (0,05).
c. Penelitian Zohreh Khoshgoftar (2009) yang berjudul perbandingan
stoking kompresi dengan elastis perban dalam mengurangi edema post
37
G. Kerangka Teori
39
Penatalaksanaan Pemeriksaan
Penunjang
Edema memiliki
dampak yang dapat
terjadi seperti nyeri Komplikasi: Edema
tungkai, infeksi dan
juga dapat
menyebabkan
perawatan yang lama Penatalaksanaan
Terapi Kompresi Stoking
A. Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus.
Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung
diamati atau diukur (Notoadmodjo, 2017). Penyusunan kerangka konsep
membantu kita untuk membuat hipotesis. Kerangka konseptual merupakan
gambaran dan arahan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti, atau
memiliki hasil sebuah sintesis dari proses berpikir deduktif maupun induktif,
dengan kemampuan kreatif dan inovatif diakhiri konsep atau ide baru
(Supriyanto, 2009). Konsep hanya dapat diamati dan diukur melalui konstruk atau
lebih dikenal dengan variabel (Notoadmodjo, 2017).
Variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari
konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Sesuatu yang digunakan sebagai
ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian
tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2017). Variabel
penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Adapun variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Variable Independent (variabel bebas)
Variable independen disebut juga dengan variabel yaitu karakteristik dari
subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel
lainnya. Variabel Independen pada penelitian ini adalah penggunaan balut
tekan (stocking).
2. Variable Dependent (variabel terikat)
45
42
Variable dependent adalah variabel terikat atau variabel yang akan berubah
akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel indenpenden
Variabel dependen pada penelitian ini adalah penurunan kejadian edema
tungkai kaki.
Karakteristik Responden
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti
B. Definisi Operasional
43
C. Hipotesa
Hipotesa adalah pernyataan awal penelitian mengenai hubungan antar variabel
yang merupakan jawaban peneliti tentang hasil penelitian (Dharma, 2011).
Hipotesis terdiri dari pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel terikat (variable dependent), dan variabel bebas
(variable independent) (Notoadmodjo, 2017). Oleh sebab itu hipotesis harus
mempunyai landasan teoritis, bukan hanya sekedar dugaan yang tidak mempunyai
landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Jadi hipotesis
itu merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari suatu
45
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian
(Dharma, 2011). Model penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh
kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah, pada dasarnya
menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah pertama kali dikenalkan oleh John
Dewey adalah perpaduan proses berfikir deduktif-induktif guna pemecahan suatu
masalah (Notoatmodjo, 2012).
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen. Sugiyono (2013) menyatakan, bahwa metode penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi
terkendalikan. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah desain penelitian
pre eksperimental. Arikunto (2010) menyatakan, bahwa pre-experimental design
(nondesign) seringkali dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya.
Oleh karena itu sering disebut juga dengan istilah quasi eksperimen. Disebut
48
demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara
eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.
Penggunaan desain ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu
untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan balut tekan stoking terhadap
potensi penurunan kejadian edema tungkai pada pasien post operasi Coronary
Artery Bypass Graft di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere
yang mengalami edema tungkai kaki pada pasien post operasi CABG sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan. Sugiyono (2013).
bulan Juni -Agustus 2022 rata-rata pasien post CABG adalah sebanyak 20
pasien.
2. Sample
Menurut Sugiyono (2017) mengidentifikasi sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dalam penentuan
jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi, Dalam penentuan
jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi, maka harus dilakukan
dengan teknik pengambilan sampel yang tepat. Total sampling adalah Teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono,
2007). Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang
dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Maka dalam
penelitian ini sample yang digunakan berjumlah 20 responden.
b. Pasien post CABG yang berada dirawat inap Rumah Sakit Jantung
Diagram Cinere
c. Pasien bersedia menjadi responden.
2. Kriterian Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah kriteria yang apabila dapat menyebabkan objek
tidak dapat digunakan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Sehingga kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah
a. Pasien post CABG yang tidak dirawat di Rumah Sakit Jantung
Diagram Cinere
b. Pasien post operasi katup di Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere
c. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden.
C. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi dilakukannya pengambilan
penelitian (Notoadmodjo, 2011). Penelitian akan dilakukan di ruangan rawat inap
Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere. Alasan pemilihan lokasi karena Rumah
Sakit Jantung Diagram merupakan Rumah Sakit khusus yang melayani pasien
dengan penyakit jantung dan merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah
Depok khususnya serta melayani rujukan pasien dengan penyakit jantung untuk
wilayah Sejabodetabek
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang terdiri dari hari, tanggal, bulan dan
tahun dari pengambilan penelitian yang akan di lakukan (Notoadmodjo, 2011).
Waktu penelitian ini dimulai dari Bulan September sampai Bulan November 2022
1. Waktu Persiapan
Penelitian diawali dengan pengajuan judul kepada pembimbing, setelah
disetujui selanjutnya peneliti mengajukan proposal, lalu mengajukan surat
permohonan penelitian baik dari Stikes Pertamedika maupun Rumah Sakit
51
E. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu bentuk sopan santun, tata susila dan budi pekerti
dalam pelaksanaan penelitian. Etika penelitian merupakan hal penting karena
menggunakan subjek manusia, karena pada penelitian keperawatan hampir 90%
subjek yang dipergunakan adalah manusia (Nursalam,2016).
a. Keiklasan (voluntary)
Klien mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi
subjek atau tidak, peneliti tidak berhak memaksa untuk menjadi subjek
penelitian yang bertentangan dengan keinginannya (Nursalam, 2016).
b. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan persetujuan untuk menjadi responden dengan
memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuannya agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian
serta mengetahui dampaknya. Pada rancangan penelitian ini, responden
52
diberikan lembar persetujuan yang akan dibaca oleh responden terlebih dahulu
dan jika responden menyetujuinya maka responden diwajibkan untuk
menandatangani lembar tersebut.
c. Anomity (Tanpa Nama)
Responden tidak perlu mencantumkan nama didalam lembar alat ukur tapi
responden hanya cukup mengisi lembar yang telah disediakan.
d. Confidentiality (Kerahasian)
Informasi yang telah diberikan oleh responden akan dijamin kerahasiannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan peneliti di
dalam hasil riset penelitian.
Data yang telah terkumpul kemudian diolah. Pada penelitian ini tehnik
pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner. Data yang sudah
ada dikumpulkan, dicek kelengkapannya dan kemudian dianalisa.
Pengumpulan data secara langsung kepada responden di rawat inap Rumah
Sakit Jantung Diagram Cinere dengan cara sebagai berikut:
a. Setelah mendapatkan surat pengatar dari ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Pertamedika Jakarta pengambilan data awal dalam pembuatan
proposal riset keperawatan dilakukan.
b. Surat ijin dari Direktur Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere sudah ada.
c. Peneliti meminta ijin kepada kepala rawat inap di Rumah Sakit Jantung
Diagram untuk melakukan penelitian.
2. Prosedure Teknis
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan data karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada
rancangan penelitian dan teknik instrument yang digunakan (Nursalam, 2017).
a. Setelah mendapatkan ijin dari yang berwenang, peneliti langsung
mengidentifikasi responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang ada
b. Peneliti menjelaskan kepada subjek terkait tujuan penelitian dan meminta
kesediaannya untuk menjadi responden. Jika responden setuju, maka
responden menandatangani informed consent.
c. Setelah pasien setuju, lalu sebelumnya memberikan penjelasan juga
kepada responden tentang judul penelitian, tujuan, manfaat serta prosedur
penelitian, selanjutnya memberikan dan meminta responden untuk
menyetujui untuk menandatangani responden penelitian.
d. Mengkaji dan melakukan pengkajian fisik pada kaki, untuk mengetahui
derajat edema pada hari pertama (H1).
e. Selanjutkan memberikan stoking dengan tingkat tekanan kompresi sedang
ukuran tekanan 20-40mmHg, dan memberikan edukasi kepada pasien
54
a. Uji Normalitas
Normalitas merupakan suatu distribusi yang menunjukkan sebaran data
yang seimbangan sebagian data berada pada nilai tengah. Pada penelitian
ini menggunakan uji skewness, dengan rumus sebagai berikut (Jiwantoro,
2017)
Nilai Skewness
Nilai Std . Deviasi Skewness
Sedangkan Rumus Skewness adalah:
X - Mo
SK =
S
Keterangan:
SK : Derajat kemenjuluran (skewness)
X : Mean
Mo : Modus
S : Standar deviasi
Kesimpulan:
SK < 0 Maka model negative
SK = 0 Maka model simetris
SK > 0 Maka model positif
b. Univariat
Analisis univariat pada umumnya hanya menghasilkan distribusi dan
prosentase dari setiap variabel yang bertujuan untuk mengetahui besar
kecilnya proporsi setiap jawaban (Notoamodjo, 2012). Data kategorik
dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan
yang adakan disajikan dalam bentuk table dan narasi. Tujuan analisa
univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masing-
masing variable yaitu variable bebas dan variable terikat.
Data numerikny apa
saja? Penyajian data
numerik dlm bentuk
apa?
56
f
X = x 100
n
Keterangan:
X = frekuensi relative dari suatu kelas
F = frekuensi suatu kelas
n = banyak sample
c. Analisis Bivariat
Pada penelian ini ingin mengetahui gambaran edema tungkai kaki pada
pasien post CABG dengan melihat pretest dan posttest dengan
menggunakan uji statistic paired t-test. Paired t-test digunakan untuk
menguji beda mean dari 2 hasil pengukuran pada kelompok yang sama
(misalnya beda mean pretest dan posttest) (Dharma, 2011).
Syarat-syarat yang harus ada dalam pengujian ini adalah distribusi data
normal dan jenis variable adalah numeric (Hastono, 2016).
d
T=
S Dd/ √n
Keterangan:
d = Rata-rata deviasi/selisih sampel 1 dengan sampel 2
SDd = Standar deviasi dari deviasi/selisih sampel 1 dan sampel 2
Keputusan uji:
Jika P value > α (0.05) maka H0 diterima (Ada pengaruh penggunaan
balut tekan (stoking) dengan potensi penurunan kejadian edema tungkai
pada pasien post operasi coronary artery bypass graft (CABG) di ruang
rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere)
57
Jika P value < α (0.05) maka H0 ditolak (Tidak ada pengaruh penggunaan
balut tekan (stoking) dengan potensi penurunan kejadian edema tungkai
kaki pada pasien post operasi coronary artery bypass graft (CABG) di
ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere)
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan di ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere pada 20 responden yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi, dengan periode waktu penelitian pada tanggal 13
Desember 2022 sampai 14 Januari 2023. Data yang diperoleh dali penelitian
eksperimen dilakukan selama 6 hari. Penyajian dimulai dari bentuk table dan narasi
yang meliputi distribusi karakteristik responden dan pengaruh penggunaan stoking
pada potensi penurunan edema pasien post CABG ri ruang rawat inap Rumah Sakit
Jantung Diagram Cinere. uji ini menggunakan uji T Paired, untuk mengetahui potensi
penurunan pengguanaan stoking pada pasien post CABG. Dengan kriteria hasil
kemaknaan variable <0,05. Berikut akan diuraikan Analisis Univariat dan Analisis
Bivariat
A. Hasil Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini meliputi karakteristik responden yaitu usia,
jenis kelamin, Pendidikan dan pekerjaan. Variabel independent yaitu penggunaan
balut tekan (stocking). Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti. Analisis ini
dilakukan tiap variable dari penelitian pada umumnya dalam analisis hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel.
1. Gambaran Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1
Distribusi berdasarkan usia di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere Tahun 2022 (n=20)
Variabel Mean SD Minimal- 95% Cl
Maksimal
Usia 59,85 5,950 45-68 57,07-62,68
59
Tidak Bekeja 5 25
Lain-Lain 1 5
Total 20 100
2. Nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dilakukan balut tekan (stoking)
Tabel 5.5
Nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dilakukan balut tekan
Pitting edema Jumlah Persentase
2+ 11 55.0
61
3+ 9 45.0
Total 20 100.0
Berdasarkan data pada table 5.5 nilai edema pasien sebelum dilakukan balut
tekan stoking, dapat dilihat bahwa pasien yang mengalami pitting edema 2+
sebanyak 11 orang (55%) dan yang mengalami edema 3+ sebanyak 9 orang
(45%). Sehingga dari hasil tersebut rata-rata nilai pasien edema sebelum
dilakukan balut tekan stoking 2,45.
3. Nilai rata-rata edema tungkai kaki setelah dilakukan balut tekan (stocking)
Tabel 5.6
Nilai rata-rata edema tungkai kaki setelah dilakukan balut tekan
Pitting edema Jumlah Persentase
0 13 65
1+ 7 35
Total 20 100.0
Berdasarkan data pada table 5.6 nilai edema pasien setelah dilakukan balut
tekan stoking selama 6 hari, dapat dilihat bahwa pasien yang tidak mengalami
edema sebanyak 13 orang (65%) dan yang mengalami edema 1+ sebanyak 7
orang (35%). Sehingga dari hasil tersebut rata-rata nilai pasien edema setelah
dilakukan balut tekan stoking selama 6 hari, edema berkurang dengan rata-
rata penurunan 0,35.
4. Selisih nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dan sesudah dilakukan
balut tekan (stoking)
Tabel 5.7
Selisih nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dan setelah dilakukan balut
tekan (stoking)
Perlakuan Nilai rata- SD
rata edema
Sebelum dilakukan 2,45 0,510
62
Berdasarkan data pada table 5.7 nilai edema pasien sebelum dan setelah
dilakukan balut tekan stoking selama 6 hari, dapat dilihat bahwa rata-rata
sebelum dilakukan balut tekan stocking 2,45 dan rata-rata setelah dialkukan
balut tekan stoking 0,35, sehingga selisih nilai rata-rata edema tungkai kaki
sebelum dan sesuadah dilakukan balut tekan stoking adalah 2,1.
B. Hasil Bivariat
Pada Analisa bivariat akan diuraikan table silang antara variabel independen yaitu
penggunaan balut tekan (stocking) dengan variebel dependen penurunan kejadian
edema tungkai kaki. Pada penelitian ini peneliti melakukan uji hippotesis dengan
menggunakan metode statistic nonparametric uji paired t-test dengan tingkat
kemaknaan α = 0.05 (5%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada table 5.8
Tabel 5.8
Pengaruh penggunaan balut tekan (stoking) dengan potensi penurunan kejadian
edema tungkai pada pasien post operasi coronary artery bypass graft (CABG) di
ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere, Tahun 2022 (n=20)
Berdasarkan table 5.8 terlihat bahwa pemberian balut tekan stoking dapat
menurunkan kejadian edema sebesar 2,1 yaitu dari 2,45 (sebelum pemberian balut
tekan stoking) menjadi 0,35 (sesudah pemberian balut tekan stoking). Hasil uji T
diperoleh p value=0,001 artinya secara statistic ada perbedaan yang signifikan
63
terhadap penurunan edema tungkai kaki antara sebelum dan sesudah pemberian
balut tekan stoking di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere.
64
BAB VI
PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang dikaitkan dengan tujuan penelitian
dan dibandingkan atau diperkuat dengan teori maupun hasil penelitian.
A. Univariat
1. Usia
Berdasarkan hasil Analisa menunjukan bahwa rata-rata usia responden 59,85
tahun, dengan standar deviasi 5,950 tahun, dengan usia termuda 45 tahun dan
usia tertua 68 tahun. Pada penelitian terkait menurut Fahriah H Djafar (2015)
didapatkan usia responden terbanyak adalah berusia 51- 60 tahun. Sedangkan
menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, angka
kematian penyakit jantung koroner sekitar 17 juta (sekitar 30%) kematian
setiap tahunnya di seluruh dunia. Lebih dari 50% klien dengan penyakit
jantung koroner adalah usia 65 tahun atau lebih, 80% kematian disebabkan
oleh infark miokardium yang terjadi pada kelompok usia tersebut. Usia 59,85
tahun adalah kelompok usia lanjut akhir yang dimana organ dan fungsi tubuh
mengalami penurunan terutama pada jantung, sehingga resiko terjadi serangan
jantung.
2. Jenis Kelamin
berdasarkan jenis kelamin dengan jumlah responden sebanyak 20 orang
dengan jenis kelamin laki-laki 15 orang (75%) dan jenis kelamin perempuan 5
orang (25%). Menurut National Cholesterol Education Program (2002) Pria
memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung pada usia yang
lebih muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa menopause.
Sedangkan pada penelitian terdahulu menurut Fahriah H Djafar (2015), jenis
kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (53,3%) dan jenis kelamin perempuan
sebanyak 14 orang (46,7%). Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak
adalah berjenis kelamin laki-laki. Sehingga dalam penelitian terkait dan teori
65
3. Pekerjaan
berdasarkan pekerjaan dengan jumlah responden sebanyak 20 orang, pegawai
swasta sebanyak 9 orang (45%), pegawai negeri sebanyak 5 orang (25%),
Tidak bekerja sebanyak 5 orang (25%) dan Lain-lain sebanyak 1 orang (5%).
Menurut penelitian Fahriah H Djafar (2015), pasien yang bekerja sebanyak 20
orang (66,7%) dan responden yang tidak bekerja sebanyak 10 orang (33,3%).
Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak adalah yang bekerja.
4. Pendidikan
Berdasarkan pendidikan dengan jumlah responden sebanyak 20 orang dengan
Pendidikan SMA sebanyak 6 orang (30%) dan Pendidikan sarjana sebanyak
14 orang (70%). Menurut penelitian Fahriah H Djafar (2015), responden
berpendidikan SD sebanyak 4 orang (13,3%), responden berpendidikan SMP
sebanyak 6 orang (20%), responden berpendidikan SMA sebanyak 13 orang
(43,3%) dan responden berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 7 orang
(23,3%). Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak adalah
berpendidikan SMA. Ha ini Pendidikan berpengaruh terhadap tingkat
kooperatif dan pemahaman pasien dalam hal kesehatan.
B. Bivariat
Berdasarkan table 5.8 terlihat bahwa pemberian balut tekan stoking dapat
menurunkan kejadian edema sebesar 2,1 yaitu dari 2,45 (sebelum pemberian balut
tekan stoking) menjadi 0,35 (sesudah pemberian balut tekan stoking). Hasil uji T
diperoleh p value=0,001 artinya secara statistic ada perbedaan yang signifikan
terhadap penurunan edema tungkai kaki antara sebelum dan sesudah pemberian
balut tekan stoking.
66
Terapi kompresi adalah pemakaian dari tekanan yang digunakan atau support
statik untuk ekstremitas bawah sebagai fasilitasi aliran darah vena normal
(Bryant, 2000). Terapi kompresi sering digunakan untuk mencegah edema post
operasi. Penggunaan stoking rutin mempunyai efek positif pada pencegahan
edema pada graft tungkai dan komplikasi luka setelah operasi CABG (Alizadeh,
2014). Stoking kompresi adalah suatu alat yang tepat untuk klien yang akan
membutuhkan kompresi eksternal untuk kaki pada tingkat yang ditentukan
(Barbara, 2000). Stoking kompresi berfungsi untuk mencegah tromboembolism
bagi klien yang tidak dapat berjalan, memperbaiki aliran pembuluh darah vena
di kaki, melancarkan pembuluh darah vena yang mengalami hipertensi dan
menurunkan pembengkakan yang ada. penggunaan stoking kompresi lebih
efektif untuk edema pada klien post operasi CABG dibandingkan perban elastis.
(Khoshgoftar, 2009). Stoking dibuka ketika tidur dan dipasang kembali setelah
bangun tidur. Stoking akan kehilangan elastisitasnya jika lebih dari 3 sampai 6
bulan (Bryant, 2000). Stoking merupakan alternatif yang lebih aman, asalkan
klien telah diukur dengan tepat untuk pemakaian stoking tersebut. Untuk
menentukan ukuran yang benar dari stoking, kaki diukur pada pergelangan kaki,
betis dan dari pergelangan kaki sampai lutut. Selain itu stoking secara kosmetik
lebih dapat diterima bagi banyak orang. Meskipun demikian, stoking sendiri
secara khusus tidak mudah digunakan, masalah tersebut dapat diatasi banyak
klien, yaitu dengan memberinya alat bantu (Morison, 2004).
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain;
1. Sebagian besar usia pasien 59 tahun beberapa memiliki faktor resiko penyakit
seperti DM dan HT sehingga dapat mempengaruhi proses penurunan edema.
2. Penelitian menggunakan eksperimen yang membutuhkan kemandirian pasien
dan keluarga dalam melakukan balut tekan stoking agar proses penurunan
edema dapat terjadi secara signifikan.
67
3. Penelitian ini membutuhkan waktu yang lama karena pasien post op CABG
akan di rawat selama 6 hari.
4. Kurangnya kooperatif dari beberapa pasien dan keluarga sehingga peneliti
selalu memberikan motifasi untuk menggunakan stocking saat pasien akan
melakukan aktifitas.
68
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian pengaruh penggunaan balut
tekan (stoking) terhadap poetensi penurunan kejadian edema tungkai kaki
pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang rawat
inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere, maka dapat disimpulkan bahwa;
1. Sebanyak 20 orang responden post CABG di ruang rawat inap RS jantung
diagram cinere usia termuda usia 45 tahun dan usia tertua 68 tahun, jenis
kelamin terbanyak adalah laki-laki, Pendidikan terbanyak adalah sarjana,
dan pekerjaan terbanyak adalah pegaawai swasta.
2. Sebanyak 20 orang responden post CABG di ruang rawat inap RS jantung
diagram cinere sebelum dilakukan balut tekan stoking mengalami edema
dengan nilai rata-rata 2,45.
3. Sebanyak 20 orang responden post CABG di ruang rawat inap RS jantung
diagram cinere pasien rutin menggunakan stoking selama 6 hari
mengalami penurunan edema yang signifikan dari 2,45 menjadi 0,35
sehingga selisih penurunan edema yang terjadi adalah 2,1
4. Adanya pengaruh penggunaan balut tekan (stoking) dengan potensi
penurunan kejadian edema tungkai pada pasien post operasi coronary
artery bypass graft (CABG) di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung
Diagram Cinere dengan nilai p value=0,001
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan pelayanan keperawatan yang lebih baik dalam upaya
menangani edema tungkai kaki dan mencegah komplikasi pada klien post
operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dengan benar dan tepat.
69
DAFTAR PUSTAKA
Bryant, Ruth A (2000). Acute and Chronic Wounds Second Edition. St Louis
Missouri: Mosby.
Hastono, Sutanto Priyono (2020). Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Depok: PT
Raja Grafindo Persada.
Ignatavicius & Workman (2006). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking for
Collaborative Care Fifth Edition. St Louis Missouri: Elsevier Saunders
Maryunani, Anik (2013). Perawatan Luka Terkini dan Terlengkap. Jakarta: In Media
Siregar, Eveline & Hartini Nara (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia
Smeltzer, S dan Bare B. (2011). Buku ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth edisi 8. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran Indonesia
EGC.
Stuart, G.w & Sundeen, S.J. 2000. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Ed. 3.
Jakarta: EGC
Villeco, J. P., & Otr, L. (2012). Edema: A Silent but Important Factor. Journal of
Hand Therapy. Cochrane Library. 25, (2), 153–162
Kepada Yth.
Seluruh Calon Responden
Di Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Pertamedika Fakultas Keperawatan:
Nama : Martha Nababan
NIM : 11212095
akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Balut Tekan
(Stoking) Dengan Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada
Pasien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana implemetasi penggunaan stocking pada pasien setelah
operasi CABG di Rumah Sakit Jantung Diagram.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi siapapun.
Kerahasiaan seluruh informasi yang didapatkan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan dalam keikutsertaan menjadi
responden penelitian. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu sebagai
responden dalam penelitian ini, jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden saya
mohon Bapak/Ibu menandatangani lember persetujuan dan menjawab pertanyaan
pada lembar identitas responden yang telah disediakan, serta menjawab
pertanyaan berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Atas perhatian
dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Martha Nababan
Lampiran
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi
dalam penelitian yang dilakukan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
PERTAMEDIKA, yang berjudul Pengaruh Penggunaan Balut Tekan (Stoking)
dengan Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki pada Pasien Post
Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Jantung Diagram Cinere. Saya juga mengerti bahwa data mengenai
penelitian ini akan dirahasiakan oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian.
Saya telah diberikan penjelasan tentang penelitian ini dan saya mengetahui
bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi
perkembangan pengetahuan.
Dengan ini saya secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun
menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Depok, 2022
(................................)
Lampiran 3
3. Emergency Departemen
asal REF-PT-SHNUR-464)
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :