Anda di halaman 1dari 90

PENGARUH PENGGUNAAN BALUT TEKAN (STOKING) DENGAN

POTENSI PENURUNAN KEJADIAN EDEMA TUNGKAI KAKI PADA


PASIEN POST OPERASI CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
JANTUNG DIAGRAM CINERE

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh:
MARTHA NABABAN
NIM: 11212095

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2022
SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN BALUT TEKAN (STOKING) DENGAN


POTENSI PENURUNAN KEJADIAN EDEMA TUNGKAI KAKI PADA
PASIEN POST OPERASI CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
JANTUNG DIAGRAM CINERE

Dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian


tugas akhir pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan

Oleh
MARTHA NABABAN
11212095

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

i
Proposal Penelitian dengan judul:

Pengaruh Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Dengan Potensi Penurunan


Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Pasien Post Operasi Coronary Artery
Bypass Graft Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere

Telah mendapatkan persetujuan untuk dilakukan Seminar Proposal


Jakarta, November 2022

Menyetujui Pembimbing Skripsi

Heny Fitriany SAB.,SKM.,M.Kep


NIP.

Mengetahui
Ka. Prodi S1 Keperawatan

Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep


NIP.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Balut Tekan (Stoking)


Dengan Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Pasien Post
Operasi Coronary Artery Bypass Graft Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Jantung Diagram Cinere”, ini telah diujikan dan dinyatakan Lulus dalam ujian
seminar proposal dihadapan penguji pada tanggal 12 desember 2022.

Peenguji I

Heny Fitriany SAB.,SKM.,M.Kep

Penguji II

Ns. Hanik Rohmah Irawati, M.Kep,Sp.Mat

Penguji III

.........................................................

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL 0
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN v
KATA PENGATAR 1
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Perumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 8
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Deskripsi Teori Dan Penelitian Terkait 8
1. Konsep Penyakit Jantung Koroner 8
2. Konsep CABG 18
3. Konsep Edema 23
4. Konsep Kompresi/Balut Tekan 28
5. Penelitian Terkait 34
B. Kerangka Teori 37
BAB III : KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERSIONAL
A. Kerangka Konsep 39
B. Definisi Operasional 41
C. Hipotesa 42
BAB IV : METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 45
B. Populasi dan Sample 45

iv
C. Tempat Penelitian 47
D. Waktu Penelitian 47
E. Etika Penelitian 48
F. Alat Pengumpulan Data 49
G. Prosedure Pengumpulan Data 51
H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 53
BAB V : HASIL PENELITIAN
A. Univariat
B. Bivariat
BAB VI : PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Karakteristik
B. Keterbatasan penelitian
BAB VII : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Definisi Operasional 41


Tabel 4.1 Tingkat Reliabilitas berdasarkan nilai Alpha Cronbach 51
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Pernyataan Kesedian Menjadi Responden


Surat Permohonan Menjadi Responden
Pernyataan Kesedian Menjadi Responden
Sop Penggunaan Balut Tekan
Lembar Observasi Penggunaan Balut Tekan
Lembar Observasi Edema

vii
KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Dengan Potensi Penurunan Kejadian
Edema Tungkai Kaki Pada Pasien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere”
Penelitiaan ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata ajar Skripsi pada Program
Studi S1 Keperawatan – Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA. Peneliti
menyadari banyak pihak yang turut membantu sejaknawal penyususnan sampai
selesainya penelitian ini. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada
1. Dr. Theryoto, M.Kes, Sp.OK., MARS, selaku Direktur Utama
PERTAMEDIKA/IHC dan Pembina Yayasan Pendidikan PERTAMEDIKA.
2. Dr. Asep Saefudin., SH., MM., CHRP., CHRA, selaku Ketua Pengurus Yayasan
Pendidikan PERTAMEDIKA.
3. Ns. Maryati, S.Sos., S.Kep., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan PERTAMEDIKA
4. Dr. Lenny Rosbi Rimbun, SKp., M.Si., M.Kep, selaku Wakil Ketua I Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
5. Sri Sumartini, SE., MM, selaku Wakil Ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
6. Achirman, SKM., M.Kep, selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
PERTAMEDIKA.
7. Wasijati, S.Kp., M.Si., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
8. Heny Fitriany,SAB,SKM,M.Kes, selaku Pembimbing Skripsi yang dengan
kesabaran dan kebaikannya telah membimbing penulis selama proses penelitian
ini.

1
2

9. Dr. Hoyi Siantoresmi MARS, selaku Direktur Rumah Sakit Jantung Diagram
Cinere tempat penelitian.
10. Para dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
11. Orang tua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya dalam melakukan
penelitian ini, sehingga laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan
waktunya.
12. Para responden atas keikutsertaan dan kerjasamanya, sehingga laporan penelitian
ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
13. Teman-teman Angkatan XV Program Studi S1 Keperawatan - Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA.
14. Teman-teman di diruangan yang telah membantu dan mensupport, sehingga
laporan penelitian ini dapat selesai sesuai dengan waktunya.
15. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut
berpartisipasi sehingga selesainya penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyususnan penelitian ini banyak sekali


kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan penulisan dan penyususnan hasil penelitian dimasa mendatang.

Jakarta, 19 Oktober 2022

Peneliti
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit jantung koroner merupakan penyakit tidak menular namun merupakan
penyakit yang dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia.
Penyakit jantung coroner dapat terjadi akibat dari penebalan dinding arteri
coroner, yang disebabkan oleh peningkatan kolesterol dalam darah dan menempel
pada dinding arteri coroner (Yuet Wai Kan, 2010). Sedangkan menurut Sahrudi
(2021), Penyakit jantung Koroner adalah penyempitan pembuluh darah arteri
coroner (arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung). Bila satu atau lebih dari
arteri coroner tersumbat penuh/total akibatnya dapat terjadi serangan jantung dan
kerusakan otot jantung.

Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami Penyakit jantung
coroner adalah dengan obat-obatan, Percutanious Coronary Intervention (PCI)
dan Coronary Artery Bypass Graft (Fahriah, 2014). CABG dapat dilakukan pada
pasien yang mengalami artherosklerosis dengan 3 atau lebih penyumbatan pada
arteri koroner atau penyumbatan yang signifikan pada Left Main Artery Coroner
(Udjianti 2010).

CABG adalah operasi untuk penyakit jantung koroner yang melibatkan


penggunaan bagian vena atau arteri untuk membuat koneksi (bypass) antara aorta
dan arteri koroner melewati sumbatan. Operasi ini memberikan darah untuk
perfusi bagian iskemik dari jantung. Arteri internal mammary pada dada dan vena
saphena dari kaki adalah pembuluh darah yang sering digunakan untuk CABG
(Lemone, 2011).

Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi CABG yaitu edema pada kaki atau
lengan yang diambil pembuluh darahnya untuk pencakokan, dampak yang dapat
4

terjadi jika edema tungkai kaki tidak dapat segera diatasi juga dapat menyebabkan
baal atau mati rasa, kelemahan ekstremitas, kesulitan mobilisasi, gangguan
istirahat dan dapat menyebabkan penyembuhan yang lama. Edema terjadi karena
kerusakan dari kemampuan pompa jantung untuk meningkatkan tekanan
hidrostatik pada ekstremitas disebabkan oleh sirkulasi yang buruk yang akan
menghasilkan kebocoran kapiler dan akumulasi cairan pada area yang tergantung
seperti ekstremitas bawah (Elizabeth, 2014).

Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi edema pada kaki adalah
dengan terapi kompresi. terapi kompresi adalah tekanan yang digunakan dari luar
atau penahan statis untuk ekstremitas bawah yang memfasilitasi aliran normal
vena, bertujuan untuk memperbaiki efisiensi pemompaan betis, meningkatkan
fungsi katup, membalikkan kebocoran kapiler, mengurangi diferensial tekanan
dan mengontrol edema (Bryant, 2000)

Stoking kompresi merupakan suatu alat yang tepat untuk klien yang akan
membutuhkan kompresi eksternal untuk kaki pada tingkat yang ditentukan
(Barbara, 2000). Terapi kompresi sering digunakan untuk mencegah edema post
operasi. Penggunaan stoking rutin mempunyai efek positif pada pencegahan
edema pada graft tungkai dan komplikasi luka setelah operasi CABG (Alireza,
2014).

Kompresi merupakan teknik menekan rasa nyeri pasca operasi dan dapat
mengurangi edema dengan cara mencegah pembentukan hematoma di sepanjang
bagian dari vena yang telah diangkat. Kompresi ini juga dapat meningkatkan
aliran balik vena ekstremitas bawah, sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, stocking kompresi elastis
adalah salah satu cara yang paling digunakan untuk fase profilaksis dan
pemeliharaan edema ekstremitas bawah, karena cara ini dianggap efektif dan
mudah dalam penggunaannya. maka salah satu cara paling penting untuk
5

menekan edema tungkai setelah operasi CABG adalah terapi kompresi dengan
stoking kompresi medis (Alireza, 2014). Namun, belum banyak peneliti yang
melakukan penelitian untuk mengevaluasi efek menguntungkan dari stoking
elastis pada pencegahan dan pengobatan edema ekstremitas bagian bawah di
Indonesia.

Data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
prevalensi penyakit jantung koroner meningkat seiring dengan bertambahnya
umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2,0% dan 3,6%, menurun
sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi jantung koroner berdasarkan
wawancara terdiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5%, dan berdasarkan
diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5%. Berdasarkan data WHO tahun 2012,
jumlah kasus bedah jantung dapat berjumlah 20.000 kasus tiap tahun, jumlah
tersebut dapat meningkat. Diperkirakan sebanyak 800.000 operasi CABG di
seluruh dunia setiap tahunnya. Prevalensi jantung koroner berdasarkan
terdiagnosis dokter tertinggi di Sulawesi Tengah 0,8% diikuti Sulawesi Utara,
DKI Jakarta, Aceh masing-masing 0,7%. Sementara prevalensi jantung koroner
menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti
Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%).

Menurut penelitian Fahriah H Djafar (2015), mengatakan bahwa terdapat


hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan kejadian
edema tungkai kaki pada klien post operasi coronary artery bypass graft.
Sedangkan menurut penelitian Alireza (2014) mengatakan bahwa penggunaan
stoking secara rutin memiliki efek positif pada pencegahan edema pada pasien
yang mengalami pencakokan saphenous vena pada kaki dan mengurangi
terjadinya komplikasi luka setelah operasi CABG.

Dalam penanganan pada penyakit jantung di Rumah Sakit Jantung Diagram yang
berada di Cinere Kabupaten Depok, terdapat beberapa terapi medis yang dapat di
6

lakukan yaitu dengan terapi obat-obatan, Percutaneous Coronary Intervention


(PCI), dan pembedahan yang disebut dengan Coronary Artery Bypass Graft.
Intervensi yang dilakukan jika terjadai edema tungkai kaki saat selama perawatan
dapat dilakukan dengan penggunaan stoking, dapat juga dilakukan dengan obat-
obatan sesuai indikasi pasien. Menurut data rekam medis terhitung dari tahun
2021 sampai dengan bulan Juli 2022, jumlah operasi CABG mencapai lebih dari
100 tindakan. Prosedur operasi CABG ini dilakukan dengan cara memanen
saphenous vena atau arteri radial. Selain cangkok arteri, pengangkatan vena kaki
saphenous adalah prosedur yang paling umum dilakukan dalam operasi CABG
(Alireza, 2014).

Berdasarkan hasil observasi awal pada bulan Juli 2022 didapatkan 17 pasien post
Operasi CABG, dan didapatkan semua pasien post operasi CABG mengalami
edema tungkai kaki. Sebanyak 12 (70,6%) pasien mengalami edema tungkai kaki
karena tidak menggunakan stoking secara rutin dan 5 (29,4%) pasien tidak
mengalami edema karena rutin menggunakan stocking, Sebanyak 12 (70,6%)
pasien yang mengalami edema tungkai kaki tersebut, telah disarankan untuk
selalu memakai stocking saat aktifitas dirumah sakit. Sebanyak 7 (41,3%) pasien
setelah 1 minggu menggunakan stocking secara rutin tampak edema berkurang,
dan 5 (29,3%) pasien mengatakan jarang menggunakan stocking tampak edema
juga berkurang, namun kurang maksimal dibandingkan dengan pasien yang rutin
menggunakan stocking.

Berdasarkan latar belakang diatas dan belum ada yang melakukan penelitian
tentang masalah yang ada di tempat peneliti bekerja, sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Balut Tekan
(Stoking) dengan Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki pada
Pasien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere”
7

B. Perumusan Masalah
Penyakit jantung coroner adalah sumbatan pada pembuluh dara arteri, dapat
terjadi satu pembuluh dan lebih, tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan
tindakan obat-obatan, dan tindakan medis seperti PCI dan CABG. CABG adalah
suatu tindakan medis untuk penyakit jantung koroner yang melibatkan
penggunaan bagian vena atau arteri untuk membuat koneksi (bypass) antara aorta
dan arteri koroner melewati sumbatan. Tindakan ini dapat dilakukan jika
sumbatan pada arteri coroner terletak pada Left Mean dan jika sumbatan terjadi
pada tiga cabang arteri >70%. Tujuan dari tindakan CABG adalah untuk
memperpanjang masa hidup pasien. Namun tindakan operasi CABG juga
memiliki komplikasi seperti Infeksi, Penurunan curah jantung, hipotensi,
hipertensi, stroke dan juga edema tungkai kaki.

Edema tungkai kaki adalah komplikasi dari suatu procedure tindakan operasi
CABG, yang mana dspat terjadi edema karena operasi CABG membuat jalan
dengan cara mengambil vena saphenous lalu meletakan di arteri sengan membuat
jalan antara arteri yang tersumbat. Sehingga pembuluh darah arteri yang telah
dilakukan pencakokan tersebut dapat terjadi perembesan darah ke pembuluh
darah kapiler, sehingga dapat terjadi edema pada tungkai.

Edema yang terjadi pada pasien post oeprasi CABG selalu dapat terjadi, Edema
sendiri sangat memiliki dampak jika tidak segera diatasi, dampak yang dapat
terjadi seperti infeksi, nyeri, dan dapat juga terjadi perawatan yang lama.
Sehingga harus dapat segera diberi tindakan baik secara medis maupun non
medis, secara medis seperti dengan pemberian obat-obtana, sedangkan tindakan
non medis dapat diberikan intervensi dengan cara memberikan tekanan atau
kompresi pada kaki dengan stoking. Dengan cara menekan kaki yang telah
8

dilakukan pencakokan untuk operasi CABG. Sehingga tekanan dan aliran darah
dapat meningkat dan lancar.

Di Rumah Sakit Jantung Diagram berdasarkan observasi awal selama 1 bulan


terdapat 17 pasien yang mengalami edema kaki karena post CABG. Sebanyak 12
pasien tidak rutin menggunakan stoking maka tampak edema pada kaki.
Sedangkan 5 pasien rutin menggunakan stoking edema menjadi berkurang. Dari
12 pasien tersebut disarankan untuk selalu menggunakan stoking saat aktifitas.
Saat dilakukan observasi Kembali 7 dari 12 pasien mengalami dema berkurang
dan 5 pasien yang lain tampak tidak rutin menggunakan stocking tampak edema
berkurang namun tidak signifikan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk Apakah ada pengaruh
penggunaan balut tekan (stoking) dengan potensi penurunan kejadian edema
tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft di ruang rawat
inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi
penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary
Artery Bypass Graft di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram
Cinere.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan pada pasien Coronary Artery Bypass
Graft (CABG) di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere.
b. Mengidentifikasi nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dilakukan
balut tekan (stoking).
9

c. Mengidentifikasi nilai rata-rata edema tungkai kaki setelah dilakukan


balut tekan (stoking).
d. Mengidentifikasi selisih nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dan
sesudah dilakukan balut tekan (stoking).
e. Menganalisa pengaruh balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan
kejadian edema tungkai kaki di Rumah Sakit Jantung Diagram.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian yang dapat diambil adalah:
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan pelayanan
keperawatan yang lebih baik dalam upaya menangani edema tungkai kaki dan
mencegah komplikasi pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft
(CABG) dengan benar dan tepat.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Dapat menjadi referensi atau tambahan informasi tentang tatalaksana
perawatan klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dalam
menangani edema tungkai kaki.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Deskripsi Teori dan Penelitian Terkait


B. Konsep Penyakit Jantung Koroner
a. Pengertian
Penyakit jantung coroner (Coronary Heart Disease (CHD)) adalah
penyampitan atau penyumbatan darah arteri coroner (arteri yang
menyalurkan darah ke otot jantung). Bila satu atau lebih dari arteri coroner
tersumbat sama sekali, akibatnya dapat terjadi serangan jantung dan
kerusakan pada otot jantung (Sahrudin, 2021).

Coronary Artery Disease (CAD) terjadi akibat adanya penyempitan atau


sumbatan pada arteri koroner karena proses artherosklerosis. Pada proses
atherosklerosis yang akan dialami usia muda sampai usia lanjut akan
terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner. Itu umum dialami setiap
orang. Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya infark,
tergantung dari individu masing-masing (Nurhidayat, 2011).

b. Manifestasi Klinis
Menurut Sahrudin (2021) tanda dan gejala yang dapat terjadi jika
mengalami penyakit jantung coroner yaitu bervariasi tergantung dari
tingkat dan derajat penyempitan aliran pembuluh darah arteri koroner.
Bila suplai oksigen dan nutrisi masih mencukupi, maka tanda dan gejala
klinis biasanya tidak muncul. Tanda dan gejala klinis yang berarti
biasanya muncul apabila penyempitan arteri coroner sudah melebihi 50%.
Tanda dan gejala klinis juga dipengaruhi tingkat kebutuhan oksigen dan
nutrisi miokardium. Aktifitas fisik seperti olahraga, stress, bahkan makan,
hingga kerja berat lainnya dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
miokardium. Tanda dan gejala klinis penyakit jantung koroner dapat

8
11

berupa nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri (angina), ansietas,


takikardia/bradikardia, sesak nafas, mual, pusing dan pingsan.

c. Etiologi dan Faktor Resiko


Menurut Sahrudin (2021) etiologi dari penyakit jantung coroner sebagai
berikut:
1) Perfusi Koroner
a) Arterosklerosis
b) Trombosis
c) Vasospasme
d) Tekanan perfusi buruk
2) Beban Kerja Miokardium
a) Frekuensi jantung cepat
b) Peningkatan Preload, afterload, atau kontraktilitas
c) Peningkatan kebutuhan metabolic (misalnya hipertiroidisme)
3) Oksigen Darah
a) Penurunan tekanan oksigen atmosfer
b) Gangguan pertukaran gas
c) Sel darah merah dan muatan hemoglobin rendah

d. Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, angka
kematian penyakit jantung koroner sekitar 17 juta (sekitar 30%) kematian
setiap tahunnya di seluruh dunia. Lebih dari 50% klien dengan penyakit
jantung koroner adalah usia 65 tahun atau lebih, 80% kematian disebabkan
oleh infark miokardium yang terjadi pada kelompok usia tersebut. Pria
memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung pada usia
yang lebih muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa
menopause (National Cholesterol Education Program, 2002).
12

e. Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah sistemik pada hipertensi menimbulkan
peningkatan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri,
sehingga beban kerja jantung bertambah, akibatnya terjadi hipertrofi
ventrikel kiri untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kemampuan
ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi
kompensasi dapat terlampaui; kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas
suplai pembuluh koroner menyebabkan iskemia miokardium lokal.
Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel
pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium.

Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah


metabolisme yang bersifat aerobik menjadi metabolisme anaerobik.
Metabolisme anaerobik lewat lintasan glikolitik jauh lebih tidak efisien
apabila dibandingkan dengan metabolisme aerobik melalui fosforilasi
oksidatif dan siklus Krebs. Pembentukan fosfat berenergi tinggi menurun
cukup besar. Hasil akhir metabolisme anaerob, yaitu asam laktat, akan
tertimbun sehingga menurunkan pH sel. Gabungan efek hipoksia,
berkurangnya energi yang tersedia, serta asidosis dengan cepat
mengganggu fungsi ventrikel kiri.

Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang;


serabut-serabutnya memendek, dan daya serta kecepatannya berkurang.
Selain itu, gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi
abnormal; bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel
berkontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung
mengubah hemodinamika. Perubahan hemodinamika bervariasi sesuai
ukuran segmen yang mengalami iskemia, dan derajat respon refleks
kompensasi sistem saraf otonom.
13

Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan


berkurangnya curah sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali
jantung berdenyut). Berkurangnya pengosongan ventrikel saat sistol akan
memperbesar volume ventrikel. Akibatnya, tekanan jantung kiri akan
meningkat; tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan baji dalam
kapiler paru-paru akan meningkat. Peningkatan tekanan diperbesar oleh
perubahan daya kembang dinding jantung akibat iskemia. Dinding yang
kurang lentur semakin memperberat peningkatan tekanan pada volume
ventrikel tertentu pada iskemia, manifestasi hemodinamika yang sering
terjadi adalah peningkatan ringan tekanan darah dan denyut jantung
sebelum timbul nyeri. Jelas bahwa, pola ini merupakan respon kompensasi
simpatis terhadap berkurangnya fungsi miokardium.

Dengan timbulnya nyeri sering terjadi perangsangan lebih lanjut oleh


katekolamin. Penurunan tekanan darah merupakan tanda bahwa
miokardium yang terserang iskemia cukup luas atau merupakan suatu
respon vagus. Iskemia miokardium secara khas disertai oleh dua
perubahan elektrokardiogram akibat perubahan elektrofisiologi selular,
yaitu gelombang T terbalik dan depresi segmen ST. Elevasi segmen ST
dikaitkan dengan sejenis angina yang dikenal dengan nama angina
Prinzmetal. Serangan iskemi biasanya mereda dalam beberapa menit
apabila ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen sudah
diperbaiki. Perubahan metabolik, fungsional, hemodinamik dan
elektrokardiografik yang terjadi semuanya bersifat reversibel.

Penyebab infark miokardium adalah terlepasnya plak arteriosklerosis dari


salah satu arteri koroner dan kemudian tersangkut di bagian hilir sehingga
menyumbat aliran darah ke seluruh miokardium yang diperdarahi oleh
pembuluh tersebut. Infark miokardium juga dapat terjadi jika lesi
trombotik yang melekat di arteri menjadi cukup besar untuk menyumbat
14

total aliran ke bagian hilir, atau jika suatu ruang jantung mengalami
hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi
(Santoso, 2005)

f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurhidayat, (2011) pemeriksaan penunjang pada PJK, yaitu:
1) Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan LDL (≥ 130 mg/dL), HDL (pria ≤ 40 mg/dL,
wanita ≤ 50 mg/dL), kolesterol total (≥ 200 mg/dL), dan trigliserida (≥
150 mg/dL), CK (pria ≥ 5-35 Ug/ml, wanita ≥5-25 Ug/ml), CKMB (≥
10 U/L), troponin (≥ 0,16 Ug/L), SGPT (pria ≥ 42 U/L, wanita 32
U/L), SGOT (pria ≥ 37 U/L, Wanita ≥ 31 U/L).
2) Elektrokardiogram (EKG)
Pada hasil pemeriksaan EKG untuk penyakit jantung coroner yaitu
terjadinya perubahan segmen ST yang diakibatkan oleh plak
aterosklerosis maka memicu terjadinya repolarisasi dini pada daerah
yang terkena infark atau iskemik. Hal tersebut mengakibatkan oklusi
arteri koroner yang mengambarkan ST elevasi pada jantung sehingga
disebut STEMI. Penurunan oksigen di jaringan jantung juga
menghasilkan perubahan EKG termasuk depresi segmen ST. dimana
gelombang T menggalami peningkatan, dan amplitudo gelombang ST
atau T yang menyamai atau melebihi amplitude gelombang QRS (Sari,
2019).
3) Foto rontgen dada
Foto rontgen dada dapat melihatada tidaknya pembesaran
(kardiomegali), menilai ukuran jantung dan dapat meliat gambaran
paru. Yang tidak dapat dilihat adalah kelainan pada koroner. Dari
ukuran jantung yang terlihat pada foto rontgen dapat digunakan untuk
penilaian seorang apakah sudah mengalami PJK lanjut.
15

4) Echocardiography
Untuk mengambil gambar dari jantung memerlukan pemeriksaan
scanner menggunakan pancaran suara. Untuk melihat jantung
berkontraksi serta melihat bagian area mana saja yang berkontraksi
lemah akibat suplai darahnya berhenti (sumbatan arteri koroner).
5) Treadmill
Dengan menggunakan treadmill dapat diduga apakah seseorang
menderita PJK. Memang tingkat akurasinya hanya 84% pada laki-laki
dan 72% pada perempuan. Dapat diartikan dari 100 orang laki-laki
yang terbukti cuma 84 orang
6) Katerisasi Jantung
Pemeriksaan katerisasi jantung dilakukan dengam memasukan
semacam selang seukuran lidi yang disebut kateter. Selang in langsung
dimasukkan ke pembuluh nadi (arteri). Kemudian cairan kontras
disuntikan sehingga akan mengisi pembuluh koroner. Kemudian dapat
dilihat adanya penyempitan atau bahkan penyumbatan. Hasil katerisasi
ini akan dapat ditentukan untuk penanganan lebih lanjut, yaitu cukup
menggunakan obat saja atau intervensi yang dikenal dengan balon.

g. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien post operasi CABG
yaitu sebagai berikut:
1) Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif merupakan kongesti pada sistem sirkulasi
miokardium. Gagal jantung kongestif merupakan suatu keadaan
dimana jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Wicaksono, 2019).
2) Syok Kardiogenik
16

Syok kardiogenik ini ditandai oleh adanya gangguan fungsi pada


ventrikel kiri yang di sebabkan oleh infark miokardium
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan yang khas (Nurhidayat, 2011).
3) Edema Paru
Edema paru merupakan suatu cairan abnormal yang tertimbun pada
paru baik dalam alveoli atau dirongga intersitial. Paru menjadi kaku
dan tidak dapat mengembang karena tertimbun cairan, sehingga udara
tidak bisa masuk maka terjadi hipoksia berat (Wicaksono, 2019).
4) Pericarditis Akut
Pericarditis akut adalah penyakit yang biasa di sebut dengan
peradangan pada pericardium yang bersifat jinak dan terbatas sendiri
dan dapat terjadi manifestasi dari penyakit sistemik. Efek yang
ditimbulkan dari pericarditis adalah efusi prikardinal yang memicu
tamponade jantung (Wicaksono, 2019).

h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada PJK menurut Le Mone, Priscilla, dkk (2019) yaitu
pengobatan farmakologi, non farmakologi dan revascularisasi
miokardium. Perlu diketahui bahwa tidak ada satupun cara pengobatan
sifatnya menyembuhkan. Dengan kata lain diperlukan modifikasi gaya
hidup agar dapat mengatasi faktor penyebab yang memicu terjadinya
penyakit. Penatalaksanaan yang perlu dilakukan meliputi:
1) Pengobatan farmakologi
a) Nitrat
Nitrat termasuk nitrogliserin dan preparat nitrat kerja lama,
digunakan untuk mengatasi serangan angina dan mencegah angina.
Karena nitrat mengurangi kerja miokardium dan kebutuhan
oksigen melalui dilatasi vena dan arteri yang pada akhirnya
mengurangi preload dan afterload. Selain itu juga dapat
17

memperbaiki suplai oksigen miokardium dengan mendilatasi


pembuluh darah kolateral dan mengurangi stenosis.
b) Aspirin
Aspirin dosis rendah (80 hingga 325 mg/hari) seringkali
diprogramkan untuk mengurangi risiko agregasi trombosit dan
pembenukan trombus.
c) Penyekat beta (bloker)
Obat ini menghambat efek perangsang jantung norepinefrin dan
epinefrin, mencegah serangan angina dengan menurunkan
frekuensi jantung, kontraktilitas miokardium, dan tekanan darah
sehingga menurunkan kebutuhan oksigen miokardium.
d) Antagonis kalsium
Obat ini mengurangi kebutuhan oksigen miokardium dan
meningkatkan suplai darah dan oksigen miokardium. Selain itu
juga merupakan vasodilator koroner kuat, secara efektif
meningkatkan suplai oksigen.
e) Anti kolesterol
Statin dapat menurunkan resiko komplikasi aterosklerosis sebesar
30% yang terjadi pada pasien angina. Statin juga dapat berperan
sebagai anti trombotik, anti inflamasi,dll.

2) Non Farmakologi
1) Memodifikasi pola hidup yang sehat dengan cara olahraga ringan
2) Mengontrol faktor resiko yang menyebabkan terjadinya PJK,
seperti pola makan,dll.
3) Melakukan teknik distraksi dengan cara mendengarkan music dan
relaksasi dengan cara nafas dalam
4) Membatasi aktivitas yang memperberat aktivitas jantung

3) Tindakan Medis
18

Tindakan medis pada pasien dengan PJK menurut Smeltzer & Bare
(2008) adalah;
1) Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
Percutaneous Coronary Intervention adalah prosedur intervensi
non bedah dengan menggunakan kateter untuk melebarkan atau
membuka pembuluh darah koroner yang menyempit dengan balon
atau stent. Proses penyempitan pembuluh darah koroner ini dapat
disebabkan oleh proses aterosklerosis atau trombosis.
2) Pembedahan
Coronary Artery Bypass Graft (CABG) adalah tindakan
pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien yang mengalami
sumbatan 3 atau lebih pada pembuluh darah arteri coroner, stenosis
(penyempitan lumen > 70% pada 3 arteri yaitu arteri koronaria
komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri desenden anterior
sinistra, dan Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan.

C. Konsep Coronary Artery Bypass Graft (CABG)


a. Pengertian
Menurut Udjianti (2010) Coronary Artery Bypass Grafting merupakan
salah satu metode revaskularisasi penanganan intervensi dari PJK yang
secara umum dilakukan pada pasien yang mengalami artherosklerosis
dengan 3 atau lebih penyumbatan pada arteri koroner atau penyumbatan
yang signifikan pada Left Main Artery Coroner

Sedangkan menurut Yahya (2010) Coronary Artery Bypass Grafting


adalah merupakan salah satu operasi untuk memperbaiki aliran darah ke
jantung yang terutama ditujukan pada penderita penyempitan bermakna
yang berpotensi tinggi menimbulkan serangan jantung. CABG
direkomendasikan apabila dengan obat obatan maupun pelebaran dengan
balon atau pemasangan stent tidak efektif mengatasi gangguan koroner.
19

Secara sederhana CABG adalah operasi pembedahan yang dilakukan


dengan membuat pembuluh darah baru atau bypass terhadap pembuluh
darah yang tersumbat sehingga melancarkan kembali aliran darah yang
membawa oksigen ke otot jantung.

b. Tujuan
Menurut Smeltzer & Bare (2008) tujuan dilakukan tindakan Coronary
Artery Bypass Grafting yaitu;
a. Meningkatkan aliran darah ke pembuluh darah jantung
b. Mencegah terjadinya kematian jaringan yang luas
c. Meningkatkan kualitas hidup
d. Meningkatkan toleransi aktifitas yang dari sebelumnya
e. Memperpanjang masa hidup

c. Indikasi
Indikasi CABG menurut American Heart Association (AHA) dalam
Ignatavisius & Workman (2006)
1) Stenosis Left Mean Coronary Artery yang signifikan
2) Angina yang tidak dapat di kontrol dengan terapi medis
3) Angina yang tidak stabil
4) Iskemik yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah
yang maksimal
5) Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang
mengancam daerah miokardium
6) Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA dan trombolitik
7) Sumbatan/stenosis LAD dan LCx pada bagian proksimal > 70 %
8) Satu atau dua vessel disease tanpa stenosis LAD proksimal yang
signifikan
9) Pasien dengan komplikasi kegagalan PTCA
20

10) Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri (three vessel disease)
dengan angina stabil atau tidak stabil dan pada pasien dengan 2
sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil atau tidak stabil dan
pada pasien dengan 2 sumbatan pembuluh darah dengan angina stabil
atau tidak stabil dan lesi proksimal LAD yang berat
11) Pasien dengan stenosis (penyempitan lumen > 70%) pada 3 arteri yaitu
arteri koronaria komunis sinistra, bagian proksimal dari arteri
desenden anterior sinistra.

d. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien CABG menurut Smeltzer &
Bare, 2008) yaitu;
1) Nyeri Pasca Operasi
Setelah dilakukan bedah jantung, pasien dapat mengalami nyeri yang
diakibatkan luka insisi dada atau kaki, selang dada atau peregangan iga
selama operasi. Ketidaknyamanan insisi kaki sering memburuk setelah
pasien berjalan khususnya bila terjadi pembengkakan kaki.
Peregangan otot punggung dan leher saat iga diregangkan dapat
menyebabkan ketidaknyamanan punggung dan leher. Nyeri dapat
merangsang system saraf simpatis, meningkatkan frekuensi jantung
danmtekanan darah yang dapat mengganggu hemodinamik pasien.
Ketidaknyamanan dapat juga mengakibatkan penurunan ekspansi
dada, peningkatan atelektasis dan retensi sekresi. Tindakan yang harus
dilakukan yaitu memberikan kenyamanan maksimal, menghilangkan
faktor-faktor peningkatan persepsi nyeri seperti ansietas, kelelahan
dengan memberikan penghilang nyeri.
2) Penurunan Curah Jantung
Disebabkan adanya perubahan pada frekuensi jantung, isi sekuncup
atau keduanya. Bradikardia atau takikardi pada paska operasi dapat
menurunkan curah jantung. Aritmia sering terjadi 24 jam–36 jam
21

paska operasi. Takikardi menjadi berbahaya karena mempengaruhi


curah jantung dengan menurunkan waktu pengisian diastolik ventrikel,
perfusi arteri koroner dan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.
Bila penyebab dasar dapat diidentifikasikan maka dapat diperbaiki.

3) Perubahan Cairan
Setelah operasi Coronary Bypass Grafting volume cairan tubuh total
meningkat sebagai akibat dari hemodilusi. Peningkatan vasopressin,
dan non perfusi ginjal yang mengaktifkan mekanisme renin
angiotensin aldosterone (RAA).

Ketidakseimbangan elektrolit pasca operasi paling umum adalah kadar


kalsium abnormal. Hipokalemia dapat diakibatkan oleh hemodilusi,
diuretik dan efek-efek aldosteron yang menyebabkan sekresi kalium
ke dalam urine pada tubulus distal ginjal saat natrium diserap.
Hiperkalemia dapat terjadi sebagai akibat jumlah besar larutan
kardioplegia atau gagal ginjal akut. Perubahan tekanan darah Setelah
bedah jantung ditemukan adanya hipertensi atau hipotensi.Intervensi
keperawatan diarahkan pada antisipasi perubahan dan melakukan
intervensi untuk mencegah atau untuk memperbaiki dengan segala
tekanan darah pada rentang normotensi.

4) Hipotensi
Pada graft vena safena dapat kolaps jika tekanan perfusi terlalu rendah,
vena tidak memiliki dinding otot seperti yang di miliki oleh arteri,
sehingga mengakibatkan iskemia miokard. Hipotensi juga dapat
disebabkan oleh penurunan volume intravaskuler, vasodilatasi sebagai
akibat penghangatan kembali, kontraktilitas ventrikel yang buruk atau
disritmia.Tindakan dengan pemberian cairan atau obat vasopressor
22

dapat dilakukan jika hipotensi disebabkan oleh penurunan


kontraktilitas ventrikel.

5) Hipertensi
Hipertensi setelah paska operasi jantung dapat menyebabkan rupture
atau kebocoran jalur jahitan dan meningkatkan pendarahan. Dapat juga
disebabkan karena riwayat hipertensi, peningkatan kadar katekolamin
atau renin, hipotermia atau nyeri, terkadang ditemukan tanpa penyebab
yang jelas. Hipertensi dapat disebabkan oleh narkotik analgesik atau
sedatif intravena. Hipertensi ini umumnya bersifat sementara dan
dapat di turunkan dalam 24 jam. Bila tidak mungkin, anti hipertensi
oral dapat di mulai untuk memudahkan penghentian nitroprusid. Pada
klinik sering digunakan gabungan inotropik dan vasodilator seperti
golongan milirinone

6) Perdarahan Pasca Operasi


Ada 2 jenis perdarahan, yaitu:
a) Perdarahan Arteri
Meskipun jarang, namun hal ini merupakan kedaruratan yang
mengancam hidup yang biasanya diakibatkan oleh ruptur atau
kebocoran jalur jahitan pada satu dari 3 sisi: Anastomosis
proksimal graft vena ke aorta, anastomosis distal graft vena ke
arteri koroner atau kanulasi sisi ke aorta dimana darah yang
mengandung O2 dikembalikan ke pasien selama bypass.
b) Perdarahan Vena
Hal ini lebih umum terjadi dan disebabkan oleh masalah
pembedahan atau koagulopati, kesalahan hemostasis dari satu atau
lebih pembuluh darah mengakibatkan pendarahan. Tindakan
ditujukan pada penurunan jumlah perdarahan dan memperbaiki
penyebab dasar.
23

7) Infeksi dan Edema


Infeksi dan edema dapat terjadi pada luka pasca operasi dapat terjadi
pada kaki atau insisi sternotomy median atau pada sisi pemasangan
selang dada. Perawatan untuk mencegah infeksi yaitu dengan
mempertahankan insisi bersih dan kering dan mengganti balutan
dengan teknik aseptik. Infeksi juga dapat didukung dari keadaan
pasien dengan nutrisi tidak adekuat dan immobilisasi.
8) Tamponade jantung awal
Tamponade jantung terjadi apabila darah terakumulasi di sekitar
jantung akibat kompresi jantung kanan oleh darah atau bekuan darah
dan menekan miokard. Hal ini mengancam aliran balik vena,
menurunkan curah jantung dan tekanan darah. Tindakan meliputi
pemberian cairan dan vasopressor untuk mempertahankan curah
jantung dan tekanan darah sampai dekompresi bedah dilakukan.
9) Post Perfusion Syndrome
Kerusakan sementara pada neuro kognitif, namun penelitian terbaru
menunjukan bahwa penurunan kognitif tidak disebabkan oleh CABG
tetapi lebih merupakan konsekuensi dari penyakit vaskuler.
10) Disfungsi Neurologi
Dapat bervariasi dalam beratnya keadaan dari kerusakan sementara
konsentrasi ringan sampai periode agitasi dan kekacauan mental dan
cedera serebrovaskuler atau koma. Perubahan perfusi serebral dan
mikro embolisme lemak atau agregasi trombosit selama bypass dan
embolisasi bekuan, bahan partikular atau udara, semua dapat
menyebabkan sequel neurologis. Tindakan meliputi mempertahankan
curah jantung adekuat, tekanan darah dan AGD (Analisa Gas Darah)
menjamin perfusi serebral dan oksigenasi normal.
24

D. Konsep Edema
a. Definisi
Edema adalah kondisi vena yang terbendung terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intra vaskuler (tekanan yang mendorong darah mengalir di
dalam vaskuler oleh kerja pompa jantung). Sehingga menimbulkan
pembesaran cairan plasma ke ruang interstitium (Grossman & Brown,
2009). Dalam keadaan ini klien yang mengalami edema pada daerah
ekstremitas akan berdampak pada kemandirian pasien atau pun aktivitas
sehari-hari sehingga kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas
menjadi terhenti. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi.

Edema adalah pengumpulan cairan di jaringan bawah kulit atau organ


tubuh menurut siregar (2010) edema merupakan terkumpulnya cairan
dalam jaringan interstisial lebih dari jumlah yang biasa atau di dalam
rongga tubuh mengakibatkan gangguan sirkulasi pertukaran cairan dan
elektrolit antara plasma dan jaringan interstisial

b. Etiologi
Menurut Siregar, (2010) penyebab edema antara lain:
1) Varises, katup didalam pembuluh darah vena yang berfungsi untuk
memompa darah dari kaki ke arah atas tidak berfungsi, sehingga aliran
terbendung. Maka tekanan pendorong atau tekanan hidrostatik didalam
vena meningkat sehingga air keluar masuk kebawah kulit dan terjadi
bengkak.
2) Gagal jantung dapat menimbulkan bengkak di tungkai, perut (acites).
Bengkak juga dapat timbul di paru yang disebut sebagai edema paru.
Edema paru akan menimbulkan sesak yang hebat. Edema diatas
25

disebabkan oleh menurunnya kemampuan jantung untuk memompa


darah ke seluruh tubuh sehingga aliran darah dari vena ke arah jantung
terbendung yang mengakibatkan tekanan hidrostatik di pembuluh
kapiler meningkat sehingga air dari pembuluh kapiler keluar dan
masuk kedalam jaringan kulit, perut dan paru sehingga menimbulkan
penumpukan cairan.
3) Kerusakan pada jaringan hati atau sirosis hati akan menyebabkan
aliran darah dari pembuluh darah usus yang menuju hati terbendung.
Akibatnya timbul penumpukan air didalam perut (acites) dan juga di
tungkai.

c. Gejala Edema
Menurut Siregar, (2010) gejala edema dibawah kulit mengakibatkan kulit
terlihat bengkak dan mengkilat serta pada penekanan di daerah bengkak
tersebut akan menyebabkan lubang yang lambat kembali ke posisi
sebelum ditekan. Gejala yang muncul akan terasa pegal di tungkai, sepatu
terasa lebih sempit, dan berjalan terasa berat.

d. Patofisiologi
Menurut Tamsuri, (2009), jumlah cairan dan natrium yang berlebihan
dalam kompartemen ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotik.
Akibatnya cairan keluar dari sel sehingga menyebabkan penumpukan
cairan dalam ruang interstisial. Edema terjadi jika ada peningkatan
produksi cairan interstisial atau gangguan perpindahan cairan intertisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:
1) Permeabilitas kapiler meningkat yang menyebabkan perpindahan
cairan dari kapiler menuju ruang interstisial
2) Tekanan hdrostatik kapiler meningkt yang menyebaban cairan dalam
pembuluh darah terdorong ke ruang interstisial.
26

3) Perpindahan cairan dari ruang interstisial terhambat. Penyakit gagal


ginjal juga dapat menimbulkan bengkak karena kadar albumin (protein
dalam darah) lebih rendah dari normal. Akibatnya tekanan penghisap
(tekanan osmotik), di jaringan sekitar pembuluh kapiler lebih tinggi,
menyebabkan air dari pembuluh kapiler masuk ke dalam jaringan dan
menyebabkan bengkak. Bengkak terjadi di daerah tungkai atau sekitar
mata (jaringan longgar) (Tamsuri, 2009).
4) Menurut Siregar (2010), grading edema antara lain:
a) 1+ = Pitting sedikit/2mm, menghilang dengan cepat
b) 2+ = pitting lebih dalam/4mm, menghilang dalam waktu 10-15
detik
c) 3+ = Lubang yang dalam/6mm, menghilang dalam waktu 1
menit.
d) 4+ = Lubang yang sangat mendalam/8mm berlangsung 2-5 menit

e. Pemeriksaan
Pemeriksaan kulit ekstremitas bawah, perhatikan beberapa hal dibawah
ini:
1) Suhu: insufisiensi arteri akan sering menyebabkan kulit terasa dingin.
Infeksi, di sisi lain, menyebabkan hiperemia dan relative lebih hangat
pada sisi yang terinfeksi. Punggung tangan pemeriksa mungkin
sensitif untuk mendeteksi perbedaan suhu ini. Bandingkan satu kaki
dengan yang lainnya. Perhatikan bahwa dalam kasus di mana
insufisiensi arteri dan infeksi terjadi secara bersamaan (yang cukup
umum terjadi), aliran darah terganggu dapat menghasilkan suhu kulit
menurun (dan juga kurang kemerahan).
2) Edema: Cairan yang mengumpul pada satu lokasi pada kaki dan
pergelangan kaki karena efek gravitasi. Hal ini terkait dengan
beberapa gangguan
27

3) Tekanan onkotik rendah: Adanya kegagalan untuk mensintesis


albumin (seperti malnutrisi atau penyakit hati) atau adanya
peningkatan kehilangan albumin (melalui ginjal atau kebocoran lokal
pada kulit atau organ karena permeabilitas kapiler yang meningkat).
4) Peningkatan tekanan hidrostatik: akibat gangguan jantung (gagal
jantung kanan), hati (hipertensi portal), insufisiensi vena lokal
(misalnya katup vena incomepetence sehingga mengganggu aliran
darah kembali ke jantung dari kaki), obstruksi limfatik (misalnya
retroperitoneal limfadenopati sekunder akibat keganasan), atau
obesitas (yang dapat merusak baik vena dan drainase limfatik).
5) Edema yang umumnya terkait dengan insufisiensi vena, disebabkan
adanya gangguan aliran balik darah ke jantung. Gangguan ini akan
cenderung lebih buruk ketika kaki yang terkena digantung menjuntai
ke bawah untuk waktu yang lama (misalnya pada saat pasien berdiri
atau duduk untuk jangka waktu yang lama). Cairan menumpuk pada
daerah paling distal dari kaki dan bertambah besar ke arah lutut
sebagai petunjuk adanya proses yang memburuk. Insufisiensi arteri, di
sisi lain, jarang menyebabkan edema, karena fungsi arteri adalah
pengiriman darah ke ekstremitas, tidak kembalinya darah dari
ekstremitas. Namun demikian kondisi insufisiensi arteri dan vena bisa
terjadi bersamaan.

Pitting edema sering dikaitkan dengan beberapa kondisi penyakit dan


demikian juga dengan non-pitting edema. Namun, sebenarnya
perbedaan ini mungkin tidak perlu diperdebatkan karena bisa
merupakan satu kesatuan perjalanan penyakit dimana sebelumnya
pitting edema kemudian menjadi non pitting edema. Catatan yang
lainnya adalah apakah edema yang terjadi pada di kedua kakinya.
Edema dapat terjadi simetris, seperti yang sering terjadi pada
gangguan onkotik atau peningkatan tekanan hidrostatik secara
28

sistemik. Namun, jika ada proses inflamasi lokal, seperti selulitis,


daerah edema bisa hanya focus pada daerah yang mengalami inflamasi
saja.
6) Capilery Refill: tekan ujung ibu jari atau kuku sampai terjadi
perubahan warna menjadi putih. Kemudian lepaskan dan perhatikan
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk kembali menjadi warna
merah. Hal ini merefleksikan aliran darah ke distal dari ekstremitas
bawah. Jika lebih dari 2-3 detik dianggap abnormal dan dicurigai
adanya insufisiensi arteri. Capilary Refill juga memanjang pada
kondisi hipovolemia, seperti penurunan volume darah yang
menyebabkan perfusi ke ekstremitas berkurang karena tubuh lebih
mengutamkan organ vital yang lebih penting. Perubahan warna kulit
akibat insufisiensi vena jika ditekan akan membutuhkan lebih dari
beberapa detik untuk kembali berwarna kebiruan. Daerah kulit yang
mengalam.

f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan edema menurut Alireza (2014) adalah dengan terapi
kompresi yaitu intervensi yang paling umum untuk mengobati gangguan
pembuluh vena dan limfatik. Terapi kompresi ini dapat menekan nyeri
pasca operasi dan edema dengan mencegah pembentukan hematoma di
sepanjang kursus dari vena yang sudah diangkat. Terapi Kompresi ini juga
dapat meningkatkan aliran balik vena ekstremitas bawah, sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan. salah satu yang paling sering
menggunakan teknik kompresi medis selama fase profilaksis dan
pemeliharaan edema ekstremitas bawah karena kemudahan penggunaan
dan fungsi terapeutik.

Penatalaksanaan Menurut Villeco & Otr (2012) adalah berupa elevasi 30°
menggunakan gravitasi untuk meningkatkan aliran vena dan limpatik dari
29

kaki. Vena perifer dan tekanan arteri dipengaruhi oleh gravitasi. Pembuluh
darah yang lebih tinggi dari jantung gravitasi akan meningkatkan dan
menurunkan tekanan perifer sehingga mengurangi edema.

E. Konsep Kompresi/Balut Tekan (Stocking)


Perangkat kompresi medis, yang termasuk stoking, perban kompresi yang
dapat disesuaikan dengan kondisi pasien dan stoking kompresi adalah pilihan
dasar untuk pengobatan noninvasif vena dan penyakit limfatik.
a. Pengertian
Menurut Alireza (2014) Terapi kompresi adalah intervensi yang paling
umum untuk mengobati gangguan pembuluh vena dan limfatik. Terapi
kompresi ini dapat menekan nyeri pasca operasi dan edema dengan
mencegah pembentukan hematoma di sepanjang kursus dari vena yang
sudah diangkat. Terapi kompresi ini juga dapat meningkatkan aliran balik
vena ekstremitas bawah, sehingga dapat mempercepat proses
penyembuhan. salah satu yang paling sering menggunakan teknik
kompresi medis selama fase profilaksis dan pemeliharaan edema
ekstremitas bawah karena kemudahan penggunaan dan fungsi terapeutik
yaitu penurunan tekanan darah yang menyebabkan pusing saat bangun
dari duduk.

b. Tujuan
Terapi kompresi bertujuan untuk memperbaiki efisiensi pemompaan betis
(calf pump), meningkatkan fungsi katup, membalikkan kebocoran kapiler,
mengurangi diferensial tekanan dan mengontrol edema (Maryunani,
2013).

c. Manfaat
Adapun, beberapa manfaat kesehatan dari penggunaan stocking kompresi
antara lain:
30

1) Meningkatkan sirkulasi darah pada kaki


2) Mendukung kerja pembuluh darah kaki
3) Mencegah darah menggenang pada pembuluh darah kaki
4) Membantu mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh varises
5) Mengurangi pembengkakan kaki
6) Meningkatkan pengeluaran cairan getah bening untuk meredakan
pembengkakan
7) Mencegah pembentukan gumpalan darah dalam pembuluh vena kaki,
dan mengurangi hipotensi ortostatik

d. Indikasi
Indikasi klinis untuk penggunaan stoking kompresi adalah penyakit vena
kronik primer (primary chronic venous disease), pasien pasca operasi atau
tata laksana intervensional varises, pencegahan tromboembolisme vena,
sindrom pasca trombosis, limfedema dan edema kaki kronis,
tromboflebitis superficial, dan kehamilan.

e. Macam – macam alat kompresi


Alat kompresi dapat dikategorikan menjadi statik dan intermiten
1) Statik
1) Stoking kompresi adalah suatu alat yang tepat untuk klien yang
akan membutuhkan kompresi eksternal untuk kaki pada tingkat
yang ditentukan (Barbara, 2000). Stoking kompresi berfungsi
untuk mencegah tromboembolism bagi klien yang tidak dapat
berjalan, memperbaiki aliran pembuluh darah vena di kaki,
melancarkan pembuluh darah vena yang mengalami hipertensi
dan menurunkan pembengkakan yang ada. Stoking dibuka ketika
tidur dan dipasang kembali setelah bangun tidur. Stoking akan
kehilangan elastisitasnya jika lebih dari 3 sampai 6 bulan.
31

(Bryant, 2000)

Stoking merupakan alternatif yang lebih aman, asalkan klien telah


diukur dengan tepat untuk pemakaian stoking tersebut. Untuk
menentukan ukuran yang benar dari stoking, kaki diukur pada
pergelangan kaki, betis dan dari pergelangan kaki sampai lutut.
Selain itu stoking secara kosmetik lebih dapat diterima bagi
banyak orang. (Morison, 2004).

Stoking digunakan untuk klien dengan gangguan vena dan


lymphedema. Perban kompresi dapat dibagi menjadi perban yang
mengandung elastomer, seperti karet/ Lycra, serta perban yang
tanpa elastomer. Elastisitas perban menentukan jumlah tegangan
yang dibutuhkan untuk mencapai tekanan yang diperlukan,
kemampuan perban untuk mempertahankan tekanan tersebut dan
kesesuaian perban terhadap garis bentuk yang kurang serasi pada
kaki, pergelangan kaki dan tungkai.
2) Balutan kompresi multilayer compression bandages dapat
digunakan untuk mencapai kompresi yang baik, sekalipun hanya
dengan perban kompresi sedang sampai rendah. Lapisan velband
atau sofban dipasang sampai ke lutut, mulai dari pergelangan kaki
untuk mencegah penumpukan yang terlalu banyak pada kaki.
Perban elastocrepe dipasang dari dasar jari kaki sampai lutut dan
agar tidak bergeser dapat digunakan lapisan luar Tubigrip. Ukuran
tubigrip yang diperlukan dapat ditentukan dengan mengukur
lingkar pergelangan kaki dan betis setelah lapisan lainnya
dipasang. Adapun tubigrip yang tersisa harus dipotong di bawah
lutut untuk mencegah terjadinya efek pengikatan perban karena
akan menghalangi aliaran balik vena.
2) Terapi kompresi intermiten
32

Terapi kompresi intermiten pneumatik yang dapat membantu


mengurangi edema dan membantu aliran balik vena pada klien rawat
inap, telah terbukti kurang berhasil pada klien yang dirawat di rumah,
karena banyak klien khawatir akan sejumlah peralatan yang digunakan
dan merasa enggan untuk menggunakannya.

f. Mekanisme Kerja Stocking


Ketika latihan aktif atau pasif, otot kaki berkontraksi yang menyebabkan
peningkatan lingkar betis. Terapi kompresi bekerja untuk mencegah
peningkatan lingkar betis, dengan cara mendistribusikan tekanan ke
seluruh ektremitas bawah. Efek dari tekanan ini menurunkan diameter
vena di dalam ektremitas bawah yang disebabkan oleh katup vena yang
mengembalikan darah ke jantung. Sehingga menghasilkan pengurangan
volume darah yang tertahan secara lokal, membantu mengembalikan
tekanan vena normal pada kaki dan meningkatan kecepatan aliran darah
vena.

g. Panduan untuk Kompresi


Menurut Maryunani (2013), panduan untuk kompresi meliputi:
1) Kompresi sangat ringan
Kompresi ini bisa digunakan pada penyakit arteri dan vena campuran,
misalnya arterial dan vena disease, ukuran kompresi yang digunakan
10-15 mmHg.
2) Kompresi ringan
Kompresi ini digunakan untuk penyakit areti dan vena campuran,
misalnya arterial dan vena disease yang lebih berat, ukuran kompresi
yang digunakan 15-20 mmHg.
3) Kompresi sedang
Kompresi ini biasa digunakan pada penyakit edema vena, ukuran
kompresi yang digunakan 20-40 mmHg
33

4) Kompresi tinggi
Tujuan dari kompresi ini untuk penyakit limfedema dan woody
fibrosis, ukuran kompresi yang digunakan >40 mmHg.

h. Pengkajian
Menurut Maryunani (2013), pengkajian pada ekstremitas bawah harus
dilakukan sebelum menggunakan terapi kompresi, diantaranya;
1) Pemeriksaan riwayat Kesehatan
2) Pemeriksaan pada seluruh kaki dari lutut bawah sampai malleolus,
observasi adanya edema, dermatitis vena dan varises. Kaji keadaan
perfusi, seperti waktu pengisian vena (vena refill time) normal >20
detik, ada atau tidak adanya nadi dengan mempalpasi dorsalis pedis
dan nadi tibial posterior.

i. Cara penggunaan Stocking


1) Kenakan stoking kompresi tepat setelah bangun pagi.
Saat bangun di pagi hari, kaki telah berada di posisi sedikit lebih tinggi
atau setidaknya horizontal sehingga kemungkinan tidak bengkak,
seperti yang mungkin terjadi jika sudah mulai beraktivitas, dan stoking
kompresi dapat dikenakan dengan lebih mudah Sangga kaki saat tidur
dengan bantal. Balok kayu berukuran 2x4 juga dapat diletakkan di
bawah ujung kasur bagian kaki agar kaki berada di posisi sedikit lebih
tinggi saat tidur.
2) Keringkan Kaki
Jika kaki lembap, stoking kompresi akan susah dikenakan. Jadi,
keringkan kaki dahulu supaya stocking mudah digunakan
3) Masukkan tangan ke dalam stoking dan pegang bagian jari kaki
Salah satu cara termudah mengenakan stoking kompresi adalah
dengan membalik bagian atas stoking sehingga sisi dalamnya berada
34

di luar. Bagian jari kaki stoking jangan dibalik. Pegang bagian jari
kaki stoking dari dalam
4) Tarik bagian atas stoking menuruni lengan untuk membalik sisi
dalamnya ke luar
Jepit bagian jari kaki stoking agar tidak turut terbalik saat menarik
bagian atas stoking
5) Keluarkan tangan dari dalam stoking
Keluarkan tangan dari dalam stoking dengan hati-hati agar sisi dalam
bagian atas stoking tetap berada di luar dan bagian jari kaki stoking
siap dikenakan
6) Duduk di kursi atau tepi tempat tidur
Stoking kompresi susah dikenakan, khususnya jika ujung kaki sulit
dijangkau. Duduklah di kursi atau tepi tempat tidur agar Anda dapat
membungkuk dan menjangkau ujung kaki.
7) Kenakan sarung tangan karet atau lateks
Stoking kompresi lebih mudah dipegang dan ditarik jika mengenakan
sarung tangan. Kenakan sarung tangan yang terbuat dari lateks, seperti
yang biasa digunakan oleh tenaga medis profesional, atau bahan lain
yang serupa. Sarung tangan karet untuk mencuci piring juga dapat
digunakan.
8) Masukkan jari kaki ke dalam stoking
Masukkan jari kaki ke ujung stoking dan rapikan stoking agar bagian
jari kaki stoking sejajar, rata, dan lurus.
9) Tarik stoking sampai tumit
Tahan ujung stoking dengan jari kaki dan tarik stoking sampai tumit
sehingga seluruh telapakan kaki terbalut stoking.
10) Tarik stoking ke atas
Tarik stoking dengan telapak tangan sampai betis. Tarik stoking ke
atas sehingga sisi dalam bagian atas stoking yang berada di luar akan
kembali berada di dalam (menempel di kulit). Stoking lebih mudah
35

dipegang jika anda mengenakan sarung tangan. Jangan menarik bagian


atas stoking untuk mengenakannya karena dapat menyebabkan stoking
robek.
11) Rapikan stoking saat menarik stoking ke atas dengan telapak tangan.
Pastikan stoking lurus dan rata saat ditarik melewati betis. Ratakan
kerutan sambil menarik stoking ke atas dengan telapak tangan. Ujung
teratas stoking kompresi setinggi lutut seharusnya mencapai bagian
bawah lutut, tepatnya berjarak lebar dua jari dari lutut. Ada juga
stoking kompresi yang mencapai pangkal paha.

12) Kenakan stoking kompresi setiap hari


Jika penggunaan stoking kompresi dianjurkan oleh dokter untuk
meningkatkan aliran darah, stoking tersebut kemungkinan harus
dikenakan setiap hari. Jika tidak digunakan setiap hari, Anda mungkin
akan kesulitan mengenakan stoking tersebut. Tanggalkan stoking
kompresi setiap malam sebelum tidur.

F. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian terkait yang mendasari penelitian ini yaitu:
a. Penelitian yang dilakukan Alireza (2014) adalah tentang edema setelah
operasi CABG dengan stoking kompresi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengevaluasi efektifitas stoking kompresi pada pencegahan edema
donor tungkai dan komplikasi luka setelah operasi CABG jenis penelitian
ini adalah studi kohort prospektif, yang terdiri dari 100 pasien yang
menjalani operasi CABG di Rajaie Cardiovascular Medical and Research
Center. Klien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A yang
menggunakan stoking secara rutin dan kelompok B yang tidak
menggunakan stoking. Tingkat edema pada donor ektremitas, perbedaan
lingkar betis dan paha sebelum dan sesudah operasi pada minggu pertama,
36

kedua dan keempat dicatat dan dianalisa secara statistik. Hasil dari
penelitian yaitu berat badan pasien (P = 0,02) dan tingkat aktivitas sehari-
hari mereka (P = 0,002) merupakan faktor yang signifikan untuk kejadian
edema tungkai donor. Insiden dan derajat edema tungkai bawah secara
signifikan lebih rendah pada kelompok paparan 4 minggu setelah operasi
(P <0,001). Perbedaan pinggiran betis sebelum (pada waktu masuk) dan
setelah operasi (dalam 1, 2 dan 4 minggu) antara dua kelompok juga
signifikan secara statistik (P = 0,41, P = 0,39, P = 0,40). Komplikasi luka
ekstremitas bawah lebih tinggi pada pasien yang mengalami edema perifer
pada minggu ke-4 pasca CABG (P = 0,09).
b. Penelitian yang dilakukan Fahriah H Djafar (2015) yang berjudul
hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap potensi penurunan
kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery
Bypass Graft di ruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan
Kita Jakarta Tahun 2015. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan penggunaan stoking dengan potensi penurunan kejadian edema
tungkai kaki, pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft
diruang Rehabilitasi Medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi
penelitian adalah klien post operasi CABG di ruang Rehabilitasi Medik
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. Sampel yang diambil 30
orang dengan menggunakan teknik purposive dengan kriteria: klien post
operasi CABG yang mengalami edema tungkai kaki dan menggunakan
stoking sudah 2 minggu yang berada di Ruang Rehabiltasi Medik Pusat
Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. Hasil penelitian terdapat
hubungan penggunaan balut tekan (stoking) terhadap penurunan kejadian
edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft
(CABG). P value < α (0,05).
c. Penelitian Zohreh Khoshgoftar (2009) yang berjudul perbandingan
stoking kompresi dengan elastis perban dalam mengurangi edema post
37

operasi CABG. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan


efektifitas stoking kompresi dengan perban elastis pada donor ektremitas
setelah CABG. Peneliti menggunakan dua jenis kompresi yang bebeda
pada klien setelah operasi CABG, kelompok pertama menggunakan elastis
perban dan kelompok kedua menggunakan stoking kompresi. Sebelum
operasi, perifer dari ektremitas bawah kedua kelompok diukur meliputi 4
bagian (A: tulang tarsal, H: tumit, B: pergelangan kaki, C: lingkar betis).
Sebelum pulang, perifer dari ektremitas bawah kedua kelompok diukur
kembali. Perbedaan pada pengukuran sebelum klien pulang dibandingkan
dengan sebelum operasi, terjadi perbedaan ukuran bagian perifer dari
donor tungkai (tulang tarsal dan tumit) pada klien yang menggunakan
stoking kompresi. Peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan stoking
kompresi lebih efektif untuk edema pada klien post operasi CABG
dibandingkan perban elastis.
d. Menurut Sajid (2012) yang berjudul panjang stocking sampai dengan lutut
versi stoking kompresi sampai dengan paha untuk mencegah deep vein
thrombosis (DVT) pasien pasca operasi. Penelitian dilakukan dengan cara
Randomized Controled Trial (RCT) untuk mengevaluasi efektivitas Knee
length (KL) dan thigh length (TL) compression stockings sebagai
thromboprophylaxis pada pasien rawat inap yang menjalani berbagai jenis
operasi. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok penelitian total gabungan
496 pasien, yang cocok dengan kriteria inklusi untuk tinjauan ini. Ketiga
studi termasuk mengevaluasi peran KL dan TL dalam tromboprofilaksis di
antara sekelompok pasien pasca operasi. Studi-studi ini menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kemampuan dua modalitas
kompresi kaki untuk mengurangi kejadian trombosis vena dalam pada
pasien pasca operasi. Dalam model efek tetap (rasio odds (OR) 1,55,
interval kepercayaan 95% (CI) 0,78 hingga 3,07, P = 0,21) dan model efek
acak (OR 1,32, 95% CI 0,43 hingga 4,06, P = 0,63). Hasil dari penelitian
ini adalah stoking kompresi bertingkat KL sama efektifnya dengan stoking
38

TL dalam tromboprofilaksis. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu stoking


mana yang akan digunakan dalam praktik klinis kemungkinan besar
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kepatuhan pasien, kemudahan
penggunaan, dan biaya.
e. Menurut Muzamimil (2010) yang berjudul Percobaan acak efek stoking
kompresi pada pasien dengan gejala trombosis vena proksimal. Metode
yang digunakan dengan cara, pasien dengan episode pertama venogram-
proven trombosis vena dalam proksimal secara acak tidak stoking
(kelompok kontrol) atau dibuat sesuai ukuran stoking elastis kompresi
selama minimal 2 tahun. Pos-syndrome trombotik dinilai dengan standar
sistem penilaian yang menggabungkan karakteristik klinis dan pengukuran
kaki objektif. Pasien dinilai setiap 3 bulan selama 2 tahun pertama, dan
setiap 6 bulan selanjutnya selama minimal 5 tahun. Insiden kumulatif dari
ringan ke sedang pasca trombotic syndrome. Sample yang digunakan
adalah 194 pasien secara acak ditugaskan kompresi stoking (n=96) atau
tanpa stoking (n=98), penilaian tindak lanjut adalah 76 bulan (kisaran 60-
96) pada kedua kelompok. Sindrom pasca-trombotik ringan hingga sedang
(skor 3) satu tanda klinis, terjadi pada 19 (20%) pasien dikelompok
stocking dan pada 46 (47%) pasien kelompok kontrol ( p<0.001), 11
( 11%) pasien dalam kelompok stocking mengembangkan sindrom pasca-
trombotik parah (skor 4), dibandingkan dengan 23 (23%) pasien pada
kelompok kontrol (p<0.001). Pada kedua kelompok, sebagian besar kasus
sindrom pasca trombotik terjadi dalam 24 bulan dari kejadian trombotik
akut. Sekitar 60% pasien dengan episode pertama. Trombosis vena dalam
proksimal berkembang setelah trombosis sindrom dengan 2 tahun.
Kompresi ukuran yang pas stocking mengurangi tingkat ini sekitar 50%.

G. Kerangka Teori
39

Menurut Arikunto (2006) mengatakan, Kerangka teori merupakan tempat untuk


menjelaskan pokok permasalahan yang ada dalam penelitian. Teori-teori tersebut
digunakan sebagai bahan acuan untuk pembahasan selanjutnya. Maka, kerangka
teori disusun sebagai berikut
40

Penyakit Jantung Koroner

Manifestasi Patofisiologi Komplikasi


Pengertian Etiologi
Klinis

Penatalaksanaan Pemeriksaan
Penunjang

Obat-Obatan PCI Coronary Artery


Bypass Graft (CABG)

Edema memiliki
dampak yang dapat
terjadi seperti nyeri Komplikasi: Edema
tungkai, infeksi dan
juga dapat
menyebabkan
perawatan yang lama Penatalaksanaan
Terapi Kompresi Stoking

Stokong dapat memberikan tekanan yang lembut pada sekitar


kaki untuk meningkatkan aliran darah Kembali kejantung, dan
juga dapat memperlancar aliran darah, dan juga dapat
mengurangi rasa sakit pada kaki

Skema 2.1 Kerangka Teoritis


Sumber: Sahrudin (2021), Nurhidayat (2011), World Health Organization (2011),
National Cholesterol Education Program (2002), Santoso (2005), Wicaksono
(2019), Le Mone, Priscilla, dkk (2019), Udjianti (2010), Yahya (2010),
Smeltzer & Bare (2008), Ignatavisius & Workman (2006), Grossman &
Brown (2009). Siregar (2010), Tamsuri, (2009), Alireza (2014), Villeco & Otr
(2012), Maryunani (2013), Barbara (2000), Bryant (2000), Morison (2004)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL & HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus.
Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung
diamati atau diukur (Notoadmodjo, 2017). Penyusunan kerangka konsep
membantu kita untuk membuat hipotesis. Kerangka konseptual merupakan
gambaran dan arahan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti, atau
memiliki hasil sebuah sintesis dari proses berpikir deduktif maupun induktif,
dengan kemampuan kreatif dan inovatif diakhiri konsep atau ide baru
(Supriyanto, 2009). Konsep hanya dapat diamati dan diukur melalui konstruk atau
lebih dikenal dengan variabel (Notoadmodjo, 2017).

Variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari
konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Sesuatu yang digunakan sebagai
ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian
tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2017). Variabel
penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Adapun variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Variable Independent (variabel bebas)
Variable independen disebut juga dengan variabel yaitu karakteristik dari
subjek yang dengan keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel
lainnya. Variabel Independen pada penelitian ini adalah penggunaan balut
tekan (stocking).
2. Variable Dependent (variabel terikat)

45
42

Variable dependent adalah variabel terikat atau variabel yang akan berubah
akibat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada variabel indenpenden
Variabel dependen pada penelitian ini adalah penurunan kejadian edema
tungkai kaki.

Dalam Penelitian ini variable independent/ variable bebas adalah penggunaan


balut tekan (stocking), sedangkan variable dependen/variable terikat adalah
penurunan kejadian edema tungkai kaki pada klien post operasi Coronary
Artery Bypass Graft. Karakteristik Untuk lebih memperjelas dapat dilihat
pada skema kerangka konsep penelitian berikut ini;

Scema 3.1 Kerangka Konsep

Variable Independent Variable Dependent

Penggunaan balut tekan Penurunan kejadian


(stocking) edema tungkai kaki

Karakteristik Responden
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan

Keterangan:
= Diteliti
= Tidak diteliti

B. Definisi Operasional
43

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel penelitian, ditentukan


berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Penting agar
pengukuran variabel atau pengumpulan data konsisten antara sumber data
(responden) dengan responden lain yang didalamnya akan menjelaskan mengenai
cara atau metode, pengukuran, hasil ukur, serta skala ukur yang digunakan
(Notoatmodjo, 2011). Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana
variabel dapat dikur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2013). Untuk
memberikan pemahaman yang sama tentang variabel yang akan diteliti maka
perlu dibuat definisi operasional variabel independen dan variabel dependen yang
dapat dijelaskan pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional Ukur
Variabel Independen
Penggunaan Adalah alat stoking Responden Balutan Diberikan balut nominal
Balut Tekan yang digunakan mengenakan tekan tekan
(Stocking) untuk mengurangi balutan tekan (Stoking) 1. Menggunakan
bengkak pada kaki stoking, 2. Tidak
pasien post operasi setiap hari menggunakan
CABG (Alireza saat
(2014) melakukan
aktivitas
selama di RS
Variabel Dependen
Penurunan Penurunan Pemeriksaan observasi 1. 1+ = Ptting edema Ordinal
edema tungkai kelebihan cairan fisik pada sedikit dengan
kaki pada kaki yang kedua kedalaman 2mm
dapat dilihat dan tungkai 2. 2+ = pitting edema
bila diberi tekanan lebih dalam/4mm
dengan jari, kulit 3. 3+ = pitting edema
kembali dengan yang dalam/6mm
cepat Siregar 4. 4+ = pitting edema
(2010) sangat dalam/8mm
Karakteristik Responden
Umur Umur atau usia wawancara observasi 1= Usia 26-35 tahun Ordinal
adalah waktu dari = dewasa awal
baru lahir hingga 2= Usia 36-45 tahun
saat ini = dewasa akhir
3= Usia 46-55 tahun
= lansia awal
44

4= Usia 56-65 tahun


lansia akhir
5 = Usia >65 tahun =
manula (Depkes RI,
2009)

Variabel Defenisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian Operasional Ukur Ukur
Jenis Kelamin Secara biologis dapat observasi observasi 1. Perempuan Nominal
dibedakan antara 2. Laki-Laki
perempuan dengan laki-
laki (Hungu, 2016)
Pendidikan Pendidikan adalah wawancara observasi 1= SD = Ordinal
proses yang abadi Pendidikan dasar
dari 2= SMP =
penyesuaian dari Pendidikan
rendah ke yang Menengah
lebih tinggi bagi 3= SMA/SLTA =
manusia yang telah Pendidikan atas
berkembang secara 4= D3/Sarjana =
fisik dan Pendidikan
mental. sarjana
Pekerjaan Pekerjaan adalah wawancara observasi Dikategorikan Nominal
suatu aktifitas yang bedasarkan
menggunakan 1. Pegawai
waktu, tenaga yang Swasta
digunakan untuk 2. Pegawai
mendapatkan Negeri
upah/imbalan 3. Tidak
(Wiltshire, 2016) bekerja
4. Lain-Lain
(Wiltshire, 2016)

C. Hipotesa
Hipotesa adalah pernyataan awal penelitian mengenai hubungan antar variabel
yang merupakan jawaban peneliti tentang hasil penelitian (Dharma, 2011).
Hipotesis terdiri dari pernyataan terhadap adanya atau tidak adanya hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel terikat (variable dependent), dan variabel bebas
(variable independent) (Notoadmodjo, 2017). Oleh sebab itu hipotesis harus
mempunyai landasan teoritis, bukan hanya sekedar dugaan yang tidak mempunyai
landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Jadi hipotesis
itu merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari suatu
45

penelitian. Ciri-ciri suatu hipotesis menurut (Notoadmodjo, 2017) adalah sebagai


berikut:
1. Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement), bukan
dalam bentuk kalimat tanya.
2. Hipotesis harus timbul dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini bahwa
hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang
sedang atau akan diteliti.
3. Hipotesis harus dapat diuji, hal ini berarti bahwa suatu hipotesis mengandung
atau terdiri dari variabel-variabel yang dapat diukur dan dapat dibandingkan,
karena hipotesis yang tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit mencapai
hasil yang obyektif.
4. Hipotesis harus sederhana, jelas, tegas dan terbatas. Artinya, hipotesis yang
tidak menimbulkan perbedaan-perbedaan pengertian serta tidak terlalu luas
sifatnya.

Hipotesis dari penelitian ini yang diajukan berdasarkan tinjauan Pustaka,


kerangka teori dan kerangka konsep. Maka hipotesis penelitian ini menurut
Dharma (2011), berdasarkan rumusan pernyataan hipotesis dibagi menjadi 2
yaitu;
1. Hipotesis Kerja (Ha)
Hipotesis kerja adalah pernyataan tentang prediksi hasil penelitian berupa
hubungan antara variable yang diteliti (dinyatakan dalam kalimat positif).
Hipotesis ini menyatakan secara langsung tentang prediksi hasil penelitian.
Dalam penelitian ini hipotesis kerjanya adalah ada pengaruh penggunaan balut
tekan (Stocking) dengan potensi penurunan kejadian edema tungkai pada
pasien post operasi Coronary Artery Bypass Graft di ruang rawat inap Rumah
Sakit Jantung Diagram Cinere.
2. Hipotesis Statistik/Hipotesis Nol (H0)
Hipotesis Statistik adalah hipotesis yang digunakan untuk kepentingan uji
statistik terhadap data hasil penelitian (dinyatakan dalam kalimat negatif).
46

Hipotesis ini dirumuskan untuk menyatakan kesamaan, tidak ada perbedaan


atau tidak adanya hubungan antar variabel. Hipotesis statistik dalam penelitian
ini adalah tidak ada pengaruh penggunaan balut tekan (stocking) dengan
potensi penurunan kejadian edema tungkai pada pasien post operasi Coronary
Artery Bypass Graft di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram
Cinere.
47

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian
(Dharma, 2011). Model penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh
kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah, pada dasarnya
menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah pertama kali dikenalkan oleh John
Dewey adalah perpaduan proses berfikir deduktif-induktif guna pemecahan suatu
masalah (Notoatmodjo, 2012).

Desain penelitian yang digunakan adalah pre-experimintal dengan rancangan


one grup pre and posttest without control group.. Variabel yang diamati yaitu
pengaruh penggunakan balut tekan (stocking) pada edema tungkai kaki.
Sugiyono (2013) menyatakan, bahwa metode penelitian adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian
merupakan cara kerja untuk meneliti dan memahami objek dengan dengan
prosedur yang yang masuk akal dan bersifat logis serta terdapat perolehan data
yang valid

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen. Sugiyono (2013) menyatakan, bahwa metode penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi
terkendalikan. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah desain penelitian
pre eksperimental. Arikunto (2010) menyatakan, bahwa pre-experimental design
(nondesign) seringkali dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya.
Oleh karena itu sering disebut juga dengan istilah quasi eksperimen. Disebut
48

demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara
eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.

Penggunaan desain ini disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu
untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan balut tekan stoking terhadap
potensi penurunan kejadian edema tungkai pada pasien post operasi Coronary
Artery Bypass Graft di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere
yang mengalami edema tungkai kaki pada pasien post operasi CABG sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan. Sugiyono (2013).

Penulis menggunakan Teknik analisis untuk menganalisis data yang diperoleh


dari hasil penelitian. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat
sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan demikian hasil perlakuan dapat
diketahui dengan akurat karena kita dapat membandingkan hasil sebelum dan
sesudah perlakuan, di bawah ini dapat dilihat kelompok tunggal dengan
rancangan penelitian sebagai berikut
Buat skema
desain O1 x O2
penelitian
Keterangan:
O1 = Nilai Pretest (sebelum diberi perlakuan)
X = Perlakuan (Treatment)
O2 = Nilai Posttest (setelah diberi perlakuan)

B. Populasi, Sample dan Teknik Pengambilan Sample


1. Populasi
Menurut Sugiyono, (2017) Populasi adalah wilayah generalisasi berupa
subjek atau objek yang diteliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan.
Berdasarkan rekam medis RS Jantung Diagram Cinere, menurut data dari
rekam medis Rumah Sakit Jantung Diagram, jumlah pasien CABG tiap bulan
nya sebanyak 18 pasien, sedangkan data dalam 3 bulan terakhir terhitung dari
49

bulan Juni -Agustus 2022 rata-rata pasien post CABG adalah sebanyak 20
pasien.
2. Sample
Menurut Sugiyono (2017) mengidentifikasi sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dalam penentuan
jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi, Dalam penentuan
jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi, maka harus dilakukan
dengan teknik pengambilan sampel yang tepat. Total sampling adalah Teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono,
2007). Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang
dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Maka dalam
penelitian ini sample yang digunakan berjumlah 20 responden.

3. Teknik Pengambilan Sample


Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobabilility
sampling (Sugiyono, 2018). Purposive Sampling adalah pengambilan sampel
berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat sifat populasi
ataupun ciri ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012)

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan


nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling dengan kriteria;
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah subjek untuk penelitian yang dapat memenuhi
syarat sampel penelitian yang telah memenuhi syarat sebagai sampel
untuk penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Sehingga kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
a. Pasien post operasi CABG yang mengalami edema tungkai kaki
50

b. Pasien post CABG yang berada dirawat inap Rumah Sakit Jantung
Diagram Cinere
c. Pasien bersedia menjadi responden.
2. Kriterian Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah kriteria yang apabila dapat menyebabkan objek
tidak dapat digunakan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Sehingga kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah
a. Pasien post CABG yang tidak dirawat di Rumah Sakit Jantung
Diagram Cinere
b. Pasien post operasi katup di Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere
c. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden.

C. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi dilakukannya pengambilan
penelitian (Notoadmodjo, 2011). Penelitian akan dilakukan di ruangan rawat inap
Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere. Alasan pemilihan lokasi karena Rumah
Sakit Jantung Diagram merupakan Rumah Sakit khusus yang melayani pasien
dengan penyakit jantung dan merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah
Depok khususnya serta melayani rujukan pasien dengan penyakit jantung untuk
wilayah Sejabodetabek

D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang terdiri dari hari, tanggal, bulan dan
tahun dari pengambilan penelitian yang akan di lakukan (Notoadmodjo, 2011).
Waktu penelitian ini dimulai dari Bulan September sampai Bulan November 2022
1. Waktu Persiapan
Penelitian diawali dengan pengajuan judul kepada pembimbing, setelah
disetujui selanjutnya peneliti mengajukan proposal, lalu mengajukan surat
permohonan penelitian baik dari Stikes Pertamedika maupun Rumah Sakit
51

Jantung Diagram Cinere, proses pengajuan permohonan penelitian bertujuan


untuk memperoleh ijin penelitian di tempat atau instansi yang akan dilakukan
penelitian. Proposal penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2022
2. Pelaksanaan
Peneliti memberikan kuesioner pada pasien post operasi CABG yang berada
di rungan rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere. Pelaksanaan
penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2022
3. Penyusunan
Setelah semua data terkumpul maka peneliti mengolah data yang telah
didapatkan dan menganalisa data tersebut. Setelah laporan dan hasil data telah
tersusun dengan baik, maka dilanjutkan dengan seminar hasil penelitian, dan
juga melakukan revisi jika ada yang perlu diperbaiki penyusunan penelitian
ini dilakukan pada bulan November 2022.

E. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu bentuk sopan santun, tata susila dan budi pekerti
dalam pelaksanaan penelitian. Etika penelitian merupakan hal penting karena
menggunakan subjek manusia, karena pada penelitian keperawatan hampir 90%
subjek yang dipergunakan adalah manusia (Nursalam,2016).
a. Keiklasan (voluntary)
Klien mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi
subjek atau tidak, peneliti tidak berhak memaksa untuk menjadi subjek
penelitian yang bertentangan dengan keinginannya (Nursalam, 2016).
b. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan persetujuan untuk menjadi responden dengan
memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuannya agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian
serta mengetahui dampaknya. Pada rancangan penelitian ini, responden
52

diberikan lembar persetujuan yang akan dibaca oleh responden terlebih dahulu
dan jika responden menyetujuinya maka responden diwajibkan untuk
menandatangani lembar tersebut.
c. Anomity (Tanpa Nama)
Responden tidak perlu mencantumkan nama didalam lembar alat ukur tapi
responden hanya cukup mengisi lembar yang telah disediakan.
d. Confidentiality (Kerahasian)
Informasi yang telah diberikan oleh responden akan dijamin kerahasiannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan peneliti di
dalam hasil riset penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data


Alat pengumpul data atau instrumen penelitian adalah cara yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode pengumpulan data sangat
ditentukan oleh jenis penelitian. Penelitian kuantitatif secara umum menggunakan
3 pilihan metode pengumpulan data yaitu kuesioner, wawancara terstruktur dan
observasi. (Dharma, 2016). Untuk memperoleh informasi yang objektif dalam
pengupulan data diperlukan adanya instrumen atau alat pengumpulan data yang
tepat. Dengan penggunaan alat pengumpulan data penelitian yang tepat,
permasalahan yang sebelumnya dirumuskan akan dapat dipecahkan dan terekam
dengan baik. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Stocking, dengan tingkat kompresi sedang 20-40 mmHg. Penelitian ini
menggunakan perlakuan sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas
karena menggunkanan instrumen berupa alat dan lembar observasi.

G. Prosedur Pengumpulan Data


Pumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data.
(Hidayat, 2016).
1. Prosedur Administratif
53

Data yang telah terkumpul kemudian diolah. Pada penelitian ini tehnik
pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner. Data yang sudah
ada dikumpulkan, dicek kelengkapannya dan kemudian dianalisa.
Pengumpulan data secara langsung kepada responden di rawat inap Rumah
Sakit Jantung Diagram Cinere dengan cara sebagai berikut:
a. Setelah mendapatkan surat pengatar dari ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Pertamedika Jakarta pengambilan data awal dalam pembuatan
proposal riset keperawatan dilakukan.
b. Surat ijin dari Direktur Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere sudah ada.
c. Peneliti meminta ijin kepada kepala rawat inap di Rumah Sakit Jantung
Diagram untuk melakukan penelitian.

2. Prosedure Teknis
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan data karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada
rancangan penelitian dan teknik instrument yang digunakan (Nursalam, 2017).
a. Setelah mendapatkan ijin dari yang berwenang, peneliti langsung
mengidentifikasi responden yang sesuai dengan kriteria inklusi yang ada
b. Peneliti menjelaskan kepada subjek terkait tujuan penelitian dan meminta
kesediaannya untuk menjadi responden. Jika responden setuju, maka
responden menandatangani informed consent.
c. Setelah pasien setuju, lalu sebelumnya memberikan penjelasan juga
kepada responden tentang judul penelitian, tujuan, manfaat serta prosedur
penelitian, selanjutnya memberikan dan meminta responden untuk
menyetujui untuk menandatangani responden penelitian.
d. Mengkaji dan melakukan pengkajian fisik pada kaki, untuk mengetahui
derajat edema pada hari pertama (H1).
e. Selanjutkan memberikan stoking dengan tingkat tekanan kompresi sedang
ukuran tekanan 20-40mmHg, dan memberikan edukasi kepada pasien
54

untuk selalu menggunakan stoking saat aktifitas selama di Rumah Sakit


selama 7 hari perawatan dan dapat melepasnya saat pasien tidur dimalam
hari.
f. Setelah pasien mengerti lalu melakukan observasi Kembali setelah 7 hari
perawatan (H7).
g. Peneliti mengecek kelengkapan data.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik Pengolahan Data
Agar analisis penelitian dapat menghasilkan informasi yang benar, ada 4 tahap
dalam pengolahan data (Hastono, 2020):
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan dapat dilakukan pada tahap pengumpulan
data dan setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat
penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam
satu buku untuk memudahkan kembali melihat arti suatu kode dari suatu
variable.
c. Processing
Processing adalah memproses data yang yang dilakukan dengan cara
meng-entry data yang telah dikumpulkan ke dalam program computer.
d. Cleaning
Pengecekan data kembali yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau
tidak.

2. Teknik Analisis Data


55

a. Uji Normalitas
Normalitas merupakan suatu distribusi yang menunjukkan sebaran data
yang seimbangan sebagian data berada pada nilai tengah. Pada penelitian
ini menggunakan uji skewness, dengan rumus sebagai berikut (Jiwantoro,
2017)
Nilai Skewness
Nilai Std . Deviasi Skewness
Sedangkan Rumus Skewness adalah:
X - Mo
SK =
S
Keterangan:
SK : Derajat kemenjuluran (skewness)
X : Mean
Mo : Modus
S : Standar deviasi

Kesimpulan:
SK < 0 Maka model negative
SK = 0 Maka model simetris
SK > 0 Maka model positif

b. Univariat
Analisis univariat pada umumnya hanya menghasilkan distribusi dan
prosentase dari setiap variabel yang bertujuan untuk mengetahui besar
kecilnya proporsi setiap jawaban (Notoamodjo, 2012). Data kategorik
dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan
yang adakan disajikan dalam bentuk table dan narasi. Tujuan analisa
univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan masing-
masing variable yaitu variable bebas dan variable terikat.
Data numerikny apa
saja? Penyajian data
numerik dlm bentuk
apa?
56

f
X = x 100
n
Keterangan:
X = frekuensi relative dari suatu kelas
F = frekuensi suatu kelas
n = banyak sample

c. Analisis Bivariat
Pada penelian ini ingin mengetahui gambaran edema tungkai kaki pada
pasien post CABG dengan melihat pretest dan posttest dengan
menggunakan uji statistic paired t-test. Paired t-test digunakan untuk
menguji beda mean dari 2 hasil pengukuran pada kelompok yang sama
(misalnya beda mean pretest dan posttest) (Dharma, 2011).

Syarat-syarat yang harus ada dalam pengujian ini adalah distribusi data
normal dan jenis variable adalah numeric (Hastono, 2016).
d
T=
S Dd/ √n
Keterangan:
d = Rata-rata deviasi/selisih sampel 1 dengan sampel 2
SDd = Standar deviasi dari deviasi/selisih sampel 1 dan sampel 2

Keputusan uji:
Jika P value > α (0.05) maka H0 diterima (Ada pengaruh penggunaan
balut tekan (stoking) dengan potensi penurunan kejadian edema tungkai
pada pasien post operasi coronary artery bypass graft (CABG) di ruang
rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere)
57

Jika P value < α (0.05) maka H0 ditolak (Tidak ada pengaruh penggunaan
balut tekan (stoking) dengan potensi penurunan kejadian edema tungkai
kaki pada pasien post operasi coronary artery bypass graft (CABG) di
ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere)

Apabila data yang didapatkan tidak berdistribusi normal maka bisa


Menggunakan Uji Nonparametrik: Wilcoxon Sign Test
58

BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan di ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere pada 20 responden yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi, dengan periode waktu penelitian pada tanggal 13
Desember 2022 sampai 14 Januari 2023. Data yang diperoleh dali penelitian
eksperimen dilakukan selama 6 hari. Penyajian dimulai dari bentuk table dan narasi
yang meliputi distribusi karakteristik responden dan pengaruh penggunaan stoking
pada potensi penurunan edema pasien post CABG ri ruang rawat inap Rumah Sakit
Jantung Diagram Cinere. uji ini menggunakan uji T Paired, untuk mengetahui potensi
penurunan pengguanaan stoking pada pasien post CABG. Dengan kriteria hasil
kemaknaan variable <0,05. Berikut akan diuraikan Analisis Univariat dan Analisis
Bivariat

A. Hasil Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini meliputi karakteristik responden yaitu usia,
jenis kelamin, Pendidikan dan pekerjaan. Variabel independent yaitu penggunaan
balut tekan (stocking). Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti. Analisis ini
dilakukan tiap variable dari penelitian pada umumnya dalam analisis hanya
menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel.
1. Gambaran Karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1
Distribusi berdasarkan usia di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere Tahun 2022 (n=20)
Variabel Mean SD Minimal- 95% Cl
Maksimal
Usia 59,85 5,950 45-68 57,07-62,68
59

Berdasarkan data pada table 5.1 dapat dilihat bahwa karakeristik


responden berdasarkan usia dengan jumlah responden sebanyak 20 orang
dengan rata-rata berusia 59,85 tahun, dengan standar deviasi 5,950. Usia
termuda 45 tahun dan usia tertua 68 tahun. Dari hasil estimasi interval
dapat disimpilkan bahwa 95% diyakini rata-rata usia respponden diantara
57,07 sampai 62,68 tahun.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 5.2
Distribusi berdasarkan jenis kelamin di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere Tahun 2022 (n=20)
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 15 75
perempuan 5 25
Total 20 100

Berdasarkan data pada table 5.2 dapat dilihat bahwa karakeristik


responden berdasarkan jenis kelamin dengan jumlah responden sebanyak
20 orang dengan jenis kelamin laki-laki 15 orang (75%) dan jenis kelamin
perempuan 5 orang (25%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Tabel 5.3
Distribusi berdasarkan pekerjaan di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere Tahun 2022 (n=20)
Pekerjaan Jumlah Persentase
Pegawai Swasta 9 45
Pegawai Negeri 5 25
60

Tidak Bekeja 5 25
Lain-Lain 1 5
Total 20 100

Berdasarkan data pada table 5.3 dapat dilihat bahwa karakeristik


responden berdasarkan pekerjaan dengan jumlah responden sebanyak 20
orang, pegawai swasta sebanyak 9 orang (45%), pegawai negeri sebanyak
5 orang (25%), Tidak bekerja sebanyak 5 orang (25%) dan Lain-lain
sebanyak 1 orang (5%).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Tabel 5.4
Distribusi berdasarkan pendidikan di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere Tahun 2022 (n=20)
Pendidikan Jumlah Persentase
SMA 6 30
Sarjana 14 70
Total 20 100

Berdasarkan data pada table 5.4 dapat dilihat bahwa karakeristik


responden berdasarkan Pendidikan dengan jumlah responden sebanyak 20
orang dengan Pendidikan SMA sebanyak 6 orang (30%) dan Pendidikan
sarjana sebanyak 14 orang (70%).

2. Nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dilakukan balut tekan (stoking)
Tabel 5.5
Nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dilakukan balut tekan
Pitting edema Jumlah Persentase
2+ 11 55.0
61

3+ 9 45.0
Total 20 100.0
Berdasarkan data pada table 5.5 nilai edema pasien sebelum dilakukan balut
tekan stoking, dapat dilihat bahwa pasien yang mengalami pitting edema 2+
sebanyak 11 orang (55%) dan yang mengalami edema 3+ sebanyak 9 orang
(45%). Sehingga dari hasil tersebut rata-rata nilai pasien edema sebelum
dilakukan balut tekan stoking 2,45.

3. Nilai rata-rata edema tungkai kaki setelah dilakukan balut tekan (stocking)
Tabel 5.6
Nilai rata-rata edema tungkai kaki setelah dilakukan balut tekan
Pitting edema Jumlah Persentase
0 13 65
1+ 7 35
Total 20 100.0

Berdasarkan data pada table 5.6 nilai edema pasien setelah dilakukan balut
tekan stoking selama 6 hari, dapat dilihat bahwa pasien yang tidak mengalami
edema sebanyak 13 orang (65%) dan yang mengalami edema 1+ sebanyak 7
orang (35%). Sehingga dari hasil tersebut rata-rata nilai pasien edema setelah
dilakukan balut tekan stoking selama 6 hari, edema berkurang dengan rata-
rata penurunan 0,35.

4. Selisih nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dan sesudah dilakukan
balut tekan (stoking)
Tabel 5.7
Selisih nilai rata-rata edema tungkai kaki sebelum dan setelah dilakukan balut
tekan (stoking)
Perlakuan Nilai rata- SD
rata edema
Sebelum dilakukan 2,45 0,510
62

balut tekan stoking


Setelah dilakukan balut 0,35 0.489
tekan stoking

Berdasarkan data pada table 5.7 nilai edema pasien sebelum dan setelah
dilakukan balut tekan stoking selama 6 hari, dapat dilihat bahwa rata-rata
sebelum dilakukan balut tekan stocking 2,45 dan rata-rata setelah dialkukan
balut tekan stoking 0,35, sehingga selisih nilai rata-rata edema tungkai kaki
sebelum dan sesuadah dilakukan balut tekan stoking adalah 2,1.

B. Hasil Bivariat
Pada Analisa bivariat akan diuraikan table silang antara variabel independen yaitu
penggunaan balut tekan (stocking) dengan variebel dependen penurunan kejadian
edema tungkai kaki. Pada penelitian ini peneliti melakukan uji hippotesis dengan
menggunakan metode statistic nonparametric uji paired t-test dengan tingkat
kemaknaan α = 0.05 (5%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada table 5.8

Tabel 5.8
Pengaruh penggunaan balut tekan (stoking) dengan potensi penurunan kejadian
edema tungkai pada pasien post operasi coronary artery bypass graft (CABG) di
ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere, Tahun 2022 (n=20)

Pemberian balut tekan Rata-rata SD P value


Sebelum 2.45 0.510 0,001
sesudah 0.35 0.489

Berdasarkan table 5.8 terlihat bahwa pemberian balut tekan stoking dapat
menurunkan kejadian edema sebesar 2,1 yaitu dari 2,45 (sebelum pemberian balut
tekan stoking) menjadi 0,35 (sesudah pemberian balut tekan stoking). Hasil uji T
diperoleh p value=0,001 artinya secara statistic ada perbedaan yang signifikan
63

terhadap penurunan edema tungkai kaki antara sebelum dan sesudah pemberian
balut tekan stoking di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere.
64

BAB VI
PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan hasil penelitian yang dikaitkan dengan tujuan penelitian
dan dibandingkan atau diperkuat dengan teori maupun hasil penelitian.
A. Univariat
1. Usia
Berdasarkan hasil Analisa menunjukan bahwa rata-rata usia responden 59,85
tahun, dengan standar deviasi 5,950 tahun, dengan usia termuda 45 tahun dan
usia tertua 68 tahun. Pada penelitian terkait menurut Fahriah H Djafar (2015)
didapatkan usia responden terbanyak adalah berusia 51- 60 tahun. Sedangkan
menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, angka
kematian penyakit jantung koroner sekitar 17 juta (sekitar 30%) kematian
setiap tahunnya di seluruh dunia. Lebih dari 50% klien dengan penyakit
jantung koroner adalah usia 65 tahun atau lebih, 80% kematian disebabkan
oleh infark miokardium yang terjadi pada kelompok usia tersebut. Usia 59,85
tahun adalah kelompok usia lanjut akhir yang dimana organ dan fungsi tubuh
mengalami penurunan terutama pada jantung, sehingga resiko terjadi serangan
jantung.

2. Jenis Kelamin
berdasarkan jenis kelamin dengan jumlah responden sebanyak 20 orang
dengan jenis kelamin laki-laki 15 orang (75%) dan jenis kelamin perempuan 5
orang (25%). Menurut National Cholesterol Education Program (2002) Pria
memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung pada usia yang
lebih muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa menopause.
Sedangkan pada penelitian terdahulu menurut Fahriah H Djafar (2015), jenis
kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (53,3%) dan jenis kelamin perempuan
sebanyak 14 orang (46,7%). Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak
adalah berjenis kelamin laki-laki. Sehingga dalam penelitian terkait dan teori
65

sejalan dengan hasil penelitian dimana laki-laki lebih banyak mengalami


serangan jantung dibanding dengan perempuan.

3. Pekerjaan
berdasarkan pekerjaan dengan jumlah responden sebanyak 20 orang, pegawai
swasta sebanyak 9 orang (45%), pegawai negeri sebanyak 5 orang (25%),
Tidak bekerja sebanyak 5 orang (25%) dan Lain-lain sebanyak 1 orang (5%).
Menurut penelitian Fahriah H Djafar (2015), pasien yang bekerja sebanyak 20
orang (66,7%) dan responden yang tidak bekerja sebanyak 10 orang (33,3%).
Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak adalah yang bekerja.

4. Pendidikan
Berdasarkan pendidikan dengan jumlah responden sebanyak 20 orang dengan
Pendidikan SMA sebanyak 6 orang (30%) dan Pendidikan sarjana sebanyak
14 orang (70%). Menurut penelitian Fahriah H Djafar (2015), responden
berpendidikan SD sebanyak 4 orang (13,3%), responden berpendidikan SMP
sebanyak 6 orang (20%), responden berpendidikan SMA sebanyak 13 orang
(43,3%) dan responden berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 7 orang
(23,3%). Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak adalah
berpendidikan SMA. Ha ini Pendidikan berpengaruh terhadap tingkat
kooperatif dan pemahaman pasien dalam hal kesehatan.

B. Bivariat
Berdasarkan table 5.8 terlihat bahwa pemberian balut tekan stoking dapat
menurunkan kejadian edema sebesar 2,1 yaitu dari 2,45 (sebelum pemberian balut
tekan stoking) menjadi 0,35 (sesudah pemberian balut tekan stoking). Hasil uji T
diperoleh p value=0,001 artinya secara statistic ada perbedaan yang signifikan
terhadap penurunan edema tungkai kaki antara sebelum dan sesudah pemberian
balut tekan stoking.
66

Terapi kompresi adalah pemakaian dari tekanan yang digunakan atau support
statik untuk ekstremitas bawah sebagai fasilitasi aliran darah vena normal
(Bryant, 2000). Terapi kompresi sering digunakan untuk mencegah edema post
operasi. Penggunaan stoking rutin mempunyai efek positif pada pencegahan
edema pada graft tungkai dan komplikasi luka setelah operasi CABG (Alizadeh,
2014). Stoking kompresi adalah suatu alat yang tepat untuk klien yang akan
membutuhkan kompresi eksternal untuk kaki pada tingkat yang ditentukan
(Barbara, 2000). Stoking kompresi berfungsi untuk mencegah tromboembolism
bagi klien yang tidak dapat berjalan, memperbaiki aliran pembuluh darah vena
di kaki, melancarkan pembuluh darah vena yang mengalami hipertensi dan
menurunkan pembengkakan yang ada. penggunaan stoking kompresi lebih
efektif untuk edema pada klien post operasi CABG dibandingkan perban elastis.
(Khoshgoftar, 2009). Stoking dibuka ketika tidur dan dipasang kembali setelah
bangun tidur. Stoking akan kehilangan elastisitasnya jika lebih dari 3 sampai 6
bulan (Bryant, 2000). Stoking merupakan alternatif yang lebih aman, asalkan
klien telah diukur dengan tepat untuk pemakaian stoking tersebut. Untuk
menentukan ukuran yang benar dari stoking, kaki diukur pada pergelangan kaki,
betis dan dari pergelangan kaki sampai lutut. Selain itu stoking secara kosmetik
lebih dapat diterima bagi banyak orang. Meskipun demikian, stoking sendiri
secara khusus tidak mudah digunakan, masalah tersebut dapat diatasi banyak
klien, yaitu dengan memberinya alat bantu (Morison, 2004).

C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain;
1. Sebagian besar usia pasien 59 tahun beberapa memiliki faktor resiko penyakit
seperti DM dan HT sehingga dapat mempengaruhi proses penurunan edema.
2. Penelitian menggunakan eksperimen yang membutuhkan kemandirian pasien
dan keluarga dalam melakukan balut tekan stoking agar proses penurunan
edema dapat terjadi secara signifikan.
67

3. Penelitian ini membutuhkan waktu yang lama karena pasien post op CABG
akan di rawat selama 6 hari.
4. Kurangnya kooperatif dari beberapa pasien dan keluarga sehingga peneliti
selalu memberikan motifasi untuk menggunakan stocking saat pasien akan
melakukan aktifitas.
68

BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian pengaruh penggunaan balut
tekan (stoking) terhadap poetensi penurunan kejadian edema tungkai kaki
pada klien post operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang rawat
inap Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere, maka dapat disimpulkan bahwa;
1. Sebanyak 20 orang responden post CABG di ruang rawat inap RS jantung
diagram cinere usia termuda usia 45 tahun dan usia tertua 68 tahun, jenis
kelamin terbanyak adalah laki-laki, Pendidikan terbanyak adalah sarjana,
dan pekerjaan terbanyak adalah pegaawai swasta.
2. Sebanyak 20 orang responden post CABG di ruang rawat inap RS jantung
diagram cinere sebelum dilakukan balut tekan stoking mengalami edema
dengan nilai rata-rata 2,45.
3. Sebanyak 20 orang responden post CABG di ruang rawat inap RS jantung
diagram cinere pasien rutin menggunakan stoking selama 6 hari
mengalami penurunan edema yang signifikan dari 2,45 menjadi 0,35
sehingga selisih penurunan edema yang terjadi adalah 2,1
4. Adanya pengaruh penggunaan balut tekan (stoking) dengan potensi
penurunan kejadian edema tungkai pada pasien post operasi coronary
artery bypass graft (CABG) di ruang rawat inap Rumah Sakit Jantung
Diagram Cinere dengan nilai p value=0,001

B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan pelayanan keperawatan yang lebih baik dalam upaya
menangani edema tungkai kaki dan mencegah komplikasi pada klien post
operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dengan benar dan tepat.
69

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi atau tambahan informasi
tentang tatalaksana perawatan klien post operasi Coronary Artery Bypass
Graft (CABG) dalam menangani edema tungkai kaki.
3.
70

DAFTAR PUSTAKA

Alizadeh, Ghavidel A et al (2014). Prevention of edema after coronary artery bypass


graft surgery by compression stocking. Res Cardiovasc Med, 2, 1-6.

Ahmad Sani Supriyanto, dan Masyhuri Machfudz. (2010). Metodologi Riset


Manajemen Sumber daya Manusia. Malang: UIN Maliki Press

Barbara, C.Long (2000). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan), Bandung: Yayasan IAPK

Brunner and Suddarth (2008). Textbook of Medical – Surgical Nursing Eleventh


Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Bryant, Ruth A (2000). Acute and Chronic Wounds Second Edition. St Louis
Missouri: Mosby.

Dharma, Kusuma, K (2011) Metodologi Penelitian keperawatan. Jakarta: CV. Trans


Info Media

Dharma, Kusuma, K (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil penelitian. Jakarta

Djafar, Fahriah H (2015). Hubungan Penggunaan Balut Tekan (Stoking) Terhadap


Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada Klien Post Operasi
Coronary Artery Bypass Graft (Cabg) Di Ruang Rehabilitasi Medik Pusat
Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta. UIN, 2, (3), 1-7.

Elizabeth B, Simon (2014). Leg Edema Assessment and Management. Medsurg


Nursing, 23, 1-9.

Grossman & Brown. (2009). Congestive Heart Failure and Pulmonary


Edema. Science Article:
71

Hastono, Sutanto Priyono (2020). Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Depok: PT
Raja Grafindo Persada.

Hidayat, A, A (2013). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika

Ignatavicius & Workman (2006). Medical Surgical Nursing: Critical Thinking for
Collaborative Care Fifth Edition. St Louis Missouri: Elsevier Saunders

Kemenkes RI (2013). Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI

Khoshgoftar, Zohreh et al (2009). Comparison of compression stocking with elastic


bandage in reducing postoperative edema in coronary artery bypass graft
patient. Journal of Vascular Nursing, 27,103-105.

Lemone, Priscilla et al (2011). Medical Surgical Nursing Critical Thinking In Patient


Care. United States of America: Pearson

Maryunani, Anik (2013). Perawatan Luka Terkini dan Terlengkap. Jakarta: In Media

Morison, Moya J (2004). Manajemen Luka. Jakarta: EGC.

Muzammil, H et al (2010). Venous Compression for Prevention of Postthorombotic


syndrome: A Meta-analysis. The American Journal of Medicine, 123, 735-
740.

Notoatmodjo, Soekidjo (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nurhidayat (2011). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Ponorogo: UMPO Press
72

Nursalam (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba


Medika
Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Sajid, Muhammad S et al (2012). Knee Length versus thigh length graduated


compression stockings for Prevention of Deep Vein Thrombosis in
Postoperative surgical Patients, Cochrane Library, 123, 125-132.

Sastroasmoro, Sudigdo & Sofyan Ismael (2011). Dasar- Dasar Metodologi


Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto.

Siregar, Eveline & Hartini Nara (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia

Smeltzer, S dan Bare B. (2011). Buku ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth edisi 8. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran Indonesia
EGC.

Stuart, G.w & Sundeen, S.J. 2000. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Ed. 3.
Jakarta: EGC

Sugiyono. (2018). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Tamsuri, Anas. (2010). Gangguan Cardiovascular; Keperawatan Medikal


Bedah, Editor Egi Komara Yudha. Jakarta: EGC

Udjianti, Wajan J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit Salemba


Medika

Villeco, J. P., & Otr, L. (2012). Edema: A Silent but Important Factor. Journal of
Hand Therapy. Cochrane Library. 25, (2), 153–162

World Health Organization (WHO). (2011). Global Recomendations on Physical


Activity for Health. Switzerland
73

Yuet, Wai Kan (2010). Adeno-associated viral vector-mediated vascular. St Louis


Missouri: Elsevier Saunders
Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Seluruh Calon Responden
Di Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Pertamedika Fakultas Keperawatan:
Nama : Martha Nababan
NIM : 11212095
akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Balut Tekan
(Stoking) Dengan Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki Pada
Pasien Post Operasi Coronary Artery Bypass Graft Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jantung Diagram Cinere”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana implemetasi penggunaan stocking pada pasien setelah
operasi CABG di Rumah Sakit Jantung Diagram.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi siapapun.
Kerahasiaan seluruh informasi yang didapatkan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan dalam keikutsertaan menjadi
responden penelitian. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu sebagai
responden dalam penelitian ini, jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden saya
mohon Bapak/Ibu menandatangani lember persetujuan dan menjawab pertanyaan
pada lembar identitas responden yang telah disediakan, serta menjawab
pertanyaan berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Atas perhatian
dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
Martha Nababan
Lampiran

PERNYATAAN KESEDIAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi
dalam penelitian yang dilakukan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
PERTAMEDIKA, yang berjudul Pengaruh Penggunaan Balut Tekan (Stoking)
dengan Potensi Penurunan Kejadian Edema Tungkai Kaki pada Pasien Post
Operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Jantung Diagram Cinere. Saya juga mengerti bahwa data mengenai
penelitian ini akan dirahasiakan oleh peneliti dan hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian.

Saya telah diberikan penjelasan tentang penelitian ini dan saya mengetahui
bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi
perkembangan pengetahuan.

Dengan ini saya secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun
menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Depok, 2022

(................................)
Lampiran 3

SOP PENGGUNAAN BALUT TEKAN

Pengertian 1. Venous thromboembolism (VTE):


Pembentukan bekuan darah di pembuluh darah
thromboembolism balik (vena). Bentuk bekuan di
pembuluh darah (VTE) vena (biasanya di kaki)
disebut trombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein
Thrombosis). Jika bekuan darah tersebut terlepas
dan 'berjalan' menuju paru-paru, disebut emboli paru
atau PE (Pulmonary Embolism). Jika terjadi
bersamaan, DVT dan PE dikenal sebagai VTE -
kondisi medis berbahaya dan berpotensi mematikan

2. Anti Embolism Stocking (AES)/Kaus Kaki (Stocking)


Pencegahan Emboli :
Kaos kaki (Stocking) khusus untuk mencegah
terjadinya (AES)/Kaus Kaki VTE Pencegah Emboli

Tujuan Untuk mencegah terjadinya trombosis dalam vena,


memperlancar peredaran darah pada extremitas bawah
dan mencegah/mengurangi terjadinya edema pada
tungkai kaki

Kebijakan 1. Kebijakan Pelayanan Asuhan Keperawatan


dan Acuan 2. Bulechek, G.M., (2007). Nursing Intervention
Classification (NIC), fifth edition. Mosby
3. Masterskill, (2009). Fundamentals of Nursing 2,
seventh edition. Malaysia: KHL
4. Daniels, R. (2010). Nursing Fundamental: Caring &
Clinical Decision Making. Thomson
5. Asian Thromboembolism Guidelines: Prevention of
Venous Thromboembolism, 2012
6. Clinical Practice Guideline for Prevention of Venous
Thromboembolism in Patients Admitted to Australian
Lampiran

Hospitals, NHRMC, Australian Government, 2009


7. VTE Risk Assessment Guidelines, NHS, 2018
8. Royal College of Obstetricians & Gynecologists,
2015
Prosedur 1. Kaji luka dan derajat edema pasien
2. Laporkan pada DPJP/RMO hasil yang didapatkan
3. Order/pesan kaus kaki (Stocking) pencegah emboli
sesuai instruksi DPJP
4. Pengukuran Kaus Kaki (stocking) Pencegah
Emboli/AES
4.1 Jelaskan prosedur kepada pasien
4.2 Cuci tangan
4.3 Ukur lingkar paha atas dengan mengikuti alur
gluteal
4.4 Ukur lingkar betis pada tempat yang paling
besar
4.5 Ukur panjang dari dasar tumit ke alur gluteal.
Untuk mengetahui panjang lutut ukur dari tumit
ke lekukan bagian belakang dari lutut. (Jika
mungkin ukur dalam posisi berdiri)
4.5.1 Jika lingkar paha pasien lebih besar dari
lingkar maksimum pabrikan kaus kaki,
maka akan lebih baik menggunakan kaus
kai selutut
4.5.2 Jika seorang pasien tidak mau atau tidak
bisa memakai kaus kaki panjang
anjurkan pasien untuk menggunakan
kaus kaki selutut
5. Pemasangan Kaus Kaki (Stocking) Pencegah
Emboli/AES
5.1 Cuci tangan sesuai 6 langkah cuci tangan
5.2 Pastikan kaki dan lutut pasien harus kering
Lampiran

sebelum kaus kaki dipasang


5.3 Masukkan tangan ke dalam kaus kaki (Stocking)
sejauh tempat untuk tumit dan Tarik kaus kaki
(Stocking) dari dalam ke luar.
5.4 Pasangkan kaus kaki (Stocking) dengan hati-
hati, tempatkan bagian tumit pada posisi yang
tepat.
5.5 Tarik kaos kaki (Stocking) ke atas sampai
pergelangan kaki dan betis.
5.6 Tarik sampai di lutut, putar kaos kaki ke atas
sehingga posisi garis lipatan panel terletak pada
bagian samping. Atur posisi kaos sehingga
nyaman dipakai, kemudian pasang ikat
pinggangnya. Ulangi prosedur tersebut untuk
kaki yang lain.
5.7 Hindarkan lipatan pada kaus kaki (Stocking)
5.8 Berikan fisioterapi pasif secara teratur
5.9 Obervasi adanya pembengkakan, kesemutan
dan warna jari kaki
5.10 Cuci tangan
5.11 Catat hasil observasi dan respon pasien
pada catatanan perkembangan terintegrasi
6. Pemeliharaan Kaus Kaki (Stocking) Pencegah
Emboli/AES
6.1 Cuci dan ganti kaus kaki (Stocking) setiap 3 hari
atau apabila kotor
6.2 Lepaskan kaus kaki setiap hari saat istirahat,
tidur dan saat malam hari agar kaki dapat
dibersihkan/dirawat dan dikaji kondisinya
6.3 Catat dan observasi kaki dan lutut pasien pada
Catatan Perkembangan antara lain:
6.3.1 Jari Kaki berubah warna
Lampiran

6.3.2 Jari kaki dingin


6.3.3 Kesemutan jari kaki
6.3.4 Bengkak di jari kaki
6.3.5 Amati adanya
melepuh/menghitam/perubahan warna
pada area tumit/area yang menonjol
6.3.6 monitor adanya rasa nyeri/tidak nyaman.
Laporkan pada dokter dan segera
lepaskan kaus kaki (Stocking)
6.3.7 periksa apakah kaus kaki (Stocking)
melekat dengan mulus dan tidak ada
kerutan, dikarenakan kerutan dapat
menyebabkan penyempitan dan
kerusakan jaringan
6.3.8 informasikan kepada pasien mengenai
bahaya apabila menurunkan kaus kaki
(Stocking) sampai sepanjang paha/lutut
dikarenakan efek tourniquet yang
dihasilkan
6.3.9 kaus kaki (Stocking) harus dilanjutkan
sampai dengan intruksi dokter untuk
melepaskan (tidak dipakai lagi); biasanya
sampai pasien dapat sepenuhnya
mobilisasai aktif

Dokumen / Fasilitas dan Peralatan

1. Formulir Catatan Perkembangan Terintegrasi


2. Billing Form
3. Kaus Kaki untuk trombolisis dengan ukuran pasien
Unit / Staf 1. Rawat Inap
Terkait
2. Rawat Jalan
Lampiran

3. Emergency Departemen

Tabel No. No.


Rangkuman Revisi Revisi
Rangkuman Revisi
Revisi Baru Lama

00 - Dokumen pertamakali masuk Standard


SHG dan dilakukan penyesuaian
format naskah. (Nomor dokumen

asal REF-PT-SHNUR-464)

Melengkapi prosedur pemilihan kaus


kaki, pemasangan

kaus kaki (Stocking) pencegah emboli

Menambahkan prosedur pemeliharaan


kaus kaki (Stocking) pencegahan
emboli
Lampiran

LEMBAR OBSERVASI PENGGUNAAN BALUT TEKAN

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :

Hari Tanggal pemeriksaan Menggunakan stocking Tidak menggunakan


ke stocking
Lampiran

LEMBAR OBSERVASI EDEMA

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :

Hari ke Tanggal pemeriksaan Pitting Edema Selisih/penurunan

Anda mungkin juga menyukai