Anda di halaman 1dari 4

E.ISSN.

2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.4 Edisi Nopember 2020
PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI
INKONTINENSIA URINE PADA LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PIJORKOLING KOTA
PADANGSIDIMPUAN
Oleh :
Mei Adelina Harahap1, Nur Aliyah Rangkuti2
1
Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana Universitas Aufa Royhan DiKota Padangsidimpuan
2
Dosen Program Studi Kebidanan Program Diploma Tiga Universitas Aufa Royhan Di Kota
Padangsidimpuan meiadelinayusuf800@gmail.com

Abstrak
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine involunter (tidak disadari atau mengompol) pada
waktu dan tempat yang tidak tepat diluar keinginan. Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine secara
spontan pada sembarang waktu diluar kehendak (involunter). Keadaan ini umumnya dijumpai pada manula.
Terjadinya kelemahan atau penurunan otot dasar panggul inilah yang memicu terjadinya inkontinensia urine
yaitu buang air kecil berkali-kali lebih dari 8 kali per hari. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh senam
kegel terhadap frekuensi inkontinensia urine pada lansia. Jenis penelitian ini kuantitatif. Metode yang digunakan
adalah quasi eksperimen dengan pre danpost test. Populasipenelitianini adalah seluruh lansia yang mengalami
inkontinensia urine di puskesmas pijorkoling, penelitian ini dilakukan kepada 16 orang lansia dengan teknik
Purposive sampling. HasilUjiWilcoxonpadapenelitianinimenunjukkanadanyapengaruh senam kegel terhadap
frekuensi inkontinensia urine pada lansia dengan nilai mean sebelum intervensi 4,19 dan nilai sesudah intervensi
2.75. Hasil Penelitian ini menunjukkan ada pengaruh senam kegel terhadap frekuensi inkontinensia urine
dengan nilai p-value(p=0,00). Kesimpulan: Penelitian ini diharapkan dapat dilaksanakan sebagai pengobatan
alternatif yang dapat mengatasi inkontinensia urin selain pengobatan farmakologi.

Kata kunci: senam kegel, inkontinensia urine, lansia

1. PENDAHULUAN perempuan. Jumlah ini sebenarnya masih sangat


Inkontinensia urin merupakan gangguan sedikit dari kondisi sebenarnya, sebab masih
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine. banyak kasus yang tidak dilaporkan (Maasetal,
Inkontinensia urine dapat berupa pengeluaran urine 2018).
yang terkadang hanya sangat sedikit (beberapa Data prevalensi inkontinensia di Indonesia
tetes) atau sangat banyak. Inkontinensia urine didapatkan angka inkontinensia urin pada tahun
merupakan pengeluaran urine involunter (tidak 2005 sebesar 10%, pada tahun 2006 meningkat
disadari atau mengompol) pada waktu dan tempat menjadi 12%, dan semakin meningkat pada tahun
yang tidak tepat diluar keinginan (Setyoadi, 2011). 2007 yaitu sebesar 21%, kemudian menurun pada
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran tahun 2008 sebesar 9%, dan naik lagi pada tahun
urine involunter (tidak disadari atau mengompol) 2013 sebesar 18%, pada tahun 2018 mengalami
pada waktu dan tempat yang tidak tepat diluar peningkatan sebesar 30% (Depkes 2018). Di
keinginan. Inkontinensia urine adalah pengeluaran Sumatera Utara pada tahun 2018 angka kejadian
urine secara spontan pada sembarang waktu diluar inkontinensia urine pada lansia sebesar 9.81%
kehendak (involunter). Keadaan ini umumnya (Riskesdas, 2018).
dijumpai pada manula (Agoes, 2010). Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Risiko inkontinensia urine meningkat salah satunya pada sistem perkemihan yaitu
seiring penuaan, namun menjadi tua tidak penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran
menyebabkan inkontinensia. Tidak ada bagian kemih (uretra) yang disebabkan oleh penurunan
proses penuaan normal yang membuat hormon esterogen, sehingga menyebabkan
inkontinensia tidak dapat dihindari. Seiring terjadinya inkontinensia urine, otot-otot menjadi
penuaan normal, ginjal menjadi kurang mampu lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
memekatkan urine dan kapasitas kandung kemih menyebabkan frekuensi bak meningkat dan tidak
berkurang. Selain itu, kandung kemih jadi semakin dapat dikontrol (Nugroho, 2013).
mudah teriritasi dan dapat menahan urine residu Terdapat cara yang digunakan untuk
(Maas, dkk, 2011). memperbaiki ketidakmampuan berkemih yaitu
Menurut data dari WHO, 200 juta penduduk dengan latihan otot dasar panggul
di Dunia yang mengalami inkontinensia urin. (pelvicmuscteexercise) atau sering disebut dengan
Menurut senam kegel. Latihan dasar panggul melibatkan
nationalkidneyandurologycdiseaseadvisoryboarddi kontraksi tulang otot pubokoksigeus, otot yang
Amerika Serikat, jumlah penderita inkontinensia membentuk struktur penyokong panggul dan
mencapai 13 juta dengan 85 % diantaranya

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 1


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.4 Edisi Nopember 2020
mengililingi pintu panggul pada vagina, uretra, dan 3. HASIL
rectum (Maas, dkk, 2011). Tabel Distribusi Frekuensi Responden
Dalam penelitian sebelumnya yang Berdasarkan Usia Dan Jenis Persalinan
dilakukan oleh Wahyudi yang berjudul pengaruh Frekuensi (n) Persen %
1. Usia
senam kegel terhadap frekuensi berkemih pada 60-74 9 56.3%
lansia, dimana hasil penelitian menunjukkan 75-90 7 43.8%
Total 16 100 %
adanya pengaruh senam kegel terhadap frekuensi 2. Jenis persalinan
berkemih pada lansia (Wahyudi, 2017). Normal 16 100%
SC 0 0
Berdasarkan studi pendahuluan yang Total 16 100%
dilakukan peneliti dengan wawancara kepada 10 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
lansia yang sudah mengalami inkontinensia urine, 8 responden yang paling banyak berada pada usia 60-
orang mengatakan sulit menahan air kencing saat 74 tahun yaitu 9 responden (56.3%), dan yang
berkemih, mengompol pada malam hari, berkemih paling sedikit pada usia 75-90 tahun yaitu 7
dengan keluaran urine menetes, dari 10 lansia yang responden (43.8%). Dari riwayat persalinan semua
terkena inkontinensia urine di Puskesmas responden (100%) riwayat persalinannya normal.
Pijorkoling lansia mengatakan belum pernah Tabel Distribusi Frekuensi Inkontinensia Urine
melakukan senam kegel karena tidak adanya Pada Lansia Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
sumber informasi tentang latihan tersebut. Lansia Intervensi
di Puskesmas Sadabuan biasanya mengatasi
inkontinensia urine dengan cara mengurangi
jumlah minum yang dikonsumsinya.

2. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini merupakan kuantitatif
dengan desain Eksperimen semu (Quasi
eksperimen), yaitu eksperimen yang dilakukan
dengan tidak mempunyai batasan-batasan yang
ketat terhadap randomisasi, pada saat yang sama
dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas Berdasarkan tabel di atas responden pada
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan kelompok pre-test yang mengalami inkontinensia
rancangan onegrouppretestandposttestdesignyaitu urin ringan-sedang 1 responden (6,3%), yang
suatu teknik untuk mengetahui efek sebelum dan mengalami inkontinensia urin sedang 11 responden
sesudah pemberian perlakuan (Sugiyono, 2012). (68,8%), yang mengalami inkontinensia urin parah
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 4 responden (25.0%). Sedangkan pada kelompok
2020 di Puskesmas Pijorkoling Kota posttest responden mengalami inkontinensia urin
Padangsidimpuan. Dengan teknik pengambilan ringan 8 responden (50.0%), yang mengalami
sampel dengan menggunakan metode dengan inkontinensia urin ringan-sedang 4 responden
menggunakan purposive sampling yaitu yaitu (25.0%), yang mengalami inkontinensia urin
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan sedang 4 responden (25.0%).
tertentu. Pembagian sampel berdasarkan tujuan Tabel Uji Normalitas
tertentu yang tidak menyimpang dari kriteria yang Variabel Kelompok N P-Value
sudah ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria Ekperimen
Frekuensi
yang menjadi responden adalah. inkontinensia urin
Pre 16 0,00
Kriteria Inklusi Post 0,01

Yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan
adalah: Frekuensi inkontinensia urin sebelum dan sesudah
a. Bersedia menjadi responden dan dilakukan senam kegel nilai p< 0,05 sehingga data
menandatangani surat persetujuan tidak berdistribusi normal. Data yang tidak
(informedconsent). berdistribusi normal, uji hipotesa penelitian
b. Lansia yang mengalami inkontinensia urine. menggunakan uji komparatif non parametrik yaitu
c. Usia 60-90 tahun. Uji Wilcoxon.
d. Responden sadar dan dapat diajak komunikasi Tabel Uji Wilcoxon
Variabel Mean P –value
secara aktif.
Dalam penelitian ini, besar sampel Rata-rata
ditentukan dengan ketentuan populasi berdasarkan a. Pre Intervensi 4.192.75 0,
b. Post Intervensi 0
rumus Slovin. Jumlah sampel yang dibutuhkan 0
dalam penelitian ini adalah 16 pasien. Berdasarkan Tabel diatas, dari hasil uji
statistik diperoleh rata-rata (mean) responden
sebelum pemberian intervensi berupa senam kegel
adalah 4.19, dan setelah pemberian 2.75, nilai p

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 2


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.4 Edisi Nopember 2020
value = 0.00. Berdasarkan pengambilan keputusan equivalentcontrolgrouppre-testpost-testdigunakan
yang dilakukan yaitu apabila p value< 0,05 dengan dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan
tingkat kepercayaan 95% maka Ha diterima yang dalam penelitian ini adalah perlakuan berupa
berarti ada pengaruh senam kegel terhadap latihan keagleexercise. Dan akan diamati selama
frekuensi inkontinensia urine. waktu atau periode tertentu, setelah itu dilakukan
penilaian pada inkontinensia urine. Distribusi
4. PEMBAHASAN Inkontinensia Urine Pada Kelompok Perlakuan dan
Berdasarkan tabel 4.2.2 uji Wilcoxondiatas Kontrol Sebelum dan Sesudah Dilakukan
dapat disimpulkan nilai p-value 0,000 (<0,05), Kegelexercise menunjukkan bahwa inkontinensia
berarti terdapat pengaruh senam kegel terhadap urine dalam kelompok perlakuan (pre) adalah
frekuensi inkontinensia urin sesudah diberikan buruk sejumlah 10 orang (66,6%) sedangkan
senam kegel. Berdasarkan dari nilai Z dapat inkontinensia urine dalam kelompok perlakuan
disimpulkan bahwa setiap dilakukan pemberian (post) adalah baik dengan jumlah 12 orang (80%).
senam kegel ini mengalami penurunan frekuensi Untuk inkontinensia urine dalam kelompok kontrol
urine sebesar -3,624. (pre) adalah buruk dengan 13 orang (86,6) dan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang untuk kontrol (post) adalah 12 orang (80%).
dilakukan oleh Julianti Dewi Karjoyo (2016) yang Sedangkan penelitian terhadap lansia di Panti
berjudul ―Pengaruh Senam Kegel Terhadap Wreda Sindang Asih Semarang tahun 2009
Frekuensi Inkontinensia Urin Pada Lansia Di KegelExercise yang dilakukan sebanyak 10 kali
Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling‖ didapatkan dalam 2 minggu menyebabkan terjadinya
hasil p value 0,000 (p<0,05) sehingga ada pengaruh penurunan frekuensi inkontinensia urin sebesar
senam kegel terhadap frekuensi inkontinensia urin 18,3 % dari 9,86 kali menjadi 6,19 kali (Hidayati,
pada lansia 2009).
Senam otot dasar panggul ini mampu
menguatkan muskuluslevatorani, menjaga lapisan 5. KESIMPULAN DAN SARAN
endopelvic dan keutuhan saraf yang dapat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
meningkatkan kesadaran dari otot dasar panggul dilakukan dapat disimpulkan bahwa karakteristik
untuk menyesuaikan transmisi dari tekanan responden, mayoritas responden berada pada
abdominal, serta meningkatkan kemampuan otot rentang usia antara 60-74 tahun yaitu 9 responden
tersebut dalam menyokong bladder, vagina dan (56.3%), dan jenis persalinan semua responden
rectum yang kemudian dapat meningkatkan riwayat persalinannya normal yaitu 16 responden
kemampuan tahanan pada sphingter uretra sehingga (100%). Dan Hasil analisis data menggunakan uji
mampu meningkatkan periode kontinen terhadap Shapirowilk setelah diberikan senam kegel
urine. diperoleh nilai P-value = 0,000 (<0,05), artinya ada
Penelitian yang dilakulan oleh Dahlan pengaruh signifikan dari pemberian senam kegel
(2014) yang berjudul ―Pengaruh Latihan terhadap frekuensi inkontinensia urine.
Kegel Terhadap Inkontinensia Urine Pada Lansia Bedasarkan hasil penelitian tentang
Di panti Sosial Tresna Werda Meci Angi Bima‖. pengaruh senam kegel terhadap frekuensi
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui inkontinensia urine pada lansia di puskesmas
pengaruh latihan kegel terhadap inkontinensia urine Pijorkoling kota Padangsidimpuan ada beberapa
pada lansia, dengan menggunakan desain pra saran yang akan peneliti sampaikan yaitu sebagai
eksperimental dengan menggunakan rancangan berikut:Bagi masyarakat diharapkan senam kegel
onegrouppre-testpost-test, dan menggunakan ini dimanfaatkan dalam membantu menurunkan
instrument observasi dengan melakukan observasi frekuensi urine, dan dilakukan sebagai alternatif
aktif menanyakan langsung kepada lansia keadaan dalam mengatasiinkontinensia urine selain
kencing setiap hari. Penelitian tersebut melihat pengobatan farmakologi.
adanya perbedaan sebelum dan sesudah diberikan
intervensi dengan melakukan uji analisis 6. REFERENSI
WillcoxonSignedRankTest. Perbedaan antara Agoes, A., Achdiat, A., & Arizal, A. (2010).
penelitian sekarang dan terdahulu adalah pada Penyakit di Usia Lanjut. Jakarta: EGC.
instrument yang digunakan penelitian saat ini Dahlan. (2014). Pengaruh latihan kegel terhadap
menggunakan kuesioner ICIQ-UI shortForm. Pada inkontinensia urine pada lansia di Panti
penelitian saat ini senam kegel dilakukan setiap Sosial Tresna WherdaMeci Angi Bima.
hari selama seminggu. Persamaan pada kedua Jurnal Kesehatan Prima, (Inkontinensia
penelitian ini sama-sama menggunakan willcoxon Urine), 1292–1297.
sebagai teknik ujinya. Depkes RI. (2012). Riset Kesehatan Dasar.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Prevalensi inkontinensia urine di Indonesia.
hartinah di kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. Jakarta: Badan Penelitian dan
Jenis penelitian ini menggunakan quasyexperiment pengembangan Kesehatan Kementrian
dengan menggunakan bentuk rancangan Kesehatan RI.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 3


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.4 Edisi Nopember 2020
Maas, M. L., Buckwalter, K. C., Hardy, M.D.,
Tripp-Reimer, T., Titler, M.G., &Specht,
J.P. (2011). Asuhan Keperawatan
Geriatrik, Diagnosis NANDA, Kriteria
Hasil NOC, Intervensi NIC. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho. (2013). Keperawatan Gerontik. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Riskesdas. (2013). Prevalensi inkontinensia urine
di Sumatra utara. Jakarta: Badan Penelitian
dan pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI.
Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan
pada Klien Psikogeriatrik. Salemba Medika:
Jakarta
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Wahyudi. (2017). Pengaruh Senam Kegel
Terhadap Frekuensi Berkemih Pada Lansia.
Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Jakarta

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Hal. 4

Anda mungkin juga menyukai