Oleh:
PENDAHULUAN
1.2.2.Tujuan Khusus
1.3.3.Lahan Praktek
Praktek Belajar Lapangan Komprehensif dapat dijadikan sebagai sarana untuk
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan penerapan
intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah
intervensi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara
komprehensif.
2.1.3. Etiologi
Penyebab inkontinensia urin pada lansia menurut Darmojo & Hadi Martono dalam
Julianti (2017) , yaitu:
1. Kelainan urologik, misalnya radang, tumor, batu diverkel.
2. Kelainan neurologik, misalnya stroke, trauma pada medulla spinal.
3. Lain-lain; misalnya hambatan mobilitas, situasi tempat berkemih yang tidak
memadai, jauh, dan sebagainya.
Perubahan yang tercatat pada kandung kemih yang mengalami penuaan yaitu
berkurangnya kapasitas kandung kemih, berkurangnya kemampuan kandung 21kemih
dan uretra, berkurangnya tekanan penutupan uretra maksimal, meningkatnya
volume urine sisa pasca berkemih, dan berubahnya ritme produksi urin di malam hari
(Suharyanto & Majid, 2009 dalam Pamungkas, 2015).
Secara umum inkontinesia urin disebabkan oleh perubahan pada anatomi dan
fungsi organ kemih lansia, obesitas, menopause, usia lanjut, penambahan berat badan.
Proses persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan otot
dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan resiko
terjadinya inkontinensia urine. Faktor jenis kelamin berperan terjadinya inkontinesia
urine khususnya pada wanita karenamenurunnya kadar hormon estrogen pada usia
menopause akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih
sehingga menyebabkan terjadinya inkontinesia urin. Gejala inkontinensia yang
biasanya terjadi adalah kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari,
serta perasaan ingin kencing yang mendadak, kencing berulang kali, dan kencing di
malam hari (Moa HM, Milwati S, Sulasimini, 2017).
2.1.4. Manifestasi Klinis
Inkontinensia Urine Adalah Sebagai Berikut :
1. Keluarnya Urine Dengan Jumlah Sedikit Saat Bersin, Batuk, Tertawa, Membungkuk,
Atau Melompat Yang Merupakan Ciri-Ciri Dari Inkontinensia Urine Tipe Stres.
2. Urine Yang Keluar Lambat Serta Merasa Mengejan Yang Merupakan Ciri Dari
Inkontinensia Urine Tipe Overflow.
3. Aliran Urine Dan Volume Urine Adekuat Yang Merupakan Ciri Dari Inkontinensia
Urine Tipe Fungsional.
4. Merasa Adanya Desakan Berkemih.
5. Tidak Mampu Mencapai Toilet Saat Setelah Mulai Berkemih.
6. Kurangnya Hygiene Atau Terdapat Tanda-Tanda Infeksi
2.1.5. Patofisiologi
Dalam proses berkemih yang normal dikendalikan oleh mekanisme volunter dan
involunter. Sfingter uretra eksternal dan otot dasar panggul yang berada dibawah
kontrol mekanisme volunter. Sedangkan pada otot detrusor kandung kemih dan sfingter
uretra internal berada pada bawah kontrol sistem saraf otonom. Ketika otot detrusor
berelaksasi maka terjadinya proses pengisian kandung kemih dan sebaliknya jika otot ini
berkontraksi maka proses berkemih (pengosongan kandung kemih) akan berlangsung.
Dengan kontraksi otot detrusor kandung kemih disebabkan dengan aktivitas saraf
parasimpatis, dimana aktivitas itu dapat terjadi karena dipicu oleh asetil-koline. Ketika
terjadi perubahan-perubahan pada mekanisme normal ini maka dapat menyebabkan
proses berkemih terganggu. Pada usia lanjut baik wanita atau pria terjadinya
perubahan anatomis dan fisiologis dari sistem urogenital bagian bawah. Perubahan
tersebut akan berkaitan dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita dan
hormon androgen pada pria. Perubahan yang terjadi ini berupa peningkatan fibrosis dan
kandungan kolagen pada dinding kandung kemih yang dapat mengakibatkan fungsi
kontraktil dari kandung kemih tidak efektif lagi. Pada otot uretra dapat terjadi
perubahan vaskularisasi pada lapisan submukosa, atrofimukosa dan penipisan otot
uretra. Dengan keadaan ini menyebabkan tekanan penutupan uretra berkurang. Otot dasar
panggul juga dapat mengalami perubahan merupa melemahnya fungsi dan
kekuatan otot. Secara keseluruhan perubahan yang terjadi pada sistem urogenital
bagian bawah akibat dari proses menua sebagai faktor kontributor terjadinya
Inkontinensia urin (Setiati dan Pramantara, 2007 dalam Aneesah C, 2015).
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang
Diagnostik imaging (pencitraan saluran kemih) meliputi USG, CT-scan dan IVP
untuk mengidentifikasi kelainan patologi dan kelainan anatomi serta pemeriksaan
urodinamik (Purnomo 2011 dalam Yani 2018). Studi urodinamik adalah serangkaian
tes yang dilakukan untuk menilai fungsi dan kondisi saluran kemih bagian bawah.
Cara kerja studi urodinamik adalah:
1. Uroflowmetri yaitu tes yang menilai laju aliran dan volume urin. Tes ini
mengukur seberapa cepat klien mengeluarkan urin. Tes ini menggunakan
peralatan yang dirancang khusus yang mengukur kecepatan pengeluaran urin dan
kemudian mengirim datanya ke komputer. Tindakan ini dilakukan sederhana
dalam kamar kecil, klien diminta BAK pada corong atau toilet khusus guna
pengumpulan urin.
2. Tes sistometri yaitu pemeriksaan yang lebih menyeluruh karena memberikan
informasi yang lebih penting seperti tekanan kandung kemih. Tes ini
melibatkan memasukkan kateter dengan manometer ke dalam kandung kemih dan
dilakukan dengan bius lokal.
3. Elektromiografi yaitu dengan meletakkan sensor pada kulit uretra atau rektum yang
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis aktivitas listrik dari saluran kemih
bagian bawah dan digunakan untuk mendiagnosa kerusakan saraf pada kandung
kemih.
4. Pengukuran post-void sisa yaitu pemeriksaan yang menentukan berapa
banyak urin yang disimpan kandung kemih setelah BAK. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan USG atau kateter yang dimasukkan ke dalam
kandung kemih.
2.1.7. Penatalaksanaan
Menurut Roshdal (2015) Ada beberapa penatalaksanaan untuk penderita
inkontinensia urine yaitu :
1. Medisa.
a. Farmakologi
Antispasmodik kemih efektif dalm kasus mengurangi spasme otot kandung
kemih dari inkontinensia urine; misalnya, hiosamin, toterodin (Detrol), atau
oksibutin (Ditropan).
b. Pembedahan Ketika fistula (koneksi) antara kandung kemih dan organ lain
adalah penyebab inkontinensia, pembedahan selaludiperlukan untuk
memperbaiki lubang. Elektrokavet dapat digunakan untuk menutup lubang.
Elektrokavet merupakan prosedur membakar (menghancurkan) jaringan defektif
menggunakan elektroda yang memancarkan arus listrik bolak-balik atau searah.
Lubang yang lebih besar membutuhkan tindakan bedah yang lebih besar untuk
menambal lubang atau mengoreksi defek. Adapun pembedahan untuk sfingter
buatan, alat ini diletakkan disekitar leher kandung kemih dan dihubungkan ke
sebuah balon. Balon ini diimplantasi ke dalam panggul. Pengoperasian
diimplan ke dalam skrotum atau labia. Diinflasikan menggunakan cairan
dari sebuah reservoir ureter mempertahankan kontinensia dan kemudian
dikempeskan ketika klien inginmengosongkan kandung kemihnya.
2. Non medis.
a. Latihan otot dasar pinggul/latihan kegel.Latihan kegel sering digunakan sebagai
terapi inkontinensia stress dan urgensi. Latihan ini merupakan metode yang
efektif untuk menangani inkontinensia. Latihan kegel dirancang untuk
meningkatkan tonus otot sfingter dan membantu klien untuk mencegah
kebocoran urine dalam perjalanan menuju kamar mandi. Klien akan
mengenakan pembalut sekali pakai selama periode latihan untuk menahan urine
yang keluar. Jika setelah 3 hingga 6 bulan melakukan program latihan tidak
ada perubahan yang tampak pada tingkat inkontinensia, klien dapat memilih
pembedahan atau medikasi untuk penatalaksanaan inkontinensia yang lebih baik.
b. Stimulasi elektrik
Stimulasi elektrik (stimulasi otot panggul) merupakan metode lain dalam membantu
klien mengencangkan otot panggul dan mengurangi aktivitas kandung kemih
yang menyebabkan inkontinensia urgensi. Sebuah elektroda kecil yang
dihubungkan ke generator diletakkan ke dalam vagina atau rektum. Ketika
impuls elektrik terjadi, otot panggul berkontraksi; ketika tidak ada impuls yang
dikirim, otot relaks. Terapi ini sangat nyaman dan mudah dilakukan di rumah. Terapi
ini sangat berguna pada klien dengan masalah neurologis atau klien yang memiliki
kesulitan untuk mengetahui otot mana yang digunakan untuk latihan kegel.
2.1.8. Penatalaksanaan Perawat
Prinsip Dasar Penatalaksanaan Dalam Inkontinensia Urine Ialah Terapi Perilaku,
Pasien Dianjurkan Untuk Segera Ke Kamar Mandi Jika Ada Perasaan Berkemih Peran
Perawat Dalam Hal Ini Yaitu Untuk:
1. Pelatihan Kebiasaan Dorong Pasien Untuk Berkemih Disaat Yang Normal Seperti
Dipagi Hari, Sebelum Tidur, Setelah Makan.
2. Latihan Otot Pelvis Dengan Senam Kegel Dapat Melatih Kekuatan Otot Detrusor,
Sehingga Dapat Memperbaiki Fungsi Kontrol Miksi Dan Mengurangi Mobilitas
Uretra, Khususnya Pada Pasien Kandung Kemih Overaktif
3. Menganjurkan Pasien Untuk Berkonsultasi Dengan Dokter Untuk Penggunaan Obat-
Obatan.
4. Modifikasi Diet
Peran Mengurangi Konsumsi Kafein, Seperti Kopi, Teh, Cokelat, Dan Soda, Dalam
Tata Laksana Inkontinensia Urine Masih Inkonklusif. Tetapi, Beberapa Ahli
Merekomendasikan Untuk Mengurangi Konsumsi Kafein Untuk Memperbaiki Gejala
Urgensi Dan Frekuensi.
Konsumsi Diet Tinggi Serat Dapat Memperbaiki Gejala Konstipasi. Konstipasi Juga
Bisa Menjadi Penyebab Inkontinensia Urine. Bentuk Intervensi Lain Untuk
Mengatasi Konstipasi Juga Dapat Disarankan Pada Pasien Inkontinensia Urine.
(Marrison, 2016)
2.1.9. Komplikasi
Komplikasi Menurut Purnomo dalam Moa (2017) ada beberapa komplikasi yang biasa
terjadi pada lansia yang menderita inkontinensia urine :
1. Masalah kulit : ruam, infeksi kulit, dan ulkus kulit yang terjadi apabila kulit yang
selalu basah oleh urine (penggunaan popok).
2. Infeksi saluran kemih.
Inkontinensia urine yang lama secara langsung juga dapat berdampak pada penurunan
kualitas hidup lansia. Keadaan ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan,
antara lain : masalah medik, sosial maupun ekonomi. Masalah medik berupa
iritasi dan kerusakan kulit di sekitar kemaluan akibat urine dan lembab, masalah
sosial berupa perasaan malu, mengisolasi diri dari pergaulan dan mengurung diri di
rumah karena lansia menjadi kurang percaya diri dengan kondisinya, masalah
ekonomi berupa pemakaian panpers atau perlengkapan lain guna tidak selalu basah
oleh urine memerlukan biaya yang tidak sedikit.
2.2. Senam Kegel
2.2.1. Definisi Senam Kegel
Senam kegel adalah senam untuk menguatkan otot panggul atau senam yang
bertujuan untuk menguatkan otot-otot dasar panggul terutama otot pubococcygeal sehingga
seseorang dapat memperkuat otot-otot saluran kemih. Senam kegel juga dapat
menyembuhkan ketidakmampuan untuk menahan kencing (inkontinensia urine) dan
dapat mengencangkan dan memulihan otot disekitaralat genital dan anus (Widianti et al
2011 dalam Yani 2018)
Senam kegel adalah tehnik yang digunakan untuk mengencangkan atau
menguatkan otot vagina. Ini adalah salah satu cara alamiah untuk memperkuat otot
pelvis, baik untuk dilakukan wanita ataupun pria (Yuliana 2011 dalam Mylia 2017).
Kelemahan struktur
panggul
Inkontensia urin
fungsional
Mk : kerusakan
intergitas kulit Urin tersisa di celana
Mk : Gangguan
2.3.3. Diagnosa Keperawatan Inkontensia Urin eliminasi urin
Menurut Nanda International (2015-2016), Diagnosa pada klien inkontensia urin di
antaranya :
1. Inkontinensia Urine fungsional b.d factor lingkungan yang berubah, gangguan
kognisi, gangguan penglihatan, keterbatasan neuromuscular, factor psikologis,
kelemahan struktur panggul pendukung.
2. Gangguan Pola Tidur b.d kelembaban lingkungan sekitar, suhu lingkungan sekitar,
tanggung jawab memberi asuhan, perubahan pejanan terhadap cahaya gelap,
gangguan mis,untuk tujuan terapeutik, pemantauan,pemeriksaan laboraturium, kurang
control tidur, kurang privasi,pencahayaan, bising, bau gas, restran fisik, teman tidur,
tidak familier dengan prabot tidur.
3. Kerusakan Integritas Kulit b.d factor eksternal : zat kimia, usia yang ekstrim,
kelembapan, hipertermia, hipotermia, factor mekanik mis, gaya
gunting,medikasi,lembab, imobilitasi fisik, internal : perubahan status cairan,
perubahan pigmentasi, perubahan turgor, factor perkembangan, kondisi ketidak
seimbangan nutrisi (missal,obesitas), penurun imunologis, penurunan sirkulasi,
kondisi gangguan metabolic, gangguan sensasi, tonjolan tulang.
4. Gangguan Eliminasi Urin b.d obstruksi anatomic, penyebab multiple, gangguan
sensori motoric, infeksi saluran kemih.
2.3.4. Intervensi Keperawatan
Keperawatan (NANDA) Kriteria Hasil (NOC) Intervensi Keparawatan
(NIC)
1. Inkontinensia Urine Perawatan diri Eliminasi NIC
fungsional b.d factor (toileting) Self care assistance toileting
lingkungan yang Kontinensia Urin Manajamen eliminasi urin
berubah, gangguan Eliminasi urin Monitor eliminasi urin,
kognisi, gangguan frekuensi, konsistensi, bau,
Kriteria Hasil :
penglihatan, volume, dan warna, jika
Mengidentifikasi keinginan
keterbatasan diperlukan.
berkemih
neuromuscular, factor Monitor tanda dan gejala
psikologis, kelemahan Berespon tepat waktu
retensi urin
struktur panggul terhadap dorongan berkemih
Identifikasi factor yang
pendukung. Mencapai toilet antara
menyebabkan episode
waktu dorongan berkemih
inkontensia
Definisi : ketidak
dan pengeluaran urin
Kumpulkan spesimen urin
mampuan individu yang
Melakukan eliminasi secara
tengah untuk pemeriksaan
biasanya kontinen untuk
mandiri
urinalisis, jika diperlukan
mencapai toilet tepat
Mengosongkan kandung
waktu untuk menghindari Ajarkan pasien dan keluarga
kemih secara tuntas
kehilangan urin tanpa untuk mencatat haluaran dan
Mengkomsumsi cairan
sengaja. dalam jumlah adekuat pola urine, jika diperlukan
Batasan karakteristik : Urin residu pasca berkemih Batasi cairan sesuai kebutuhan
Mampu mengosongkan >100-200 ml
Perawatan inkotinensia urin
kandung kemih dengan
Identifikasi multifactor yang
komplet jumlah waktu
menyebabkan inkontensia
yang diperlukan untuk
( produksi urin, pola
mencapai toilet melebihi
berkemih, fungsi cognitive,
lama waktu antara
masalah berkemih yang di
merasakan dorongan
alami, dan pengobatan)
untuk berkemih dan tidak
Anjurkan pasien untuk minum
dapat mengontrol
minimum 1500cc per hari
berkemih
Ajarkan pasien dan keluarga
Mengeluarkan urin
untuk latihan kegel
sebelum mencapai toilet
Mungkin inkontensia
hanya pada dini hari
Merasakan perlunya
untuk berkemih
NOC
2. Gangguan Pola Tidur b.d NIC
Anxiety reduction
kelembaban lingkungan Sleep Enhancement
Comfort level
sekitar, suhu lingkungan Determinasi efek-efek
Pain level
sekitar, tanggung jawab medikasi terhadap pola tidur
Rest : extent and pattern
memberi asuhan, Jelaskan pentingnya tidur
Sleep : extent ang pattern
perubahan pejanan yang adekuat
terhadap cahaya gelap, Kriteria hasil : Fasilitas untuk
gangguan mis,untuk Jumlah jam tidur dalam mempertahankan aktivitas
tujuan terapeutik, batas normal 6-8 jam/hari sebelum tidur (membaca)
pemantauan,pemeriksaan Pola tidur, kualitas dalam Identifikasi penyebab
laboraturium, kurang batas normal gangguan tidur, fisik, nyeri,
control tidur, kurang Perasaan segar sesudah tidur sering Bak, sesak nafas,
privasi,pencahayaan, atau istirahat batuk, demam, mual dll
bising, bau gas, restran Mampu mengidentifikasi Ciptakan lingkungan yang
fisik, teman tidur, tidak hal-hal yang meningkatkan nyaman
familier dengan prabot tidur Kolaborasi pemberian obat
tidur. tidur
Definisi : gangguan Diskusikan dengan pasien
kualitas dan kuantitas dan keluarga tentang teknik
waktu tidur akibat factor tidur
eksternal Instruksikan untuk
Batasan karekteristik : memonitor tidur pasien
Perubahan pola tidur Monitor waktu makan dan
normal minum dengan waktu tidur
Penurunan kemampuan Monitor catat kebutuhan tidur
berfungsi pasien setiap hari dan jam
Ketidakpuasan tidur
Menyatakan sering
terjaga
Menyatakan tidak
mengalami kesulitan
tidur
Menyatakan tidak
merasa cukup istirahat
3. Kerusakan Integritas
NIC
Kulit b.d factor eksternal NOC
Anjurkan pasien untuk
: zat kimia, usia yang Tissue integrity : skin and
menggunakan pakaian yang
ekstrim, kelembapan, Mucous membranes
hipertermia, hipotermia, Hemodyalis akses longgar
factor mekanik mis, gaya Hindari kerutan pada tempat
Kriteria Hasil :
gunting,medikasi,lembab tidur
Integritas kulit yang baik bisa
, imobilitasi fisik, Jaga kebersihan kulit agar
di pertahankan (sensasi,
internal : perubahan tetap bersih dan kering
elastisitas, temperature,
status cairan, perubahan Mobilisasi paien ubah posisi
hidrasi, pigmentasi)
pigmentasi, perubahan pasien setiap dua jam sekali
Tidak ada luka atau lesi pada
turgor, factor Monitor kulit akan adanya
kulit
perkembangan, kondisi kemerahan
Perfusi jaringan baik
ketidak seimbangan Oleskan lotion atau minyak
nutrisi (misal,obesitas), Menunjukkan pemahan
baby oil pada daerah yang
penurun imunologis, dalam proses perbaikan kulit
tertekan
penurunan sirkulasi, dan mencegah terjadinya
Monitor aktivitas dan
kondisi gangguan sedera berulang
mobilisasi pasien
metabolic, gangguan Mampu melindungi kulit dan
Monitor status nutrisi pasien
sensasi, tonjolan tulang mempertahankan
Memandikan pasien dengan
Definisi : Perubahan / kelembaban kulit dan
sabun dan air hangat
gangguan epidermis perawatan alami
Membersihkan, memantau
dan/atau dermis
dan meningkatkan proses
Batasan karakteristik :
penyembuhan pada luka yang
Kerusakan lapisan kulit
di tutup dengan jahitan, klip
(dermis)
atau straples
Gangguan permukaan
Monitor proses kesembuhan
kulit (epidermis)
area insisi
Invasi struktur tubuh
Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi
Bersihkan area sekitar jahitan
atau staples, menggunakan
lidi kapas steril
Gunakan preparat antiseptic,
sesuai program
Ganti balutan pada interval
waktu sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka tidak
dibalut sesuai program
4.Gangguan Eliminasi
Urin b.d obstruksi
NIC
anatomic, penyebab NOC
Lakukan penilaian kemih
multiple, gangguan sensori Urinary elimination
yang komprehensif berfokus
motoric, infeksi saluran Urinary continuence
pada inkontensia ( miaslnya,
kemih
Kriteria Hasil : output urin, pola berkemih
Definisi : disfungsi pada
Kandung kemih kosong kemih, fungsi kognitif, dan
eliminasi urin
secara penuh masalah kencing praeksisten)
Batasan Karakteristik :
Tidak ada residu urin > 100- Memantau penggunaan obat
Disuria
200cc dengan sifat antikolinergik
Sering berkemih
Intake cairan dalam rentang property alpha agonis
Anyang-anyangan
normal Memonitor efek dari obat-
Inkontensia urin
Bebas dari isk obatan yang diresepkan
Nokturia
Tidak ada spasme bladder seperti calcium channel
Retensi
Balance cairan seimbang blocker dan antikolinergik
dorongan
Menyediakan penghapusan
privasi
Gunakan kekuatan sugesti
dengan menjalankan air atau
disiram toilet
Merangsang reflek kandung
kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut, membelai
tinggi batin, atau air
Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan kandung
kemih (10 menit)
Gunakan spirit wintergreen di
pispot atau urinal
Menyediakan maneuver crede,
Yang di perlukan
Gunakan double void teknik
Masukkan kateter kemih,
sesuai
Anjurkan pasien atau keluarga
untuk merekam output urin,
sesuai
Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau
impaksi tinja
Memantau asupan dan
keluaran
Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
Membantu dengan toilet
secara berkala, sesuai
Memasukkan pipa ke dalam
lubang tubuh untuk sisa,
sesuai
Menerapkan kateterisasi
intermiten, sesuai
Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih, sesuai
2.3.5.Evaluasi
1. Inkontinensia Urine fungsional b.d factor lingkungan yang berubah, gangguan
kognisi, gangguan penglihatan, keterbatasan neuromuscular, factor psikologis,
kelemahan struktur panggul pendukung.
A. Mengidentifikasi keinginan berkemih
B. Merespon tepat waktu terhadap dorongan berkemih
C. Dapat Mencapai toilet antara waktu dorongan ingin berkemih dan pengeluaran urin
D. Melakukan eliminasi secara mandiri
E. Mengosongkan kandung kemih secara tuntas
F. Mengkomsumsi cairan dalam jumlah adekuat
G. Urin residu pasca berkemih >100-200 ml
2. Gangguan Pola Tidur b.d kelembaban lingkungan sekitar, suhu lingkungan sekitar,
tanggung jawab memberi asuhan, perubahan pejanan terhadap cahaya gelap,
gangguan misal,untuk tujuan terapeutik, pemantauan,pemeriksaan laboraturium,
kurang control tidur, kurang privasi,pencahayaan, bising, bau gas, restran fisik, teman
tidur, tidak familier dengan prabot tidur.
A. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
B. Pola tidur, kualitas dalam batas normal
C. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
D. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur
3. Kerusakan Integritas Kulit b.d factor eksternal : zat kimia, usia yang ekstrim,
kelembapan, hipertermia, hipotermia, factor mekanik mis, gaya
gunting,medikasi,lembab, imobilitasi fisik, internal : perubahan status cairan,
perubahan pigmentasi, perubahan turgor, factor perkembangan, kondisi ketidak
seimbangan nutrisi (misal,obesitas), penurun imunologis, penurunan sirkulasi,
kondisi gangguan metabolic, gangguan sensasi, tonjolan tulang
A. Integritas kulit yang baik bisa di pertahankan (sensasi, elastisitas, temperature,
hidrasi, pigmentasi)
B. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
C. Perfusi jaringan baik
D. Menunjukkan pemahan dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang
E. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan
alami
4. Gangguan Eliminasi Urin b.d obstruksi anatomic, penyebab multiple, gangguan
sensori motoric, infeksi saluran kemih
A. Kandung kemih kosong secara penuh
B. Tidak ada residu urin > 100-200cc
C. Intake cairan dalam rentang normal
D. Bebas dari isk
E. Tidak ada spasme bladder
F. Balance cairan seimbang
2.3.6. Mind Mapping Kasu
Definisi
Inkontensia urin adalah Ketidak Mampuan
Seseorang Untuk Menahan Urinyang
Keluar Dari Kandung Kemih, Baik Disadari Penatalaksanaan
Ataupun Tidak Disadari Penatalaksanaan medis keperawatan
Terapi Medikamentosa Pelatihan Kebiasaan
Modifikasi asupan cairan, Dorong Pasien Untuk
hindari kafein, obati setiap Berkemih Disaat Yang
Manifestasi penyebab (infeksi, tumor, Normal Seperti Dipagi
Keluarnya Urine Dengan Komplikasi batu), latihan berkemih, Hari, Sebelum Tidur,
Jumlah Sedikit Saat antikolinergik/relaksan Setelah Makan
Bersin, Batuk, Tertawa, Kerusakan Kulit otot polos Latihan Otot Pelvis
Etiologi Membungkuk, Atau Infeksi Saluran Terapi medikamentosa Dengan Senam Kegel
Karena Adanya Melompat Kencing Latihan otot otot dasar Menganjurkan Pasien
Kelainan Urologis, Tidak Mampu Mencapai Infeksi Kulit Daerah panggul Untuk Berkonsultasi
Fungsional Atau Toilet Saat Setelah Mulai Kemaluan Terapi pembedahan Dengan Dokter
Neurologis Berkemih. Gangguan Tidur Sistoskopi Modifikasi Diet Peran
Seiring Dengan Kurangnya Hygiene Atau Mengurangi Konsumsi
Bertambahnya Terdapat Tanda-Tanda Kafein
Usia, Terjadi Infeksi
Perubahan Fungsi
Dari Organ Kemih
Karena Adanyanya
Penurunan
Esterogen
Patofisiologi Dx Keperawatan
Inkontensia urin berhubungan dengan kelemahan struktur panggul pendukung
Kriteria Hasil (Noc)
Inkontensia .Mencapai Toilet Antara Waktu Dorongan Berkemih Dan Pengeluaran Urin
urin Mengidentifikasi Keinginan Berkemih
Berespon Tepat Waktu Terhadap Dorongan Berkemih
Intervensi keperawatan (Nic)
Monitor eliminasi urin, frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna, jika
Adanya ketidakmampuan diperlukan
mengontrol sfingter Identifikasi factor yang menyebabkan episode inkontensia
Anjurkan pasien untuk minum minimum 1500cc per hari
Ajarkan pasien senam kegel
faktor lansia,
wanita hamil,
Setelah Melahirkan,
obesitas,
Menopause,
Penyakit
(Tumor, Kencing Batu,peraadangan)
Mk: Inkontesia Urin
Dx keperawatan
Kelemahan struktur panggul Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
Kriteria hasil (Noc)
Tidak dapat Pola tidur, kualitas dalam batas normal
Menganggu istirahat mengontrol Intervensi keperawatan (Nic)
keluarnya urin Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (Membaca)
Identifikasi penyebab gangguan tidur, fisik, nyeri, sering BAK, sesak nafas, batuk,
demam, mual dll Dx keperawatan
Kolaborasi dengan tim medis
Gangguan lainnya
Eliminasi tentang
Urin pemberian
b.d gangguan obat tidur
sensori motoric
Urin yg bersifat Kriteria hasil (noc)
Mk: Gangguan
asam dapat intake cairan dalam rentan normal
Gangguan Sensori
mengiritasi kulit balance cairan seimbang
Pola Tidur Motorik
Kandung kemih kosong secara penuh
Intervensi keperawatan (nic)
Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada inkontensia
Urin keluar tanpa Daerah genetalia ( miaslnya, output urin, pola berkemih kemih, fungsi kognitif)
di sengaja Memantau asupan dan keluaran
lembab
Memantau tingkat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi
Menimbulkan Lecet
Mk : Gangguan
Eliminasi Urin
Mk: Kerusakan Integritas Dx Keperawatan
Kulit Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit
Kriteria hasil (noc)
Tidak ada luka atau lesi pada kulit
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan
alami
Intervensi keperawatan (nic)
Oleskan lotion atau minyak baby oil pada daerah yang tertekan
agar kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering