Anda di halaman 1dari 54

PENGARUH BLADDER TRAINING

TEKNIK MENUNDA BERKEMIH


TERHADAP INKONTINENSIA URINE
PADA LANSIA DI RW 04 KAMPUNG
BEROK KELURAHAN KURAO PAGANG
KECAMATAN NANGGALO KOTA
PADANG TAHUN 2019
OLEH :
RIA UTAMI YULIANI
NIM : 151211131

Pembimbing I : Meria Kontesa, SKp, M.Kep


Pembimbing II : Ns. Yusriana, M.Kep, Sp.Kep.Kom
A. Latar Belakang Rata-rata usia Harapan Global tahun 2015
berdasarkan (WHO, 2017) :

71,4 Tahun Peningkatan


Jumlah Lansia

901 juta Lansia


(usia >60 tahun)

Perkiraan Lansia 2050

80% bermukim di
2 milyar Negara
Berkembang
Rata-rata usia Harapan Hidup Indonesia
2015
(Pusdatin Kemenkes RI, 2017) :

70,8 tahun Jumlah Lansia


Indonesia Meningkat

lebih kurang
23,66 juta

tahun 2020 tahun 2025 2035


(27,08 juta) (33,69 juta) (48,19 juta)
jumlah lansia Kota • Salah satunya
• 73,2 tahun Padang 2017 Inkontinensia
(BPS, 2016) Urine
• 62.667 Jiwa (Tamher,
2009).
(DKK Padang,
Harapan Hidup 2018). Menimbulkan
Kota Padang 2017 masalah kesehatan
• Pengeluaran Urine yang
tidak terkontrol

• Pengeluaran Urine Ketika


Batuk, tertawa, dan latihan
fisik

• Pengeluaran urine
sebelum mencapai toilet
Prevalensi Inkontinensia Urine

Penduduk
dunia : Di Indonesia
sekitar 200 sebesar 13% Di Sumatra Barat Data
juta ( Data dari total
WHO, dalam tentang Inkontinensia
2.765 orang
Collein, responden,
2012). Urine ini tidak ada,
Meningkat karena tidak
seiring dengan
pertambahan dilakukannya
Data di usia
(PERKINA, pendataan mengenai
Amerika
Serikat : 2012 dalam inkontinensia urine ini.
sekitar 10-12 Najmi, 2017).
juta
Dampak Inkontinensia Urine Jika tidak ditangani (Setiati, dkk,
2008) :
1. Dampak Medik
2. Implikasi Psikososial
3. Dampak Ekonomi

Maka Perlu Penanganan


Inkontinensia Urine

Bladder Training
Teknik Menunda
Berkemih
Hasil
Penelitian
Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susi Milwati, dkk. (2017)
mengatakan bahwa ada pengaruh Bladder Training teknik
menunda berkemih terhadap inkontinensia urine pada lansia di
posyandu Lansia RT 01 RW 02 Desa Sumberdem Kecamatan
Wonosari Malang.

penelitian Nurhasanah & Hamzah (2017) yang dilakukan di RSUD Soerang


juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh intervensi Bladder Training dengan
metode menunda berkemih (delay urination) terhadap penurunan kejadian
inkontinensia urine

Hal yang sama juga didapatkan dari hasil penelitian Nurhayati (2013) terhadap
26 orang lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Bakti Yuswa Provinsi Lampung
yang dilakukan dalam waktu 7 hari menunjukkan adanya pengaruh Bladder
Training terhadap inkontinensia urine.
Menurut Ford Martin (2002) Bladder Training teknik menunda
berkemih dilakukan 3-12 minggu, selain itu, menurut An
Australian Government Initiative (2016) menyatakan bahwa
kebanyakan Bladder Training teknik menunda berkemih
memakan waktu 3 bulan.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nurhayati, dkk (2013)
yang mengatakan bahwa Bladder Training teknik menunda berkemih yang
dilakukan dalam waktu 7 hari memiliki pengaruh terhadap inkontinensia
urine pada lansia.
SURVEY AWAL

Dari 11 orang lansia

6 inkontinensia 5 tidak inkontinensia

4 orang RW 04 1 orang RW 02
Kampung Gurun Laweh
Berok Kurao 1 orang RW 02
Pagang Surau Gadang

Lansia Merasa malu dan tidak nyaman ketika


sedang berkumpul dengan tetangga sekitarnya
Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Bladder
Training terhadap Inkontinensia Urine
pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang Tahun 2019”.
RUMUSAN MASALAH

“Apakah ada Pengaruh Bladder Training terhadap


Inkontinensia Urine pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2019”.
Untuk mengetahui pengaruh Bladder Training
terhadap Inkontinensia Urine pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang
tahun 2019
mengetahui rata-rata inkontinensia urine
pada lansia sebelum diberikan Bladder
Training

Mengetahui rata-rata inkontinensia urine


pada lansia setelah diberikan Bladder
Training

Mengetahui pengaruh Bladder Training


terhadap Inkontinensia Urine pada Lansia
MANFAAT PENELITIAN

Bagi Institusi Pendidikan

Bagi Institusi Bagi peneliti


Keperawatan selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP LANSIA

Pengertian Lansia

Batasan Lanjut Usia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Penyakit lansia di Indonesia

Masalah sehari-hari yang ditemukan pada lansia


KONSEP INKONTINENSIA URINE

Pengertian Inkontinensia Urine

Etiologi inkontinensia Urine

Tipe & Manifestasi Klinis Inkontinensia Urine

Patofisiologi Inkontinensia Urine

Dampak Inkontinensia Urine

Alat Ukur Inkontinensia Urine

Penatalaksanaan Inkontinensia Urine


KONSEP Bladder Training

Defenisi Bladder Training

Tujuan Bladder Training

Indikasi Bladder Training

Kontra indikasi Bladder Training

Teknik Bladder Training


Kerangka Teori

Etiologi : Dampak :
1. Usia 1. Kerusakan kulit
2. Gangguan 2. Infeksi
Inkontinensia 3. Dekubitus
neurologis
3. 4. Rasa malu
S Ganguan urologi Urine
5. Isolasi
4. Gangguan
psikologis 6. Menarik diri dari
5. Menopause pergaulan sosial
6. Obat-obatan (Kozier, 2010).

Penatalaksanaan : Bladder training


Mafaat Bladder Training :
1. Mengembangkan tonus otot dan sfingter kandung kemih
2. Kontrol urodinamik pada fase pengeluaran urin stabil
3. Mempertahankan interval pengosongan urine selama 3-4 jam
4. Memperpanjang interval berkemih
5. Inkontinensia berkurang
Kerangka
Konsep
Variabel Independen

Latihan Bladder
Training Teknik
Variabel Dependen Menunda Berkemih Variabel Dependen

Inkontinensia urine Inkontinensia urine

sebelum diberikan setelah diberikan

latihan Bladder latihan Bladder

Training teknik Training teknik


menunda berkemih menunda berkemih
Ha = Ada Pengaruh Bladder Training
terhadap Inkontinensia Urin pada Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang
Waktu dan Tempat Penelitian
Jenis & Desain Penelitian

Populasi Sampel
Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi :
Kriteria Ekslusi :
1. Bersedia menjadi responden.
Lansia yang mengalami inkontinensia
urine stres dan atau urgensi
2. Usia 60-74 tahun
3. Lansia mampu secara fisik Lansia yang
4. Lansia mampu secara kognitif
5. Lansia memiliki motivasi untuk mengundurkan
latihan diri sebelum
6. Tidak ada faktor penyakit (tidak ada waktu
riwayat ISK)
7. Tinggal bersama keluarga pelaksanaan
8. Anggota keluarga yang berusia 18-45 bladder
tahun training selesai
9. Anggota keluarga yang kooperatif
10. Setiap hari ada anggota keluarga
yang menemani dirumah (anggota
keluarga yang bisa bekerjasama dengan
peneliti untuk mendukung dan
mengingatkan lansia mengisi catatan
berkemih selama 7 hari)
Kriteria Dropout

Lansia dikatakan dropout apabila


lansia tidak taat mengikuti latihan
bladder training teknik menunda
berkemih sesuai prosedur yang
ditetapkan, atau lansia yang
anggota keluarganya tiba-tiba tidak
berada dirumah atau pergi dalam
waktu lebih dari 24 jam
Teknik
Pengambilan
Sampel :

Pada tanggal 11 Mei 2019 peneliti mendatangai


rumah kader RW 04 Kampung Berok Kelurahan Kurao
Pagang untuk meminta kader membantu peneliti
mendatangi rumah 20 orang lansia untuk mendapatkan
responden penelitian. Peneliti melakukan wawancara
pada masing-masing lansia untuk memastikan lansia
mengalami inkontinensia urine atau tidak dan peneliti
menanyakan responden sudah pernah melakukan
latihan bladder training teknik menunda berkemih atau
belum, selanjutnya peneliti menanyakan anggota
keluarga yang tinggal bersama lansia selama 24 jam,
dan terakhir peneliti menanyakan kesediaan lansia
untuk menjadi responden serta kesediaan anggota
keluarga untuk bekerjasama dengan peneliti dalam
pelaksanaan latihan bladder training teknik
menunda berkemih yang akan lansia lakukan
selama 7 hari berturut-turut.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti
mendapatkan 20 orang lansia yang bersedia
menjadi responden, mengalami inkontinensia
urine, belum pernah melakukan bladder training
tekhnik menunda berkemih, setiap hari ada
anggota keluarga yang menemani dirumah, lansia
yang dapat berkomunikasi dengan baik. Dari 20
orang lansia tersebut 13 orang lansia dijadikan
sebagai sampel untuk pengolahan data dan 7
orang lansia dijadikan sebagai sampel cadangan
untuk mengatasi dropout.
Variabel & Defenisi Operasinal

N Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

o Ukur

Variabel Dependen Pengeluaran urine yang Kuesioner QUID Wawancara Skor 0-24. Rasio

Inkontinensia (Bradley CS, Terpimpin (Bradley CS,


tidak dapat dikontrol
Urine dkk. 2005) dkk. 2005).
yang dialami lansia

ketika batuk, tertawa,

melakukan aktifitas

fisik, atau bahkan

mengompol sebelum

mencapai toilet atau

WC
Instrumen Etika
penelitian Penelitian

menggunakan lembar
kusioner inkontinensia 1. Autonomy
yang berjumlah 6 item 2. Confidentiality
pertanyaan

3. Justice
4. Nonmaleficience &
Beneficience
Teknik Pengumpulan Data

Data Primer :
Data didapatkan langsung dari responden dengan
melakuan wawancara sebelum dan sesudah
melakukan Bladder Training dengan
menggunakan lembar kuesioner inkontinensia
urine.
Langkah-langkah Pengumpulan Data
Persiapan Penelitian :

1. Membuat surat penelitian awal di (ADAK)


2. Mengajukan surat permohonan izin kepada DKK Padang
3. Mengajukan permohonan izin tertulis kepada PKM Nanggalo
4. Melakukan survei awal melalui wawancara pada tanggal 12
November 2018
5. Melakukan Skrining untuk mencari responden di RW 04
Kampung Berok berdasarkan kriteria inklusi yang sudah
ditetapkan oleh peneliti
6. Peneliti mendapatkan 20 orang lansia di RW 04 Kampung
Berok pada tanggal 11 Mei 2019
7. pada tanggal 11 Mei 2019 tersebut peneliti langsung
menjelaskan secara singkat tentang prosedur penelitian,
tujuan penelitian, serta menjelaskan kepada responden bahwa
penelitian ini tidak akan merugikan dan menimbulkan
dampak negatif terhadap lansia.
8. Menjelaskan kepada anggota keluarga
9. Meminta kesediaan lansia dan anggota
keluarga
10. Meminta persetujuan responden
menandatangani informed consent.
11. Untuk mengumpulkan data peneliti dibantu
oleh 2 orang enumerator selama 7 hari
berturut-turut pada tanggal 12-19 Mei 2019
yang sudah dilakukan persamaan persepsi
pada tanggal 11 Mei 2019.
Pre- Test
Peneliti akan :

• Melakukan wawancara terpimpin untuk mengetahui skor inkontinensia

urine pada responden pada tanggal 12 Mei 2019 pada 20 responden.

• Mencatat jumlah skor inkontinensia urine pada lansia

sebelum dilakukan Bladder Training


Intervensi :

1. Menanyakan rata-rata rentang waktu berkemih lansia (masukkan semua,


baik berkemih ditoilet ataupun tidak)
2. Mencatat interval terpendek yang dimiliki lansia
3. Menambahkan 30 menit terhadap interval terpendek tersebut (berikan
contoh)
4. Menyarankan lansia untuk pergi ke toilet setiap 50 menit dari waktu
berkemih terakhir, (teknik distraksi)
5. Dihari ke 2 sampai hari ke 7, peneliti menambahkan 30 menit lagi dari
interval terpendek hari pertama sebelumnya (jika sebelum nya 50 menit,
maka hari selanjutnya lansia harus menahan urine selama 1 jam 20
menit).
6. Memberitahu lansia untuk menambahkan 30 menit terhadap interval
pendek terakhir setiap hari selama 7 hari
7. Memastikan lansia tetap mengikuti jadwal seperti ini selama 7 hari
dengan bantuan keluarga.
Post- Test
Peneliti akan :

• Melakukan wawancara terpimpin untuk mengetahui skor inkontinensia urine


lansia setelah dilakukan bladder training teknik menunda berkemih pada hari
ke-7 yaitu 15 menit setelah intervensi terakhir

• Mencatat jumlah skor inkontinensia urine pada

lansia kembali

• mengucapkan terima kasih kepada responden dan


keluarga atas kesediaan waktu dan kerjasamanya.
Editing Entry (Memasukkan
(Pemeriksaan Data)
Data)

Tabulating (Tabulasi
Data)

Cleaning
(Pembersihan
Data) 35
Analisa Data

Analisa Univariat analisa data dilakukan untuk


mendapatkan rata-rata variabel yang
diteliti yaitu skor inkontinensia urine
sebelum dilakukan bladder training
tekhnik menunda berkemih dengan
nilai rata-rata 14,76, standar deviasi
3,56, nilai maximum 21,00, dan nilai
minimum 9,00. Skor inkontinensia
urine sesudah dilakukan bladder
training tekhnik menunda berkemih
dengan nilai rata-rata 13,07, standar
deviasi 2,69, nilai maximum 18,00,
nilai minimum 9,00.
 Analisa Bivariat

karena data berdistribusi normal maka dilakukan uji paired samples


t-test dengan membandingkan pretest dan posttest. Setelah dilakukan
uji paired samples t-test didapatkan nilai p value = 0,000 dengan
demikian nilai p< 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
rata-rata skor inkontinensia urine yang bermakna sebelum dan
sesudah dilakukan bladder training teknik menunda berkemih dalam
7 hari berturut-turut, artinya ada pengaruh bladder training teknik
menunda berkemih terhadap inkontinensia urine pada lansia di RW
04 Kampung Berok Kelurahan Kurao Pagang Kecamatan Nanggalo
Kota Padang.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Analisa
Univariat

Tabel 5.1
Rata-rata skor inkontinensia Urine Sebelum Intervensi Bladder Training Teknik Menunda
Berkemih pada Lansia, Mei 2019

Variabel
n Mean Max Min SD
Skor
13 14,76 21,0 9,0 3,56
inkontinensia
(Pretest)
Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor
inkontinensia urine sebelum dilakukan bladder training teknik menunda
berkemih pada lansia adalah 14,76 dengan standar deviasi 3,56.
Tabel 5.2
Rata-rata skor inkontinensia Urine Sesudah Intervensi Bladder Training
Teknik Menunda Berkemih pada Lansia, Mei 2019

Variabel n Mean Max Min SD

Skor 13 13,07 18,0 9,0 2,69

inkontinensia

(Posttest)

Berdasarkan tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa


rata-rata skor inkontinensia urine sesudah dilakukan
bladder training teknik menunda berkemih pada
lansia adalah 13,07 dengan standar deviasi 2,69.
Analisa Bivariat

Uji Normalitas Data Skor Inkontinensia Urine (Pre-Post) Bladder


Training Teknik Menunda Berkemih

Berdasarkan uji normalitas data yang sudah peneliti lakukan


menunjukkan bahwa rata-rata skor inkontinensia urine sebelum
bladder training teknik menunda berkemih (pre-test) didapatkan
nilai p-value 0,505 dan rata-rata skor inkontinensia urine sesudah
bladder training teknik menunda berkemih(post-test)didapatkan
nilai p-value 0,777 (p-value>0,05), hal ini menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal maka uji yang peneliti gunakan untuk
membandingkan pretest dan posttestyaitu uji Paired-Samples t-
Test.
Tabel 5.3
Perbedaan Rata-rata Skor Inkontinensia Urine Sebelum dan
Sesudah Intervensi Bladder Training Teknik Menunda Berkemih
pada Lansia di RW 04 Kampung Berok, Mei 2019

Variabel N Mean SD Selisih nilai p-value


mean
Skor 1,69
Inkontinensia
Pretest 13 14,76 3,56 0,000
Posttest 13 13,07 2,69

Berdasarkan tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa


terdapat perbedaan rata-rata skor inkontinensia urine
sebelum dan sesudah dilakukan bladder training teknik
menunda berkemih dengan selisih skor sebelum dan
sesudah intervensi yaitu 1,69 poin dengan p-value
0,000. Terlihat bahwa p-value< 0,05.
BAB VI
PEMBAHASAN

Analisa
Univariat
Skor Inkontinensia Urine Sebelum Dilakukan Bladder Training
Teknik Menunda Berkemih Pada Lansia Di RW 04 Kampung Berok
Kelurahan Kurao Pagang Kecamatan Nanggalo Kota Padang

Hasil Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada lansia dengan


Penelitian inkontinensia urine sebelum dilakukan bladder training teknik
menunda berkemih didapatkan nilai rata-rata skor
inkontinensia urine adalah 14,76 dengan standar deviasi 3,56.
(Skor cenderung tinggi)

Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Milwati, dkk (2017)


lain tentang pengaruh bladder trainingteknik menunda
berkemih terhadap inkontinensia urin pada lanjut
usia didapatkan hasil rata-rata skor perkembagan
inkontinensia urine sebelum diberikan bladder
training teknik menunda berkemih yaitu 1,0769
dengan standar deviasi 0,62757.
Teori Menurut Setiati (2008) setiap individu memiliki
skor inkontinensia yang bervariasi sepanjang
kehidupan serta skor pemulihan inkontinensia
yang berbeda. Inkontinensia dapat dialami oleh
setiap individu pada usia berapapun, akan tetapi
kondisi ini lebih umum dialami oleh lansia karena
dengan bertambahnya usia maka fungsi kandung
kemih menjadi kurang efisien, otot sfingter
kandung kemih menjadi lemah, serta kapasitas
kandung kemih juga berkurang.
Hal ini dikarenakan adanya faktor
pemicu terjadinya inkontinensia urine yaitu
adanya pengaruh usia, hormon, riwayat
persalinan, dan obesitas yang mengakibatkan
Analisa pengeluaran urine yang tidak terkontrol.
Peneliti Adapun pengaruh usia terhadap timbulnya
inkontinensia urine adalah terjadinya
perubahan struktur kandung kemih dan otot
dasar panggul akibat dari proses degeneratif.
Selain itu, menurut peneliti wanita lansia
lebih sering terjadi inkontinensia urine karena
wanita lansia mengalami menoupause
sehingga terjadi penurunan kadar hormon
estrogen yang mengakibatkan tonus otot
vagina dan otot kandung kemih menurun
Skor Inkontinensia Urine Sesudah Intervensi Bladder Training Teknik
Menunda Berkemih Pada Lansia Di RW 04 Kampung Berok Kelurahan Kurao
Pagang Kecamatan Nanggalo Kota Padang
Hasil rata-rata skor inkontinensia urine lansia : 13,07
Penelitian dengan standar deviasi 2,69, artinya rata-rata
skor inkontinensia urine lansia mengalami
penurunan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari


Penelitian (2012) menunjukkan rata-rata frekuensi
lain
berkemih sebelum dan sesudah bladder training
teknik menunda berkemih 8,25 kali menjadi 4,92
kali. Angka tersebut menunjukkan bahwa
terjadi penurunan rata-rata frekuensi berkemih
lansia dengan inkontinensia urine setelah
dilakukan bladder training teknik menunda
berkemih.
Menurut Guyton & Hall (2011) bladder
training teknik menunda berkemih dapat
Teori menimbulkan rangsangan melalui serat otot
polos kandung kemih untuk memproduksi
acetilcholin sehingga terjadi regangan dan
peningkatan tonus otot kandung kemih.
Mekanisme otot polos kandung kemih ini
juga meningkatkan metabolisme pada
mitokondria untuk meningkatkan ATP yang
dimanfaatkan untuk kontraksi dan
peningkatan tonus otot kandung kemih yang
dapat mengakibatkan penurunan
inkontinensia urine.
Menurut analisa peneliti sesudah
dilakukan bladder training teknik menunda
berkemih selama 7 hari berturut-turut dapat
Analisa menurunkan skor inkontinensia urine pada lansia
Hal ini disebabkan karena terjadinya
Peneliti regangan pada otot kandung kemih selama
responden menahan sensasi berkemih,
selanjutnya otot kandung kemih menahan
regangan. Regangan pada muskulus detrusor ini
mengakibatkan peningkatan kapasitas fungsional
kandung kemih yang akhirnya akan terjadi
peningkatan pengendalian kontraksi serta
peningkatan pengendalian kemih oleh tonus otot
kandung kemih.
Analisa
Bivariat
Pengaruh Bladder Training Teknik Menunda Berkemih Terhadap
Inkontinensia Urine pada Lansia di RW 04 Kampung Berok Kelurahan Kurao
Pagang Kecamatan Nanggalo Kota Padang, Mei 2019

Hasil Rata-rata skor inkontinensia urine sebelum


Penelitian intervensi : 14,76 dengan standar deviasi 3,56 dan
sesudah intervensi menjadi 13,07 dengan standar
deviasi 2,69.
Skor tertinggi sebelum dan sesudah bladder
training teknik menunda berkemih dari 21 menjadi
18, ini artinya terjadi penurunan skor inkontinensia
urine pada lansia sebelum dan sesudah intervensi
bladder training teknik menunda berkemih.
Hasil uji statistik paired samples t-test didapatkan
nilai p-value sebesar 0,000 (p<0,05)
Penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian Pamungkas, dkk (2013) yang berjudul
Lain pengaruh latihan kandung kemih terhadap
interval berkemih wanita lanjut usia
dengan inkontinensia urin di UPTD PSLU
Tresna Werda Bakti Yuswa Provinsi
Lampung ditemukan adanya perbedaan
interval berkemih lansia dengan
inkontinensia urine sebelum dan sesudah
dilakukan bladder training teknik
menunda berkemih.
Stanley & Mickey (2007) yang menyatakan
bahwa bladder training teknik menunda berkemih efektif
Teori dan bermanfaat untuk inkontinensia urine urgensi dan atau
stres karena bladder training teknik menunda berkemih
dapat meningkatkan kapasitas fungsional kandung kemih
serta meningkatkan tonus otot kandung kemih melalui
latihan menunda berkemih selama 30 menit dari jarak
berkemih terpendek sebelumnya.
Bladder training teknik menunda berkemih ini
dapat menimbulkan regangan pada otot kandung kemih
selama lansia menahan sensasi berkemih, selanjutnya otot
kandung kemih menahan regangan. Regangan pada
muskulus detrusor ini mengakibatkan peningkatan
kapasitas fungsional kandung kemih yang akhirnya akan
terjadi peningkatan pengendalian kontraksi serta
peningkatan pengendalian kemih oleh tonus otot kandung
kemih.
Menurut analisa peneliti hal ini
dikarenakan latihan terapi perilaku (behavioral
therapy) berupa bladder training teknik
Analisa menunda berkemih ini menimbulkan suatu
Peneliti bentuk kebiasaan perilaku menahan berkemih
pada lansia yang mengalami inkontinensia urine
sehingga menimbulkan rangsangan pada otot
polos kandung kemih untuk memproduksi
acetilcholin yang dapat meningkatkan tonus otot
kandung kemih, meningkatkan kapasitas
fungsional kandung kemih, mampu menahan
kontraksi dan sensasi berkemih sesuai dengan
waktu yang sudah ditetapkan, serta latihan ini
mampu meningkatkan kekuatan detrusor
kandung kemih atau sfingter kandung kemih.
BAB VII
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Rata-rata skor inkontinensia urine sebelum intervensi adalah
14,76
2. Rata-rata skor inkontinensia urine sesudah intervensi adalah
13,07
3. Adanya pengaruh bladder training teknik menunda berkemih
terhadap inkontinensia urine pada lansia di RW 04 Kampung
Berok Kelurahan Kurao Pagang Kecamatan Nanggalo Kota
Padang Tahun 2019 dengan nilai p-value=0,000 (p<0,05)
SARAN

Bagi Institusi Bagi Institusi


Pendidikan Keperawatan

Bagi peneliti
selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai