Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN EVIDANCE BASED PRACTICE (EBP)

KEBUTUHAN DASAR ELIMINASI

UNIVERSITAS FALETEHAN

KEBUTUHAN DASAR ELIMINASI DENGAN INKONTINESIA URINE

PADA LANJUT USIA (LANSIA)

NAMA : AYU RAHMADENTY


NIM : 5022031022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Lanjut usia merupakan siklus kehidupan yang akan dijalani oleh setiap manusia. Salah
satu sistem yang rentan mengalami penurunan fungsi yaitu masalah perkemihan.
Adanya gangguan masalah perkemihan akan memberikan dampak yang cukup berat
(Ackley & Makic, 2017).

Inkontenensia urin merupakan ketidakmampuan seseorang untuk menahan keluarnya


urin. Keadaaan ini dapat menimbulkan permasalahan, diantaranya : masalah medik,
sosial dan ekonomi. Prevalensi kelainan ini cukup tinggi, yakni terjadi pada wanita
kurang lebih sekitar 10-40% dan 4-8% sudah dalam keadaan cukup parah pada saat
danting berobat. Sedangkan pada pria prevalansi lebih rendah kurang lebih separuhnya
dari prevalansi wanita, survey yang dilakukan diberbagai negara asia didapatkan data
relata prevalansi adalah 12,2% , terjadi pada wanita 14,8% dan pada pria 6,8%.
(Purnomo Basuki, 2014).

Inkontenensia urin berarti pengeluaran urin secara spontan, keadaan ini dijumpai pada
manula. Di Indonesia angka kejadian inkontenensia belum diketahui, namun di
Amerika lebih dari 12 juta orang dapat mengalaminya dan dapat di alami pada semua
usia oleh pria dan wanita dari semua status sosial. Sekitar 15-30% induvidu yang
mengalami inkontenensia diperkirakan berusia leboh dari 60 tahun. (Azwar Agoes,
2019).

Menurut WHO 200 Juta penduduk dunia mengalami inkontensensia urin, salah
satunya di Amerika Serikat terdapat 13 Juta penderita inkontenensia urin (WHO,
2015). Sedangkan di Indonesia sekitar 5,8% penduduk Indonesia menderita
inkontenensia urine dengan hasil survey yang dilakukan di Rumah Sakit menunjukan
penderita di Indonesia mencapai 4,7% atau sekitar 5-7 juta penduduk dan 60%
diantaranya adalah lansia (Survey SDKI, 2014).

Perubahan sistem perkemihan pada lansia terjadi pada ginjal, ginjal mengalami
pengecilan dan nefron menjadi atrofi. Aliran ginjal menurun hingga 50% dan fungsi
tubulus berkurang mengakibatkan BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat hingga
21mg%, berat jenis urine menurun, serta nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat. Pada kandung kemih otot-otot melemah sehingga kapasitas menurun
hingga 200 ml yang menyebabkan frekuensi berkemih meningkat (Rosidawati dkk,
2011). Terjadinya kelemahan pada otot dasar panggul inilah yang mengakibatkan
terjadinya inkontenensia urin yaitu buang air kecil yang lebih dari 8 kali sehari.

Salah satu cara untuk menangani inkontenensia urine pada lansia ada 3 macam metode
yaitu dengan latihan menahan kemih sehingga lansia mampu menahan keinginan
berkemih sampai waktu yang ditentukan. Metode yang dilakukan pertama yaitu
promitted voiding yaitu untuk membiasakan lansia berkemih sesuai kebiasaanya, dan
satu lagi metode yang bisa dilakukan dengan cara kegel exercise untuk
mengencangkan otot-otot dasar panggul dan mengembalikan fungsi kandung kemih
sepenuhnya (Aspiani, 2014).

Senam kegel merupakan senam untuk menguatkan otot panggul dengan tujuan untuk
memperkuat otot-otot dasar panggul sehingga seseorang dapat otot saluran kemih.
Senam kegel juga dapat menyembuhkan ketidakmampuan menahan kencing dan dapat
mengencangkan serta memuhlikan otot di daerah alat genital dan anus. (Yuliana,
2011). Aktivitas senam kegel ini dikemukan oleh Arnold kegel dengan melaporkan
perbaikan/ kesembuhan yang terjadi sebanyak 84% dengan latihan otot dasar panggul
selama 4-6 minggu dengan teratur, akan terasa berkurangnya kebocoran urin. Semua
latihan diatas akan memberikan kontrol yang baik terhadap kandug kemih (Darmojo,
2011).

Latihan otot dasar penggul dilakukan dengan membayangkan seolah-olah anda sedang
miksi tetapi kemudian otot panggul di kencangkan untuk menutup sfingter kandung
dan sfingter ani. Hal tersebut ditahan selama 3 detik dan langkah-langkah tersebut di
ulangi beberapa kali. Latihan ini efektif untuk inkontenensia urin, urgensi atau
campuran. Petunjuk dan arahan yang jelas juga diperlukan karena bila pelatihan
dilakukan secara tidak tepat, inkontenensia dapat bertambah parah (Azwar Agoes,
2019).

Berdasarkan survey yang dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia diperoleh
data jumlah lansia tedapat 176 orang dengan hasil observasi jumlah penelitian yang
mengalami inkontenensia urin 21 lansia dengan hasil wawancara mengatakan penyakit
inkotenensia urin (mengompol). Persediaan pempers tidak cukup, sehingga lansia
kesulitan menahan BAK dan tidak sesuai pada tempatnya atau belum sampai kamar
mandi suka Buang Air Kecil. Namun lansia yang harus menggunakan pempers pada
penderita inkontenensia urin, mereka mengeluh karena menyebabkan iritasi pada kulit
bagian intimnya. Dari fenomena diatas penulis tertarik untuk meneliti dan memberikan
pemenuhan kebutuhan eliminasi pada inkontenensia urin dengan penerapan senam
kegel.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Menerapkan senam kegel pada perubahan frekuensi pada lansia yang mengalami
inkontenensia urin.
BAB II

TINJAUAN JURNAL

A. Argument Riset 1

Pengaruh latihan kegel exercise terhadap inkontinensia urin usia


pra lansia 45 tahun dalam prolanis (program lansia) di Puskesmas
Massenga

1. Metode dan Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Quasy


Eksperimen (one grup pretest post test) dengan teknik pengambilan
sampel sebanyak 14 responden sampling berupa Teknik Total Sampling
dan Variabel yang digunakan yaitu Latihan kegel exersice dan
inkontenensia urin. Intrumen menggunakan lembar balik dan Analisis
yang digunakan yaitu Uji Statistik Mc. Nemar.

2. Hasil Penelitian

1. Inkontinensia urine pada usia pra lansia 45 tahun sebelum


latihan kegel exercise sebanyak 10 responden (71,4%) yang mengalami
involunter.

2. Inkontinensia urine pada usia pra lansia 45 tahun sesudah latihan


kegel exercise sebanyak 2 responden (14,3%) yang mengalami
volunteer.

3. Terdapat pengaruh latihan kegel exercise terhadap


inkontinensia urine pada usia pra lansia 45 tahun dalam Prolanis
(Program Lansia) Puskesmas Massenga Kab. Polman dengan tingkat
signifikan p =0,021.

B. Argumen Riset 2

Pengaruh Latihan Kegel pada pasien lansia terhadap inkontenensia


urin pada Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial

1. Metode dan Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Pre


Eksperimental (one grup pre post test) dengan teknik pengambilan
sampel sebanyak 10 responden dengan sampling berupa Teknik Total
Sampling dan Variabel yang digunakan yaitu Latihan kegel exersice dan
inkontenensia urin. Intrumen menggunakan kuesioner ICIQ-UI SF dan
Analisis yang digunakan yaitu Uji Statistik Wilcoxon dengan taraf
signifikan α=0,05.

2. Hasil Penelitian

1. Hasil penelitian dari 10 responden didapatkan bahwa sebagian besar


mengalami inkontenensia urin sedang, sebelum latihan kegel sebanyak 7
responden (70%).

2. Hasil penelitian dari 10 responden didapatkan bahwa hampir semua


mengalami inkontenensia urin ringan setelah melakukan kegel sebanyak 8
responden (80%).

3. Hasil uji Wilcoxson diperoleh p =0,008, α ≤ 0,05, maka dapat


disimpulkan bahwa ada pengaruh senam kegel pada pasien lanjut usia
dengan inkontenensia urin.

C. Argumen Riset 3

Pengaruh Latihan Kegel terhadap frekuensi inkontenensia urin pada


lansia di Unit Rehabilitas Sosial Margo

1. Metode dan Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desain Quasy


Eksperimental (one grup pretest and post test) dengan teknik
pengambilan sampel sebanyak 27 responden sampling berupa Teknik
Purposive Sampling dan Variabel yang digunakan yaitu Latihan kegel
exersice dan inkontenensia urin. Intrumen menggunakan lembar
obsevasi dan Analisis Statistik yang digunakan yaitu Rumus Uji T (t-
dependent atau t-paried test).

2. Hasil Penelitian

1. Frekuensi inkontenensia urin berdasarkan analisis deskripsi frekuensi


inkontenensia urin sebelum dilakukan latihan kegel untuk masing-
masing kelompok secara berurutan 10.03, 9.29 dan 9.24 kali.

2. Pengaruh latihan kegel terhadap frekuensi inkontenensia urin. Hasil


distribusi frekuensi setelah dilakukan kegel diperoleh bahwa frekuensi
inkontenensia urin pada masing-masing kelompok mengalami penurunan
sebesar 13,22% pada kelompok I dan 17,89% pada kelompok II serta
26,33% pada kelompok III.
3. Hasil Analisa data t-test menunjukkan nilai t hitung sebesar 21,92
dengan signifikansi 0.000 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
latihan kegel yang diberikan dua kali sehari berpengaruh terhadap
penurunan inkontenensia urin pada responden. Signifikasi penurunan
rata-rata frekuensi inkontenensia urin dengan latihan kegel yang
diberikan sebanyak tiga kali sehari berpengaruh dengan nilai t hitung
sebesar 11,418 dengan signifikasi 0.00, begitu juga pada latihan kegel
yang diberikan dalam empat kali sehari berpengaruh terhadap
penurunan rata-rata inkontenensia urin dengan nilai t hitung sebesar
15,307 dengan signifikan 0.000.
BAB III

KESIMPULAN

KESIMPULAN

Berdasarkan perubahan frekuensi inkontenensia urin dengan pemberian latihan kegel


pada lansia dari jurnal yang sudah ditelaah menuliskan bahwa adanya perubahan
frekuensi inkontenensia urin sebelum dan sesudah dilakukan latihan kegel pada lansia.
Dengan hasil yang didapat yang mengalami inkontenensia urin setelah dilakukannya
latihan kegel secara rutin frekensi Buang Air Kecil menjadi 5 kali sehari.
DAFTAR REFENSI

Aspiani, R.Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.


Jakarta: Trans Info Media
Dewi Karjoyo, Julianti dkk. 2017. Pengaruh Senam Kegel Terhadap
Frekuensi Inkontinensia Urine Pada Lanjut Usia di Wilayah Kerja
Puskesmas Tumpaan Minahasa Selatan. E-journal Keperawatan (e-
Kp) Volume 5 Nomor 1.

Hartinah Dewi, Yulisetyaningrum. 2016. Kegel Exercise Terhadap


Penurunan Inkontinensia Urine Pada Lansia di Desa Undaan Lor
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. JIKK: VOL. 7 . No. 2.

Insani Uswatun, dkk. 2018. Efektivitas Latihan Kegel dalam Penurunan


Kejadian Inkontinensia Urin Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial
Lansia Purbo Yuwono Klampok Brebes. Jurnal Ilmu Keperawatan
Medial Bedah.

Purnomo. 2012. Dasar-Dasar Urologi. Ed. 3. Jakarta: Sagung Seto.

Rahmi, dkk. 2016. Gambaran Pengetahuan Lanjut Usia Mengenai Senam


Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi. Jurnal
Pendidikan Keperawatan Indonesia, vol 2.
Rosidawati, dkk. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta : Salemba Medika.
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2014.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Anda mungkin juga menyukai