Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No.

2, Oktober 2013 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
PENGARUH LATIHAN KANDUNG KEMIH (BLADDER
TRAINING) TERHADAP INTERVAL BERKEMIH WANITA
LANJUT USIA (LANSIA) DENGAN INKONTINENSIA URIN
M. Reza Pamungkas*, Nurhayati **, Musiana**

Inkontinensia urin ialah kehilangan kontrol berkemih yang bersifat sementara atau menetap (Potter dan Perry,
2006). Salah satu penatalaksananaan keperawatan klien dengan inkontinensia urin adalah bladder training.
Bladder Training adalah latihan kandung kemih yang bertujuan untuk mengembangkan tonus otot dan sfingter
kandung kemih agar berfungsi optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan kandung
kemih (bladder training) terhadap interval berkemih pada lansia yang mengalami inkontinensia urin di UPTD
PSLU Tresna Werdha Bakti Yuswa Provinsi Lampung. Penelitian menggunakan desain quasi eksperimen pada
26 lansia penderita inkontinensia urin. Teknik pengambilan sampel dengan cara accidental sampling. Hasil
penelitian didapat rata-rata interval berkemih lansia sebelum latihan kandung kemih adalah 2,3154 jam dengan
SD = 0,82580 sedangkan rata-rata interval berkemih lansia setelah latihan kandung kemih yaitu 2,4615 jam
dengan SD = 0,83992. Hasil uji statistic didapat nilai P-value 0,000. Hal ini berarti ada perbedaan rata – rata
interval berkemih pada lansia sebelum dan setelah latihan kandung kemih. Saran bagi institusi agar dapat
melanjutkan terapi komplementer ini dengan pengawasan intensif pengasuh wisma sehingga lansia dapat
memiliki kemampuan lebih lama dalam menahan urin

Kata Kunci: inkontinensia urine, latihan kandung kemih

LATAR BELAKANG rendah karena pandangan orang Asia


bahwa inkontinensia urin merupakan hal
Inkontinensia urin ialah kehilangan yang memalukan dan dianggap tabu oleh
kontrol berkemih yang bersifat sementara beberapa orang sehingga tidak dikeluhkan
atau menetap (Potter Dan Perry, 2006). pada dokter. Survei inkontinensia urin
Inkontinensia urin bukan merupakan yang dilakukan oleh Departemen Urologi
penyakit, tetapi keluhan yang mempunyai FK Unair-RSU Dr. Soetomo tahun 2008
dampak medik, psikososial dan ekonomi terhadap 793 penderita, prevalensi
serta dapat menurunkan kualitas hidup. inkontinensia urin pada pria 3,02%
Dampak negatif dari inkontinensia urin sedangkan pada wanita 6,79%. Di sini
adalah dijauhi orang lain karena berbau menunjukkan bahwa prevalensi
pesing, minder, tidak percaya diri, timbul inkontinensia urin pada wanita lebih tinggi
infeksi di daerah kemaluan, tidak nyaman dibanding pria. Prevalensi inkontinensia
dalam beraktifitas termasuk dalam urin cenderung meningkat seiring
hubungan seksual yang akhirnya dapat meningkatnya usia (Soetojo, 2009 dikutip
menurunkan kualitas hidup (Soetojo,2009). dalam Galuh, 2012), usia 5-12 tahun
Prevalensi inkontinensia urin pada 0,13%, sedangkan pada usia 70-80 tahun
wanita di dunia berkisar antara 10 - 58%, 1,64% dan inkontinensia urin pada wanita
sedang di Eropa dan Amerika berkisar lansia 35-45%.
antara 29,4%. Menurut Asia Pacific Secara umum, dengan bertambahnya
Continence Advisor Board (APCAB) tahun usia, kapasitas kandung kemih menurun.
1998 menetapkan prevalensi inkontinensia Sisa urin dalam kandung kemih cenderung
urin di Asia 14,6% pada wanita dan 6,8% meningkat dan kontraksi otot kandung
pada pria, sedangkan di Indonesia kemih yang tidak teratur semakin sering
5,8%. Secara umum, prevalensi terjadi. Keadaan ini sering membuat lansia
inkontinensia urin pada pria hanya separuh mengalami gangguan pemenuhan
dari wanita, prevalensi di Asia relatif kebutuhan eliminasi urin yaitu

[214]
Inkontinensia urin (Darmojo dan Martono penderita inkontinensia urin sebelum dan
dikutip dalam Nursalam 2009). sesudah bladder training.
Perubahan yang tercatat pada Populasi penelitian adalah lansia
kandung kemih yang mengalami penuaan yang ada di UPTD PSLU Tresna Werdha
yaitu berkurangnya kapasitas kandung Bakti Yuswa Provinsi Lampung sebanyak
kemih, berkurangnya kemampuan kandung 102. Sampel pada penelitian ini adalah
kemih dan uretra, berkurangnya tekanan semua lansia wanita yang memenuhi
penutupan uretra maksimal, meningkatnya kriteria (inkontinensia urin, bersedia
voluma urin sisa pasca berkemih, dan menjadi responden, usia lebih dari atau
berubahnya ritme produksi urin di malam sama dengan 60 tahun, dapat melihat dan
hari. membaca angka dan tidak mengalami
Salah satu cara non farmakologis dimensia). Sampel diambil dengan teknik
untuk menangani inkontinensia urin pada non random sampling yaitu menggunakan
lansia adalah dengan latihan kandung accidental sampling diperoleh responden
kemih (Bladder Training). Bladder training sebanyak 26 lansia. Pengumpulan data
adalah latihan kandung kemih yang dilakukan pada tanggal 8-16 Juli 2013
bertujuan untuk mengembangkan tonus menggunakan lembar observasi. Teknik
otot dan spingter kandung kemih agar pengumpulan data dilakukan dengan
berfungsi optimal, terdapat 3 macam langkah-langkah sebagai berikut:
metode bladder training, yaitu kegel a. Pertama, peneliti membuat catatan
exercise, delay urination, dan scheduled harian selama 2 hari yaitu mencatat
bathroom trips. Kegel exercise adalah waktu berkemih lansia, baik saat
latihan pengencangan atau penguatan otot- berkemih di toilet atau tidak.
otot dasar panggul, delay urination adalah b. Lihat catatan harian lansia dan
menunda berkemih sedangkan scheduled temukan interval terpendek yang telah
bathroom trips yaitu menjadwalkan dicatat pada waktu-waktu tersebut.
berkemih (Suharyanto dan Madjid, 2009). c. Tambahkan 30 menit terhadap interval
Hasil studi pendahuluan yang tersebut. Sebagai contoh jika interval
dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha berkemih terpendek adalah 20 menit
Provinsi Lampung data statistik mengenai kemudian tambah 30 menit sehingga
inkontinensia urin pada lansia belum menjadi 50 menit.
diketahui, namun dari hasil wawancara d. Untuk berikutnya jadwalkan lansia
dengan petugas panti diketahui banyak untuk berkemih setiap 50 menit,
lansia yang mengalami inkontinensia urin apabila harus berkemih segera dicoba
(beser), ditandai dengan bau pesing yang untuk menahan berkemih.
tercium dari kamar lansia dan kain lansia e. Setelah satu minggu bladder training,
yang basah karena terkena urin. Tujuan peneliti membuat catatan kembali
penelitian ini adalah diketahuinya waktu berkemih lansia.
pengaruh latihan kandung kemih (bladder Pengolahan data dilakukan dengan
training) terhadap interval berkemih lansia menggunakan bantuan komputer, dan
inkontinensia urin di UPTD PSLU Tresna dianalisis secara univariat untuk melihat
Werdha Bakti Yuswa Provinsi Lampung interval berkemih lansia sebelum dan
Tahun 2013 sesudah bladder training, sedangkan untuk
melihat pengaruh bladder training
METODE terhadap interval berkemih lansia uji
statistik yang digunakan adalah uji T
Penelitian ini menggunakan dependen atau berpasangan. Dalam
rancangan desain pra eksperimen dengan penelitian ini digunakan tingkat
metode pengambilan data Pre and Post kemaknaan 0.05 dan CI 95 %, jika p value
Test One Group, yaitu desain penelitian ≤ 0,05 maka Ha diterima, artinya bladder
yang dilakukan untuk mengetahui training berpengaruh terhadap interval
bagaimana interval berkemih lansia berkemih lansia inkontinensia urin.

[215]
Sebaliknya jika p value > 0,05 maka Ha 1 jam dan interval berkemih sesudah
ditolak, artinya bladder training tidak bladder training terpanjang adalah 3,50
berpengaruh terhadap interval berkemih jam.
lansia inkontinensia urin.
Tabel 3: Distribusi Selisih Rata-Rata
HASIL Interval Ber Kemih Pada Lansia
Inkontinensia Urine Sebelum Dan
Sesudah Bladder Training
Analisis Univariat
Mean SD Median Min-Mak
Karakteristik responden berdasarkan 0,148 0,150 0,108 0-0,40
usia didapatkan rata – rata responden
berusia 76 tahun dengan median 75 dan Dari tabel di atas rata-rata interval
standar deviasi 11,775. Usia minimum berkemih lansia inkontinensia urin
responden adalah 60 tahun dan maximum sebelum bladder training adalah 2,315 jam
adalah 110 tahun. Berdasarkan distribusi dan rata-rata interval berkemih lansia
frekuensi dapat dilihat bahwa mayoritas inkontinensia urin setelah bladder training
responden berada pada kelompok usia old adalah 2,461 jam, maka didapatkan selisih
yaitu sebanyak 17 responden (65,4%), rata-rata interval adalah 0,146 jam atau
berikutnya eldery sebanyak 7 responden setara dengan 8,76 menit dengan standar
(26,9%), very old sebanyak 2 responden deviasi 0,15 jam.
(7,7%).
Analisis Bivariat
Tabel 1: Distribusi Rata-Rata Interval
Berkemih Sebelum Bladder Tabel 4: Distribusi Analisis Uji T
Training Pada Lansia Dependen Interval Berkemih
Inkontinensia Urine Pada Lansia Inkontinensia Urine
Sebelum Dan Sesudah Bladder
Mean SD Median Min-Mak Training
2,315 2,300 0,825 1-3,30
Interval
Dari tabel di atas rata-rata interval berkemih Mean n SD p Value
berkemih lansia inkontinensia urine
sebelum bladder training adalah 2,315 jam Sebelum 2.315 26 0.825 0.000
dengan median 0,825 jam standar deviasi Sesudah 2.461 26 0.839
2,3 jam. Interval berkemih terpendek
adalah 1 jam dan interval berkemih Hasil analisis statistik dengan
terpanjang 3,25 jam menggunakan uji T dependen diperoleh
nilai p value 0,000. Nilai p value ini lebih
Tabel 2: Distribusi Rata-Rata Interval kecil dari nilai  (0,05) sehingga Ha
Berkemih Sesudah Bladder diterima, artinya bladder training
Training Pada Lansia berpengaruh terhadap interval berkemih
Inkontinensia Urine lansia inkontinensia urin.
Mean SD Median Min-Mak PEMBAHASAN
2,461 2,425 0,839 1-3,50
Interval berkemih sebelum bladder
Dari tabel di atas rata-rata interval training
berkemih lansia inkontinensia urine
sesudah bladder training adalah 2,461 jam Interval berkemih pada lansia dengan
dengan median 0,839 jam dan standar inkontinensia urin sebelum bladder
deviasi 2,425 jam. Interval berkemih training interval terpendek adalah 1 jam
terpendek sesudah bladder training adalah dan interval yang terpanjang adalah 3 jam

[216]
25 menit dan rata-rata interval berkemih hingga 200 ml yang menyebabkan
adalah 2 jam 23 menit. frekuensi berkemih meningkat dimana
Pada penelitian ini responden yang interval berkemih yaitu 3- 4 jam. Pada
diambil adalah wanita, hal ini dikarenakan penelitian ini responden mengalami
kebanyakan inkontinensia urin terjadi pada inkontinensia urin yaitu ketidakmampuan
lansia wanita. Beberapa faktor yang menahan urin dimana rata-rata responden
menyebabkan terjadinya inkontinensia urin hanya mampu menahan urin selama sekitar
pada lansia wanita adalah penurunan 2 jam.
produksi estrogen yang disebabkan karena
atropi jaringan uretra dan efek melahirkan Interval berkemih sesudah bladder
yang mengakibatkan penurunan kekuatan training
otot-otot dasar panggul (Nety dan Sari,
2006). Pada penelitian ini responden Interval berkemih lansia
mengalami inkontinensia urin disebabkan inkontinensia urin setelah bladder training
karena faktor usia yaitu rata-rata responden didapatkan interval terpendek adalah 1 jam
berusia 75 tahun dimana secara alami telah dan interval yang terpanjang adalah 3 jam
terjadi atropi pada jaringan uretra namun 50 menit dan rata-rata interval berkemih
dalam penelitian ini tidak diketahui adalah 2 jam 46 menit. Terdapat kenaikan
bagaimana riwayat persalinan dari rata-rata interval berkemih lansia setelah
responden yang dapat berpengaruh pada dilakukan bladder training selama 7 hari.
kemampuan otot dasar panggulnya. Terdapat 3 macam metode bladder
Secara alami pengosongan kandung training yaitu kegel exercise, delay
kemih merupakan proses fisiologis yang urination, dan scheduled bathroom trips.
berlangsung di bawah kontrol dan Metode bladder training yang dilakukan
koordinasi sistem saraf pusat serta sistem pada penelitian ini adalah dengan delay
saraf tepi di daerah sakrum (Wolf dalam urination (menunda berkemih) dan
Nursalam,2009). Sensasi pertama ingin scheduled bathroom trips yaitu
berkemih biasanya timbul pada saat menjadwalkan berkemih. Latihan ini
volume kandung kemih mencapai 150-300 bertujuan untuk mengembalikan pola
ml. Kapasitas kandung kemih normal normal berkemih dengan menghambat atau
bervariasi antar 300-600 ml. Umumnya, menstimulasi pengeluaran air kemih
kandung kemih dapat menampung sekitar dimana terdapat tujuan yang lebih spesifik
500 ml tanpa terjadi kebocoran, bila proses dari bladder training yaitu
berkemih terjadi, otot-otot detrusor mengembangkan tonus otot kandung
kandung kemih berkontraksi diikuti kemih, melatih kandung kemih untuk
relaksasi dari sfingter dan uretra. (Darmojo mengeluarkan urin secara periodik serta
dalam Nursalam, 2009). membantu klien dengan inkontinensia urin
Frekuensi berkemih tergantung mendapatkan pola berkemih normal
dari jumlah urin yang dihasilkan. Lebih (Suharyanto dan Madjid, 2009).
banyak urin yang dihasilkan, lebih sering Responden dalam penelitian ini
berkemih, frekuensi berkemih secara diminta untuk menahan kemih selama 30
normal adalah setiap 6-8 jam. Perubahan menit dari interval terpendeknya dan
pada sistem perkemihan lansia terjadi pada berkemih sesuai jadwal yang dibuat.
ginjal, di mana ginjal mengalami Interval berkemih terpanjang yang dapat
pengecilan dan nefron menjadi atrofi. dicapai oleh lansia sesudah bladder
Aliran ginjal menurun hingga 50%, fungsi training adalah 3,50 jam artinya lansia
tubulus berkurang mengakibatkan Blood sudah dapat mencapai interval berkemih
Urea Nitrogen (BUN) meningkat hingga yang sesuai dengan usianya yaitu 3-4 jam.
21%, berat jenis urin menurun, serta nilai Pada penelitian ini tidak dilakukan
ambang ginjal terhadap glukosa latihan kegel dikarenakan alasan privacy
meningkat. Pada kandung kemih, otot-otot dan kesulitan dalam melakukan observasi
melemah, sehingga kapasitasnya menurun untuk menilai apakah latihan kegel sudah
dilakukan dengan benar atau belum karena
[217]
latihan ini merupakan latihan Responden dalam penelitian ini diminta
mengkontraksikan otot- otot dasar panggul untuk menahan kemih selama 30 menit
yang melibatkan organ kelamin. dari interval terpendeknya dan berkemih
Meskipun latihan kegel dalam sesuai jadwal yang dibuat selama 7 hari.
penelitian ini tidak dilaksanakan namun Secara bertahap bila lansia sudah mampu
berdasarkan penelitian Angelita Intan mencapainya maka interval berkemih
Septiastri dan Cholina Trisa Siregar yang ditambahkan 30 menit lagi sehingga pada
berjudul “Latihan Kegel Dengan akhirnya lansia dengan inkontinensia urin
Penurunan Gejala Inkontinensia Urin Pada dapat menahan urinnya sampai dengan
Lansia” menunjukkan bahwa latihan kegel waktu yang normal untuk lansia yaitu
efektif terhadap penurunan gejala sekitar 3-4 jam. Untuk itu perlu adanya
inkontinensia urin pada lansia. kerjasama dengan pihak panti khususnya
pengasuh wisma agar dapat memotivasi
Pengaruh bladder training terhadap
lansia dalam melakukan latihan ini.
interval berkemih
Hasil penelitian didapatkan Selisih KESIMPULAN
atau perbedaan antara interval berkemih
pada lansia sebelum dan setelah bladder Berdasarkan hasil analisis data dan
training sebanyak 0,146 jam atau setara pembahasan dapat disimpulkan bahwa
dengan 8,76 menit. Penelitian ini sejalan rRata-rata interval berkemih sebelum
dengan penelitian Nursalam tentang efek latihan kandung kemih (bladder training)
latihan kegel terhadap pemenuhan pada lansia dengan inkontinensia urin
kebutuhan gangguan eliminasi urin adalah 2,32 jam dan rata-rata interval
menjelaskan bahwa latihan kegel dapat berkemih setelah latihan kandung kemih
menurunkan gangguan pemenuhan (bladder training) adalah 2,26 jam.
kebutuhan eliminasi urin pada lansia, yang Selanjutnya didapatkan rata-rata
dimana metode latihan kegel itu sendiri selisih interval berkemih pada lansia
mempunyai tujuan untuk meningkatkan dengan inkontinensia urin sebelum dan
tonus otot kandung kemih, meningkatkan setelah bladder training adalah 0,146 jam
aliran darah ke ginjal dan memperpanjang atau setara dengan 8,76 menit dengan p-
interval waktu berkemih sehingga lansia value = 0,000 yang artinya ada perbedaan
dapat menahan sensasi untuk berkemih interval berkemih pada lansia sebelum dan
sebelum waktunya. sesudah bladder training selama 7 hari.
Bladder training dengan delay Saran bagi UPTD PSLU Bhakti
urination (menunda berkemih) dan Yuswa Provinsi Lampung institusi adalah
scheduled bathroom trips sebagai salah agar dapat melanjutkan latihan bladder
satu intervensi non farmakologis pada training ini sebagai salah satu terapi
lansia dalam penelitian ini terbukti dapat komplementer pada lansia dengan
memperpanjang interval berkemih lansia inkontinensia urin.
yaitu sebanyak 8,766 menit.
Dalam penelitian ini kerangka
konsepnya dengan cara menjadwalkan * Alumni pada Prodi Keperawatan
berkemih kemudian menahan kemih diluar Tanjungkarang Poltekes Kemenkes
jadwal maka tonus otot detrusor Tanjungkarang
mengembang diharapkan fungsi sfingter ** Dosen pada Prodi keperawatan
kembali normal dan berkemih di luar Tanjungkarang Poltekes Kemenkes
jadwal menurun. (Maryam dan Tanjungkarang
Suharyanto, 2008).
Meskipun kenaikannya sangat sedikit
namun apabila latihan ini dilakukan secara
kontinu diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan lansia dalam menahan kemih.

[218]
DAFTAR PUSTAKA Potter dan Perry (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan .Edisi 4
Galuh Inggi M, Putri. 2012. KTI: Faktor – Vol 2. Jakarta : EGC
Faktor yang Berhubungan Dengan Boedhi Darmojo, H. Hadi Martono.
Inkontinensia Urine Pada Wanita (2000). Buku Ajar Geriatri (Ilmu
Lansia di Panti Sosial Tresna Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 2.
Werdha Provinsi Lampung. Jakarta : FKUI
Lampung : Poltekkes Kemenkes Maryam dan Suharyanto (2008). Mengenal
Tanjung Karang Jurusan Usia Lanjut dan Perawatannya.
Keperawatan Jakarta : Salemba Medika
Nety juniarti , Sari Kurnianingsih. (2006). Suharyanto dan Madjid (2009). Asuhan
Alih Bahasa Buku Ajar Keperawatan Keperawatan Pada Klien dengan
Gerontik. Jakarta : EGC Gangguan Sistem Perkemihan.
Nursalam, M.Nurs,dkk. (2009). Asuhan Jakarta : Trans Info Media
Keperawatan Pada Pasien dengan Yunawa, Rudi. (2006). Buku Panduan
Gangguan Sistem Perkemihan. Klinis Menangani Inkontinensia.
Jakarta : Salemba Medika Edisi ke 2. Singapura : Masyarakat
Kontinensia

[219]

Anda mungkin juga menyukai