Anda di halaman 1dari 6

Urinary Incontinence Care

(Pelvic floor muscle training (PFMT)/Kegel exercise)










Disusun Oleh:
Latantsa Fikri (20120320138)




Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan
Tahun Ajaran 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya
kami dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul Urinary Incontinence Care. Kami berharap
semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini.



Yogyakarta, 16 Februari 2014

Penulis










PENDAHULUAN
1. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang
cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial. Variasi dari
inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak,
bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses) (brunner, 2011).
Jenis Klasifikasi Inkontinensia Urine.
Jenis dari inkontinensia urine menurut (Charlene J.Reeves at all) yaitu :
1. Inkontinensia Urgensi. Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar setelah ada
peringatan ingin melakukan urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang
berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol.
2. Inkontinensia Tekanan. Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama aktivitas
yang meningkatkan tekanan dalam lubang intra abdominal. Batuk, bersin, tertawa dan
mengangkat beban berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan inkontinensia urine.
3. Inkontinensia Aliran Yang Berlebihan ( Over Flow Inkontinensia ). Terjadi jika retensi
menyebabkan kandung kemih terlalu penuh dan sebagian terlepas secara tidak terkontrol,
hal ini pada umumnya disebabkan oleh neurogenik bladder atau obstruksi bagian luar
kandung kemih.
4. Inkontinensia gabungan adalah inkontinensia urin yang timbulkan oleh lebih dari satu
penyebab.
Inkontinensia urin mempengaruhi sekitar 50 persen dari wanita selama masa hidup mereka
dan berdampak pada kualitas hidup mereka ( melville, wagner, katon, & amp; newton, 2008 ).
Baik pada pria maupun wanita, secara konsisten dilaporkan bahwa usia adalah faktor risiko
Inkontinensia urin. Namun, hal ini tidak dianggap sebagai efek normal dari penuaan. Secara
keseluruhan, Inkontinensia urin mempengaruhi sampai 30 % dari komunitas lansia dan lebih dari
50 persen pasien dengan home care. Sekitar 2 -3 kali lebih sering terjadi pada wanita dari pada
pria hingga 80 tahun usia, setelah itu resiko antara pria dan wanita sama.
2. Peran Perawat
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan perawat pada pasien dengan inkontinensia
urin adalah berupa edukasi dan sebagai fasilitator dalam terapi untuk mengatasi inkontinensia
urin. Edukasi dan terapi yang dapat diberikan perawat pada pasien dengan inkontinensia urin
adalah:
a. Perubahan gaya hidup contohnya pengurangan konsumsi kafein.
b. Behavioural Therapy contohnya pengosongan urin secara terjadwal,dan bladder training.
c. Latihan fisik untuk melatih otot dasar pelvis contohnya keggel exercise
Selain itu perawat juga memiliki peran penting dalam mendukung pasien menghadapi
masalah secara psikologi yang dihadapi karena inkintinensia urin, seperti harga diri rendah yang
sangat sering terjadi.

ISI
1. Pelvic floor muscle training (PFMT)/ Kegel excersise
Pelvic Floor Muscle Training atau Kegel Excerscise adalah latihan yang berfungsi untuk
menambah kekuatan dan ketahanan dari kontraksi otot dasar pelvis. Dalam penelitian yang
dilakukan di RS siriraj di Thailand pada pasien pasca prostatektomi di dapatkan bahwa dari 135
pasien, 90% dapat menahan urin dengan latihan rutin selama 6 bulan, beberapa pasien dapat
menahan urin hanya dalam 2 minggu latihan dan hanya 2-3% pasien yang mengalami
inkontinensia urin setelah dua tahun. Dalam penelitian lain disebutkan bahwa episode terjadinya
inkontinensia urin berkurang 54%-75% pada pasien yang melakukan kegel exercise
dibandingkan dengan pasien yang tidak melakukan latihan yang hanya berkurang 6%-16% saja.
Kegel exercise harus dilakukan oleh perawat yang telah terlatih untuk memaksimalkan hasil
kegel exercise dan menghindari efek kontradiktif dari kegel exercise karena latihan yang tidak
sesuai dengan kemampuan pasien.
Berikut langkah-langkah dalam kegel exercise :
a. Temukan otot yang tepat. Untuk menentukan oto pelvis yang tepat dapat dilakukan
dengan menghentikan urin saat sedang berkemih.
b. Setelah berhasil menemukan otot yang tepat kosongkan kandung kemih sebelum kegel
exercise dimulai. Jangan melakukan latihan saat kandung kemih penuh karena dapat
melemahkan otot pelvis.
c. Mulai kegel exercise dengan mengkontraksikan otot perlvis, tahan kontraksi hingga 5
detik dan rileks selama 5 detik. Ulangi proses ini hingga 4-5 set. Lakukan terus latihan
secara berkala hingga dapat menahan kontraksi selama 10 detik sebanyak 10 set.
d. Untuk hasil yang maksimal fokuskan kontraksi hanya pada otot pelvis saja. Jangan
melakukan kontraksi pada area perut, panggul, pantat maupun paha.
e. Lakukan kegel excercise minimal 3 kali sehari sebanyak 10 set.
f. Anjurkan pasien untuk merubah pola asupan cairan dengan minum 6-8 gelas/1000-1500ml
perhari bila tidak ada anjuran lain dari dokter dan minum secara bertahap.
Dari sebuah hasil penelitian di Thailand menyatakan bahwa latihan konsentrasi dapat
menambah keberhasilan kegel exercise sebanyak 20%.







Daftar Pustaka

Jurnal Online : http://f1000research.com/articles/2-47/v1. Can primary care nurse
administered pelvic floor muscle training (PFMT) be implemented for the prevention and
treatment of urinary incontinence? Diakses Pada 29/9/2014, jam 10.35.
Effects of Adding Concentration Therapy to Kegel Exercise to Improve Continence after
Radical Prostatectomy, Randomized Control.
Jaruwan Kongtragul BNS*,Wanvara Tukhanon BNS*, Piyanuch Tudpudsa BNS*, Kanita
Suedee BNS*, Supaporn Tienchai BNS*, Sunai Leewansangtong MD*, Chaiyong Nualgyong
MD* * Division of Urology, Department of Surgery, Faculty of Medicine Siriraj Hospital,
Mahidol University, Bangkok, Thailand

Urinary Incontinence in the Older Adult. By Kristen Cook, Pharm.D., BCPS; and
Linda M. Sobeski, Pharm.D., BCPS. Reviewed by Gregory J. Hughes, Pharm.D., BCPS, CGP;
and Helen M. LoSasso, Pharm.D., BCPS

Anda mungkin juga menyukai