Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan Sistem Perkemihan Pada Lansia


Perubahan pada sistem perkemihan lansia terjadi pada ginjal, dimana mengalami
pengecilan dan nefron dan atrofi. Aliran ginjal menurun hingga 50%, fingsi tubulus
berkurang mengakibatkan BUN meningkat 21 mg%, berat jenis urine menurun, setra nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Pada kandung kemih, otot-otot melemah,
sehingga kapasitasnya menurun hingga 20 ml yang menyebabkan frekuensi berkemih
meningkat. Pada laki-laki, pembesaran kelenjar prostate menyebabkan obstruksi aliran
urine dari kandung kemih.
Inkontinensia urine (IU) adalah pengeluaran urine involunter (tidak
disadari/mengompol) yang cukup menjadi maslah. Menurut Watson (1991), inkontinensia
adalah berkemih diluar kesadaran pada waktu dan tempat yang tidak tepat serta
menyebabkan masalah kebersihan atau sosial. Inkontinensia dapat menyebabkan
terjadinya iritasi kulit, menimbukan stress keluarga, teman dan orang yang merawat, serta
membutuhkan biaya untuk kebutuhan tampon, kateter, tenaga perawat, dan penangan
komplikasi.
Macam-macam Inkontinensia :
1. Inkontinensia stress
Pengeluaran urine involunter selama batuk, bersin, tertawa, atau aktifitas fisik
disebabkan kelemahan otot-otot dasar panggul dan kandung kemih. Gejala dapat
dipastikan dengan mengobservasi pengeluaran urine selama aktifitas yang
menyebabkan peningkatakn tekanan abdominal (stress).
2. Inkontinensia urgensi (dorongan atau mendesak)
Pengeluaran urine involenter dalam jumlah sedang atau banyak berkaitan dengan
keinginan kuat tiba-tiba untuk berkemih/tidak dapat menunda pengeluaran sesudah
adanya rasa penuh pada kandung kemih.
3. Inkontinensia aliran berlebihan (overflow)
Pengeluaran involenter biasanya dalam jumalah sedikit berkaitan dengan distensi
berlebih dari kandung kemih akibat retensi urine dan kelainan fungsi springter
(obtruksi aliran urine karena tumor dan konstipasi fekal), sehingga kandung kemih
gagal berkontraksi.
4. Inkontinensia fungsional
Kebocoran urine yang berhubungan dengan ketidak mampuan klien untuk
mencapai kamar kecil pada waktunya karena gangguan fungsi fisik atau kognitiv
maupun lingkungan.

B. Latihan yang dapat dilakukan pada sistem gangguan perkemihan


1. Latihan otot dasar panggul
Latihan otot dasar panggul sangat bermanfaat untuk lansia dengan gangguan pada
sistem perkemihan. Langkah langkah dalam memulai latihan otot dasar panggul
adalah sebagai berikut :
Tujuan
Untuk menguatkan otot rangka pada dasar panggul, sehingga memperkuat fungsi
sfingter eksternal pada kandung kemih. Layihan otot dasar panggul ini diperkenalkan
oleh kegel untuk terapi pasca melahirkan. Latihan ini terus dikembangkan dan
dilakukan pada lansia yang mengalami masalah inkontinensia stress.
Pelaksanaan
 Atur posisi senyaman mungkin
 Jaga privasi klien
 Lakukan kontraksi dan penghentian laju urin.
 Lakukan setiap hari 3-4 kali
 Perhatikan respon klien terhadap kelelahan

2. Latihan kandung kemih


Latihan kandung kemih (bladder training) merupakan hal penting yang harus dilatih
oleh lansia. Langkah langkah dalam melakukan hal ini adalah sebagai berikut :
Tujuan
 Untuk melatih seseorang mengembalikan kontrol miksi(kemampuan berkemih)
dalam rentang waktu 2-4 jam.
 Agar klien dapat menahan kencing dalam waktu yang lama.
 Mempertahankan klien tetap dalam kondisi kering.
 Mencegah inkontinensia urgensi.
 Memberikan rasa nyaman.
Pelaksanaan
 Jelaskan tujan pelaksanaan kandung kemih.
 Membuat daftar catatan untuk jumlah masukan cairan.
 Membuat jadwal teratur pengosongan kandung kemih(sesuai waktu kebiasaan
klien miksi). Bila rata rata berkemih lebih dari 60 menit, maka interval berkemih
dijadwalkan setiap jam.
 Jadwal berlaku pada saat klien tidur
 Klien harus berkemih pada waktu yang telah ditetapkan, baik ada keinginan
maupun tidak.
 Klien harus berusaha menahan keinginan berkemih diantara rentang waktu yang
dijadwalkan dengan menggunakan teknik relaksasi dan distraksi.
 Ajarkan klien untuk memahami tanda tanda/ rangsangan untuk berkemih seperti
kedinginan, berkeringat, resah, kedutan otot, dll agar menjadi peka untuk
mengosongkan kandung kemih.
 Lakukan pencatatan dan evaluasi secara teratur. Latihan ini dihentikan apabila
tidak ada kemajuan selama 3 minggu.
 Atur posisi senyaman mungkin untuk berkemih dan juga privasi klien.
 Beri motivasi dan reinforcement dalam melakukan latihan ini.
 Bila jadwal dipenuhi, keberhasilan lebih dari 75%, dan angka kejadian berkemih
diluar kontrol menurun, maka rentang berkemih ditambah 30 mnt. Bila
inkontinensia masih terjadi(keberhasilan kurang dari 75%), maka rentang
berkemih diturunkan.
 Penyesuaian faktor lingkungan selaku tindakan pencegahan bagi klien
inkonentinensia
- Perhatikan pencahayaan dan faktor serupa mengenai akses ke toilet
- Lengkapi toilet dengan pegangan dan semacamnya.
 Obat-obatan untuk klien dengan inkonentinensia
- Bila penyebab inkontinensia adalah stres, maka beri obat
phenylpropanolamine, estrogen/progestin
- Bila penyebab inkonentinensianya akibat urgensi, maka beri obat
propantheline, inipranie dan dicyclomine.
- Bila penyebab akibat retensi, maka diberi obat betanecol
- Bila akibat dari obstruksi, maka diberi obat Phenoxybenzamine
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

PADA GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada lansia dengan gangguan sistem perkemihan meliputi hal-hal berikut ini :
- Riwayat kehamilan dan jumlah anak, keluahan atau masalah prostate.
- Adanya infeksi kandung kemih atau saluran kemih.
- Apakah ada sumbatan pada kandung kemih seperti tumor.
- Keluahan nyeri pada waktu miksi.
- Warna dan bau urinya.
- Distensi kandung kemih.
- Adanya kelainan kontrol dalam BAK/kebiasan klien BAK.
- Adakah faktor sikologis seperti stress serta cemas.
- Pemasukan dan pengeluaran cairan.
- Penggunaan obat penenang atau obat diuretik.
- Kulit memerah.
- Adanya luka dekubitus.
- Klien mengeluh galat0galat pada bagian bokong.
- Bau tak sedap akibat mengompol.
- Imobilisasi.

B. Pemeriksaan Penunjang

C. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang biasanya muncul pada lansi dengan gangguan pada sistem
perkemihan adalah sebagai berikut :
- Perubahan pola eliminasi : BAK
- Gangguan integritas kulit.
- Perubahan pola tidur
- Gangguan konsep diri : harga diri rendah
- Resiko infeksi
- Resiko gangguan keseimbangan cairan
D. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem perkemihan adalah sebagai
berikut .
- Kaji adanya infeksi pada kandung kemih atau saluran kemih
- Kaji tipe inkontinensia pada klien
- Bantu klien untuk BAK
- Sesuaikan kondisi lingkungan sehingga mudah dicapai, misalnya dekat dengan kamar
kecil:, latihan kebiasaan BAK dengan membiasakan untuk kekamar kecil tiap 2
jam(untuk inkontinensia fungsional).
- Latih otot dasar panggul dan kandung kemih( untuk inkontinensia stres).
- Ubah prilaku untuk memperpanjang interval berkemih dengan latihan kebiasaan dan
latihan otot dasar panggul(untuk inkontinensia urgensi).
- Sesuaikan dengan penyebabnya (untuk inkontinensia overflow).
- Batasi cairan terutama mendekati waktu tidur.
- Observassi warna jumlah dan bau urin.
- Cegah infeksi
- Tingkatkan harga diri pasien
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, R Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai